• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KASUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KASUS"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS

LAPORAN KASUS

MENINGIOMA

MENINGIOMA

Pembimbing: Pembimbing:

dr. Mira Yuniarti, Sp.Rad dr. Mira Yuniarti, Sp.Rad dr. Jeanne Leman, Sp. Rad dr. Jeanne Leman, Sp. Rad dr. Rusli Muljadi, Sp.Rad dr. Rusli Muljadi, Sp.Rad

Disusun Oleh: Disusun Oleh: Natalia Ihalauw Natalia Ihalauw 07120090093 07120090093

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

SILOAM HOSPITALS LIPPO VILLAGE SILOAM HOSPITALS LIPPO VILLAGE

PERIODE 16 JUNI - 5 JULI 2014 PERIODE 16 JUNI - 5 JULI 2014

(2)

BAB I BAB I

LAPORAN KASUS LAPORAN KASUS

I.1.

I.1. No No rekam rekam medis medis : : RSUS. RSUS. 00-59-23-6800-59-23-68 I.2.

I.2. Identitas PasienIdentitas Pasien  Nama

 Nama : : Ibu MIbu M Jenis

Jenis kelamin kelamin : Perempuan: Perempuan Usia

Usia : : 44 44 tahuntahun Tanggal

Tanggal lahir lahir : : 3 3 Desember Desember 19691969 Alamat

Alamat : : Kampung Kampung Tiga Tiga Raksa, Raksa, RT RT 001, 001, RW RW 003, 003, DesaDesa

Margasari, Kecamatan Tiga Raksa, Kota Tangerang Margasari, Kecamatan Tiga Raksa, Kota Tangerang Status

Status : : MenikahMenikah Agama

Agama : : IslamIslam Pekerjaan

Pekerjaan : : Ibu Ibu Rumah Rumah TanggaTangga Tanggal

Tanggal masuk masuk : : 17 17 Juni Juni 20142014

I.3.

I.3. AnamnesisAnamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamesis pada t

Anamnesis dilakukan secara autoanamesis pada tanggal 20 Juni 2014.anggal 20 Juni 2014. a.

a. Keluhan utamaKeluhan utama

Pasien datang dengan keluhan pandangan menjadi kabur pada Pasien datang dengan keluhan pandangan menjadi kabur pada mata kiri sejak 1 tahun sebelum masuk Rumah Sakit

mata kiri sejak 1 tahun sebelum masuk Rumah Sakit

b.

b. Riwayat Penyakit SekarangRiwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli mata RSUS dengan keluhan pandangan Pasien datang ke poli mata RSUS dengan keluhan pandangan menjadi kabur pada mata kiri sejak 1

menjadi kabur pada mata kiri sejak 1 tahun sebelum masuk Rumah Sakit.tahun sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien mengaku bahwa ia masih dapat menilai adanya orang didepannya Pasien mengaku bahwa ia masih dapat menilai adanya orang didepannya tetapi tidak mengenal siapa orang tersebut. Pasien juga mengeluhkan tetapi tidak mengenal siapa orang tersebut. Pasien juga mengeluhkan mata kirinya mulai menonjol sejak 1 tahun sebelum masuk Rumah Sakit. mata kirinya mulai menonjol sejak 1 tahun sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien juga merasa tidak nyaman (terasa mengganjal) pada mata kirinya Pasien juga merasa tidak nyaman (terasa mengganjal) pada mata kirinya mulai dari bagian pinggir mata lama kelamaan sampai bagian ujung mulai dari bagian pinggir mata lama kelamaan sampai bagian ujung dalam mata kiri.

(3)

Selain keluhan pada mata kiri pasien, pasien juga mengeluhkan nyeri kepala tepatnya pada bagian belakang kepala, yang 1 bulan terakhir ini lebih sering dirasakan oleh pasien.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi tidak terkontrol sejak 5 bulan yang lalu, pasien mengaku ia menderita hipertensi karena KB suntik yang digunakan pasien sejak kurang lebih 20 tahun yang lalu , oleh sebab itu pasien memutuskan untuk menghentikan menggunakan KB suntik sejak 5 bulan yang lalu. Pasien menyangkal menderita diabetes mellitus, stroke, dan hiperkolestrolemia. Pasien sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit dan riwayat operasi sebelumnya.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Didalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti yang diderita oleh pasien. Penyakit kronik lain seperti hipertensi, diabetes melitus dan kanker disangkal keluarga pasien.

e. Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan

Pasien merupakan ibu rumah tangga, suami pasien bekerja sebagai  buruh pabrik, pasien tinggal bersama suami dan anak-anaknya, status

ekonomi pasien menengah kebawah.

f. Riwayat Alergi

Pasien tidak memiliki riwayat alergi, baik makanan ataupun obat-obatan.

(4)

I.4. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 20 Juni 2014. a. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

GCS : E4M6V5 Tanda-tanda vital : i.Nadi : 72x/menit ii.Pernafasan : 18x/menit iii.Suhu : 37OC iv.Tekanan darah : 140/90 mmHg Data antopometri : i.Berat badan : 48 kg ii.Tinggi badan : 158 cm iii.IMT : 19,2

iv.Status gizi : sedang

 b. Status Generalisata

 Kepala

o Bentuk : normosefali

o Rambut bewarna hitam, tidak mudah rontok o Fontanel sudah menutup

 Mata o Proptosis (-/+) o Visus : 4/4 dan 1/300 o Papil edema (-/+) o RAPD (+) o Konjungtiva pucat (-/-) o Injeksi konjungtiva (-/-) o Pupil isokor 2mm/2mm

(5)

 Hidung

o Inspeksi : bentuk hidung normal, simetris

 Telinga

o Aurikulum : Ukuran normal, bentuk normal simetris kanan

dan kiri, tidak tampak hiperemis

o Liang telinga lapang, hiperemis /-), serumen (+/+), sekret

(-/-), korpus alienum (-/-)

 Mulut

o Bibir tidak pucat, mukosa lembab

 Leher

o Trakea berada di tengah dan tidak terdapat deviasi. o Kaku kuduk (-)

 Dada

o Bentuk normal, retraksi (-)

 Paru

o Inspeksi : pernapasan dada simetris kanan/kiri

o Palpasi : tactile fremitus simetris kanan/kiri, ekspansi paru

normal

o Perkusi : sonor di kedua lapang paru

o Auskultasi : vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)

 Jantung

o Iktus tidak teraba dan tidak terlihat o Bunyi jantung S1/S2 regular

o Bising jantung gallop (-), murmur (-)

 Abdomen

o Inspeksi : bentuk dinding perut cembung, supel, pergerakan

dinding perut sesuai dengan irama pernapasan, tidak terdapat kelainan pada kulit

o Palpasi : nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-) o Perkusi : timpani di ke-9 regio abdomen

(6)

 Ekstremitas

o Pergerakan aktif-bebas dalam batas normal o CRT < 2 detik, turgor baik, edema (-)

I.5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium (17 Juni 2014)

Test Hasil Unit Nilai normal

Ureum 20 mg/dL <50

Creatinine 0.6 mg/dL 0.6 –  1.1

eGFR 115.4 mL/mnt/1.73 m^2

 b. Pemeriksaan Radiologi

(7)

HEAD CT-SCAN CONTRAST CORONAL

HEAD CT-SCAN CONTRAST SAGITAL

Keterangan :

 Tampak massa tumor bulat retrobulber kiri (diameter +/- 2.7 cm) yang menyelimuti nervus opticus kiri distal dan mengakibatkan penebalan nervus opticus kiri bagian proximal.

(8)

 Massa tersebut mengakibatkan pendesakan terhadap bola mata kiri ke anterior dan menekan musculus rectus media kiri. Tidak tampak destruksi dinding orbita.

 Bulbus okuli kanan –  kiri normal

 Perifer cortical sulci dan gyri dalam batas normal

 Sistem ventrikel dan sisterna baik

 Tak tampak mid line shift

 Tak tampak lesi- lesi patologis/ hypo/ iso/ hyperdens yang mencolok pada  parenkim otak supratentorial

 Tak tampak perdarahan intracerebral dan epi/subdural dan subarachnoid

 Infratentorial, tidak tampak lesi pada pons, cerebellum dan daerah CPA

 Tak tampak kelainan pada supra dan parasellar

 Sinus paranasalis dan mastoid dalam batas normal

 Tulang-tulang kranial intak

Kesan :

Massa tumor bulat retrobulber kiri (diameter +/- 2.7 cm) yang menyelimuti nervus opticus kiri distal dan mengakibatkan penebalan nervus opticus kiri bagian proximal.

Massa tersebut mengakibatkan pendesakan terhadap bola mata kiri ke anterior dan menekan musculus rectus media kiri. Tidak tampak destruksi dinding orbita.

Suggestive meningioma

Tak tampak perdarahan/ infark/ SOL intracranial saat ini.

I.6. Resume

Pasien wanita berinisial M, 44 tahun, datang dengan keluhan  pandangan menjadi kabur pada mata kiri sejak 1 tahun sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien mengaku bahwa ia masih dapat menilai adanya orang didepannya tetapi tidak mengenal siapa orang tersebut. Pasien juga mengeluhkan mata kirinya mulai menonjol sejak 1 tahun sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien juga merasa tidak nyaman (terasa mengganjal) pada

(9)

mata kirinya mulai dari bagian pinggir mata lama kelamaan sampai bagian ujung dalam mata kiri. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala tepatnya  pada bagian belakang kepala, yang 1 bulan terakhir ini lebih sering

dirasakan oleh pasien.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada mata kiri proptosis (+), visus 1/300, papil edema (+), RAPD (+). Pada CT Scan kepala ditemukan massa tumor bulat retrobulber kiri (diameter +/- 2.7 cm) yang menyelimuti nervus opticus kiri distal dan mengakibatkan penebalan nervus opticus kiri bagian  proximal. Massa tersebut mengakibatkan pendesakan terhadap bola mata

kiri ke anterior dan menekan musculus rectus media kiri. Tidak tampak destruksi dinding orbita (suggestive meningioma).

I.7. Diagnosis a. Diagnosis kerja : -Meningioma  b. Diagnosis banding : -Perdarahan -Ruptur aneurisma I.8. Penatalaksanaan  Penatalaksanaan tumor

 Pembedahan reseksi tumor total

 Terapi radio

 Pemeriksaan histologi patologi

I.9. Prognosis

a. ad vitam : Dubia ad bonam  b. ad fungsionam : Dubia ad malam c. ad sanationam : Dubia ad malam

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 Definisi

Meningioma  adalah tumor pada meningen, yang merupakan selaput  pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisphere otak di semua lobusnya.

 Epidemiologi

Meningioma dapat dijumpai pada semua umur, namun paling banyak pada usia pertengahan. Meningioma intrakranial merupakan 15 – 20% dari semua tumor  primer di regio ini1,13

Meningioma juga bisa timbul di sepanjang kanalis spinalis, dan frekuensinya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tumor lain yang tumbuh di regio ini. Di rongga kepala, meningioma banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (2 : 1), sedangkan pada kanalis spinalis lebih tinggi lagi (4 : 1). Meningioma pada bayi lebih  banyak pada pria.1

 Anatomi

Meningea adalah suatu selaput jaringan ikat yang membungkus ensefalon dan medulla spinalis. Terdiri dari duramater, arachnoid dan piamater, yang letaknya  berurutan dari superfisial ke profunda. Bersama-sama, araknoid dan piamater disebut

leptomening4

Dura mater terdiri dari jaringan fibrous yang kuat, berwarna putih, terdiri dari lamina meningialis dan lamina endostealis. Pada medulla spinalis lamina endostealis melekat erat pada dinding canalis vertebralis, menjadi endosteum (periosteum) sehingga di antara lamina meningialis dan lamina endostealis terdapat ruang ekstradural ( spatium epiduralis) yang berisi jaringan ikat longgar, lemak dan  pleksus venosus. Antara dura mater dan archnoid terdapat ruang ekstradural yang berisi cairan lymphe. Pada ensefalon lamina endostealis melekat erat pada permukaan interior cranium, terutama pada  sutura, basis cranii  dan tepi  foramen occipital  magnum. Lamina meningialis mempunyai permukaan yang licin dan dilapisi oleh suatu lapisan sel, dan membentuk empat buah septa, yaitu 4;

(11)

2. Tentorium cerebella 3. Falx cerebella

4. Diaphragm sellae

Gambar 1: kavitas kranium15

Arachnoid bersama-sama dengan pia mater disebut leptomeninges. Kedua lapisan ini dihubungkan satu sama lain oleh trabekula arachnoideae. Arachniod adalah suatu selubung tipis, membentuk spatium subdurale dengan dura mater. Antara archnoid dan pia mater terdapat spatium sub arachnoideum yang berisi liquor cerebrospinalis. Arachnoid yang membungkus basis serebri berbentuk tebal sedangkan yang membungkus facies superior cerebri tipis dan transparant. Arachnoid membentuk tonjolan-tonjolan kecil disebut granulation arachnoidea, masuk kedalam sinus venosus, terutama sinus sagitallis superior  4.

(12)

Lapisan di sebelah profunda, meluas ke dalam gyrus cerebri dan diantara folia cerebri terdapat tela chorioidea venticuli. Yang dibentuk oleh serabut-serabut

reticularis dan elastic, ditutupi oleh pembuluh-pembuluh darah cerebral. Pia terdiri dari lapisan sel mesodermal tipis seperti endothelium. Berlawanan dengan arachnoid, membrane ini menutupi semua permukaan otak dan medulla spinalis 4.

Gambar 2: Kulit kepala, kalvaria dan meningen15

 Etiopatofisiologi

Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang belum diketahui dari meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini secara histopatologis  berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang mengalami

granulasi dan perubahan bentuk. Patofisiologi terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade eikosanoid diduga memainkan peranan dalam  pertumbuhan tumor dan perkembangan edema peritumoral 3.

 Histopatologi

Meningioma berasal dari sel-sel yang terdapat pada lapisan meningea serta  bagian-bagian nya. Di antara sel-sel meningea itu belum dapat dipastikan sel mana yang membentuk tumor, tetapi terdapat hubungan erat antara tumor ini dengan villi arachnoid. Tumbuhnya meningioma kebanyakan di tempat ditemukan banyak villi arachnoid. Dari observasi yang dilakukan Mallary (1920) dan didukung Penfield (1923), didapatkan suatu konsep bahwa sel yang membentuk tumor ini ialah fibroblast, sehingga mereka menyebutnya arachnoid fibroblast atau meningeal fibroblastoma1,4

(13)

Ahli patologi pada umumnya lebih menyukai label histologi dari pada label anatomi untuk suatu tumor. Namun istilah meningioma yang diajukan Cushing (1922) ternyata dapat diterima dan didukung oleh Bailey dan Bucy (1931) Orville Bailey (1940) mengemukakan bahwa sel-sel arachnoid berasal dari neural crest, sel-sel arachnoid disebut Cap cells;  pendapat ini didukung Harstadius (1950), bermula dari unsur ektoderm Zuich tetap menggolongkan meningioma ke dalam tumor mesodermal. 1,3,4

Gambaran mikroskopik meningioma amat bervariasi, macam-macam klasifikasi diusulkan, namun Orville Bailey(1940) menganggap klasifikasi meningioma tidak diperlukan.Pandangan ini didasarkan secara biologis karena variasi-variasi histologis tersebut tidak banyak kaitannya dengan keadaan biologi kelompok tumor ini 1,3,4

Klasifikasi menurut Kernohan dan Sayre, yaitu:

1. Meningioma meningotheliomatosa ( syncytial, endothclimatous). 2. Meningioma fibroblastik dan

3. Meningioma angioblastik.

Yang terakhir ada yang menggolongkan sebagai haemangioperisitoma Tipe transisional atau Tipe campuran digolongkan ke dalam kelompok meningioma meningotheliomatosa.1,3

M eni ngi oma meni ngothel iomatosa

Terdiri atas sel-sel uniform, berinti bulat atau oval, mengandung satu atau dua nuklcoii yang nyata, sedangkan membrane sel tidak jelas, sebagian dari kelompok-kelompok sel tersebut tersusun dalam lobulus-lobulus membentuk massa yang  solid. Jaringan ikat pada batas-batas lobulus. Whorls dan psammoma bodies juga merupakan gambaran khas tumor ini.

M eni ngioma ftbroblastik

Terdiri atas sel-sel pipih yang membentuk berkas-berkas yang saling  beranyaman, kadang-kadang dengan bagian-bagian menyerupai struktur palisade. Sel-sel tersebut mirip dengan fibroblast, namun inti Sel-sel identik dengan inti Sel-sel meningioma meningiomatosa. Adanya serabut retikulin yang berlebihan dan serabut kolagen yang menjadi pemisah antara sel pada meningioma tipe ini, merupakan tanda yang khas.

(14)

M eni ngioma angioblastik

Terdiri alas sel-sel tersusun padat, batas-batas sitoplasma tidak jelas, inti sel tersusun rapat. Sel-sel tersebut umumnya menempel pada dinding kapiler, namun kapiler-kapiler tersebut sebagian mengalami dilatasi, sebagian lagi kompresi, sehingga sukar untuk diidentifikasi. Bailey dkk. (1928) beranggapan bahwa sel-sel tumor ini berasal dari elemen dinding pembuluh darah. Beberapa penulis melaporkan  bahwa meningioma angioblastik lebih sering kambuh.

 Klasifikasi

WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah diketahui, termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan derajat  pada hasil biopsi yang dilihat di bawah mikroskop. Penatalaksanaannya pun berbeda- beda di tiap derajatnya7.

a. Grade I

Meningioma tumbuh dengan lambat . Tumor tidak menimbulkan gejala, mungkin pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara periodik. Jika tumor semakin berkembang, maka pada akhirnya dapat menimbulkan gejala, kemudian penatalaksanaan bedah dapat direkomendasikan. Kebanyakan meningioma grade I diterapi dengan tindakan bedah dan observasi secara berterusan 7.

b. Grade II

Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang lebih tinggi juga. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ni. Meningioma grade II biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan7. c. Grade III

Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma malignant atau meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang dari 1 % dari seluruh kejadian meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan yang  pertama untuk grade III diikuti dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi tumor,

(15)

Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtipe berdasarkan lokasi dari tumor 8.

1. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma).

Falx adalah selaput yang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan kanan. Falx cerebri mengandung pembuluh darah besar. Parasagital meningioma terdapat di sekitar falx

2. Meningioma Convexitas (20%).

Tipe meningioma ini terdapat pada permukaan atas otak. 3. Meningioma Sphenoid (20%)

Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah belakang mata. Banyak terjadi pada wanita.

4. Meningioma Olfactorius (10%).

Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang menghubungkan otak dengan hidung. 5. Meningioma fossa posterior (10%).

Tipe ini berkembang di permukaan bawah bagian belakang otak. 6. Meningioma suprasellar (10%).

Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah kotak pada dasar tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitary.

7. Spinal meningioma (kurang dari 10%).

Banyak terjadi pada wanita yang berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pda medulla spinalis setingkat thorax dan dapat menekan sumsum tulang  belakang. Meningioma spinalis dapat menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler

di sekeliling dinding dada, gangguan kencing, dan nyeri tungkai. 8. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%).

Tipe ini berkembang pia mater atau di sekitar mata cavum orbita. 9. Meningioma Intraventrikular (2%).

Terjadi pada ruangan yang berisi cairan di seluruh bagian otak.

 Diagnosis Manifestasi klinik

Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral akibat edema otak dan tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat destruksi dan kompresi jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah, kejang,

(16)

 penurunan kesadaran, gangguan mental, gangguan visual dan sebagainya. Edema  papil dan defisit neurologis lain biasanya ditemukan pada stadium yang lebih lanjut.

Gejala umumnya seperti; a. Sakit kepala,

 Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang  pergi (rekuren) dengan interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam.

Serangan semakin lama semakin sering dengan interval semakin pendek. Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk, bersin atau mengejan (misalnya waktu buang air besar atau koitus). Nyeri kepala juga bertambah berat waktu posisi  berbaring, dan berkurang bila duduk. 8

Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada  pain sensitive  structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. 8

b. Kejang

Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks motorik. Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya, sedang kejang yang sifatnya umum/general sukar dibedakan dengan kejang karna epilepsi. Tapi bila kejang terjadi pertama kali pada usia dekade III dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya tumor otak. 8

c. Mual muntah

Lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala. Muntah biasanya proyektil (menyemprot) tanpa didahului rasa mual, dan jarang terjadi tanpa disertai nyeri kepala. 8

d. Edema Papil

Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputus-putus. Untuk mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil normal terlebih dahulu. Penyebab edema papil ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan terhadap vena sentralis retinae. 8

(17)

a. Meningioma falx dan parasagital - nyeri tungkai

 b. Meningioma Convexitas

- kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal, perubahan status mental c. Meningioma Sphenoid

- kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan pandang, kebutaan, dan  penglihatan ganda

d. Meningioma Olfaktorius

- kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus. e. Meningioma fossa posterior

- nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme otot-otot wajah, berkurangnya  pendengaran, gangguan menelan, gangguan gaya berjalan,

f. Meningioma suprasellar

-  pembengkakan diskus optikus, masalah visus g. Spinal meningioma

- nyeri punggung, nyeri dada dan lengan h. Meningioma Intraorbital

-  penurunan visus, penonjolan bola mata i. Meningioma Intraventrikular

-  perubahan mental, sakit kepala, pusing 8

(18)

 Pemeriksaan Penunjang

Dalam mendiagnosis suatu tumor otak, selain klinis, peranan radiologi sangat  besar. Dahulu angiografi, kemudian CT Scan dan terakhir MRI; terutama untuk tumor-tumor di daerah fossa posterior, karena CT Scan sukar mendiagnosis tumor otak akibat banyaknya artefak, sekalipun dengan kontras. Dengan MRI suatu tumor dapat dengan jelas tervisualisasi melalui di potongan 3 dimensi, sehingga memudahkan ahli bedah saraf untuk dapat menentukan teknik operasi atau menentukan tumor tersebut tidak dapat dioperasi mengingat risiko/komplikasi yang akan timbul.

1. Foto polos

Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada foto polos. Di indikasikan untuk tumor pada mening. Tampak erosi tulang dan dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak. Pembesaran pembuluh darah mening menggambarkan dilatasi arteri meningea yang mensuplai darah ke tumor. Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat bersifat fokal maupun difus 9. 2. CT scan

Meningioma mempunyai gambaran yang agak khas tetapi tidak cukup spesifik apabila diagnosis tanpa dilengkapi pemeriksaan angiografi dan eksplorasi bedah. Angiografi penting untuk menentukan suplai pembuluh darah ke meningiomanya dan untuk menilai efek di sekitar struktur arteri dan venanya. 9.

(19)

Gambar 4. Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan meningioma fossa media. Massa kalsifikasi melekat pada anterior tulang petrous kanan. Terlihat kalsifikasi berbentuk cincin dan  punctata. Tidak terlihat adanya edema. 9.

CT tanpa kontras

Kebanyakan meningioma memperlihatkan lesi hiperdens yang homogen atau  berbintik-bintik, bentuknya reguler dan berbatas tegas. Bagian yang hiperdens dapat memperlihatkan gambaran  psammomatous calcifications.  Kadang-kadang meningioma memperlihatkan komponen hipodens yang prominen apabila disertai dengan komponen kistik, nekrosis, degenerasi lipomatous a tau rongga-rongga. 9

CSF yang loculated.

Sepertiga dari meningioma memperlihatkan gambaran isodens yang biasanya dapat dilihat berbeda dari jaringan parenkim di sekitarnya dan, hampir semua lesi-lesi isodens ini menyebabkan efek masa yang bermakna. 9.

CT dengan kontras :

Semua meningioma memperlihatkan enhancement kontras yang nyata kecuali lesi-lesi dengan perkapuran. Pola enhancement  biasanya homogen tajam (intense) dan  berbatas tegas. Duramater yang berlanjut ke lesinya biasanya tebal, tanda yang relatif

spesifik karena bisa tampak juga pada glioma dan metastasis. 9.

Di sekitar lesi yang menunjukkan enhancement,  bisa disertai gambaran hypodense semilunar collar atau berbentuk cincin. Meningioma sering menunjukkan enhancement heterogen yang kompleks. 9

(20)

Gambar 5.Dua kasus berbeda. A, B. CT-scan menunjukkan kalsifikasi meningioma dari lobus parietal. C, D. CT-scan nonkontras potongan axial menunjukkan massa kalsifikasi yang homogen melekat pada tulang parietal kanan. Jaringan lunak tumor banyak terlihat pada bagian posterior. Penyebab kalsifikasi minor lain pada hemisfer serebri kiri disebabkan oleh penyakit parasit. Gambaran MRI potongan coronal T2 menunjukkan deposit kalsium (seperti bintang) yang dikelilingi jaringan solid. Pada kasus ini tidak terlihat edema. 9.

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Melalui MRI, suatu jaringan menunjukkan sifat-sifat karakteristik tertentu  pada gambar Tl dan T2 maupun proton density. Intensitas jaringan tersebut biasanya  berbeda pada gambar Tl dan T2, kecuali lemak, darah segar, kalsifikasi, maupun  peredaran darah yang cepat. Dengan melihat gambar Tl maupun T2 dapat ditentukan karakteristik suatu tumor apakah tumor tersebut padat, kistik, ada perdarahan, kalsifikasi, nekrosis maupun lemak dan lain-lain. Intensitas jaringan tersebut mulai dari hipo, iso dan hiper intensitas terlihat jelas pada T1 dan T2. 9

Gambar 6: A. Gambaran meningioma falx serebri; potongan koronal. B. Meningioma ala sfenodalis menggunakan CT scan kontras yang ditingkatkan.14

(21)

 Terapi

Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu sendiri. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan  pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah berdasarkan faktor resiko,  pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang untuk menurunkan kejadian rekurensi12.

Rencana preoperatif

Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian antikonvulsan dapat segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi pemberian H2 antagonis beberapa hari sebelum operasi dilaksanakan. Pemberian antibiotik  perioperatif digunakan sebagai profilaksis pada semua pasien untuk organisme stafilokokkus, dan pemberian cephalosporin generasi III yang memiliki aktifitas terhadap organisme pseudomonas, serta pemberian metronidazol (untuk organisme anaerob) ditambahkan apabila operasi direncanakan dengan pendekatan melalui mulut, sinus paranasal, telinga, atau mastoid 12.

Klasifikasi Simptom dari ukuran reseksi pada meningioma intrakranial 12. Grade I : Reseksi total tumor, perlekatan dural dan tulang abnormal

Grade II : Reseksi total tumor, koagulasi dari perlekatan dura

Grade III : Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari perlekatan dura, atau mungkin perluasan ekstradural ( misalnya sinus yang terserang atau tulang yang hiperostotik)

Grade IV : Reseksi parsial tumor

Grade V : Dekompresi sederhana (biopsi)

 Prognosis

Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa kelansungan hidupnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan kelangsungan hidup rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih agresif,

(22)

 perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat besar. Pada  penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10% meningioma akan mengalami

keganasan dan kekambuhannya tinggi 13.

Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang dilaporkan, dengan kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah maka angka kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post operasi selama lima tahun (1942 – 1946) adalah 7,9% dan (1957 – 1966) adalah8,5%. Sebab-sebab kematian menurut laporan-laporan yang terdahulu yaitu perdarahan dan edema otak 13.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. : Fakultas Kedokteran Universtas Indonesia; 2003. Hal 393-4.

2. Focusing on tumor meningioma. Availble from: http://www.abta.org/meningioma.pdf

3. Patogenesis, histopatologi, dan klasifikasi meningioma. Availble from:

http://www.neuroonkologi.com/articles/Patogenesis,%20histopatologi%20dan %20klasifikasi%20meningioma.doc

4. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003. 5. Image of meninx. Available from:www. American Society of Oncology 6.  Netter HF, etc. Spinal nerve origin. In: Neuroanatomy and neurophysiology.

USA: Icon Custom Communication: 2002. P. 24

7. Meningiomas. Available from: www. Mayfieldclinic.com 8. Meningioma. Available from:. http://www.cancer.net

9. Fyann E, Khan N, Ojo A. Meningioma. In: SA Journal of Article Radiology. SA: Medical University of Southern Africa; 2004. p. 3-5.

10. Neuroradiology Imaging Teaching Files Case Thirty Six-Meningioma.. Available from: http://www.uhrad.com/mriarc/mri036.htm

11. Meningioma Available from:

http://www.meddean.luc.edu/Lumen/meded/radio/curriculum/N/Meningioma. html

12.Meningioma. Available from : http://radiopaedia.org/articles/meningioma

13. Widjaja D, Meningioma intracranial. Available from:

http://www.portalkalbe.co.id/files/cdk/files/09MeningiomaIntrakranial016.pdf  /09MeningiomaIntrakranial016.html

(24)

14. Ropper, Adams and victor’s principles of neurology eighth edition. McGraw -Hill Medical Publishing Division. New York. 2005;hal 559

Gambar

Gambar 1: kavitas kranium 15
Gambar 2: Kulit kepala, kalvaria dan meningen 15

Referensi

Dokumen terkait

Pasien datang ke poliklinik bedah RSMS Purwokerto dengan keluhan sakit pinggang di sebelah kiri, saat kencing terasa panas dan sedikit nyeri serta rasa tidak nyaman

Pasien mengeluhkan badan terasa sering kesemutan terutama di bagian tanngan dan kaki yang muncul sejak 2 bulan belakangan dimana keluhan muncul saat pasien

Meski sebelumnnya tidak mengeluhkan rasa nyeri di lidah, namun nyeri ini kemungkinan berasal dari sisa lesi terdahulu dan bukan merupakan lesi baru yang kurang dirasakan

Keluhan yang dirasakan pasien osteoartritis biasanya adalah nyeri pada sendi yang terkena terutama setelah dilakukan pembebanan pada sendi tersebut.. Terapi

Sejak 3 hari SMRS saat di rumah pasien merasakan nyeri kepala tumpul dari bagian dahi hingga ke kepala bagian tengah, tertutama di daerah kepala bagian belakang dan tengkuk.

Pasien dengan keluhan perut nyeri pada kanan atas sejak 5 tahun yang lalu, nyeri seperti ditusuk-tusuk menjalar sampai ke pinggang, nyeri dirasakan hilang

Pada anamnesis pada pasien didapatkan keluhan utama adalah nyeri pada perut kanan atas yang hilang timbul keluhan ini dirasakan os sejak sekitar 3 bulan SMRS, nyeri dirasakan

Screening Test Saat ini keluhan utama :y. S adalah rasa nyeri pada lutut sebelah kiri yang se)ara terus-menerus dirasakan dan bengkak yang tidak kunjung mengempis sejak operasi