• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI DIAGNOSTIK LEUKOSITURIA DAN BAKTERIURIA MIKROSKOPIS LANGSUNG SAMPEL URIN UNTUK MENDETEKSI INFEKSI SALURAN KEMIH ipi150537

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI DIAGNOSTIK LEUKOSITURIA DAN BAKTERIURIA MIKROSKOPIS LANGSUNG SAMPEL URIN UNTUK MENDETEKSI INFEKSI SALURAN KEMIH ipi150537"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

UJI DIAGNOSTIK LEUKOSITURIA DAN BAKTERIURIA

MIKROSKOPIS LANGSUNG SAMPEL URIN UNTUK

MENDETEKSI INFEKSI SALURAN KEMIH

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro

FILIA CLEMENTY DANIAST SUSILO G2A009152

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)
(3)

Uji Diagnostik Leukosituria dan Bakteriuria Mikroskopis Langsung Sampel Urin untuk Mendeteksi Infeksi Saluran Kemih

Filia Clementy Daniast Susilo1, dr. Purnomo Hadi, M.Si2, dr. Rebriarina Hapsari3

ABSTRAK

Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) infeksi yang sering terjadi dan dapat menurunkan kualitas kesehatan. Diagnosis ISK membutuhkan waktu yang cepat dan cara yang adekuat agar ISK dapat terkontrol dengan baik. Standar baku emas diagnosis ISK yaitu kultur urin, membutuhkan waktu yang lama, harga yang cukup mahal, dan tidak semua tempat pelayanan kesehatan mampu melakukannya. Oleh karena itu metode diagnosis yang lebih terjangkau perlu dilakukan.

Tujuan Untuk mendiagnosis ISK dengan metode yang lebih mudah, cepat, akurat. Menilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi negatif, dan nilai prediksi positif untuk metode diagnostik leukosituria dan bakteriuria mikroskopis langsung yang dibandingkan dengan kultur urin.

Metode Penelitian menggunakan sampel urin dari pasien yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang yang didiagnosis ISK. Sampel penelitian berjumlah 89. Hasil tes mikroskopis bakteriuria dan leukosituria akan dibandingkan dengan hasil tes kultur urin, kemudian dilakukan uji diagnostik.

Hasil Nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif yang diperoleh pada uji diagnostik antara kultur urin dengan pemeriksaan mikroskopis leukosituria adalah 7.89%, 98.03%, 75%, 58.82%. Pada uji diagnostik antara kultur urin dengan pemeriksaan mikroskopis bakteriuria adalah 36.84%, 88.23%, 70%, 65.21%. Pada uji diagnostik antara kultur urin dengan pemeriksaan mikroskopis leukosituria dan bakteriuria adalah 4.3%, 100%, 100%, 67.2%.

Simpulan Metode pemeriksaan mikroskopis belum bisa menggantikan metode baku emas diagnosis ISK yaitu kultur urin, karena nilai hasil uji diagnostik yang dihasilkan tidak sesuai target.

Kata kunci ISK, kultur urin, leukosituria mikroskopik, bakteriuria mikroskopik.

1

: Mahasiswa Semester VIII Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2

: Staf Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 3

(4)

Diagnostic test for Leucosituria and Bacteriuria Direct Microscopis Urine for Detect Urinary Tract Infection

Filia Clementy Daniast Susilo1, dr. Purnomo Hadi, M.Si2, dr. Rebriarina Hapsari3

ABSTRACT

Background Urinary tract infection (UTI) often happened and can decrease health quality of human. Diagnose for ISK needs quick time and adequate way for the best control of health quality. Gold standart of ISK diagnose is urine culture,

urine culture needs long time, expensive, and it can’t be done in every public

health services. So, a cheaper, rapider, and more accurate diagnose is needed.

Aim Diagnose UTI with a cheaper, rapider, and more accurate diagnose. Measure sensitivity, specificity, positive predictive value, and negative predictive value in leucosituria and bacteriuria microscopic test were compared with urine culture for diagnose UTI.

Methods This study uses data from patient’s urine sample in RSUP Dr Kariadi

Semarang during 1 month that was diagnosed as UTI. Subject of this study totaled 89 peoples. Results of microscopic leucosituria and bacteriuria test compared to urine culture, then assess the diagnostic.

Results Sensitivity, specificity, positive predictive value, and negative predictive value was determined from diagnostic assess between urine culture with miscroscopic leucosituria was 7.89%, 98.03%, 75%, 58.82%. From diagnostic assess between urine culture with miscroscopic bacteriuria was 36.84%, 88.23%, 70%, 65.21%. From diagnostic assess between urine culture with miscroscopic leucosituria and bacteriuria was 4.3%, 100%, 100%, 67.2%.

ConclusionThis method can’t subtituded gold standart method of UTI diagnose,

there is urine culture. Because the results from diagnostic assessment in

microscopic can’t got the goal.

Keywords UTI, urine culture, microscopic leucosituria, microscopic bacteriuria.

1

: Medical Faculty Student of Diponegoro University 2

: Microbiology Staff of Medical Faculty of Diponegoro University 3

(5)

PENDAHULUAN

Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan invasi mikroorganisme pada salah satu atau beberapa bagian saluran kemih. Saluran kemih yang bisa terinfeksi antara lain urethra (urethritis), kandung kemih (cystitis), ureter (ureteritis), jaringan ginjal (pyelonefritis).1 ISK merupakan infeksi yang memiliki nilai kejadian yang tinggi di masyarakat, menurut laporan di Amerika dan Eropa, ISK menempati urutan teratas sebagai penyebab infeksi nosokomial dan 95% diakibatkan karena pemasangan kateter.2 ISK dapat mengenai baik pria maupun wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.3ISK bisa di bagi menjadi ISK asimptomatik, ISK simptomatik, dan ISK berulang.1 Infeksi ini terjadi karena naiknya kuman melalui uretra menuju kandung kemih dan saluran kemih yang lebih atas, infeksi juga dapat terjadi akibat penyebaran kuman melalui pembuluh darah dan limfe.4

Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35% wanita dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya.1Sekitar 50% wanita mengalami paling sedikit satu kali serangan akut infeksi saluran kemih selama hidupnya, dan 20% mengalami rekurensi.5 Wanita memiliki resiko lebih sering terkena ISK daripada pria, hal itu disebabkan karena bakteri dari rektum dapat dengan mudah mencapai uretra dan menyebabkan infeksi.6,7

Di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo, pada tahun 2004, didapatkan data kejadian ISK sebesar 62,3%.8 Di laboratorium mikrobiologi RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2011, terdapat 2283 sampel urin yang masuk, 1522 (sekitar 66%) sampel urin tersebut mengindikasikan adanya ISK.

Untuk menentukan benar atau tidaknya pasien menderita ISK dibutuhkan diagnosis yang adekuat. Diagnosis ISK dilakukan menggunakan sampel urin. Sampel urin merupakan sediaan yang memiliki proporsi besar sebagai sampel yang sering dikerjakan di laboratorium mikrobiologi.9

(6)

diagnosis ISK adalah kultur bakteri. Namun kultur bakteri membutuhkan waktu sekitar 2 hari untuk mendapatkan hasil, selain itu dibutuhkan biaya yang cukup mahal. Hasil dari kultur bakteri juga bisa menghasilkan hasil negatif palsu. Kultur bakteri juga tidak dapat dilakukan di semua laboratorium.

Diagnosis ISK diperlukan waktu yang cepat agar bisa menentukan terapi (antibiotik) yang adekuat. Tidak semua rumah sakit memiliki fasilitas yang memadai untuk melakukan kultur bakteri urin. Adanya metode diagnostik yang sederhana, cepat, dan terjangkau sangat dibutuhkan.

Penelitian uji diagnostik ini dilakukan untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan leukosit dan bakteri dalam urin yang lebih sederhana dan dapat dilakukan di semua tingkat pusat pelayanan kesehatan.

METODE

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan uji diagnostik pemeriksaan leukosituria, dan bakteriuria mikroskopis langsung dibandingkan dengan kultur urin sebagai baku emasnya. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini dilakukan bulan Maret – Juli 2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan consequtive sampling, dimana setiap pasien yang memenuhi kriteria inklusi akan dianalisis.

Penelitian ini menggunakan 89 sampel urin pasien dengan diagnosis klinis ISK di RSUP Dr. Kariadi Semarang selama bulan Mei 2013- Juli 2013 serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien dengan usia >14 tahun, pasien dengan diagnosa awal ISK karena disertai tanda dan gejala ISK, sedangkan kriteria eksklusi adalah terdapat kontaminan pada spesimen urin (tumbuh≥ 3 macam organisme pada kultur urin).

Sampel urin yang sudah terkumpul kemudian di proses di laboratorium untuk pengkulturan dan pengecatan gram. Setelah sampel urin di kultur dan di cat gram, hasilnya dicatat dan dimasukkan dalam tabel. Data yang yang telah didapat tersebut dimasukkan dalam tabel 2x2, kemudian dihitung sensitivitas, spesifisitas, akurasi, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif.

(7)

Baku Emas (Kultur Urin)

A. Positif murni bila hasil pemeriksaan uji-uji diagnostik dan baku emas positif B. Positif palsu bila hasil pemeriksaan uji-uji diagnostik positif tetapi baku emas

negatif

C. Negatif palsu bila hasil pemeriksaan uji-uji diagnostik negatif tetapi hasil pemeriksaan baku emas positif

D. Negatif murni bila hasil pemeriksan uji-uji diagnostik negatif dan hasil pemeriksaan baku emas negatif

Nilai prediksi positif= × 100 %

Nilai prediksi negatif= × 100 %

HASIL

Hasil Pemeriksaan

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan

Pemeriksaan Positif Negatif

N (%) N (%)

Kultur Urin 38 (42.69%) 51 (57.30%)

Mikroskopis Leukosituria 4 (4.5%) 85 (95.5%)

Mikroskopis Bakteriuria 20 (22.5%) 69 (77.5%)

(8)

saluran kemih pada pasien. Sedangkan 51 sampel urin lainnya yang dikultur menunjukkan hasil negatif.

Hasil pemeriksaan mikroskopis dengan pengamatan leukosit ditampilkan pada Tabel 2, adanya leukosit ≥ 3/LPB menunjukkan adanya ISK. Pada pengamatan mikroskopis yang dilakukan, ditemukan 4 sampel urin yang memenuhi syarat positif ISK untuk nilai leukosit dalam urin. Sisanya, 85 sampel urin menunjukkan hasil negatif.

Hasil pemeriksaan mikroskopis urin berupa adanya bakteri dalam preparat juga ditampilkan pada Tabel 2. Pada pemeriksaan mikroskopis diamati adanya bakteri dalam sampel urin. Terdapat 69 sampel urin yang memiliki nilai negatif. Dua

(9)

menggunakan pemeriksaan mikroskopis. Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan mikroskopis berupa pengamatan terhadap leukosit dan bakteri. Adanya leukosit pada preparat sampel urin dapat membuktikan adanya ISK karena keberadaan leukosit menunjukkan bahwa respon inflamasi telah terjadi dan menyebabkan berkumpulnya leukosit.12 Leukosit yang terkumpul bahkan bisa menyebabkan pasien mengalami pyuria.

Kriteria ISK pada CDC, adanya leukosit ≥3/LPB menunjukkan adanya ISK.11 Pada pengamatan mikroskopis yang dilakukan, ditemukan 4 sampel urin memenuhi kriteria sehingga dinyatakan positif. Sisanya, 85 sampel urin dinyatakan negatif karena tidak memenuhi kriteria.

Pemeriksaan mikroskopis lain yang telah dilakukan adalah pengamatan mikroskopis adanya bakteri pada sampel urin. Pada pengamatan mikroskopis bakteri terdapat 69 sampel urin yang memiliki nilai negatif. Dua puluh sampel menunjukkan nilai positif. Selain adanya leukosit dan bakteri, ditemukan juga yeast pada pengamatan mikroskopis. Terdapat 20 sampel urin yang didalamnya ditemukan yeast.

(10)

Nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif yang diperoleh pada uji diagnostik antara kultur urin dengan pemeriksaan mikroskopis bakteriuria adalah 36.84%, 88.23%, 70%, 65.21%. Nilai sensitivitas 36.84% berarti probabilitas hasil positif pemeriksaan mikroskopis bakteriuria dapat mendeteksi pasien ISK dengan hasil kultur urin positif sebesar 36.84%. Nilai spesifisitas 88.23% berarti probabilitas hasil negatif pemeriksaan mikroskopis bakteriuria dapat mendeteksi pasien ISK dengan hasil kultur urin negatif sebesar 88.23%. Nilai prediksi positif 70% berarti bahwa kemungkinan seseorang menderita ISK dengan kultur urin positif sebesar 70% apabila hasil pemeriksaan mikroskopis bakteriuria pasien tersebut positif. Nilai prediksi negatif 65.21% berarti bahwa kemungkinan seseorang tidak menderita ISK dengan kultur urin negatif sebesar 65.21% apabila pemeriksaan mikroskopis bakteriuria pasien tersebut negatif

Nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif yang diperoleh pada uji diagnostik antara kultur urin dengan pemeriksaan mikroskopis leukosituria dan bakteriuria adalah 4.3%, 100%, 100%, 67.2%. Nilai sensitivitas 4.3% berarti probabilitas hasil positif pemeriksaan mikroskopis leukosituria dan bakteriuria dapat mendeteksi pasien ISK dengan hasil kultur urin positif sebesar 4.3%. Nilai spesifisitas 100% berarti probabilitas hasil negatif pemeriksaan mikroskopis leukosituria dan bakteriuria dapat mendeteksi pasien ISK dengan hasil kultur urin negatif sebesar 100%. Nilai prediksi positif 100% berarti bahwa kemungkinan seseorang menderita ISK dengan kultur urin positif sebesar 100% apabila hasil pemeriksaan mikroskopis leukosituria dan bakteriuria pasien tersebut positif. Nilai prediksi negatif 67.2% berarti bahwa kemungkinan seseorang tidak menderita ISK dengan kultur urin negatif sebesar 67.2% apabila pemeriksaan mikroskopis leukosituria dan bakteriuria pasien tersebut negatif.

(11)

penelitian ini jauh lebih rendah yaitu 7.89%, sedangkan nilai sensitivitas pada pemeriksaan bakteriuria juga lebih rendah yaitu 36.84%.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni, pemeriksaan mikroskopis leukosituria memiliki sensitivitas 100%, spesifisitas 82.7%. Pemeriksaan bakteriuria memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 77.8%.14 Penelitian kali ini memiliki sensitivitas yang lebih rendah pada pemeriksaan mikroskopis leukosituria, namun nilai spesifisitasnya lebih tinggi. Begitu pula pada pemeriksaan mikroskopis bakteriuria, memiliki sensitivitas lebih rendah dan spesifisitas yang lebih tinggi.

Lunn et al. juga melakukan penelitian serupa dan menghasilkan hasil nilai sensitivitas 89%, nilai spesifisitas 85%, nilai prediksi positif 5.98, nilai prediksi negatif 17% pada pemeriksaan mikroskopis.15 Penelitian lain yang dilakukan oleh Taneja et al. menunjukkan hasil sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif dengan nilai 68.4%, 60.8%, 32.7%, 87.3% pada pemeriksaan mikroskopis.16 Pemeriksaan mikroskopis pada penelitian kali ini menghasilkan nilai sensitivitas pada bakteriuria yang lebih rendah, sensitivitas pada leukosituria lebih rendah. Spesifisitas pada bakteriuria dan leukosituria lebih tinggi. Nilai prediksi positif bakteriuria dan leukosituria lebih tinggi. Nilai prediksi negatif pada leukosituria cenderung lebih rendah, nilai prediksi negatif pada bakteriuria juga cenderung lebih rendah.

(12)

Kedua, perbedaan lokasi penelitian pada dua penelitian yang dilakukan oleh Lunn et al. dan Taneja et al. Faktor lingkungan yang berbeda ini tentunya menyebabkan perbedaan hasil penelitian karena menyebabkan prevalensi ISK juga berbeda. Angka prevalensi pada tempat dilakukannya penelitian mempengaruhi perhitungan jumlah sampel dan interpretasi hasil pada penelitian.19 Penegakkan diagnosis ISK yang adekuat dan cepat dapat membantu proses pengobatan yang lebih efektif. Keterlambatan dalam penanganan ISK dapat menyebabkan penurunan kualitas kesehatan pasien. Penurunan kualitas kesehatan pasien dapat menyebabkan perpanjangan masa rawat pasien di rumah sakit, menambah angka kejadian infeksi, dan memperbanyak jumlah biaya.20,21

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu tidak memperhatikan pola pemberian antibiotik pada pasien yang menjadi responden penelitian. Pola pemberian antibiotik yang berlebihan sebelum diagnosis infeksi oleh bakteri ditegakkan akan menyebabkan hasil negatif palsu pada hasil diagnosis. Pemeriksaan mikroskopis juga memiliki kelemahan dalam hal ketelitian. Pemeriksaan mikroskopis pada penelitian ini dilakukan oleh dua orang yang mengidentifikasi secara bergantian dan dilakukan uji kappa. Hasil yang diperoleh dari uji kappa adalah koefisien kappa sebesar 0,908 dan p value 0,000. Hal ini berarti koefisien kappa >0,7 dan p value <0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi pada pengamatan mikroskopis.

(13)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif uji diagnostik antara kultur urin dengan pemeriksaan mikroskopis leukosituria adalah 7.89%, 98.03%, 75%, 58.82%. Nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif uji diagnostik antara kultur urin dengan pemeriksaan mikroskopis bakteriuria adalah 36.84%, 88.23%, 70%, 65.21%. Nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif yang diperoleh pada uji diagnostik antara kultur urin dengan pemeriksaan mikroskopis leukosituria dan bakteriuria adalah 4.3%, 100%, 100%, 67.2%.

Hasil uji diagnostik yang dilakukan pada pemeriksaan mikroskopis di penelitian kali ini tidak menghasilkan nilai yang sesuai dengan target, sehingga metode ini belum bisa menggantikan metode baku emas diagnosis ISK yaitu kultur urin.

Saran

(14)

UCAPAN TERIMA KASIH

(15)

DAFTAR PUSTAKA

1. Harryanto RS. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia, 2006.

2. Pranawa. Infeksi saluran kencing, urosepsis, dan gagal ginjal akut. In: Soebagijo A, Gatot S, Ari S, et al., eds. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XVII Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Laboratorium /SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas KedokteranUniversitas Airlangga, 2002. 3. Wiguno, Siregar. Glomerulonefritis, Ilmu Penyakit dalam. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI, 1990.

4. Noer MS, Soemyarso. Infeksi Saluran Kemih, 2006.

5. Budi IS. Infeksi Saluran Kemih. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

6. Ebie MY, Kandakai-Olukemi YT, Ayanbadejo J, et al. Urinary Tract Infections in a Nigerian military hospital. Nigerian Journal of Microbiology 2001;15:31-7.

7. Kolawole AS, Kolawole OM, Kandaki-Olukemi YT, et al. Prevalence of Urinary Tract Infections among patients attending Dalhatu Araf Specialist Hospital, Lafia, Nasawara State, Nigeria. International Journal of Medicine and Medical Sciences 2009;1:163-7.

8. Samirah, Darwati, Windarwati, et al. Pola dan Sensitivitas Kuman di Penderita Infeksi Saluran Kemih. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory 2006;12:110-3.

9. Evans R, Davidson MM, Sim LR, et al . Testing by Sysmex UF-100 flow cytometer and with bacterial culture in a diagnostic laboratory: a comparison. J Clin Pathol 2006;59(6):661-2.

10. Bayle, Scott's. Diagnostic Microbiology. St. Louise, Missouri: 11830 Westline Industrial Drive, 1994.

11. Catheter Associated Urinary Tract Infection (CAUTI) Event. Atlanta:

(16)

12. Jones KV, Asscher AW. Urinary Tract Infection and Vesicourethral reflux. In: Jr CME, ed. Pediatric kidney disease. Boston: Little, Brown and Co, 2000; v. 2.

13. Endang P. Leukosituria, Bakteriuria dan Pengecatan Gram Urin sebagai Kriteria Diagnostik Infeksi Saluran Kemih pada Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Semarang: Universitas Diponegoro, 2001; v. PPDS.

14. Titin EN. Pemeriksaan Mikroskopis Kemih untuk Diagnosis Infeksi Saluran Kemih pada Neonatus. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran. Semarang: Universitas Diponegoro, 2003; v. PPDS.

15. Lunn A, Holden S, Boswell T, et al. Automated Microscopy, Dipsticks and the diagnosis of Urinary Tract Infection. Arch Dis Child 2010;95(3):193-7.

16. Taneja N, Chatterjee SS, Singh M, et al. Validity of Quantitative Unspun Urine Microscopy, Dipstick Test Leucocyte Esterase and Nitrite Tests in Rapidly Diagnosing Urinary Tract Infections. J Assoc Physicians India 2010;58:485-7.

17. Infeksi Saluran Kemih. Medan: Universitas Sumatera Utara. Available from:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25633/4/Chapter%2 0II.pdf

18. Stanley M, Beare PG. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi ke-2. Jakarta: EGC, 2006.

19. Pusponegoro HD, Wirya W, Pudjiadi AH, et al. Pengantar Uji Diagnostik. Jakarta: Universitas Indonesia, 2012. Available from: http://research-indonesia.blogspot.com/2012/07/pengantar-uji-diagnostik.html

20. Jarvis WR. Selected aspects of the socioeconomic impact of nosocomial infections: morbidity, mortality, cost, and prevention. Infect Control Hosp Epidemiol 1996;17(8):552-7.

Gambar

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan
Tabel 3. Hasil Uji Diagnostik

Referensi

Dokumen terkait

Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso dari sisi keberhasilan input yaitu jumlah PLKB/PKB masih belum proporsional 1 dibanding 5, sama dengan di Kota Malang

engan menurunnya isi sekuncup ventrikel kanan, tekanan dan volum akhir diastole ventrikel kanan akan meningkat dan ini menjadi beban atrium kanan dalam kerjanya

Bu dil işlemcileri tanımlanmış olan kumanda komutlarını çok kısa sürede işlerler.Dil işlemcilerinin işleyemediği komutları da standart mikro işlemci

o Berdasarkan hasil evaluasi dan identifikasi permasalahan, selanjutnya disusun suatu arah pembangunan yang ditujukan untuk memecahkan permasalahan melalui

Dari hasil pengujian dari perancangan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa perancangan Media Promosi Produk Vector Attack Melalui Video Augmented

Sedangkan pada tanggal 31 Desember 2013, deposito memiliki jangka waktu berkisar antara satu sampai dua belas bulan dengan tingkat bunga 3,25% - 7,25% per tahun yang ditempatkan

Indikator Soal : Disajikan sebuah ilustrasi kalimat tentang segi enam, siswa Mengkonstruksi menjadi bangun segi enam yang tepat Level Kognitif : C6 ( Mengkonstruksi). Soal

penelitian ini, ekspansi lingkungan hidup pada Kawasan Bukit Siam mulai adanya. perubahan keadaan lingkungan yang dipengaruhi oleh pertumbuhan