BAB 2
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi. Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2O. satu molekul air tersusun dari dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada satu atom oksigen. Pada kondisi standar, air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (0oC). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Kusmayadi, 2008).
Air merupakan zat yang penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan juga untuk keperluan industri, pertanian, transportasi dan lain-lain (chandra,2005).
2.1.1 Sifat Umum Air
Sifat air yang penting dapat digolongkan kedalam sifat fisis, sifat kimiawi dan sifat biologis.
• Wujud padat sebagai es, wujud cair sebagai air dan wujud gas sabagai uap air C
• Panas penguapan 540 kal/gram C
• Temperatur kritis 347o • Tekanan kritis 217 Atm
C
• Konduktivitas listrik spesifik (25o
• Konstanta dielektrikum (25
C) 1x10-17/ohm-cm
o
Sifat Kimia
Air memiliki PH = 7, dan oksigen terlarut (DO) jenuh pada 9 mg/l. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut di dalam air. Air juaga merupakan cairan biologis yakni didapat dalam tubuh semua organisme (Slamet,1994).
C) (Slamet,1994).
Kesadahan air merupakan hal yang sangat penting dalam penyediaan air bersih. Air dengan kesadahan tinggi memerlukan sabun lebih banyak sebelum terbentuk busa (Supirin,2004).
Air dapat terurai oleh pengaruh arus listrik engan reaksi:
H2O → H+ + OH
-1. Air Angkasa (hujan)
Air merupakan pelarut yang baik. Air dapat bereaksi dengan basa kuat dan asam kuat. Air bereaksi dengan berbagai subtansi membentuk senyawa padat dimana air terikat dengannya, misalnya senyawa hidrate (Gabriel, 2001).
Sifat Biologis
Didalam suatu lingkungan air, terdapat berbagai benda hidup yang khas bagi lingkungan tersebut. Benda hidup di perairan karenanya dibagi ke dalam organisme yang native dan yang tidak native bagi lingkungan tersebut. Organisme native dalam badan air biasanya merupakan organisme yang tidak patogen terhadap manusia sedangkan organisme tidak native dapat berasalkan air limbah, air hujan, debu dan lain-lain (Slamet,1994).
2.1.2 Sumber-Sumber Air
Air yang berada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi:
1. Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasu merupakan air paling bersi, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel abu, mikroorganisme dan gas misalnya CO2,
2. Air Permukaan nitrogen dan amonia.
Air permukaan yang meliputi badan-badan air air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah maupun lainnya.
3. Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan kedalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan (Chandra, 2005).
Air tanah terbagi atas: 1. air tanah dangkal.
penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.
Air tanah dangkal ini dapat pada kedalaman 15,00 m. sebagai sumur air minum, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. kuantitas kurang cukup dan tergantung pada musim.
2. Air tanah dalam.
Terdapat setelah lapisan rapar air yang pertama. pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal.
Kualitas dari air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. susunan unsur-unsur kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur, maka air itu akan menjadi sadah, karena mengandung Ca(HCO3)2 dan Mg
(HCO3)2. jika melalui batuan granit, maka air itu lunak dan agresif karena
mengandung gas CO2 dan Mn (HCO3)2
3. Mata air
.
Adalah air tanah yang ke luar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas /kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam.
Berdasarkan keluarnya (munculnya permukaan tanah) terbagi atas: − Rembesan, di mana air ke luar dari lereng-lereng
2.1.3 Pembagian Air
Pembagian air berdasarkan analisis: a. Air kotor/air tercemar
Air yang bercampur dengan satu atau berbagai campuran hasil buangan disebut air tercemar/air kotor.
Sumber air kotor/air tercemar
Menurut lokasi pencemaran maka air tercemar ini digolongkan dalam 2 lokasi yaitu:
1. Air tercemar di pedesaan. Sumber pencemar adalah hasil sampah rumah tangga, hasil kotoran hewan, hasil industri kecil.
2. Air tercemar perkotaan bersumber dari hasil sampah rumah tangga, pusat perbelanjaan, industri kecil, industry besar, hotel, restoran, tempat keramaian.
b. Air bersih
Air bersih adalah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, namun bakteriologi belum terpenuhi. Air bersih ini diperoleh dari sumur gali, sumur bor, air hujan, air dari sumber mata air. Pemanfaatan air bersih Secara umum dapat dikatakan penggunaan air bersih sebagai berikut:
Akan diolah menjadi air siap minum Untuk keperluan keluarga (cuci, mandi) Sarana pariwisata
Pada industri (sarana pendingin)
Sebagai alat pelarut (dalam bidang farmasi/kedokteran)
Sebagai sarana irigasi Sebagai sarana peternakan
Sebagai sarrana olahraga (kolam renang)
c. Air siap diminum/air minum
Air siap minum/air minum ialah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologi serta level kontaminasi maksimum (LKM) (Maximum Contaminant Level).
Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri koliform yang diperkenankan dalam batas-batas aman. Lebih jelas lagi, bahwa air siap minum/air minum yang berkualitas harus terpenuhi syarat sebagai berikut: • Harus jernih, transparan dan tidak berwarna
• Tidak dicemari bahan organik maupun bahan anorganik
• Tidak berbau, tidak berasa, kesan enak bila diminum
• Mengandung mineral yang cukup sesuai dengan standard • Bebas kuman/LKM coliform dalam batas aman (Gabriel, 2001).
2.1.4 Golongan-golongan Air
Peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut.
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik dengan air (Effendi, 2002).
2.2 Air Minum/Air bersih
2.2.1 Pengertian Air Minum/Air bersih
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907 /Menkes/SK/VII/2002, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis air minum meliputi :
1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga 2. Air yang didistribusikan melalui tangki air
3. Air kemasan
4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan
Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (Rahayu,2007).
badan dan aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, maupun bakteriologis (Suriawiria, 1995).
2.2.2 Syarat-syarat Air Minum/Air bersih
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air. Air minum yang memenuhi persyaratan harus memenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologis, serta level kontaminasi maksimum (LKM). Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri Coliform yang diizinkan dalam batas-batas maksimum (Slamet, 1994).
Dari segi kualitas air minum harus memenuhi : a. Syarat fisik
Adapun syarat-syarat fisik yang ditentukan, yaitu : - Air tak boleh berwarna
- Air berasa tawar - Air tak boleh berbau
- Temperatur normal (sama dengan temperatur udara 20-26oC) - Air harus jernih.
Standarisasi kua litas air bertujuan untuk memelihara, melindungi, dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam pengelolaan air atau kegiatan usaha. Standarisasi tersebut dapat dilihat dari tabel 2.1.
Tabel 2.1. Persyaratan Air Secara Fisik (Permenkes NO.907/MENKES/SK/VII/2002)
Parameter Fisik Satuan Kadar Maksimum yang Diperbolehkan
Warna TCU 15
Rasa dan Bau - Tidak berbau dan berasa
Temperatur 0oC Suhu udara 3o
Kekeruhan
C
NTU 5
b. Syarat kimia - Ph netral (pH = 7)
- Tidak mengandung bahan kimia beracun - Tidak mengandung garam atau ion-ion logam - Kesadahan rendah
- Tidak mengandung bahan organik (Kusnaedi,2010).
c. Syarat biologi
2.3 Pencemaran Air
2.3.1 Definisi Pencemaran Air
Menurut peraturan mentri kesehatan RI no. 173/Menkes/VII/77
Pencemaran air adalah suatu peristiwa masuknya zat ke dalam air yang mengakibatkan kualitas (mutu) air tersebut menurun sehingga dapat menggangu atau membahayakan kesehatan masyarakat.
Menurut peraturan perintah RI no. 20 tahun 1990
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, enenrgi dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang membahayakan yang mengakibatkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntuknya (Mukono,2006).
2.3.2 Beberapa Parameter Untuk Menilai Pencemaran Air
Tujuan analisa ilmiah adalah untuk memastikan komposisi konsentrasi dan keadaan subyek dengan suatu pandangan untuk menentukan unsur-unsur pokok yang menciptakan kesulitan-kesulitan dalam memilih jenis dan tingkat pembenahan. Adapun parameter untuk menilai pencemaran air adalah:
• Suhu • Pengeruhan • Warna • Bau • Nitrogen • Nitrit • Klorida • Amonia
• Oksigen yang dipakai (COD) • Nilai Permangan (Mahida,1993).
2.3.3 Sumber-sumber Pencemaran Air 1. Domestik (Rumah Tangga)
Yaitu berasal dari pembuangan air kotor dari amar mandi, kakus dan dapur. 2. Industri
Secara umum jenis polutan air dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.Fisik
Pasir atau lumpur yang tercampur dalam limbah air.
b.kimia
Bahan pencemar yang berbahaya: Merkuri (Hg), cadmium (Cd), Timah hitam (Pb), pestisida dan jenis logam berat lainnya.
c.Mikrobioligi
Berbagai macam bakteri, virus, parasit dan lain-lainnya. Misalnya yang berasal dari pabrik yang mengolah hasil ternak, rumah potong dan tempat pemerahan susu sapi.
d.Radioaktif
3. Pertanian dan perkebunan
Polutan air dari pertanian/perkebunan dapat berupa: a. Zat kimia
Misalnya berasal dari penggunaan pupuk, pestisida seperti (DDT, Dieldrin dan lain-lain)
b. Mikrobiologi
misalnya virus, bakteri, parasit yang berasal dari kotoran ternak dan cacing tambang di lokasi perkebunan.
c. Zat Radioaktif
Berasal dari penggunaan zat radioaktif yang dipakai dalam proses pematangan buah,mendapatkan bibit unggul, dan mempercepat pertumbuhan tanaman.Nuklir (PLTN) dapat pula menimbulkan pencemaran air (Mukono,2006).
2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencemaran Air
1. Mikroorganisme
2. Curah Hujan
Curah hujan di suatu daerah akan menentukan volume dari badan air dalam rangka mempertahankan efek pencemaran terhadap setiap bahan buangan di dalamnya (deluting effects). Curah hujan yang cukup tinggi sepanjang musim dapat lebih mengencerkan (mendispersikan) air yang tercemar.
3. Kecepatan Aliran Air (Stream Flow)
Bila badan air memiliki aliran yang cepat, maka keadaan itu dapat memperkecil kemungkinan timbulnya pencemaran air karena bahan polutan dalam air akan lebih cepat terdispersi.
4. Kualitas Tanah
Kualitas tanah (Pasir atau lempung) juga mempengaruhi pencemaran air, ini berkaitan dengan pencemaran tanah yang terjadi di dekat sumber air. Beberapa sumber pencemaran tanah dapat berupa bahan beracun seperti pestisida, herbisida, logam berat dan sejenisnya serta penimbunan sampah secara besar-besaran (misalnya open dumping) (Mukono,2006).
2.3.5 Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Pencemaran Air a. Disebabkan oleh mikrobiologi dalam air
Contoh penyakit yang ditimbulkan antara lain:
5. Disentri, disebabkan oleh Entamoeba histolitytica b. Disebabkan Oleh Pestisida
Tercemarnya air oleh pestsida dapat menyebabkan kanker kulit, keracunan, kerusakan jaringan dan pada konsentrasi tertentu bisa menimbulkan kematian (Mukono, 2006).
2.4 Manfaat Air Bagi Kesehatan
Air minum dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan fisiologi tubuh. Setiap waktu, air perlu dikonsumsi karena setiap saat tubuh bekerja dan berproses. Di samping itu, air juga berguna untuk melarutkan dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna. Tubuh manusia terdiri dari berjuta-juta sel dan komponen terbanyak sel-sel itu adalah air. Jika kekurangan air, sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Begitu pula, air merupakan bagian ekskreta cair (keringat, air mata, air seni), tinja, uap pernafasan, dan cairan tubuh (darah lympe) lainnya (Depkes RI, 2006).
2.5 Zat Organik Yang Terdapat Di Air
Zat organik yang terdapat di alam bisa berasal dari :
a. Alam misalnya minyak, tumbuh-tumbuhan, serat-serat minyak dan lemak hewan, alkohol, selulosa, gula, pati dan sebagainya.
b. Sintesa misalnya berbagai persenyawaan dan buah-buahan yang dihasilkan dari proses-proses dalam pabrik.
Karakteristik bahan organik yang membedakannya dari baham anorganik adalah sebagai berikut:
- Mudah terbakar
- Memiliki titik beku dan titik didih rendah - Biasanya lebih sukar larut dalam air
- Bersifat isomerisme, beberapa jenis bahan organik memiliki tumus molekul yang sama
- Reaksi dengan senyawa lain berlangsung lambat karena terjadi bukan dalam bentuk ion, melainkan dalam bentuk molekul
- Berat molekul biasanya sangat tinggi, dapat lebih dari 1000
- Sebagian besar dapat berperan sebagai sumber makanan bagi bakteri (Effendi.2002).
2.5.1 Bahaya Zat Organik Dalam Air
2.6 TITRIMETRI
2.6.1 Pengertian Titrimetri
Titrimetri atau volumetric adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat yang luas pemakainya. Pada analisa titrimetri sangat menguntngkan karena cara ini lebih akurat dan teliti serta dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat lain.
Pada dasarnya cara titrimetri ini terdiri dari pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stokiometri dengan zat yang ditentukan. Larutan pereaksi itu biasanya diketahui konsentrasinya dengan pasti dan disebut pentiter atau larutan baku. Titrasi adalah proses penambahan peniter kedalam zat yang akan ditentukan konsentrasinya dengan menggunakan bantuan alat yang disebut buret.
Pada proses titrasi juga ditambahkan larutan untuk menunjukkan titik akhir titrasi. Pada proses titrasi juga dikenal dua titik yaitu titik kesetaraan (ekuivalen) dan titik akhir titrasi. Titik kesetaraan akan dicapai bila jumlah zat peniter dan zat yang akan ditentukan telah bereaksi secara stoikiometri. Sedangkan titik akhir titrasi adalah titik dimana titrasi dapat dihentikan dengan adanya perubahan warna dari larutan dengan adanya penambahan indikator.
2. Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi belangsung dengan cepat. 3.Interaksi antara peniter dan zat yang ditentukan hars berlangsung secara terhitung.
2.6.2 Larutan baku / peniter
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya atau kepekatannya telah diketahui dan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat yang lain yang digunakan dalam analisa volumetris.
Larutan baku ini dapat dibagi dua yaitu larutan baku primer dan larutan baku skunder. Larutan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui dan dapat dibuat hanya dengan cara penimbangan dan pengenceran yang teliti. contoh larutan baku primer antara lain : H2C2O4, Na2B4O7
Titrasi asam basa adalah didasrkan pada reaksi perpindahan proton antara senyawa yang mempunyai sifat asam basa (protolisis).
Dengan metode ini berbagai senyawa organik dan anorganik dapat , Ba(OH)2, dan lain-lain. Sedangkan larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara menstandarisasikannya dengan mengunakan larutan baku primer, contohnya NaOH, HCL, dan lain-lain.
2.6.3 Penggolongan Titrimetri
Pemeriksaan kimia secara titrimetri dapat digolongkan dengan berbagai cara tergantung pada jenis interaksi kimia yang terjadi, cara melakukan titrasi dan jumlah cuplikan yang digunakan dalam pemeriksaan.
Penggolongan titrimetri berdasarkan pertidaksamaan kimia dapat dibedakan menjadi empat bagian, yaitu :
ditentukan dengan mudah. Untuk titrasi basa digunakan larutan baku asam kuat,misalnya HCL, H2SO4
4. Titrasi Oksidasi – Reduksi
Titrasi oksidasi – reduksi merupakan titrasi yang didasarkan pada proses perpindahan elektron antara zat pengoksidasi dengan zat pereduksi. Zat pengoksidasi dititrasi dengan larutan baku zat pereduksi kuat, misalnya Na
. Sedangkan asam dititrasi dengan larutan baku basa kuat, misalnya NaOH, KOH. Titik akhir titrasi ditetapkan dengan bantuan indikator asam-basa yang sesuai, atau secara potensimetri.
2. Titrasi Kompleksiometri
Titrasi kompleksiometri adalah didasarkan pada reaksi zat-zat pengkompeks organik tertentu dengan ion-ion logam, menghasilkan senyawa kompleks yang mantap. Zat pengkompleks yang paling sering digunakan adalah asam etilendiaminatetra asetat (EDTA), yang membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan beberapa ion logam. Titik akhir titrasi ditetapkan dengan indikator logam secara potensiometri dan spektrofotometri.
3. Titrasi Pengendapan
Titrasi pengendapan adalah didasarkan pada reaksi pembentukan endapan yang sukar larut, misalnya ion-ion halida (kecuali flourida), sering ditentukan dengan cara titrasi dengan larutan perak nitrat. Titik akhir titrasi ini juga ditentukan dengan bantuan indikator khusus atau secara potensiometri.
2S2O3,asam askorbat. Sebaliknya, zat pereduksi dititrasi dengan larutan baku
zat pengoksidasi kuat, misalnya KMnO4, KBrO3, K2Cr2O7. Titik akhir titrasi
potensiometri. Sedangkan pada titrasi iodometri (salah satu metode oksidasi reduksi) digunakan larutan kanji sebagai indikator khusus (Rivai, 1995).
2.7 Permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi
dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi
dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi
dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe2+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: 1. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih
sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. 2. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam kromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh kromat tersebut dan sisanya
dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4
Kalium Permanganat (KMnO
.
4) telah lama dipakai sebagai oksidator pada
Uji coba ini dengan cepat menunjukkan kebutuhan langsung oksigen yang di sebabkan oleh zat-zat anorganik yang dioksidasi, seperti nitrit, sulfida, sulfit dan sebagainya, maupun oleh zat-zat organik yang dapat dioksidasi dengan mudah. Uji coba permanganat, yang dapat dikerjakan dengan cepat, dengan demikian, dapat dipergunakan untuk memberikan gambaran kasar tentang BOD. Uji coba permanganat selama empat jam merupakan uji coba kimia murni dan mengukur jumlah zat pencemar yang dioksidasi secara kimiawi oleh potasium permangananat. Uji coba permanganat menunjukkan jumlah yang sesungguhnya dari pada kotoran-kotoran organik di dalam suatu contoh (Mahida, 1993).
2.7.1 Oksidasi Dengan Kalium Permanganat
Zat pengoksidasi yang yang berharga dan sangat kuat ini paling mula diperkenalkan dalam analisis titrimetri oleh F. Margueritte untuk titrasi besi (II), dalam larutan-larutan asam, reduksi ini dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O
Sehingga ekuivalennya adalah seperlima mol, yaitu 158,03/5, atau 31,606. Potensial standar dalam larutan asam menurut perhitungan adalah 1,51 volt, maka ion permanganat dalam larutan asam adalah zat pengoksidasi yang kuat.
Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, ada kemungkinan terjadi reaksi :
2MnO4- + 10Cl- + 16H+→ 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2
Kalium permanganat bukanlah suatu standar primer. Zat ini sukar diperoleh sempurna murni dan bebas sama sekali dengan mangan dioksida. Lagi pula air
suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat pereduksi (runutan bahan-bahan organik, dan sebagainya), yang akan bereaksi dengan kalium permanganat itu dengan mangan oksida. Adanya zat yang disebut diakhir ini sangatlah mengganggu, karena ia mengkatalisis penguraian sendiri dari larutan permanganat setelah didiamkan (Vogel, 1994).
2.7.2 Sumber Kesalahan Permanganometri
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada larutan pentiter KMnO4 pada buret. Apabila percobaan dilakukan
dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan
terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh
pembentukan presipitasi coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara
MnO4- dengan Mn2+ :
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan