PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER RONGGA MULUT
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER RONGGA MULUT
Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Kanker Rongga Mulut Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Kanker Rongga Mulut
Ke
Ketutua a : : SuSunanartrto o ReReksksopoprarawiwiroro, , drdr., ., SpSpB(B(K)K)OnOnkk Ang
Anggotgota a : : BurBurmanmansyasyah h SenSenapiapi, , dr.dr., , SpBSpB(K)(K)OnkOnk Dimyati Achmad, dr., SpB(K)Onk Dimyati Achmad, dr., SpB(K)Onk Drajat R. Suardi,
Drajat R. Suardi, dr., SpB(K)Onkdr., SpB(K)Onk Eddy H. Tanggo,
Eddy H. Tanggo, dr., SpB(K)Onkdr., SpB(K)Onk Idral Darwis, dr., SpB(K)Onk Idral Darwis, dr., SpB(K)Onk I.N.W. Steven Christian, dr.,
I.N.W. Steven Christian, dr., SpB(K)OnkSpB(K)Onk K.M. Yamin Alsoph, dr.,
K.M. Yamin Alsoph, dr., SpB(K)OnkSpB(K)Onk Subianto, dr., SpB(K)Onk
Subianto, dr., SpB(K)Onk Teguh Aryandono, dr.,
Teguh Aryandono, dr., SpB(K)OnkSpB(K)Onk H. Zafiral Azdi Albar,
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER RONGGA MULUT
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER RONGGA MULUT
I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN
A. Batasan A. Batasan
Kanker rongga mulut ialah kanker yang berasal dari epitel baik berasal dari Kanker rongga mulut ialah kanker yang berasal dari epitel baik berasal dari mukosa atau kelenjar liur pada dinding
mukosa atau kelenjar liur pada dinding rongga mulut dan organ dalam mulut.rongga mulut dan organ dalam mulut. Batas-batas rongga mulut ialah
Batas-batas rongga mulut ialah ::
•
• Depan Depan : : tepi tepi vermilion vermilion bibir bibir atas atas dan dan bibir bibir bawahbawah •
• Atas Atas : : palatum palatum durum durum dan dan mollemolle •
• LaLateteraral l : : bubukakal l kakananan n dadan n kikiriri •
• Bawah Bawah : : dasar dasar mulut mulut dan dan lidahlidah •
• BelBelakaakang ng : a: arkurkus fas farinringeugeus as antenteriorior kar kanan nan kirkiri di dan uan uvulvula,a,
arkus arkus
glossopalatinus kanan kiri, tepi lateral pangkal lidah, glossopalatinus kanan kiri, tepi lateral pangkal lidah, papilla sirkumvalata lidah.
papilla sirkumvalata lidah.
Ruang lingkup kanker rongga mulut meliputi daerah s
Ruang lingkup kanker rongga mulut meliputi daerah spesifik dibawah ini :pesifik dibawah ini : a.
a. bibbibirir b.
b. lidah lidah 2/3 2/3 anterioranterior c.
c. mukomukosa sa bukalbukal d.
d. dasadasar r mulutmulut e.
e. ginggiva ginggiva atas datas dan bawan bawahah f.
f. trigtrigonum onum retrretromolomolarar g.
g. palapalatum tum durudurumm h.
h. palapalatum tum mollemolle
Tidak termasuk kanker rongga mulut ialah : Tidak termasuk kanker rongga mulut ialah :
a. Sarkoma dan tumor ganas odontogen pada maksila atau
a. Sarkoma dan tumor ganas odontogen pada maksila atau mandibulamandibula b. Sarkoma jaringan lunak dan syaraf perifer pada
b. Sarkoma jaringan lunak dan syaraf perifer pada bibir atau pipi.bibir atau pipi. c. Karsinoma kulit bibir atau kulit pipi.
c. Karsinoma kulit bibir atau kulit pipi. B. Epidemiologi
B. Epidemiologi
1. Insidens dan frekwensi relatif 1. Insidens dan frekwensi relatif
Berapa besar insidens kanker rongga mulut di Indonesia belum kita ketahui Berapa besar insidens kanker rongga mulut di Indonesia belum kita ketahui dengan pasti. Frekwensi relatif di
dengan pasti. Frekwensi relatif di Indonesia diperkirakan 1,5%-5% dari seluruhIndonesia diperkirakan 1,5%-5% dari seluruh kanker. Insidens kanker rongga mulut pada laki-laki yang tinggi terdapat di kanker. Insidens kanker rongga mulut pada laki-laki yang tinggi terdapat di Perancis yaitu 13.0 per 100.000, dan yang rendah di Jepang yaitu 0.5 per Perancis yaitu 13.0 per 100.000, dan yang rendah di Jepang yaitu 0.5 per 100.000, sedang pada perempuan yang tinggi di India yaitu 5.8 per 100.000 100.000, sedang pada perempuan yang tinggi di India yaitu 5.8 per 100.000 dan yang rendah di Yugoslavia yaitu 0.2 per 100.000 (Renneker, 1988). Angka dan yang rendah di Yugoslavia yaitu 0.2 per 100.000 (Renneker, 1988). Angka kejadian kanker rongga mulut di India sebesar 20-25 per 100.000 atau 40% kejadian kanker rongga mulut di India sebesar 20-25 per 100.000 atau 40% dar
dari i selseluruuruh h kankankerker, , sedsedangangkan kan di di AmeAmerikrika a dadan n EroEropa pa sebsebesaesar r 3-5 3-5 perper 100.000 atau 3-5% dari seluruh kanker. Kanker rongga mulut paling sering 100.000 atau 3-5% dari seluruh kanker. Kanker rongga mulut paling sering mengenai lidah (40%), kemudian dasar mulut (15%), dan bibir (13%).
mengenai lidah (40%), kemudian dasar mulut (15%), dan bibir (13%).
KK
a
a
nn
kk
e
e
rr
RR
..
MM
u
u
llu
u
tt
2. Distribusi kelamin
Kanker rongga mulut lebih banyak terdapat pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 3/2 - 2/1
3. Distribusi umur
Kanker rongga mulut sebagian besar timbul pada usia diatas 40 tahun (70%).
4. Distribusi geografis
Kanker rongga mulut tersebar luas di seluruh dunia. Yang tinggi insidensnya di Perancis dan India, sedang yang rendah di Jepang.
5. Etiologi dan faktor resiko
Etiologi kanker rongga mulut ialah paparan dengan karsinogen, yang banyak terdapat pada rokok atau tembakau.
RIsiko tinggi mendapat kanker rongga mulut terdapat pada orang yang perokok, nginang/susur, peminum alkohol, gigi karies, higiene mulut yang jelek
II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI A. Tipe Histologi
NO TIPE HISTOLOGI ICD.M 1 Squamous cell carc. 5070/3 2 Adenocarcinoma 8140/3 3 Adenoid cyst.carc 8200/3 4 Ameloblastic carc 9270/2 5 Adenolymphoma 8561/3 6 Mal. mixed tumor 8940/3 7 Pleomorphic carc 8941/3 8 Melanoma maligna 8720/3
9 Lymphoma maligna 9590/3-9711/3
Sebagian besar (±90%) kanker rongga mulut berasal dari mukosa yang berupa
karsinoma epidermoid atau karsinoma sel skwamosa dengan diferensiasi baik,
tetapi dapat pula berdiferensiasinya sedang, jelek atau anaplastik. Bila gambaran patologis menunjukkan suatu rabdomiosarkoma, fibrosarkoma, malignant fibrohistiocytoma atau tumor ganas jaringan lunak lainnya, perlu
diperiksa dengan teliti apakah tumor itu benar suatu tumor ganas rongga mulut (C00-C06) ataukah suatu tumor ganas jaringan lunak pipi, kulit atau tulang yang mengadakan invasi ke rongga mulut.
B. Derajat Diferensiasi DERAJAT DIFERENSIASI GRADE KETERANGAN G1 Differensiasi baik G2 Differensiasi sedang G3 Differensiasi jelek G4 Tanpa differensiasi = anaplastik
C. Laporan Patologi Standard
Yang perlu dilaporkan pada hasil pemeriksaan patologis dari spesimen operasi meliputi :
1. tipe histologis tumor
2. derajat diferensiasi (grade)
3. pemeriksaan TNM untuk menentukan stadium patologis (pTNM)
T = Tumor primer - Ukuran tumor
- Adanya invasi kedalam pembuluh darah/limfe - Radikalitas operasi
N = Nodus regional - Ukuran KGB
- Jumlah KGB yang ditemukan - Level KGB yang positif - Jumlah KGB yang positif - Invasi tumor keluar kapsel KGB - Adanya metastase ekstra nodal M = Metastase jauh
III. KLASIFIKASI STADIUM KLINIS
Menentukan stadium kanker rongga mulut dianjurkan memakai sistem TNM dari UICC, 2002. Tatalaksana terapi sangat tergantung dari stadium. Sebagai ganti stadium untuk melukiskan beratnya penyakit kanker dapat pula dipakai luas ekstensi penyakit.
Stadium karsinoma rongga mulut :
ST T N M TNM KETERANGAN
0 TIS N0 M0 T0 Tidak ditemukan tumor TIS Tumor in situ
I T1 N0 M0 T1 ≤ 2 cm
T2 >2 cm - 4 cm II T2 N0 M0 T3 > 4 cm
T4a
T4b
Bibir :infiltrasi tulang, n.alveolaris inferior, dasar
mulut, kulit
Rongga mulut : infiltrasi tulang, otot lidah
(ekstrinsik /deep), sinus maksilaris, kulit
Infiltrasi masticator space, pterygoid plates,
dasar tengkorak, a.karotis interna III T3 N0 M0
T1 N1 M0 N0 Tidak terdapat metastase regional
T2 N1 M0 N1 KGB Ipsilateral singel, ≤ 3 cm
T3 N1 M0 N2a KGB Ipsilateral singel, >3 - 6 cm N2b KGB Ipsilateral multipel, < 6 cm IVA T4 Tiap T N0,N1 N2 M0 M0 N2c KGB Bilateral /kontralateral, < 6 cm N3 KGB > 6 cm IVB Tiap T N3 M0
IVC Tiap T Tiap N M1 M0 Tidak ditemukan metastase jauh M1 Metastase jauh
Luas ekstensi kanker: NO LUAS EKSTENSI 1 Kanker In Situ 2 Kanker lokal 3 Ekstensi lokal 4 Metastase jauh
5 Ekstensi lokal disertai meta jauh
IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Klinis a. Anamnesa
Anamnesa dengan cara kwesioner kepada penderita atau keluarganya. 1. Keluhan
2. Perjalanan penyakit
3. Faktor etiologi dan risiko
4. Pengobatan apa yang telah diberikan 5. Bagaimana hasil pengobatan
6. Berapa lama kelambatan b. Pemeriksaan fisik
1) Status general
Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki Tentukan tentang : a. penampilan
b. keadaan umum c. metastase jauh 2) Status lokal
Dengan cara : 1. Inspeksi
2. Palpasi bimanual
Kelainan dalam rongga mulut diperiksa dengan cara inspeksi dan palpasi dengan bantuan spatel lidah dan penerangan memakai lampu senter atau lampu kepala. Seluruh rongga mulut dilihat, mulai bibir sampai orofaring posterior. Perabaan lesi rongga mulut dilakukan dengan memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam mulut. Untuk menentukan dalamnya lesi dilakukan dengan perabaan bimanuil. Satu atau 2 jari tangan kanan atau kiri dimasukkan ke dalam rongga mulut dan jari-jari tangan lainnya meraba lesi dari luar mulut.
Untuk dapat inspeksi lidah dan orofaring maka ujung lidah yang telah dibalut dengan kasa 2x2 inch dipegang dengan tangan kiri pemeriksa dan ditarik keluar rongga mulut dan diarahkan kekanan dan kekiri untuk melihat permukaan dorsal, ventral, dan lateral lidah, dasar mulut dan orofaring. Inspeksi bisa lebih baik lagi bila menggunakan bantuan cermin pemeriksa
Tentukan dimana lokasi tumor primer, bagaimana bentuknya, berapa besarnya dalam cm, berapa luas infiltrasinya, bagaimana
operabilitasnya
3) Status regional
Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher leher
lokasinya, jumlahnya, ukurannya ( yang terbesar ), dan mobilitasnya.
2. Pemeriksaan Radiografi a. X-foto polos
o X-foto mandibula AP, lateral, Eisler, panoramik, oklusal,
dikerjakan pada tumor gingiva mandibula atau tumor yang lekat pada mandibula
o X-foto kepala lateral, Waters, oklusal, dikerjakan pada tumor
gingiva, maksila atau tumor yang lekat pada maksila
o X-foto Hap dikerjakan pada tumor palatum durum
o X-foto thorax, untuk mengetahui adanya metastase paru
b. Imaging ( dibuat hanya atas indikasi )
o USG hepar untuk melihat metastase di hepar
o CT-scan atau MRI untuk menilai luas ekstensi tumor lokoregional o Scan tulang, kalau diduga ada metastase ke tulang
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali
fosfatase, BUN/kreatinin, albumin, globulin, serum elektrolit, faal hemostasis, untuk menilai keadaan umum dan persiapan operasi
4. Pemeriksaan Patologi
Semua penderita kanker rongga mulut atau diduga kanker rongga mulut harus diperiksa patologis dengan teliti.
Spesimen diambil dari biopsi tumor
Biopsi jarum halus (FNA) untuk pemeriksaan sitologis dapat dilakukan pada tumor primer atau pada metastase kelenjar getah bening leher.
Biopsi eksisi : bila tumor kecil, 1 cm atau kurang eksisi yang dikerjakan ialah eksisi luas seperti tindakan operasi definitif ( 1 cm dari tepi tumor)
Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch biopsy) menggunakan tang aligator: bila tumor besar atau inoperabel
Yang harus diperiksa dalam sediaan histopatologis ialah tipe, diferensiasi dan luas invasi dari tumor.
Biopsi sebaiknya dikerjakan dengan anestesi umum dan sekaligus dapat dikerjakan eksplorasi bimanuil untuk menentukan luas infiltrasi tumor (staging)
Tumor besar yang diperkirakan inoperabel :
Biopsi dikerjakan dengan anestesi blok lokal pada jaringan normal di sekitar tumor.( anestesi infiltrasi pada tumor tidak boleh dilakukan untuk mencegah penyebaran sel kanker).
MACAM DIAGNOSIS YANG DITEGAKKAN 1. Diagnosis utama
Ialah gambaran makroskopis penyakit kankernya sendiri, yang merupakan diagnosis klinis
2. Diagnosis komplikasi
Ialah penyakit lain yang diakibatkan oleh kanker itu 3. Diagnosis sekunder
Ialah penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kanker yang diderita, tetapi dapat mempengaruhi pengobatan atau prognosenya. 4. Diagnosis patologi
Ialah gambaran mikroskopis dari kanker itu
V. PROSEDUR TERAPI
Penanganan kanker rongga mulut sebaiknya dilakukan secara multidisipliner yang melibatkan beberapa bidang spesialis yaitu:
- oncologic surgeon
- plastic & reconstructive surgeon - radiation oncologist
- medical oncologist - dentists
- rehabilitation specialists
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan kanker rongga mulut ialah eradikasi dari tumor, pengembalian fungsi dari rongga mulut, serta aspek kosmetik /penampilan penderita.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan macam terapi ialah
a) Umur penderita
b) Keadaan umum penderita c) Fasilitas yang tersedia d) Kemampuan dokternya e) Pilihan penderita.
Untuk lesi yang kecil (T1 dan T2), tindakan operasi atau radioterapi saja dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi, dengan catatan bahwa radioterapi saja pada T2 memberikan angka kekambuhan yang lebih tinggi daripada tindakan operasi.
Untuk T3 dan T4, terapi kombinasi operasi dan radioterapi memberikan hasil yang paling baik. Pemberian neo-adjuvant radioterapi dan atau kemoterapi sebelum tindakan operasi dapat diberikan pada kanker rongga locally advanced (T3,T4).
Radioterapi dapat diberikan secara interstisial atau eksternal, tumor yang eksofitik dengan ukuran kecil akan lebih banyak berhasil daripada tumor yang
endofitik dengan ukuran besar.
Peran kemoterapi pada penanganan kanker rongga mulut masih belum banyak, dalam tahap penelitian kemoterapi hanya digunakan sebagai neo-adjuvant pre-operatif atau adjuvan post-pre-operatif untuk sterilisasi kemungkinan adanya mikro metastasis.
Sebagai pedoman terapi untuk kanker rongga mulut dianjurkan seperti tabel 9 berikut:
Anjuran terapi untuk kanker rongga mulut
ST T.N.M. OPERASI RADIOTERAP I KHEMOTERAPI I T1.N0.M0 Eksisi radikal atau Kuratif, 50-70 Gy Tidak dianjurkan II T2.N0.M0 Eksisi radikal atau Kuratif, 50-70 Gy Tidak dianjurkan III T3.N0.M0 T1,2,3.N1.M0 Eksisi radikal
dan Post op. 30-40 Gy (dan) CT IVA T4N0,1.M0 Tiap T.N2.M0 Eksisi radikal dan Post.op 30-40 Gy IVB Tiap T.N3.M0 -operabel -inoperabel Eksisi radikal -dan Post.op 30-40 Gy Paliatif, 50-70 Gy (dan) CT IVC TiapT.tiapN.M 1
Paliatif Paliatif Paliatif
Residif lokal Operasi untuk residif post RT RT untuk residif post op dan CT Metastase Tidak dianjurkan Tidak dianjurkan CT
Karsinoma bibir
T1 : eksisi luas atau radioterapi T2 : eksisi luas
Bila mengenai komisura, radioterapi akan memberikan kesembuhan dengan fungsi dan kosmetik yang lebih baik
T3,4 : eksisi luas + deseksi suprahioid + radioterapi pasca bedah Karsinoma dasar mulut
T1 : eksisi luas atau radioterapi
T2 : tidak lekat periosteum→eksisi luas
Lekat periosteum →eksisi luas dengan mandibulektomi marginal
T3,4 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal + diseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah
Karsinoma lidah
T1,2 : eksisi luas atau radioterapi
T3,4 : eksisi luas + deseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah Karsinoma bukal
T1,2 : eksisi luas
Bila mengenai komisura oris, radioterapi memberikan kesembuhan dengan fungsi dan kosmetik yang lebih baik
T3,4 : eksisi luas + deseksi supraomohioid + radioterapipasca bedah
Karsinoma ginggiva
T1,2 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal
T3 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal + diseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah
T4 (infiltrasi tulang/cabut gigi setelah ada tumor) :
eksisi luas dengan mandibulektomi segmental + diseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah
Karsinoma palatum
T1 : eksisi luas sampai dengan periost
T2 : eksisi luas sampai dengan tulang dibawahnya
T3 : eksisi luas sampai dengan tulang dibawahnya + diseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah
T4 (infiltrasi tulang) :
Maksilektomi infrastruktural parsial / total tergantung luas lesi + diseksi supraomohiod +radioterapi pasca bedah
Karsinoma trigonum retromolar
T1,2 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal T3 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal
+ diseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah
T4 (infiltrasi tulang) : Eksisi luas dengan mandibulektomi segmental + diseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah
Untuk karsinoma rongga mulut T3 dan T4, penanganan N0 dapat dilakukan deseksi leher selektif atau radioterapi regional pasca bedah. Sedangkan N1 yang didapatkan pada setiap T harus dilakukan deseksi leher radikal. Bila memungkinkan, eksisi luas tumor primer dan deseksi leher tersebut harus dilakukan secara en-block.
Pemberian radioterapi regional pasca bedah tergantung hasil pemeriksaan patologis metastase kelenjar getah bening tersebut ( jumlah kelenjar getah bening yang positif metastase, penembusan kapsul kelenjar getah bening/ ektra kelenjar getah bening)
A. Terapi Kuratif
Terapi kuratif untuk kanker rongga mulut diberikan pada kanker rongga mulut stadium I, II, dan III.
1. Terapi utama
Terapi utama untuk stadium I dan II ialah operasi atau radioterapi yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing-masing-masing. Sedangkan untuk stadium III dan IV yang masih operabel ialah kombinasi operasi dan radioterapi pasca bedah
Pada terapi kuratif haruslah diperhatikan:
a) Menurut prosedur yang benar, karena kalau salah hasilnya tidak menjadi kuratif.
b) Fungsi mulut untuk bicara, makan, minum, menelan, bernafas, tetap baik. c) Kosmetis cukup dapat diterima.
a. Operasi
Indikasi operasi: 1) Kasus operabel 2) Umur relatif muda 3) Keadaan umum baik
4) Tidak terdapat ko-morbiditas yang berat
Prinsip dasar operasi kanker rongga mulut ialah :
1) Pembukaan harus cukup luas untuk dapat melihat seluruh tumor dengan ekstensinya
2) Eksplorasi tumor: untuk menentukan luas ekstensi tumor 3) Eksisi luas tumor
o Tumor tidak menginvasi tulang, eksisi luas 1-2 cm diluar tumor
o Menginvasi tulang,eksisi luas disertai reseksi tulang yang
terinvasi
4) Diseksi KGB regional (RND = Radical Neck Disection atau modifikasinya), kalau terdapat metastase KGB regional.
Diseksi ini dikerjakan secara enblok dengan tumor primer bilamana memungkinkan.
5) Tentukan radikalitas operasi durante operasi dari tepi sayatan dengan pemeriksaan potong beku . Kalau tidak radikal buat garis sayatan baru yang lebih luas sampai bebas tumor.
6) Rekonstruksi defek yang terjadi. b. Radioterapi
Indikasi radioterapi
1) Kasus inoperabel 2) T1,2 tempat tertentu (lihat diatas) 3) Kanker pangkal lidah 4) Umur relatif tua
5) Menolak operasi 6) Ada ko-morbiditas yang berat Radioterapi dapat diberikan dengan cara:
1) Teleterapi memakai: ortovoltase, Cobalt 60, Linec dengan dosis
5000 - 7000 rads.
2) Brakiterapi: sebagai booster dengan implantasi intratumoral jarum
Irridium 192 atau Radium 226 dengan dosis 2000-3000 rads.
2. Terapi tambahan
a. Radioterapi
Radioterapi tambahan diberikan pada kasus yang terapi utamanya operasi.
(1) Radioterapi pasca-bedah
Diberikan pada T3 dan T4a setelah operasi, kasus yang tidak dapat dikerjakan eksisi radikal, radikalitasnya diragukan, atau terjadi kontaminasi lapangan operasi oleh sel kanker.
(2) Radioterapi pra-bedah
Radioterapi pra-bedah diberikan pada kasus yang operabilitasnya diragukan atau yang inoperabel.
b. Operasi
Operasi dikerjakan pada kasus yang terapi utamanya radioterapi
yang setelah radioterapi menjadi operabel atau timbul residif setelah radioterapi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi diberikan pada kasus yang terjadi kontaminasi lapangan operasi oleh sel kanker, kanker stadium III atau IV atau timbul residif setelah operasi dan atau radioterapi.
3. Terapi Komplikasi
a. Terapi komplikasi penyakit
Pada umumnya stadium I sampai II belum ada komplikasi penyakit, tetapi dapat terjadi komplikasi karena terapi.
Terapinya tergantung dari komplikasi yang ada, misalnya: 1) Nyeri: analgetika 2) Infeksi: antibiotika
3) Anemia: hematinik 4) Dsb. b. Terapi komplikasi terapi
1) Komplikasi operasi: menurut jenis komplikasinya 2) Komplikasi radioterapi: menurut jenis komplikasinya 3) Komplikasi kemoterapi: menurut jenis komplikasinya 4. Terapi bantuan
5. Terapi sekunder
Kalau ada penyakit sekunder diberi terapi sesuai dengan jenis penyakitnya.
B. Terapi Paliatif
Terapi paliatif ialah untuk memperbaiki kwalitas hidup penderita dan mengurangi keluhannya terutama untuk penderita yang sudah tidak dapat disembuhkan lagi.
Terapi paliatif diberikan pada penderita kanker rongga mulut yang: 1. Stadium IV yang telah menunjukkan metastase jauh
2. Terdapat ko-morbiditas yang berat dengan harapan hidup yang pendek 3. Terapi kuratif gagal
4. Usia sangat lanjut
Keluhan yang perlu dipaliasi antara lain: 1. Loko regional
a) Ulkus di mulut/leher b) Nyeri c) Sukar makan, minum, menelan
d) Mulut berbau e) Anoreksia f) Fistula oro-kutan 2. Sistemik:
a) Nyeri b) Sesak nafas c) Sukar bicara d) Batuk-batuk e) Badan mengurus f) Badan lemah (1) Terapi utama
1. Tanpa meta jauh: Radioterapi dengan dosis 5000-7000 rads. Kalau perlu kombinasikan dengan operasi
2. Ada metastase jauh: Kemoterapi
Kemoterapi yang dapat dipakai antara lain: 1) Karsinoma epidermoid:
Obat-obat yang dapat dipakai: Cisplatin, Methotrexate, Bleomycin, Cyclophosphamide, Adryamycin, dengan angka remisi 20 -40%. Misalnya:
a) Obat tunggal: Methotrexate 30 mg/m2 2x seminggu
b) Obat kombinasi:
V = Vincristin : 1,5 mg/m2 hl
B = Bleomycin : 12 mg/m2 hl + 12 jam ⇒diulang tiap
M = Methotrexate : 20 mg/m2 h3, 8 2-3 minggu
2) Adeno karsinoma :
Obat-obat yang dapat dipakai antara lain: Flourouracil,
Mithomycin-C, Ciplatin, Adyamycin, dengan angka remisi 20-30%. Misalnya:
a) Obat tunggal : Flourouracil: Dosis permulaan : 500 mg/m2
Dosis pemeliharaan : 20 mg/m2 tiap 1-2 minggu
b) Obat kombinasi:
F = Flourouracil: 500 mg/m2, hl,8,14,28
A = Adryamycin: 50 mg/m2, hl,21 ⇒diulang tiap
(2) Terapi tambahan
Kalau perlu: Operasi, kemoterapi, atau radioterapi
(3) Terapi komplikasi
1. Nyeri: Analgetika sesuai dengan “step ladder WHO” 2. Sesak nafas: trakeostomi
3. Sukar makan: gastrostomi 4. Infeksi: antibiotika
5. Mulut berbau: obat kumur 6. Dsb.
(4) Terapi bantuan 1. Nutrisi yang baik 2. Vitamin
(5) Terapi sekunder
Bila ada penyakit sekunder, terapinya sesuai dengan penyakit yang bersangkutan.
Leukoplakia/Eritroplakia
Hilangkan faktor penyebab, Sitologi eksfoliatif (Papanicoleau)
Klas I Klas II Klas III Klas IV
3 bl
Ulangan sitologi
Bila 2x ulangan sitologi Biopsi hasilnya tetap Klas I-III
Suspek Karsinoma Rongga Mulut, N0,M0
< 1 cm
biopsi eksisional (eksisi luas) biopsi insisional
ganas tak ganas ganas
tak radikal radikal eksisi
re-eksisi/ operabel radioterapi lokal
T1 T2 T3,4a kemo dan/rad lokal preoperatif
radioterapi
eksisi luas eksisi luas +
deseksi KGB leher selektif*/ radioterapi lokoregional
radioterapi
tak radikal radikal lokoregional
+
(sitostatika)
re-eksisi / meta kgb(+) meta kgb (-) radioterapi lokal
T low grade T high grade radioterapi
lokoregional +
(sitostatika) radioterapi radioterapi lokal lokoregional
* Diseksi suprahioid untuk karsinoma bibir
Diseksi supraomohioid untuk karsinoma rongga mulut Diseksi bilateral untuk lesi di garis tengah
N POSITIP
N 1,2 N 3
T di operasi T di radioterapi radioterapi preopera
Deseksi leher radikal radioterapi operabel (RND) lokoregional dengan/tanpa radioterapi lokoregional *) T dioperasi T diradioterapi radioterapi sisa (+) sisa (-) + (sitostatika)
diseksi leher radikal (RND) + radioterapi T ( -) T (+) lokoregional + (sitostatika) ND parsial/ sitostatika RND modifikasi lokoregional + (sitostatika)
Letak lesi ditengah (midline) : Untuk T 3,4 →penanganan N negatif bilateral
N positif bilateral : RND dapat dikerjakan satu tahap dengan preservasi 1 v.jugularis interna atau dikerjakan 2 tahap dengan jarak waktu 3-4 minggu. *) Indikasi radioterapi ajuvan pada leher setelah RND :
1. Kelenjar getah bening yang mengandung metastase > 1 buah 2. Diameter kelenjar getah bening > 3 cm
3. Ada pertumbuhan ekstrakapsuler 4. High grade malignancy
M POSITIP
sitostatika +
paliatif (bila perlu):
operasi (trakeotomi,gastrostomi) radioterapi
medikamentos
TUMOR RESIDIF
terapi primer operatif terapi primer radioterapi
operabel inoperabel operabel
operasi radioterapi operasi
+ +
radioterapi (sitostatika) sitostatika +
Residif lokal/regional/jauh (metastase) →penanganannya dirujuk ke penanganan
T/N/M seperti skema yang bersangkutan
PERLAKUAN PADA MANDIBULA
tumor lekat mandibula jarak dengan tumor < radiologis
infiltrasi tulang (-) infiltrasi tulang (+)
reseksi segmental enblok
reseksi marginal enblok
REKONSTRUKSI
Jaringan lunak mandibula
rekonstruksi temporer
rekonstruksi segera dengan kawat Kirschner/plat protese (obtu
1 tahun
residif (-) residif (+)
rekonstruksi permanen penanganan tumor residif tandur tulang
VI. PROSEDUR FOLLOW UP
Jadwal follow up dianjurkan sebagai berikut:
1) Dalam 3 tahun pertama : setiap 3 bulan
2) Dalam 3-5 tahun : setiap 6 bulan
3) Setelah 5 tahun : setiap tahun sekali untuk seumur hidup Pada follow up tahunan, penderita diperiksa secara lengkap, fisik, X-foto
toraks, USG hepar, dan bone scan untuk menentukan apakah penderita betul bebas dari kanker atau tidak.
Pada follow up ditentukan:
1) Lama hidup dalam tahun dan bulan
2) Lama interval bebas kanker dalam tahun dan bulan 3) Keluhan penderita
4) Status umum dan penampilan 5) Status penyakit
(1) Bebas kanker (2) Residif
(3) Metastase (4) Timbul kanker atau penyakit baru 6) Komplikasi terapi
LAMPIRAN
A. Klasifikasi Kanker Rongga Mulut
Tabel 1 : Jenis-jenis kanker rongga mulut
NO JENIS KANKER NO.ICD JENIS KANKER NO.ICD
1 KANKER BIBIR C00
Bibir atas, bagian luar
C00.0 Bibir, bagian dalam C00.5 Bibir bawah, bagian
luar
C00.1 Sudut bibir C00.6
Bibir, bagian luar
C00.2 Bibir, tumpang tindih C00.8 Bibir atas, bagian
dalam
C00.3 Bibir, tanpa spesifikasi C00.9 Bibir bawah, bagian
dalam
C00.4
2 KANKER PANGKAL LIDAH C01
3 KANKER LIDAH, BAGIAN LAINNYA C02 Lidah, permukaan
dorsal
C02.0 Lidah, tonsil lingua C02.4 Lidah, bagian tepi C02.1 Lidah, tumpang tindih C02.8 Lidah, permukaan
ventral
C02.2 Lidah, tanpa spesifikasi C02.9 Lidah, 2/3 bagian
anterior
C02.3
4 KANKER GUSI C03
Gusi atas C03.0 Gusi, tanpa spesifikasi C03.9
Gusi bawah C03.1
5 KANKER DASAR MULUT C04
Dasar mulut, anterior C04.0 DM, tumpang tindih C04.8 Dasar mulut, lateral C04.1 DM, tanpa spesifikasi C04.9
6 KANKER PALATUM C05
Palatum durum C05.0 Palatum, tumpang tindih C05.8
Palatum molle C05.1 Palatum, tanpa
spesifikasi
C05.9
Uvula C05.2
7 KANKER MULUT, LAINNYA DAN TANPA SPESIFIKASI C06 Mukosa pipi C06.0 Mulut, tumpang tindih C06.8 Vestibulum oris C06.1 Mulut, tanpa spesifikasi C06.9 Regio retromolar C06.2
1. Pemeriksaan toluidine blue
Untuk memudahkan melihat adanya kanker dapat digunakan larutan toluidine biru yang akan memberi warna biru pada sel kanker. Jaringan
normal tidak mengisap warna, sedang lesi pra-ganas atau non neoplasma tidak konstan mengisap warna.
Menurut Mashberg tehnik memberi warna rongga mulut sebagai berikut: 1. Kumur dengan larutan asam asetat 1% : 20 detik
2. Kumur dengan air : 20 detik, 2 x 3. Kumur dengan larutan toluidine blue 1% : 5-10 cc
4. Kumur lagi dengan larutan asam asetat 1% : 1 menit 5. Kumur dengan air.
Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam kemudian, pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas sebesar 90%.
Adapun larutan toluidine biru terdiri dari : 1. Toluidine chlorida : 1 gr
2. Asam asetat : 10 cc 3. Alkohol absolut : 4,2 cc
4. Aquadest : 100 cc
2. Pemeriksaan panendoskopi
Pada kanker rongga mulut, paru, dan esofagus kadang didapatkan synchronous tumor (10%), oleh karena itu ada yang menganjurkan pemeriksaan panendoskopi dilakukan sebagai prosedur diagnostik baku.
3. Pemeriksaan sitologi
Sitologi eksfoliatifa dari spesimen kerokan atau inprint dari tumor primer dikerjakan pada lesi yang berupa bercak/superfisial
Bila hasilnya :
Klas I- III : lakukan ulangan sitologi 3 bulan lagi. Bila 2x ulangan sitologi tetap klas I-III maka perlu dibiopsi
Klas IV-V : lakukan biopsi
4. Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET)
Pemeriksan imaging dengan PET menggunakan tirosin sebagai tracer memiliki sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi untuk karsinoma rongga
mulut.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi tumor <4mm. Untuk staging memiliki sensitivitas 71% dan spesifisitas 99%, sedangkan untuk dteksi kekambuhan memiliki sensitivias 92% dan spesifisitas 81%.
C. Prosedur Terapi
1. Vascular access surgery
Untuk keperluan pemberian kemoterapi intra-arteriel pada karsinoma rongga mulut yang inoperabel, dapat dilakukan graft vena safena parva pada a. karotis eksterna dengan membuat loop berbentuk α, dengan memfiksasi graft tersebut dibawah permukaan kulit.
2. Neo-ajuvan kemo/radioterapi
Untuk karsinoma rongga mulut T3,T4 yang akan dilakukan operasi dapat diberikan neo-ajuvan kemo/radioterapi terlebih dahulu agar batas tumor menjadi lebih jelas sehingga memudahkan eksisinya. Dianjurkan eksisi
tetap 1-2 cm dari margin tumor sebelum pemberian neo-ajuvan kemo/radioterapi.
3. Brachytherapy
Brachytherapy pada karsinoma rongga mulut memberikan efektivitas yang lebih tinggi daripada external beam radiotherapy. Untuk lesi yang besar, brachytherapy dikombinasi dengan external beam radiotherapy.
1. J, Carew JF, Shah JP. Cancer of the Head and Neck, in Surgical Oncology-Contemporary Principles & Practice, Blaad KI, Daly JM, Karakousis CP (eds.),
Mc.Graw-Hill Co.,New York, 2001, pp.519-525
1. Greene FL,Balch CM, Fleming ID, Fritz ADG, Haller DG, Morrow M, Page DL.
AJCC Cancer Staging Handbook- TNM Classification of Malignant Tumors, Springer-Verlag Heidelberg, Heidelberg, 2002.
2. Kazi RA. Current Concepts In the Management of Oral Cancer.
http://www.indiandoctors.com/papers.htm
3. Mashberg, A.: Tolonium chloride (Toluidine) rinse. A screening method for recognation of squamous carcinoma. Continuing study of oral cancer. IV. JAMA, 245: 2408-2410,1981.
4. Million RR, Cassisi NJ, Mancuso AA. Oral Cancer, in Management of Head and Neck Cancer: A Multidisciplinary Aproach, Million RR and Cassisi NJ (eds), 2nd ed.,JB Lippincott Co., Philadelphia, 1994, pp.321-400
5. National Cancer Institute. Lip and Oral Cavity Cancer, Treatment statement for health professionals, Med.News,
http://www.meb.unibonn.de/cancer.gov/CDR0000062930.html
6. Ord RA, Blanchaert RH. Current management of oral cancer- A multidisciplinary approach, JADA 2001; 132: 195-235
7. Panje, W.R.: Surgical Therapy of Oral Cavity Tumors. In Comprehensive Management of Head and Neck Tumors, Thawley, S.E., Parje, W.R. (eds),
Philadelphia, W.B. Saunders Co., 1987,pp.460-606
8. Rubin P, McDonald S. and Oazi R.: Clinical Oncology. A multidisciplinary Approach for Physicians and Students. 7th. ed., WB.Saunders Co. Philadelphia, 1993, pp.332-336
9. Ship JA, Chavez EM, Gould KL, Henson BS, Sarmadi M. Evaluation an Management of Oral Cancer. Home Health Care Consultant 1999;6: 2-12
10. WHO : ICD-10 International Classification of Disease and Related Health Problems, WHO, Geneve, 1992.
11. WHO : ICD-0. International Classification of Disease for Oncology. 2nd ed. WHO, Geneve,1990.
12. Fleming I D, Cooper J S, Henson D E, Hutter R V P, Kennedy B J, Murphy G P,
O’Sullivan B, Sobin L H, Yarbro J W (ed), AJCC Cancer Staging Manual, 5th ed , Philadelphia, Lippincott-Raven, 1997, 24-40
13. Sobin L H & Wittekind Ch (ed), TNM Classification of Malignant Tumours, 6th ed, New York, Wiley-Liss, 2002, 22-26
14. Schantz S P, Harrison L B, Forastiere A A, Tumors of the Nasal Cavity and
Paranasal Sinuses, Nasopharynx, Oral Cavity, and Oropharynx, in DeVita Jr V T, Hellman S, Rosenberg S A (ed), Cancer Principles & Practice of Oncology, 6th ed, Philadelphia, Lippincott-Raven, 2001, 797-860
15. Laramore G E, Coltrera M D, Hunt K J, Tumors of the Head and Neck, in Rubin P,
Williams J P, Clinical Oncology A Multidisciplinary Approach for Physicians and Students, 8th ed, Philadelphia, W.B. Saunders Company, 2001, 405-461
16. Bradford C R, Head and Neck Malignancies, in Norton J A, Bollinger R R, Chang A E, Lowry S F, Mulvihill S J, Pass H I, Thompson R W (ed), Surgery: Basic Science and Clinical Evidence, New York, Springer Verlag, 2000, 1779-1794