• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usaha Pemanfaatan Pakan Hasil Samping Ubi Kayu Klon Terhadap Domba Jantan Lepas Sapih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Usaha Pemanfaatan Pakan Hasil Samping Ubi Kayu Klon Terhadap Domba Jantan Lepas Sapih"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Usaha Ternak Domba

Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994) gambaran mengenai usaha ternak yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis dapat juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), pakan dan kandang, lamanya modal kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Usaha ternak domba yang di kelola masyarakat pedesaan secara umum masih merupakan usaha pola budidaya yang sifatnya sebagai tabungan, yang pengolahannya bersifat usaha campuran (diversifikasi) dan berperan mendukung ekonomi rumah tangga. Kondisi demikian memperlihatkan kecenderungan peternak memelihara ternak belum mempertimbangkan manajemen pengolahan sehingga optimalisasi sebagai sumber pendapatan keluarga belum tercapai. Manajemen usaha masih berbasis sumberdaya pakan yang tersedia di lokasi tanpa diikuti dengan upaya peningkatan mutunya, modal biaya rendah (Low External Input), bahkan dapat dinyatakan tanpa adanya biaya produksi (zero cost) (Priyanto et al., 2004).

(2)

waktu pemeliharaan maka informasi apakah suatu usaha tersebut rugi atau laba menjadi tidak jelas. Dalam penerapannya perlu dicatat biaya tetap dan biaya variabel dan sekaligus penerimaannya. Analisis ekonomi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu pimpinan usaha peternakan dalam melengkapi informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan dalam merencanakan usaha. Namun sayang kegiatan ini jarang dilakukan oleh para peternak dipedesaan (Rasyaf, 1998).

Dalam pemeliharaan domba terdapat beberapa keuntungan yaitu dapat beranak lebih dari satu ekor, cepat berkembang biak, berjalan dengan jarak lebih dekat saat digembalakan sehingga pemeliharaan lebih mudah, termasuk pemakan rumput

sehingga dalam pemberian pakan lebih mudah (Tomaszweska et al., 1993).

Banyak keuntungan yang di peroleh dari beternak domba. Namun, pengembangan domba sebagai salah satu ternak potong masih banyak mengalami hambatan karena pemeliharaan domba di lakukan secara teradisional. Pemberian pakannya pun hanya sekedarnya saja tanpa memperhitungkan kebutuhan standar gizi (Cahyono, 1998).

Analisis usaha ternak domba sangat penting bagi usaha ternak komersial. Dengan adanya analisis dapat di evaluasi dan di cari langkah pemecahan berbagai kendala, baik dalam usaha pengembangan, rencana penjualan, maupun usaha menanggulangi pemborosan tersamar (Murtidjo, 1993).

(3)

terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap perubahan-perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1998).

Pada waktu tertentu misalnya menjelang hari raya, permintaan akan domba akan meningkat. Untuk memenuhi permintaan pasar tersebut diperlukan suatu strategi produksi ternak sehingga pada waktunya tersedia ternak domba yang memenuhi persyaratan, terutama bobot badan dan kondisi tubuh ternak. Salah satu alternatif adalah melakukan penggemukan domba selama berapa bulan sebelum waktu tersebut. Untuk penggemukan yang optimal di butuhkan pakan dengan nilai nutrisi yang sesuai baik secara biologis, maupun secara ekonomis (Boer dan Ginting, 1992).

Peranan Ternak Domba dalam Usaha Peternakan

Peranan ternak di dalam kegiatan usaha tani sungguh-sungguh telah diperlihatkan oleh ternak ruminansia kecil seperti domba dimana domba mudah dipelihara dengan menggunakan masukan minimal, biaya pemeliharaan yang rendah, lagipula domba mempunyai tingkat perkembangbiakan yang tinggi dan selalu siap untuk dijual (Manika, 1993).

Untuk daerah-daerah di Indonesia yang kondisi pertaniannya kurang menguntungkan, peternakan merupakan sumber pendapatan yang penting (Huitema, 1986).

Ternak Domba Sebagai Penghasil Daging, Pupuk dan Sebagai Tabungan

(4)

pemeliharaan ternak adalah untuk menyimpan modal atau pengumpulan uang (Manika, 1993).

(5)

ditingkatkan pula kebutuhan protein perkapita, sebab protein hewanilah yang mengandung unsur-unsur yang dapat menyusun aneka protein insani (Sudarmono dan Sugeng, 1991).

(6)

Biaya dan Penerimaan

Biaya dalam usaha tani dapat dibedakan dengan cara yaitu biaya tetap dan tidak tetap, biaya tunai dan tidak tunai, serta biaya tercatat dan tidak tercatat dalam pembukuan akuntansi (Kay dan Edwards, 1994). Hemanto (1996) menyatakan pembiayaan usaha tani akan menyangkut usaha tani apa, metode atau cara yang

dipakai dan tujuan usaha pengembangannya. Menurut Kay dan Edwards (1994), serta Budiono (1990) yang termasuk biaya tetap adalah

depresiasi, asumsi, perbaikan rutin, pajak dan bunga modal sedangkan pakan, pupuk, bibit dan obat obatan bahan bakar dan kesehatan ternak termasuk biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah jumlah biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah output tertentu sedangkan biaya yang berkaitan langsung dengan output yang bertambah besar dengan meningkatnya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebut biaya variabel (Lipsey et al.,1995). Dalam usaha ternak, biaya yang terbesar yang dikeluarkan adalah biaya variabel terutama biaya pakan dan biaya tenaga kerja. Biaya merupakan komposisi terbesar . Besarnya biaya pakan berkisar antara 60-80% dari total biaya produksi (Prawirokusumo,1991).

Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan sesuatu

(7)

adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi, baik itu biaya tetap maupun biaya variabel atau biaya-biaya lainnya (Kadarsan, 1995).

Elemen penting dalam analisa ekonomi selain semua pendapatan usaha adalah biaya. Karena faktor inilah efisiensi usaha bisa dilakukan yang sering disebut efisiensi

cost. Seperti diutarakan oleh Tjakrawiralaksana dan Soeriatmadja (1993) yang memberikan gambaran tentang

biaya yaitu merupakan pengeluaran untuk menghasilkan produk dan dinyatakan dalam satuan rupiah. Pada biaya yang lebih tinggi dihasilkan keuntungan yang jauh lebih tinggi lagi, maka sisi yang harus kita lihat lagi adalah pada hasil penjualan. Karena biaya sudah lebih tinggi, maka keuntungan yang lebih tinggi itu bersumber dari harga penjualan yang ketika itu lebih baik. Bila hal itu tercapai maka efisiensi yang diperoleh merupakan efisiensi ekonomi. Tetapi bila harga jual buruk di sisi lain berhasil meningkatkan produktivitas, maka hal ini dikatakan efisiensi teknis (Rasyaf, 1998).

(8)

Penerimaan dapat diklarifikasikan menjadi penerimaan nyata dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan nyata adalah penerimaan yang diterima dari hasil penjualan baik tunai maupun piutang (kredit). Penerimaan yang diperhitungkan ialah nilai output yang dikonsumsi peternak atau yang dihadiahkan. Penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha seperti panen tanaman dan hasil olahannya serta panen dari peternakan dan hasil olahannya (Kadarsan, 1995). Banyak pendekatan yang dapat dipakai untuk mengukur keuntungan ekonomis suatu perusahaan. Diantaranya adalah analisis usaha tani parsial yang melibatkan analisis anggaran parsial. Analisis anggaran parsial/anggaran keuntungan parsial digunakan untuk mengevaluasi pengaruh perubahan metode berproduksi atau organisasi usaha tani terhadap keuntungan usaha tani (Soekartawi et al., 1986).

Biaya Produksi

Biaya produksi adalah segala sesuatu yang di investasikan,baik berupa uang, tanah dan bangunan, tenaga kerja serta aset-aset lain yang di perlukan dalam prose produksi untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Besaran biaya yang di keluarkan selama proses produksi akan menjadi acuan dalam penentuan harga pokok penjualan dan mempengaruhi kelayakan usaha (Sutama dan Budiarsana, 2009).

(9)

dalam biaya tetap ini adalah sewa lahan, bangunan kandang, dan peralatan. Biaya variabel jumlahnya dapat berubah sesuai hasil produksi atau hasil di pasaran pada waktu itu. Termasuk biaya variabel adalah domba bakalan, pakan, tenaga kerja, dan bunga modal/bunga modal jika meminjam dari bank (Sudarmono dan Sugeng, 1991).

Hasil Produksi (Pendapatan)

Pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang di peroleh dari penjualan produk suatu kegiatan usaha. Penjualan ternak hidup, karkas, pupuk dan produk

lainnya merupakan komponen pendapatan (Sutama dan Budiarsana, 2009).

Pendapatan usaha ialah seluruh pendapatan yang di peroleh dalam suatu usaha. Pendapatan dapat berupa pendapatan utama, seperti hasil penjualan domba dari kegiatan usaha penggemukan domba dan pendapatan berupa hasil ikutan, misalnya pupuk kandang (Sudarmono dan Sugeng, 1991).

Analisis Laba – Rugi

Laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya. Perhitungan laba jelas untuk banyak keputusan manejemen. Jika laba konsisten positif, perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika mengalami kerugian perusahaan dapat mencari produk yang lain yang akan diolah yang dapat mendatangkan keuntungan (Hansen dan Mowen, 2001).

(10)

pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya juga agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha (Murtidjo, 1995).

Laporan laba rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan jasa barang dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut. Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan ini merupakan laporan aktivitas dan hasil dari aktivitas itu merupakan ringkasan yang logis dari penghasilan, dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu. Besarnya laba ditentukan berdasarkan selisih antara nilai penjualan (total revenue) dengan total biaya (biaya tetap ditambah biaya variabel) pada tingkat volume produksi tertentu. Perlu diperhatikan bahwa volume penjualan yang menghasilkan laba hanyalah volume penjualan yang berada diatas titik impas (Jumingan, 2006).

(11)

lebih efisien dari waktu ke waktu secara keseluruhan akan semakin meningkatkan jumlah keuntungan (Sodiq dan Abidin, 2002).

Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Laporan laba-rugi (balance sheet) adalah laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh dan

biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Setiap jangka waktu tertentu, umumnya satu tahun, perusahaan perlu memperhitungkan hasil usaha perusahaan yang dituangkan dalam bentuk laporan laba-rugi. Hasil usaha tersebut didapat dengan cara membandingkan penghasilan dan biaya selama jangka waktu tertentu. Besarnya laba atau rugi akan diketahui dari hasil perbandingan tersebut (Kasmir dan Jakfar, 2005).

IOFC (income over feed cost)

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan dengan biaya

ransum yang digunakan selama usaha penggemukan ternak. IOFC ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang yang dikeluarkan untuk penggemukan. Biaya pakan merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya ransum. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual,

(12)

(Prawirokusumo, 1990).

Pendapatan usaha peternakan itu dibandingkan dengan biaya pakan. Pendapatan usaha merupakan perkalian antara hasil produksi peternakan (dalam kilogram hidup), sedangkan biaya pakan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan kilogram domba hidup tersebut. Apabila diperhatikan, tolak ukur ini hanya memperhatikan biaya pakan saja. Padahal dalam biaya variabel tidak hanya mencakup biaya pakan saja, tetapi ada juga biaya untuk pembelian bibit yang juga besar (Rasyaf,1998).

Analisis B/C Ratio (benefit cost ratio)

Menurut Cahyono (2002) analisis tingkat kelayakan usaha tani atau B/C ratio (Benefit Cost Ratio) bisa digunakan dalam analisis kelayakan usaha tani, yaitu perbandingan antara total pendapatan dan total biaya yang dikeluarkan.

B/C Ratio =

B/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya yang dikeluarkan. Dimana B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total penerimaan dengan total pengeluaran. Kadariah (1987), menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana bila

B/C Ratio > 1 : Efisien

(13)

B/C Ratio < 1 : Tidak efisien

Soekartawi et al., (1986) menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai B/C Ratio > 1. Semakin besar nilai B/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai B/C Rationya maka semakin tidak efisien usaha tersebut.

Rumus untuk mencari niali B/C Ratio dapat dituliskan sebagai berikut :

B/C Ratio = Input Output

dimana :

Output : keluaran yang diperoleh dari usaha tersebut yang berupa hasil penjualan Input : korbanan yang diberikan berupa biaya-biaya untuk proses produksi

Efisiensi usaha tani ditentukan dengan menggunakan konsep BCR (benefit cost ratio), yaitu imbangan antara total penghasilan (out put) dengan total

biaya (input). Nilai BCR > 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan. Semakin besar nilai BCR maka usaha dinyatakan semakin efisien (Karo-karo et al., 1995).

Ternak Domba

(14)

(hewan berkuku genap), family bovidae (hewan memamah biak), genus ovis dan ovis aries (Blakely dan Bade, 1991).

Kambing dan Domba merupakan potensi sangat penting yang dapat diperbaharui di daerah Asia. Ternak tersebut merupakan bagian dan bidang dari berbagai jenis sistem pertanian dan kehidupan sosial ekonomi dari beberapa juta penduduk yang miskin di seluruh wilayah: peternak kecil, petani gurem dan pekerja tani yang tidak mempunyai tanah (penggarap). Di dalam konteks ini dan di bandingkan dengan jenis ternak ruminansia lain, kambing dan domba tersebar sangat

unik di berbagai jenis kondisi lingkungan pertanian di seluruh Asia ( Mastika et al., 1993).

Ternak domba atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil, merupakan ternak herbivora yang sangat popular dikalangan petani di Indonesia. Jenis ternak ini lebih mudah dipelihara, dapat memanfaatkan limbah dan hasil setiap tersedia setiap saat serta modal yang diperlukan relatif kecil dibandingkan ternak besar (Setiadi dan Inonim, 1991).

Pakan Domba

(15)

hijauan yng di berikan sudah tua, tidak disenangi adalah sekitar 50% dari pemberian, oleh sebab itu hijauan harus diduakalikan (Anonimus, 1992).

Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak dapat mengakibatkan defisiensi, sehingga ternak mudah terserang penyakit, penyediaan dan pemberian pakan harus di upayakan secara terus- menerus sesuai dengan standart gizi menurut umur ternak (Cahyono, 1998).

Menurut Kartadisatra (1997) kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan jumlahnya setiap hari sangat tergatung pada jenis, umur ternak, fase pertumbuhan (dewasa, bunting dan menyusui), kondisi tubuh (normal dan sakit) dan lingkungan tempat hidupnya serta bobot badan. Komposisi pakan (kulitas dan kuantias) yang tidak mencukupi kebutuah akan menyebabkan produktifitas ternak rendah antara lain ditunjukan oleh pertumbuhan yang lambat dan bobot badan rendah (Martawidjaya et al., 1999)

(16)

Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan harian zat-zat pakan untuk ternak domba

BB(Kg) BK Energi Protein Ca P Sumber : NRC (National Resourc Concil) (1995).

Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan di cerminkan oleh kebutuhan terhadap nutrisi, jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban, nisbi udara), serta berat badannya. Jadi setiap ekor ternak berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997).

Hijauan

(17)

meliputi daun, batang, kemungkinan juga sedikit bercampur bagian generatif, utamanya sebagai sumber makanan ternak ruminansia.

Menurut Siregar (1994), hijauan diartikan sebagai pakan yang mengandung serat kasar, atau bahan yang tak tercerna, relatif tinggi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ternak ruminansia membutuhkan sejumlah serat kasar dalam ransumnya agar proses pencernaan berjalan secara lancar dan optimal. Sumber utama dari serat kasar itu sendiri adalah hijauan.

Identifikasi genus/spesies hijauan pakan menjadi semakin penting untuk dilakukan mengingat semakin pentingnya arti hijauan pakan bagi kebutuhan ternak. Identifikasi hijauan pakan khususnya rumput dapat dilakukan berdasarkan pada tanda-tanda atau karakteristik vegetatif (Tillman et al., 1998). Termasuk kelompok makanan hijauan ini ialah bangsa rumput (graminae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka, daun waru dan lain sebagainya (Kusmiyati, 2000).

(18)

Pelet

Bahan baku mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap kualitas pelet. Kandungan perekat (binder) alami (misalnya pati), protein, serat, mineral dan lemak dari bahan baku akan mempengaruhi kualitas pelet. Barley, gandum, kanola dan rape seed meal mengandung perekat alami yang membentuk ikatan fisik – kimia selama

proses untuk menghasilkan pelet yang berkualitas lebih baik (Dozier, 2001).

Proses pengolahan ransum di pabrik pakan merupakan proses produksi dengan menggunakan mesin-mesin pemrosesan yang menghasilkan ransum dalam bentuk mash, pelet dan crumble. Dewasa ini ada kecenderungan pakan diberikan kepada ternak bentuk komplit (complete feed), karena dinilai sangat efektif, apalagi pakan tersebut dikemas dalam bentuk pelet. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pakan komplit berbentuk pelet lebih acceptable (bisa diterima) bagi ternak, disamping pemberiannyapun relatife lebih mudah dan tidak berabu (Rantan Krisnan dan Ginting, 2004).

Pembuatan pakan komplit dalam bentuk pelet mengharuskan adanya proses penepungan agar diperoleh bentuk dan tekstur pelet yang baik. Proses penepungan dapat meningkatkan konsumsi roughage, walaupun sering disertai pula dengan penurunan tingkat kecernaan, akibat menurunnya waktu tahan pakan di dalam rumen (Uden, 2001).

(19)

membuat formula ransum. Dengan demikian, manfaat penggunaan pakan komplit dalam bentuk pelet biasanya lebih nyata pada ransum dengan kandungan roughage

Bahan Pakan Penyusun Pelet

Daun Ubi Kayu

Menurut Harahap dan Wiryosuhanto (1987) disitasi Jamurun (1991), menyatakan bahwa daun ubi kayu adalah sebagai sumber protein bagi berbagai jenis ternak ruminansia. Daun ubi kayu selain kayak akan protein juga kaya akan karotein, Vitamin B, Vitamin B2 dan Vitamin C.

Hijauan daun ubi kayu, penggunaannya harus dilayukan 1 malam atau dijemur 2-3 jam agar racun HCN yang dikandungnya dapat hilang sehingga tidak meracuni ternak (Cahyono, 1998).

Onggok

Pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka dihasilkan limbah yang disebut onggok. Ketersediaan onggok sangat bergantung pada jumlah varietas dan mutu ubi

kayu yang diolah menjadi tapioka, ekstraksi pati tapioka. Saleh et al., (2006) melaporkan bahwa dalam pengolahan ubi kayu menghasilkan

(20)

Tabel 2. Nilai nutrisi onggok (%)

Zat nutrisi Kandungan (%)

Bahan kering 81,7

Protein kasar 0,6

Lemak kasar 0,4

Serat kasar 12

TDN 76

Sumber: : Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan, FP-USU (2000).

Bungkil Inti Sawit

Bungkil inti sawit adalah hasil akhir proses ekstrasi minyak sawit. Penggunaannya sebagai pakan ternak telah banyak dilaporkan oleh para peneliti. Pengujian nilai nutrisinya telah dilakukan pada domba dan sapi perah (Davendra, 1977).

Silitonga (1993), melaporkan bahwa semakin tinggi persen bungkil inti sawit dalam konsentrat (0.5%, 1%, 2% dari serat kasar), maka kenaikan berat badan perhari semakin besar yaitu 10 gram, 17 gram dan 28 gram.

Bungkil inti sawit mempunyai kandungan nutrisi yang lebih baik daripada solid sawit. Produksi rata-rata sekitar 40 ton/ hari. Bahan pakan ini sangat

cocok terutama untuk bahan konsentrat ternak, namun penggunaannya sebagai pakan tunggal dapat menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan, oleh karena itu, perlu diberikan secara bersama-sama dengan bahan pakan lainnya (Mathius, 2003).

(21)

Tabel 3. Nilai nutrisi bungkil inti sawit (%)

Zat nutrisi Kandungan (%)

Protein kasar

Garam yang dimaksud disini adalah garam dapur (NaCl), dimana selain

berfungsi sebagai mineral juga berfungsi meningkatkan palatabilitas (Pardede dan Asmira, 1997).

Garam berfungsi untuk merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan odema. Defisiensi garam lebih sering terdapat pada hewan herbivora daripada hewan lainnya. Karena hijauan dan butiran mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam adalah bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, nafsu makan hilang dan produksi menurun sehingga menurunkan bobot badan (Anggorodi, 1990).

Molases

(22)

harganya murah, kelebihan tetes tebu adalah pada aroma dan rasanya. Oleh karena itu apabila di campur dalam ransum maka akan bisa memperbaiki aroma dan rasanya (Hassan dan Ishada, 1991)

Molases adalah hasil samping pabrik gula tebu yang berbentuk cairan kental berwarna kekuning-kuningan. Molases dapat diganti sebagai bahan pakan ternak yang berenergi tinggi. Disamping rasanya manis juga dapat memperbaiki rasa pakan dan aroma. Manfaat penggunaan molases sebagai bahan pakan ternak adalah kadar karbohidratnya yang tinggi, vitamin dan mineral yang cukup sehingga dapat digunakan meskipun sebagai pendukung (Rangkuti et al., 1985). Adapun nilai nutrisi molases dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai nutrisi molasses (%)

Zat nutrisi Kandungan (%)

Bahan kering

Sumber: Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan, FP-USU (2000).

Urea

(23)

Urea adalah bahan pakan sebagai sumber nitrogen yang dapat difermentasi. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan konsumsi serat kasar dan daya cerna (Kartadisastra, 1997).

Urea tidak dapat digunakan secara berlebihan, apabila berlebih atau tidak dicerna oleh tubuh ternak maka urea akan diabsorbsi oleh dinding rumen, kemudian dibawa aliran darah ke hati dibentuk kembali amonium yang kemudian disekresikan melalui urin (Parakkasi, 1995).

Mineral

Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan dalam jumlah yang kecil, namun berperan penting agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik. Mineral digunakan serbagai kerangka pembentukan tulang dan gigi, pembentukan darah dan pembentukan jaringan tubuh serta dibutuhkan sebagai komponen enzim yang berperan dalam proses metabolisme didalam sel. Penambahan mineral dalam

ransum domba dapat mencegah kekurangan mineral didalam makanan (Setiadi dan Anonim, 1991).

(24)

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan harian zat-zat pakan untuk ternak domba
Tabel 2. Nilai nutrisi onggok (%)
Tabel 3. Nilai nutrisi bungkil inti sawit (%)
Tabel 4. Nilai nutrisi molasses (%)

Referensi

Dokumen terkait

Guru ( review ) materi bersama siswa membuat kesimpulan serta melakukan refleksi. Refleksi hasilnya: siswa kelihatan merasa senang dan gembira saat menggunakan jari

In this work, we investigate the performance of digital beamforming with low resolution ADCs based on link level simulations including channel estimation, MIMO equalization and

Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa jika semakin lengkap fasilitas belajar yang bisa dimanfaatkan dan dimiliki oleh siswa, maka dorongan dalam diri siswa

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kemampuan berkomunikasi, kemampuan intelektual, dan kepribadian berpengaruh secara tidak signifikan terhadap pemahaman akuntansi.

The tration of a -helical CRH 9 – 41 120 m g / kg i.v., as MAP finding that antalarmin had no effect on this peripherally values in this group were not statistically different

The effect of melatonin on the glycine receptor-mediated response was studied in cultured chick spinal cord neurons using the whole-cell voltage-clamp recording technique..

[r]