• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Perkembangan Anak Usia Sekolah di SD Negeri No.060891 Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Perkembangan Anak Usia Sekolah di SD Negeri No.060891 Medan Chapter III VI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan

komunikasi interpersonal orang tua dengan perkembangan anak di SD Negeri

No.060891 Medan. Variabel independen (bebas) dari penelitian ini adalah

komunikasi interpersonal orang tua. Variabel dependen (terikat) adalah

perkembangan Anak. Instrumen dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk

kuesioner untuk mengkaji komunikasi interpersonal orang tua dengan

perkembangan anak usia sekolah di SD Negeri No.060891 Medan.

Skema 1. Kerangka konsep penelitian hunungan komunikasi interpersonal orang

tua dengan perkembangan anak usia sekolah di SD Negeri No.060891

Medan.

Keterangan : Variable yang ditelit Komunikasi

Interpersonal

Orang Tua

Perkembangan

Anak :

(2)

32

3.2. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

NO

Variabel

Defenisi

Operasional

antara dua atau

lebih individu

2 Perkembangan

(3)

yang dimiliki

individu untuk

beradaptasi

dengan

lingkungan.

S nilai 4

SR nilai 3

KK nilai 2,

dan TP nilai

1.

berjumlah 10

untuk

komunikasi

Perkembangan

Anak

Baik 26-40

Buruk 10-25

3.3. Hipotesa Penelitian

(4)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi untuk menggambarkan

hubungan antara variable (Polit & Back, 2012). Desain ini mengidentifkasi

hubungan komunikasi interpersonal orang tua dengan perkembangan anak usia

sekolah di SD Negeri No.060891 Medan.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Arikunto, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak yang

bersekolah di SD Negeri No.060891 Medan dengan jumlah 75 orang siswa.

4.2.2. Sampel dan teknik sampling

Sampel adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi (Arikunto, 2013). Teknik sampling adalah teknik yang

dipergunakan untuk mengambil sampel dari populasi (Arikunto, 2013).

Pengambilan sampling menggunakan total sanpling, yaitu peneliti mengambil

keseluruhan dari total populasi.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri No.060891 Medan Jl. Letjen Jamin

(5)

lokasi yang dapat dijangkau peneliti, jumlah sampel yang memadai, serta efesiensi

waktu dan biaya. 4.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 sampai juli 2017.

Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2017 selama 2 hari.

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat izin dalam pengumpulan data dari

SD Negeri No.060891 Medan, maka dilakukan pendekatan kepada responden dan

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Pertimbangan etik yang perlu

diperhatikan pada saat penelitian yaitu 1.self determination, peneliti memberi

kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak

menjadi responden penelitian,2.informed consent, peneliti menanyakan kesediaan

menjadi responden setelahpeneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan

manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian, maka

responden diminta menandatangani lembar persetujuan, 3. anonymity, peneliti

tidak mencantumkan nama responden pada lembar persetujuan data, tetapi

memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan, 4. confidentially,

penelitian menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok tertentuyang

dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

(6)

36

yaitu kuessioner data demografi, kuesioner komunikasi interpersonal orangtua,

kuesioner perilaku moral.

Kuesioner data demografi memberikan data mengenai responden yang

meliputi kode responden,kelas, jenis kelamin, usia, pekerjaan orangtua. Data

demografi ini digunakan untuk melihat distribusi demografi dari responden saja

dan tidak di analisis.

Kuesioner komunikasi interpersonal untuk mengidentifikasi komunikasisi

interpersonal yang dilakukan orang tua di SD Negeri No.060891 Medan. Bagian

ini menggunakan 10 pernyataan, Untuk pertanyaan selalu nilai 4, sering nilai 3,

kadang-kadang nilai 2, tidak pernah nilai 1. Berdasarkan rumus statistika, interval

kelas adalah range (R) dibagi banyak kelas. Dimana R merupakan nilai tertinggi

dikurangi nilai terendah (Siregar, 2013) nilai terendah yaitu sebesar 10 sedangkan

nilai tertinggi sebesar 40 dan dibagi atas 2 kategori kelas untuk komunikasi

interpersonal, maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 15. Dengan nilai

terendah 15 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka komunikasi

interpersonal orang tua di SD Negeri No.060891 Medan dikategorikan kelas

sebagai berikut :

Komunikasi interpersonal orangtua buruk = 10-25

Komunikasi interpersonal orangtua baik = 26-40

Kuesioner perkembangan anak untuk mengidentifikasi perkembangan anak di

SD Negeri No.060891 Medan. Bagian ini menggunakan 10 pernyataan, Untuk

pertanyaan selalu nilai 4, sering nilai 3, kadang-kadang nilai 2, tidak pernah nilai

(7)

kelas. Dimana R merupakan nilai tertinggi dikurangi nilai terendah (Siregar,

2013) nilai terendah yaitu sebesar 10 sedangkan nilai tertinggi sebesar 40 dan

banyak kelas dibagi atas 2 kategori kelas untuk perkembangan anak, maka akan

diperoleh panjang kelas sebesar 15. Dengan nilai terendah 15 sebagai batas bawah

kelas interval pertama, maka perkembangan anak di SD Negeri No.060891

Medan dikategorikan kelas sebagai berikut :

Perkembangan anak buruk = 10-25

Perkembangan anak baik = 26-40

4.6 Validitas dan Reabilitas Instrumen

4.6.1 Uji Validitas Instrumen

Instrumen dibuat sendiri oleh peneliti, untuk instrumen baru perlu

dilakukan uji validitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat

ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan di ukur.

Validitas merupakan suatau derajat yang menjadi alat ukur yang dianggap

benar untuk mengukur. Conten validty index (CVI) berkaitan dengan kemampuan

suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Conten validty index

diukur dengan menetapkan ahli untuk mengevaluasi instrumen dan menentukan

relevansi dan kesesuaian pernyataan. Lebih lanjut Polit & Back menjelaskan

content validty index dilakukan oleh tiga atau empat expert (Polit & Back, 2012).

4.6.2 Uji Realibilitas Istrumen

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi dan akurasi alat ukur,

apakah alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsistensi jika

(8)

38

meminimalkan nilai kesalahan (Polit & Back, 2012). Alat ukur dinyatakan reliabel

apabila dilakukan uji reabilitas menggunakan coefficient alpha atau Cronbach’s

alpha dan diperoleh nilai 0,70 (Polit & Back,2012). Uji reabilitas ini dilakukan

setelah pengumpulan data pada 30 siswa di SD 060885 Medan.

4.7 Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data yaitu pada

tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada

komisi etik penelitin kesehatan, institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU,

kemudian permohonan izin yang telah diperoleh dikirimkan ketempat penelitian

yaitu SD Negeri No.060891 Medan. Setelah mendapat izin, peneliti

melaksanakan proses pengumpulan data penelitian. Peneliti menentukan

responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Peneliti juga

menjelaskan kepada responden maksud, tujuan dan prosedur penelitian. Bagi

calon responden yang bersendia menjadi responden diminta untuk

menandatangani informed consent atau responden dapat menyatakan persetujuan

secara verbal. Responden diminta untuk menjawab pernyataan peneliti atau

mengisi kuesioner yang telah diberikan peneliti. Sebelum mengisi kuesioner

terlebih dahulu peneliti menjelaskan kuesioner kepada responden, dan peneliti

tetap mendampingi responden dalam mengisi kuesioner. Apabila telah didapatkan

jumlah sampel sebanyak yang di butuhkan dalam penelitian ini, maka proses

pengumpulan data telah selesai dilakukan dan selanjutnya dilakukan penolahan

(9)

4.8 Pengolahan Data

Setelah semua data penelitian terkumpul, maka peneliti melakukan

pengolahan data dengan menggunakan sistem komputerisasi. Data yang

dikumpulkan diolah dengan beberapa tahap berikut (Arikunto,2013): Editing,

yaitu merupakan hasil pengamatan dari lapangan yang membutuhkan

penyuntingan/pengecekan dan perbaikan isian kuesioner terlebih dahulu. Coding,

merupakan peneliti membuat lembaran kode beerupa kolom-kolom untuk

mencatat data secara manual. Data Entry, merupakan langkah dalam memasukkan

data yang telah diberi kode kemudian disusun secara berurutan. dan selanjutnya

memberikan nilai akhir dan scoring.

4.9 Analisa Data

1. Analisa univariat

Analisa univariat merupakan suatu prosedur untuk menganalisis data dari

suatu variabel yang bertujuan untuk suatu hasil penelitian (Siregar, 2013).

Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat digunakan

untuk menganalisa data variabel independen yaitu komunikasi interpersonal

orangtua, variabel dependen yaitu Perkembangan anak serta data demografi

meliputi kode responden,kelas, jenis kelamin, usia, pekerjaan orangntua.

2. Analisis bivariat

Analisa bivariat merupakan suatu prosedur untuk menganalisis hubungan

antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel depanden.

Pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu Pearson

(10)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan yang

diperoleh dari hasil pengumpulan data pada tanggal 14 april 2017 – 16 April 2017

terhadap 75 siswa di SD Negeri No.060891 Medan.

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian dibawah ini menguraikan gambaran data demografi

responden,komunikasi interpersonal orang tua, perkembangan anak dan hubungan

komunikasi interpersonal orang tua dengan perkembangan anak usia sekolah.

5.1.1 Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik demografi responden mencakup usia, kelas, jenis kelamin

dan pekerjaan orang tua. Hasil penelitian mengenai karakteristik demografi

responden dapat dilihat pada table 5.1 dibawah.

Responden dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah di SD Negeri No.

060891 Medan dengan jumlah 75 responden. Hasil penelitian ini didapatkan

bahwa usia terbanyak berada pada usia 11 tahun yaitu sebanyak 16 responden

(21,3%).Jenis kelamin responden terbanyak laki-laki sebanyak 40 responden

(53,3%).jumlah responden terbanyak di kelas 5 yaitu sebanyak 20 responden

(26,7%).Pekerjaan orang tua responden terdapat,pekerjaan ayah terbanyak sebagai

wiraswasta sebanyak 60 responden (80,0%), dan pekerjaan ibu terbanyak sebagai

(11)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Anak Usia Sekolah di SD Negeri No. 060891 Medan (n=75)

Karakteristik Frekuensi

(n)

5.1.2 Deskripsi Komunikasi Interpersonal Orang Tua di SD Negeri No.

060891 Medan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SD Negeri No. 060891 Medan

menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden yang berjumlah 75 orang

responden yakni anak usia sekolah di SD Negeri No. 060891 Medan terdapat

(12)

42

mengalami komunikasi interpersonal baik yaitu sebanyak 71 respondedn (94,7%),

sedangkan komunikasi interpersonal buruk yaitu sebanyak 4 responden (5,3%).

Tabel 5.2 Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Komunikasi

Interpersonal Orang Tua di SD Negeri 060891 Medan

Komunikasi

5.1.3 Perkembangan Anak di SD Negeri No. 060891 Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden yang

berjumlah 75 orang responden yakni anak usia sekolah di SD Negeri No. 060891

Medan terdapat kategori perkembangan anak baik dan buruk. Mayoritas

responden mengalami perkembangan anak baik yaitu sebanyak 67 respondedn

(89,3%), sedangkan perkembangan anak buruk yaitu sebanyak 8 responden

(10,7%)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Perkembangan Anak di SD Negeri NO. 060891 Medan

Perkembangan Anak Frekuensi

(n)

Persentase (%)

Baik 67 89,3

Buruk 8 10,7

5.1.4 Hubungan Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan

Perkembangan Anak Usia Sekolah Di SD Negeri No. 060891 Medan

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk melihat hubungan

komunikasi interpersonal orangtua dengan perkembangan anak. Hasil uji hipotesis

(13)

Tabel 5.4Hasil nilai koefesien hubungan komunikasi interpersonal dengan perkembangan anak usia sekolah di SD Negeri No.060891 Medan

Variabel Nilai r Nilai p

Komunikasi Interpersonal Orangtua Perkembangan Anak

0.252 0,029

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil analisa korelasi dengan

menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05) diperoleh nilai r = 0,252 dengan nilai

signifikansi atau p = 0,029. Hasil tersebut menunjukkan bahwa korelasi antara

variable komunikasi interpersonal orangtua dengan perkembangan anak tergolong

rendah dengan arah korelasi positif. Arah korelasi positif menunjukkan bahwa

semakin tinggi komunikasi interpersonal orangtua maka semakin tinggi pula

perkembangan anak, begitu juga sebaliknya. Nilai signifikansi (p < 0,05)

menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara komunikasi interpersonal

orangtua dengan perkembangan anak. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi

Pearson Product Moment, Hipotesis yang berbunyi “ Ada hubungan antara

komunikasi interpersonal orangtua dengan perkembangan anak “ diterima.

5.2 Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi berdasarkan

hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti. Penjelasan dari pembahasan

disesuaikan dengan tujuan penelitian yang terdiri dari komunikasi interpersonal

orang tua, perkembangan anak, dan hubungan komunikasi interpersonal orang tua

(14)

44

5.2.1 Komunikasi Interpersonal

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 94,7 % anak di SD Negeri

No.060891 Medan menyatakan memiliki kategori komunikasi interpersonal orang

tua baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Sultan (2011) tentang hubungan interpersonal orang tua dengan penyesuaian diri remaja awal dimana hasil

penelitian terdapat 58,7% individu dengan kategori komunikasi interpersonal

baik. Rahmat (2005) mengatakan komunikasi interpersonal orang tua dan anak

baik apabila ada kepercayaan dan kedekatan, rasa saling mendukung dan

keterbukaan. Hal ini didukung oleh pernyataan De Wuffel (dalam Monks, 2002)

yang menyatakan bahwa kualitas hubungan dengan orangtua memegang peranan

sanagat penting. Apabila komunikasi antara orangtua dengan anak tidak berjalan

dengan baik maka anak akan sulit untuk membuka dirinya dengan orangtua dan

mempersulit penyelesaian permasalahan dalam penyesuaian dirinya.

Menurut Teori johari Window (Jendela Johari), keadaan yang dikehendaki

sebenarnya dalam suatu komunikasi interpersonal atau antar pribadi ialah kondisi

dimana antara seorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang

terbukasehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka

atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa antara komunikator dan komunikan

saling mengetahui makna pesan yang sama (Liliweri, 1991). Menurut Wahlross

(dalam Pujiatni dan Purwati, 1997), kunci keharmonisan sebuah keluarga adalah

terletak pada komunikasi yang efektif. Permasalahan dalam keluarga yang

(15)

yang tidak efektif. Hal yang paling penting dalam interaksi antara orang tua dan

anaknya adalah komunikasi. Montague (dalam Rakhmat, 1988) mengatakan, “The

mostimportant agency through which the child learns to be human is

communication, verbal also non verbal”. Lestari (1997) menambahkan bahwa

melalui komunikasi, orang tua menyampaikan berbagai nilai, norma, aturan yang

ada dalam sosial budaya. Melalui komunikasi pula orang tua dapat mengenali dan

memahami kehidupan anaknya yang dari sini orang tua akan dapat menentukan

langkah yang terbaik dalam mengiringi proses perkembangan anaknya menuju

kedewasaan. Sejalan dengan pendapat diatas Sokolov dan Hutton (dalam Queljoe

dkk.,1993) menyatakan bahwa komunikasi yang baik selalu memperhatikan

adanya sikap menerima, mempercayai, menghargai, keterbukaan serta kejujuran.

Bagi anak, terhambatnya kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang tuanya

akan memberikan dampak yang merugikan baginya. Oleh karena itu, sebagai

orang tua, perlu mengembangkan adanya komunikasi interpersonal yang efektif

dengan anak.

5.2.2 Perkembangan Anak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden yang

berjumlah 75 orang responden yakni anak usia sekolah di SD Negeri No. 060891

Medan terdapat kategori perkembangan anak baik dan buruk. Mayoritas

responden mengalami perkembangan anak baik yaitu sebanyak 67 respondedn

(89,3%), hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Fatimah (2012) di R.A Darussalam Desa Sumber Mulyo, Jogoroto, Jombang

(16)

46

yaitu 32 responden (72,7%). Perkembangan anak baik karena adanya peran

keluarga sebagai penuntun, pengajar, dan pemberih contoh ( tirtaraharja, 2000).

Ningsih (2013) yang menyebutkan bahwa hubungan dengan orang tua juga

merupakan dasar bagi perkembangan anak. Dalam tahap perkembangan anak di

usia sekolah, anak lebih banyak mengembangkan kemampuannya dalam interaksi

soisal, belajar tentang nilai moral dan budaya dari keluarga serta mulai mencoba

untuk mengambil bagian peran dalam kelompoknya. Perkembangan yang lebih

khusus juga mulai muncul dalam tahap ini seperti perkembangan konsep diri,

keterampilan serta belajar untuk menghargai lingkungan sekitarnya (Hidayat,

2005),

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa Pekerjaan orang

tua responden terdapat,pekerjaan ayah terbanyak sebagai wiraswasta sebanyak 60

responden (80,0%), dan pekerjaan ibu terbanyak sebagai ibu rumah tangga

sebanyak 61 orang (81,3%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

mayoritas pekerjaan Ibu adalah IRT (Ibu Rumah Tangga). Pekerjaan orang tua

mempengaruhi terhadap perkembangan anak, ibu yang bekerja sebagai ibu rumah

tangga akan lebih mengontrol perkembangan anak daripada orang tua yang

bekerja di luar rumah. Peneliti berasumsi bahwa ibu rumah tangga lebih baik

dalam mengontrol perkembangan anak di bandingkan orang tua yang bekerja di

luar rumah karena merupakan modal dasar mencapai hasil pertumbuhan dan

perkembangan anak. Ekonomi dan status sosial sudah mapan maka orang tua

(17)

pada pengembangan kreativitas anak disbanding masalah ekonomi keluarga

(Mubarak dan Chayatin, 2007).

5.2.3 Hubungan Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan

Perkembangan Anak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara komunikasi

interpersonal orangtua dengan perkembangan anak usia sekolah (p = 0,029 ; p <

0,05). Hasil ini mengindikasikan bahwa komunikasi interpersonal orang tua

dengan perkembangan anak memiliki hubungan yang signifikan. Hal ini sejalan

dengan penelitian (Djamarah, 2004) yang mengatakan komunikasi antara

orangtua dan anak harus dijaga keefektifannya supaya komunikasi yang terjadi

dapat harmonis dan komunikasi yang disampaikan dapat ditangkap dan dicerna

dengan baik dari orangtua kepada anak dan sebaliknya dari anak kepada orangtua.

Intensitas dalam melakukan komunikasi merupakan suatu tingkat kedalaman

dalam menyampaikan suatu pesan dari seorang individu sebagai anggota keluarga

kepada keluarga atau orang lain yang berada disekitarnya. Efektivitas Komunikasi

Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu

keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness),

sikap positif (positiveness), dankesetaraan (equality) (Devito, 2011). Dalam

penelitia nunung (2008) mengatakan komunikasi orang tua sangat berpengaruh

terhadap perkembangan anak seperti membimbing, membantu, mengarahkan,

menyayangi, menasehati sehingga anak cenderung dapat tumbuh,membuat

perubahan yang membangun, belajar memecahkan masalah, sehat secara

(18)

48

yang baik terbentuk bila hubungan baik selalu terjalin antara ayah, ibu, dan anak

(Gunarsa, 2000). Dalam komunikasi interpersonal diperlukan sikap dukungan dari

pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi.Hal ini

senada dikemukakan Sugiyo (2005) dalam komunikasi interpersonal perlu adanya

suasana yang mendukung atau memotivasi. Melalui komunikasi pula orang tua

dapat mengenali dan memahami kehidupan anaknya yang dari sini orang tua akan

dapat menentukan langkah yang terbaik dalam mengiringi proses perkembangan

anaknya menuju kedewasaan. Sejalan dengan pendapat diatas Sokolov dan Hutton

(dalam Queljoe dkk.,1993) menyatakan bahwa komunikasi yang baik selalu

memperhatikan adanyasikap menerima, mempercayai, menghargai, keterbukaan

serta kejujuran. Bagianak, terhambatnya kebutuhan untuk berkomunikasi dengan

orang tuanya akanmemberikan dampak yang merugikan baginya. Oleh karena itu,

sebagai orang tua,perlu mengembangkan adanya komunikasi interpersonal yang

efektif dengan anak.

Nilai Correlation Coefficient ( r ) adalah 0,252. Nilai tersebut berarti

bahwa hubungan komunikasi interpersonal orang tua dengan perkembangan anak

di SD Negeri No.060891 Medan memiliki arah yang positif. Hubungan positif

berarti semakin tinggi komunikasi interpersonal orang tua maka semakin tinggi

pula perkembangan anak, begitu juga sebalik nya. Kekuatan hubungan antara

komunikasi interpersonal orang tua dengan perkembangnan anak rendah.

Perkembangan anak bukan hanya di pengaruhi hubungan komunikasi orang tua

dan anak tetapi di pengaruhi leh factor-faktor lain, prinsip perkembangan anak

(19)

Hal ini juga di dukung oleh penelitian susantyo (2016) yang menyebutkan ada

factor lain yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu lingkungan

sosial/tetangga, media massa, kondisi internal individu yaitu kecerdasan emosi,

dan konsep diri. Dalam tahap perkembangan anak di usia sekolah, anak lebih

banyak mengembangkan kemampuannya dalam interaksi soisal, belajar tentang

nilai moral dan budaya dari keluarga serta mulai mencoba untuk mengambil

bagian peran dalam kelompoknya. Perkembangan yang lebih khusus juga mulai

muncul dalam tahap ini seperti perkembangan konsep diri, keterampilan serta

(20)

BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SD Negeri

No.060891 Medan dan dibahas dalam bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Anak paling banyak memiliki komunikasi interpersonal orang tua dalam

kategori baik.

2. Sebagian besar perkembangan anak dalam kategori baik

3. Adanya hubungan positif antara komunikasi interpersonal orang tua

dengan perkembangan anak. Semakin baik komunikasi interpersonal

orang tua maka semakin baik pula perkembangan anak.

6.2 Saran

Saran yang diberikan terkait dengan hasil dan pembahasan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Pendidikan Keperawatan

Pendidikan keperawatan dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai

referensi terkait komunikasi interpersonal orang tua dan perkembangan

anak dalam perkuliahan bidang keperawatan jiwa dan komunitas.

b. Bagi Penelitian Keperawatan

Perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai factor, salah satunya

(21)

dilakukan peneliltian yang lebih lanjut dengan memperhatikan

variable-variabel lain yang mempengaruhi perkembangan anak.

c. Bagi Pelayanan Kesehatan

Instansi kesehatan dan keperawatan khususnya keperawatan anak dan

komunitas memegang peranan penting dalam menyebarkan informasi

kepada masyarakat. Salah satu peran perawat perlu memaksimalkan

perannya sebagai pendidik dengan memberikan pendidikan kepada

orangtua tentang pentingnya komunikasi interpersonal di dalam keluarga.

untuk menghindari terjadinya penyimpangan perkembangan anak.

d. Bagi Orangtua

Untuk menghindari terjadinya penyimpangan perkembangan anak, orang

tua diharapkan lebih meningkatkan sikap positif dalam mendidik anak

dan menerapkan komunikasi interpersonal yang baik kepada anak dan

juga memberikan semangat serta dorongan kepada anak anak agar

menggali potensi dan kemampuan diri dengan memberikan kegiatan yang

positif bagi anak.

6. 3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu kuesioner belum mewakili untuk

mengukur komunikasi interpersonal orangtua dan perkembangan anak. Untuk

kuesioner komunikasi interpersonal orangtua hanya dilakukan pengisian

kuesioner oleh anak, hal ini menyebabkan peneliti tidak dapat mengobservasi

(22)

52

perkembangan anak peneliti tidak meneliti tentang budaya, pendidikan orang tua

Gambar

Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Anak Usia Sekolah di SD Negeri No. 060891 Medan (n=75)
Tabel 5.2 Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Komunikasi
Tabel 5.4Hasil nilai koefesien hubungan komunikasi interpersonal dengan

Referensi

Dokumen terkait

Seng dalam plasma diangkut oleh albumin sebesar 57% , 40% alfa makroglobulin dan 3% oleh molekul dengan berat ligan rendah seperti asam amino. Albumin membawa seng sampai ke

Dalam bidang pendidikan diantaranya adalah penggunaan software Squiggle- M dalam pembelajaran Matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematik, terutama dalam

Hasil pengukuran diperoleh nilai true density untuk serbuk awal BaFe 12 O 19 , serbuk FeMn, dan serbuk BaFe 12 O 19 yang ditambahkan dengan FeMn disajikan dalam Tabel 3 dan Gambar

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2007, Masalah Hipertensi di Indonesia, Dirjen Pengendalaian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;2010.. Gauthier B, Edelmann CMJr,

Pada gambar 1 terlihat bahwa rata- rata skor akhir tes kemampuan pemecahan masalah matematik kelas eksperimen = 26,51 dan rata-rata skor akhir tes kemampuan

matematika realistik merupakan pembelajaran yang menghubungkan konsep dunia nyata dengan konsep pembelajaran matematika, sehingga dalam pelaksanaannya guru mampu

Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi melalui Pertanian, Industri, dan Jasa Produktif.. Nilai Devisa Pariwisata: Rp. Laju Pertumbuhan PDB per Tenaga Kerja: 4,0

Pengertian Pancasila sebagai Dasar Negara tercantum dalam pembukaan UUD 1945, sedangkan UUD 1945 itu merupakan pokok kaidah Negara yang fundamental,yang mempunyai