• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Pengem. Buah2an

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Buku Pengem. Buah2an"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Tanaman buah-buahan merupakan suatu potensi ekonomi daerah Sumatera Barat yang belum tergali dan termanfaatkan se-cara maksimal. Dukungan sumberdaya alam dan Rahmat dari Yang Maha Kuasa ini harus dikelola dengan baik untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan bagi keluarga guna menggapai kesejahteraan petani. Hal ini telah dilakukan selama bertahun-tahun dan dalam prosesnya sudah pasti mengalami banyak masalah dan kendala di balik keberhasilan yang dicapai.

Oleh karena itu, upaya yang telah dilakukan dan hasil yang telah dicapai dalam memanfaatkan karunia Ilahi tersebut perlu di-bukukan. Isi buku ini sebagai bukti dari apa yang telah dilakukan dan diperjuangkan, serta bagaimana hasil yang diperoleh. Selain itu juga mengemukakan masalah dan kendala yang dihadapi sehing-ga semuanya bisa memberikan arahan untuk perbaikan masa yang akan datang. Informasi sederhana ini diharapkan mempunyai man-faat bagi pembaca dan pemerhati agar umpan balik yang diberikan bisa digunakan untuk penyusunan program dan terobosan kedepan, sehingga peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dan pense-jahteraan petani dapat terwujud.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat,

Ir. Djoni

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Tabel ... iii

Daftar Gambar ... iv

I. Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan ... 5

II. Visi & Misi Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat ... 9

III. Kebijakan dan Program Pengembangan Buah – Buahan Sumatera Barat (2006 – 2014) ... 11

3.1 Potensi Tanaman Buah-Buahan ... 11

3.2 Program dan Terobosan ... 12

IV. Keragaan Usaha dan Perkembangan Tanaman Buah-buahan di Sumatera Barat ... 41

4.1 Keragaan Usaha ... 41

4.2 Perkembangan Populasi dan Produksi ... 44

V. Dampak Pengembangan Tanaman Buah-buahan Di Sumatera Barat ... 75

5.1 Dampak Ekonomi ... 75

5.2 Dampak Teknis ... 78

5.3 Dampak Sosial ... 81

5.4 Dampak Lingkungan ... 82

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Sebaran tanaman jeruk dan manggis

lam upaya pengembangan kawasan

tanaman buah di Sumatera Barat Periode

2006 – 2014 ... 15

Tabel 3.2 Sebaran tanaman buah-buahan dalam

program perluasan areal Hortikultura di

Sumatera Barat periode 2006 – 2013 ... 18

Tabel 3.3 Sebaran tanaman buah-buahan dalam

program pemanfaatan lahan pekarangan

di Sumatera Barat Periode 2009 – 2014 ... 22

Tabel 3.4 Kebun Bibit Buah Nagari (KBBN) tahun 2011 25

Tabel 3.5 Sebaran tanaman buah-buahan dalam

program Pengembangan Buah-Buahan ntuk

Peningkatan pensejahteraan petani di Sumatera Barat

periode2012 – 2014 ... 32

Tabel 4.1 Sebaran jenis dan kuantitas buah-buahan

di Sumatera Barat 2007, 2010, 2013 ... 45

Tabel 4.2 Analisis Investasi Usaha Tani Jeruk/ha di

Koto Tinggi Baso Kabupaten Agam

( prediksi 15 tahun ) ... 58

Tabel 5.1 Analisis usahatani jeruk sampai usia 5

ta-hun petani Kelompok Amanah, Kototinggi

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Buah-buahan import ... 1

Gambar 2 Gub Sumbar dan Bupati 50 Kota ke Kawasan Jeruk gunung Omeh di Kab. Limapuluh Kota ... 2

Gambar 3 Pertanaman pisang di kawasan pisang Kota Pariaman ... 3

Gambar 4 Jeruk Gunung Omeh yang sudah di label 5 Gambar 5 Pisang Buai Tanah Datar ... 5

Gambar 6 Buah Manggis komoditi eksport ... 5

Gambar 7 Alpukat Mega ... 5

Gambar 8 Durian Montong ... 5

Gambar 9 Rambutan binjai ... 5

Gambar 10 Mangga ... 6

Gambar 11 Salak ... 6

Gambar 12 Sirsak ... 6

Gambar 13 Semangka ... 6

Gambar 14 Jambu Biji ... 6

Gambar 15 Jambu Citra ... 7

Gambar 16 Jambu Jamaika ... 7

Gambar 17 Sekolah lapang GAP Jeruk di Kab. Limapuluh Kota ... 12

(8)

Gambar 19 Bpk. Yanis pemilik PIT Jeruk Gunung

Omeh sekaligus penangkar benih jeruk

Gunung omeh ... 14

Gambar 20 Bibit jeruk gunung omeh ... 14

Gambar 21 Pembuatan lubang tanam ... 14

Gambar 22 Penanaman bibit jeruk gunung omeh .. . 14

Gambar 23 Bibit manggis ... 16

Gambar 24 Bibit Pisang jantan di Kota Pariaman ... 16

Gambar 25 Jeruk gunung omeh yang ditanam di Pot di lahan pekarangan ... 19

Gambar 26 Pemanfaatan lahan pekarangan dengan Komoditi jeruk di Kota Padang ... 21

Gambar 27 Distribusi bantuan bibit buah-buahan .... 35

Gambar 28 Penanaman bibit jambu biji Peningkatan Pensejahteraan Ekonomi Masyarakat Pesisir (GPEMP) di Kab. Pasaman Barat .. 35

Gambar 29 Jambu Citra ... 37

Gambar 30 Nangka Mini ... 37

Gambar 31 Jambu biji ... 37

Gambar 32 Sukun Manis ... 37

Gambar 33 Prototipe usaha tani buah-buahan di kebun campuran di SumateraBarat ... 42

(9)

Gambar 35 Kunjungan Gubernur Sumatera Barat

dan Bupati Lima Puluh Kota ke kebun

petani jeruk di Koto Tinggi Kecamatan

Gunung Omeh ... . 53

Gambar 36 Tampilan kebun jeruk baru dan kebun

jeruk telah menghasilkan di Koto Tinggi

Kecamatan Baso, Kabupaten Agam ... 55

Gambar 37 Kunjungan Mentri Pertanian Ir. Suswono

didampingi Kepala Dinas Pertanian

Tana-man Pangan Provinsi Sumatera

Barat ke kebun jeruk petani di Koto

Tinggi Kecamatan Baso ... . 56

Gambar 38 Pohon Manggis hasil peremajaan dan

Buah manggis dalam lokal serta produk

olahan manggis ... . 65

Gambar 39 Pohon tua dan buah durian yang

ba-nyak diperdagangkan hampir di semua

daerah kabupaten/kota di Sumatera

Barat ... . 67

Gambar 40 Penjualan buah markisa disalah satu

Sentra produksi di Kabupaten Solok .... . 68

Gambar 41 Penampilan pohon dan buah alpukat

Di salah satu sentra produksi di

(10)

Gambar 42 Kebun jambu biji dan produk yang di

hasilkan oleh salah seorang petani di

Kabupaten Padang Pariaman ... . 71

Gambar 43 Sektor informal, pedagang kaki lima

Buah-buahan yang berkembang dan

tersebar hampir disetiap Kabupaten/

(11)
(12)

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Buah-buahan merupakan salah satu bagian dari kekayaan Indonesia yang berkembang cukup lambat. Komoditas-komoditas hortikultura ini sangat banyak terdapat dan berkembang tersebar hampir di seluruh wilayah nusantara. Sebagai makanan yang sehat, buah-buahan diperlukan oleh tubuh karena mengandung berbagai vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh manusia.

Walaupun diakui sebagian dari buah-buahan yang berkembang tersebut bukan merupakan plasma nutfah asli Indonesia, tetapi keberadaannya telah menyatu dengan wilayah dan bahkan telah menjadi sumber pendapatan keluarga dan sebagian masyarakat Indonesia. Banyak hal yang terdeteksi dan berperan sebagai penyebab lambatnya perkembangan potensi dan kontribusi

buah-buahan terhadap perekonomian nasional, tetapi tidak sedikit pula potensi dan harapan tersebut yang telah dimanfaatkan dan yang bisa dibangkit dan dikembangkan.

Salah satu faktor penghambat yang paling nyata saat ini adalah serangan buah-buahan dari luar negeri. Pasar-pasar dan toko-toko serta warung buah di Indonesia mulai dari wilayah perkotaan sampai ke pedesaan, dibanjiri oleh berbagai jenis buah-buahan yang berasal dari luar negeri. Mulai dari apel, anggur, jeruk sunkis, pear sampai kepada jambu dan lainnya. Keberadaannya telah mengalahkan keberadaan buah hasil Negara sendiri. Mayoritas konsumen lebih tertarik dan banyak mengkonsumsi buah-buahan asal impor. Kondisi ini sangat berkaitan dengan faktor lainnya yaitu kualitas buahan lokal yang dipasarkan serta persepsi masyarakat Indonesia.

Disadari bahwa, sebagian besar buah impor ini mempunyai kualitas yang lebih baik dibanding buahan lokal. Mungkin tidak hanya kualitas buahnya yang lebih baik, tetapi penampilannya juga

(13)

lebih menarik. Kulit buahnya berwarna terang, mengkilat, licin dan merata, begitu juga dengan bentuknya yang lebih seragam dan menarik. Sementara buah-buahan produk lokal tampilannya kurang menarik, kadang-kadang bentuknya kusam warnanya pudar dan tidak seragam. Kenyataan ini mempengaruhi minat konsumen untuk membeli buah-buahan, walaupun sebagian besar konsumen mengetahui bahwa ternyata buah-buahan asal luar negeri tersebut tidak aman dikonsumsi karena mengandung lapisan lilin dan zat kimia lainnya sebagai bahan pengemas dan pengawet. Jadi wajar saja kalau secara kasat mata bentuknya lebih cerah, lebih menarik dan tahan lama.

Disisi lain, tumbuhnya minat konsumen bukan hanya karena selera atau tampilan buah yang menarik saja, tetapi yang

lebih dominan adalah karena prestise atau “gengsi”. Kebanyakan konsumen masih mengutamakan prestise dibanding kesehatan yang akan diperoleh atau kemauan (tekad) membantu pengembangan buah-buahan daerah sendiri. Perkembangan ini sudah berjalan begitu lama dan telah banyak masukan diberikan oleh pemerintah dan pihak-pihak tertentu disertai dengan himbauan untuk membeli dan memakan buah-buahan produk Negara sendiri. Tetapi sejauh ini belum banyak perkembangan yang terjadi, bahkan ironisnya buah-buahan lokal semakin tersingkirkan dan buah-buahan impor semakin merajalela hampir disemua lini, sampai ke warung-warung di pedesaan.

Sangat dibutuhkan komitmen dan perjuangan Pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk selalu mengingatkan para konsumen untuk lebih mencintai produk negeri sendiri. Himbauan ini bukan berarti Indonesia anti buah-buahan impor, tetapi paling tidak konsumen ikut membantu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Negara sendiri. Karena dengan membeli buah-buahan

(14)

dari luar negeri berarti konsumen kiita sudah ikut menyumbang untuk meningkatkan pendapatan petani Negara asal buah yang dikonsumsinya. Komitmen ini juga harus diikuti dengan meningkatkan kemampuan untuk menghasilkan buah-buahan yang mampu bersaing dengan produk buah-buahan dari luar tersebut. Baik dari segi kualitas buah itu sendiri maupun dari segi tampilan dan kemasannya. Teknologi merupakan kata kunci untuk meningkatkan daya saing yang sekaligus mampu meningkatkan nilai tambah demi percepatan pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia.

Menyadari kondisi dan perkembangan yang terjadi dewasa ini, Pemerintah Sumatera Barat jauh-jauh hari sudah mulai mencanangkan tekad dan menjalankan berbagai upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas buah-buahan, baik buah-buahan lokal daerah sendiri maupun buah-buahan yang didatangkan dari daerah lain. Disadari bahwa upaya yang dilakukan belum sepenuhnya mencapai sasaran yang diinginkan tetapi paling tidak hasil yang dicapai cukup menggembirakan karena sudah bisa memberi kontribusi terhadap perolehan pendapatan keluarga petani. Dilain pihak sebagian buah-buahan tersebut telah menjadi primadona buah-buahan lokal dan mulai ikut bersaing dengan produk buah-buahan asal Negara lain. Contohnya buah Jeruk. Jeruk yang dihasilkan saat ini telah menjadi salah satu buah unggulan nasional karena mampu bersaing dan telah menjadi incaran sebagian konsumen. Harganya pun lebih mahal dibanding dengan buah sejenis yang berasal dari daerah dan Negara lain. Jeruk Gunung Omeh telah dilepas sebagai varietas unggul nasional dan telah menjadi salah satu komoditas unggulan sektor pertanian Sumatera Barat.

Disamping buah jeruk, buah manggis dan pisang juga telah

(15)

ditetapkan sebagai buah unggulan daerah. Keberadaannya saat ini cukup berarti dan memberi kontribusi yang cukup berarti bagi petaninya. Begitu juga dengan perkembangan agribisnis daerah, dimana ketiga buah unggulan telah mampu meningkatkan gerakan agribisnis daerah. Ketiga buah unggulan ini akan mengawali kisah sukses perjuangan dalam pengembangan buah-buahan di Sumatera Barat. Tentu saja tanpa melupakan peran dan kontribusi serta perkembangan buah-buahan lainnya yang juga telah berperan dan berpotensi besar terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat dan daerah. buah-buahan lainnya tersebut bisa dikategorikan sebagai buah andalan dan atau buah harapan yang suatu saat akan berkembang menjadi buah unggulan. Semuanya akan ditampilkan dalam buku ini dengan harapan akan memberikan masukan yang berarti bagi para pembaca, terutama para pemerhati ekonomi dan para pengusaha. Besar harapan para pembaca dan pemerhati serta pengusaha dan elemen lainnya, tidak hanya berperan dengan memberikan masukan yang positif dan membangun tetapi juga ikut berpartisipasi dalam mengembangkan semua komoditas buah-buahan yang dimiliki, dalam skala yang lebih luas dan professional.

(16)

1.2 Batasan

Agar buku yang dihasilkan lebih informatif dan mudah dipahami maka dilakukan pembatasan kegiatan dan komoditas yang dikaji. Batasan kegiatan diselaraskan dengan ruang lingkup dan tahapan yaitu desk study, kajian atau penelusuran lapang dan penulisan. Sementara untuk komoditas yang dikaji dibatasi berdasarkan status, fungsi dan peran serta keberadaannya saat ini. Dalam hal ini ditetapkan tiga kategori komoditas yaitu ;

1. Komoditas unggulan

Yaitu komoditas yang sudah berkembang pada lokasi-lokasi tertentu, di banyak wilayah

dan mempunyai peran cukup berarti terhadap pendapatan petaninya. Penetapan

komoditas-komoditas unggulan tersebut bisa juga

berdasarkan kebijakan pemerintah setempat sesuai dengan dukungan wilayah dan perkembangan komoditasnya. Saat ini komoditas unggulan yang ditetapkan berdasarkan Surat keputusan Gubernur untuk wilayah Provinsi Sumatera Barat adalah jeruk, manggis dan pisang. Selainketiga komoditas tersebut, berdasarkan data statistik, komoditas yang tergolong unggul adalah durian,markisah, alpukat, pepaya, rambutan dan sawo.

Gambar 6.Buah manggis komoditi ekspor Gambar 5.Pisang buai Tanah Datar

Gambar 7.Alpukat Mega Gambar 8.Durian Montong Gambar 9.Rambutan Binjai

(17)

2.Komoditas Andalan

Merupakan komoditas yang banyak tumbuh dan diusahakan di suatu lokasi tetapi belum berkembang dan belum mempunyai kontribusi yang jelas terhadap perolehan pendapatan petaninya. Komoditas-komoditas ini lebih banyak merupakan komoditas

spesiik lokasi yang banyak tersebar di berbagai lokasi yang sesuai.

Komoditas yang dimasukan kedalam kategori ini antara lain ; Sirsak,

mangga, jambu biji, nangka, duku, semangka, sawo dan salak

Gambar 10.Mangga

Gambar 13.Semangka Gambar 14.Jambu Biji

(18)

3. Komoditas harapan

Yaitu komoditas yang bisa diharapkan berkembang dan berkontribusi terhadap perolehan pendapatan keluarga dan perkembangan agribisnis daerah. komoditas harapan bisa

merupakan komoditas spesiik lokasi tetapi belum berkembang

atau bisa juga merupakan komoditas baru yang diintroduksikan ke daerah pengembangan baru. Yang tergolong kedalam komoditas harapan ini antara lain jambu jamaica, jambu air citra, sukun, sirsak, strawberry, terung pyrus, buah naga, dan lain-lain.

(19)
(20)

II. VISI & MISI PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN DAN

HORTIKULTURA SUMATERA BARAT

Provinsi Sumatera Barat sebagai salah satu daerah yang mempunyai potensi ekonomi yang besar di sektor pertanian, terutama dalam sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura, menetapkan visi pembangunan pertaniannya secara arif dan bijak sesuai dengan dukungan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki. Visi yang dianggap paling tepat dan mengarah pada percepatan pertumbuhan ekonomi daerah menunjang pertumbuhan ekonomi nasional dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Barat adalah “ Terwujudnya

Rumah Tangga Petani yang Sejahtera”. Visi ini selaras dan turut

mendukung pewujudan visi pembangunan sektor pertanian nasional yaitu“Terwujudnya Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan yang Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk Meningkatkan Kemandirian

pangan, Nilai Tambah, Daya saing, Ekspor dan Kesejahteraan Petani”.

Dan dalam upaya mewujudkan visi tersebut maka ada enam misi yang harus dijadikan patokan dalam menetapkan strategi pembangunan pertanian, yaitu ;

1. Meningkatkan Pemberdayaan Petani 2. Meningkatkan Kompetensi Aparatur

3. Meningkatkan Eisiensi dan Mutu Produksi serta Daya Saing 4. Mengembangkan Pertanian Organik dan LEISA

5. Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumberdaya Lokal dan Sarana Prasarana Pertanian

6. Meningkatkan Kelembagaan Permodalan dan Peluang Pasar

Keenam misi ini telah mengarahkan pengambil kebijakan untuk menyusun kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki.

Khusus untuk pengembangan tanaman buah-buahan, Pemerintah Sumatera Barat lebih menekankan kepada

(21)
(22)

III. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN BUAH-BUAHAN SUMATERA BARAT (2006-2014)

3.1. Potensi Tanaman Buah-buahan

Melihat perkembangan konsumsi masyarakat dewasa ini, nampak jelas bahwa komoditas buah-buahan mempunyai peluang yang besar dan sangat potensial bila dijadikan usaha utama bagi petani atau masyarakat. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan keseimbangan pangan dalam tubuh, membuat permintaan akan buah-buahan semakin meningkat. Peningkatan permintaan berdampak kepada terbukanya peluang usaha buah-buahan, sehingga memicu motivasi masyarakat untuk mengusahakan tanaman buah-buahan secara intensif. Tarikan sisi hilir ini dengan dorongan sisi hulu perkembangan dan ketersediaan teknologi serta komitmen aparat, akan mempercepat proses tercapainya tujuan pembangunan yang direncanakan. Satu hal lagi yang perlu ditingkatkan adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia terkait, baik sebagai pelaku budidaya buah-buahan maupun sumberdaya manusia penyalur atau pedagang buah-buahan serta sumberdaya aparat yang membina usaha dan kelembagaan petani. Program yang efektif dan gerakan terobosan yang tepat sangat dibutuhkan untuk menggapai itu semua.

(23)

3.2. Program dan Terobosan

Menyadari perkembangan dan potensi buah-buahan dalam percepatan gerakan agribisnis daerah dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat selalu berupaya

untuk mengembangkan dan dibagikan ke petani adalah bibit, pupuk kandang dan pupuk buatan. Alokasi dan penempatan sarana produksi ini dilakukan sesuai dengan kondisi daerah berdasarkan kebutuhan dan dukungan wilayah. Bibit

yang diperbantukan merupakan bibit unggul yang spesiikasinya

disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan. Disadari memang dalam proses pengadaan dan pembagian ini masih banyak ditemui kelemahan-kelemahan yang menyebabkan bantuan yang diberikan tidak bermanfaat secara maksimal.

Kelemahan utama adalah mengenai mutu dan spesiikasi bibit atau

pupuk yang sering tidak sesuai dengan permintaan dan harga yang disepakati. Sistem pengadaan oleh pihak ketiga kedepan akan

diperbaiki agar rekanan bisa memenuhi spesiikasi barang sesuai

Gambar 17.Sekolah Lapang GAP Jeruk di Kabupaten Limapuluh Kota.

(24)

dengan kontrak dan atau perjanjian kerjasama.

Pembinaan budidaya dan penerapan teknologi dilakukan melalui pelatihan oleh narasumber yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan, pendampingan lapang oleh petugas lapang serta diskusi. Semua kegiatan ini dilakukan secara rutin dan biasanya dipaketkan dengan bantuan sarana produksi yang diberikan. Dengan demikian, bantuan bibit dan sarana produksi yang diberikan bisa berdayaguna dan berhasilguna. Sebagian petani dan petugas ada yang dimagangkan ketempat-tempat usaha buah-buahan yang lebih maju, diikutkan dalam acara lokakarya, workshop maupun seminar. Selain itu juga diikutkan dalam iven-iven resmi lokal, regional, nasional maupun internasional, menyangkut buah-buahan khususnya dan hortikultura umumnya secara bertahap dan berkelanjutan. Kegiatan terakhir ini sejalan dengan proses peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga secara tidak langsung proses peningkatan kualitas sumberdaya manusia juga sudah diterapkan.

Pada dasarnya program dan terobosan yang dilakukan oleh Pemerintah Sumatera Barat dalam upaya pengembangan potensi buah-buahan sudah cukup banyak dan hasil yang diperoleh juga sudah mulai berkembang dan mempunyai dampak yang cukup

signiikan. Mulai dari pengembangan kawasan tanaman buah,

(25)

3.2.1. Pengembangan Kawasan Tanaman Buah

Salah satu program terobosan yang telah dilakukan secara bertahap sejak tahun 2006 adalah pengembangan kawasan tanaman buah. Dalam program ini komoditas yang dikembangkan adalah manggis dan jeruk. Pilihan komoditas ditetapkan berdasarkan potensi dan keunggulannya di berbagai daerah kabupaten di Sum. Barat

Pengembangan dilakukan dengan memberikan bantuan bibit yang disesuaikan dengan dukungan wilayah. Bibit tanaman manggis yang telah disalurkan berjumlah 93.000 batang untuk 930 ha lahan dan bibit jeruk sebanyak 558.400 batang untuk 1.396 ha lahan (Tabel 5.1.). Daerah pengembangan tanaman manggis mencakup Kabupaten Sijunjung sebanyak 26.800 batang (268 ha), diikuti oleh Kabupaten Pesisir Selatan (25.900 batang/259 ha), Kabupaten Padang Pariaman (18.800 batang/188 ha), Kabupaten Solok Selatan (10.000 batang/100 ha), Kabupaten Dharmasraya (7.500 batang/75 ha) dan Kabupaten Limapuluh Kota (4.000 batang/40

Gambar 19.Bapak Yanis, Pemilik PIT Jeruk Gunung Omeh, sekaligus penangkar benih

Jeruk Omeh.

Gambar 21. Pembuatan Lobang Tanam.

Gambar 20. Penanaman Benih Jeruk Gunung Omeh

(26)

ha). Keenam daerah ini merupakan daerah sentra produksi manggis yang telah eksis selama ini.

Bibit jeruk dialokasikan di Kabupaten Agam (213.600 batang/534 ha) diikuti oleh Kabupaten Lima puluh Kota (160.000 batang/400 ha), Kabupaten Solok Selatan (124.400 batang/311 ha), kemudian daerah Kabupaten Padang Pariaman, Tanah Datar, Pesisir Selatan dan Kabupaten Solok dengan jumlah pengembangan dibawah 100 ha. Tiga daerah pertama merupakan daerah sentra produksi dan telah menempatkan komoditas jeruk sebagai komoditas unggul daerahnya. Daerah lainnya merupakan daerah potensial yang juga sedang giat mengembangkan usaha tanaman jeruk berkaitan dengan potensi dan kontribusi hasil tanaman tersebut terhadap perolehan pendapatan masyarakat.

Tabel 3.1. Sebaran Tanaman Jeruk dan Manggis Dala Upaya Pengembangan Kawasan Tanaman Buah di Sumatera Barat Periode 2006-2014

50 Kota Jeruk 40/16.000 - - 10/4.000 - - 200/80.000 50/20.000 70/28.000 370/148.000

Manggis - 20/2.000 20/2.000 - - - 40/4.000

Solok Selatan

Jeruk 48/19200 - - 20/8000 - 5/2000 108/43.200 50/20.000 56/22.400 287/114.800

Manggis - - - 100/10.000 - - 100/10.000

Padang Paria-man

Jeruk 48/19200 27/10.800 - - - 75/30.000

Manggis - - - 10/10000 - 8/800 120/12.000 50/5.000 - 188/18.800

Sijunjung Jeruk - - -

-Manggis 48/4800 20/2000 20/2000 20/2000 - - 120/12.000 40/4.000 - 268/26.800 Agam Jeruk 64/25600 45/18.000 - - - - 200/80.000 150/60000 53/21.200 512/204.800

Manggis - - -

-Total Jeruk 200/80000 138/55200 10/4000 30/12000 - 5/2000 508/203200 250/100000 255/102000 1396/558.400 Manggis 123/12300 20/2000 40/4000 30/3000 - 8/800 659/65900 90/9000 50/5000 930/93.000

(27)

Dengan peningkatan areal tanam melalui bantuan bibit ini diharapkan keberadaan dan fungsi tanaman manggis dan jeruk akan semakin nyata dalam memberikan kontribusi terhadap perolehan pendapatan masyarakat dan gerakan agribisnis serta pertumbuhan ekonomi daerah di masa datang. Perkembangan diharapkan mulai di daerah sentra produksi tepatnya wilayah pengembangan dan berdampak kepada gerakan agribisnis dan pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional. Skenario ini diharapkan berjalan sedemikian rupa, sehingga suatu saat nanti peran sektor pertanian akan semakin nyata, terutama dalam peningkatan pendapatan dan pencapaian kesejahteraan petani.

3.2.2. Perluasan Areal Hortikultura

Disamping “Pengembangan Kawasan Buah-buahan”, dalam upaya mempercepat penggalian potensinya untuk kesejahteraan petani, Pemerintah Sumatera Barat juga mengalokasikan anggaran untuk pengembangan berbagai buah-buahan potensial melalui

program “Perluasan Areal Hortikultura”. Program ini juga telah dijalankan sejak tahun 2006 dengan fokus pengembangan melalui bantuan bibit tanaman manggis, jeruk, pisang dan durian (Tabel 3.2).

Tujuan pengembangan ini jelas sama dan sejalan dengan program sebelumnya umum program ini sekaligus

Gambar 24. Bibit manggis di penangkar manggis Lubuk Minturun

(28)

untuk mewujudkan gerakan agribisnis yang dinamis di masa datang, yang arahnya tertuju kepada pewujudan visi institusi dan visi pembangunan daerah. Diharapkan dengan program ini, suatu saat nanti, buah-buahan akan menjadi primadona dan komoditas unggulan dalam gerakan agribisnis daerah. dengan demikian, kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan perekonomian kerakyatan baik daerah maupun secara nasional akan semakin nyata. Dampak lainnya, dengan kuatnya sektor pertanian, sektor industri akan semakin maju. Dimana produk pertanian akan sangat membantu dalam penyediaan bahan baku yang dibutuhkan.

(29)

Tabel 3.2. Sebaran Tanaman Buah-buahan Dalam Program Perluasan Areal

Pasaman Jeruk - 30/12000 100/40000 - - 55/22000 - - 185/74.000

Manggis - - - 10/1000 10/1.000

Durian - - - 10/1000 10/1.000

Tanah Datar Manggis - - - 20/2000 20/2.000

Kab.Solok Manggis 20/2000 - - - 20/2.000

Pasaman Barat Jeruk 50/20000 200/80000 - 50/20000 - - 300/120.000

Total Jeruk - 90/36000 150/60000 200/80000 - 105/42000 - 20/8000 565/226.000 Manggis 100/10000 - 50/5000 - - 50/5000 - 70/7000 270/27.000

Pisang - 30/30000 - - - 30/30.000

Durian - - - 10/1000 10/1.000

Sumber : diolah dari Laporan bulanan Instansi Dinas Pertania Prov.Sumbar dan Kabupaten/Kota terkait

(30)

Beberapa dekade belakangan, permintaan manggis dari luar negeri cukup tinggi. Kondisi ini sudah mengangkat nilai dan harga buah manggis di pasaran lokal. Petani mulai bergairah dalam merawat tanaman manggis, walaupun belum bisa dikategorikan sebagai usaha yang intensif. Oleh karena itu, program pengembangan ini diharapkan bisa lebih meningkatkan lagi kontribusinya terhadap pensejahteraan petani di masa datang. Beberapa daerah sudah bisa dikategorikan sebagai daerah sentra produksi yang bisa diharapkan sukses dalam pengembangan usaha nantinya. Contohnya daerah Sijunjung, Kota Padang, Padang Pariaman, Tanah Datar dan Lima Puluh Kota.

Begitu juga halnya dengan daerah lain, seperti Pesisir Selatan, Pasaman, Pasaman Barat, Agam dan hampir semua daerah di Sumatera Barat, sangat potensial untuk pengembangan manggis, si ratu buah. Sudah banyak pedagang yang sukses dalam menjual manggis, tetapi belum banyak petani yang menjadi kaya karena tanaman manggis. Suatu saat dengan digalakkannya program pengembangan ini diharapkan manggis tidak hanya sebagai ratu buah, tetapi juga mampu menjadi primadona buah-buahan ditinjau dari segi kontribusinya terhadap perekonomian masyarakat dan daerah.

Potensi durian, juga tidak kalah dibanding jeruk dan manggis. Bahkan komoditas ini sudah lebih dulu berperan besar dalam menggerakkan agribisnis buah-buahan di Sumatera Barat. Bisa dikatakan musim buah durian hampir tidak ada putusnya, dan kontribusinya terhadap perolehan pendapatan masyarakat (terutama pedagang) cukup nyata. Dengan disebarnya bibit durian secara berkelanjutan, diharapkan kontribusinya terhadap peningkatan sumber pendapatan petani semakin nyata. Diharapkan suatu saat akan muncul kebun-kebun durian sebagai sumber utama pendapatan petani, tidak lagi seperti sekarang. Dimana durian hanya

(31)

sebagai tanaman sampingan di kebun campuran atau pekarangan. Pisang merupakan komoditas lama yang masih tetap berperan dalam mengisi tambahan pendapatan masyarakat. Walaupun belum pernah mempunyai masa “jaya” atau masa “mati”, pisang masih terus berperan dan berkembang. Komoditas ini pernah mengalami masa surut yang cukup panjang karena serangan penyakit layu yang disebabkan oleh jamur fusarium. Tetapi secara perlahan dan pasti beberapa varietas atau jenis pisang tertentu masih tetap eksis dan mampu bertahan untuk berkontribusi terhadap perolehan pendapatan masyarakat. Kedepan komoditas ini diharapkan kontribusinya akan semakin meningkat dan akan menjadi salah satu komoditas unggulan daerah.

3.2.3. Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Lahan pekarangan merupakan salah satu media yang cukup produktif untuk pengembangan buah-buahan. Walaupun luasannya terbatas, tetapi dengan jumlah yang banyak, lahan ini pasti sangat berperan dalam menghasilkan dan memasok buah-buahan untuk dipasarkan. Dengan demikian, luasan yang sempit bukan berarti, lahan pekarangan tidak bisa dijadikan media untuk pengembangan buah-buahan. Kebijakan ini diharapkan merupakan suatu keputusan yang tepat, apalagi kalau dikaitkan dengan keindahan, keragaman dan manfaat tanaman di pekarangan. Program ini sekaligus juga mendukung intensifnya program nasional dalam pemanfaatan lahan pekarangan yaitu KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari), yang berfungsi sebagai benteng penguatan ketahanan pangan.

Selama periode tahun 2009-2013, Pemerintah Sumatera Barat telah mengaokasikan anggaran untuk pengadaan dan pendistribusian bibit tanaman buah-buahan buat lahan pekarangan sebanyak 80.400 batang (Tabel 3.3). Bibit yang didistribusikan adalah durian (37.500 batang), diikuti jeruk (27.000 batang), sirsak (11.500 batang), strawberry (3.000 batang), salak (900 batang) dan jeruk nipis sebanyak 500 batang.

(32)

tanaman buah-buahan sebelumnya yaitu kawasan buah-buahan dan perluasan areal Hortikultura. Program ini didasarkan atas potensi lahan pekarangan itu sendiri yang cukup luas bila dijumlahkan dari sekian banyak pekarangan. Disamping itu, keberadaannya yang dekat dengan penduduk (pemelihara) diharapkan dapat dipelihara secara baik dan intensif sehingga bisa memberikan hasil yang maksimal.

Dengan demikian, tanaman buah-buahan di lahan pekarangan akan lebih produktif, tidak hanya untuk perolehan pendapatan keluarga tetapi juga untuk gerakan agribisnis dan pertumbuhan ekonomi daerah. walaupun jumlah sedikit per lokasinya, tetapi bila mayoritas pekarangan mengusahakan tanaman buah-buahan bisa dibayangkan berapa produk yang akan dihasilkan dan berapa kontribusinya terhadap gerakan agribisnis dan pertumbuhan perekonomian daerah.

(33)

Tabel 3.3. Sebaran Tanaman Buah-buahan Dalam Program Pemanfaatan

Kawasan/ Komoditi 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah

Tahun Batang batang Batang Batang batang batang Batang

50 Kota Sirsak 2.500 - - - - 2.500

Tanah Datar Strawberry - - - 3.000 - 3.000

Jeruk - - - - 10.000 10.000

Kabupaten Solok

Durian - - - - 3.000 2.500 5.500

Pesisir Selatan Manggis 2.500 2.500

Pasaman Barat

Jeruk 12.500 12.500

Dharmasraya Durian - - - 4.000 700 4700

Kota Sawah-lunto

Durian - - - 4.000 4.000

Salak - - - 900 - 900

Kota Padang Duiran 2.500 2.500

Kota Pariaman Jeruk Nipis - - - - 500 500

Total Sirsak 3.500 5.000 3.000 - - 11.500

Durian - - - 12.500 22.000 5000 39500

Manggis 2500 2500

Jeruk - 5.000 3.000 - 10.000 15000 33000

Strawberry - - - 3.000 - 3.000

Salak - - - 900 - 900

Jeruk Nipis - - - - 500 500

Sumber : diolah dari Laporan bulanan Instansi Dinas Pertania Prov.Sumbar dan Kabupaten/Kota terkait

(34)

3.2.4. Kebun Bibit Buah Nagari (KBBN)

Mulai tahun 2011, Pemerintah Sumatera Barat me”launching” program terobosan baru, yaitu “Gerakan Pensejahteraan Petani” (GPP). Gerakan ini bertujuan untuk mempercepat proses pencapaian visi pertanian daerah. dimana pelaksanaannya tidak hanya oleh instansi pertanian saja, tetapi mencakup enam instansi yang terkait lainnya. Program “keroyokan” ini merupakan terobosan pemerintah dengan mengalokasikan anggaran APBD. Banyak bantuan dan program yang dijalankan dalam gerakan ini. Gerakan Pensejahteraan Petani yang dicanangkan oleh Bapak Gubernur Sumatera Barat merupakan gerakan terpadu yang diprioritaskan untuk mengentaskan kemiskinan dan pengangguran masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai GPP antara lain untuk meningkatkan jam kerja efektif Rumah tangga petani dari 3,5 jam menjadi paling tidak 8 jam/hari,

melakukan diversiikasi usaha tani secara terpadu minimal

menjadi 3 Jenis Usaha, untuk itu Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Sumatera Barat pada tahun 2011 melalui Program Gerakan Pensejahteraan petani melaksanakan kegiatan Kebun Bibit Buah-Buahan Nagari (KBBN).

KBBN ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pada petani yang telah biasa membudidayakan tanaman buah menjadi petani penangkar buah, untuk itu pada kelompok-kelompok tani GPP sebanyak 62 kelompok tani difasilitasi dengan Dana masing-masing kelompok sebesar Rp 20 juta yang akan dimanfaatkan untuk membuat sendiri bibit buah-buahan.

(35)

Bibit buah-buahan yang diperbanyak oleh penangkar KBBN adalah bibit jeruk,jambu biji, duku, mangga, sirsak, durian, manggis, belimbing, alpokat, sawo, pepeya, srikaya, dan terung pirus

(36)

No

Binjai Suka Maju Jeruk 1.500

Jambu biji 1,290

(37)

3. Agam Guguak Guguak VIII Koto Aie Malanteh

(38)

6. Sijunjung Koto Salak Pulau Mainan Bina Krya

Mandiri Sangir Jujuhan Lubuk Gdg Timur Mina Tani

(39)

2 x 11 Kayu Tanam Anduriang Amanah anak VII Sei Sariak Lareh Nan

Pan-jang Ranah Pesisir Palangai Tanjung

Hara-pan

Limposi III Nagari Koto Panjang Dalam

(40)
(41)

3.2.5. Fasilitasi Bibit Buah-buahan untuk Pensejahteraan Petani

Gerakan dan program pengembangan buah-buahan tidak berhenti sampai disitu. Setiap ada terobosan selalu buah-buahan diikutkan untuk dibagikan kepada masyarakat, agar suatu waktu tanpa terasa komoditas ini akan memberikan kontribusi terhadap pemeliharanya. Tidak hanya memberikan hasil untuk dikonsumsi, tetapi juga akan mendapatkan tambahan pendapatan dari hasil penjualan hasil yang berlebih.

Mulai Tahun 2012 sampai 2014 Program Gerakan Pensejahteraan Petani dilanjutkan dengan kegiatan Fasilitasi bibit buahan untuk Peningkatan Pensejahteraan Petani. Bibit buah-buahan yang didistribusikan untuk petani di daerah GPP cukup bervariasi. Ada bibit tanaman introduksi atau tanaman baru yang dikembangkan dan ada juga bibit tanaman yang sudah berkembang sejak lama. Tanaman baru yang dikembangkan jambu Jamaica dan Jambu Citra serta sukun, terung pirus dan jambu biji bagi sebagian daerah. Sementara tanaman yang sudah eksis sebelumnya adalah sirsak, durian, jeruk, nangka dan jeruk nipis. Dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 jumlah bibit yang sudah dibagikan ke petani di Nagari GPP tidak kurang dari 324.090 batang.

Tanaman yang terbanyak dialokasikan adalah sirsak (91.150 batang) diikuti oleh jambu biji (70.150 batang), kemudian sukun (49.980 batang), jambu Jamaica (49.520 batang), jambu Citra (38.480 batang), durian, nangka, jeruk nipis, belimbing, terung pirus dan jeruk (Tabel 3.5). semua tanaman ini diharapkan pada masanya nanti akan berperan cukup besar terhadap peningkatan pendapatan masyarakat serta progresif dalam gerakan pertumbuhan ekonomi daerah, disadari memang bahwa tidak semua tanaman yang dibagikan akan tumbuh dan berkembang dengan baik, karena semuanya akan sangat tergantung kepada masyarakat atau petani pemeliharanya.

(42)

dinamis dan berkelanjutan. Apalagi kalau dihubungkan dengan program lainnya yang lebih dahulu, bersamaan atau Tabel 3.4. Kebun Bibit Buah Nagari (KBBN) Tahun 2011

(43)

Tabel 3.5. Sebaran Tanaman Buah-buahan Dalam Program Fasilitasi Bibit Untuk

Kab/Kota komoditas 2012 2013 2014 Jumlah

Batang batang Batang batang

50 Kota J.Jamaica 1,160 4,400 5,560

Sirsak 7,480 4,400 13,000 24,880

Sijunjung Jambu biji 480 400 880

J.Jamaica 480 2,400 2,880

Sirsak 1,920 - 1,920

Sukun 4,320 4,400 12,600 21,320

Agam Jambu biji 2,340 4,400 6,740

J.Jamaica 4,100 - 4,200 8,300

J. Citra 460 5,800 6,260

Sirsak 1,500 - 1,500

Sukun 960 - 960

Tanah Datar Jambu Biji - 480 480

J. Citra 5,520 4,400 9,920

Sirsak - 4,400 12,000 16,400

Sukun 480 - 480

Kabupaten Solok Jambu Biji 960 - 960

J. Jamaica - 1,400 8,400 9,800

Sirsak 3,180 8,800 11,980

Sukun 2,040 - 2,040

Dharmasraya J. Jamaica 480 3,600 4,080

J. Citra 480 - 480

Sirsak 480 - 480

Sukun 1,140 3,600 11,400 16,140

Nangka 5,760 - 5,760

Pasaman Barat Jambu Biji 480 4,000 4,480

J. Jamaica 5,460 4,600 10.600

Sirsak 240 - 240

(44)

Pasaman Jambu biji - 2,000 2,000

J. Citra 920 1,680 2,600

Sirsak 840 3,600 4,440

Jeruk 2,400 2,400

Sukun 3,120 3,600 6,720

Padang Pariaman Jambu biji - - 1,000 1,000

J.Jamaica - 4,400 4,400

J. Citra 480 5,600 6,800 12,880

Sirsak 1,440 - 1,440

Sukun 960 4,400 1,000 960

Kota Padang Jambu biji - -

J.Jamaica 1,920 1,800 2,400 6,120

J.Citra - 1,800 1,800

Sirsak 1,220 - 1,220

Sukun 1,440 - 1,440

Ko.Bukittinggi J. Jamaica 1,920 - 2,400 4,320

Kota Payakumbuh Jambu biji - -

J.Jamaica 2,400 2,400

J. Citra 960 1,600 200 2,760

Sirsak 1,920 - 1,920

Sukun 960 - 960

Kota Solok Jambu biji 260 - 260

J.Jamaica 2,880 400 2,400 5,680

(45)

Kota Pariaman Jambu Biji - -

Jambu Citra - 3,600

600

4,200

J.Jamaica

1,800

1,800

Sirsak - -

Total

Jambu biji 4,520 15,280 20,000 39,800

J.Jamaica 19,720 29,800 25,000 74,520

J. Citra 10,000 28,480 25,000 63,480

Sirsak 25,000 24,800 25,000 74,800

Sukun 29,980 20,000 25,000 74,980

Jeruk G.O 25,000 25,000

Nangka 5,760 - 3,800 9,560

Total 94,980 118,360 148,800 362,140

Sumber : diolah dari Laporan bulanan Instansi Dinas Pertania Prov.Sumbar

(46)

3.2.6. Fasilitasi Bibit Buah-buahan untuk Gerakan

Pensejahteraan Ekonomi Masyarakat Pesisir (G-PEMP)

Disamping empat program diatas, Pemerintah Sumatera Barat juga telah mengalokasikan anggaran untuk pengembangan tanaman buah-buahan melalui “Fasilitasi Bibit untuk Gerakan Pensejahteraan Ekonomi Masyarakat Pesisir. Walaupun tidak sebesar program-program terdahulu, paling tidak program ini diharapkan mampu membantu perbaikan ekonomi masyarakat yan bermukim di wilayah pantai atau pesisir. Program ini baru dilaksanakan mulai tahun 2012, dimana telah dialokasikan bibit sirsak sebanyak 15.000 batang pada tahun 2012 dan ditambah 5.000 batang lagi pada tahun 2013. Bibit lain yang telah dibagikan adalah jambu biji sebanyak 5.000 batang dan buah naga sebanyak 2.000 batang, semuanya dilakukan pada tahun 2012, Tahun 2013 sirsak 10.000 btg dan tahun 2014 sirsak 5.000 batang.

Besar harapan masyarakat pesisir yang umumnya lebih akrab dengan laut, juga ikut berperan untuk mengusahakan lahan yang berada disekitar pemukimananya dengan tanaman buah-buahan. Pemilihan komoditas yang dibagikan, disesuaikan dengan habitat tanaman itu sendiri, dengan harapan dapat tumbuh baik dan berkembang. Suatu saat nanti, disamping menghasilkan ikan, masyarakat pesisir juga akan berperan dalam memasok kebutuhan masyarakat akan buah-buahan.

Gambar 27.Distribusi Bantuan Bibit Buah-buahan Gambar 28. Penanaman bibit jambu biji peningkatan pensejahteraan dan ekonomi masyarakat pesisir

(47)

3.2.7.1. Bantuan bibit buah-buahan pada Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara untuk Ketahanan Pangan dan Kesehatan Keluarga

Seperti diungkapkan sebelumnya, komitmen Pemerintah Sumatera Barat terhadap pengembangan tanaman buah-buahan tidak main-main dan asalan saja. Lima program diatas masih dianggap belum cukup untuk menggebrak potensi komoditas-komoditas potensial ini. Oleh karena itu disetiap kesempatan dan setiap iven, Pemerintah selalu mengalokasikan anggaran untuk pengadaan bibit buah-buahan, baik yang bersifat lokal maupun kedaerahan.

Pada tahun 2008, pada acara Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara untuk Ketahanan Pangan dan Kesehatan Keluarga yang dicanangkan oleh Ibu Negara secara Nasional serentak pada tanggal 1 Desember 2008, untuk Sumatera Barat dilaksanakan di Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat mendistribusikan bibit buah-buahan berupa bibit sukun sebanyak 600 batang, bibit Jambu Air sebanyak 360 batang, Bibit Rambutan Binjai sebanyak 400 batang, bibit Rambutan Rapiah sebanyak 348 batang dan bibit mangga harum manis sebanyak 300 batang, yang dibagikan di 7 (tujuh) korong yaitu Korong Tanjung Basung I, Korong Kabun, Korong Kampung Apar, Korong Salisikan, Korong Kaliek, Korong Pasar Usang, Korong Tanjung Basung II dan Korong Kali Air Nagari Sungai Buluh Kecamatan Anai Kabupaten Padang Pariaman.

Dari hasil evaluasi ke lapangan 600 batang bibit sukun hidup 435 batang dan saat ini 200 batang telah menghasilkan, Jambu air 360 batang, telah menghasilkan 250 batang, Rambutan 700 batang, hidup 425 batang dan telah menghasilkan 50 batang, dan mangga dari 399 batang hanya hidup 100 batang dan saat ini 50 batang telah menghasilkan.

(48)

3.2.7.2 Bantuan Bibit Buah-buahan Dalam Iven Saka Taruna Bumi

Komitmen Pemerintah Sumatera Barat terhadap pengembangan tanaman buah-buahan sangat besar sehingga setiap kesempatan dan setiap iven Pemerintah Propinsi Sumatera Barat selalu mengalokasikan anggaran untuk pengadaan bibit buah-buahan, baik yang bersifat lokal maupun kedaerahan.

Pada tahun 2012, disaat iven Saka Taruna Bumi di Kota Padang. Pemerintah Sumatera Barat menyediakan bibit Jambu Kristal sebanyak 2.000 batang dan bibit sarikaya sebanyak 2.000 batang yang dibagi-bagikan kepada masyarakat di Kota Padang.

3.2.7.3. Bantuan Bibit Buah-buahan Dalam Iven Hari Pangan Sedunia

Komoditas yang sama (jambu Kristal dan Srikaya) juga dibagikan kepada masyarakat Sumatera Barat yang berkunjung ke kegiatan Hari Pangan Sedunia (HPS), masing-masing sebanyak 2.500 batang. Semua bibit ini dibagikan secara gratis dengan harapan masyarakat penerima akan memeliharanya dengan baik sehingga bisa memberikan hasil untuk mereka sendiri.

3.2.7.4 Bantuan Bibit Buah-buahan untuk Masyarakat Sumatera Barat melalui pembagian bibit buah-buahan (di GOR Haji Agus Salim, Padang Panjang, PKK Kota Padang, dll

Bibit buah-buahan banyak diminati oleh masyarakat,

untuk itu Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prov Sumatera Barat pada tahun 2014 ini juga memfasilitasi masyarakat Kota Padang, Kota Padang Panjang dan PKK Kota Padang berupa bibit sirsak, Jambu biji dan sukun dengan

Gambar 29. Jambu Citra

Gambar 30. Nangka Mini Gambar 32. Jambu Biji

(49)

jumlah sebanyak 1.000 batang dan saat ini baru ditanam.

Kesimpulan secara menyeluruh dapat dikemukakan bahwa dari tahun 2006-2014, jumlah bibit tanaman buah-buahan yang telah dibagikan sebanyak 1.879.320 batang. Berdasarkan laporan dari lapang saat ini tanaman hidup dan berkembang baik sebanyak 1.062.418 batang, sebagian kecil sisanya mati, Dari sekian banyak tanaman yang hidup, 73.326 batang diantaranya sudah menghasilkan. Dari angka ini bisa diperkirakan besarnya rupiah yang telah dan akan dihasilkan. Pada bab berikutnya sebagai gambaran umum dikemukakan kontribusi dari sebagian tanaman buah-buahan di berbagai tempat di Sumatera Barat. Yang pasti kedepan, kontribusi tanaman hortikultura ini, akan semakin nyata dan sangat besar perannya dalam gerakan dan pertumbuhan agribisnis dan perekonomian masyarakat. Besar harapan,

buah-buahan akan memberikan peran yang signiikan dalam mewujudkan

kesejahteraan petani Sumatera Barat.

Dampak nyata pengembangan buah-buahan tidak hanya sebatas pada perkembangan agribisnis dan peningkatan pendapatan daerah saja, tetapi juga berdampak pada pelestarian lingkungan, pengkayaan ragam tanaman dan sumber pendapatan, keindahan wilayah, pertumbuhan industri dan perangsang aktivitas pembangunan daerah, utamanya dalam pengembangan infrastruktur.

(50)
(51)
(52)

IV. KERAGAAN USAHA DAN PERKEMBANGAN TANAMAN BUAH-BUAHAN DI SUMATERA BARAT

4.1 Keragaan Usaha

Sampai saat ini, Sumatera Barat masih mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber utama pendapatan mayoritas masyarakatnya. Disamping tanaman perkebunan, kontribusi tanaman pangan dan hortikultura cukup dominan dalam mengisi perolehan pendapatan daerah. mulai dari tanaman padi, jagung, berbagai sayuran dan buah-buahan serta sebagian tanaman hias.

Tanaman buah-buahan yang sangat menonjol perkembangannya dewasa ini diantaranya adalah jeruk, manggis, pisang, sirsak, dan durian. Selain itu peran buah-buahan yang lain seperti jambu biji, Jambu Jamaica, Jambu Air Citra, Sukun, Stroberry, Salak, Sawo, markisah, pepaya, buah naga juga sudah mulai meningkat. Ditunjang oleh mangga dan duku dari daerah lain, buah-buahan ini sudah mulai memperlihatkan kemampuan dan kapasitasnya sebagai pesaing dari buah-buahan luar negeri yang membanjiri pasar-pasar tradisional dan pasar swalayan di berbagai daerah Sumatera Barat.

(53)

pengetahuan akan kesehatan serta membaiknya perekonomian, secara perlahan juga berpengaruh kepada permintaan akan buah-buahan sebagai bahan pangan tambahan penyeimbang dalam tubuh. Sehingga potensi komoditas buah-buahan sebagai sumber utama pendapatan mulai jadi perhatian dan pilihan.

Tidak hanya sebagai pengaruh dari pertumbuhan jumlah penduduk, tetapi program pengembangan buah-buahan yang intens dilakukan telah merubah persepsi petani terhadap tanaman buah-buahan. Tanaman yang tadinya hanya sebagai tanaman pekarangan atau tanaman yang tumbuh liar dan sering tidak diperhatikan, sekarang sudah mulai dipelihara dan diusahakan secara baik oleh beberapa petani. Tanaman ini ternyata mampu memberi kontribusi yang nyata pada perolehan pendapatan keluarga petani.

Banyak petani sudah mulai merintis dan mengembangkan tanaman buah-buahan secara serius dengan investasi yang cukup besar serta penerapan teknologi sesuai dengan tuntutan tanaman. Usaha yang dilakukan sudah bergerak kearah usaha komersial, tidak lagi hanya sekedar menanam dan menunggu untuk mengambil hasilnya. Bahkan ada sebagian petani sudah mengusahakan kebun buah-buahan dalam skala yang cukup luas, jauh lebih luas dibanding usahatani padi, jagung, ubi ataupun sayuran sebagai sumber utama pendapatan.

(54)

Beberapa usaha buah-buahan yang saat ini mulai berkembang diantaranya;

1. Pertanaman Sirsak yang dilaksanakan pada tahun 2009 di pekarangan oleh masyarakat Nagari Batu Balang Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota yang awalnya menerima bantuan bibit sirsak sebanyak 2.500 batang, saat ini sirsak tersebut telah berproduksi, sehingga masyakat nagari batu batang saat ini disamping sirsak dikonsumsi sendiri, juga sudah menjual buah sirsak, untuk peningkatan pendapatan keluarga

2. Beberapa kebun stroberry yang telah berkembang di Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar, yang awalnya dilaksanakan tahun 2012 dilaksanakan Demplot Stroberry sebanyak 3.000 batang di samping Pasar Sayur segar di Nagari Aie Angek Kecamatan X Koto, melihat keberhasilan demplot stroberry tersebut banyak petani sekitar ikut membudidayakan stroberrry dimaksud karena harga jual yang menjanjikan (1 kg Rp. 60.000,-).

3.Beberapa kebun durian yang dikembangkan oleh pengusaha dan petani di Kabupaten Dharmasraya dan di Kabupaten Sijunjung. Luas usaha berkisar antara 2 – 10 ha. Bahkan satu petani ada yang sudah mengembangkan kebun durian mendekati 20 ha, sebagian sudah mulai berbuah. Begitu juga halnya di Sijunjung, beberapa kebun durian dan manggis (1-5 ha), kebun jambu biji di Padang Pariaman dan Padang (3-8 ha), dan yang banyak berkembang saat ini adalah kebun jeruk yang tersebar diberbagai kabupaten dan kota seperti Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Padang, Kota Pariaman dan daerah lainnya. Luasan usahatani jeruk berkisar antara 0,25 – 5 ha per petani, melihat keberhasilan pertanaman durian tersebut maka pada tahun 2012 banyak kelompok tani ingin mengembangkan durian, untuk itu pada tahun 2012 telah dibantu bibit durian untuk masyarakat Kabupaten Dharmasraya sebanyak 8.000 batang. Kabupaten Sijunjung (9.000 batang) dan Kota Sawahlunto sebanyak 8.000 batang.

(55)

budidaya jambu biji pak haji ini, dia dapat menghasilkan Rp 10 juta per minggu, jambu biji milik H. Zahari Zakaria, ARIZA FARM di Korong Limpato, Nagari Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman tidak hanya menghasilkan pendapatan, usaha tersebut juga mampu membuka lapangan kerja untuk warga sekitar. ‘Hebatnya pak haji juga telah mempekerjakan 15 orang perhari dengan gaji

Rp 50 ribu perhari ini membuktikan bahwa usaha pertanian bisa mensejahterakan petani.

5.Usaha kebun buah-buahan lainnya yang sudah berkembang adalah usaha buah naga di Padang dan Padang Pariaman, kebun salak di Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Bukittinggi dan Padang Panjang. Tidak kalah pentingnya, tanaman sirsak, sukun dan belimbing juga sudah diusahakan petani secara luas sebagai sumber perolehan pendapatan. Sementara buah-buahan lainnya seperti durian, rambutan, alpukat, sawo,nangka, mangga dan pepaya sudah lebih dulu dikembangkan, hampir disemua daerah.

Kondisi ini merupakan suatu kemajuan bagi sektor pertanian daerah, khususnya subsektor hortikultura. Potensinya untuk mengisi perolehan pendapatan masyarakat cukup tinggi, begitu juga perannya dalam mengisi pendapatan daerah. berdasarkan data statistik, di Sumatera Barat saat ini berkembang lebih kurang 20 komoditas buah-buahan dengan sebaran yang berbeda pada setiap daerah, tergantung dukungan sumberdaya alam dan preferensi petaninya (Tabel 4.1).

4.2 Perkembangan Populasi dan Produksi

(56)

kali juga dimanfaatkan. Tanaman yang banyak diusahakan pada lahan pinggiran dan pekarangan adalah sirsak, jambu biji, mangga, belimbing dan lainnya. Perkembangan ini semakin menjelaskan bahwa tanaman buah-buahan telah mulai menjadi pilihan bagi masyarakat. Pilihan untuk mendapatkan hasil buahnya dan juga pilihan untuk mendapatkan nilai jual buahnya sebagai salah satu sumber pendapatan baru. Data statistik pada Tabel 4.1, memperlihatkan dan menjelaskan perkembangan tanaman buah-buahan sejak tahun 2007.

Tabel 4.1. Sebaran jenis dan kuantitas buah-buahan di Sumatera Barat 2007,

No Komoditas 2007 2010 2013

Tanam

1 Alpukat 17.370 536.559 21.024 49.423 565.431 29.456 12.049 581.445 40.968

2 Belimbing 849 17.725 283 953 15.854 505 1.151 15.650 574

3 Duku/L.sat 5.165 194.673 9.619 15.546 208.667 441 1.363 202.831 4.383

4 Durian 42.085 1.157.297 36.802 37.428 1.215.883 22.112 28.330 1.395.356 54.958 5 Jambu biji 2.687 62.689 712 3.578 59.314 1.473 11.768 98.228 2.505

6 Jambu air 1.968 120.021 1.926 1.643 76.261 3.013 20.176 100.290 2.067

7 Jeruk 130.147 1.554.458 20.449 56.824 1.564.842 31.615 134.009 1.674.140 37.726 8 Jeruk besar 318 7.433 47 202 7.144 124 132 7.029 213

9 Mangga 11.505 247.990 4.208 12.266 264.683 7.309 4.722 273.500 7.740

10 Manggis 39.286 566.246 18.364 10.276 617.309 4.092 50.034 768.549 11.952

11 Nangka/C 4824 151.780 4.999 6.105 166.974 7.145 6.129 172.421 7.621

12 Nanas 13.223 151.780 660 17.494 224.048 507 3.331 122.895 308

13 Papaya 49.002 251.329 5.944 35.406 309.806 8.985 90.727 640.085 15.569

14 Pisang 426.867 3.906.461 62.129 361.806 3.961.345 100.524 113.911 3.633.520 126.335 15 Rambutan 12.882 897.690 25.380 5.412 826.145 8.662 2.927 723.720 18.255

16 Salak 13.401 360.943 2.594 2.808 304.118 2.993 1.720 250.526 2.166

17 Sawo 4597 137.395 13.062 3.054 140.355 11.762 1.508 140.237 9.910

18 Markisah 16.626 1.526.471 91.066 3.972 1.387.020 114.930 2.749 1.248.449 103.520 19 Sirsak 1007 14.561 180 18.329 38.303 304 30.053 138.388 767

20 Sukun 511 14.345 97 552 14.696 287 18.552 43.214 448

Sum Bar 1.254.301 12.355.490 244.341 682.965 11.948.288 357.239 814.196 13.231.978 468.061

Sumber : Diolah dari Statistik Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat Tahun 2007, 2010 dan 2012

(57)

Secara menyeluruh untuk wilayah Sumatera Barat, jumlah populasi dan produksi komoditas-komoditas buah-buahan tersebut kelihatan menurun sejak tahun 2008 sampai tahun 2012 (Tabel 4.1.). Berat dugaan bahwa penurunan ini terjadi karena banyaknya tanaman yang mati karena umur yang sudah sangat tua. Mayoritas tanaman buah-buahan yang berkembang sebelumnya merupakan tanaman peninggalan orang tua. Kebanyakan dari tanaman tersebut sudah berumur tua dan tidak produktif lagi. Kenyataan ini menunjukan bahwa langkah peremajaan yang dilakukan sangat lambat dan sangat sedikit sehingga tidak bisa mengimbangi angka kematian tanaman tua dan kerusakan sebagai akibat dari serangan hama dan atau penyakit serta penebangan dan alih fungsi lahan.

Kondisi diatas menyatakan bahwa sebelumnya telah terjadi kelalaian dalam kegiatan peremajaan. Kelengahan ini menyebabkan terjadinya penurunan populasi dan produksi yang cukup memprihatinkan secara berkelanjutan. Tetapi kondisi dan kelemahan tersebut, telah diantisipasi jauh sebelumnya dengan menetapkan kebijakan dan alokasi anggaran untuk lebih mengintensifkan program dan kegiatan pengembangan tanaman buah-buahan. Dengan kegiatan tersebut diharapkan akan

diperoleh hasil yang signiikan, yang akan dibuktikan tidak hanya

oleh perkembangan populasi dan produksi saja tetapi juga akan dicirikan oleh perkembangan agribisnis dan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang lebih cepat serta berbagai dampak lainnya yang dinamis.

Komoditas Unggulan

(58)

komoditas lapis ketiga yang perkembangannya dibawah komoditas andalan serta komoditas-komoditas baru yang diintroduksikan dimasukan kedalam kategori komoditas harapan.

Data tahun 2017 – 2012 diatas, menyimpulkan bahwa ada enam komoditas yang bisa dikategorikan sebagai komoditas unggulan, yaitu pisang, jeruk, markisah, durian, rambutan dan manggis. Komoditas lapis kedua atau bisa juga kita kategorikan sebagai komoditas andalan adalah alpukat, pepaya, mangga, salak, duku/ langsat, nangka dan sawo Komoditas lainnya yang termasuk kategori komoditas harapan yang suatu saat nanti akan meningkat statusnya menjadi komoditas andalan ataupun unggulan, adalah jambu air, belimbing, nenas, jambu biji, sirsak, sukun dan jeruk besar. Berikut diuraikan keragaan dan perkembangan beberapa komoditas yang sedang berkembang di Sumatera Barat dewasa ini.

Pisang. Pada tahun 2012, jumlah populasi tanaman pisang

mencapai 3.764.801 batang dan produksi sekitar 137.347 ton. Artinya, komoditas ini telah banyak dipelihara dan dikembangkan oleh masyarakat Sumatera Barat. Lahan usaha tersebar pada lahan kering berupa pekarangan, lahan tegalan, ladang dan pinggiran lahan perkebunan serta lahan-lahan kosong pinggir jalan atau pinggiran sawah. Produk yang dihasilkan lebih banyak digunakan sebagai buah segar untuk konsumsi. Disamping itu, masyarakat juga sudah mulai mengolah buah pisang untuk menghasilkan makanan dalam bentuk lain seperti pisang goreng, pisang rebus (khusus pisang

jantan mempunyai rasa spesiik dan sudah diusahakan sejak lama)

dan kue-kue lainnya dengan bahan utamanya pisang.

(59)

dalam industri pangan.

Daerah sentra produksi pisang saat ini berada di Kabupaten Padang Pariaman (2012 ; populasi 642.015, produksi 14.644 ton) diikuti oleh Kabupaten Pasaman Barat (2012 ; populasi 474.368, produksi 21.031), Kabupaten Lima Puluh Kota (2012 ; populasi 466.978, produksi 13.513 ton), Pesisir Selatan (2012 ; populasi 432.537, produksi 16.217 ton), Agam (2012 ; populasi 391.579, produksi 24.679), Tanah Datar (2012 ; populasi 312.842, produksi 9.363 ton), Kabupaten Solok, Pesisir Selatan dan Kota Pariaman (2012 ; populasi 156.589, produksi 4.725 ton). Dalam perkembangannya, hampir semua daerah mengalami penurunan populasi dan produksi. Hal ini terjadi karena wabah penyakit yang menyebabkan penurunan minat petani untuk memelihara tanaman pisang.

Usahatani pisang yang lebih maju dan berkembang telah dilakukan oleh petani di Kota pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Tanah Datar. Para petani sudah mememelihara tanaman pisang dalam sebuah kebun yang tertata dengan baik, ada juga yang mengusahakan pisang diantara tanaman kelapa seperti di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman, pisang sebagai tanaman pelindung atau integrasi dengan kakao, pisang integrasi dengan tanaman pangan dan sebagian juga sudah ada yang mengembangkan kebun pisang monokultur seperti di Tanah Datar dan Agam.

(60)

Bila satu KK tani memiliki tanaman pisang lebih dari 20 rumpun, mereka bisa menikmati hasil sebesar Rp 150.000 sampai Rp 300.000 setiap bulannya. Hasil ini bisa lebih tinggi bila tanaman dipelihara dengan baik menggunakan teknik budidaya sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Begitu juga halnya dengan upaya pengembangan jenis dan volume usaha pisang. Industri yang berkembang sekarang (terutama di Tanah Datar, Pariaman dan Bukittinggi) masih dalam skala industri rumah tangga. Belum nampak perkembangan kearah industri kecil atau menengah, walaupun permintaan pasar akan produk olahan pisang cukup bagus. Kelemahan utama adalah karena kurang kuatnya penguasaan modal, sementara untuk memperoleh bantuan dari pihak bank dan pemodal membutuhkan waktu yang cukup lama dan persyaratan administratif yang ketat. Memang banyak bantuan dari mitra atau perusahaan-perusahaan, tetapi besarannya terbatas pada industri rumah tangga. Faktor ini menjadi hal utama terkendalanya pertumbuhan industri yang lebih luas dan bisa mendapatkan nilai tambah yang tinggi serta membuka peluang kerja untuk generasi muda pedesaan. Perhatian aparat pemerintah belum bisa terkonsentrasi pada pembinaan ini, karena banyaknya kegiatan lain yang harus dilakukan dalam waktu bersamaan.

Melihat perkembangan data statistik (Tabel 4.1), populasi pada tahun 2012 (3.764.801 btg) jauh menurun dibanding populasi tahun 2007 dan 2010 (3.906.461 btag dan 3.961.345 btg). Tetapi produksi tonasenya meningkat cukup tajam. Kenyataan ini menunjukan bahwa telah terjadi perbaikan teknik budidaya yang

signiikan dimana terjadi peningkatan produktivitas yang cukup

(61)

pisang raja, walaupun tidak ada data statistik yang mendukung tetapi gejala dan perkembangan pasar memperkuat pernyataan tersebut. Sama halnya dengan kondisi pisang kepok, pisang raja mulai sulit diperoleh di pasaran. Permintaan cukup tinggi walaupun harga jualnya meningkat.

Melihat potensinya, usahatani tanaman pisang dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan yang berhubungan dengan perkembangan industri rumah tangga. Sejalan dengan itu usahatani yang dilakukan oleh para petani juga semakin baik. Para petani pisang sudah mulai memberi pupuk tanaman pisang, yang selama ini tidak pernah dilakukan. Perbaikan yang menonjol juga adalah mulainya petani memangkas atau mengurangi anak pisang dengan harapan untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Pola dan perkembangan penerapan teknologi ini merupakan salah satu kunci sukses terjadinya peningkatan produktivitas. Perkembangan ini juga sudah mengarah kepada usaha yang profesional, yaitu mengharapkan usahatani pisang sebagai sumber pendapatan utama. Kenyataan ini merupakan hasil yang positif dari upaya pengembangan dan pembinaan yang dilakukan selama ini.

Salah satu faktor yang dominan sebagai faktor penghela dari perkembangan diatas adalah peningkatan permintaan yang kontinyu dan cenderung meningkat, yang diiringi dengan harga jual yang semakin baik. Peningkatan permintaan tidak hanya disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan daerah lain (seperti Lampung), tetapi juga disebabkan oleh berkembangnya industri pengolahan pangan berbahan baku pisang di berbagai daerah di Sumatera Barat.

Industri pengolahan pangan ini membutuhkan bahan baku yang cenderung meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan aktivitas jual beli produk industri tersebut seperti kripik pisang, kue kering dan lainnya.

(62)

petani, pedagang dan pengusaha. Dengan demikian semua potensi yang ada bisa digali untuk pencapaian kondisi yang kondusif untuk pengembangan komoditas unggulan. Kegiatan ini akan meningkatkan pendapatan masyarakat secara langsung dan secara perlahan dampaknya juga akan berkembang pada usaha agribisnis dan perekonomian daerah. Keberadaan kelembagaan kolaborasi akan mampu mengeleminir gejolak harga. Jaminan pendapatan akan meningkatkan motivasi usaha, yang akan berdampak pada penerapan teknologi. Kalau hal ini terwujud maka peningkatan produksi akan berjalan secara berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi daerah akan berjalan lebih dinamis. Disamping itu, adanya kelompok kolaborasi akan lebih meningkatkan jangkauan pasar, tidak hanya sebatas pasar lokal saja tetapi berkembang sampai pada pasar internasional (ekspor) sesuai dengan permintaan konsumen. Dalam hal ini juga diharapkan dukungan pemerintah pusat dalam pengadaan dan pemeliharaan peralatan komunikasi dan informasi, agar proses dan perkembangan harga dan permintaan pasar dapat dipantau.

Perkembangan pisang di Sumatera Barat lebih baik dibanding komoditas-komoditas lainnya. Walaupun pernah mengalami penurunan populasi dan produksi yang sangat tajam, komoditas ini mampu bertahan dan tetap menjadi komoditas unggulan daerah. Kondisi ini sudah berlaku sejak lama dan sampai saat ini belum ada komoditas lain yang menyamai rekor komoditas pisang. Kecenderungan peningkatan yang baik hanya pada perkembangan komoditas manggis, tetapi angkanya masih jauh dibawah pisang. Sementara perkembangan komoditas lainnya

kebanyakan berluktuasi, kadang meningkat kadang menurun.

(63)

minat masyarakat untuk mengusahakan tanaman jeruk. Satu hal lagi yang mendorong percepatan perkembangan jeruk nanti adalah daya adaptasinya yang cukup tinggi, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi tanaman jeruk tumbuh baik dan berkembang di Sumatera Barat.

Jeruk. Sejak tahun 2007 hasil tanaman jeruk di Sumatera

Barat mulai memperlihatkan kecenderungan yang meningkat. Tahun 2007 produksi baru mencapai angka 20.448 ton dengan jumlah tanaman lebih dari 1.500.000 batang. Angka produksi ini kemudian naik menjadi 24.555 ton pada tahun 2008 dan bergerak lagi menjadi 24.780 pada tahun 2009. Angka ini terus merambat naik, mencapai 25.253 ton pada tahun 2010 dan sudah mencapai 41.837 pada tahun 2012. Diyakini peningkatan produksi akan terus terjadi seiring dengan semakin banyaknya populasi yang telah menghasilkan. Disamping itu, daerah baru sebagai penghasil jeruk seperti Kototinggi, Baso dan Pekonina Solok Selatan mulai melihatkan potensinya. Kedua daerah ini merupakan sentra produksi baru yang sangat prospektif dan diharapkan akan terus berkembang sejalan dengan semakin meningkatnya kemauan petani dan masyarakat untuk berusahatani jeruk. Daerah lain yang bakal menjadi sentra produksi baru adalah Kabupaten Agam dan Pesisir Selatan. Saat ini kebanyakan tanaman jeruk mendekati masa produksi.

Angka produksi tersebut diatas sebenarnya masih dibawah angka produksi tahun-tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2006 Sumatera Barat telah mencapai angka produksi sebesar 37.722 ton, menurun drastis pada tahun 2007 menjadi 20.488 ton. Penurunan yang drastis ini disebabkan oleh serangan hama penyakit, rendahnya penerapan teknologi terutama pemupukan dan penyiangan tanaman serta juga dipengaruhi oleh perkembangan komoditas pesaing lainnya, baik dalam usaha monokultur maupun pada lahan campuran.

(64)

jeruk di Sumatera Barat berkisar antara 40-60 kg /pohon/tahun, rata-rata 50,40 kg/pohon/thn. Angka ini masih jauh dibawah potensi jeruk siam yang mampu mencapai 150 kg/pohon/tahun atau setara dengan 60 ton/ha/thn. Masih sangat terbuka peluang peningkatan produksi yang sekaligus juga berpotensi besar dalam meningkatkan pendapatan petani dan memicu pertumbuhan agribisnis yang berbasis di pedesaan.

Daerah yang paling tinggi produktivitasnya menurut data statistik, adalah Kabupaten Agam, diikuti oleh Pasaman dan Solok Selatan. Tetapi secara individu, saat ini produktivitas paling tinggi dicapai oleh beberapa petani di Gunung Omeh, yaitu mencapai 120-150 kg/ha/thn. Umumnya tanaman yang menghasilkan produksi tinggi tersebut merupakan tanaman tua berumur diatas lima belas tahun. Tanaman yang baru menghasilkan serta tanaman yang kurang terawat produktivitasnya masih rendah, paling tinggi sekitar 30-an kg/phn/thn.

Gambar 35. Kunjungan Gubernur Sumatera Barat dan Bupati Lima Puluh Kota ke kebun petani jeruk di Kototinggi Kecamatan Gunung Omeh

(65)

Sebenarnya jeruk siam yang berkembang saat ini, sama jenisnya dengan jeruk siam Gunung Omeh. Perbedaan hanya pada rasa dan penampilan buah yang dihasilkan, buah jeruk siam Gunung Omeh lebih bagus, merata, besar-besar dan mempunyai rasa serta aroma tersendiri.

Perkembangan terbaru dari wilayah Gunung Omeh, perluasan areal perkebunan jeruk sudah bergerak ke daerah tetangga sebelah barat, yaitu Pagadis, Sei.Guntung dan Angge Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam. Kondisi alamnya lebih

kurang sama dengan topograi nagari Koto tinggi dengan potensi

(66)

Gambar 36. Tampilan kebun jeruk baru dan kebun jeruk telah menghasilkan di Kototinggi, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam

Daerah lain yang telah berhasil dalam mengembangkan jeruk siam Gunung Omeh salah satunya adalah Nagari Koto Tinggi, tepatnya jorong Koto Gadang, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam. Saat ini luas pertanaman di Kototinggi, Baso sudah lebih dari 120 ha lebih kurang 30 % diantaranya sudah menghasilkan. Tanaman yang dibudidayakan dengan perawatan yang baik, mampu mencapai hasil yang hampir sama dengan hasil usaha yang dilakukan di Gunung Omeh. Potensi lahan untuk perluasan areal di daerah ini masih cukup luas, terutama di daerah perbukitan di kaki Gunung Merapi.

(67)

ini merupakan petani yang berhasil karena merawat tanamannya dengan intensif dan penuh perhatian dan keyakinan.

Keberhasilan dua orang petani ini, sudah dijadikan contoh oleh petani lainnya. Tanpa disadari, usaha dan keberhasilan mereka itu menjadi pemicu motivasi petani lainnya untuk merawat tanaman jeruknya dengan baik dan tepat. Sebelumnya, para petani yang diberi bantuan bibit jeruk tersebut kurang serius dalam merawat tanamannya, bahkan ada diantara mereka yang hanya menanam saja, baik di pekarangan maupun intercropping dengan tanaman sayuran. Perhatian lebih cenderung diberikan kepada tanaman sayuran saja, sementara tanaman jeruknya dibiarkan tumbuh kerdil tidak terawat. Tetapi setelah tiba masa panen yang dilakukan oleh kedua petani diatas, mereka seolah tersentak dan tidak percaya. Tanaman yang ditanam lebih kurang sama sudah menghasilkan dengan buah yang begitu lebat dan besar-besar, sementara tanaman mereka masih tumbuh merana.

Melihat kenyataan dan potensi tersebut, mulailah para petani tersebut meniru dan merawat tanaman jeruknya dengan baik dan benar. Mereka sudah tidak malu-malu lagi untuk bertanya, dimana sebelumnya mereka tidak mempedulikan ketika ada acara pelatihan dan sekolah lapang mengenai usahatani jeruk. Bahkan sekarang banyak kelompok tani mulai diaktifkan kembali dan meminta kepada petugas untuk diadakan SL (Sekolah Lapang) jeruk secara berkelanjutan. Sejak tahun 2013, mayoritas pohon jeruk di Kototinggi, Baso dalam kondisi prima dengan hasil yang maksimal dan cenderung meningkat.

(68)

Dibandingkan dengan wilayah Kototinggi, Kecamatan Gunung Omeh dan sekitarnya, nampaknya penampilan tanaman jeruk di Baso jauh lebih baik dan merata. kondisi ini sudah dibuktikan dan dirasakan sendiri oleh Menteri Pertanian Suswono. Ketika berkunjung ke kebun jeruk petani Kotogadang tersebut, beliau merasa puas dan memetik sendiri buah jeruk yang kebanyakan tergolong kedalam kualitas super (Gambar 4.5). Saking senangnya, Menteri Pertanian berlama-lama berada di kebun tersebut dan sangat senang berdialog dengan petani. Beliau juga menghimbau agar petani jeruk lainnya mencontoh dan mengusahakan tanaman jeruk seperti usaha yang telah dilakukan oleh petani Baso tersebut.

(69)

Tabel 4.2. Analisis investasi usahatani jeruk/ha di

Kototinggi, Baso, Kabupaten Agam (Prediksi 15 tahun)

Tahun ke

Biaya Produksi Hasil Yang Diperoleh

Tenaga Kerja Bibit, Pupuk, Pestisida

Jeruk (kg)

Nilai (Rp)

1 9.000.000 6.000.000 0 0

2 9.000.000 4.000.000 0 0

3 9.000.000 8.000.000 1.000 10.000.000

4 12.000.000 10.000.000 3.000 30.000.000

5 12.000.000 12.000.000 6.000 60.000.000

6 12.000.000 13.000.000 9.000 108.000.000

7 15.000.000 15.000.000 12.000 144.000.000

8 15.000.000 15.000.000 16.000 180.000.000

9 15.000.000 16.000.000 18.000 270.000.000

10 18.000.000 17.000.000 20.000 300.000.000

11 18.000.000 17.000.000 13.000 195.000.000

12 18.000.000 18.000.000 11.000 165.000.000

13 15.000.000 20.000.000 10.000 150.000.000

14 15.000.000 18.000.000 9.000 135.000.000

15 15.000.000 18.000.000 8.000 120.000.000

Catatan : perkiraan harga jual minimal ,... Rp 10-15.000/kg. Jumlah batang = 400/ha

Produksi (pengalaman petani) tahun I (umur >3 tahun) = <= 5 kg/btg, tahun II = 10 kg/btg ; tahun III = 15 kg/btg ; tahun IV = 20 kg/btg dst (tergantung teknik pemeliharaan dan takaran masukan). Pendapatan akan lebih tinggi bila harga jual meningkat. Perkiraan harga diatas adalah harga minimal saat ini.

Gambar

Tabel 3.1 Sebaran tanaman jeruk dan manggis da-
Gambar 42 Kebun jambu biji dan produk yang di
Gambar 1. Buah-buahan import
Gambar 4.Jeruk Gunung Omeh yang sudah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Panel LVMDP Adalah Panel yang berfungsi sebagai panel penerima daya/power dari transformer 20KV/380V dan mendistribusikan power tersebut lebih lanjut ke panel Low voltage

Terjadi aktivitas penghambatan angiogenesis pada membran korioalantois telur ayam berembrio setelah pemberian ekstrak etanol biji jintan hitam ( Nigella sativa ) yang

Bertanggung jawab atas kegiatan sehari-hari, agar perusahaan dapat berjalan sesuai dengan arah dan tujuan yang telah ditetapkan, dan menjadi toko departemen yang

Masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Di

1) Faktor pribadi (Kotler, 2005:211) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah. Karakteristik ini meliputi usia, dan tahap siklus hidup,

adalah kesesuaian antara program keahlian siswa dengan bidang usaha/jenis pekerjaan di industri. Kesesuaian keduanya akan sangat membantu dalam pencapaian tujuan pelaksa-

Kemudian dengan adanya ekstrakurikuler di sekolah serta budaya sekolah yang baik memiliki dampak besar bagi siswa di sekolah, maka ekstrakurikuler dan budaya

Faktor-Faktor Penting dalam Merancang Program Pendidikan Luar Sekolah Untuk Anak Jalanan dan Pekerja Anak.. MAKARA: