• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mastering the Marquess

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mastering the Marquess"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Mastering

the Marquess

(3)

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Se-cara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau

pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta se-bagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta seba-gaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana pen-jara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Se-cara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau

pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta se-bagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta seba-gaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana pen-jara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(4)

Mastering

the Marquess

Vanessa Kelly

(5)

Mastering the Marquess

by Vanessa Kelly Published in 2009 by Zebra Books.

All rights reserved including the right of reproduction in whole or in part of any form.

This edition published by arrangement with Kensington Publishing Corp.

Copyright © 2009 by Vanessa Kelly All rights reserved.

Mastering the Marquess

Alih bahasa: Serly Octavia Hak Cipta Terjemahan Indonesia Penerbit PT Elex Media Komputindo Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang

Diterbitkan pertama kali tahun 2017 oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta

717030622 ISBN: 978-602-04-1275-7

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab percetakan

(6)

Prolog

Wiltshire, 1815

M

EREDITH

B

URNLEY benci musim semi. Segala hal buruk dalam hidupnya terjadi kepada dirinya di hari-hari indah bulan April seperti ini.

Dia berdiri di pinggir sebuah jalan setapak sambil me-mandangi bunga lonceng biru yang meliuk ke dalam hu-tan lebat yang mengelilingi rumah keluarganya. Cahaya matahari mengintip lewat ranting-ranting yang meng-gantung, memercikkan campuran kelopak-kelopak biru dan rerumputan hijau muda membentuk sebuah mosaik hidup yang diwarnai bintik-bintik cahaya.

Benar-benar cantik, pikirnya muram.

Dengan sebuah helaan napas tegas, dia mendesak kenangan-kenangan menyakitkan ke dalam sudut-sudut gelap ingatannya dan melanjutkan langkah cepatnya melewati pepohonan, bermaksud untuk tiba di rumah sebelum Annabel terbangun dari tidur sorenya.

Penyakit misterius saudari seayahnya itu kambuh kembali dengan kondisi yang lebih buruk beberapa bu-lan terakhir ini. Meskipun Annabel terlihat jauh lebih

(7)

Vanessa Kelly

2

membaik tahun lalu, kini sebuah kemerosotan yang janggal telah mengambil kendali kendati mendapat perawatan dari seorang spesialis, Dr. Leeds, dari Bristol. Meredith tak mampu memahaminya, dan kekhawatiran akan saudarinya itu membayanginya setiap dia terjaga.

Meredith muncul dari bawah pepohonan copper

beech tua, dan menangkap pemandangan atap pelana

batu berwarna pucat dari rumah manor bergaya

Jaco-bean yang telah menjadi kediamannya sejak masih kecil.

Swallow Hill telah menjadi tempat perlindungan yang menyenangkan dan dibutuhkan sejauh yang dapat dia ingat.

Namun semakin mendekati rumah, Meredith ter-lonjak ketika melihat seorang pengurus kuda mem-bimbing sebuah kereta kuda terbuka bergerak menjauh dari pintu depan. Mereka tidak sedang menanti keda-tangan tamu, dan hanya dokter yang biasanya datang tanpa memberi kabar sebelumnya. Meredith memper-lebar langkahnya, memotong jalan melintasi halaman rumput agar segera mencapai tangga depan. Ketakutan lama mencengkeram hatinya—apakah keadaan Annabel memburuk?

Tumit bot pendeknya berdenting di atas anak tangga rendah dari marmer ketika Meredith berlari melalui pin-tu kayu ek yang terbuka menyambut cuaca bulan April yang hangat. Sosok kepala pelayannya yang membung-kuk muncul dari ambang pintu di belakang lorong ma-suk, wajahnya berkerut dengan senyuman yang ramah.

“Selamat sore, Miss,” ujar Creed. “Bagaimana jalan-jalan Anda ke desa?”

(8)

Mastering the Marquess

3

“Jalan-jalanku menyenangkan.” Meredith melepas sarung tangannya dan melemparkannya ke meja kecil di sisi pintu sambil berusaha membendung rasa tidak sabarnya terhadap si pelayan tua. “Apa kita kedatangan tamu, Creed?”

“Ya, Miss. Sepupu Anda, Mr. Jacob Burnley, baru saja tiba dari Bristol.”

“Sepupuku!” Meredith memberengut, perlahan-lahan melepas pita bonetnya. “Bibi Nora tidak bilang dia akan datang berkunjung.”

“Memang, Miss Burnley, beliau tak mengatakannya.” Meredith berbalik ketika mendengar suara pintu ruang tamu terbuka di belakangnya. Jacob Burnley ber-jalan keluar, masih mengenakan mantel panjang bertu-dung dan botnya.

“Well, sepupu kecil,” ucapnya lambat-lambat, “sudah satu bulan sejak terakhir aku melihatmu. Aku tak habis pikir mengapa kau mengubur diri di dusun sepanjang waktu padahal kau bisa datang ke Bristol untuk sedikit bersenang-senang.”

Meredith menyapanya dengan senyuman. “Jacob, bagaimana kabarmu?”

Dia mengulurkan tangannya dan tertegun saat Jacob menyambar bahunya dan menariknya ke dalam pelukan, kepala Jacob menunduk seolah akan mencium bibirnya. Merasakan bibir Jacob yang lembap menempel di pipi-nya, Meredith pun menjauh. Jacob tertawa lembut saat pipi Meredith panas membara.

“Ayolah, Sepupu,” gumam Jacob dengan suara ren-dah. “Jangan mudah tersinggung begitu. Tidakkah kau gembira melihatku?”

(9)

Vanessa Kelly

4

Meredith melepaskan diri dari pelukan Jacob. “Tentu saja, tapi bukan berarti kau harus menerkamku begitu, Jacob!”

Sesuatu yang buruk terlintas di wajah Jacob, menge-jutkan Meredith.

“Maafkan aku, Merry,” ujar Jacob. “Sudah cukup lama, sampai-sampai aku lupa betapa cantiknya dirimu.” Matanya menyusuri sosok Meredith dengan pandangan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

“Oh, sekarang kau merayuku.” Meredith tertawa ragu namun menjauh beberapa langkah dari Jacob.

Dengan waspada, Meredith memandang pria yang selalu memperlakukannya dengan rasa sayang namun biasa-biasa saja, tanpa pernah memperlihatkan tanda-tanda bahwa dia tertarik kepada Meredith. Meski ke-nyataannya mereka pernah dekat, hubungan mereka te-lah merenggang selama beberapa tahun belakangan ini. Jacob tumbuh menjadi pria kekar berwajah keras dengan alis tebal yang gelap. Meredith diam-diam berpikir wa-tak Jacob pun tumbuh menjadi keras, yang membuatnya merasa bersalah dan berkhianat.

Meredith mundur beberapa langkah lagi, benaknya dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan yang tidak menyenangkan bahwa Jacob akan merayunya lagi.

Jacob memutar bola matanya dan tergelak. “Demi Tuhan, Sepupu, kau seperti orang dungu berdiri di sana dengan tatapan kosong. Terlalu lama berada di bawah sinar matahari, ya?”

Meredith menggeleng dan tersenyum. Itu baru Jacob yang dikenalnya. “Tidak, tidak, aku baik-baik saja. Aku

(10)

Mastering the Marquess

5

hanya kaget melihatmu. Kupikir dengan perginya Pa-man Isaac dari pabrik, kau tak akan dapat mengunjungi Swallow Hill musim semi ini.”

“Oh, semuanya lancar terkendali di Bristol! Tak perlu khawatir soal itu. Aku tak ingin kehilangan waktu ber-sama keluarga.”

Sikap Jacob bersungguh-sungguh, namun dia me-nolak untuk menatap mata Meredith. Meredith curiga Jacob sedang berusaha menghindar. Biasanya, Isaac Burnley bersikeras bahwa antara dirinya atau putranya harus ada yang hadir di pabrik wol sepanjang tahun. Me-redith merasa cemas ketika paman dan istrinya pindah ke Swallow Hill beberapa bulan lalu, namun kini terasa lebih meresahkan dengan kemunculan Jacob yang men-dadak.

Ketika ia berusaha untuk mencari tahu apa yang mengganggunya terkait situasi ini, sebuah suara tajam terdengar nyaring dari balkon atas.

“Jacob! Putraku sayang, akhirnya kau di sini.” Suara Bibi Nora yang bernada tinggi dan sengau se-perti biasa menimbulkan rasa ngilu pada saraf-saraf Me-redith. Jacob pun mengernyit.

“Ya, aku di sini, Mama. Tak perlu memekik begitu keras,” sahut putranya dengan jengkel.

“Aku begitu senang melihatmu!” Dia terburu-buru menuruni tangga kayu ek yang lebar. “Meredith, tidak-kah menyenangkan saat seluruh keluarga berkumpul kembali?”

(11)

Vanessa Kelly

6

Bahkan saat sedang sangat bermurah hati, Meredith tetap tak dapat menganggap wanita kurus berwajah ti-rus dan pucat yang berdiri di hadapannya sebagai bagian dari keluarga. Istri pamannya itu tak pernah menun-jukkan sedikit pun rasa kasih sayang padanya maupun Annabel.

“Meredith, sudahkah kau menyapa sepupumu de-ngan sepantasnya? Bukankah dia terlihat tampan dede-ngan perlengkapan berkendaranya? Aku bersumpah, Jacob, tak heran kau ini pria lajang terpopuler di Bristol. Aku yakin semua gadis muda pasti merana tanpa kehadiran-mu. Bukankah begitu, Keponakanku?”

Meredith berusaha keras menyingkirkan rasa geli dari suaranya. “Ya, Bibi Nora.” Dia memandang sekilas pada sepupunya, sadar bahwa Jacob akan merasa kesal dengan sanjungan konyol itu.

“Jangan bodoh, Mama.” Jacob membelalak pada ibunya.

Alis tebal Bibi Nora bertaut. Dia menarik napas de-ngan kesal seraya bersiap untuk memulai apa yang, tak diragukan lagi, akan menjadi ceramah melelahkan ten-tang sikap putranya.

Meredith benci melihat adegan antara ibu dan anak ini, jadi dia cepat-cepat menyela. “Maafkan aku, Bibi Nora, tapi aku harus menengok Annabel sebelum ber-ganti pakaian untuk makan malam. Aku tahu kau tak mau aku datang terlambat, terutama dengan kehadiran Jacob di sini.”

Rahang Bibi Nora terkunci selama beberapa saat, na-mun dia mencoba mengendalikan raut wajah geramnya

(12)

Mastering the Marquess

7

menjadi ekspresi yang menyenangkan. Sayangnya, dia gagal total.

“Tentu saja, Sayangku,” ujarnya, menunjukkan gigi kuningnya yang dimaksudkan sebagai senyuman. “Kalau boleh, Meredith, aku ingin bertemu denganmu sebentar sebelum makan malam. Hanya sebentar saja, tapi aku ingin membicarakan sesuatu yang khusus denganmu.”

Meredith tak dapat membayangkan apa kiranya hal tersebut, namun dia hanya mengangguk dan berlalu me-naiki tangga kayu ek yang mengilap menuju balkon ter-buka yang mengarah ke kamar tidur saudarinya. Ketika mencapai puncak anak tangga, dia melirik kembali ke bawah. Dia hampir saja tersandung kakinya sendiri aki-bat tertegun melihat apa yang terjadi di sana.

Bibi Nora terlihat sedang mengamati dirinya, wajah tirusnya memberengut dengan ekspresi masam yang menyiratkan amarah dan kebencian. Namun wajah Jacob membuat Meredith lebih terkejut lagi, sebab pria itu melihatnya dengan tatapan kelaparan dan keputus-asaan yang aneh, seolah dia ingin melahap utuh Me-redith.

“Jacob ingin melakukan apa?”

Rahang Meredith menganga, dampak dari ucapan bibinya bergema dalam dirinya. Tangannya membeku saat sedang melepas gaun jalan-jalannya, sementara dia sekejap kehilangan segala sensasi dalam tubuhnya.

“Jangan berlagak bodoh! Kau dengar apa yang kuka-takan. Jacob bermaksud untuk melamarmu malam ini

Referensi

Dokumen terkait

Contoh hewan avertebrata yang melakukan adaptasi tingkah laku dengan cara memakan kembali bagian kulit yang terkelupas adalah ... rayap Kunci : D

Jika Anda menyambungkan Stasiun Docking Thunderbolt Dell WD19TBS ke sistem Dell yang didukung, tombol dock berfungsi seperti tombol daya sistem Anda dan Anda dapat menggunakannya

41 1806546 Avida Camila Zahra Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP 42 1807962 Asma Haifa Nurul Adilah Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK 43 1807651 Muhammad Husnan Fadhli Pendidikan

Untuk memahami terjadinya pening- katan tersebut, berikut disajikan contoh perubahan jawaban mahasiswa dari pretes ke postes terhadap salah satu soal terkait hukum III

Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu penjelasan materi, belajar dalam kelompok, penilaian,

1) Orientasi kepada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya,

Hasil penelitian ini adalah dengan mengintegrasikan langkah pembelajaran berbasis masalah ke dalam keterampilan berpikir kritis, dapat meningkatkan keterampilan berpikir

Disarankan kepada guru fisika, dalam menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan pendekatan multi kecerdasan, guru harus benar-benar dapat menarik