• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK : STUDI SURAT AL-FURQON AYAT 63-64 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK : STUDI SURAT AL-FURQON AYAT 63-64 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM."

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK (STUDI SURAT AL-FURQON

AYAT 63-64 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBENTUKAN

KEPRIBADIAN MUSLIM)

SKRIPSI

Oleh: NUR AZIZAH

NIM: D01211063

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK (STUDI SURAT AL-FURQON AYAT 63-64 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

MUSLIM)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan

Program Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Oleh: NUR AZIZAH NIM. D01211063

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Nur Azizah (D01211063), Konsep Pendidikan Akhlak (Studi Surat Al-Furqon ayat 63-64 dan Implikasinya dalam Pembentukan Kepribadian Muslim), Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Keyword: Pendidikan Akhlak, Al-Furqon ayat 63-64, Pembentukan Kepribadian Muslim

Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah Bagaimana konsep pendidikan akhlak dalam surat Al-Furqon ayat 63-64, Bagaimana implikasi konsep pendidikan akhlak dalam surat Al-Furqon ayat 63-64 dalam pembentukan kepribadian Muslim.

Pelaksanaan penelitian pada skripsi ini dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research), sedangkan fokus

penelitiannya adalah Al-Qur‟an surat Al-Furqon ayat 63-64 yang membahas tentang

pendidikan akhlak. Pengolahan data primernya penulis menggunakan metode analitis (tahlili) sedangkan dalam pengolahan data sekundernya penulis menggunakan metode deduktif dan induktif.

Hasil analisis tentang pendidikan akhlak dalam perspektif surat Al-Furqon ayat 63-64 setelah diadakan kajian penelitian menunjukkan konsep pendidikan akhlak dalam pergaulan, yaitu: Akhlak berjalan; seorang Muslim ketika berjalan hendaknya berjalan dengan rendah hati, tenang dan sopan, tidak bersifat congkak dan sombong. Akhlak bertutur kata dan sapa; apabila terdapat orang yang mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh terhadap kita, maka kita tidka diperbolehkan membalas dengan kata-kata yang serupa, akantetapi kita diperintahkan untuk menjawab dengan ucapan yang baik dan mengandung nasehat. Akhlak beribadah; seorang Muslim hendaknya senantiasa bermalam dengan bersujud dan berdiri untuk beribadah kepada Tuhan dan menghidupkan seluruh malam atau sebagiannya dengan shalat.

Berdasarkan dari hasil analisis kajian skripsi ini, maka dapat penulis simpulkan bahwa untuk membentuk kepribadian Muslim maka harus dilaksanakan melalui proses pembiasaan perbuatan yang memiliki esensi nilai-nilai pendidikan akhlak, karena kepribadian Muslim terbentuk dari bentuk-bentuk akhlak yang mulia yang sudah terbiasa dilakukan hingga tidak memerlukan proses berfikir terlebih dahulu untuk melakukannya. Ketika nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung di dalam surat Al-Furqon ayat 63-64 dimanifestasikan dalam bentuk perbuatan, maka

akan lahir sifat-sifat yang baik (akhlaqul karimah), apabila sifat-sifat yang baik

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Kegunaan Penelitian ... 7

E. Telaah Pustaka ... 8

F. Definisi Operasional ... 11

G.Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.PendidikanAkhlak ... 17

(8)

2. Objek Pendidikan Akhlak ... 21

3. Dasar Pendidikan Akhlak ... 24

4. Tujuan Pendidikan Akhlak ... 28

5. Metode Pendidikan Akhlak ... 31

B.Kepribadian Muslim ... 33

1. Pengertian Kepribadian ... 33

2. Pengertian Kepribadian Muslim ... 35

3. Aspek-aspek Kepribadian Muslim ... 37

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian Muslim ... 41

5. Proses Pembentukan Kepribadian Muslim ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian ... 61

2. Pendekatan Penelitian ... 61

3. Sumber Data ... 64

4. Teknik Pengumpulan Data ... 66

5. Teknik Analisis Data ... 67

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A.Surat Al-Furqon Ayat 63-64 ... 72

1. Teks Surat Al-Furqon Ayat 63-64... 72

2. Asbabun Nuzul ... 72

(9)

4. Terjemahan dan Tafsir ... 83

5. Kandungan Makna ... 103

B.Analisis Pendidikan Akhlak dalam Surat Al-Furqon Ayat 63-64

... 110

C.Implikasi Konsep Pendidikan Akhlak dalam Surat Al-Furqon ayat 63-64

dalam Pembentukan Kepribadian Muslim ... 119

BAB V PENUTUP

A.Simpulan ... 127

B.Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Nomor Arab Latin

1 ا

2 ب B

3 ت T

4 ث Th

5 ج J

6 ح H

7 خ Kh

8 د D

9 ذ Dh

10 ر R

11 ز Z

12 س S

13 ش Sh

14 ص S

15 ض D

16 ط T

17 ظ Z

(11)

19 غ Gh

20 ف F

21 ق Q

22 ك K

23 ل L

24 م M

25 ن N

26 و W

27 ه H

28 ء

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Seiring kemajuan zaman, nilai pendidikan yang dijalankan terasa jauh dari

awal mula tujuan pendidikan Islam. Pendidikan Islam yang secara hakiki bertujuan

mendekatkan diri pada Allah SWT serta mengangkat harkat dan martabat manusia

dari dari kebodohan telah bergeser ke arah yang tidak jelas. Orientasi pendidikan

saat ini lebih pada mencari kerja dan merebut posisi materi semata, sehingga dari

paradigma yang demikian itu muncullah pemikiran bahwa pendidikan harus

mengedepankan yang lebih mencerdaskan otak, akibatnya pendidikan hati dan

kecerdasan hati kurang diperhatikan bahkan hilang sama sekali. Akibat dari ini

pula lahrilah anak didik yang cerdas dalam berfikir tetapi kurang berakhlak dalam

bersikap.

Akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting dan berharga bagi

kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, dan tentunya etika yang baik dan

mulia (akhlaqul karimah). akhlak pula akan membentuk watak bangsa yang

berkarakter dan memiliki jati diri.1

1

(13)

2

Pendidikan Akhlak berkisar tentang persoalan kebaikan dan kesopanan,

tingkah laku yang terpuji, serta berbagai persoalan yang timbul dalam kehidupan

sehari-hari dan bagaimana seharusnya seseorang bertingkah laku.2

Berkenaan dengan perihal diatas, Nabi Muhammad saw. telah bersabda

sebagai berikut:

ِقُلُْْا ُنْسُح ِِْلَا َمَلَسَو ِهْيَلَع ُها ىَلَص ِها ُلْوُسَر َلاَق ُهْنَع ُها َيِضَر َةَرْ يَرٌ َِِا ْنَع

َملسم اور( ُساَنلا ِهْيَلَع َعِلْطَي ْنَا َتَْرَكَو َكِرْدَص ِف َكاَح اَم ُْثِأْاَو

Dari sahabat Abi Hurairah Radhiyallahu „anhu, Rasulullah saw. telah

bersabda bahwa perbuatan yang baik itu adalah merupakan akhlak yang baik. Sedangkan perbuatan dosa itu adalah apa-apa yang menggoncangkan hatimu

(jiwamu) yang kamu benci hal itu dilihat dari orang lain. (HR. Muslim)3

Akhlak adalah merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang

kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis

akhlak tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup manusia agar selamat

dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad saw.

adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa

faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau antara karena dukungan akhlaknya

yang prima.4

2

Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 201.

3

Hussein Bahreisj, Hadits Shahih/ Al Jami’us Shahih Bukhari Muslim, (Surabaya: CV, Karya Utama,tt), cet 1, h. 169.

4

(14)

3

Rasulullah bersabda:

َا ْمُكَنِا

ُنْسُحَو ِهْجَولا ُطْسَب ْمُكْنِم ْمُهْعَسَيِل ْنِكَلَو ْمُكِلاَوْمَأِب َساَنلا َنْوُعَسَت

ِقُلُْا

Sesungguhnya kalian tidak akan sanggup memberi manusia dengan harta benda kalian, tetapi cukup dengan menampakkan wajah yang ramah dan akhlak

yang baik kepada mereka. (HR Abu Ya‟la)5

Aspek pendidikan akhlak atau pembentukan akhlak menempati urutan yang

sangat diutamakan dalam pendidikan, bahkan harus menjadi tujuan prioritas yang

sangat dicapai. Hal ini karena dalam dinamika kehidupan akhlak merupakan

mutiara hidup yang dapat membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lain.

Jika manusia tidak berakhlak maka akan hilanglah derajat kemanusiaannya

sebagai makhluk Allah yang paling mulia, karena manusia akan terlepas dari

kendali nila-nilai seharusnya dijadikan pedoman dan pegangan dalam kehidupan

ini.

Al-Qur‟an membahas semua nilai-nilai akhlak tanpa terkecuali. Ayat-ayatnya tidak meninggalkan satu pun permasalahan yang berhubungan dengan

akhlak. Setiap dimensi yang berkaitan dengan akhlak terdapat di dalamnya baik

berbentuk perintah, larangan maupun berbentuk anjuran, baik mengenai akhlak

terpuji maupun mengenai perilaku tercela.6

5

Ibn Hajar Al-Asqalani penerjamah Irfan Maulana Hakim, Bulughum Maram Panduan Lengkap Masalah-Masalah Fiqih, Akhlak, dan Keutamaan Amal, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2010), cet, 1, h. 626.

6

(15)

4

Dapat dikatakan bahwa Al-Qur‟an merupakan catatan tentang akhlak atau

undang-undang akhlak. Karena akhlak atau perilaku yang ada dalam suatu

masyarakat adalah unsur pokok yang menentukan baik buruknya masyarakat

tersebut. Jika akhlaknya baik maka masyarakat akan baik dan jika perilakunya

buruk maka masyarakat pun akan buruk. Jadi, akhlak mempunyai hubungan

kausatif dengan adanya perubahan.7 Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman

Allah swt :







































































Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat

menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Ar-Ra‟ad:

11).8

Berangkat dari ayat dan hadits diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa

pendidikan akhlak yang terangkum dalam Al-Qur‟an disertai dengan As-Sunnah

sebagai perincinya sudah cukup bagi kita sebagai kaum muslimin.

Ketika Akhlak mulia sudah melekat pada diri seseorang, tercermin pada

setiap tingkah lakunya dan setiap perbuatannya senantiasa berlandaskan pada

7

Ibid, h. 174.

8

(16)

5

kebenaran, yaitu bersendi pada ajaran Al-Qur‟an dan Al-Hadits, maka pribadi

yang demikianlah yang disebut kepribadian Muslim.

Dalam pembentukan kepribadian Muslim, di mulai dengan mengikuti

cara-cara yang diajarkan oleh Al-Qur‟an dan Hadits merupakan sumber dan rujukan

yang paling utama. Karena di dalam Al-Qur‟an dan Hadits terdapat ajaran tentang

nilai-nilai kepribadian dan peradaban Islam yang murni, guna membangun

kepribadian yang kaffah (menyeluruh).9 Kepribadian Muslim adalah kepribadian

yang seluruh aspek-aspeknya, yaitu baik tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan

jiwanya, maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian dan

penyerahan diri kepada Tuhan.























































(63) Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang-orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (64) Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri

untuk Tuhan mereka.10

Pada surat Al-Furqon ayat 63-64 di atas, di dalamnya mengandung konsep

pendidikan akhlak dan kepribadian Muslim yang dapat dijadikan dasar dan

9

Ahmad Umar Hasyim, Menjadi Muslim Kaffah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007), cet III, h.23.

10

(17)

6

pedoman dalam merumuskan konsep pendidikan akhlak dan pembentukan

kepribadian Muslim.

Berdasarkan dari uraian di atas, peneliti kemudian bermaksud untuk

melakukan penelitian guna mengetahui lebih jauh lagi tentang konsep pendidikan

akhlak dalam kajian suaat Al-Furqon ayat 63-64 dan implikasinya dalam

membentuk kepribadian Muslim. Dengan itu peneliti memberi judul penelitian ini

adalah: Konsep Pendidikan Akhlak (Studi Surat Al-Furqon Ayat 63-64 dan

Implikasinya dalam Pembentukan Kepribadian Muslim). Dan kemudian akan penulis bahas dalam pembahasan berikutnya.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka penulis menyusun

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep pendidikan akhlak dalam surat Al-Furqon ayat 63-64?

2. Bagaimana implikasi konsep pendidikan akhlak dalam surat Al-Furqon ayat

63-64 dalam pembentukan kepribadian Muslim?.

C.Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian untuk mengetahui tentang konsep

pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian Muslim. Sejalan dengan

permasalahan tersebut di atas maka secara khusus tujuan penelitian yaitu

1. Mendeskripsikan konsep pendidikan akhlak dalam surat Al-Furqon ayat 63-64.

2. Mendeskripsikan implikasi konsep pendidikan akhlak dalam surat Al-Furqon

(18)

7

D.Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian dari skripsi ini diharapkan dapat memberi

manfaat, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Adapun hasil penelitian ini diharapkan untuk mengembangkan teori

pendidikan akhlak yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadits.

b. Hasil penelitian ini diharapkan untuk mengetahui konsep pendidikan

akhlak dan pembentukan kepribadian Muslim yang terkandung dalam

Al-Qur‟an surat Al-Furqon ayat 63-64.

c. Penelitian ini sebagai evaluasi diri agar menjadi manusia yang ideal dan

berakhlak mulia ditengah-tengah masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan tambahan

pengetahuan mengenai pendidikan akhlak dan kepribadian Muslim yang

kemudian bisa ditransformasikan kepada masyarakat tentang pentingnya

seorang muslim yang berakhlak mulia.

b. Bagi peneliti yaitu sebagai salah satu syarat kelulusan dalam

menyelesaikan program sarjana di jurusan Pendidikan Agama Islam,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). UIN Sunan Ampel

Surabaya.

c. Adapun penelitian ini dapat dijadikan bahan literatur atau referensi baru

(19)

8

E.Telaah Pustaka

Dalam penelitian terdahulu kali ini penulis akan mendeskripsikan beberapa

karya skripsi sebelumnya yang ada kaitannya tentang konsep pendidikan akhlak

studi Al-Qur‟an surat Al-Furqon ayat 63-64 dan implikasinya dalam pembentukan

kepribadian Muslim.

1. Taifurrohman (2012), alumni Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Menulis skripsinya berjudul “ Konsep Pendidikan Akhlak dalam perspektif Ibn

Miskawaih”.

Penulisnya mengkaji pemikiran Ibn Miskawaih tentang pendidikan akhlak,

yaitu:

a. Akhlak menurut Ibn Miskawih adalah keadaan jiwa yang mendorong

seseorang untuk melakukan tindakan tanpa ada pertimbangan. Adakalanya

keadaan tersebut berasal dari watak dan adakalanya melalui

pembiasaan/latihan. Menurut beliau akhlak tidak lepas dari manusia dan

jiwanya, bahwasannya jiwa manusia itu memiliki tiga daya yaitu: daya

berpikir/cerdas, daya berani, dan daya bernafsu. Lebih jauh beliau

menjelaskan bahwa manusia akan menjadi baik atau buruk tergantung

bagaimana ia mengelola jiwanya.

b. Menurut Ibn Miskawih bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah terwujudnya

sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua

perbuatan yang bernilai baik sehingga mencapai kebahagiaan yang sejati dan

(20)

9

c. Pendidik dan peserta didik juga mendapat perhatian khusus bagi Ibn

Miskawih. Dimana pendidik bertugas dan bertanggung jawab untuk

meluruskan peserta didik pada disiplin-displin praktis dan aktifitas

intelektual agar dapat mencapai kebahagiaan.11

2. Muyassaroh (2013), alumni FAI Unipdu Jombang. Menulis skripsinya berjudul

“Nilai-nilai pendidikan Islam tentang Akhlak dalam QS. Nahl ayat 90 (studi

analisis kritis terhadap kajian Tafsir dan pendapat para Ahli)”

Penulisnya meneliti tentang Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam QS.

An-Nahl ayat 90 yaitu Allah SWT memberi pengajaran kepada manusia supaya

senantiasa berperilaku baik dan menjauhi perilaku buruk.

Contoh dari akhlak yang baik (mahmudah).

a. Berperilaku adil.

b. Berbuat ihsan

c. Bersedekah.

d. Dan menjalin silaturahmi.

Contoh dari akhlak yang buruk (mahmudah).

a. Sombong.

b. Aniaya.

c. dan memusuhi sesama manusia.

Pendidikan akhlak memberikan pengajaran tentang nilai yang mengatur

hubungan antara manusia dengan Tuhan, antara ssama manusia, antara lingkungan

11

(21)

10

dan mengatur dirinya sendiri. Memperlajari akhlak dapat menjadikan orang

mempunyai akhlak yang baik dan dapat berjuang di ajalan Allah demi agama,

bangsa, dan Negara. Dengan mempunyai budi pekerti yang mulia akan terhindar

dari sifat-sifat tercela dan berbahaya.12

Penulis menganilisis beberapa kajian pustaka ini terdapat persamaan dan

perbedaan dengan skripsi yang akan saya teliti, yaitu:

a. Persamaannya yaitu: sama- sama berkisar tentang pendidikan akhlak, beberapa

literatur dan skripsinya tersebut di dalamnya terkandung pembahasan berkisar

tentang prilaku dan kepribadian, dan skripsi keduanya sama-sama

menggunakan kajian studi analisis, yaitu dengan mengambil sumber dari Ayat

Al-Qur‟an, As-Sunnah, buku literatur yang relevan dan kitab karangan para

Ulama‟Salaf.

b. Perbedaannya yaitu: penelitian yang pertama itu obyek pembahasannya

membahas pendidikan akhlak menurut Ibn Miskawaih, sedangkan yang

penelitian kedua obyek pembahasannya membahas nilai-nilai pendidikan islam

tentang akhlak dalam surat An-Nahl ayat 90.

Adapun dari beberapa kajian pustaka di atas penulis lebih memfokuskan

pada pendidikan akhlak dan implikasinya dalam pembentukan kepribadian

Muslim. Oleh karena itu, pada skripsi kali ini penulis akan mencoba mengangkat

12

(22)

11

sebuah penelitian dengan judul “ Konsep Pendidikan Akhlak (Studi Surat

Al-Furqon Ayat 63-64 dan Implikasinya Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim).

Penulis meneliti tentang konsep pendidikan akhlak studi surat Al-Furqon

ayat 63-64 dan implikasinya dalam pembentukan kepribadian Muslim yaitu:

a. Akhlak berjalan, seorang Muslim ketika berjalan hendaknya berjalan dengan

rendah hati, tenang dan sopan, tidak berjalan dengan congkak atau sombong.

b. Akhlak bertutur kata dan sapa, apabila terdapat orang yang mengucapkan

kata-kata yang buruk kepada kita, maka kita diperintahkan untuk menjawab dengan

ucapan yang baik dan mengandung nasehat.

c. Akhlak beribadah, seorang muslim hendaknya senantiasa bermalam dengan

bersujud dan berdiri untuk beribadah kepada Tuhan dan menghidupkan seluruh

malamnya atau sebagiannya dengan shalat.13

F. Definisi Operasional

1. Pengertian Konsep

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Konsep berarti ide atau gagasan

yang digeneralisasikan dari pengalaman-pengalaman yang relevan.14 Selain itu,

konsep juga bermakna rancangan (rencana tertulisan) atau perumusan sementara

mengenai suatu undang-undang atau peraturan dan penetapan.15

Rancangan atas suatu gagasan atau perumusan sementara atas peraturan

dan penetapan.

13

Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Wasith, (Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 767-768

14

Mulyono HAM, Kamus Kimia, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 238.

15

(23)

12

2. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung

sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan dan merupakan sistem

proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan, dan pematangan diri.16

Pendidikan adalah proses menumbuhkan dan mengembangkan potensi

(fisik, intelektual, sosial, estetika, dan spritual) yang terdapat pada peserta didik,

sehingga dapat tumbuh dan terbina dengan optimal.17

Pendidikan adalah usaha atau proses memasukkan ilmu pengetahuan dari

orang yang dianggap mengetahui kepada mereka yang belum mengetahui.

3. Pengertian Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa arab “قاخا” merupakan bentuk jama‟ dari

”قلخ” yang pengertian umumnya adalah: perilaku, baik itu perilaku terpuji maupun

tercela.18

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan

macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah. Merupakan suatu kekuatan dalam

kehendak yang mantap yang membawa kecenderungan kepada pemilihan pada

pihak yang benar (akhlak terpuji) atau pihak yang jahat (akhlak tercela).19

16

Supadan Suhartono, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2006), h. 79-80.

17

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 8.

18

Wahid Ahmadi, Risalah Akhlak (Panduan Perilaku Muslim Modern), (Solo: Era Intermedia, 2004), h. 13.

19

(24)

13

Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih

dahulu.

4. Surat Al-Furqon Ayat 63-64

Al-Qur‟an surat Al-Furqon ayat 63-64 merupakan sebagian ayat dari sekian

banyak ayat di dalam Al-Qur‟an yang membahas tentang pendidikan aklak yang

penulis gunakan sebagai data primer pada penelitian ini. Di dalam ayat tersebut

Allah Ta‟ala menjelaskan tentang seorang hamba atau Muslim yang berkarakter atau berkepribadian Qur‟ani adalah hamba yang berjalan di atas muka bumi

dengan rendah hati, apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan

kata-kata (mengandung) keselamatan, selalu melalui malam hari dengan bersujud

dan berdiri untuk Tuhan mereka.

5. Pengertian Pembetukan Kepribadian Muslim

Kepribadian Muslim dapat diartikan sebagai identitas yang dimiliki

seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai Muslim, baik

yang ditampilkan dalam tingkah laku lahiriyah maupun bathinnya.20

Pembentukan kepribadian Muslim pada dasarnya merupakan upaya untuk

mengubah sikap kearah kecenderungan kepada nilai-nilai keislaman. Perubahan

sikap, tentunya tidak terjadi secara spontan. Semuanya berjalan dalam suatu proses

yang panjang dan berkesinambungan.21

20

Jalaluddin, FilsafatPendidikanIslam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 92.

21

(25)

14

Kepribadian Muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya,

yaitu baik tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup

dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian dan penyerahan diri kepada Tuhan.

G.Sistematika Pembahasan

Agar pembahasan dalam skripsi ini mengarah kepada yang dimaksud

dengan judul yang ingin saya teliti yaitu konsep pendidikan akhlak (studi surat

Al-Furqon ayat 63-64 dan Implikasinya dalam pembentukan kepribadian Muslim),

penulis menyusun pembahasan ini berdasarkan sistematika sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan, bab ini terdiri 7 sub bab yaitu: latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu,

definisi oprasional, dan sistematika pembahasan.

Bab 2 Kajian Teori, yaitu berisi tentang kajian teori yang terdiri dari

konsep Pendidikan Akhlak, Kepribadian Muslim dengan 2 sub bab. Sub bab A

yaitu pendidikan akhlak yang meliputi: pengertian pendidikan akhlak, objek

pendidikan akhlak. dasar pendidikan akhlak, tujuan pendidikan akhlak. Sub bab B

yaitu Kepribadian Muslim yang meliputi: pengertian kepribadian muslim, aspek

kepribadian muslim, faktor yang mempengaruhi kepribadian muslim. proses

pembentukan kepribadian muslim.

Bab 3 Metode Penelitian, berisi tentang Metodologi Penelitian. Pada bab

ini terdiri 5 sub bab yaitu: jenis penelitian, pendekatan penelitian, sumber data,

(26)

15

Bab 4 Analisis Data, berisi tentang Analisis Pendidikan Akhlak dan

Prespektif Al-Qur‟an Surat Al-Furqon Ayat 63-64 dan Implikasinya Terhadap

Pembentukan Kepribadian Muslim. Pada bab ini terdiri 3 sub bab yaitu: A surat

Al-Furqon Ayat 63-64, meliputi: teks surat al-furqon ayat 63-64, asbabun nuzul,

kosakata, terjemahan dan tafsir, kandungan makna. B analisis konsep pendidikan

akhlak dalam surat Al-Furqon ayat 63-64. C implikasi konsep pendidikan akhlak

dalam surat Al-Furqon ayat 63-64 dalam membentuk kepribadian Muslim.

Bab 5 berisi kesimpulan dari skripsi yang berawal dari rumusan masalah

dan dilengkapi dengan saran-saran yang membantu dalam perbaikan skripsi ini,

dan diikuti dengan daftar pustaka serta lampiran-lampirannya.

(27)

BAB II KAJIAN TEORI A.Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan Akhlak

Dalam pengertian pendidikan akhlak ini dijelaskan terlebih dahulu

mengenai pengertian pendidikan dan pengertian akhlak.

Secara etimologi, Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani

“Paedagogike” ini adalah kata majemuk yang terdiri dari kata “paes” yang berarti

aku membimbing anak dengan maksud membawanya ke tempat belajar dalam

bahasa Yunani disebut “paedagogos”. Jika kata ini diartikan secara simbolis, maka

perbuatan membimbing seperti dikatakan diatas itu merupakan inti perbuatan

mendidik yang tugasnya hanya untuk membimbing saja, dan kemudian pada suatu

saat ia harus melepaskan anak itu kembali (ke dalam masyarakat).1

Secara terminologi pengertian pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara

menyebutkan bahwa pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang

ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota

masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

setinggi-tingginya.2

Menurut Athiyah al-Abrasyi seperti dikutip Ramayulis, pendidikan adalah

mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai

1

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 70.

2

(28)

18

tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur

pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya

baik dengan lisan atau tulisan.3

Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa baik sadar

dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan

rohaninya kearah kedewasaan menuju terciptanya kehidupan yang lebih baik.

Selanjutnya definisi akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim masdar

dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan wazan tsulasi majid af’ala

yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabia‟at,

watak, dasar), al-„adat (kebiasaan, kelaziman), al-muru’ah (peradaban yang baik),

dan ad-din (agama).4

Akhlak menurut bahasa berarti tingkah laku, perangai atau tabi‟at,

sedangkan menurut istilah adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong

perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan, tanpa dipikir dan direnungkan hati.

Adapun akhlak secara terminologi para ulama memberikan definisi-definisi

beragam sebagaimana dibawah ini:

Menurut Ibnu Miskawih bahwa yang dimaksud dengan akhlak adalah

keadaan jiwa yang selalu mendorong manusia berbuat, tanpa memikirkan lebih

lama.5

3

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 3.

4

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), cet, 12, h. 1.

5

(29)

19

Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa

yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan.6

Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan

kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak

yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak

yang jahat).7

Perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai manifestasi dari

akhlaknya, apabila dipenuhi dua syarat, yaitu:

a. Perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama,

sehingga menjadi kebiasaan.

b. Perbuatan-perbuatan itu dilakukan karena dorongan emosi-emosi jiwanya,

bukan karena adanya tekanan-tekanan yang menimbulkan ketakutan atau

bujukan dengan harapan-harapan yang indah.

Menurut Ahmad Amin yang dikutip oleh Tamyiz Burhanuddin, akhlak

adalah kehendak yang dibiasakan, maksudnya, jika kehendak tersebut

membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu disebut akhlak. Contohnya bila

kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu akhlak dermawan.8

6

Imam Ghazali, Mau’idotun Al-Mukminin Min Ihya’ Ulumuddin, (Surabaya: Maktabah Al-Hidayah, tt), h. 203.

7

A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), cet, 2, h. 14.

8

(30)

20

Adapun dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa akhlak pada dasarnya

melekat dalam diri seseorang dalam bentuk perilaku atau perbuatan. Jika perilaku

yag melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah

dan apabila perilaku tersebut baik maka disebut akhlak mahmudah.9

Adapun secara tekstual, definisi diatas tampak berbeda-beda, akan tetapi

memiliki esensi makna yang sama, beberapa ulama diatas sependapat bahwa

akhlak adalah tindakan yang dilakukan manusia tanpa melalui pertimbangan

tertentu sebelumnya, dan muncul menjadi suatu kebiasaan. Hal itu terjadi karena

cenderung dilakukan berulang-ulang dan mandiri tanpa ada paksaan dari faktor

luar diri manusia sebagai makhluk individual yang bebas. Perbuatan yang

menjelma menjadi perilaku-perilaku kebiasaan mencerminkan karakter pribadi

manusia. Prilaku manusia merupakan nilai kualitas manusia yang melekat dalam

diri pribadinya sebagai akibat pembiasaan-pembiasaan dan terimplemantasikan

pada bentuk perilaku secara spontanitas, baik berupa perilaku terpuji maupun

perilaku tercela.

Jadi, pendidikan akhlak adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seorang

pendidik untuk membentuk tabiat yang baik pada seorang anak didik, sehingga

terbentuk manusia yang taat kepada Allah. Pembentukan tabiat ini dilakukan oleh

pendidik secara kontinue dengan tidak ada paksaan dari pihak manapun.

9

(31)

21

2. Objek Pendidikan Akhlak

Akhlak manusia mencakup tentang kesadaran diri, terutama tentang cara

merefleksikan nilai-nilai ajaran agama yang diyakini ke dalam kehidupan

kesehariannya. Akhlak mulia memiliki potensi besar untuk mendorong seorang

manusia dalam menjalani kehidupan yang fana ini sesuai skenario Allah. Akhlak

baik tentu mengacu pada tindakan-tindakan baik yang suci sesuai fitrah yang

merupakan rancangan Ilahi dalam menciptakan seluruh alam semesta.

Manusia yang sadar terhadap hakikat dirinya pasti akan melahirkan

perilaku-perilaku mulia sebagaimana ungkapan هَبر ف ع هسْفن ف ع ْنم (siapa yang

mengenal dirinya, pasti mengenal Tuhannya). Akhlak berkaitan erat dengan cara

seorang manusia dapat menghayati nilai-nilai hidup ini secara sungguh-sungguh

sebagaimana petunjuk Allah SWT.10

Jadi, objek pendidikan akhlak adalah manusia yang mempunyai jiwa yang

bersih, karena hal itu manusia akan dapat menyadari bahwa dirinya hadir di dunia

ini semata-mata untuk menyembah kepada Allah dan diimplemantasikan dalam

kehidupan nyata melalu ekspresi dalam berinteraksi dan bersikap dengan manusia.

Selanjutnya akan lahir pula kesadaran tertinggi terhadap nilai-nilai kehidupan.

Allah berfirman:

ق ْد

ا

ْف ل

ح

م

ْن

َك

ها

ا

10

(32)

22

Sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwanya. (QS. Asy

Syams).11

Imam Ghazali berpendapat bahwa objek atau daerah pembahasan dalam

akhlak adalah tingkah laku manusia untuk menetapkan nilai baik atau buruknya.12

Akhlak mulia adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh para utusan dan

merupakan amal para shadiqin. Akhlak yang baik itu sebagian dari agama dan

hasil dari sikap sungguh-sungguh dari latihan para ahli ibadah dan para muttaqin.

Sedangkan akhlak yang buruk adalah racun pembunuh dan membinasakan. Akhlak

buruk merupakan pintu-pintu terbuka menuju neraka yang apinya dinyalakan

sampai kehati.13

Pada dasarnya pokok-pokok masalah yang dibahas dalam akhlak adalah

menyelidiki segala hal-hal yang berhubungan dengan perbuatan manusia. Dengan

perbuatan tersebut selanjutnya bisa ditentukan kriterianya apakah perbuatan itu

bersifat baik atau bersifat buruk.

Jadi, objek pendidikan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas

kehendak dan kemauan, sebenarnya, mendarah daging dan telah dilakukan secara

kontinue atau terus menerus sehingga telah mentradisi dalam kehidupannya.

Perbuatan atau tingkah laku yang tidak memiliki ciri-ciri tersebut tidak dapat

disebut sebagai perbuatan yang dijadikan garapan atau objek pendidikan akhlak.14

11

Departemen Agama Ri, Al-Qur’an Dan Terjemahanya, (Surabaya: Al-Hidayah, 2002), h. 896.

12

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), cet, 3 h. 11

13

Imam Al Ghazali, Ringkasan Ihya’ Ulumuddin, (Surabaya: Gitamedia Press, 2003), cet, 1, h. 190.

14

(33)

23

Perbuatan manusia dilihat dari lahirnya dapat dikategorikan menjadi dua,

yaitu:

1) Perbuatan yang lahir dengan kehendak dan disengaja.

2) Perbuatan yang lahir tanpa kehendak dan tidak disengaja.

Adapun jenis perbuatan yang pertama merupakan perbuatan akhlak yang

menjadi objek pendidikan akhlak. Seperti perbuatan yang menafkahkan sebagian

hartanya untuk kemaslahatan umat dan orang yang gemar melakukan judi. Kedua

perbuatan tersebut dapat dinilai baik atau buruk, karena perbuatan tersebut lahir

dengan kehendak dan disengaja oleh pelaku.

Perbuatan yang kedua tidak menjadi kajian objek pendidikan akhlak.

Misalnya orang yang dengan tiba-tiba berteriak karena kaget akibat digertak oleh

orang lain. Perbuatan tersebut tidak dapat dinilai baik atau buruk karena itu

merupakan gerak refleks yang lahir tanpa kehendak dan tidak disengaja.

Untuk menentukan suatu perbuatan tersebut merupakan perbuatan lahir

dengan kehendak dan disengaja hingga dapat dinilai baik dan buruk terdapat 2

(dua) syarat yang perlu diperhatikan, sebagaimana berikut:

a) Situasi memungkinkan adanya pilihan (bukan karena paksaan), adanya

kemauan bebas, sehingga tindakan dilakukan dengan sengaja.

b) Mengetahui apa yang dilakukan, yakni mengenai baik dan buruknya.

Adapun suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai objek perbuatan akhlak

apabila memenuhi syarat-syarat di atas. Kesengajaan merupakan dasar penilaian

(34)

24

Berdasarkan beberapa penjelasan dan keterangan di atas, dapat

disimpulkan bahwa objek pendidikan akhlak adalahmanusia yang mempunyai jiwa

yang bersih dan segala perbuatannya dalam melaksanakan itu timbul dengan sadar

dan disengaja dan dia mengetahui waktu melakukannya akan akibat dari apa yang

dia perbuat.

3. Dasar Pendidikan Akhlak

Dalam Islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan baik buruknya

sifat seseorang itu adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi SAW. Apa yang baik

menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, itulah yang baik untuk dijadikan pegangan

dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang buruk menurut Al-Qur’an dan

As-Sunnah, itulah tidak baik dan harus dijauhi. 15

َلاَق ٍماَشِ ِنْب ِدْعَس ْنَع َةَراَرُز ْنَع َةَداَتَ ق ْنَع ٍرَمْعَم ْنَع ِقاَزَرلا ُدْبَع اَنَ ثَدَح

ِلوُسَر ِقُلُخ ْنَع ِِيِِِْخَأ ُتْلُقَ ف َةَشِئاَع ُتْلَأَس

َمَلَسَو ِهْيَلَع ُهَللا ىَلَص ِهَللا

ْتَلاَقَ ف

َنآْرُقْلا ُهُقُلُخ َناَك

َدما اور(

Abdur Razaq menceritakan kepada kita dari Ma’mar dari Qotadah dari Zuroroh dari Sa’ad bin Hisyam berkata aku bertanya kepada „Aisyah maka aku berkata beritahu aku tentang akhlak Rasulullah SAW maka beliau berkata adapun

akhlak Rasulullah adalah Al Qur’an.(HR. Ahmad)16

Maksud perkataan „Aisyah adalah bahwa segala tingkah laku dan tindakan

beliau, baik yang lahir maupun bathin senantiasa mengikuti petunjuk dari

Al-Quran. Al-Qur’an selalu mengajarkan umat Islam untuk berbuat baik dan

15

M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 11.

16

(35)

25

menjauhi segala perbuatan yang buruk. Ukuran baik dan buruk ini ditentukan oleh

Al-Qur’an.17

Kepentingan akhlak dalam kehidupan dinyatakan dengan jelas dalam

Al-Qur’an. Al-Qur’an menjelaskan berbagai pendekatan yang meletakkan Al-Qur’an

sebagai sumber pengetahuan mengenai nilai dan akhlak yang paling terang dan

jelas. Pendekatan Al-Qur’an dalam menerangkan akhlak yang mulia, bukan

pendekatan teoritikal, tetapi dalam dalam bentuk konseptual dan penghayatan.

Akhlak yang mulia dan akhlak yang buruk digambarkan dalam perwatakan

manusia, dalam sejarah, dan dan dalam realita kehidupan manusia semasa

Al-Qur’an diturunkan.18

Al-Qur’an dengan jelas memberikan tuntunan tentang perihal perbuatan

baik yang harus dilakukan oleh manusia dan mana perbuatan buruk yang harus

dijauhinya. Demikian halnya dengan Hadits yang merupakan sumber ajaran Islam

yang kedua setelah Al-Qur’an juga sebagai pedoman tingkah laku oleh manusia,

karena seluruh ucapan, perbuatan, tingkah laku dan Iqrar Nabi adalah suri tauladan

bagi tatanan kehidupan manusia yang Ideal. Dijelaskan dalam firman Allah SWT.

Di dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 sebagai berikutL

َرِخَْاا َمْوَ يْلاَو َها اْوُجْرَ ي َناَك ْنَمِل ٌةَنَسَح ٌةَوْسُا ِها ِلْوُسَر ِْف ْمُكَل َناَك ْدَقَل

اًرْ يِثَك َها َرَكَذَو

17

A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak, (Bandung: CV Pustaka, 1999), h. 74

18

(36)

26

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab: 21).19

Keabsahan Hadits sebagai sumber ajaran Islam yang berarti juga sebagai

dasar dan sumber akhlak adalah merupakan satu kesatuan dengan Al-Qur’an

sebagai sumber pokok yang mencapai misi dan sari pati dari ajaran Islam,

sedangkan Hadits merupakan penjelas dan penegas dan keterangan praktis dari isi

yang terkandung di dalamnya.

ُديِعَس اَنَ ثَدَح

َن َاْجَع ِنْب ِدَمَُُ ْنَع ٍدَمَُُ ُنْب ِزيِزَعْلا ُدْبَع اَنَ ثَدَح َلاَق ٍروُصْنَم ُنْب

َلاَق َةَرْ يَرُ َِِأ ْنَع ٍحِلاَص َِِأ ْنَع ٍميِكَح ِنْب ِعاَقْعَقْلا ْنَع

:

ىَلَص ِهَللا ُلوُسَر َلاَق

َمَلَسَو ِهْيَلَع ُهَللا

ُتْثِعُب اَََِإ

هََُِأ

ِق َاْخَْأا َحِلاَص َم

َدما اور(

Sa’id bin Mansur menceritakan kepada kita dia berkata Abdul Aziz bin Muhammad menceritakan kepada kita dari Muhammad bin „Ajlan dari Qo’qo’ bin Hakim dari Abi Sholih dari Abi huroiroh berkata Rasulullah SAW bersabda sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakanakhlak-akhlak mulia (HR.

Ahmad).20

Allah telah menganugerahi Rasullulah dengan perjalanan hidup yang utama

dan akhlak yang mulia dan terpuji, walaupun beliau seorang ummi (tidak pandai

baca-tulis). Beliau dilahirkan di masa jahiliyah (kebodohan) dalam keadaan

miskin, seorang yatim, dan pernah lama menjadi penggembala waktu

kanak-kanak. Beliau telah diangkat oleh Allah sebagai Nabi dan RasulNya, hamba Allah

yang paling utama dan termulia.

19

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2010), h. 423.

20

(37)

27

ًاقُلُخ ِساَنلا َنَسْحَا ْمَلَسَو ِهْيَلَع ُها ىَلَص ِها ُلْوُسَر َنَاك

)

هيلع قفتم

)

Rasulullah itu manusia terbaik budi pekertinya. (HR. Muttafaq „alaih)21

Akhlak yang melekat pada Nabi Muhammad merupakan Al-Qur’an itu

sendiri dan merupakan contoh kongkrit tentang bagaimana kita menjalani hidup ini

yang sesuai dengan ajaran yang tertera dalam Al-Qur’an. Beliau membenci apa

yang dibenci Al-Qur’an dan merasa senang dengan apa yang disenanginya. Tidak

dendam dan marah kepada seseorang kecuali jika melakukan hal-hal yang

diharamkan Allah, sehingga kemarahannya adalah karena Allah.

Contoh akhlak Rasulullah adalah menjenguk orang sakit dan mencintai

orang-orang fakir miskin, menyayangi anak yatim piatu, jika berada bersama suatu

kaum dalam majelis, maka beliau selalu duduk bersama mereka dan tidak berdiri

sebelum majelis selesai, memberi tempat lapang kepada kepada seseorang jika

kesempitan, memulai salam kepada orang yang dijumpai, dan jika berjabat tangan

dengan seseorang maka beliau tidak pernah melepaskan sebelum orang tersebut

melepaskan tangannya, tidak pernah mencela makanan.22

Jadi, Rasulullah adalah orang yang paling baik budi pekertinya, orang yang

paling rendah hati, orang paling jujur ucapannya, paling lembut perangainya, ,

selalu menganggap baik kepada semua orang, tidak pernah dengki kepada siapa

pun, beliau selalu beramal karena Allah, senang menolong orang yang sedang

21

Abu Zakariya Yahya bin Syarif An-Nawawi, Riyadhus Solihin 1, (Surabaya: Al-Hidayah, 1997), cet, 1, h. 711.

22

(38)

28

membutuhkan, dan membantu orang yang teraniaya. Akhlak Nabi merupakan

akhlak yang baik dan agung, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat

Al-Qalam ayat 4:

ٍمْيِظَع ٍقُلُخ ىَلَعَل َكَنِاَو

Dan sesungguhnya kamu benar-benar budi pekerti yang agung.(QS.

aL-Qalam:4).23

Jadi, Al-Qur’an dan Hadits adalah merupakan sumber utama dari ajaran

Islam yang berisi tentang ajaran-ajaran yang dapat dijadikan panutan dan tuntunan

dalam manusia berprilaku dan berakhlak, keduanya memberikan bimbingan dan

penjelasan yang jelas dan terarah demi untuk keselamatan umat manusia dan demi

kebahagian di dunia dan akhirat.

Mengingat kebenaran Al-Qur’an dan Al-Hadits adalah mutlak, maka setiap

ajaran yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits harus dilaksanakan dan

apabila bertentangan maka harus ditinggalkan. Dengan demikian berpegang teguh

kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits akan menjamin seseorang terhindar dari

kesesatan.

4. Tujuan Pendidikan Akhlak

Setiap usaha yang dilakukan secara sadar oleh manusia, pasti tidak lepas

dari tujuan. Demikian juga halnya dengan tujuan pendidikan akhlak, yaitu bahwa

yang akan dicapai dalam pendidikan akhlak tidak berbeda dengan tujuan

pendidikan Islam itu sendiri. Tujuan tertinggi agama dan akhlak ialah mencapai

23

(39)

29

kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan jiwa bagi individu, dan

menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat.

Adapun tujuan pendidikan akhlak menurut M. Athiyah Al-Abrasyi adalah

membentuk orang-orang yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam

berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat

bijaksana, beradab, ikhlas, jujur, suci.24

Selanjutnya Anwar Masy’ari juga berpendapat bahwa tujuan pendidikan

akhlak untuk mengetahui perbedaan perangai manusia yang baik dan jahat, agar

manusia memegang teguh perangai-perangai yang jelek, sehingga terciptalah tata

tertib dalam pergaulan masyarakat, tidak saling membenci dengan yang lain.25

Menurut Imam Ghazali tujuan pendidikan akhlak adalah membuat amal

yang dikerjakan menjadi nikmat. Seseorang yang dermawan akan merasakan lezat

dan lega ketika memberikan hartanya dan ini berbeda dengan orang yang

memberikan hartanya karena terpaksa. Seseorang yang merendahkan diri ia

merasakan lezatnya tawadhu’.26

Pendidikan akhlak bertujuan memberi macam-macam pendidikan

(pengajaran), agar seutuhnya jiwa anak terdidik, bersama-sama dengan pendidikan

jasmaninya.

24

M Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 140

25Anwar Masy’ari,

Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), cet, 1, h. 23

26

(40)

30

Tujuan penting dalam pendidikan akhlak adalah membimbing manusia di

atas prinsip kebenaran dan jalan lurus, jalan Allah yang dapat mewujudkan

kebahagiaan dunia dan akhirat. Akhlak yang baik merupakan tujuan pokok

pendidikan akhlak dan akhlak bisa dikatakan baik apabila sesuai dengan

Al-Qur’an.

Jadi, di antara tujuan-tujuan pendidikan akhlak antara lain:

a. Mempersiapkan manusia beriman yang beramal sholeh, sebab tidak ada sesuatu

yang dapat merefleksikan akhlak seperti halnya amal sholeh dan tidak ada yang

dapat merefleksikan iman kepada Allah dan komitmen kepada pola hidup

Islami seperti halnya pentauladanan diri kepada Nabi Muammad SAW.

b. Mempersiapkan Mukmin sholeh yang menjalani kehidupan dunianya dengan

mentaati hukum halal-haram Allah seperti menikmati rezeki halal dan menjauhi

setiap tindakan yang menjijikkan, keji, munkar, dan jahat.

c. Mempersiapkan Muslim sholeh yang baik interaksi sosialnya baik sesama kaum

Muslimin maupun dengan kaum non Muslim, interaksi yang diridhoi oleh Allah

karena sesuai dengan syari’at Islam dan sesuai dengan petunjuk Nabi

Muhammad SAW demi terwujudnya keamanan bersama dan ketenangan

kehidupan mulia manusia.

d. Mempersiapkan Mukmin sholeh yang bersedia melaksanakan dakwah ilahi,

(41)

31

e. Mempersiapkan Mukmin sholeh yang merasa bahwa dirinya bagian dari umat

Islam multi wilayah dan bahasa sehingga ia selalu siap melaksanakan

tugas-tugas keutamaan selama ia mampu.27

Inilah tujuan-tujuan pendidikan akhlak dalam gambaran yang sangat simpel

tetapi mengarah, berpengaruh, dan relevan dengan perjalanan hidup manusia di

muka bumi dan martabat kemanusiaannya yang Allah tidak berikan kepada

kebanyakan makhluk ciptaan-Nya yang lain. Pendidikan Akhlak dalam ungkapan

lain adalah pendidikan yang ingin mewujudkan masyarakat beriman yang

konsisten dengan prinsip kebenaran yang ditegakkan dengan keadilan, kebaikan,

dan berdialog, mengobarkan semangat keilmuan serta menjadikan ilmu

pengetahuan sebagai media bagi kemuliaan hidup manusia.

5. Metode Pendidikan Akhlak

Akhlak yang mulia merupakan cermin dari keimanan yang bersih. Dalam

kamus umu bahasa Indonesia, metode diartikan dengan cara yang teratur dan

terpikirkan baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Adapun metode pendidikan

akhlak adalah:

27

(42)

32

a. Metode keteladanan

Adapun yang dimaksud dengan metode keteladanan adalah suatu metode

pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik

didalam ucapan maupun perbuatan.28

Keteladanan merupakan salah satu metode pendidikan yang diterapkan

Rasulullah dan paling banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan menyampaikan

misi dakwahnya. Ahli pendidikan banyak yang berpendapat bahwa pendidikan

dengan teladan merupakan metode yang paling berhasil.

b. Metode pembiasaan

Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan. Pembiasaan tersebut

dapat dilakukan untuk membiasakan pada tingkah laku, keterampilan, kecakapan

dan pola pikir. Pembiasaan ini bertujuan untuk mempermudah melakukannya.

Karena seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat

melakukannya dengan mudah dan senang hati.

c. Metode memberi nasehat

Adapun yang dimaksud dengan nasehat adalah penjelasan kebenaran dan

kemaslahatan dengan serta menunjukkannya ke jalan yang mendatangkan

kebahagiaan dan manfaat.29

d. Metode motivasi

28

Syahidin, Metode Pendidikan Qur’ani Teori danAplikasi, (Jakarta: CV Misaka Galiza, 1999), h. 135.

29

(43)

33

Metode motivasi dalam bahasa arab disebut dengan uslub targhib wa

al-tarhib atau metode targhib dan tarhib. Targhib adalah suatu harapan untuk

memperoleh kesenangan, kecintaan dan kebahagiaan yang mendorong seseorang

sehingga timbul harapan dan semangat untuk memperolehnya.30

Metode ini akan sangat efektif apabila dalam penyampaiannya

menggunakan bahasa yang menarik dan meyakinkan pihak yang mendengar. Oleh

karena itu hendaknya pendidik bisa meyakinkan muridnya ketika menggunakan

metode ini. Namun sebaliknya apabila bahasa kurang meyakinkan maka akan

membuat murid tersebut malas memperhatikannya.

Sedangkan tarhib berasal dari rahhabayang berarti menakut-nakuti atau

mengancam. Menakut-nakuti dan mengancamnya sebagai akibat melakukan dosa

atau kesalahan yang dilarang Allah atau akibat lengah dalam menjalankan

kewajiban yang diperintahkan Allah. 31 penggunaan metode motivasi sejalan

dengan apa yang ada dalam psikologi belajar tersebut sebagai law of happines atau

prinsip yang mengutamakan suasana menyenangkan dalam belajar.

B.Kepribadian Muslim

1. Pengertian Kepribadian

a. Menurut Bahasa

Kata kepribadian berasal dari kata personality (bahasa Inggris) yang

berasal dari kata persona (bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng, Yaitu

30

Syahidin, op. Cit., h. 121.

31

(44)

34

tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang

menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Hal ini dilakukan oleh

karena terdapat ciri-ciri yang khas yang hanya dimiliki oleh seseorang tersebut

baik dalam arti kepribadian yang baik, ataupun yang buruk.32

b. Kepribadian menurut Istilah terdapat bebarapa pengertian, yaitu:

1) Menurut Fillmore H. Sandford, kepribadian adalah susunan yang unik

dari sifat-sifat seseorang yang berlangsung lama.

2) Menurut Allport kepribadian adalah susunan yang dinamis didalam

sistem jasmani dan rohani seseorang yang menentukan prilaku dan pikiran

yang berciri khusus.33

Kedua pengertian ini memberikan gambaran bahwa setiap orang

mempunyai perilaku lahiriah dan ruhaniah yang berbeda-beda antara satu dengan

yang lain.

Kepribadian bisa terbentuk melalui perpaduan antara faktor dasar (fitrah)

dan ajar (lingkungan atau pendidikan) yang dialami oleh manusia, dan hal itu akan

memberikan corak khusus pada kepribadian seseorang.

3) Kepribadian adalah identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas

dari keseluruhan tingkah laku seseorang, baik yang ditampilkan dalam

tingkah laku secara lahiriah maupun secara sikap batinnya.34

32

Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), cet, 14, h, 10.

33

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 166

34

(45)

35

Yang dimaksud dengan tingkah laku lahiriah adalah seperti cara

berkata-kata, berjalan, makan, minum, interaksi dengan teman, tamu, orang tua, guru,

teman, sanak family, dan lainnya. Sedangkan sikap bathin seperti penyabar, ikhlas,

tidak dengki, dan sikap terpuji lainnya yang timbul dari dorongan bathin.

Ciri khas dari tingkah laku seseorang dapat dipertahankan sebagai

kebiasaan dari sikap dan tingkah laku orang lain yang bertentangan dengan apa

yang dimiliki. Ciri khas tersebut hanya mungkin dapat dipertahankan jika sudah

terbentuk sebagai kebiasaan dalam waktu yang lama.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasannya kepribadian adalah

suatu identitas yang dimiliki seseorang baik secara lahiriah dan batinnya yang

berbeda-beda antara satu dengan yang lain sebagai ciri khas dari keseluruhan

tingkah lakunya. Dan kepribadian ini bisa terbentuk melalui perpaduan antara

faktor dasar (fitrah) dan ajar (lingkungan atau pendidikan) yang dialami oleh

seseorang, dan hal itu akan memberikan corak khusus pada kepribadiannya.

2. Pengertian kepribadian Muslim

Menurut Ahmad D Marimba kepribadian muslim adalah kepribadian

muslim yang seluruh aspek-aspeknya yaitu baik tingkah laku luarnya, kegiatan

jiwanya maupun filsafat hidup dan kepercayaannya mewujudkan kepribadian

kepada Tuhan dan menyerahkan diri kepadanya.35

35

(46)

36

Adapun hal ini senada dengan definisi Fadhil al-Jamaly yang dikutip oleh

Ramayulis, bahwa kepribadian muslim menggambarkan muslim yang berbudaya,

yang hidup bersama Allah dalam tingkah laku hidupnya dan tanpa akhir

ketinggiannya. Kepribadian muslim ini mempunyai hubungan erat dengan Allah,

alam, dan manusia.36

Menurut zuhairini Kepribadian Muslim adalah dinamis dari sistem-sistem

psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik, lahir

batin dalm menyesuaikan dirinya dengan kehidupan sosial yang harus sesuai

dengan ajaran Islam.37

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

kepribadian Muslim adalah merupakan hasil dari suatu proses kehidupan yang

dijalani seseorang sesuai pengalamannya dengan ajaran-ajaran Islam, oleh

karenanya proses yang dialami seseorang itu berbeda-beda namun dengan adanya

jaran Islam yang mempunyai tujuan yang pasti maka kepribadian itu akan

terbentuk sesuai dengan yang kita harapkan.

Kepribadian Muslim dapat dilihat dari kepribadian orang perorang

(individu) dan kepribadian dalam kelompok masyarakat (ummah). Kepribadian

individu meliputi ciri khas seseorang dalam sikap dan tingkah laku, serta

kemampuan intelektual yang dimilikinya. Karena adanya unsur kepribadian yang

36

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), cet, 1, h. 192

37

(47)

37

dimiliki masing-masing, maka secara individu, seorang muslim akan memiliki

ciri-ciri khasnya masing-masing.

Secara fitrah, perbedaan individu ini diakui adanya. Islam memandang

setiap manusia memiliki potensi yang berbeda, hingga kepada setiap orang

dituntut untuk menunaikan perintah agamanya sesuai dengan tingkat kemampuan

masing-masing.38

Dari definisi dan beberapa argumen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kepribadian muslim adalah kepribadian seseorang yang sesuai dengan tuntunan

ajaran Islam. Kepribadian Muslim adalah kepribadian yang seluruh

aspek-aspeknya, yaitu baik tingkah lakunya, kegiatan-kegiatan jiwanya maupun filsafat

hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian dan penyerahan diri kepada

Allah.

3. Aspek-aspek Kepribadian Muslim

Kepribadian mempunyai aspek-aspek atau bagian dalam pembentukannya.

Mengenai macamnya para ahli berbeda pendapat dalam mengemukakannya.

Menurut Freud, kepribadian terdiri dari beberapa aspek, yaitu:

1. Aspek biologi

Aspek ini merupakan sistem yang orisinil didalam kepribadian, dari sinilah

kedua aspek lainnya timbul.

38

(48)

38

2. Aspek psikologis

Aspek ini timbul karena organisme untuk berhubungan secara baik dengan

dunia kenyataan (realita).

3. Aspek sosiologi

Aspek ini merupakan dari wakil nilai-nilai tradisi serta cita-cita dari

masyarakat, sebagaimana ditafsirkan oleh orang tua kepada anaknya yang

diajarkan dengan berbagai perintah dan larangan.39

Menurut Ahmad D Marimba, pada garis besarnya aspek kepribadian dapat

digolongkan dalam tiga hal, yaitu aspek-aspek kejamanian, aspek-aspek kejiwaan,

dan aspek-aspek kerohanian yang luhur.40

a.Aspek kejasmanian

Aspek ini meliputi tingkah laku luar yang mudah tampak dan ketahuan

dari luar, misalnya: cara-caranya berbuat, cara berbicara dan sebagainya.

Menurut Abdul Aziz Ahyadi, aspek ini merupakan pelaksana tingkah laku

manusia.

b.Aspek kejiwaan (psikologis)

Aspek ini meliputi aspek-aspek yang tidak segera dilihat dan ketauan dari

luar, misalnya: cara berpikir, sikap dan minat. Aspek ini memberi suasana

jiwa yang melatarbelakangi seseorang merasa gembira maupun sedih,

mempunyai semangat yang tinggi atau tidak, mempunyai sosial yang

39

Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian (Jakarta: Aksara Baru 1991) h. 59

40

(49)

39

tinggi atau tidak, dan lain-lain. Aspek ini dipengaruhi oleh tenaga-tenaga

kejiwaan yaitu: cipta, rasa, dan karsa.

c.Aspek kerohanian yang luhur (spritual)

Aspek “roh” mempunyai unsur tinggi di dalamnya terkandung kesiapan

manusia untuk merealisasikan hal-hal yang paling luhur dan sifat-sifat

yang paling suci. meliputi: aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat

hidup dan kepercayaan ini meliputi sistem nilai-nilai yang telah meresap

didalam kepribadian itu, yang telah menjadi bagian dan mendarah daging

dalam kepribadianitu yang mengarahkan dan memberi corak seluruh

kehidupan individu.41

Adapun dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan, bahwasannya

kepribadian seorang muslim secara lahiriah mempunyai 3 (tiga) aspek, yaitu aspek

psikologi (dengan diri sendiri), aspek sosiologi (dengan orang lain), aspek spritual

(dengan Tuhan). Hal ini sesuai dengan hadis Nabi:

َأ

ْخ َ ب

َر َن

َأ ا

َْم

ُد

ِب ْن

َع

ِيل

ِب

ْن

ُ

ما َ ث

َّ

َح ،

َد ّ ث

ّن

َأ ا

ُ ب ْو

َخ ْي

َث َم

َة

َح ،

َد َ ث

َن

َج ا

ْع َف

ُر

ِب ْن

َع

ْو

َح ، ن

َد َ ث

َن

َأ ا

ُ ب ْو

ُع

َم ْي

َع ، س

ْن

َع ْو

ِب ن

ْن

َأ

ِِ

ُج

َح ْ ي

َف

َع ، ة

ْن

َأ ِب ْي

ِه

َأ ،

َن

َر ُس

ْو ُل

ِها

ِخآ ملسو هيلع ها ىلص

ى

َ ب

َْن

َس ْل

َم

َو ، نا

َأ

ِب

َدلا

ْر َد

َق ، ءا

َلا

َف

َج

َءا

َس ْل

َم

َ ي نا

ُز ْو َر

َأ َب

َدلا ا

ْر َد

َ ف ، ءا

َر َأ

ُأ ى

َم

َدلا

ْر َد

ُم ءا

َت َب ه ت

َل

َ ف ، ة

َق

َلا

َم :

َش ا

ْأ ُن

َك

َق ، ؟

َلا

ْت

ِإ :

َن

َأ

َخ

َكا

َل ْي

َس

ْت

َل ُه

َح

َجا

ًة

ِف

دلا

ْ ن َي

َ ف ا

َل َم

َج ا

َءا

َأ ُب

َدلا و

ْر َد

، ءا

َر َح

َب

ِب

ِه

َس ْل

َم

َو ، نا

َ ق َر

َب

ِإ َل

ْي ِه

َ ف ، اماعط

َق

َلا

َل ُه

َس ْل

َم

ْنا

ِا :

ْط َع

ْم

َق ،

َلا

ِإ :

هن

41
(50)

40

َص

ِئا

ٌم

َق ،

َلا

َأ :

ْق َس

ْم

َت

َع

َل ْي

َك

ِإ

َا

َط

َع ْم

َت

َف ،

ِإ هني

َم

َأ ا

َن

ِب ا

َآ ْك

ٍل

َح

َّ

َت ْأ

ُك

َل

،

َق

َلا

َف :

َأ

ُك

ُل

َم َع

ُه َ

و َب

َتا

ِع

ْن َد

ُ َ ف

َل َم

َك ا

َنا

ِم

َن

َللا

ْي ِل

َق ،

َما

َأ ُ ب ْو

َدلا

ْر َد

َف ءا

َح َب

َس ُه

َس ْل

َم

َُث ، نا

َق

َلا

َي :

َأ ا

َب

َدلا ا

ْر َد

ءا

ِإ َن

ِل َر هب

َك

َع

َل ْي

َك

َح ق

ا

َو ،

َِأ

ْ ِل

َك

َع

َل ْي

َك

َح ق

ا

َو ،

َِل

َس

ِد

َك

َع َل ْي

َك

َح ق

َأ ، ا

ْع

َط

ُك

هل

ِذ

ْي

َح

َق

َح هق

ِه

)

او

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa: Nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terkandung dalam surat Al-Hujurat ayat 11-13 adalah

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa: Nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terkandung dalam surat Al-Hujurat ayat 11-13 adalah akhlak

Hasil dari peelitian penulis mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak kepada kaum dhuafa perspektif al-Qur’an surat An- Nisa ayat 36 Tafsir Al-Maraghi ini adalah bahwa

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa: Nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terkandung dalam surat Al-Hujurat ayat 11-13 adalah akhlak

Dari ayat serta hadits tersebut di atas dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta pendidikan akhlak mulia yang harus diteladani agar menjadi manusia yang hidup

Dari berberapa nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat Yusuf ayat 20-29, bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Q.S Yusuf ayat 20-29 sangat relevan untuk

Dan secara praktis dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi penulis dan pembaca dalam memahami pesan yang terkandung dalam surat al-Maidah ayat 8-11 mengenai pendidikan

KONSEP IMAN DAN ILMU PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL-MUJADALAH AYAT 11 Dliaul Khanifah, Muchotob Hamzah, Muhtar Sofwan Hidayat Pendidikan Agama Islam