• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN INDEKS BUSA, INDEKS IKAN DAN INDEKS HEMOLITIK CINCALOK YANG DIEKSTRAKSI MENGGUNAKAN VCO (Virgin Coconut Oil)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUJIAN INDEKS BUSA, INDEKS IKAN DAN INDEKS HEMOLITIK CINCALOK YANG DIEKSTRAKSI MENGGUNAKAN VCO (Virgin Coconut Oil)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN INDEKS BUSA, INDEKS IKAN DAN INDEKS HEMOLITIK

CINCALOK YANG DIEKSTRAKSI MENGGUNAKAN VCO (Virgin

Coconut Oil)

NASKAH PUBLIKASI

OLEH :

SRI WAHYUNI GOH

NIM. I1021161017

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2020

(2)
(3)

PENGUJIAN INDEKS BUSA, INDEKS IKAN DAN INDEKS HEMOLITIK CINCALOK YANG DIEKSTRAKSI MENGGUNAKAN VCO (Virgin Coconut Oil)

Sri Wahyuni Goh, Siti Nani Nurbaeti, Hadi Kurniawan

Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak Jln. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi Pontianak

Email: sriwg16@gmail.com

Abstrak

Cincalok adalah produk fermentasi udang yang mengandung omega 3 dan omega 6, astaxanthin yang berguna untuk kesehatan. Cincalok diekstraksi menggunakan pelarut Virgin Coconut Oil (VCO) yang berasal dari tanaman, di mana tanaman kelapa mengandung senyawa metabolit seperti saponin pada daunnya. Penelitian ini dirancang untuk menentukan senyawa saponin yang diduga ada dalam minyak cincalok dengan mengamati parameter indeks busa, indeks ikan, dan indeks hemolitik. Minyak cincalok diencerkan larutan induk untuk indeks busa 1%, indeks ikan 3% dan indeks hemolitik 1%. Minyak cincalok dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dikocok untuk membentuk busa, dan dibiarkan selama 15 menit. Indeks ikan dilakukan oleh minyak cincalok yang menghasilkan seri konsentrasi 1,5%; 1%; 0,375%; 0,15%; dan 0,05% tambahkan 5 ikan mujair dan amati selama 1 jam. Minyak cincalok yang diencerkan untuk uji indeks hemolitik dilakukan uji pendahuluan pada 4 tabung reaksi, jika hemolisis terjadi pada 4 tabung reaksi, lanjutkan ke tes utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji indeks busa tidak menghasilkan busa, indeks ikan yang dihasilkan adalah 150 dalam seri konsentrasi 1,5% diduga karena faktor lain seperti tidak adanya air yang mengalir dan ikan telah mengalami stress sehingga rentan terhadap penyakit. Indeks hemolitik yang dihasilkan tidak terjadi hemolisis. Disimpulkan bahwa minyak cincalok tidak memiliki aktivitas saponin pada parameter indeks busa dan indeks hemolitik. Namun, indeks ikan yang diperoleh adalah 150.

(4)

TESTING OF FOAM INDEX, FISH INDEX, AND HEMOLYTIC INDEX ON EXTRACTED CINCALOK USING VCO (VIRGIN COCONUT OIL)

ABSTRACT

Cincalok is a fermented shrimp product containing omega 3 and omega 6, astaxanthin which is useful for health. Cincalok is extracted using Virgin Coconut Oil (VCO) solvent derived from plants, where coconut plants contain metabolite compounds such as saponins on their leaves. This study was designed to determine the saponin compounds that are suspected to be present in cincalok oil by observing foam index parameters, fish index, and hemolytic index. Cincalok oil was diluted for 1% foam index, 3% fish index and 1% hemolytic index. Cincalok oil is put into a test tube and shaken to form foam, and left for 15 minutes. The fish index was carried out by cincalok oil made a series of concentrations of 1.5%; 1%; 0.375%; 0.15%; and 0.05% add 5 tilapia and observe for 1 hour.. cincalok oil diluted for the hemolytic index test is carried out a preliminary test on 4 test tubes, if hemolysis occurs in 4 test tubes, proceed to the main test. The results showed that the foam index test did not produce foam, the resulting fish index was 150 in a series of 1.5% concentrations, the resulting hemolytic index did not occur. it was concluded that cincalok oil did not have saponin activity on foam index parameters and hemolytic indices. However, the index of fish obtained was 150, allegedly due to other factors.

(5)

PENDAHULUAN

Perairan di Indonesia memiliki berbagai macam biota laut, salah satunya adalah udang rebon. Udang rebon dimanfaatkan oleh masyarakat di Kalimantan Barat untuk diolah menjadi makanan fermentasi berupa cincalok.(1) Cincalok merupakan produk fermentasi

udang dibuat dengan cara

mencampurkan udang kecil yang segar, garam, dan gula dengan rasio tertentu dan diinkubasi selama 3-7 hari.(2) Cincalok ini memiliki kandungan yang berguna bagi kesehatan yaitu seperti kandungan omega 3 dan omega 6 yang

bermanfaat untuk meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan anak, ibu hamil, serta mengurangi resiko

penyakit kardiovaskular, dan

astaxanthin yang bermanfaat sebagai antioksidan yang termasuk dalam kategori antioksidan sangat kuat dalam menurunkan stress oksidatif pada orang obesitas, dan menghambat penuaan, serta kandungan lain dalam cincalok berupa asam amino glutamat yang penting dalam metabolisme tubuh dan

bermanfaat untuk otak sebagai

neurotransmitter.(3,4,5,6,7) Cincalok ini akan diekstraksi menggunakan pelarut

Virgin Coconut Oil (VCO).

VCO merupakan minyak kelapa murni yang terbuat dari daging kelapa segar yang diolah dalam suhu rendah atau tanpa pemanasan. Komponen utama dari VCO yaitu sekitar 92 %

terdiri dari asam lemak jenuh,

diantaranya asam laurat (48,74%), asam miristat (16,31%), asam kaprilat (10,91%), asam kaprat (8,10%), dan

asam kaproat (1,25%).(8) VCO

merupakan pelarut yang berasal dari tanaman kelapa, yang dimana tanaman kelapa sawit memiliki kandungan senyawa metabolit salah satunya seperti senyawa saponin.(9)

Saponin memiliki manfaat

sebagai antibakteri, antifungi,

kemampuan menurunkan kolesterol

dalam darah, dan menghambat

pertumbuhan tumor. Namun selain

memiliki manfaat, saponin juga

memiliki efek toksik bagi hewan amfibi

atau ikan, dapat menghambat

pertumbuhan pada hewan ternak, dapat mengiritasi selaput mulut dan saluran pencernaan sehingga mempengaruhi absorbsi nutrisi, menurunkan absorpsi zat besi pada tikus, saponin juga dapat mengakibatkan abortus dan kematian pada kelinci, kambing, sapi jika

diberikan secara intravena pada

konsentrasi 2-3 mg/kg, dan dapat

menyebabkan lisisnya eritrosit.(10)

berdasarkan uraian diatas perlu

dilakukan pengujian senyawa saponin yang diduga ada terdapat pada minyak cincalok, dengan meliputi parameter pengujian indeks busa, indeks ikan, dan indeks hemolitik.

(6)

METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan

adalah alat-alat gelas (Iwaki pyrex®),

blender (Philips®), tabung

reaksi(Iwaki pyrex®), pipet tetes, kertas saring whatman, toples, dan vaccum drying (Vision scientific Co, model

VS-1202V5). Bahan-bahan yang

digunakan adalah cincalok segar, VCO (Virgin Coconut Oil), ikan Mujair, darah sapi, natrium sitrat, dapar fosfat pH 7,4.

Pengolahan Cincalok

Cincalok yang telah diperoleh

dari produsen di daerah pasar

Singkawang, Kalimantan Barat,

kemudian disaring untuk mengurangi kadar air yang terkandung pada

cincalok, kemudian cincalok

dikeringkan menggunakan vaccum

drying pada suhu 50ºC, dimana

cincalok yang sudah kering ditimbang

dan dihaluskan menggunakan

blender.(11)

Pembuatan Minyak Cincalok

Ekstraksi cincalok menggunakan metode maserasi, dimana cincalok yang sudah halus ditambahkan minyak VCO dengan perbandingan 1:2. Campuran kemudian digiling selama 30 menit menggunakan blender, tiap 15 menit

proses pencampuran dihentikan

sementara. Lalu campuran dibiarkan hingga dingin dan disimpan dalam wadah selama 24 jam, kemudian hasilnya disaring.(11)

Indeks Busa

Uji indeks busa dilakukan dengan

cara larutan minyak cincalok

dimasukkan ke tabung reaksi masing-masing 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; dan 10 ml dan ditambahkan 10 ml air ke

masing-masing tabung. Tabung

kemudian dikocok 15 detik dengan 2 kocokan per detik dan diamati selama 15 menit. Jika pada tiap tabung tinggi busa <1 cm, maka indeks busanya <100. Jika pada semua tabung tinggi busa ≥1 cm selama 15 menit, maka indeks busa >1000 sehingga harus diencerkan. Jika tinggi busa ≥1 cm pada suatu tabung yang paling encer mengandung “a” ml minyak cincalok, maka indeks busa :(12)

Keterangan: a = Volume (mL) minyak cincalok dalam Wadah

Indeks Ikan

Uji indeks ikan dilakukan dengan cara larutan ekstrak cincalok tersebut diencerkan 3% dan diambil, kemudian dimasukkan kedalam wadah sebanyak 50; 25; 12,5; 5; 2,5 ml ditambahkan air 100 ml air untuk membuat pengenceran sebesar 1,5%; 0,75%; 0,375%; 0,15%; 0,075% dari rebusan tersebut. Jenis

(7)

ikan yang dipakai adalah Tilapia mossambica atau ikan mujair dengan panjang 2-4 cm. (12)

Indeks Hemolitik

Indeks hemolitik dilakukan

dengan cara suspensi darah dibuat terlebih dahulu dengan melarutkan Natrium sitrat dalam 1 ml air, kemudian dicampurkan 9 ml darah. Diambil 1 ml campuran, kemudian di ad 50 ml

daparfosfat pH 7,4. Larutan

pembanding saponin dibuat dengan melarutkan 10 mg saponin dalam 100 ml air. Pada uji pendahuluan larutan

ekstrak dibuat dalam berbagai

konsentrasi dalam 4 tabung,

dicampurkan dengan dapar fosfat dan suspensi darah. Amati perubahan yang terjadi. Selanjutnya pada uji utama larutan ekstrak dibuat dalam berbagai

konsentrasi dalam 13 tabung,

dicampurkan dengan dapar fosfat dan suspensi darah. Pengamatan dilakukan 24 jam. Nilai indeks hemolitik ditentukan dengan rumus :(12)

Keterangan:

1000 = Aktivitas saponin terhadap darah

a = Jumlah saponin yang menghasilkan hemolisis (g)

b = jumlah bahan yang menghasilkan hemolisis (g)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan Cincalok

Cincalok dikeringkan dengan vaccum

drying selama ± 3-6 jam. Tujuan dari

proses pengeringan yaitu untuk

menjamin kelembapan produk dan menurunkan kadar air yang terkandung pada udang cincalok agar tidak dapat memudahkan produk ditumbuhi jamur dan kapang yang dapat mengakibatkan produk mengalami pembusukan.

Gambar 1. Pengolahan Cincalok

Udang cincalok yang sudah

kering kemudian ditimbang dan

didapatlah berat keringnya sebesar 424,62 gr dari berat basah 1.125,9 gr. Tahapan berikutnya yaitu penghalusan

cincalok yang dilakukan untuk

memperkecil ukuran cincalok menjadi lebih halus dan dapat menghasilkan luas permukaan yang lebih besar, sehingga dapat memperluas bidang kontak serbuk cincalok dengan pelarut yang memungkinkan senyawa yang tersari menjadi lebih banyak.

(8)

Pembuatan Minyak Cincalok

Serbuk cincalok yang telah diperoleh digunakan pada proses pembuatan minyak cincalok yang diekstraksi menggunakan metode maserasi. Proses ekstraksi yang dilakukan bertujuan

untuk mendapatkan

komponen-komponen aktif dari suatu senyawa.(13)

Metode maserasi dipilih untuk

mengurangi adanya senyawa yang mengalami kerusakan dikarenakan sifat senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan. Selain itu, metode maserasi juga dipilih karena prosesnya yang

sederhana, murah, dan mudah

dilakukan.(13)

Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa yang terdapat pada salah satu senyawa yang terdapat didalam cincalok yaitu astaxanthin.

Astaxanthin merupakan golongan

senyawa karotenoid yang memiliki sifat lipofilik yang berarti tidak larut dalam air, tapi larut dalam pelarut organik seperti aseton dan lain

sebagainya.(14) Astaxanthin juga

merupakan pigmen yang dapat larut

didalam lemak.(15) Berdasarkan

kelarutan astaxanthin tersebut, maka

proses ekstraksi serbuk cincalok

menggunakan pelarut minyak VCO. VCO dipilih menjadi pelarut dalam ekstraksi astaxanthin ini karena

ketersediaan minyak dari kelapa ini cukup banyak di temukan di Indonesia, sehingga mudah untuk didapatkan, dan harga dari minyak VCO ini juga murah, serta minyak VCO ini aman digunakan untuk ekstraksi.(16) Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sindhu dan Sherief

menyatakan bahwa ekstraksi

astaxanthin mengunakan VCO

memberikan hasil tertinggi sebesar

3,32±0,23 µg/g sampel kering

dibandingkan dengan menggunakan minyak kedelai dan minyak bunga matahari.(17) Menurut Phromthong et al, Ekstrak menggunakan minyak kelapa

memiliki ketersediaan kandungan

astaxanthin yang lebih tinggi dari pada ekstrak minyak zaitun.(18) Penggunaan VCO ini juga bertujuan untuk menarik senyawa lain yang terdapat pada cincalok seperti asam lemak. Asam lemak ini memiliki sifat nonpolar sehingga pelarut yang sesuai untuk menariknya yaitu pelarut yang sifatnya sama. Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi, dimana serbuk cincalok dan VCO diaduk menggunakan blender selama 30 menit. Tujuan pengadukan mengunakan blender yaitu supaya minyak VCO dapat masuk terpenetrasi didalam dinding sel serbuk cincalok sehingga senyawa yang diinginkan dapat tertarik dalam jumlah yang banyak.

Hasil ekstraksi cincalok dengan minyak VCO di dapatkan sebesar

(9)

381,53 kg minyak cincalok. Hasil tersebut kemudian digunakan untuk menghitung rendemen dari minyak cincalok, dan didapatlah rendemen yang tinggi sebesar 89,85%.

Indeks Busa

Indeks busa umumnya

dilakukan untuk pemeriksaan senyawa saponin yang terdapat pada suatu bahan sintetis maupun bahan alam seperti tanaman. Tujuan dilakukan indeks busa untuk menentukan kadar saponin yang diduga ada terdapat pada minyak cincalok. Parameter yang diamati yaitu tinggi busa yang dihasilkan pada setiap tabung yang menandai adanya senyawa saponin.

Gambar 2. Hasil Uji Indeks Busa

Kemampuan berbusa saponin

disebabkan oleh bergabungnya

sapogenin nonpolar dan sisi rantai yang larut air. Sapogenin ini berasal dari saponin yang mengalami hidrolisis menghasilkan aglikon.(19) Hasil pada minyak cincalok ini tidak menimbulkan buih sehingga diasumsikan bahwa minyak cincalok ini tidak mengandung senyawa saponin.

Indeks Ikan

Indeks ikan merupakan salah satu rangkaian uji untuk pemeriksaan senyawa saponin. Tujuan dilakukannya indeks ikan untuk mengetahui apakah kandungan senyawa saponin yang

diduga terdapat didalam minyak

cincalok dapat menjadi racun bagi hewan berdarah dingin.(19) Indeks ikan adalah bilangan atau angka yang menunjukkan larutan suatu zat yang paling encer membunuh 2 dari 3 ekor ikan atau 3 dari 5 ekor ikan, yang mana panjang ikan yang digunakan 2-4 cm dalam waktu 1 jam.(12) Ikan akan

menunjukkan gejala keracunan

senyawa saponin, dimana ikan yang masuk ke dalam larutan dengan kadar saponin yang tinggi tidak akan bertahan lama dalam larutan tersebut.(20)

Gambar 3. Hasil Uji Indeks Ikan

Parameter yang diamati yaitu jumlah ikan yang mati dalam suatu tingkat pengenceran zat yang diuji. Berdasarkan hasil yang didapatkan pada pengenceran 1,5% dari larutan induknya 3% tersebut, menghasilkan indeks ikan sebesar 150, dimana hal

(10)

tersebut menunjukkan bahwa minyak cincalok diduga memiliki kandungan

senyawa saponin yang dapat

memberikan efek toksik bagi hewan berdarah dingin. Namun ikan yang mati tersebut dapat juga diduga karena tidak adanya air yang mengalir, karena

kekurangan suplai oksigen yang

menyebabkan ikan mati. Selain itu, ikan yang mati juga dapat terjadi karena ikan yang sudah mengalami stres. Stres berpengaruh pada jalur metabolik yang

menekan sistem imunitas ikan,

sehingga ikan yang mudah stres rentan terhadap penyakit.(21)

Indeks Hemolitik

Indeks hemolitik juga

merupakan rangkaian uji untuk

menguji kandungan saponin suatu

senyawa untuk mengetahui

kemampuan hemolitik saponin dalam

suatu tanaman maupun bahan

sintetis.(20) Pengujian indeks hemolitik

ini menggunakan bahan minyak

cincalok, darah sapi, natrium sitrat, dapar fosfat pH 7,4. Penggunaan darah

sapi karena waktu terjadinya

pengumpalan darahnya relatif lebih lama dan pengendapan darahnya yang lambat.(20) Tujuan penggunaan natrium

sitrat berfungsi sebagai garam

fisiologis, sedangkan tujuan

penggunaan dapar fosfat pH 7,4

sebagai larutan dapar yang

menggambarkan pH fisiologis di dalam tubuh.

Gambar 4. Hasil Uji Indek Hemolitik

Hasil dari pengujian

menunjukkan tidak terdapat hemolisis pada tabung 1-4 sehingga uji tidak perlu dilanjutkan ke uji utama. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diasumsikan bahwa minyak cincalok tidak menyebabkan darah menjadi hemolisis.

KESIMPULAN

Minyak cincalok yang dihasilkan tidak

memiliki aktivitas saponin pada

parameter indeks busa dan indeks hemolitik. Namun indeks ikan yang didapat sebesar 150.

DAFTAR PUSTAKA

1. Noviani R, Ardiningsih P.

Physicochemical And

Microbiological Profiles Of Commercial Cincalok From West Kalimantan. Jphpi. 2018; 21(2): 243-249.

2. Khairina R, Cahyanto M.N,

Utami T, Rahardjo S.

Karakteristik Fisikawi,

Kimiawi, Dan Mikrobiologi Ronto Selama Penyimpanan. Jphpi. 2016; 19(3): 348-355.

(11)

3. Ngginak J, Semanghu H, C.

Jubhar, Mangimbulade,

Rondonamu F.S. Komponen Senyawa Aktif Pada Udang

Serta Aplikasinya Dalam

Pangan. Sains Medika. 2013; 5(2).

4. Chintong S, Phatvej W,

Rerk-Am U, Waiprib Y, Klaypradit

W. In Vitro Antioxidant,

Antityrosinase, And Cytotoxic Activities Of Astaxanthin From Shrimp Waste. Antioxidants.

2019; 8(128): 1-11.

5. Putri AAS, Hidajati N. Uji

Aktivitas Antioksidan Senyawa Fenolik Ekstrak Metanol Kulit Batang Tumbuhan Nyiri Batu

(Xylocarpus moluccensis).

UNESA Journal of Chemistry. 2015; 4(1): 1-6.

6. Yonata A, Iswara I. Efek Toksik

Konsumsi Monosodium

Glutamate. Majority. 2016; 5(3).

7. Karjadidjaja I. Monosodium

Glutamat dan Kesehatan. EBER PAPYRUS. 2009; 15(1): 53-37.

8. Susilowati. Pembuatan Virgin

Coconut Oil Dengan Metode Penggaraman. Jurnal Teknik Kimia. 2009; 3(2): 246-251.

9. Saputri IE, Dan Munawaroh R.

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit (Elaes guineensis Jacq) Dan

Fraksi-Fraksinya Terhadap

Escherichia coli Dan

Pseudomonas aeruginosa Serta Profil Kltnya. Naskah

Publikasi.2014

10.Yanuartono, Purnamaningsih

H, Nururrozi A, dan Indarjulianto S. Saponin: Dampak terhadap ternak. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 2017: 6(2); 79-90

11.Prayitno D.I, Nurdiansyah S.I, Nurbaeti S.N, Rahmalia W, dan Usman T. Ekstraksi dan Analisis Astaxanthin Dari Cincalok Dengan Variasi Minyak Nabati. Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XV ISOI. 2018:165-169.

12.Apandi,M. Teknologi buah dan

sayur. Bandung; Alumni; 1984. 13.Mukhriani. Ekstraksi,

Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif. Jurnal Kesehatan. 2014; 7(2).

14.Sachindra N.M, Bhaskar N,

Mahendrakar N.S. Recovery Of

Carotenoids From Shrimp

Waste In Organic Solvents. Waste Manage. 2006; 26: 1092-1098.

15.Nurdianti L, Aryani R, dan Indra. Formulasi dan Karakteristik SNE (self Nanoemulsion) Astaxanthin dari haematococcus pluvialis

(12)

sebagai super antioksidan. Jurnal sains farmasi dan klinis. 2017; 4(2): 30-36.

16.Handayani AD, Indraswati N,

Ismadji S. Extraction Of

Astaxanthin From Giant Tiger (

Panaeus monodon ) Shrimp

Waste Using Palm Oil : Studies Of Extraction Kinetics And Thermodynamic.

2008;99:4414–9.

17.Sindhu S, Sherief PM.

Extraction , Characterization ,

Antioxidant and

Anti-Inflammatory Properties of

Carotenoids from the Shell Waste of Arabian Red Shrimp Aristeus alcocki , Ramadan 1938. 2011;95–103.

18.Phromthong P, Nakbat S and PI. Antimicrobial Activities of

Vegetable Oil-Extracted

Asaxanthin From Microalgae

Haematococcus pluvialis. Mae Fah Luang Univ Int Conf. 2012;1–8.

19.Robinson T. Kandungan

Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI. ITB. Bandung; 1995:191-216

20.Fajriaty I, IH Harianto, Andres, dan Setyaningrum R. Skrining

Fitokimia dan Analisis

Kromatografi Lapis dari

Ekstrak Etanol Daun Bintangur

(Calophyllum soulattri

Burm.F.). Jurnal Pendidikan

Informatika dan Sains. 2018; 7(1): 54-67.

21.Hastuti S, Mokoginta I, Dana D, Sutardi T. Resistensi Terhadap Stres dan Respon Imunitas Ikan

Gurami (Osphronemus

gourami, Lac.) yang Diberi Pakan Mengandung Kromium-Ragi. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 2004; 11(1): 15-21.

Gambar

Gambar 2. Hasil Uji Indeks Busa

Referensi

Dokumen terkait

Bayu selalu berbakti kepada orang tua, karena itu adalah salah satu kewajiban yang penting sebagai seorang anak, karena kita tahu seberapa besarnya pengorbanan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bahwa, alternatif strategi yang paling potensial dilakukan untuk menciptakan daya saing yang berkesinambungan adalah

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebenarnya pihak RSUD Bumiayu dalam menyelenggarakan perlindungan hukum terhadap pasien sudah cukup baik, karena berdasarkan

Tidak adanya batas yang jelas antara teritori primer, umum, dan sekunder yang ditetapkan oleh pemerintah menjadikan pedagang informal melakukan klaim atas ruang

Tingkat Pengetahuan Pedagang Bakso tentang Boraks terhadap Perilaku Penambahan Boraks pada Bakso di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta’’ sebagai salah

Hasil dari analisis berdasarkan survey pada siswa di MAM 02 Pondok Modern Paciran didapatkan hasil bahwa selama proses pembelajaran di dalam kelas tidak semua

1) Kontrak Kelola atau lazimnya disebut Management Contract adalah bentuk KPBU dimana pihak swasta menjalankan fungsi pengelolaan penyediaan barang/jasa yang menggunakan aset

Berdasarkan hasil analisis data de- ngan teknik korelasi product moment yang dilakukan dalam penelitian ini menun- jukkan bahwa tidak ada hubungan antara religiusitas