• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK BRIKET ARANG CANGKANG PANGI (Pangium edule Reiwn) DENGAN MENGGUNAKAN PEREKAT TEPUNG DARI LIMBAH AMPAS SAGU DAN PENAMBAHAN GETAH PINUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK BRIKET ARANG CANGKANG PANGI (Pangium edule Reiwn) DENGAN MENGGUNAKAN PEREKAT TEPUNG DARI LIMBAH AMPAS SAGU DAN PENAMBAHAN GETAH PINUS"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

i

KARAKTERISTIK BRIKET ARANG CANGKANG PANGI

(Pangium edule Reiwn) DENGAN MENGGUNAKAN PEREKAT

TEPUNG DARI LIMBAH AMPAS SAGU DAN PENAMBAHAN

GETAH PINUS

SKRIPSI

MUTMAINNAH

105950057815

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(2)

ii

KARAKTERISTIK BRIKET ARANG CANGKANG PANGI

(Pangium edule Reiwn) DENGAN MENGGUNAKAN PEREKAT

TEPUNG DARI LIMBAH AMPAS SAGU DAN PENAMBAHAN

GETAH PINUS

MUTMAINNAH 105950057815

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Jurusan Kuhutanan Fakultas Pertanian.

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

v

PENYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama: Mutmainnah

Nim : 105950057815 Program Studi : Kehutanan Fakultas : Pertanian

Dengan ini saya Mutmainnah saya menyatakan dengan sungguh-sungguh:

1. Saya menyadari bahwa memalsukan karya ilmiah dalam bentuk yang dilarang oleh undang-undang,termasuk pembuatan karya ilmiah oleh orang lain dengan suatu imbalan, atau mengambil karya orang lain, adalah tindakan kejahatan yang harus dihukum menurut undang-undang yang berlaku.

2. Bahwa skripsi ini adalah hasil karya dan tulisan saya sendiri, bukan karayan orang lain atau karya plagiat, atau karya jiplakan dari karya orang lain.

3. Bahwa di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak mendapat atau mendapat yang pernah atau diterbitkan orang lain , kecuali yang secara tertulis diacuh dalam naskah saya ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bila kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, saya bersediah tanpa mengajukan banding menerima sanksi:

1. Skripsi ini beserta nilai-nilai hasil ujian skripsi saya dibatalkan

2. Pencabutan kemali gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh, serta pembatalan dan penarikan ijazah sarjana dan transkip nilai yang telah aya terima.

Makassar, 05 Desember 2019 Penulis,

(6)

vi

Hak Cipta milik Universitas Muhammadiyah Makassar Tahun 2019

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau kutipan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Dilarang mengumumkan dan meperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan tanpa izin Universitas Muhammadiyah Makassar.

(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Dimana ada kemauan disitu ada jalan, tidak ada hal yang sulit jika kita mau berusaha dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas, yang penting ada kemauan dan ada kesungguhan serta gunakan ilmu pengetahuan sesuai kapasitas kita masing-masing yang telah Allah karuniakan.

“Man Jadda Wa Jadda”

“Barang siapa yang bersungguh-sunggu akan mendapatkannya”

Kupersembahkan karya ini teruntuk:

Kedua orang tuaku, saudaraku, sahabatku,

teman-teman seperjuanganku dan semua yang mendo’akan

serta mendukung penulis dalam menggapai

(8)

viii

ABSTRAK

MUTMAINNAH (105950057815). Karakteristik Briket Arang Cangkang pangi

(Pangium edule Reiwn) dengan Menggunakan Perekat Tepung dari Limbah Ampas Sagu dan Pembahan Getah Pinus. Dibawah bimbingan Husnah Latifah dan Muhammad Daud.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik briket arang yang dibuat dari cangkang pangi dengan perekat tepung dari limbah ampas sagu dan penambahan getah pinus. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Makassar, Sulawesi Selatan serta berlangsung selama dua bulan dari bulan September hingga bulan Oktober 2019. Penelitian menggunakan rancangan factorial 2 faktor dengan rancangan dasar rancangan acak lengkap. Faktor pertama adalah komposisi perekat tepung sagu dengan konsentrasi 8%, 12%, dan 16%, sedangkan faktor kedua adalah penambahan getah pinus 0% dan 5% dari berat serbuk kering tanur. Pengamatan ini dilakukan dengan 3 kali ulangan. Untuk perlakuan yang berpengaruh terhadap respon dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ ) atau Tukey Test. Briket arang yang dihasilkan dari cangkang kulit pangi dengan menggunakan perekat tepung dari limbah ampas sagu dan penambahan getah pinus memberikan nilai kadar air berkisar antara 3,09-7,53 %, kadar zat menguap (volatile meter) 19,40-25,34 %, kadar abu 1,62-3,06 %, kadar karbon terikat (fixed carbon) 71,61-78,96, kerapatan 0,60-0,70 g/cm3, uji tekan 5,12-7,20 kg/cm3 dan uji nyala 57-132 detik. Semua kombinasi perlakuan telah memenuhi SNI 01-6235-2000 tentang Briket Arang kecuali kadar zat mudah menguap. Pemberian perlakuan yang bervariasi dalam pemberian perekat limbah sagu mempengaruhi jumlah kadar air, kadar zat menguap, kadar abu, kadar karbon terikat, kerapatan, keteguhan tekan, dan penyalaan awal briket cangkang pangi. Pemberian getah pinus pada briket arang cangkang pangi mempengaruhi cepat nyala dan lebih cepat pula membara pada penyalaan awal briket arang cangkang pangi. Kualitas briket arang cangkang pangi yang dihasilkan dari pengujian beberapa taraf dipengaruhi oleh kombinasi serta komposisi perekat sagu dan penambahan getah pinus. Pemberian aditif getah pinus mempercepat penyalaan briket arang cangkang pangi. Terdapat perbedaan signifikan antara masing-masing kombinasi perlakuan kadar perekat tapioka dan kadar getah pinus terhadap karakteristik briket arang terutama kadar air, kadar zat menguap, kadar abu, kadar karbon terikat, kerapatan, keteguhan tekan, dan penyalaan awal. Kombinasi perlakuan serbuk arang 83%, perekat limbah tapioka 12% dan getah pinus 5% (A2B2) merupakan perlakuan optimal dalam meningkatkan kualitas briket arang limbah cangkang pangi dengan penambahan perekat limbah sagu dan aditif berbasis limbah

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa untuk segala berkat, rahmat dan Kasih-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pelajaran, petunjuk serta bantuan yang sangat dan akan besrmanfaat bagi penulis didalam menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan. Karenanya, pada kesempatan ini penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Husnah Latifah, S. Hut, M. Si, IPM selaku pembimbing I dan Bapak Ir. Muhammad Daud, S. Hut, M. Si, IPM selaku pembimbing II yang dengan sabar dan telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam mengarahkan dan membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Hikmah, S. Hut, M. Si, IPM., dan Bapak Ir. Muhammad Tahnur S. Hut, M. Hut, IPM selaku dosen penguji yang telah memberikan bantuan, saran dan koreksi dalam penyusunan skripsil ini.

3. Kedua orang tua Ayahanda tersayang Mustafa dan Ibunda tercinta Jumiati, serta Kakak-kakak dan Adikku yang terkasih Yusri Mustafa, Yusnaeni Mustafa, S.Pd, Zulkipli, S.P, Mujriah, Nurul khaeria dan segenap keluarga yang senantiasa

(10)

x

mencurahkan doa, kasih sayang, pengorbanan, motivasi, semangat dan memberi bantuan, baik moral maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Ibu Dr. Ir. Hikmah, S. Hut, M. Si, IPM., selaku Ketua Jurusan Kehutanan.dan Ibu

Dr. Ir. Husnah Latifah, S. Hut, M. Si, IPM, selaku Penasehat Akademik penulis. 5. Seluruh staf pegawai Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

yang telah membantu mengurus administrasi yang penulis butuhkan.

6. Rekan sepenelitian Samsul Samrin dan Sri Wahyuni Ary Orbani terima kasih atas bantuan dan dorongan semangatnya yang tulus

7. Teman-teman seperjuangan Fikri Faisal, Ekayanti, Sukni Fahma Muh.Ardam, Aslam Muhammad dan serta Keluarga Besar Trembesi angkatan 2015, terima kasih banyak telah memberikan bantuan semangat dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

8. Sahabat tercinta Nur Afiyah Safitri dan Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih sangat banyak terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki, unuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri.

Makassar, Desember 2019 Mutmainnah

(11)

XI

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN KOMISI PENGUJI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

HAK CIPTA ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 3 1.3.Tujuan Penelitian ... 3 1.4.Kegunaan ... 4 1.5.Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Deskripsi Tanaman Pangi ... 5

2.2Karbonisasi ... 7

(12)

XII

2.4Getah Pinus ... 9

2.5Briket Arang ... 9

2.6Kerangka Pikir ... 9

III. METODE PENELITIAN 3.1Waktu dan Tempat... 15

3.2Alat dan Bahan ... 15

3.3Prosedur Penelitian ... 15

3.4Variabel yang diamati ... 17

3.5Rancangan Percobaan ... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air ... 23

4.2 Kadar Zat Menguap ... 25

4.3 Kadar Abu ... 27

4.4 Kadar Karbon Terikat ... 39

4.5 Kerapatan ... 31 4.6 Uji Tekan ... 33 4.7 Uji Nyala ... 36 V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 38 5.2 Saran ... 39 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

XIII

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Sifat Briket Arang Berdasarkan SNI 01-6235-2000 dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan ... 12 2. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Kadar Air Briket Arang Cangkang

Pangi. ... 23 3. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Kadar Zat Menguap Briket Arang

Cangkang Pangi. ... 25 4. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Kadar Abu Briket Arang Cangkang

Pangi. ... 27 5. Hasil Perhitungan Rata- rata Kadar Karbon Terikat Briket Arang

Cangkang Pangi. ... 30 6. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Kerapatan Briket Arang Cangkang

Pangi. ... 32 7. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Keteguhan Tekan Briket Arang

Cangkang Pangi. ... 34 8. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Penyalaan Awal Briket Arang

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Kerangka Pikir/ Bagan Alur Penelitian ... 13

2. Diagram Kadar Air ... 24

3. Diagram Kadar Zat Menguap ... 26

4. Diagram kadar Abu ... 28

5. Diagram Kadar Karbon Terikat ... 31

6. Diagram Kerapatan ... 33

7. Diagram Keteguhan Tekan ... 35

(15)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis energi merupakan permasalahan dunia saat ini. Tiap tahunnya kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia yang menggunakan bahan bakar, terutama bahan bakar berbasis fosil. Keterbatasan persediaan bahan bakar fosil yang semakin menipis mengakibatkan kenaikan harga, oleh karena itu diperlukan suatu alternative untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Maka dari itu, salah satu alternative yang dipilih adalah pemamfaatan limbah dan penggunaan energy biomassa. Biomassa yang dijadikan sebagai bahan bakar alternative tentulah yang bersifat ramah lingkungan, mudah diperoleh, lebih ekonomis dan dapat digunakan oleh masyarakat luas.

Biomassa merupakan salah satu potensi sumber energi yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah tersebut. Potensi biomassa pada tahun 2004 tercatat setara dengan 49.81 GW namun baru dimanfaatkan sebesar 302.4 MW. Limbah biomassa pada umumnya berbentuk butiran, serbuk, atau potongan-potongan kecil sehingga penggunaannya menjadi bahan bakar langsung kurang diminati masyarakat. Selain itu, penggunaan limbah biomassa dalam bentuk aslinya sangat sulit untuk ditransportasikan, memiliki kadar pembakaran rendah karena nilai kerapatannya (bulk density) rendah, kadar airnya masih tinggi, dan nilai kalornya rendah. Oleh karena itu, perlu pengembangan teknologi untuk meningkatkan minat

(16)

2

penggunaan limbah biomassa yaitu dengan cara mengempa limbah biomassa tersebut menjadi bahan bakar padat (briket) melalui proses densifikasi.

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Limbah cangkang kepayang hampir tidak pernah digunakan karena selain tidak awet orang lebih mengutamakan hasil biji dan daunnya. Tetapi pada umumnya digunakan sebagai bahan makanan serta dijadikan minyak. Oleh karena itu, perlu usaha penelitian untuk memanfaatkan limbah cangkang kepayang ini dengan mengolah limbah tersebut menjadi briket arang. Hal ini dimaksudkan untuk memberi nilai tambah buah tanaman kepayang serta dapat menghasilkan produk baru di samping produk utamanya.

Getah pinus merupakan produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang mempunyai prospek cukup cerah dimasa mendatang untuk di kembangkan di indnesia mengingat potensi hutan pinus yang cukup besar yang belum di manfaatkan secara optimal, serta adanya peluang pasar yang terbuka lebar, baik untuk keperluan domestik maupun ekspor.

Briket Arang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar minyak dan gas dalam kegiatan industri dan rumah tangga. Briket arang merupakan bentuk energi terbarukan dari biomassa yang berasal dari tumbuhan atau tanaman yang saat ini sangat banyak tersedia di lingkungan.

(17)

3

Beberapa penelitian tentang briket arang dan telah banyak dilakukan, diantaranya, Ishak Isa, dkk yang meneliti tentang ”Briket Arang Dan Arang Aktif Dari Limbah Tongkol Jagung”.pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa briket arang yang dibuat dari limbah tongkol jagung dapat digunakan sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak dan gas. Kalor yang dihasilkan dari briket arang cukup tinggi. (Ishak, dkk, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah Kholil, yang berjudul ”Analisis Fisis Briket Arang Dari Ssampah Berbahan Alami Kulit Buah Pelepah Salak” Proses pengolahan sampah organik kayu, bambu, sabut dan tempurung kelapa dapat menghasilkan produk yang bermanfaat berupa arang dan asap cair, sedangkan arang yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan baku pada pembuatan briket arang, (Abdullah Khalil, 2017).

1.2Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh kadar perekat tepung dari limbah ampas sagu dan kadar getah pinus terhadap karakteristik briket arang pangi (Pangium edule Reiwn)?

2. Adakah perbedaan karakteristik briket arang pangi (Pangium edule Reiwn) pada berbagai kombinasi kadar perekat tepung dari limbah sagu dengan kadar getah pinus?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh kadar perekat tepung dari limbah ampas sagu dan kadar getah pinus terhadap karakteristik briket arang pangi (Pangium edule Reiwn)?

(18)

4

2. Mengetahui perbedaan karakteristik briket arang pangi (Pangium edule Reiwn) pada berbagai kombinasi kadar perekat tepung dari limbah sagu dengan kadar getah pinus

1.4. Kegunaan

Penelitian ini berguna sebagai bahan informasi memanfaatkan limbah tempurung pangi sebagai bahan dasar pembuatan briket arang dengan menggunakan perekat tepung dari limbah ampas sagu dan penambahan getah pinus.

1.5. Hipotesis

Hipotesisi dari penelitian ini adalah limbah cangkang pangi dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan briket arang, variasi jumlah bahan perekat dari tepung limbah ampas sagu dan penambahan getah pinus memberikan pengaruh yang berbeda terhadap karakteristik terbaik memiliki kadar air, kadar abu, dan kaar zat menguap yang paling rendah serta memiliki kadar karbon terikat dan lama nyala briket arang cangkang pangi.

(19)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Deskripsi Tanaman Pangi

Menurut Heyne (1987) sistematika tanaman kepayang adalah sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta

Sub division : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Ordo : Passiflora

Family : Flacourtiaceae

Genus : Pangium

Spesies : Pangium edule Reinw

Tanaman ini mempunyai banyak nama daerah, antara lain: kepayang (Indonesia), pangi atau hapesong (Batak), pangi (Malaysia), kayu rubah buah (Lampung), pacung atau picung (Sunda), pakem atau pucung (Jawa), kalowa (Sumbawa) dan pangi (Bugis). Tanaman kepayang tersebar di seluruh nusantara dan banyak tumbuh liar di Pulau Jawa, yakni daerah-daerah dengan ketinggian di bawah 1.000 m dari permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di daerah yang mempunyai ketinggian 10–1000 meter di atas permukaan laut. Suhu lingkungan yang tepat bagi tanaman ini adalah suhu yang tidak banyak berubah yaitu antara 22 – 30

-0

(20)

6

Tanaman kepayang dapat hidup sampai umur di atas 100 tahun. Tinggi pohon dapat mencapai 40 meter. Batang pokoknya besar dan pada pangkal pohon terdapat banir - banir yang lebarnya dapat mencapai 2,5 meter. Ranting muda berambut (berbulu) lembut dan berwarna coklat. Daunnya sebagian besar terkumpul pada ujung ranting dan mempunyai tangkai daun yang panjang. Buah kepayang berukuran beragam ada yang besar dan ada pula yang berukuran kecil, serta berambut halus berwarna coklat yang rapat. Bentuk buah yang sudah tua adalah bulat telur (ellipsoid). Buah kepayang yang berukuran besar dapat mencapai diameter 25 cm, sedangkan yang berukuran kecil mempunyai diameter sekitar 10 cm. Buah kepayang mengandung biji yang jumlahnya banyak dan tersusun rapi pada poros buah seperti buah cempedak.

Dalam setiap biji buah terbalut daging buah berwarna kuning (seperti biji buah durian). Buah yang berukuran besar mengandung biji yang jumlahnya dapat mencapai 30 biji, sedangkan buah yang berukuran kecil mengandung sekitar 12 biji. Biji buah kepayang berkulit luar yang keras yang disebut tempurung atau cangkang. Tempurung biji berwarna coklat dengan garis-garis menonjol yang melingkar-lingkar indah. Biji kepayang mengandung inti biji (endosperm) berwarna putih dan keras, di mana antara inti biji dengan tempurung dibatasi oleh selaput tipis berwarna coklat. Manfaat inti biji kepayang berbeda-beda di setiap daerah, di Banten di manfaatkan untuk mengawetkan ikan, di Madiun (Jawa Timur) untuk pembuatan terasi, di Saparuan untuk pembuatan kecap, di Sumatera Barat untuk pembuatan minyak dan di Toraja sebagai bahan makanan (Sunanto, 1992) dalam Achmad (2008).

(21)

7

2.2. Karbonisasi

Karbonisasi adalah istilah untuk konversi dari zat organik menjadi karbon atau residu yang mengandung karbon melalui pirolisis atau destilasi destruktif. Hal ini sering digunakan dalam kimia organik dengan mengacu pada generasi gas batubara serta aspal batubara dari batubara mentah. Bahan bakar fosil umumnya merupakan produk dari karbonisasi sayuran. Istilah karbonisasi juga diterapkan pada pirolisis batubara untuk memproduksi kokas. Karbonisasi juga merupakan suatu tahap dalam proses pembuatan arang, dan dianggap sebagai langkah yang paling penting dari semuanya karena memiliki kekuatan untuk mempengaruhi seluruh proses mulai dari pohon yang tumbuh hingga distribusi akhir arang ke berbagai sumber.

Proses karbonisasi dapat merupakan reaksi endotermik atau eksotermik tergantung pada suhu dan proses reaksi kimia yang sedang terjadi. Secara umum hal ini dipengaruhi oleh hubungan suhu karbonisasi, sifat reaksi, dan perubahan fisik/kimiawi yang terjadi. Proses karbonisasi dilakukan melalui dua cara, pertama dengan pemanasan secara langsung dalam tungku yang berbentuk kubah. Pemanasan menggunakan tungku merupakan cara yang paling tua dimana batubara dibakar pada kondisi udara terbatas, sehingga hanya zat terbang saja yang akan terbakar. Jika zat terbang terbakar habis, proses pemanasan dihentikan. Kelemahannya antara lain terdapat produk samping berupa gas dan cairan yang tidak dapat dimanfaatkan atau habis terbakar, disamping itu produktivitas sangat rendah.

(22)

8

Cara kedua adalah karbonisasi batubara dengan pemanasan tak langsung atau sistem distilasi kering. Dalam hal ini batubara ditempatkan pada ruang tegak sempit dan dipanaskan dari luar (pemanasan tak langsung). Melalui dinding baja, panas disalurkan ke dalam tanur bakar yang berisi batubara. Pada suhu sekitar 375 °C - 475 °C, batubara mengalami dekomposisi membentuk lapisan plastis di sekitar dinding. Ketika suhu mencapai 475 °C - 600 °C, terlihat munculnya cairan tar (aspal) dan senyawa hidrokarbon (minyak), dilanjutkan dengan pemadatan massa plastis menjadi semi-kokas. Pada suhu 600 °C - 1100 °C, proses stabilitas kokas dimulai.

Cara ini selain menghasilkan kokas juga diperoleh produk samping berupa aspal, amonia, gas metana, gas hidrogen dan gas lainnya. Gas-gas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. sedangkan produk cair berupa aspal, amonia dan lain-lain dapat diproses lebih lanjut untuk menghasilkan bahan-bahan kimia, umumnya berupa senyawa aromatik.

2.3. Perekat

Sutigno (1986) dalam Latifah (1997) bahwa perekat adalah suatu bahan yang dapat menahan dua benda berdasarkan ikatan permukaan. Dalam arti luas, perekat dapat didefenisikan sebagai suatu zat dimana benda dimungkinkan untuk menempel atau melengkat pada benda lain atau suatu zat yang mampu mendekatkan beberapa material satu sama lain dengan pengikatan permukaan.

(23)

9

Perekat adalah suatu abahan yang dapat menahan dua benda berdasarkan ikatan permukaan. Dalam arti luas, perekat dapat didefinisikan sebagai suatu zat dimana benda dimungkinkan untuk menempel atau melekat pada benda lain atau suatu zat yang mampu mendekatkan beberapa material satu sama lain dengan pemikatan permukaan. Sutigno (1986) dalam Latifah.

Sagu mempunyai granula berbentuk elips agak terpotong dengan ukuran 20-60 mikron. Kandungan emilosa pati sagu 27 % dan amilopektin 73 % dengan suhu gelatinasi yang dapat dicapai berkisar 60-72 %. (Haryanto dan Pangloli,1992 dalam

Latifah, 1997).

2.4. Getah Pinus

Getah pinus (colophony) merupakan substansi yang transparan, kental dan memiliki daya rekat yang cukup tinggi (Rendy Irawan , 2010). Getah pinus memiliki keunggulan terletak pada daya benturannya yang kuat, meskipun dijatuhkan dari tempat yang tinggi, briket akan tetap utuh serta mudah menyalah jika dibakar. Namun asap yang keluar cukup banyak dan menyebabkan bau yang agak menusuk hidung. (Anton Irawan, 2011).

2.5.Briket Arang

1. Teknik Pembuatan Briket Arang

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (1994) dalam

Masturin (2002) mengemukakan bahwa proses pembuatan briket arang meliputi empat cara yaitu:

(24)

10

a. Pengempaan serbuk gergaji menjadi briket kemudian disusul dengan karbonisasi pada tekanan sedang.

b. Pengempaan dan proses karbonisasi serbuk kayu dilakukan secara serentak.

c. Pengempaan campuran arang kayu dan serbuk kayu menjadi briket disusul dengan proses karbonisasi.

d. Pengempaan campuran arang kayu dan bahan perekat menjadi briket disusul dengan proses pengeringan yang kadang dikarbonisasi kembali. Proses yang umum dilakukan adalah proses yang tercantum pada butir a dan d. Briket yang baru dibentuk dengan tekanan tertentu dikeringkan didalam oven bersuhu 60 0C selama 24 jam atau dijemur di udara terbuka sampai mencapai kadar air lingkungan.

Menurut Herman (1989) dalam Masturin (2002), tekanan pengempaan diberikan untuk menciptakan kontak antara permukaan bahan yang direkat dengan bahan perekat. Semakin tinggi tekanan pengempaan, maka semakin tinggi kerapatan briket dengan mengikuti persamaan regresi linier. Penambahan tekanan pada suatu batas tertentu akan menyebabkan bahan perekat ikut terbuang. Briket yang terlalu padat akan sulit terbakar, sedangkan briket yang kurang padat akan mengakibatkan briket mudah terurai pada saat penggunaannya seperti ditunjukkan oleh percikan bara dan mengakibatkan kesan kurang bersih meskipun laju pembakarannya cepat. Dengan demikian dibutuhkan tekanan densifikasi yang tepat, hal tersebut ditentukan oleh jenis bahan yang didensifikasi. Menurut Pari et al. (1990) dalam Triono (2006)

(25)

11

menyatakan bahwa pada umumnya semakin tinggi tekanan yang diberikan akan memberikan kecenderungan menghasilkan briket arang dengan kerapatan dan keteguhan tekanan yang semakin tinggi pula.

Menurut Suryani (1986) dalam Rustini (2004) pengempaan dalam pembuatan briket dapat dilakukan dengan alat-alat pengepres type cmpression atau extrussion.

Tekanan yang diberikan untuk pembentukan briket arang dibedakan menjadi dua cara yaitu batas elastisitas bahan baku sehingga struktur sel akan runtuh dan belum melampaui batas elastisitas bahan baku. Menurut Abdullah, dkk. (1991) beberapa alat atau mesin pengempa yang dapat digunakan untuk densifikasi dibedakan atas empat jenis, yaitu:(1) Piston press yang digerakkan oleh piston mekanis dan hidroulik, (2)

Conical screw press, (3) Screw press dengan mantel pemanas, (4) Rotary ring disc press.

2. Mutu Briket Arang

Persyaratan briket arang tidak berbeda jauh dengan persyaratan arang. Menurut Millstein dan Morkved (1960) dalam Rustini (2004), persyaratan briket arang yang baik yaitu: bersih, tidak berdebu dan berbau, mempunyai kekerasan yang merata, kadar abu serendah mungkin, nilai kalor sepadan dengan bahan bakar lain, serta menyala dengan baik dan memberikan panas yang merata, harganya dapat bersaing dengan bahan bakar lain.

Kualitas briket arang dipengaruhi oleh jenis bahan baku arang yang digunakan, komposisi perekat serta tingkat pengempaan. Ukuran serbuk arang yang halus untuk bahan baku briket arang akan mempengaruhi ketahanan briket arang yang

(26)

12

semakin meningkat. Ukuran yang besar dan tidak seragam akan menyebabkan proses perekatan briket tidak maksimal dan keteguhan tekan briket yang dihasilkan rendah (Nurhayati, 1983 dalam Rustini, 2004).

Sudrajat (1982) dalam Latifah (1997) menyatakan bahwa sifat-sifat briket arang meliputi kadar air, zat mudah menguap, karbon terikat, kadar abu, nilai kalor, kerapatan dan keteguhan tekan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa persyaratan umum standar kuaitas briket arang meliputi karbon terikat tinggi (>60%), zat mudah menguap (<30%), abu kecil (<8%), nilai kalor tinggi (>6000 kal/g), kerapatan tinggi (>0,7 g/cm³), dan keteguhan tekan tinggi (>12,0 kg/cm2). Untuk mengetahui standar kualitas secara bahan baku untuk briket arang Indonesia mengacu pada Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-6235-2000) seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Sifat Briket Arang Berdasarkan SNI 01-6235-2000 dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Sifat-Sifat Briket Arang Satuan SNI (BPPK) Kadar air (moisture content) % Maksimum 8 7,57 Kadar zat mudah terbang

(volatile matter content)

%

Maksimum 15 16,14 Kadar abu (ash content) % Maksimum 8 5,51 Kadar karbon terikat (fixed

carbon content) % - 78,35

Kerapatan (density) g/cm3 - 0,4407 Keteguhan tekan g/cm2 - -

Sumber: Standarisasi Nasional Indonesia, 2000 dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 1994.

(27)

13

2.5.

Kerangka Pikir

Hutan

Hasil Hutan Bukan Kayu

Kemiri

Limbah Cangkang Kepayang

Arang Getah Pinus

Limbah Ampas Sagu

Briket Arang

Karakteristik Briket Arang Cangkang Kepayang (Pangium edule Reiwn) dengan Menggunakan Perekat Tepung dari Limbah AmpasSagu dan Penambahan

Getah Pinus

Gambar 5. Kerangka Pikir

Hasil hutan yang banyak dimanfaatkan berupa hasil hutan bukan kayu, salah satunya adalah Cangkang Pangi (Pangium edule Reiwn). Bagian kepayang yang dimanfaatakan berupa buahnya dan dari buah pangi ini menghasilkan limbah berupa cangkang yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan energi. Dalam penelitian ini

Pangi

Limbah cangkang pangi

Limbah Cangkang Pangi

(28)

14

cangkang pangi akan dibuat menjadi briket arang dengan menggunakan campuran perekat tepung dari limbah ampas sagu dan ditambahkan getah pinus, kemudian dilakukan pengujian dan analisis karakteristik briket arang cangkang pangi tersebut.

(29)

15

III

.

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2019, pembuatan briket arang di lakukan di Program Studi Kehutanan dan pengujian karakteristik briket dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Makassar, Sulawesi Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pembuatan briket arang antara lain: alat penggiling, alat pengempa, cetakan briket, ayakan 60 mesh, wadah plastik, pemanas atau kompor, termometer, desikator, oven, kuas, gelas ukur, timbangan analitik, cawan porselin,

universal testing gebruder amsler dan perioxide bomb calorimeter. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkang kepayang yang telah jadi arang, air dan bahan perekat tepung dari limbah ampas sagu dan penambahan getah pinus.

3.3 Prosedur Penelitian

1. Perlakuan Bahan Baku

Cangkang pangi dibersihkan dan dikeringkan kemudian diarangkan dengan menggunkan tungku kiln drum selama ±4-6 jam. Arang cangkang kemiri dibersihkan dari kotoran, setelah itu bahan baku arang cangkang pangi dihancurkan atau dihaluskan.

(30)

16

2. Pengayakan Serbuk Arang

Serbuk arang yang diperoleh disaring dengan menggunakan saringan 60 mesh sebelum diproses menjadi briket. Serbuk arang yang digunakan adalah serbuk yang lolos dari saringan 60 mesh.

3. Pembuatan Briket Arang

a. Kerapatan target briket arang yang akan dibuat adalah 0.7 g/cm3. Diameter cetakan briket arang memiliki diametr dalam 5.5 cm dan tinggi 5 cm, sehingga total volume cetakan adalah 111.73 cm2, sehingga untuk memenuhi target kerapat maka dibutuhkan volume campuran bahan baku briket setiap cetakan adalah 83.11. Sehingga, pembuatan briket arang dalam penelitian ini menggunakan serbuk arang, perekat sagu dan getah pinus pada berbagai komposisi dengan berat keseluruhan campuran 83.11 g. Penelitian ini menggunakan rangkangan faktorial 2 faktor yaitu faktor kadar perekat tepung dari limbah ampas sagu dan faktor kadar getah pinus. b. Adonan campuran serbuk arang, perekat dan getah pinus dimasukkan

dalam alat cetakan yang dilengkapi alat penekan, kemudian dilakukan pengempaan

4. Pengeringan

Briket arang yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada temperatur 60 0C selama 24 jam. Setelah itu dilakukan pengemasan dalam kantong plastik dan ditutup rapat-rapat untuk menjaga agar briket arang tetap dalam keadaan kering.

(31)

17

3.4 Variabel yang diamati

Variabel yang diamati untuk menentukan sifat arang meliputi sifat kimia dan sifat fisik yang terdiri atas: (1) pengujian dan pengukuran kadar air, zat mudah menguap, kadar abu sesuai standar SNI 01-6235-2000, (2) pengujian nilai kalor yang disesuaikan dengan standar yang berlaku di PT. Superitending Company of Indonesia (Sucopindo), (3) pengujian dan pengukuran karbon terikat, kerapatan dan keteguhan tekan sesuai dengan standar ASTM 1984 No. D 1762 – 84.

1. Kadar Air

Kadar air ditentukan dengan menimbang 1 gram contoh dalam cawan porselin yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 115 0C selama ± 3 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 1 jam lalu ditimbang kembali. Rumus perhitungan kadar air yang digunakan sebagai berikut:

Ba - Bkt

Kadar air (%) = x 100% Bkt

Di mana:

Ba = Berat sampel sebelum dikeringkan (g) Bkt = Berat sampel kering tanur (g)

(32)

18

2. Kadar Zat Menguap (Volatile)

Cawan porselin yang berisi 2 g contoh uji yang sudah diketahui beratnya, dimasukkan ke dalam oven pada suhu ±950 0C selama 7 menit. Setelah penguapan selesai, lalu didinginkan dalam desikator selama 1 jam selanjutnya

ditimbang. Kadar zat mudah menguap dinyatakan dalam rumus sebagai berikut: (X1 - X2)

Kadar zat mudah menguap = x 100% X1

Di mana:

X1 = Bobot awal (g)

X2 = Bobot akhir (g)

3. Kadar Abu

Cawan porselin yang berisikan 2 g contoh uji dimasukkan dalam oven pada suhu ± 900 0C selama 2 jam, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar abu dinyatakan dengan rumus :

Bobot abu

Kadar abu (%) = x 100% Bobot contoh

4. Kadar Karbon Terikat (Fixed Carbon)

Kadar karbon terikat dinyatakan dalam persen dengan rumus: Kadar Karbon Terikat = 100 – (Kadar abu + kadar zat menguap) %

(33)

19

5. Kerapatan

Kerapatan dinyatakan dalam perbandingan berat dan volume, yaitu dengan cara menimbang briket arang dan mengukur volumenya. Perhitungan volume briket arang dihitung dengan menggunakan rumus:

Vsilinder = 1 πd2 . t2

4

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 15. Kerapatan briket arang dihitung dengan menggunakan perhitungan:

Bobot briket arang (g) Kerapatan (g/cm3) =

Volume (cm3)

6. Keteguhan Tekan

Pengukuran keteguhan tekan dilakukan dengan menggunakan alat Universal Testing Gebruder Amsler. Penekanan yang diberikan dilakukan secara perlahan-lahan sampai briket tersebut pecah. Angka pada skala dikonversikan dalam satuan kg/cm2 merupakan besar keteguhan tekan briket persatuan luas. Penentuan keteguhan tekan dihitung dengan menggunakan perhitungan:

Beban penekanan (kg) Keteguhan tekan (kg/cm3) =

(34)

20

7. Penyalaan Awal

Pengukuran penyalaan awal pada briket yaitu berapa waktu yang dibutuhkan sebuah briket menyala bila disulut dengan api pada lilin, waktu penyalaannya akan dihitungan dengan stopwacth dalam satuan detik.

3.5 Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan faktorial dengan rancangan dasar rancangan acak lengkap (RAL). Faktor kadar perekat tepung dari limbah ampas sagu masing-masing terdiri atas 3 taraf yaitu 8% (A1), 12% (A2) dan 16% (A3) dan faktor kadar getah pinus masing-masing terdiri atas 2 taraf yaitu 0% (B1), 5% (B2). Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Adapun campuran masing kombinasi sebagai berikut:

(1) A1B1: Serbuk arang sebanyak 92 % (76.46 g), ditambah perekat tepung dari limbah ampas sagu 8 % (6.65 g) dan getah pinus 0 % (tanpa getah pinus)

(2) A1B2: Serbuk arang sebanyak 87 % (72.30 g), ditambah perekat tepung dari limbah ampas sagu 8 % (6.65 g) dan getah pinus 5 % (4.16 g)

(3) A2B1: Serbuk arang sebanyak 88 % (73.14 g), ditambah perekat tepung dari limbah ampas sagu 12 % (9.97 g) dan getah pinus 0 % (tanpa getah pinus)

(4) A2B2: Serbuk arang sebanyak 83 % (68.98 g), ditambah perekat tepung dari limbah ampas sagu 12 % (9.97 g) dan getah pinus 5 % (4.16 g)

(35)

21

(5) A3B1: Serbuk arang sebanyak 84 % (69.81 g), ditambah perekat tepung dari limbah ampas sagu 16 % (13.30 g) dan getah pinus 0 % (tanpa getah pinus)

(6) A3B2: Serbuk arang sebanyak 79 % (65.65 g), ditambah perekat tepung dari limbah ampas sagu 16 % (13.30 g) dan getah pinus 5 % (4.16 g)

Setiap kombinasi perlakuan diulang masing-masing sebanyak 3 kali yang terdiri atas 3 faktor, yaitu:

1. Kadar perekat tepung dari limbah ampas sagu yang terdiri atas 3 taraf: A1 = Kadar perekat 8%

A2 = Kadar perekat 12%

A3 = Kadar perekat 16%

2. Kadar getah pinus yang terdiri atas 3 taraf:

B1 = kadar getah pinus 0% (tanpa getah pinus)

B2 = kadar getah pinus 5%

Model matematis untuk rancangan faktorial menurut Gaspertz (1991) sebagai berikut:

Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + Єijk

Dengan,

Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh

kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B dan taraf ke-k faktor C).

Μ = Nilai tengah populasi (rata-rata yang sesungguhnya) αi = Pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A.

(36)

22

βj = Pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor B.

(αβ)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B.

Єijk = Pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh

kombinasi ijk.

Data diolah dengan sidik ragam yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan. Untuk mengetahui perbedaan antar masing-masing perlakuan pada berbagai perbedaan komposisi, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) sebagai berikut:

BNJ = ω = qα (p,n2). SY

Dimana:

ω = Nilai uji Tukey qα = Nilai tabel Tukey p = Jumlah perlakuan n2 = Derajat bebas galat

SY = √{(KT Galat) / r} Dimana r = Jumlah ulangan

(37)

23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Kadar Air

Hasil pengukuran kadar air briket arang yang dibuat dari cangkang pangi yang diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12% dan 6% serta penambahan getah pinus 0% dan 5% disajikan pada lampiran A.1 Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai kadar air berkisar antara 3,09 – 7,53 %.

Tabel 4.1. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Kadar Air Briket Arang Cangkang Pangi.

No. Perlakuan Rata-rata (%) BNJ

1 A1B1 4,17a 2 A1B2 4,90ab 3 A2B1 5,27ab 4 A2B2 5,64abc 5 A3B1 6,01abc 6 A3B2 6,76bc

Keterangan : Huruf yang tidak sama berbeda nyata

Sumber: Data Primer Sudah Diolah, 2019

Hasil analisis ragam sebagaimana disajikan pada lampiran B.1 Untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan dilakukan uji BNJ, yang hasilnya disajikan pada Tabel 4.1. Hasil uji BNJ menunjukkan antara komposisi perekat dan getah pinus terdapat tidak berbeda nyata pada perlakuan A1B1 berbeda nyata dengan A3B2 namun berbeda tidak nyata denan A1B2, A2B1, A2B2, dan A3B1. Nilai kadar air yang diperoleh memenuhi SNI 01-6235-2000 yaitu maksimum 8 % dan standar BPPK yaitu maksimal 7,57%. Nilai kadar air briket arang yang diperoleh

(38)

24

menunjukkan kecenderungan menaik dengan bertambahnya perekat. Peningkatan jumlah perekat limbah ampas sagu akan menyebabkan jumlah kadar air dalam briket arang meningkat.

Gambar 6. Diagram Kadar Air

Gambar 6 diatas dapat dilihat bahwa jumlah bahan perekat yang diberikan memberi pengaruh terhadap kadar air briket arang cangkang pangi. Semakin tinggi jumlah perekat yang digunakan makan semakin tinggi pula kadar air dari briket arang. Kadar air mempengaruhi kualitas briket arang yang dihasilkan. Semakin rendah kadar air maka nilai kalor dan daya pembakarannya akan semakin tinggi, begitupun sebaliknya. Kadar air briket juga dapat menentukan sifat higroskopis dari briket tersebut. Briket yang memiliki kadar air tinggi akan sulit dinyalakan, mudah rapuh dan ditumbuhi jamur (Maryono, Sudding & Rahmawati, 2013 dalam Budi Utami, 2015).

4,17 4,90 5,27 5,64 6,01 6,76

AIBI A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2

Kadar Air (%)

(39)

25

Semakin tinggi jumlah kadar air briket maka semakin rendah nilai kalor yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan panas yang tersimpan dalam briket terlebih dahulu digunakan untuk mengeluarkan atau menguapkan air yang terperangkap dalam briket sebelum kemudian menghasilkan panas yang digunakan sebagai panas pembakaran (Ismayana & Afriyanto, 2012 dalam Budi Utami, 2015).

4.2Kadar Zat Menguap (Volatile)

Hasil pengmatan besarnya kadar air briket arang yang dibuat dari cangkang pangi yang diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12% dan 6% serta penambahan getah pinus 0% dan 5% disajikan Lampiran A.2 dan hasil analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran B.2. Hasil uji BNJ dan nilai rata-rata kadar zat menguap disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Kadar Zat Menguap Briket Arang Cangkang Pangi.

No. Perlakuan Rata-rata (%) BNJ

1 A1B1 19,46a 2 A1B2 21,79b 3 A2B1 22,41c 4 A2B2 23,39d 5 A3B1 24,23e 6 A3B2 25,30f

Keterangan : Huruf yang tidak sama berbeda nyata

Sumber: Data Primer Sudah Diolah, 2019

Hasil penelitian menunjukan bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang kulit pangi dengan menggunakan perekat sagu dan penambahan getah pinus memiliki

(40)

26

nilai zat menguap antara 19,40 dan 25,34. Zat menguap terendah dijumpai pada kombinasi A1B1 dengan kadar perekat 8% dan tanpa getah pinus, sedangkan kadar zat menguap tertinggi pada kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 16% dan getah pinus 5%. Jika dibandingkan dengan kadar zat menguap briket standar Nasional Indonesia (SNI) maksimum 15% maka kadar zat menguap briket arang cangkang pangi yang dihasilkan memenuhi standar Nasional Indonesia.

Hasil analisa sidik ragam bahwa perlakuan, perekat, getah pinus serta interaksi antara perekat dan getah pinus memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar zat menguap briket arang cangkang pangi. Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan perlakuan kombinasi perekat sagu dengan getah pinus A1B1 berbeda nyata satu sama lain dengan A1B2, A2B1, A2B2, A3B1 dan A3B2.

Gambar 7. Diagram Kadar Zat Menguap

Grafik pada gambar 7 menunjukkan terjadinya peningkatan zat menguap yang dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah bahan perekat yang digunakan, semakin tinggi jumlah perekat maka akan semakin tinggi juga zat menguap dari briket arang cangkang pangi. Kadar zat menguap adalah zat yang menguap sebagai hasil dekomposisi senyawasenyawa yang masih terdapat di dalam arang selain air. Tinggi

19,46 21,79 22,41 23,39 24,23 25,30

AIBI A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2

Kadar Zat Menguap (%)

(41)

27

rendahnya kadar zat mudah menguap pada briket disebabkan oleh kesempurnaan proses karbonisasi, waktu dan suhu. Semakin lama waktu pembakaran dan semakin tinggi suhu karbonisasi maka semakin banyak zat menguap yang terbuang. Semakin banyak kadar perekat maka semakin banyak kandungan mineral dari bahan perekat akibatnya kadar zat menguap briket arangnya juga makin bertambah (Budi Utami, 2015).

4.3Kadar Abu

Hasil pengmatan besarnya kadar air briket arang yang dibuat dari cangkang pangi yang diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12% dan 6% serta penambahan getah pinus 0% dan 5% disajikan pada Lampiran A.3 dan hasil analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran B.3. Hasil uji BNJ dan nilai rata-rata kadar abu disajikan Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Kadar Abu Briket Arang Cangkang Pangi.

No. Perlakuan Rata-rata (%) BNJ

1 A1B1 1,64a 2 A1B2 1,99b 3 A2B1 2,09c 4 A2B2 2,41d 5 A3B1 2,88e 6 A3B2 3,05f

Keterangan : Huruf yang tidak sama berbeda nyata

(42)

28

Hasil penelitian menunjukan bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang kulit pangi dengan menggunakan perekat sagu dan penambahan getah pinus memiliki nilai kadar abu antara 1,62 dan 3,06 . Kadar abu terendah dijumpai pada kombinasi A1B1 dengan kadar perekat 8% dan tanpa getah pinus, sedangkan kadar zat menguap tertinggi pada kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 16% dan getah pinus 5%. Jika dibandingkan dengan kadar abu briket standar Nasional Indonesia (SNI) maksimum 8% maka kadar abu briket arang cangkang pangi yang dihasilkan memenuhi standar Nasional Indonesia.

Hasil analisa sidik ragam bahwa perlakuan,perekat, getah pinus serta interaksi antara perekat dan getah pinus yang diberikan menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar abu briket arang cangkang pangi. Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan perlakuan kombinasi perekat sagu dengan getah pinus A1B1 berbeda nyata satu sama lain dengan A1B2, A2B1, A2B2, A3B1 dan A3B2.

Gambar 8. Kadar Abu

Gambar 8 Grafik kadar abu menunjukkan perekat yang diberikan mempengaruhi jumlah kadar abu briket arang cangkang pangi. Semakin tinggi jumlah

1,64 1,99 2,09 2,41

2,88 3,05

AIBI A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2

kadar Abu (%)

(43)

29

perekat sagu yang digunakan maka semakin tinggi pula kadar abu yang dihasilkan. Kadar abu menunjukkan banyaknya kandungan mineral-mineral terutama unsur-unsur logam dalam bahan. Abu merupakan bagian dari proses pembakaran yang sudah tidak memiliki unsur karbon lagi. Unsur utama abu adalah silika dan pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Semakin rendah kadar abu maka semakin tinggi kualitas briket karena kandungan abu yang rendah dapat meningkatkan nilai kalor briket arang. Rendahnya kadar abu dapat disebabkan pemilihan arang yang baik dan adanya proses pembersihan kotoran dan debu sebelum arang dihaluskan. (Martawijaya, dkk,1981 dalam Mardiana achmad, 2008).

4.4Kadar Karbon Terikat (Fixed Carbon)

Hasil pengmatan besarnya kadar air briket arang yang dibuat dari cangkang pangi yang diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12% dan 6% serta penambahan getah pinus 0% dan 5% disajikan pada Lampiran A.4 dan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran B.4. Hasil uji BNJ dan nilai rata-rata kadar karbon disajikan Tabel 4.4

(44)

30

Tabel 4.4. Hasil Uji BNJ dan nilai Rata- rata Kadar Karbon Terikat Briket Arang Cangkang Pangi.

No. Perlakuan Rata-rata (%) BNJ

1 A1B1 78,91a 2 A1B2 76,22b 3 A2B1 75,50c 4 A2B2 74,20d 5 A3B1 72,89e 6 A3B2 71,65f

Keterangan : huruf yang tidak sama berbeda nyata

Sumber: Data Primer Sudah Diolah, 2019

Hasil penelitian menunjukan bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang kulit pangi dengan menggunakan perekat sagu dan penambahan getah pinus memiliki nilai kadar abu antara71,61 dan 78,96. Kadar karbon terikat terendah dijumpai pada kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 16% dan getah pinus 5%, sedangkan kadar karbon terik tertinggi pada kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 8% dan tanpa getah pinus. Jika dibandingkan dengan kadar karbon terikat briket, standar Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan yaitu 78,35, maka kadar karbon terikat arang cangkang pangi yang dihasilkan memenuhi standar BPPK.

Hasil analisis sidik ragam bahwa perlakuan,perekat, getah pinus setra interaksi antara perekat dan getah pinus yang diberikan menunjukan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar karbon terikat briket arang cangkang pangi. Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi perekat dengan getah pinus A1B1 berbeda nyata satu sama lain dengan A1B2, A2B1, A2B2, A3B1 dan A3B2.

(45)

31

Gambar 9. Kadar Karbon Terikat

Grafik gambar 9 menunjukkan semakin tinggi jumlah kadar perekat yang digunakan maka akan terjadi penurunan kadar karbon dari briket arang cangkang pangi. Kadar karbon terikat berpengaruh terhadap nilai kalor bakar briket arang. Kadar karbon terikat akan bernilai tinggi apabila nilai kadar abu dan kadar zat mudah menguap briket arang rendah. Semakin tinggi kadar karbon terikat pada arang kayu maka menandakan arang tersebut adalah arang yang baik. Pada proses pembakaran membutuhkan karbon yang bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan (Abidin (1973) dalam Mardiana Achmad (2008).

4.5Kerapatan

Hasil pengmatan besarnya kadar air briket arang yang dibuat dari cangkang pangi yang diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12% dan 6% serta penambahan getah pinus 0% dan 5% disajikan pada Lampiran A.5 dan hasil analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran B.5. Hasil uji BNJ dan nilai rata-rata kerapatan disajikan pada Tabel 4.5

78,91

76,22 75,50

74,20 72,89

71,65

AIBI A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2

Kadar Karbon Terikat (%)

(46)

32

Tabel 4.5. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Kerapatan Briket Arang Cangkang Pangi.

No. Perlakuan Rata-rata (gr/cm3) BNJ

1 A1B1 0,60 2 A1B2 0,63 3 A2B1 0,64 4 A2B2 0,65 5 A3B1 0,68 6 A3B2 0,70

Keterangan : huruf yang tidak sama berbeda nyata

Sumber: Data Primer Sudah Diolah, 2019

Hasil penelitian menunjukan bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang kulit pangi dengan menggunakan perekat sagu dan penambahan getah pinus memiliki nilai kerapatan antara 0,60 dan 0,70. Kerapatan terendah dijumpai pada kombinasi A1B1 dengan kadar perekat 8 % dan dan getah pinus, sedangkan kaerapatan tertinggi pada kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 16 % dan getah pinus 5%. Jika dibandingkan dengan kerapatan briket standar yaitu maksimum 0,7 g/cm3, maka kerapatan arang cangkang pangi yang dihasilkan memenuhi standar.

Hasil analisis sidik ragam bahwa perlakuan,perekat,getah pinus serta interaksi antara perekat dan getah pinus yang diberikan menunjukan pengaruh yang tidak nyata terhadap kerapatan briket arang cangkang pangi sehingga tidak dilakukan uji lanjut dengan uji BNJ.

(47)

33

Gambar 10. Kerapatan

Grafik gambar 10 menunjukkan semakin tinggi kadar perekat yang digunakan maka semakin tinggi pula kerapatan dari briket arang cangkang pangi. Nilai kerapatan briket arang yang diperoleh menunjukkan kecenderungan naik dengan bertambahnya perekat. Penambahan perekat akan menyebabkan luas permukaan kontak partikel briket arang yang diselubungi oleh perekat tapioka meningkat, sehingga menyebabkan daya rekat (adhesi) partikel dengan tepung tapioka juga meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan kerapatan briket arang yang dihasilkan (Mardiana Achmad, 2008).

4.6Keteguhan Tekan

Hasil pengmatan besarnya kadar air briket arang yang dibuat dari cangkang pangi yang diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12% dan 6% serta penambahan getah pinus 0% dan 5% disajikan pada Lampiran A.6 dan hasil analisis sidik ragam disajiakn pada Lampiran B.6. Hasil uji BNJ dan nilai rata-rata keteguhan tekan di sajikan pada Tabel 4.6

0,60 0,63

0,64 0,65 0,68

0,70

AIBI A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2

Kerapatan (gr/cm3)

(48)

34

Tabel 4.6. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Keteguhan Tekan Briket Arang Cangkang.

No. Perlakuan Rata-rata (kg/cm2) BNJ

1 A1B1 5,54a 2 A1B2 5,67ab 3 A2B1 5,84abc 4 A2B2 6,11abcd 5 A3B1 6,73d 6 A3B2 6,93e

Keterangan : huruf yang tidak sama berbeda nyata

Sumber: Data Primer Sudah Diolah, 2019

Hasil penelitian menunjukan bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang kulit pangi dengan menggunakan perekat sagu dan penambahan getah pinus memiliki nilai kadar air antara 5.12 g/cm 2 dan 7.20g/cm2 . Kadar air terendah dijumpai pada kombinasi A1B1 dengan kadar perekat 8% dan tanpa getah pinus, sedangkan kadar air tertinggi pada kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 16% dan getah pinus 5%. Jika dibandingkan dengan uji tekan briket standar yaitu maksimum 12 kg/cm3 , maka uji tekan briket arang cangkang pangi yang dihasilkan memenuhi standar.

Hasil analisa sidik ragam bahwa perlakuan dan perekat memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap uji tekan briket arang yang dihasilkan, sedangkan getah pinus menunjukkan pengaruh nyata namun interaksi antara perekat dan getah pinus menunjukkan pengaruh yang tidak nyata . Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan perlakuan komposisi perekat dan getah pinus A1B1 berbeda nyata satu sama lain dengan A3B1 dan A3B2 namun berbeda tidak nyata dengan A1B2, A2B1, dan A2B2.

(49)

35

Gambar 11. Keteguhan Tekan

Grafik gambar 11 diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar perekat maka akan terjadi peningkatan nilai tekan dari briket arang cangkang pangi. Nilai keteguhan tekan briket arang yang diperoleh menunjukkan kecenderungan naik dengan bertambahnya perekat. Peningkatan jumlah perekat akan menyebabkan kerapatan briket arang cenderung meningkat sehingga menyebabkan keteguhan tekan briket arang yang dihasilkan juga meningkat. Penambahan kadar perekat akan menambah daya ikat antara perekat arang pada briket. Selain itu, keteguhan tekan juga disebabkan tekanan pengempaan yang diberikan . (Pari et al. 1990 dalam dalam Mardiana Achmad 2008).

4.7Penyalaan Awal

Hasil pengmatan besarnya kadar air briket arang yang dibuat dari cangkang pangi yang diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12% dan 6% serta penambahan getah pinus 0% dan 5% disajikan pada Lampiran A.7 dan hasil analisis sidik ragam

5,54 5,84 5,67 6,11 6,73

6,93

AIBI A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2

Keteguhan Tekan (kg/cm2)

(50)

36

pada Lampiran B.7. Hasil uji BNJ dan nilai rata-rata penyalaan awal disajikan pada Tabel 4.7

Tabel 4.7. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Penyalaan Awal Briket Arang Cangkang.

No. Perlakuan Rata-rata (detik) BNJ

1 A1B1 128 2 A1B2 76 3 A2B1 102 4 A2B2 63 5 A3B1 126 6 A3B2 98

Keterangan : huruf yang tidak sama berbeda nyata

Sumber: sumber data primer sudah diolah, 2019

Hasil penelitian menunjukan bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang kulit pangi dengan menggunakan perekat sagu dan penambahan getah pinus memiliki nilai antara 57 detik dan 132 detik. Uji nyala terendah dijumpai pada kombinasi A2B2 dengan kadar perekat 12% dan penambahan getah pinus 5%, sedangkan nilai tertinggi pada kombinasi A1B2 dengan kadar perekat 8% dan getah pinus 5%. Dari pengujian ini menunjukan bahwa penambahan getah pinus dapat mempercepat proses penyalaan pada briket.

Hasil analisa sidik ragam bahwa perlakuan, getah pinus memberikan pengaruh yang sangat nyata, sedangkan perekat menunjukkan pengaruh yang nyata namun interaksi antara perekat dan geta pinus menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan perlakuan komposisi perekat dan getah pinus

(51)

37

berpengaruh tidak berbeda nyata terhadap uji nyala arang cangkang pangi yang dihasilkan.

Gambar 12. Uji Nyala

Gambar 12 Grafik uji nyala menunjukkan bahwa penambahan getah pinus cenderung dapat mempercepat proses penyalaan briket arang cangkang pangi dan kadar perekat yang digunakan juga akan mempengaruhi lama waktu penyalaan, semakin tinggi kadar perekat maka semakin lama pula waktu yang dibutuhkan untuk penyalaan briket arang. Hal ini disebabkan karena pada perekat terdapat kadar, air sehingga semakin tinggi kadar perekat maka semakin tinggi pula kadar airnya.

127,67

76,33 101,67 63,00

126,00

97,67

AIBI A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2

Uji Nyala (Detik)

(52)

38

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Briket arang yang dihasilkan dari cangkang kulit pangi dengan menggunakan perekat tepung dari limbah ampas sagu dan penambahan getah pinus memberikan nilai kadar air berkisar antara 3,09-7,53 %, kadar zat menguap (volatile meter) 19,40-25,34 %, kadar abu 1,62-3,06 %, kadar karbon terikat (fixed carbon) 71.61-78.96, kerapatan 0,60-0,70 g/cm3, uji tekan 5,12-7,20 kg/cm3 dan uji nyala 57-132 detik.

Pemberian komposisi perekat limbah ampas sagu yang bervariasi mempengaruhi jumlah kadar air, kadar zat menguap (volatile meter), kadar abu, kadar karbon terikat (fixed carbon), kerapatan, uji tekan dan uji penyalaan. Kombinasi pemberian getah pinus sangat mempengaruhi cepatnya uji nyala briket arang cangkang kulit pangi dan briket yang paling cepat membara ketika dinyalakan yaitu briket dengan penambahan getah pinus. Kualitas briket yang dihasilkan dari hasil pengujian beberapa taraf dipengaruhi oleh kombinasi komposisi perekat dan getah pinus. Terdapat perbedaan signifikan antara masing-masing kombinasi perlakuan kadar perekat sagu dan kadar getah pinus terhadap karakteristik briket arang terutama kadar air, kadar zat menguap, kadar abu, kadar karbon terikat, kerapatan, keteguhan tekan, dan penyalaan awal. Kombinasi perlakuan serbuk arang 83%, perekat limbah tapioka 12% dan getah pinus 5% (A2B2) merupakan perlakuan optimal dalam

(53)

39

meningkatkan kualitas briket arang limbah cangkang pangi dengan penambahan perekat limbah sagu dan aditif berbasis limbah. Semua kombinasi perlakuan telah memenuhi SNI 01-6235-2000 tentang Briket Arang kecuali kadar zat mudah menguap

5.2 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya agar kombinasi dari komposisi perekat dan getah pinus untuk lebih banyak lagi variasi perlakuan sehingga pengaruhnya terhadap briket arang cangkang pangi yang dihasilkan lebih bervariasi dan akan menghasilkan komposisi baru yang sesuai dengan standar.

(54)

40

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, dkk, 1991, Energi dan Listrik Pertanian. JICA. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Achmad, M. 2008, Kualitas Briket Arang Kulit Biji Kepayang (Pengium edule Reinw) dengan Penggunaan Perekat Tapioka.

Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 1994. Pedoman Teknis Pembuatan Briket Arang. Departemen Kehutanan Bogor.

Badan Standardisasi Nasional. 2000. SNI 01-6235-2000: Briket Arang Kayu, Jakarta. Gaspersz, V. 1994. Metode Rancangan Percobaan untuk Ilmu-ilmu Pertanian, Teknik

dan Biologi. Buku. CV Armico. Bandung. 472 p.

Kahlil, A. 2017. “Analisis Fisis Briket Arang dari Ampah Berbahan Alami Kulit Buah Pelepah Salak” Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim

Hayne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia JIlid I dan II. Terjemahan Badan Litbang Kehutanan. Cetakan I. Yayasan Sarana Koperasi Karyawan. Departemen Kehutanan.

Irawan, A. 2011. Modul Pengeringan, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten.

Irawan, R. 2010. Kajian Pemanfaatan Getah Pinus (pinus mercusii) Sebagai Bahan Baku Perekat. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Ishak, dkk, 2018. Briket Arang danAarangAaktif dari Limbah Tongkol Jagung

Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negri Gorontalo

Latifah, H. 1997, Pengaruh Jenis Kayu dan Perekat Terhadap Kualitas Briket Arang

Skripsi Studi Teknologi Hasil Hutan. Jurusan Kehutanan. Fakultas Pertanian dan Kehutanan. Universitas Hasanuddin. Makassar

(55)

41

Masturin, A. 2002, Sifat Fisis dan Kimia Briket Arng dari Campuran Arang Limbah Gergajian Kayu. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin Makassar.

Rustini, 2004, Pembuatan Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus (pinus merkusii jungh.et de Vr.,) dengan Penambahan Tempurung Kelapa. Skripsi Jurusan TeknologI Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institute Pertanian Bogor.

Triono, A. 2006, Karakteristik Briket Arang dari Campuran Serbuk Gergajian Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl) dan Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) dengan Penambahan Tempurung Kelapa (Cocos nucifera L). Skripsi Departemen Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

(56)

42

LAMPIRAN

(57)

43

Lampiran 1. Data Hasil Pengamatan

Lampiran 1.1. Hasil Pengamatan Nilai Kadar Air (%) Briket Arang Cangkang Pangi pada Komposisi Perekat yang Berbeda serta Penambahan Getah Pinus.

No. Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata (%) 1 2 3 1 A1B1 4.17 5.26 3.09 12.52 4.17 2 A1B2 4.17 5.26 5.25 14.69 4.90 3 A2B1 4.17 5.26 6.38 15.81 5.27 4 A2B2 5.26 6.38 5.26 16.91 5.64 5 A3B1 6.38 5.26 6.38 18.03 6.01 6 A3B2 6.38 7.53 6.38 20.29 6.76 Total 30.53 34.96 32.77 98.26 5.46

Lampiran 1.2. Hasil Pengamatan Nilai Kadar Zat Menguap (%) Briket Arang Cangkang Pangi.

No. Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

1 2 3 1 A1B1 19.45 19.40 19.52 58.37 19.46 2 A1B2 21.77 21.80 21.79 65.36 21.79 3 A2B1 22.41 22.39 22.43 67.23 22.41 4 A2B2 23.36 23.40 23.42 70.18 23.39 5 A3B1 24.21 24.25 24.22 72.68 24.23 6 A3B2 25.27 25.30 25.34 75.91 25.30 Total 136.47 136.54 136.72 409.73 136.58

Lampiran 1.3. Hasil Pengamatan Nilai Kadar Abu (%) Briket Arang Cangkang Pangi.

No. Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata 1 2 3 1 A1B1 1.62 1.64 1.65 4.91 1.64 2 A1B2 1.98 2.01 1.99 5.98 1.99 3 A2B1 2.09 2.10 2.08 6.27 2.09 4 A2B2 2.41 2.39 2.08 7.22 2.41 5 A3B1 2.87 2.89 2.42 8.64 2.88 6 A3B2 3.06 3.03 2.88 9.14 3.05 Total 14.03 14.06 3.05 42.16 14.05

(58)

44

Lampiran 1.4. Hasil Pengamatan Nilai Karbon Terikat (%) Briket Arang Cangkang Pangi.

No. Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata 1 2 3 1 A1B1 78.93 78.96 78.83 236.72 78.91 2 A1B2 76.25 76.19 76.22 228.66 76.22 3 A2B1 75.50 75.51 75.49 226.50 75.50 4 A2B2 74.23 74.21 74.16 222.60 74.20 5 A3B1 72.92 72.86 72.90 218.68 72.89 6 A3B2 71.67 71.67 71.61 214.95 71.65 Total 449.50 449.40 449.21 1.348,11 449.37

Lampiran 1.5. Hasil Pengamatan Nilai Kerapatan (g/cm3) Briket Arang Cangkang Pangi

No. Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata 1 2 3 1 A1B1 0.60 0.60 0.61 1.81 0.60 2 A1B2 0.64 0.63 0.63 1.90 0.63 3 A2B1 0.64 0.65 0.64 1.93 0.64 4 A2B2 0.65 0.66 0.65 1.96 0.65 5 A3B1 0.68 0.69 0.68 2.05 0.68 6 A3B2 0.69 0.70 0.70 2.09 0.70 Total 3.90 03.93 3.91 11.74 3.91

Lampiran 1.6. Hasil Pengamatan Nilai Keteguhan Tekan (kg/cm2) Briket Arang Cangkang Pangi.

No. Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata 1 2 3 1 A1B1 5.12 5.60 5.90 16.62 5.54 2 A1B2 5.91 5.81 5.79 17.51 5.84 3 A2B1 5.78 5.56 5.67 17.01 5.67 4 A2B2 6.26 6.50 5.56 18.32 6.11 5 A3B1 6.80 6.60 6.78 20.18 6.73 6 A2B2 7.20 6.69 6.91 20.80 6.93 Total 37.07 39.76 36.61 110.44 36.81

(59)

45

Lampiran 1.7. Hasil Pengamatan Nilai Penyalaan Awal (detik) Briket Arang Cangkang Pangi.

No. Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata 1 2 3 1 A1B1 129 132 122 383 128 2 A1B2 86 81 62 229 76 3 A2B1 121 122 62 305 102 4 A2B2 66 57 66 189 63 5 A3B1 123 126 129 378 126 6 A2B2 64 111 118 293 98 Total 589 629 559 1.777 592

(60)

46

Lampiran 2. Data Hasil Analisa Sidik Ragam

Lampiran 2.1. Analisis Ragam Nilai Kadar Air Briket Arang Cangkang Pangi pada Komposisi Perekat yang Berbeda serta penambahan Getah Pinus.

SUMBER KERAGAMAN JK db KT F Hit F Tabel 5% 1% P 12.109 5 2.422 3.569 * 3.11 5.06 A 10.268 2 5.134 7.566 ** 3.89 6.93 B 1.699 1 1.699 2.504 tn 4.75 9.33 A*B 0.143 2 0.071 0.105 tn 3.89 6.93 G 8.143 12 0.679 Signifikan pada taraf 1%

Keterangan: * = berpengaruh nyata

**

= berpengaruh sangat nyata tn = berpengaruh tidak nyata

Lampiran 2.2. Analisis Ragam Nilai Kadar Zat Menguap Briket Arang Cangkang Pangi pada Komposisi Perekat yang Berbeda serta penambahan Getah Pinus. SUMBER KERAGAMAN JK db KT F Hit F Tabel 5% 1% P 58.933 5 11.787 321.649 ** 3.11 5.06 A 45.370 2 22.685 619.063 ** 3.89 6.93 B 12.202 1 12.202 332.978 ** 4.75 9.33 A*B 1.361 2 0.681 18.571 ** 3.89 6.93 G 0.440 12 0.037 Signifikan pada taraf 1%

(61)

47

Lampiran 2.3. Analisis Ragam Nilai Kadar Abu Briket Arang Cangkang Pangi pada Komposisi Perekat yang Berbeda serta penambahan Getah Pinus.

SUMBER KERAGAMAN JK db KT F Hit F Tabel 5% 1% P 4.341 5 0.868 1680.269 ** 3.11 5.06 A 3.951 2 1.975 3823.301 ** 3.89 6.93 B 0.367 1 0.367 710.204 ** 4.75 9.33 A*B 0.023 2 0.012 22.269 ** 3.89 6.93 G 0.006 12 0.001 Signifikan pada taraf 1%

Keterangan: ** = berpengaruh sangat nyata

Lampiran 2.4. Analisis Ragam Nilai Karbon Terikat Briket Arang Cangkang Pangi pada Komposisi Perekat yang Berbeda serta penambahan Getah Pinus. SUMBER KERAGAMAN JK Db KT F Hit F Tabel 5% 1% P 99.691 5 19.938 12726.465 ** 3.11 5.06 A 84.023 2 42.011 26815.706 ** 3.89 6.93 B 13.659 1 13.659 8718.525 ** 4.75 9.33 A*B 2.009 2 1.005 641.195 ** 3.89 6.93 G 0.019 12 0.002 Signifikan pada taraf 1%

Gambar

Tabel  1.    Sifat  Briket  Arang  Berdasarkan  SNI  01-6235-2000  dan  Badan  Penelitian   dan Pengembangan Kehutanan
Gambar 5. Kerangka Pikir
Tabel  4.1.  Hasil  Uji  BNJ  dan  Nilai  Rata-  rata  Kadar  Air  Briket  Arang  Cangkang  Pangi
Gambar 6. Diagram Kadar Air
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penderita Trombosis Trombosis Vena Dalam yang tidak tertangani dengan baik akan mengalami embolisasi trombus Vena Dalam yang tidak tertangani dengan baik akan mengalami

Circuit training meningkatkan kemampuan dan daya tahan otot yang mengakibatkan terjadinya peningkatan APE hal ini sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh Khaliza

Kini, dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi mengenai kewenangan absolut yang diberikan kepada Pengadilan Agama sebagai satu- satunya lembaga peradilan yang

Hasil analisis kuasi statik dengan perangkat lunak CAESAR II.5.1 pada sistem pemipaan sebelum modifikasi dengan memasukan gaya transien sebesar 6482 kg adalah GAGAL (FAILED)

Pemetaan nilai b daerah penelitian Pada Gambar 4 dan 5 terlihat bahwa daerah dugaan seismic gap di Laut Sulawesi memiliki nilai a dan b yang relatif lebih besar

Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran TELKOMSolution yang ditagihkan secara bulanan ditetapkan pada tanggal 20 atau akhir bulan - N atau sesuai kesepakatan yang dituangkan

Pendapatan dan Pengeluaran Proyek terkait dengan proyek yang dikelola dalam SAP S/4HANA, cloud project services edition dan didefinisikan sebagai berikut:

Sedangkan Sofjan Assauri (2004:7) berpendapat lain dengan mengatakan bahwa “Proses produksi adalah hasil dari kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan