• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Pirdot (Saurauia vulcani Korth) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Pirdot (Saurauia vulcani Korth) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Pirdot adalah nama tanaman liar yang tumbuh di dekat aliran air atau ditempat lembab/teduh. Nama lain dari Pirdot ini di daerah desa Girsang sering

disebut dengan Garuan.

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Berikut adalah sistematika daun pirdot : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida/ Dicotyledoneae Bangsa : Theales

Suku : Actinidiacae Marga : Saurauia

Spesies : Saurauia vulcani Korth 2.1.2 Morfologi tumbuhan

(2)

2.1.3 Kandungan kimia

Tumbuhan pirdot (Saurauia vulcani Korth) berdasarkan penelitian sebelumnya mengandung flavonoida, glikosida, saponin, tanin dan steroid/triterpenoid (Andriani, 2015).

2.1.3.1. Flavonoida

Flavonoida merupakan salah satu golongan fenol alam yang mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C

6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga, pada umumnya tersebar luas pada tumbuhan hijau (Markham, 1988).

Umumnya senyawa flavonoida dalam tumbuhan terikat dengan gula disebut sebagai glikosida dan aglikon. Flavonoida yang berbeda-beda mungkin saja terdapat pada satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida. Oleh karena itu dalam menganalisis flavonoida biasanya lebih baik memeriksa aglikon yang telah dihidrolisis dibandingkan dalam bentuk glikosida dengan kerumitan strukturnya (Harborne, 1987). Flavonoida berkhasiat sebagai antifungi, antioksidan, antibakteri dan antiinflamasi (Robinson, 1995).

2.1.3.2. Saponin

(3)

saponin (Harbone, 1987). Senyawa ini dapat mengiritasi membran mukosa dan pada konsentrasi rendah dapat menyebabkan hemolisa sel darah merah. Saponin dapat menurunkan tegangan permukaan dari larutan berair sehingga dalam bidang farmasi digunakan sebagai penstabil sediaan suspensi (Tyler, 1976).

2.1.3.3. Tanin

Tanin didefinisikan sebagai makromolekul senyawa fenolik yang larut dalam air yang mempunyai sifat khusus yaitu kemampuannya mengendapkan alkaloid, gelatin dan protein lainnya. Metabolit sekunder ini dibagi menjadi 2 kelompok utama yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi.

Penyebarannya hampir pada semua tumbuhan dan biasanya terdapat pada bagian daun, buah, akar serta batang. Tanin dan senyawa turunannya bekerja dengan jalan menciutkan selaput lendir pada saluran pencernaan dan di bagian kulit yang luka. Pada perawatan untuk luka bakar, tanin dapat mempercepat pembentukan jaringan yang baru sekaligus dapat melindunginya dari infeksi atau sebagai antiseptik (Tyler, 1976). Menurut batasannya tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. Dalam industri, tanin mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang protein. Tanin dapat diidentifikasi dengan cara penambahan pereaksi ferri klorida, menghasilkan warna hijau kehitaman atau biru kehitaman (Harborne, 1987).

2.1.3.4 Steroida/triterpenoida

(4)

kerangka karbonnya berasal dari 6 satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualen (Harbone, 1987).

2.1.3.5. Glikosida

Glikosida adalah suatu senyawa yang jika dihidrolisis akan menghasilkan bagian gula yang disebut glikon dan bagian bukan gula disebut aglikon. Gula yang dihasilkan biasanya adalah glukosa, ramnosa, dan lain sebagainya. Jika bagian gulanya adalah glukosa maka disebut glukosida, sedangkan jika bagian gulanya selain glukosa disebut glikosida.

2.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM RI, 1995).

(5)

ditembus oleh pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai sangan halus (Depkes, 2000).

Ekstraksi dengan menggunakan pelarut terdiri dari 2 cara, yaitu: 1. Cara dingin

Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara dingin terdiri dari:

a. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. b. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna

yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).

2. Cara panas

Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara panas terdiri dari :

a. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

b. Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar (40-50oC).

(6)

e. Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama (30 menit) dan temperatur sampai titik didih air (Depkes, 2000).

2.3 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan alam yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan yang belum diolah dengan cara sederhana atau belum berupa zat kimia murni (Depkes RI., 2000).

Simplisia sebagai produk hasil petanian atau pengumpulan dari tumbuhan liar memiliki kandungan kimia yang tidak terjamin selalu konstan karena adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umur dan cara) panen, serta proses pasca panen dan preparasi akhir. Variasi kandungan senyawa dalam produk hasil panen tumbuhan obat disebabkan oleh beberapa aspek sebagai berikut (Depkes RI., 2000):

a. Genetik (bibit)

b. Lingkungan (tempat tumbuh, iklim)

(7)

Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang dapat menentukan mutu simplisia dalam artian, yaitu komposisi senyawa kandungan kontaminasi dan stabilitas bahan (Depkes RI, 2000).

2.4 Sterilisasi

Steril merupakan keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup, baik yang menimbulkan penyakit maupun tidak menimbulkan penyakit, sedangkan sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruang atau benda menjadi steril (Syamsuni, 2006).

Peralatan yang dipergunakan dalam uji antibakteri harus dalam keadaan steril, artinya pada peralatan tersebut tidak didapatkan bakteri, baik yang akan merusak media dan proses yang sedang berlangsung.

Sterilisasi didapatkan melalui sterilisasi, cara sterilisasi yang umum dilakukan antara lain :

a. Sterilisasi secara fisik, misalnya dengan pemanasan penggunaan sinar gelombang pendek seperti sinar X, sinar gamma dan sinar ultra violet.

b. Sterilisasi secara kimiawi, dengan menggunakan desinfektan dan larutan alkohol (Pratiwi, 2008).

2.4.1 Sterilisasi dengan pemanasan secara kering

(8)

sederhana, cepat dan menjamin sterilisasi bahan atau alat yang disterilkan, tetapi penggunaannya terbatas hanya untuk beberapa alat atau bahan saja. Biasanya alat-alat yang disterilkan dengan pemijaran ini antara lain benda-benda logam (pinset, penjepit krus), tabung reaksi, mulut wadah seperti erlemeyer, botol dan lainnya. Sedangkan mortar dan stamfer disiram dengan alkohol kemudian dibakar (Syamsuni, 2006).

2.4.2 Sterilisasi dengan pemanasan secara basah

Sterilisasi dengan pemanasan secara basah menggunakan temperatur di atas 100°C dilakukan dengan uap yaitu menggunakan autoklaf. Prinsip autoklaf adalah terjadinya koagulasi protein yang cepat dalam keadaan basah dibandingkan keadaan kering. Siklus sterilisasi dengan pemanasan secara basah meliputi tahap pemanasan, tahap sterilisasi dan tahap pendinginan (Pratiwi, 2008).

2.5 Bakteri

(9)

2.5.1 Morfologi bakteri

Berdasarkan morfologinya bakteri dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu: a. Bentuk basil

Basil adalah bakteri yang mempunyai bentuk batang atau silinder, membelah dalam satu bidang, berpasangan ataupun bentuk rantai pendek atau panjang. Bentuk basil dapat dibedakan atas:

- Monobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan kedua ujung tumpul. - Diplobasil yaitu basil yang bergandeng dua dan kedua ujungnya tumpul. - Streptobasil yaitu basil yang bergandengan panjang dengan kedua ujung tajam.

Gambar 2.1 Bakteri bentuk basil

Adapun contoh bakteri dengan bentuk basil yaitu Eschericia coli, Bacillus anthracis, Salmonella typhimurium, Shigella dysentriae (Pelczar, dkk.,1986).

b. Bentuk kokus

Kokus adalah bakteri yang bentuknya seperti bola-bola kecil, ada yang hidup sendiri dan ada yang berpasang-pasangan. Bentuk kokus ini dapat dibedakan atas:

- Monokokus yaitu sel bakteri kokus yang tunggal - Diplokokus yaitu kokus yang bergandeng dua. - Tetrakokus yaitu kokus yang mengelompok empat.

(10)

- Streptokokus yaitu kokus yang bergandengan panjang menyerupai rantai. - Sarsina yaitu kokus yang mengelompok seperti kubus.

Gambar 2.2 Bakteri bentuk kokus

Contoh bakteri dengan bentuk kokus yaitu Staphylococcus aureus, Sarcina luten, Diplococcus pneumoniae, Streptococcus lactis (Volk dan Wheeler, 1993).

c. Bentuk spiral

Bakteri dalam bentuk spiral apat dibedakan sebagai berikut: - Spiral yaitu menyerupai spiral atau lilitan.

- Vibrio yaitu bentuk batang yang melengkung berupa koma.

- Spirochaeta yaitu menyerupai bentuk spiral, bedanya dengan spiral dalam kemampuannya melenturkan dan melengkukkan tubuhnya sambil bergerak.

Gambar 2.3 Bakteri bantuk spiral

(11)

2.5.2 Fase pertumbuhan mikroorganisme

Ada empat macam fase pertumbuhan mikroorganisme, yaitu fase lag, fase log (fase esksponensial), fase stasioner dan fase kematian.

- Fase lag

Fase lag atau fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian mikroorganisme pada suatu lingkungan baru. Ciri fase lag adalah tidak ada peningkatan jumlah sel, yang ada hanya peningkatan ukuran sel. Lama fase tergantung pada kondisi dan jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan mikroorganisme. Pada fase ni mikroorganisme belum berkembang biak, tetapi aktivitas metabolismenya sangat tinggi. Fase ini merupakan persiapan untuk fase berikutnya (Pratiwi, 2008). - Fase log (fase eksponensial)

Fase ini merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh dan membelah pada kecepatan maksimum, tergantung pada genetika mikroorganisme, sifat media, dan kondisi pertumbuhan. Hal yang dapat menghambat laju pertumbuhan adalah bila satu atau lebih nutrisi dalam kultur habis, sehingga hasil metabolisme yang bersifat racun akan tertimbun dan menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil metabolisme bakteri yang bersifat racun dapat menganggu pertumbuhan bakteri (Pratiwi, 2008).

- Fase stationer

(12)

- Fase kematian

Pada fase ini jumlah sel yang mati meningkat. Konsentrasi produk buangan yang bersifat toksis meningkat dan ketersediaan makanan untuk bakteri menurun. Jumlah bakteri yang mati meningkat dengan cepat. Sebagian bakteri terlihat berbeda dari bakteri yang sehat pada fase log. Perubahan morfologi bakteri juga terlihat seperti bakteri semakin panjang, terlihat bercabang (Pratiwi, 2008).

2.5.3 Uraian bakteri

Pertumbuhan dan perkembangan bakteri dipengaruhi oleh : 1. Zat makanan (nutrisi)

Sumber zat makanan bagi bakteri diperoleh dari senyawa karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, unsur logam (natrium, kalsium, magnesium, mangan, besi, tembaga dan kobalt), vitamin dan air untuk fungsi metabolik dan pertumbuhannya (Pelczar, dkk.,1986).

2. Keasaman dan kebasaan (pH)

Bakteri patogen untuk pertumbuhannya pada pH 7,2-7,6. 3. Temperatur

Proses pertumbuhan bakteri tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Berdasarkan ini maka bakteri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Bakteri psikofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 0-30oC, dengan temperatur optimum umtuk pertumbuhannya adalah 10-20oC.

b. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 5-60oC, temperatur optimum adalah 25-40oC.

(13)

4. Oksigen

Pembagian bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen adalah:

a. Aerobik, yaitubakteri yangmembutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya. b. Anaerobik, yaitu bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen.

c. Anaerobik fakultatif, yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan oksigen ataupun tanpa oksigen.

d. Mikroaerofilik, yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan adanya sedikit oksigen.

5. Tekanan osmosa

Medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri adalah medium isotonis terhadap isi sel bakteri (Pelczar,dkk.,1986).

6. Kelembapan

Secara umum bakteri tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada lingkungan yang lembap. Kebutuhan akan air tergantung dari jenis bakterinya (Pelczar, dkk.,1986)

Berdasarkan pengecatan Gram, maka bakteri dapat dibedakan menjadi dua bagian (Pratiwi, 2008) yaitu :

1. Bakteri Gram positif, yaitu bakteri yang memberikan warna ungu saat diwarnai dengan zat warna pertama (kristal violet) dan setelah dicuci dengan alkohol, warna ungu tersebut akan tetap kelihatan. Kemudian ditambahkan zat warna kedua (safranin), warna ungu pada bakteri tidak berubah.

(14)

2.5.3.1 Uraian Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan sel gram positif, berbentuk bulat dengan

diameter 0,4-1,2 µm (rata-rata 0,8 µm) dengan koloni, biasanya tersusun dalam rangkaian tak beraturan seperti anggur, tahan hidup dalam lingkungan yang mengandung garam dengan konsentrasi tinggi (Jawetz, et al., 2005), berwarna kuning dan bersifat saprobe atau patogen (Dwidjoseputro, 1978).

Sistematika Staphylococcus aureus(Dwidjoseputro, 1978) Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Famili : Micrococcacea Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus

Morfologi Staphylococcus aureus (Jawetz, et al., 2005) a. Ciri-ciri bakteri Staphylococcus aureus

Sel berbentuk bola dengan diameter rata sekitar 1μm dan tersusun dalam

kelompok-kelompok tak beraturan. Pada biakan cair terlihat dalam bentuk kokus tunggal, berpasangan, berbentuk tetrad dan berbentuk rantai. Bakteri Staphylococcus aureus tidak bergerak dan tidak membentuk spora.

b. Biakan Bakteri Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus mudah tumbuh pada kebanyakan perbenihan bakteri

(15)

2.5.3.2 Uraian Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang dan

hidupnya aerobik atau anaerobik fakultatif yang habitat alaminya adalah usus besar manusia dan hewan, bergerak dengan flagel yang peritrik atau tidak bergerak dan memiliki kemampuan menguraikan glukosa dan menghasilkan gas. Bakteri ini dapat berubah menjadi patogen bila hidup di luar usus. E.coli tumbuh pada suhu antara 10-400C, dengan suhu optimumnya 370C (Jawetz, et al., 2005). Sistematika Escherichia coli(Dwidjoseputro, 1978)

Divisi : Protophyta Kelas : Schizomycetes Odo : Eubacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia Spesies : Escherichia coli

2.6 Pengujian Aktivitas Antibakteri

Pengukuran aktivitas antimikroba dapat dilakukan dengan metode difusi atau dengan metode dilusi.

a. Cara difusi

(16)

b. Cara dilusi

Metode ini digunakan untuk menentukan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) dari zat antimikroba. Metode ini menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media cair dan sejumlah mikroba uji. Tabung diuji dengan zat antimikroba yang telah diencerkan secara serial. Seri tabung diinkubasi pada suhu ± 37oC selama 18-24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung. Selanjutnya biakan dari semua tabung yang jernih diinokulasikan pada media agar padat, diinkubasikan pada suhu ± 37oC selama 18-24 jam. Lalu diamati ada tidaknya mikroba yang tumbuh (Dzen, 2003).

2.7 Mekanisme Kerja Antibakteri

(17)

2.8 Proses Pewarnaan Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Langkah dalam proses pewarnaan bakteri Gram positif dan bakteri Gram-negatif dapat dilakukan dalam beberapa langkah yang ditunjukkan dalam Tabel 2.1 di bawah ini :

Tabel 2.1 Proses pewarnaan bakteri Gram-positif dan Gram negatif Prosedur Pewarnaan Gram Gram positif Gramnegatif 1. Ungu kristal Gram (suatu

partikel zat warna kecil).

Ungu tua (partikel zat warna kecil)

Ungu tua (partikel zat warna kecil)

2. Iodium Gram (suatu bahan

yang menyebabkan terbentuknya kompleks atau

mordant).

Ungu tua (kompleks zat warna besar)

Ungu tua (kompleks zat warna besar)

3. Pengaburan warna alkohol aseton.

Ungu Tidak berwarna

4. Counterstain (zat warna tandingan) Safranin (zat warna merah pucat).

Gambar

Gambar 2.1 Bakteri bentuk basil
Gambar 2.2 Bakteri bentuk kokus
Tabel 2.1 Proses pewarnaan bakteri Gram-positif dan Gram negatif

Referensi

Dokumen terkait

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut

Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi pembuatan serbuk simplisia, skrining fitokimia, karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak daun senduduk dengan cara perkolasi menggunakan

Ekstraksi adalah suatu kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut, sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dalam pelarut air (Voigt, 1994).. Ekstraksi yang

Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun binara diperoleh kadar air 4,6%, kadar sari yang larut dalam air 13,5%, kadar sari yang larut dalam etanol 13,5%, kadar abu total

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.. Senyawa aktif yang terdapat

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.. Hasil ekstraksi disebut dengan

Serbuk simplisia dilakukan skrining fitokimia dan karakterisasi kemudian diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut etanol 80%.Ekstrak etanol difraksinasi dengan pelarut

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.. Dengan