• Tidak ada hasil yang ditemukan

Parenting Stres pada Orang Tua dalam Merawat Anak Tunagrahita di SLB ABC Taman Pendidikan Islam (TPI) Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Parenting Stres pada Orang Tua dalam Merawat Anak Tunagrahita di SLB ABC Taman Pendidikan Islam (TPI) Medan Chapter III VI"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka konseptual

Kerangka konsep merupakan visualisasi yang menerangkan tentang hubungan konsep-konsep yang tidak bisa secara langsung diteliti oleh peneliti. Konsep-konsep ini dirubah menjadi sebuah variabel sehingga dapat diukur (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konseptual dalam penelitian ini ialah mengenai parenting stressorang tua dalam merawat anak Tunagrahita yang timbul dari aspek parent distress (distress orang tua), difficult child (perilaku anak yang sulit), dan parent-child dysfunctional interaction(tidak berfungsinya interaksi orang tua-anak).

Skema 3.1. Kerangka konseptual

parenting stress:

Distress orang tua Perilaku anak yang sulit

Tidak berfungsinya interaksi orang tua-anak

Tinggi

Sedang

(2)

27

3.2. Definisi operasional

Tabel 3.1. Definisi operasional parenting stress

Variabel Definisi

mengasuh anak yang

masih menjadi

tanggungan orang tua

yang dilihat dari :

(3)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain penelitian

Jenis penelitian ini ialah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yaitu deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat parenting stresspada orang tua dalam merawat anak Tunagrahita di SLB ABC Taman Pendidikan Islam (TPI) Medan dan mengidentifikasi parenting stressyang dilihat dari tingkat perilaku anak yang sulit, distress orang tua, dan tidak berfungsinya interaksi orang tua-anak.

4.2. Populasi dan sampel penelitian 4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh orang tua dari anak Tunagrahita yang bersekolah di SLB ABC Taman Pendidikan Islam (TPI) Medan. Adapun jumlah anak Tunagrahita yang bersekolah di SLB ABC Taman Pendidikan Islam (TPI) Medan berjumlah 67 orang.

4.2.2. Sampel penelitian

(4)

29

1. Orang tua yang memiliki anak Tunagrahita yang bersekolah di SLB ABC TPI Medan dan tinggal bersama anaknya.

2. Orang tua yang bersedia menjadi responden penelitian ini. 4.3. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB ABC Taman Pendidikan Islam (TPI) Medan. Proses untuk melakukan penelitian ini dimulai sejak bulan September tahun 2016 hingga bulan Juni tahun 2017. Adapun proses pengumpulan data pada tanggal 17- 29 April 2017.

4.4. Pertimbangan etik penelitian

(5)

4.5. Instrumen penelitian

Instrumen dalam penelitian ini ialah kuesioner. Kuesioner ini dibuat oleh peneliti sesuai dengan konsep pada tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari 30 item. Masing-masing terdiri dari 10 item pernyataan yang menunjukkan perilaku anak yang sulit, 10 item pernyataan yang menunjukkan distress orang tua, dan 10 item pernyataan yang menunjukkan tidak berfungsinya interaksi orang tua-anak.Pada tingkat parenting stress, bila dalam kategori tinggi akan menunjukkan bahwa tingginya tingkat parenting stressorang tua. Skala ukur dalam penelitian ini ialah skala ordinal. Skala ordinal ialah skala yang beranggotakan berdasarkan urutan lebih besar atau lebih kecil atau perbedaan tingkat antara anggota himpunan (Notoatmodjo, 2010).

(6)

31

Pada setiap sub variabel akan dilihat juga tingkat parenting stressorang tua. Tingkat parenting stressorang tua yang terlihat dari 20 pernyataan yang menunjukkan distress orang tua akan dilihat tinggi bila skor responden > 30, dan sedang bila skor responden 20-30, serta rendah bila skor responden <20. Kemudian tingkat parenting stressorang tua yang terlihat dari 10 pernyataan yang menunjukkan perilaku anak yang sulit akan dilihat tinggi bila skor responden > 30, dan sedang bila skor responden 20-30, serta rendah bila skor responden <20. Selanjutnya tingkat parenting stressorang tua yang terlihat dari 10 pernyataan yang menunjukkan tidak berfungsinya interaksi orang tua-anak akan dilihat tinggi bila skor responden > 30, dan sedang bila skor responden 20-30, serta rendah bila skor responden <20.

4.6. Validitas dan reliabilitas

(7)

diukur telah dicakup melalui item pertanyaan dalam tes. Pernyataan yang tidak valid langsung diganti oleh peneliti berdasarkan saran dari penguji validitas. Berdasarkan hasil validasi isi dari ahli dan telah dilakukan perhitungan, maka didapatkan bahwa kuesioner parenting stress telah dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan skor nilai ketepatan yaitu 1. Hasil validitas oleh ahli terlampir.

Setelah dilakukan uji validitas, kemudian diuji nilai reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas ini berguna untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat digunakan atau konsisten. Uji reliabilitas dilakukan pada 10 responden diluar sampel dengan kriteria yang sama dengan sampel yaitu orang tua yang memiliki anak Tunagrahita di SLB C Muzdalifah. Perhitungan reliabilitas menggunakan komputerisasi dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk kuesioner dan skala bertingkat. Reliabilitas yang dianggap sudah cukup memuaskan jika ≥ 0.70. Adapun nilai Alpha Cronbach setelah dilakukan perhitungan ialah 0.909. Maka hal ini menunjukkan bahwa kuesioner konsisten untuk mengukur parenting stresspada orang tua. Hasil reliabilitas terlampir.

4.7. Pengumpulan data

(8)

33

terbagi menjadi 2 situasi. Minggu pertama, pengumpulan data dilaksanakan saat orang tua menunggu, mengantar atau menjemput anak Tunagrahita ke sekolah. Minggu kedua, pengumpulan data dilaksanakan dengan datang langsung ke tempat tinggal orang tua yang tidak secara rutin mengantar atau menjemput anak Tunagrahita ke sekolah. Pada proses pengumpulan data, peneliti meminta waktu responden selama 15 menit dan menjelaskan pada responden tersebut tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner. Kemudian responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Setelah itu responden diminta untuk memberi respon terhadap pernyataan yang disebutkan oleh peneliti di kuesioner dengan skala Likert. Responden diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada pernyataan yang tidak dimengerti. Setelah semua responden mengisi kuesioner, maka semua data dikumpulkan dan diproses untuk dianalisis. Pada saat pengumpulan data, sebagian responden mengisi kuesioner dengan sendiri dan sebagian lagi dengan dibacakan pernyataannya.

4.8. Analisa data

(9)

dicek kembali pada data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak dan tahapan terakhir ialah mengeluarkan hasil.

(10)

35 BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil penelitian

Hasil penelitian ini terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu karakteristik demografi responden dan parenting stresspada orang tua dalam merawat anak Tunagrahita. Parenting stress pada orang tua dibagi menjadi tiga yaitu berdasarkan distress orang tua, perilaku anak yang sulit, dan tidak berfungsinya interaksi orang tua-anak.

5.1.1. Karakteristik responden

Hasil penelitian ini diperoleh dari responden sebanyak 67 orang. Karakteristik responden yang dipaparkan mencakup data orang tua dan data anak. Data orang tua terdiri dari status orang tua, usia sekarang, usia saat menikah, pekerjaan kepala keluarga, pendidikan, penghasilan keluarga per bulan, jumlah anak, dan jumlah anak yang Tunagrahita. Sedangkan data anak terdiri dari jenis kelamin, usia, dan anak ke berapa.

(11)
(12)

37

Tabel 5.1. Distribus i frekuensi karakteristik demografi respondenberdasarkan data orang tua (n=67)

Karakteristik Demografi Frekuensi (n) Persentasi (%) Orang tua

Jumlah anak yang Tunagahita

1 anak 65 97.0

(13)

Hasil data anak dari 67 responden yaitu sebanyak 37 anak Tunagrahita (55,2%) merupakan anak laki-laki dan selebihnya merupakan anak perempuan. Jika dilihat dari usia anak, didapatkan hasil bahwa sebagian anak Tunagrahita berusia di atas 12 tahun yaitu 36 anak (53,7%). Dari hasil penelitian ini juga didapatkan data anak Tunagrahita lebih banyak sebagai anak bungsu daripada anak tunggal, anak sulung, dan anak tengah yaitu sebanyak 23 anak (34,3%).

Tabel 5.2. Distribus i frekuensi karakteristik demografi responden berdasarkan data anak (n=67)

Karakteristik demografi Frekuensi (n) Persentasi (%) Jeni kelamin

Posisi anak dalam keluarga

Anak tunggal 13 19.4

Anak sulung 19 28.4

Anak tengah 12 17.9

Anak bungsu 23 34.3

5.1.2. Parenting stress pada orang tua dalam merawat anak Tunagrahita

(14)

39

tingkat tinggi dan rendah pada parenting stress dalam merawat anak Tunagrahita dengan masing-masing sejumlah 10 orang (14,9%) dan 8 orang (11,9%).

Tabel 5.3. Distribus i frekuensi parenting stresspada orang tua dalam merawat anak Tunagrahita di SLB TPI ABC Medan (n=67)

Parenting stress orang tua Frekuensi (n) Persentasi (%)

Tinggi 10 14.9

Sedang 49 73.1

Rendah 8 11.9

Total 67 100.0

5.1.3. Distress orang tua

Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan bahwa lebih dari setengah orang tua yang memiliki tingkat distress orang tua pada tingkat sedang yaitu sebanyak 49 orang (73,1%), sedangkan distress orang tua dengan tingkat tinggi sebanyak 11 orang (16,4%), dan sisanya ialah orang tua yang memiliki distress orang tua yang rendah.

Tabel 5.4.Distribusi frekuensi parenting stresspada orang tua dalam merawat anak Tunagrahita berdasarkan aspek Distress orang tua (n=67) Distress orang tua Frekuensi (n) Presentasi (%)

Tinggi 11 16.4

Sedang 49 73.1

Rendah 7 10.4

(15)

5.1.4. Perilaku anak yang sulit

Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar orang tua yang memiliki perilaku anak yang sulit dengan tingkat yang sedang yaitu sebanyak 45 orang (67,2%), sedangkan perilaku anak yang sulit dengan tingkat rendah hanya sebanyak 8 orang (11,9%), dan sisanya ialah orang tua yang memiliki perilaku anak yang sulit dengan tingkat yang tinggi.

Tabel 5.5. Distribus i frekuensi parenting stresspada orang tua dalam merawat anak Tunagrahita berdasarkan aspek perilaku anak yang sulit (n=67)

Perilaku anak yang sulit Frekuensi (n) Presentasi (%)

Tinggi 14 20.9

Sedang 45 67.2

Rendah 8 11.9

Jumlah 67 100.0

5.1.5. Tidak berfungsinya interaksi orang tua-anak

(16)

41

Tabel 5.6. Distribus i frekuensi parenting stresspada orang tua dalam merawat anak Tunagrahita berdasarkan aspek tidak berfungsinya interaksi orang tua-anak (n=67)

Berdasarkan pada hasil penelitian, maka akan dibahas tentang parenting stress orang tua dalam merawat anak Tunagrahita. Selanjutnya, dilihat lagi dari tiga aspek yang ada dalam parenting stress tersebut, yaitu distress orang tua, perilaku anak yang sulit, dan tidak berfungsinya interaksi orang tua-anak.

5.2.1. Parenting stresspada orang tua dalam merawat anak Tunagrahita

Tingkat parenting stress orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus akan lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang normal. Sebagaimana diketahui bahwa anak Tunagrahita adalah salah satu anak dengan kebutuhan khusus. Hal ini didukung sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Walker (2000) tentang parenting stress : a comparison of mothers and fathers on disabled and non-disabled children. Walker menyebutkan bahwa tingkat parenting stressakan lebih tinggi pada orang tua dengan anak disabled dibandingkan orang tua dengan anak normal dan hal ini dipengaruhi terutama oleh domain pada anak.

(17)

merawat anak dengan tingkat sedang yaitu 49 orang (73,1%). Hal ini sesuai dengan penelitian Astriamitha (2012), dan Purwandari (2013).Hasil yang didapatkan Astriamitha (2012) tentang hubungan parenting stress dan self efficacy orang tua yang memiliki anak Tunagrahita dengan taraf ringan dan sedang, yaitu diperoleh data hasil tingkat parenting stress berupa sebagian besar orang tua memiliki tingkat parenting stress yang sedang juga, yaitu sebanyak 31 orang (66.0%) dari 47 responden. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Purwandari (2013) tentang tingkat stress orang tua dengan anak Tunagrahita dan Tunadaksa menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua baik ayah dan ibu dengan anak Tunagrahita mengalami tingkat stres sedang yaitu masing-masing 28 (62%) dan 27 (51%). Hal ini menunjukkan bahwa orang tua sebenarnya masih bisa menjalankan peran sebagai orang tua, namun terkadang masih mengalami kesulitan.

(18)

43

menyebabkan penurunan kualitas dan efektivitas perilaku pengasuhan oleh orang tua.

(19)

tunggal dengan Tunagrahita ada yang memiliki tingkat parenting stress yang tinggi, sedang, dan rendah.

Parenting stress yang timbul pada orang tua tentu disebabkan oleh beberapa aspek yang dapat dilihat, namun pada penelitian yang mendukung hasil penelitian ini, seperti yang dijelaskan sebelumnya, tidak menampilkan aspek-aspek yang menyebabkan parenting stress pada orang tua. Maka pada penelitian ini, peneliti melihat lagi bagaimana Parenting stress pada orang tua berdasarkan distress orang tua, perilaku anak yang sulit, dan tidak berfungsinya interaksi orang tua-anak. Namun secara umum parenting stress pada orang tua pada penelitian ini dapat dikatakan bahwa orang tua memiliki masalah dalam merawat anaknya sehingga orang tua memerlukan pengetahuan yang lebih untuk merawat anak Tunagrahita.

5.2.2. Distress orang tua

(20)

45

Eisenhower (2009) menyatakan bahwa dukungan sosial yang semakin tinggi maka semakin rendah tingkat stres yang dialami orang tua. Maka didapatkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan tinggi atau rendah distress orang tua ialah dukungan sosial. Responden pada penelitian ini sebagian besar adalah orang tua yang selalu menunggu anak disekolah baik ayah ataupun ibu. Berdasarkan pemantauan peneliti, menemukan bahwa para orang tua saling berbagi cerita bersama selama proses menunggu tersebut dan sangat akrab satu sama lain. Maka sejalan dengan pendapat diatas, didapatkan bahwa sebagian besar orang tua baik ayah ataupun ibu memiliki tingkat distress yang sedang, dan terdapat juga orang tua yang memiliki distress orang tua dalam kategori tinggi karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya.

(21)

dijelaskan bahwa orang tua yang semakin dewasa masih harus tetap belajar untuk merawat anak Tunagrahita yang lebih baik.

Menjalankan peran sebagai orang tua tentu akan dipengaruhi oleh penghasilan keluarga dan family cohesion(bentuk perhatian dari keluarga). Penghasilan keluarga yang cukup dan perhatian dari keluarga tentu akan dapat menurunkan tingkat stres orang tua dan meningkatkan rasa percaya diri dalam menjalankan perannya untuk merawat anak Tunagrahita. Penghasilan keluarga responden pada penelitian ini hampir sama banyak yang berada diatas dan dibawah Upah Minimal Kota (UMK) Medan yang mengindikasikan bahwa sebagian responden akan tercukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sebagian lagi tidak. Namun berdasarkan hasil yang didapatkan terdapat 6 responden yang memiliki distress orang tua dalam kategori tinggi dengan penghasilan keluarga di atas UMK Medan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa selain penghasilan masih terdapat banyak faktor yang mempengaruhi distress orang tua.

(22)

47

koleganya (1983) serta Karasavvidis dan koleganya (2011) yaitu ditemukan bahwa usia anak yang semakin tua dapat memicu parenting stress pada orang tua.

5.2.3. Perilaku anak yang sulit

Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa orang tua mayoritas memiliki tingkat perilaku anak yang sulit dalam tingkat sedang. Dari 67 responden, maka didapatkan hanya 8 orang tua (11,9%) yang mengalami perilaku anak yang sulit dalam kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku anak yang sulit ini adalah hal yang mempersulit orang tua dalam mengasuhnya seperti yang diungkapkan oleh Hassal (2005). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa parenting stress dapat dijelaskan dengan adanya perilaku anak yang sulit, parental locus of control, dan kepuasan orang tua.

(23)

menempatkan perilaku yang baik. Maka, semakin tinggi tingkat Tunagrahita anak akan meningkatkan tingkat perilaku anak yang sulit sehingga parenting stress pada orang tua akan semakin tinggi juga.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa orang tua yang memiliki anak Tunagrahita memiliki perilaku anak yang sulit dengan tingkat yang tinggi sebesar 11 orang yang terdiri dari 8 orang tua dengan usia anak di atas 12 tahun dan 6 orang tua dengan usia anak dibawah 12 tahun. Hal ini dapat diasumsikan bahwa semakin dewasa anak Tunagrahita akan mempengaruhi tingkat perilakunya yang dianggap sulit. Namun hal ini tidak aakn terlepas pada tingkat kecerdasan anak tersebut. Oleh karena itu diperlukan juga untuk penelitian selanjutnya dalam mengidentifikasi tingkat anak Tunagrahita.

Parenting stress yang dialami oleh orang tuaterhadap perilaku anak pada penelitian ini hanya 14 orang (20,9%) dalam tingkat tinggi. Hal ini bisa terjadi karena, lebih dari setengah responden menunggu anaknya saat bersekolah dan selalu tersedia waktu untuk anaknya. Memberikan waktu untuk anak adalah salah satu hal yang penting untuk dapat mengatasi perilaku anak yang sulit. Hal ini juga disampaikan oleh Sofinar (2012) dalam hasil penelitiannya tentang perilaku sosial anak Tunagrahita sedang. Ia menyimpulkan bahwa salah satu kendala yang dimiliki dalam memodifikasi perilaku anak Tunagrahita ialah kurang ada waktu yang cukup untuk anak.

(24)

49

perbedaan tingkat stres antara ayah dan ibu dengan anak Intellectual Disabillities. Hal ini karena ayah lebih berperan untuk memenuhi finansial keluarga sedangkan seorang ibu akan menjadi primary caregiverbagi anak yang akan lebih memperhatikan pendidikan anak, perilaku, dan kesulitan fisik lainnya. Sehingga hal ini membuat tingkat stres ibu lebih tinggi dari ayah dalam menangani perilaku anak yang sulit.

5.2.4. Tidak berfungsinya interaksi orang tua-anak

Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari setengah orang tua mengalami tidak berfungsinya interaksi orang tua-anak dalam tingkat sedang. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua terkadang masih tetap bisa berinteraksi dengan anak namun mengalami beberapa kesulitan. Anak Tunagrahita memiliki keterbatasan inteligensi, sosial, dan mental lainnya yang membuat anak akan sulit menerima informasi, sulit untuk menyesuaikan diri, sulit dalam mengurus diri sendiri, dan tidak dapat membedakan sesuatu yang baik dan buruk. Selain itu anak Tunagrahita juga akan mengalami keterbatasan dalam bahasa karena kurangnya fungsi sistem pusat pengelolaan perbendaharaan kata. Keadaan yang seperti ini akan menimbulkan kesulitan bagi orang tua untuk berinteraksi dengan anaknya. Namun keterbatasan yang dimiliki anak Tunagrahita akan dipengaruhi oleh tingkat Tunagrahitanya. Maka sesuai dengan penjelasan diatas masih terdapat perilaku anak yang sulit dalam tingkat yang rendah yaitu sebanyak 18 orang (26,9%) maupun yang tinggi.yaitu sebanyak 9 orang (13,4%)

(25)

pada bagian pernyataan ke 3, dimana pernyataan ini tentang Child reinforced parent (anak memberi penguatan pada orang tua)yaituorang tua akan sering marah ketika anaknya tidak melakukan hal yang diperintahkan. Keadaan ini tentu akan lebih meningkatkan stres bagi orang tua. Namun sebagai orang tua, tentu akan memiliki perasaan emosi yang turun naik terhadap anak sepanjang kehidupan anaknya (Setiono, 2011). Maka sesuai dengan hal ini terdapat tidak berfungsinya interaksi orang tua-anak dalam tingkat kategori sedang yaitu sebanyak 40 orang (59,7%).

(26)

51 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada 67 responden di SLB ABC TPI Medan, maka parenting stress pada orang tua dalam merawat anak Tunagrahita di SLB ABC TPI Medan berada pada tingkat parenting stress yang sedang. Hal ini terlihat dari hasil respon terhadap 30 pernyataan yang ada pada kuisioner. Kuesioner ini menampilkan aspek distress orang tua, perilaku anak yang sulit, dan tidak berfungsinya interaksi orang tua-anak dalam menentukan parenting stress. Masing-masing aspek dari parenting stress menunjukkan hasil bahwa pada kategori sedang

Dari hasil yang diperoleh maka peneliti menyimpulkan bahwa orang tua sebenarnya memiliki masalah dalam merawat anaknya pada ketiga aspek yaitu distressorang tua, perilaku anak yang sulit, dan tidak berfungsinya interaksi orang tua-anak. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua sebenarnya masih bisa menjalankan peran sebagai orang tua, namun masih mengalami kesulitan. Maka memiliki anak dengan kondisi berbeda memerlukan pengetahuan untuk dapat merawatnya.

6.2. Saran

6.2.1. Pendidikan Keperawatan

(27)

selanjutnya dapat menjadi acuan untuk dapat merawat anak yang Tunagrahita dengan optimal.

6.2.2. Pelayanan Keperawatan

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, sudah semestinya perawat berfokus kepada pelayanan yang bersifat preventif dan kuratifyaitu dengan memahami parenting stress sehingga dapat melihat orang tua dan anak Tunagrahita secara holistik. Hasil penelitian ini juga sebaiknya terus di eksplorasi oleh perawat agar dapat memberi pemahaman kepada orang tua untuk merawat anaknya secara optimal.

6.2.3. Penelitian Keperawatan

Penelitian ini telah dilakukan secara deskriptif dan penelitian ini tidak melihat faktor-faktor yang mempengaruhi dan juga tingkat Tunagrahita anak. Maka untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama dan ruang lingkup yang sama dengan penelitian ini diharapkan dapat melihat parenting stress pada orang tua secara kualitatif, mempertimbangkan tingkat Tunagrahita anak, dan lebih menggunakan referensi yang lebih banyak serta penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi asumsi untuk mengetahui teknik mengatasi berbagai aspek parenting stress pada orang tua dalam merawat anak Tunagrahita.

6.2.4. Orang tua dari anak Tunagrahita

(28)

53

Gambar

Tabel 3.1. Definisi operasional  parenting stress
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik demografi respondenberdasarkan
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi karakteristik demografi responden berdasarkan data anak (n=67)
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi parenting stresspada orang tua dalam merawat anak Tunagrahita di SLB TPI ABC Medan (n=67)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Menukil dari pendapat al-Khatib al-Bagdadi terkait ketidak- sukaan para sahabat dalam menulis hadis, beliau berkata: “Sesungguhnya ketidaksukaan para penulis pada masa-masa

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA),dan Board

[r]

Untuk itu, dalam menilai keberhasilan pelaksanaan kinerja organisasi dilaporkan beberapa indikator kinerja sebagai kriteria keberhasilan kinerja suatu organisasi,

Proses ekstraksi selulosa dari serbuk gergaji kayu sengon dapat dilakukan melalui proses delignifikasi alkali disertai ultrasonik.

JudulPenelitian : Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi SMKN 8 Medan Tentang Faktor ResikoTerjadinyaKanker Serviks.. Universitas

Penelitian ini bertujuan 1). Untuk menganalisis pengaruh financial attitude terhadap literasi keuangan mahasiswa, 2) Untuk menganalisis pengaruh antara lingkungan sosial

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan Teori Konstruktivisme dalam pembelajaran Pendidikan