• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENCIPTAAN IKLIM KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 40 SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENCIPTAAN IKLIM KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 40 SURABAYA."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENCIPTAAN IKLIM KELAS TERHADAP

MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VII DI SMP

NEGERI 40 SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

DINI RESTI SUSANTI NIM. D01212075

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)

PENGARUH PENCIPTAAN IKLIM KELAS

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA

KELAS VII DI SMP NEGERI 40 SURABAYA

Skripsi Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Progam Sarjana Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

DINI RESTI SUSANTI NIM:D01212075

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Dini Resti Susanti, 2015, PENGARUH PENCIPTAAN IKLIM KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VII DI SMP

NEGERI 40 SURABAYA.

Pembimbing : Dr. H. Moch. Tolchah, M.Ag

Penelitian ini memiliki beberapa rumusan masalah, yaitu : (1)Bagaimana penciptaan iklim kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Surabaya? (2)Bagaimana motivasi belajar PAI siswa kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Surabaya?(3)Bagaimana pengaruh penciptaan iklim kelas terhadap motivasi belajar PAI siswa kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Surabaya?

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan metode dokumentasi, angket, observasi dan interview sebagai teknik pengumpulan data. Data yang dikumpulkan yakni gambaran umum dari SMP Negeri 40 Surabaya, iklim kelas, dan motivasi belajar PAI di SMP Negeri 40 Surabaya. Kemudian data-data hasil penelitian dianalisis menggunakan SPSS dengan rumus statistik korelasi product moment dan regresi linier sederhanauntuk mendapat hasil analisis yang akurat mengenai tingkat pengaruh antara penciptaan iklim kelas dengan motivasi belajar PAI.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat hubungan antara penciptaan iklim kelas dengan motivasi belajar PAI cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar dari sebelum dan sesudah menggunakan metode discovery learning. Dari hasil perhitungan menggunakan SPSS versi 20, Dari r tabel product moment dengan n = 57, diketahui bahwa taraf signifikan 5% = 0,254 dan 1% = 0,330. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja (Ha) dapat diterima dan hipotesis nol (Ho) di tolak. Sehingga ada pengaruh yang signifikan dalam penciptaan Iklim Kelas dengan Motivasi belajar PAI Siswa Kelas VII di SMP Negeri 40 Surabaya.

Selain menggunakan rumus product moment, peneliti juga menggunakan rumus regresi. Persamaan regresinya sebagai berikut: Y = α + bx = 1,609 + 0,775x. Untuk R Square sebesar 0,612. Hal ini berarti 61,2% Penciptaan Iklim Kelas mempengaruhi Motivasi Belajar PAI Siswa Kelas VII di SMP Negeri 40 Surabaya

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iv

F. Definisi Operasional ... 9

G. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II : LANDASAN TEORI A. Iklim Kelas ... 12

1. Pengertian Iklim Kelas ... 12

2. Jenis-jenis Iklim Kelas ... 14

3. Prinsip Dasar Pengelolaan Kelas ... 17

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Iklim Kelas ... 19

5. Lingkungan Ruang Kelas ... 23

B. Motivasi Belajar PAI ... 27

1. Pengertian Motivasi ... 27

(8)

3. Macam-macam Motivasi ... 30

4. Prinsip Motivasi ... 32

5. Fungsi Motivasi ... 34

6. Bentuk-Bentuk Motivasi ... 36

7. Pendidikan Agama Islam ... 38

C. Iklim Kelas dan Motivasi Belajar ... 39

D. Hipotesis Penelitian ... 46

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan Penelitian ... 48

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian ... 51

C. Populasi dan Sampel ... 53

D. Metode Pengumpulan Data ... 57

E. Analisis Data ... 60

BAB IV : LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 65

1. Data Profil Sekolah ... 65

2. Data Pegawai ... 65

3. Data Siswa ... 66

4. Visi dan Misi ... 68

B. Penyajian dan Analisis Data, dan Pengujian Hipotesis ... 70

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

(9)

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang masalah

Setiap peserta didik pada umumnya memiliki kemampuan intelektual yang sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Kepada peserta didik sudah diberikan dasar-dasar keilmuan seperti membaca, menulis dan berhitung, disamping itu diberikan pengetahuan-pengetahuan mengenai tumbuhan, hewan, manusia dan lingkungan alam sekitar. Mereka juga dibekali latihan menghafal dan menalar hal-hal yang berkaitan dengan materi pelajaran, tata tertib dan peristiwa yang terjadi sekitar. Semua itu tidak lepas

dari proses yang disebut dengan “belajar”.1

Pada Umumnya kita mengartikan belajar sebagai kegiatan mencari pengetahuan. Menurut R. Gagne (1989) dalam ahmad susanto, belajar dapat didefinsikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

Adapun menurut Hamalik (2009) dalam ahmad susanto menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is defined as the modificator or strengthening of

1

(10)

2

bahaviour through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan

suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatuhasil atau tujuan. Dengan demikian, belajar bukanlah sekadar mengingat atau menghafal saja, namun merupakan kegiatan mengalami.

Sedangkan menurut W.S. Winkel belajar merupakan suatu aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Contohnya ketika seseorang telah mempelajari matematika dan mengalami peritiwa yang berhubungan dengan materi yang telah ia pelajari maka secara otomatis dia akan mengaitkan peristiwa yang dialaminya dengan pemahamn tentang materi yang telah ia pelajari.

Dari beberapa pengertian belajar diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang mengalami perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.2

Terdapat tiga kata kunci dalam pengertian belajar yakni proses, perilaku dan pengalaman. Jadi belajar dapat diartikan sebagai sebuah proses yang didalamnya dilakukan berbagai pengalaman untuk menangkap suatu isi dan pesan dalam jangka waktu tertentu yang dapat membawa perubahan diri

2

(11)

3

yang tercermin dalam perilakunya.

Untuk menangkap isi dan pesan dalam proses belajar indivadu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah berikut:

1. Ranah kognitif

Yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran, atau pikiran yang terdiri dari katagori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sistesis, dan evaluasi

2. Ranah afektif

Yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yag terdiri dari katagori penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

3. Ranah psikomotorik

Yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani yang terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas..

(12)

4

1. Perubahan yang terjadi secara sadar

2. Perubahan dalam belajar yang bersifat fungsional 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara 5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku3

Pembelajaran memang tidak semudah yang dipikirkan atau diperkirakan, sebab dalam kenyataannya guru sering kali berhadapan dengan kendala yang datang dari dalam maupun luar lingkungan sistem pembelajaran, baik fisik maupun nirfisik. Oleh karena itu, pembelajaran membutuhkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan/atau kemampuan manajemen kelas4

Dalam proses belajar juga dilibatkan berbagai komponen antara lain pengajar (guru), pembelajar (peserta didik), materi belajar, waktu belajar, dan tempat belajar. Kelima komponen tersebut saling berkaitan, tanpa ada pembelajar (orang yang belajar/ peserta didik) seorang guru tidak dapat menjadi pengajar sebagai pihak yang menyampaikan materi belajar. Kegiatan belajar dan mengajar dilakukan dalam suatu waktu dan di suatu tempat. Salah satu tempat yang paling sering digunakan dalam proses belajar adalah kelas. Itu sebabnya kegiata belajar dan mengajar terkait dengan kelas sebagai tempat dari dilakukannya kedua kegiatan tersebut.

3

Novan Ardy, ManajemenKelas, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2013) h. 3

4

(13)

5

Ruangan yang bernama kelas biasanya semacam pos tetap untuk proses belajar mengajar. Pertanyaannya apakah hanya ruangan kelas konvesional yang dibatasi dinding sebagai tepat belajar yang diharuskan? Persepsi ruangan kelas menurut Lao Tzu bukanlah sebidang tanah yang di batasi dinding dan atap, melainkan tempat beraktivitas dan tak ada ukuran tertentu utuk menemukan ruang itu.5 Dengan kata lain kegiatan pembelajaran bisa dilakukan dimana saja selama tempat tersebut mendukung kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Pada umumnya pembelajaran dilakukan di dalam kelas. Oleh sebab itu, sudah seharusnya setiap guru berusaha menjadikan ruang kelasnya menyenangkan. Ketika peserta didik mulai jenuh dengan materi yang guru sampaikan akan terlihat mata peserta didik tidak terarah kepada guru, melainkan pada jendela maupun dinding yang berada disampingnya. Tentu saja ini merupakan alaram bagi setiap guru bahwa lingkungan fisik kelas yang membosankan atau guru mengajar dengan cara yang membuat peserta didik jenuh. Dengan meletakkan suatu benda didinding atau kaca, motivasi siswa untuk belajar dapat meningkat.

Pada dasarnya, seorang guru merupakan seorang sutradara sekaligus aktor atau aktris di kelasnya. Dia bisa merencanakan bagaimana memberikan tontnan terbaik kepada siswanya. Layaknya seorang aktor atau aktris, seorang guru itu merencanakan:

5

(14)

6

1. Naskah yang dipentaskan (Lesson Plan/ RPP)

2. Bagaimana naskah itu dibawakan (strategi pembelajaran) 3. Penataan panggung yang dapat mendukung pementasan agar

dapat berjalan dengan lancar (display kelas/ pengelolaan iklim kelas)6

Kegiatan belajar bengajar yang efektif dapat bermula dari iklim kelas ynag dapat menciptakan suasana beajar yang menggairahkan. Untuk itu perlu diperhatikan pengaturan atau penataan ruang kelas dan isinya selama kegiatan belajar mengajar. Lingkungan kelas perlu diatur atau ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antar peserta didik dengan guru dan antarpeserta didik. Dalam kegiatan pengaturan ruangan belajar, guru melakukan tiga hal, antara lain:

1. merencanakan sarana kelas yang dibutuhkan 2. mengkaji berbagai tata ruang belajar

3. mengkaji berbagai sarana kelas 4. mengatur ruang kelas yang tepat7

Berkaitan dengan penciptaan iklim kelas, judul yang diambil sebagai

penelitian ialah “Pengaruh Penciptaan Iklim Kelas terhadap Motivasi

Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VII di SMP Negeri 40

Surabaya

6

Ibid,. h 49

7

(15)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan penjelasan di atas, penulis dalam penelitian ini mengambil pokok-pokok masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penciptaan iklim kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Surabaya?

2. Bagaimana motivasi belajar PAI siswa kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Surabaya?

3. Bagaimana pengaruh penciptaan iklim kelas terhadap motivasi belajar PAI siswa kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui penciptaan iklim kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Surabaya

2. Untuk mengetahui motivasi belajar PAI siswa kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Surabaya

3. Untuk mengetahui adakah pengaruh penciptaan iklim kelas terhadap motivasi belajar PAI siswa kelas VII di Sekolah Menengah Negeri 40 Surabaya.

(16)

8

Setelah penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul pengaruh korelasi antara penciptaan iklim kelas dengan motivasi belajar pendidikan agama islam siswa kelas VII di SMP Negeri 40 Surabaya, diharapkan nantinya berguna bagi guru, calon pendidik, dan lembaga pendidikan yang diteliti baik secara teoritis maupun praktis, diantaranya sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoristis

Dengan diadakannya penelitian tentang korelasi antara penciptaan iklim kelas terhadap motivasi belajar PAI siswa ini akan menambah wawasan dan pengetahuan tentang adanya pengaruh penciptaan iklim kelas terhadap motivasi belajar

2. Kegunaan Praktis a. Bagi guru

Sebagai dasar untuk lebih meningkatkan dalam mengajar sehingga prestasi belajar siswa lebih meningkat

b. Bagi siswa

Dengan adanya penelitian ini siswa akan mengetahui bahwa dengan meningkatnya kenyamanan dalam kelas maka akan semakin baik dan akan termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

c. Bagi Sekolah

(17)

9

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang sudah dipaparkan di atas. Peneliti ingin memberikan batasan masalah dengan fungsi sebagai penyempit obyek yang akan diteliti agar fokus dalam penelitian ini tidak melebar luas. Dalam hal ini yang menjadi tolak ukur dalam pembatasan masalah adalah tentang pengaruh penciptaan iklim kelas terhadap motivasi belajar PAI siswa.

F. Definisi Istilah atau Definisi Operasional

Definisi operasional adalah hasil dari operasionalisasi. Menurut Black dan Champion untuk membuat definisi operasional adalah dengan memberi

makna pada suatu konstruk atau variabel dengan menetapkan “operasi” atau

kegiatan yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut.8

Untuk lebih memperjelas dan mempermudah pemahaman dan menghindari kesalah pahaman, maka peneliti akan menegaskan definisi operasional variabel-variabel penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengaruh

Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut mementuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.

2. Iklim kelas

8

(18)

10

Segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan antar peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar-mengajar.

3. Motivasi belajar

Secara umum motivasi adalah persediaan energi yang terbatas yang harus dibagi antara diri kita dan dunia secara bijak. Sesuatu di dalam pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan kita, bersaing mendapatkan motivasi. Sulit sekali melakukan lebih dari satu hal dengan baik pada saat bersamaan. Motivasi belajar adalah adanya suatu perubahan tenaga di dalam diri siswa, yang ditandai dengan dorongan efektif untuk mencapai suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.

Dari definisi di atas, maka yang dimaksud dengan Pengaruh Penciptaan Iklim Kelas tehadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VII di SMP Negeri 40 Surabaya adalah untuk mengetahui adanya pengaruh penciptaan iklim kelas terhadap motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam pelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 40 Surabaya

G. SistematikaPenulisan

Dalam sistematika pembahasan ini terdiri dari beberapa bagian yaitu :

(19)

11

istilah, rumusan hipotesis, metodologi penelitian, sistematika penulisan skripsi.

BAB Kedua : Kajian Pustaka, yang berkaitan dengan penciptaan iklim kelas dan motivasi belajar siswa

BAB Ketiga : Laporan hasil penelitian, membahas pertama, yaitu gambaran umum SMP Negeri 40 Surabaya, kedua data hasil angket tentang kelas belajar dan ketiga motivasi belajar siswa, data dokumentasi prestasi PAI

BAB Keempat : Analisis data meliputi analisis uji hipotesis dan analisis lanjut.

(20)

1

BAB II

Kajian Teori

A. Iklim Kelas

1. Pengertian Iklim kelas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diungkapkan bahwa iklim merupakan keadaan hawa (suhu, kelembaban, awan, hujan, dan sinar matahari) pada suatu daerah dalam jangka waktu yang agak lama.1

Ada beberapa istilah yang digunakan secara bergantian dengan kata climate, yang diterjemahkan dengan iklim, seperti feel, atmosphere, tone dan environment. Dengan kata lain iklim bisa diartikan perasaan,

suasana, sifat, dan lingkungan.

Sedangkan kelas dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai ruang tempat belajar di sekolah.2 Arikunto kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.3

Dalam pengertian lain, kelas bermakna tingkatan untuk menunjukkan status atau posisi peserta didik di sekolah tertentu, misalnya kelas I, kelas II, dan sebagainya. Pada pendidikan tinggi, kelas lebih berfungsi sebagai tempat melakukan interaksi pembelajaran antara

1

Hasan Alwi dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 421

2

Poerwasaminta, KamusUmumBahasaIndonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.545

3

(21)

2

pendidik dan peserta didik. Sedangkan tingkat I, tingkat II, tingkat III dan tingkat IV pada perguruan tinggi tidak dipopulerkan dengan sebutan kelas, tetapi lebih menunjukkan jenjang tahun aademis yang dilalui pendidik di perguruan tinggi.4

Selanjutnya dapat disimpulkan secara sederhana kelas dapat diartikan sebagai sebuah tempat atau ruangan tempat guru mengajar dan peserta didik belajar. Dengan demikian, di dalam kelas itulah kegiatan belajar-mengajar berlangsung5

Bloom mendefinisikan iklim dengan pengaruh, kondisi, dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik 6 Dalam konteks ini, istilah iklim kelas digunakan untuk menggambarkan suasana tersebut.

Hoy dan Forsyth mengatakan iklim kelas adalah organisasi sosial yang informal dan aktivitas guru yang secara spontan mempengaruhi tingkah laku. Sedangkan Hoy dan Miskell mengatakan Iklim kelas merupakan kualitas dari lingkungan kelas yang terus menerus dialami guru-guru, mempengaruhi tingkah laku, dan berdasar pada persepsi kolektif tingkah laku mereka. Istilah iklim seperti halnya kepribadian dalam pada manusia. Masing-masing kelas memiliki ciri (kepribadian) yang tidak sama dengan kelas-kelas lain, meskipun keadan fisik dan bentuk arsitektur kelas-kelas tersebut sama. Mooses juga menambahkan

4

Badrudin, ManajemenPesertaDidik, (Jakarta: Indeks, 2014), h. 96

5

Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas, (Yogjayakarta: Ar-ruz Media, 2013) h. 185-186

6

(22)

3

bahwa iklim kelas seperti halnya manusia, ada yang sangat berorientasi pada tugas, demokrasi, formal , terbuka, atau tertutup.7

Dari beberapa pengertian mengenai iklim kelas diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa iklim kelas ialah situasai sebagai akibat dari interaksi antara guru dan siswa atau antara siswa sendiri yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Iklim kelas yang mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas adalah iklim kelas yang kondusif.

Jika ternyata kelas tersebut belum bisa mendukung keberhasilan kegiatan belajar-mengajar, guru perlu bisa mendukung kelas tersebut, bukannya mengendalikan materi pembelajaran ataupun mengendalikan peserta didiknya sepenuhnya.

2. Jenis-Jenis iklim kelas

Berdasarkan tinjauan tentang suasana kelas (classroom climate) dikemukakan oleh Nasution, menurutnya ada tiga jenis suasana yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran di sekolah berdasarkan sikap guru terhadap anak dalam mengajarkan materi pelajaran.8

a. Iklim kelas dengan sikap guru yang “otoriter”.

Suasana kelas dengan sikap guru yang otoriter, terjadi bila guru menggunakan kekuasaan atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya tanpa lebih jauh mempertimbangkan akibatnya bagi anak, khususnya bagi perkembangan pribadinya. Dengan hukuman dan ancaman anak dipaksa untuk menguasai bahan pelajaran yang

7

Tarmidi, Iklim kelas dan Prestasi Belajar, FKUA Universitas Sumatra Utara 2006

8

(23)

4

dianggap perlu untuk ujian dan masa depannya. Memang upaya guru tersebut menjadikan suasana kelas tenang, akan tetapi suasana hati peserta didik menjadi tidak tenang karena berada di bawah tekanan guru yang otoriter.

b. Iklim kelas dengan sikap guru yang “permisif”.

Suasana kelas dengan sikap guru yang permisif ditandai dengan membiarkan anak berkembang dalam kebebasan tanpa banyak tekanan frustasi, larangan, perintah, atau paksaan. Pelajaran selalu dibuat menyenangkan. Guru tidak menonjolkan dirinya dan berada di belakang untuk memberi bantuan bila dibutuhkan. Sikap ini mengutamakan perkembangan pribadi anak khususnya dalam aspek emosional, agar anak bebas dari kegoncangan jiwa dan menjadi anak yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

c. Iklim kelas dengan sikap guru yang “riil”.

Suasana kelas dengan sikap guru yang riil ditandai dengan adanya kebebasan anak yang disertai dengan pengendalian terhadapnya. Anak-anak diberi kesempatan yang cukup untuk bermain bebas belajar sesuai dengan tipe belajarnya serta minatnya tanpa diawasi atau diatur dengan ketat. Dilain pihak anak diberi tugas sesuai petunjuk dan pengawasan guru.9

Kemudian A. Sholah yang mengutip pendapat Dreikurs dan Leron Grey yang menggunakan pendekatan sosio-emosional keals,

9

(24)

5

mengemukakan bahwa ada tiga jenis suasana kelas yang dihadapi oleh peserta didik setiap harinya.

a. Suasana kelas autokrasi

Dalam suasan autokasi ini guru lebih banyak menerapkan persaingan, hukuman dan ancaman untuk mengawasi perilaku peserta didik selama mengikuti kegiatan belajar-mengajar di kelas. Dominan guru pada kelas autokrasi ini sangatlah menonjol sehingga jalannya kegiatan belajar-mengajar cenderung berpusat pada guru (teacher oriented)

b. Suasana kelas laissez-faire

Pada suasana keals ini guru sangat sedikit bahkan sama sekali tidak memperlihatkan kegiatannya atau kepemimpinannya serta banyak memberikan kebebasan kepada peserta didiknya. Guru melepasan tanggung jawab kepada masing-masing peserat didiknya untuk melakukan tugas belajarnya. Dalam suasana kelas ini kegiatan belajar-mengajar lebih didominasi oleh peserta didik (student oriented) c. Suasana kelas demokratis

(25)

6

maupun antar peserta didik. Guru membimbing mengembankan, dan membagi tanggung jawab untuk semua warga kelas termaksud guru itu sendiri.10

Dari deskripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa suasana kelas yang demokratis dengan sikap guru yang nyata lebih memungkinkan untuk terciptanya iklim kelas yang kondusif, yang memberi peluang dalam mencapai hasil kegiatan belajar-mengajar secara optimal.

3. Prinsip dasar pengelolaan kelas

Terdapat enam prinsip dasar dalam melaksanakan pengelolaan kelas, yaitu sebagai berikut:

a. Kehangatan dan keantusiasan

Kehangatan dan keantusisaan guru dapat memudahkan tercitanya iklim kelas yang menyenangkan dan menjadikan kegiatan belajar mengajar yang optimal.

b. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar dan memelihara perhatian dan minat siswa dengan kegiatan yang dikembangkan oleh guru.

c. Bervariasi

Untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan-pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar diperlukan

10

(26)

7

penggunaaan variasi dalam media, gaya, dan interaksi mengajar. Adanya berbaai variasi dalam kegiatan belajar-mengajar akan mengurangi kejenuhan siswa dan meningkatkan keterlibatannya dalam tugas dan tidak mengganggu siswa lain.

d. Keluwesan

Dalam mengontrol jalannya proses belajar-mengajar dan mengawasi munculnya gangguan terhadap siswa, diperlukan keluwesan tingkah laku untu mengubah strategi mengajar dan memanipulasi berbagai keterampilan mengajar lainnya.

e. Penekanan pada hal-hal yang positif

Cara guru untuk menjaga iklim kelas yang positif ialah:

1) Memberi aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan menghindari ocehan atau celaan terhadap tingkah laku yang kurang wajar

2) Memberikan penguatan terhada tingah laku siswa yang positif

3) Menyadari akan kemungkinan kesalahan-kesalahan yang dapat dibuatnya sehingga akan mengganggu kelancaran dan kecepatan belajar siswa

f. Penanaman disiplin diri

(27)

8

jawab. Dengan kata lain guru menjadi contoh serta memberi contoh kepada siswa.11

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim kelas

Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan iklim kelas yang berkualitas dan kondusif guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun beberapa faktor yang perlu diperhatikan tersebut antara lain, yaitu:

a. pertama, pendekatan pembelajaran hendaknya berorientasi pada bagaimana siswa belajar (student centered);

b. Kedua, adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa dalam setiap konteks pembelajaran.

c. Ketiga, guru hendaknya bersikap demokratis dalam memanag kegiatan

pembelajaran.

d. Keempat, setiap permasalahan yang muncul dalam proses

pembelajaran sebaiknya dibahas secara dialogis.

e. Kelima, lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa

sehingga memotivasi belajar siswa dan mendorong terjadinya proses pembelajaran.

f. Keenam, menyediakan berbagai jenis sumber belajar atau informasi yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat diakses atau dipelajari siswa dengan cepat

11

(28)

9

d. Masalah-masalah yang sering ditimbulkan siswa

Adapun beberapa masalah yang sering timbul di kelas serta langkah-langkah cerdas untu menanganinya12

a. Siswa selalu membuat masalah

Di dalam kelas terdapat banyak ragam siswa baik dari segi karakter, emosi, intelektual, perilaku serta kecenderungan dan kebisaan dan kebiasaan. Salah satunya ialah siswa yang menjadi biang masalah di dalam kelas, ada saja polah tingkah laku mereka yang mengakibatkan tidak kondusifnya kegiatan belajar di dalam kelas seperti usil terhadap teman, suka berbicara sendiri, berteriak teriak serta beberapa tingkah lain yang mengganggu ketenangan prosess belajar mengajar.

Langkah-langkah yang dapat diambil oleh guru ialah pertama, mendekati si pembuat onar dan mengajaknya bicara, dengan demikian guru akan lebih mengenal siswa menasehati, sekaligus mengetahui penyebab kenakalan muri tersebut. Kedua, melibatkan orang tua siswa tersebut, cara ini dapat ditempuh jika guru ingin orang tua siswa ikut berperan dalam menangani putra/putri mereka. Ketiga, melibatkan guru bimbingan dan konseling, perlunya melibatan guru BP karena keberadaan guru BP juga untuk mengontrol, membimbing dan mengarahkan siswa.

12

(29)

10

b. Siswa sulit berkonsentrasi

Guru mungkin sering mendapati ada sebagian siswa yang tidak dapat mengikuti mata pelajaran dengan baik, karena mereka tidak bisa mempertahankan konsentrasinya. Tanda-tanda siswa yang mulai kehilangan konsentrasinya antara lain pandangan yang selalu mengarah ke luar kelas, menutup buku, berbicara dengan teman sekelas, menutup buku, berbicara dengan teman sebangkunya, gelisah, dan selalu menoleh ke berbagai arah.

Langkah-langkah yang dapat diambil oleh guru adalah pertama, memberi teguran langsung, teguran yang tidak bersifat wajar menimbulkan siswa minder. Kedua, memberikan bimbingan secara personal. Mengajak siswa untuk berbagi mengenai kesulitan siswa dalam berkonsentrasi dan bersama-sama mengatasi persoalan siswa dengan metode yang sesuai.

c. Siswa kurang bersemangat

Ciri-ciri menurunnya semangat belajar siswa dapat dilihat dari seringya siswa membolos, tidak mengerjaan tugas, lebih senang bermain ketia di kelas, terliha suntuk, dan mengantuk, serta menunjukan sikap tidak betah di dalam kelas ketika pelajaran sedang berlangsung.

(30)

11

dan hiasaan dinding, membuat perpustakaan mini, melakukan percobaan kecil, menjadikan seluruh lingkungan sekolah sebagai tempat belajar, meminta siswa membuat pertanyaan, dan menuliskan ide-ide kreatif.

d. Siswa egois

Sikap egois ini akan tampak sekali terutama ketika siswa dilibatkan dalam suatu tugas kelompok. Selain mengganggu siswa, sika egois juga dapat merusak iklim bekerja sama, memicu tumbuhnya sifat individualisme, serta rentan munculnya konflik.

Langkah yang dapat diambil oleh guru diantaranya menghadapi siswa dengan tenang, lemah lembut, pengertian dan tidak memarahi siswa agar guru dapat menilai siswa secara subjektif.

e. Siswa yang suka merajuk

Tak hanya guru dan yang merasa terganggu kebiasaan merajuk ini, siswa yang lain juga akan mudah terpancing dan terganggu konsentrasi belajarnya ketika siswa perajuk ini mulai berulah.

Langkah yang dapat diambil oleh guru diantaranya memberi bujukan secara halus, membuat janji dengan siswa yang mudah ditepati dan jelaskan tentang kebiasaan buruknya serta menghindari memberian ancaman kepada siswa.

f. Siswa pemalu

(31)

12

menimbulkan rasa jengkel dan gemas baik guru maupun siswa. Keaadaan kelas bisa menjadi gaduh ketika siswa lain memberi reaksi yang tidak baik.

Langkah yang dapat iambil oleh guru antara lain memberi semangat, memotivasi siswa agar memiliki keberanian, dan mengikut sertakan siswa dalam kegiatan sekolah.

5. Lingkungan ruang kelas

Dalam hal menata fisik kelas banyak hal yang bisa dilakuan pendidik seperti:

a. Menata ruang kelas

Seorang peserta didik dituntut agar mampu menata ruang kelas. Penataan ruang kelas dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang menggairahkan. Pengaturan ruang kelas hendaknya memungkinan peserta didik duduk berkelompok dan memudahkan pendidik bergerak secara leluasa. Penataan ruang kelas diatur berdasarkan tujuan pendidikan, waktu yang tersedia, dan kepentingan pelaksanaan strategi pembelajaran.

b. Mengatur tempat duduk peserta didik dengan tertib dan teratur

(32)

13

Tempat duduk sebaiknya tidak monoton memakai satu pola misalnya lurus saja. Tempat duduk perlu diatur dengan pola berbeda-beda misalnya, melingkar, setengah lingkaran, leter U, dan persegi atau segi empat. Pertimbangan menyusun tempat duduk sesuai jenis aktivitas pembelajaran yang disinkronkan dengan kebutuhan peserta didik.

c. Mengatur alat-alat pendidikan

Diantara alat pendidikan di kelas yang harus diatur adalah perpustakaan kelas, alat peraga/media pendidikan, papan tulis, spidol, kapur tulis, dan penghapus.

d. Menata keindahaan dan kebersihan

1) Pemanfaatan hiasan dinding untuk kepentingan pendidikan, misalnya gambar presiden dan wakil presiden, peta, slogan pendidikan dan hiasan dinding lainnya.

2) Lemari ditempatkan di depan peserta didik sedangkan lemari alat-alat diletakkan di belakang peserta didik

3) Pemeliharan kebersihan dilakukan setiap hari 4) Ventilasi disesuaikan dengan ruangan kelas 5) Perhatian pada pengaturan cahaya sehingga cukup

6) Cahaya masuk dari arah kiri, jangan berlwanan dengan bagian depan.

e. Mengatur peserta didik

(33)

14

berkawan, menurut kemampuan, dan mnurut minat. Proses pembentuan kelompok tersebut dapat ditentukan oleh peserta didik, diserahkan kepada peserta didik, atau dilakukan oleh peserta didik atas usul peserta didik. Peserta didik akan menghargai pendidik ketia seorang pendidik bersiap konsisten.13

Pengaturan secara fisik ruang kelas dapat meminimalisasi perilaku mengabaikan tugas dan mengundang minat belajar siswa. Jadikan hal-hal berikut ini sebagai bagian tetap dari persiapan mengajar siswa

a. Selalu kreatif dalam mengatur ruang kelas. Guru tidak perlu terpaku pada letak tradisional/ konvensional dimana segala sesuatunya tersusun dalam segi empat. Formasi tempat duduk yang dapat digunakan antara lain konvensional, auditorium, cevron, kelas huruf U, meja pertemuan konferensi, pengelompokan terpisah atau Breakout Grouping, tempat kerja, kelompok untuk kelompok, lingkaran dan periferal.14

b. Rencanakan pola lalu lintas sesuai dengan yang diinginkan. Jika meja siswa tepat berhadapan dengan area padat, tempat tersebut tidak terhidarkan dari gangguan saat siswa lain berada disana. Hindari pola yang mencitaan kemampatan dengan membuat membariskan siswa pada jalur tertentu.

c. Saat melakukan kegiatan dengan kelompok-kelompok kecil siswa, tempatkan kursi setiap kelompok sedemikian sehingga setiap

13

Badrudin, ManajemenPesertaDidik, (Jakarta: Indeks, 2014), h. 113-115

14

(34)

15

kelompok membelakangi kelompok lain. Hal ini bertujuan untu menghindari gangguan dari siswa lain dan guru dapat memonitor seluruh siswa.

d. Jika ada asisten kelompok yang memimpin masing-masing kelompok guru dapat membawa catatan dan berkeliling untuk mengawasi kegiatan seluruh siswa.

e. Jaga ruangan agar tetap rapi. Membiasakan siswa untuk membersihkan dan merapikan kelas setelah kegiatan belajar-mengajar usai. Membersihkan dan merapikan kelas tentu aan memaan waktu yang lama tetapi dapat menghemat waktu berikutnya dan menghindari kerusakan yang akan timbul kemudian.

f. Gunakan poster, dekorasi, lambang, tanda, artefak, dan tampilan yang mencitaan suasana terbuka. Ubah secara teratur untuk mengambarkan topik yang sedang dipelajari di kelas.

g. Sebelum kelas dimulai, lakukan pemeriksaan terhadap ruangan kelas untuk melihat kerusakan-kerusakan yang terjadi maupun kotoran-kotoran yang tidak tampak. Laporkan kepada pihak yang berwenang agar segera melakukan perbaikan. Kerjakan hal-hal kecil yang mampu dikerjakan untuk mempersingkat waktu dalam perbaikan kelas.15

B. Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Motivasi

15

(35)

16

Orang-orang melakukan sedikitnya delapan aktivitas belajar baru dalam setahun dan mereka tidak semuanya adalah para ilmuwan dan sarjana. Mereka adalah para penggemar olah raga, kutu buku, penggila kesehatan, mereka bisa disebut dengan orang-orang yang gila belajar. Sebagai orang tua dan pendidik, kita bertanggung jawab membantu anak-anak kita mengembangkan motivasi belajar yang kekal seumur hidup, termaksuk belajar secara akademis.16

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.17

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motif paling penting baik pekerjan di sekolah dan dalam kehidupan adalah menikmati pekerjaannya, menikamati hasilnya dan mengetahui nilai hasil kerja tersebut bagi masyarakat. (Albert Einstein)18

Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam simulasi tindakan ke arah tujuan tertentu dimana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di luar diri individu

16

Wlodkowski dan Jaynes, Hasrat untuk Belajar (eaeger to learn),(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).h 3-4

17

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta, PT Raja Grafindo:2006),h.73

18

(36)

17

atau hadiah. Sebagai sesuatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahanan, dan mengontrol minat19

Secara umum motivasi adalah persediaan energi yang terbatas yang harus dibagi antara diri kita dan dunia secara bijak. Sesuatu di dalam pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan kita, bersaing mendapatkan motivasi. Sulit sekali melakukan lebih dari satu hal dengan baik pada saat bersamaan. Setiap kita memberian perhatian pada suatu hal, biasanya kita tidak memberikan perhatian padahal lain, apakah itu pekerjaan-pekerjaan, anak-anak kita. 20

2. Motivasi Belajar

Sesungguhnya setiap anak yang lahir memiliki motivasi belajar. Secara alamiah anak-anak adalah para penjelajah yang selalu ingin tahu. Anak-anak yang belum bersekolah terkagum kagum dengan dunia mereka yang baru dan berbeda. Tiba masanya mereka bersekolah. Tidak jarang motivasi belajar anak tampak semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia.21

Dalam pengertian luas motivasi belajar adalah suatu nilai dan suatu dorongan untuk belajar. Ini berarti anak tidak hanya sudi belajar tetapi

19

Oemar Hamalik, PsikologiBelajardanMengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), h. 173

20

Wlodkowski dan Jaynes, Hasrat untuk Belajar (eaeger to learn),(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).).h 17

21

(37)

18

juga menghargai dan menikmati aktivitas belajar mereka menghargai dan menikmati hasil belajarnya.22

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untu mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar tersebut antara lain adalah:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan d. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

e. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinan siswa dapat belajar dengan baik.23

3. Macam-macam motivasi

Dilihat dari dasar pembentukannya a. Motif-motif bawaan

Yang dimaksud motif bawaan ialah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebaai contoh misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual. Motif-motif ini seringkali disebut motif-motif yang disyaratkan secara biologis.

b. Motif-motif yang dipelajari

22

Wlodkowski dan Jaynes, Hasrat untuk Belajar (eaeger to learn),(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).).h 12

23

(38)

19

Maksudnya ialah motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif-motif ini sering diisyaratkan secara sosial. sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk. Sehingga manusia perlu mengembangkan sifat-sifat ramah, kooperatif, membina hubungan baik dengan sesama, apalagi orang tua dan guru. Dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat membantu dalam usaha mencapai prestasi.24

Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis

a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya, kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.

b. Motif-motif darurat. Yang termaksuk dalam jenis motif ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untu membalas, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar

c. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncularena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.25

24

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta, pt raja grafindo:2006)h.86-87

25

(39)

20

Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar yang dikemukakan oleh santrok yaitu:

a. Motivasi ekstrinsik, yaitu melaukan sesuatu untuk mendapatan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalam dan hukuman. Misalnya, murid belajar keras dalam menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, dimana tujuanny adalah mengontrol perilaku siswa, dan mengandung informasi tentang penguasaan keahlian.

b. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakuan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid belajar menghadai ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu. Murid termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Terdapat dua jenis motivasi intrinsik, yaitu: 1) Motivasi instrinsik berdasaran determinasi diri dan pilihan

personal. Dalam pandangan ini, murid ingin percaa bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal.

(40)

21

aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu suit tetapi tidak terlalu mudah.26

4. Prinsip motivasi

Prinsip-prinsip motivasi menurut kenneth adalah sebagai berikut: a. Pujian lebih efektif dari hukuman

Pujian maupun hukuman keduanya tentu memiliki dampak sendiri-sendiri dalam memotivasi diri seseorang. Hukuman bersifat mengharai apa yang telah dilakukan. Karena itu pujian lebih besar nilainya bagi motivasi belajar siswa dariada menghukum siswa ketika siswa melakukan kesalahan.

b. Motivasi berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar

Kepuasan yang diperoleh individu itu sesuai dengan ukuran yang aa dalam diri siswa itu sendiri. Beda ketika kepuasan itu diapat dari motivasi yang dipaksakan dari luar. Ukuran kepuasannya akan kurang maksimal dirasakan oleh siswa tersebut.

c. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi

Apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya maa perbuatannya kearah itu akan lebih besar daya dorongnya. Serta orang tersebut akan mencari cara bagaimana dia mewujudkan yang telah menjadi tujuannya tersebut.

26

(41)

22

d. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external reward) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya

Berkat dorongan orang lain, misalnya untuk memperoleh angka yang tinggi maka siswa akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi lebih besar.

e. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreatifitas siswa

Motivasi yang telah dimiliki siswa apabila diberi semacam penghalan seperti adanya ujian yang mendadak, peraturan-peraturan sekolah dan lain-lain maka kegiatan kreatifnya akan timbul sehingga mereka lolos dari penghalang tadi.27

5. Fungsi motivasi dan perannya dalam pembelajaran

Motivasi merupakan pendorong timbulnya kelakuan dan memperngaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi fungsi motivasi itu meliputi:

a. Mendorong timbulnya kelaukan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi aan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.28

27

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara), h.163

28

(42)

23

Motivasi pada dasarnya daat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar, Dalam Al-Qur’an Allah menjanjian akan mengangkat derajat seseorang yang berilmu pengetahuan. Sebaaimana firmannya dalam Q.S Al-Mujadalah: 11

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah

akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah

kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang

yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang

kamu kerjakan”.

Ada bebrapa peran penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, diantaranya adalah:

a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar

(43)

24

pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya

b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Siswa aan tertarik pada sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi siswa tersebut. Berdasarkan pengalaman itu, siswa semakin hari semakin termotivasi untuk belajar, karena telah mengetahui makna dari belajar itu.

c. Motivasi menentukan ketekunan belajar

Seorang siswa yan telah termotivasi untu belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini, tampak bahwa mtivasi untuk belajar menyebabkan seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi unutk belajar, maka sswa tersebut akan merasa bosan dalam belajar. Oleh karena itu, motivai sangan berpenaruh dalam ketahan dan ketekunan belajar.29

6. Bentuk-bentuk motivasi di sekolah a. Memberi angka

Pencapaian angka nilai yang baik merupakan simbol dari keberhasilan kegiatan pembelajaran. Namun pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang

29

(44)

25

bermakna. Oleh karena itu seorang guru harus memberikan angka yang juga dapat dikaitkan dengan kemampuan afektif dan keteramilan, tidak hanya pada kemampuan konitif.

b. Hadiah

Hadiah tidak selalu berhasil untuk dijadikan motivasi, karena hadiah untuk suatu pekerjaan tidak akan menari bagi yan tidak menyukai pekerjaan tersebut.

c. Saingan/kompetisi

Baik persaingan individual maupun kelompok dapat menjadi motivasi bagi siswa dalam meningatkan prestasi belajarnya. Tapi perlu dipertimbangkan adanya siswa-siswa yang merasa kemampuannya lebih rendah dari yang lain.

d. Ego-Involvement

Seseorang akan berusaha dengan keras untuk mencapai prestasi yan baik dengan menjaa harga dirinya.

e. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada ulangan. Ulangan jua menjadi sarana yang tepat dalam evaluasi pembelajaran.

f. Mengetahui hasil

Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar.

(45)

26

Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik ketika pujian tersebut diberikan kepada keberhasilan yang positif

h. Hukuman

Sebagai reinforcement neatif dapat menjadi motivasi bila diberikan secara tepat dan bijak.

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik tersebut memang ada motivasi untuk belajar dengan demikian akan dapat dipastikan lebih baik hasilnya.

j. Minat

Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga dengan minat. Proses belajar akan berhasil jika disertai dengan minat, adapun cara membangkitkan minat antara lain:

1) Membangkitkan adanya suatau kebutuhan

2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau

3) Memberi kesempatan untuk mendapatan hasil yang baik 4) Menggunakan berbagai bentuk mengajar

(46)

27

Sebab dengan mengetahui tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.30

7. Pendidikan Agama Islam

Kata pendidikan umumnya kita gunakan sekarang. Kata pendidikan dalam bahasa arab adalah tarbiyah, dengan kata kerja rabba, sedangkan pendidikan islam dalam bahasa arab adalah tarbiyatul islamiyah. Dalam Q.Q. Al-Isra’ (17:24)

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua

dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,

kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah

mendidik aku waktu kecil".

Pendidikan agama islam adalah usaha sadar dan terencanakan dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hinga menimani ajaran islam, dibareni dengan tuntutan untu menghormati pengaut agama lain dalam hubungannya engan kerukunan antar-umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.31

C. Iklim kelas dan motivasi belajar

Guru yang profesional harus mampu mewujudkan atau paling tidak mendekati pratik pembelajaran yang ideal. Tujuan pembelajaran ideal adalah

30

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta, PT Raja Grafindo:2006), h.92-95

31

(47)

28

agar murid mampu mewujudkan perilaku belajar yang efektif.32 Ada tujuh kriteria yang harus dimiliki guru menurut menurut Gilbert H. Hunt dalam Rosyada 2004 agar pembelajaran efektif, yaitu:

1. Sifat, guru harus memiliki sifat antusias, memberi rangsangan, mendorong siswa untu maju, hangat, berorientasi kepada tugas dan pekerja keras, toleran, sopan, dan bijaksana, dapat dipercaya, fleksibel dan mudah menyesuaikan diri, demokratis, penuh harapan bagi siswa dan bertanggung jawab.

2. Pengetahuan, memiliki pengetahuan yang memadahi dalam mata pelajaran yang diampunya, dan terus-menerus mengikuti perkembangan dalam bidang ilmunya

3. Apa yang disampaikan, mampu memberikan jaminan bahwa materi yang disampaikan mencakup semua unit bahasan, semua kompetensi dasar yang diharapkan siswa secara maksimal.

4. Bagaimana mengajar, mampu menjelaskan berbaai informasi secara jelas dan terang, memberikan layanan yang variatif (menerapkan metode mengajar secara bervariatif), mencitakan dan memelihara momentum, menggunakan kelompok kecil secara efektif, mendorong semua siswa untuk berpartisipasi, memonitor bahan sering mendekati siswa, mampu mengambil keuntungan dari kejadian-kejadian yang tidak terduga

32

(48)

29

5. Harapan, mampu memberi harapan kepada siswa, mampu membuat siswa akuntabel, dan mendorong partisipasi orang tua dalam memajuakan kemampuan akademik siswanya

6. Reaksi guru tehadap siswa, mau dan mampu menerima berbagai masukan, resiko, tantangan, selalu memberikan dukungan kepada siswanya, konsisten dalam kesepakatan-kesepakatan dengan siswa

7. Manajemen, mampu menunjukkan keahliah dalam perencanaan, memiliki kemampuan mengorganisasikan kelas, melewati masa transisi, dengan baik, mampu memelihara waktu bekerja serta menggunakannya secara efisien dan konsisten, dapat meminimalisasi gangguan, memiliki teknik untuk mengontrol kelas, dapat memelihara suasana tenang dalam belajar, jika perlu memberi hukuman dalam bentuk yang paling ringan.33

Menurut Baharuddin guru yang berkualitas adalah guru yang memahami dan menguasai seluk-beluk pendidikan dan pengajaran, yakni seluruh komponen yang berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar. Komponen-komponen yang berkaitan dengan masalah pendidikan adalah:

1. Penguasaan bahan atau materi belajar

Guru harus mampu menguasai bahan atau materi pelajaran yang disampaikan serta selalu mengembangkan dan meningkatkan dalam hal ilmu yang dimilikinya.

33

(49)

30

2. Pengelolaan program belajar mengajar Pengelolaan program belajar meliputi a. Merumuskan tujuan instruksional

b. Mengenal dan memilih metode pembelajaran

c. Mengenal dan memahami karakter dan potensi siswa 3. Pengelolaan kelas

Kelas merupakan tempat guru dan siswa melaksanakan PBM (proses belajar mengajar) dan meruakan aspek dari lingkungan sekolah yang harus dioranisasikan agar kegiatan belajar mengajar terarah pada tujuan pendidikan yang ingin dicapai.34

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial psikologis. Dalam pembahasan ini kita meliahat dari sudut fator organisasi

Faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang dapat memengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas berkecenderungan:

a. Sumber daya kelompok aan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit.

b. Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan sumber daya yang ada. Misalnya dalam menggunakan waktu diskusi,

34

(50)

31

jumlah siswa yang terlalu banyak akan memakan waktu yang banyak pula, sehingga sumbangan pikiran akan sulit didapatkan siswa.

c. Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun. Hal ini disebabkan kelompok belajar yang terlalu banyak akan mendapatkan pelayanan yan terbatas dari setiap guru, dengan kata lain perhatian uru akan semakin terpecah.

d. Perbedaan individu antara anggota akan semakin tampak, sehinga akan semakin suar mencapai kesepakatan. Kelompok yang terlalu besar cenderung akan terpecah ke dalam sub-sub kelompok yang saling bertentangan.

e. Anggota kelompok yang terlalu banyak berecenderungan akan semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama maju untuk mempelajari mata pelajaran yang baru

f. Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap keiatan kelompok.

Memerhatikan bebrapa kecenderungan di atas, maka jumah anggota kelompok besar akan kurang menguntungkan dalam menciptaan iklim belajar yang baik.35

Dilihat dari peranan guru sebagai seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim kelas yang menarik, aman, dan nyaman, keberadaanya di tengah-tengah siswa dapat mencairkan

35

(51)

32

suasana kebekuan, kekakuan dan kejenuhan belajar yang terasa berat diterima oleh para siswa. Hyman mengatakan bahwa iklim kelas yang kondusif antara lain dapat mendukung:

1. Interaksi yang bermanfaat antar peserta didik

2. Memperjelas pengalaman-pengalam guru dan peserta didik

3. Menumbuhkan semangat yang memungkinkan kegiatan-kegiatan di kelas berlangsung dengan baik

4. Mendukung saling pengertian antara guru dan peserta didik

Iklim kelas yang tidak kondusif akan berdampak negatif terhadap proses pembelajaran dan sulitnya tercapai tujuan pembelajaran, siswa akan merasa gelisah, resah, bosan dan jenuh. Sebaliknya dengan iklim kelas yang kondusif dan menarik dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang dilakukan menyenangkan bagi peserta didik. Iklim kelas adalah suasana dan kondisi kelas dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran. Iklim kelas merupakan suasana yang ditandai oleh adanya pola interaksi atau komunikasi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa. Tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar mengajar agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.

(52)

33

Selain itu juga guru harus mampu menggembangkan kreatifitas para siswa melalui kecakapannya memotivasi dengan iklim kelas yang kondusif. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Wentzel (1997) mengungkapkan bahwa “iklim sekolah memiliki hubungan yang positif dengan motivasi belajar siswa”. Berdasarkan pendapat di atas seorang guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik dan terarah yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut sejalan apa yang telah dikemukakan Stockard dan Mayberry (1992) menyimpulkan bahwa

“iklim sekolah, moral yang tinggi, perlakuan terhadap siswa yang positif, penyertaan aktivitas siswa yang tinggi dan hubungan sosial yang positif ternyata memiliki korelasi yang kuat dengan hasil-hasil akademik siswa”.

Selain itu iklim kelas yang kondusif membrikan sumbangsih positif berikut ini.

a. Peserta didik merasa betah di kelas sehingga angka bolos sekolah dapat diminimalisasi.

b. Peserta didik antusias belajar di kelas. Antusiasme peserta didik tersebut dapat memotivasi mereka dalam belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar mereka.

(53)

34

d. Iklim kelas yang kondusif dapat menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis antara guru dengan peserta didik dan juga antarpeserta didik. Keharmonisan tersebut dapat menjadikan mereka merasa berada di dalam sebuah keluarga dalam satu rumah, bukan di dalam sebuah kelas.

e. Suasana kelas yang kondusif menjadikan guru bersemangat dan energik saat mengajar. Dengan semangat tersebut, guru dapat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dengan maksimal. f. Suasana kelas yang kondusif dengan keaktifan peserta didik di

dalam kelas saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung dan hal itu dapat menjadikan kegiatan belajar mengajar berjalan dengan efektif pula.

g. Iklim kelas yang kondusif memudahkan guru dalam melakukan transformasi pengetahuan dan transformasi nilai kepada peserta didiknya.

h. Iklim kelas yang kondusif dapat memunculkan kesiapan belajar lebih kuat bagi peserta didik.36

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Pernyataan tersebut dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikanbaru berdasaran pada teori yang relevan, belum berdasaran

36

(54)

35

pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis dapat dikatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian dan belum jawaban yang empirik.37

Dalam sebuah penelitian, terdapat dua macam hipotesis yaitu hipotesis kerja (Ha) dan Hipotesis nol (Ho). Begitu pula dengan skripsi yang Pengaruh Penciptaan Iklim Kelas terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VII di SMP Negeri 40 Surabaya, terdapat dua hipotesis yaitu:

1. Ha: adanya pengaruh penciptaan iklim kelas terhadap motivasi belajar pendidikan agama islam siswa kelas VII di SMP Negeri 40 Surabaya

2. Ho: Tidak adanya pengaruh penciptaan iklim kelas terhadap motivasi belajar pendidikan agama islam siswa kelas VII di SMP Negeri 40 Surabaya.

37

(55)

1

BAB III

Metode Penelitian

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu untuk mendapat fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapat pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi.1

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapkatan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.2

Jika dilihat dari cara menganalisis data, penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan melalui teknik pengukuran yang cermat terhadap variabel-variabel tertentu, sehingga menghasilkan simpulan-simpulan yang dapat digeneralisasikan, lepas dari konteks waktu dan situasi serta jenis

1

S. Margono, Metodogi Penelitian Pendidikan: Komonen MKDK (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 1

2

(56)

2

data yang dikumpulkan terutama data kuantitatif.3Selain menggunakan data kuantitatif peneliti juga menggunakan data kualitatif sebagai penunjang data.

2. Rancangan Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang bersifat ilmiah melalui prosedur yang telah ditentukan. Untuk mencapai kebenaran secara sistematis dengan menggunakan metode ilmiah diperlukan suatu desain atau rancangan penelitian.

Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi yang mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian.4

Rancangan penelitian yang digunakan yaitu untuk mencari pengaruh penciptaan iklim kelas terhadap motivasi belajar PAI siswa. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya pengaruh dan apabila ada, bagaimana pengaruh penciptaan iklim kelas terhadap motivasi belajar PAI siswa kelas VII di SMP Negeri 40 Surabaya, yang akan diteliti. Sesuai dengan judul tersebut, selanjutnya peneliti mengambil beberapa langkah untuk menyelesaikan skripsi ini, adalah sebagai berikut:

a. Persiapan

3

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 29

4

(57)

3

Sehubungan dengan judul penelitian dan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab terdahulu, maa persiapan dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Dalam menyusun rencana ini peneliti menetapkan beberapa hal seperti berikut ini:

1) Menyusun rencana

Dalam menyusun rencana ini peneliti menetapkan beberapa hal seperti berikut ini:

a) Judul penelitian b) Alasan penelitian c) Rumusan masalah d) Obyek penelitian e) Metode yang digunakan 2) Ijin pelaksanaan penelitian

3) Mempersiapkan alat pengumpulan data yang berhubungan dengan judul penelitian.

b. Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan menggunaan metode observasi, dokumentasi, wawancara, dan kuesioner.

c. Penyelesaian

(58)

4

1) Menyusun kerangka laporan hasil penelitian dengan mentabulasikan dan menganalisis data yang telah diperoleh yang kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing 2) Laporan yang sudah selesai kemudian diujikan didepan Dewan

Penguji, kemudian hasil penelitian ini digandaan sesuai dengan instruksi dari instansi.

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian

1. Variabel penelitian

Variabel merupakan pengelompokkan secara logis dari dua variabel atau lebih atribut dari objek yang diteliti. Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable)

a. Variabel bebas atau variabel sebab adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain yang sedang diteliti. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penciptaan iklim kelas yang dilambangkan dengan huruf X.

b. Variabel terikat atau variabel akibat merupakan variabel yang dipengaruhi variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar Pendidian Agama Islam yang dilambangkan huruf Y. Kedudukan masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel bebas (X) : Penciptaan iklim kelas

(59)

5

2. Indikator penelitian

Adapun indikator yang akan diuji oleh peneliti dalam penelitian ini adalah: a. Variabel bebas

1) Penciptaan iklim kelas yang dilakukan guru 2) Faktor-faktor lain yang mempengaruhi iklim kelas b. Variabel terikat

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa 3. Instrumen penelitian

Merupakan alat bantu dalam pengumpulan data. Untuk beberapa metode pengumpulan data.5

Maka dari itu instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah a. Lembar pengamatan proses pembelajaran

Lembar pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

b. Wawancara

Dalam wawancara ini penulis menggunakan instrumen berupa pedoman wawancara. Pedoman wawancara ini berisi tentang daftar pertanyaan yang akan ditanyakan pada responden untu mendaatkan informasi mengenai sejarah sekolah hingga pertanyaan seputar pencitaan iklim kelas. Wawancara digunaan untuk memperoleh data

5

(60)

6

secara langsung darinara sumber yaitu kepala sekolah dan guru di sekolah.

c. Angket

Pada penelitian ini penulis menggunakan angket tertutup, langsung dan skala bertingkat yang berisi SL= selalu, S= sering, KD= Kadang-kadang, TP= tidak pernah. Untuk tiap item skor SL= 4, S= 3, KD= 2, TP= 1. Angket ini digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi siswa dan iklim kelas yang diciptakan oleh guru selama pelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung.

d. Dokumentasi

Adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis bahan-bahan tertulis kantor atau sekolah seperti: silabus, program tahunan, program semester, RPP, buku raport, daftar nilai, dan lain lain.6

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang ingin diteliti dan menjadi sasaran generalisasi hasil-hasil penelitian, baik anggota sampel maupun di luar sampel.7

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi

6

Zainal Arifin, PenelitianPendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2011), h. 243

7

Gambar

Tabel 3.1
  Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Kepala BKN/Kepala Kanreg BKN atau pejabat lain yang ditunjuk menyampaikan daftar nominatif (listing data elektronik) bagi PNS golongan ruang lV/b ke bawah kepada PPK

Bila diperbandingkan wewenang yang diberikan Hasbie bagi akal dengan wewenang yang diberikan oleh aliran-aliran kalam bagi akal , ternyata hampir ada persamaan antara pemikiran

pada pemulihan atau restorative bagi para pihak yang berhadapan dengan hukum. yakni

Perusahaan di atas dapat menyampaikan sanggahan atas penetapan hasil prakualifikasi ini kepada Panitia Pengadaan Barang/ Jasa Paket I I APBD Pada Dinas Pekerjaan Umum Bina

Ada beberapa komponen utama pada mesin penyuwir daging, yaitu motor listrik yang merupakan sumber penggerak dari mesin penyuwir tersebut, poros penyuwir untuk

Penggenangan dan jarak tanam yang sempit pada sistem budidaya konvensional meyebabkan pertumbuhan dan perkembangan mata tunasnya terhambat, sehingga jumlah batang yang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai ρ value= 0,031karena nilai ρ

a. Nilai pre-test direkrut dari nilai tugas peserta didik yang sudah dinilai oleh guru. Pembelajaran pada pelaksanaan pre-test menggunakan model pembelajaran