• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA BUKU POP-UP CITA-CITAKU UNTUK SISWA KELOMPOK B TK MARDI PUTERA WONOSOBO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA BUKU POP-UP CITA-CITAKU UNTUK SISWA KELOMPOK B TK MARDI PUTERA WONOSOBO."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN MEDIA BUKU POP-UP CITA-CITAKU UNTUK SISWA KELOMPOK B TK MARDI PUTERA

WONOSOBO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Ingga Pramukti NIM 08105241002

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Sebuah karya dengan ijin Allah SWT dapat kuselesaikan. Sebagai ungkapan rasa syukur serta terimakasih dengan sepenuh hati karya ini kupersembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan semangat dalam mengerjakan skripsi.

(7)

vii

PENGEMBANGAN MEDIA BUKU POP-UP CITA-CITAKU UNTUK SISWA KELOMPOK B TK MARDI PUTERA WONOSOBO

Oleh Ingga Pramukti NIM 08105241002

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran yang memenuhi kriteria untuk tema pekerjaan kelas B Taman Kanak-kanak dengan

materi “Cita-cita dan Pekerjaan” ditinjau dari aspek perkembangan anak, aspek materi, dan aspek tampilan media.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pengembangan Borg dan Gall dengan beberapa langkah yaitu penelitian pendahuluan dan pengumpulan data awal, perencanaan, mengembangkan produk awal, uji coba lapangan tahap awal, revisi produk utama, uji coba lapangan utama, revisi produk operasional, uji lapangan operasional, perbaikan produk akhir. Data dikumpulkan menggunakan angket, observasi dan wawancara. Data penelitian dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif.

Media buku pop-up cita-citaku telah memenuhi kriteria kebaikan untuk untuk proses pembelajaran sesuai dengan hasil dari validasi ahli media, ahli materi, dan 3 kali tahap uji lapangan. Hasil penilaian media pembelajaran berdasarkan prosedur pengembangan media: uji validasi ahli materi sebesar 2,77, ahli media sebesar 3,00. Pada uji coba lapangan tahap awal dengan rerata 2,78, uji coba lapangan utama dengan rerata 2,73 dan untuk uji coba lapangan operasional sebesar 2,73 termasuk dalam kriteria baik. Secara keseluruhan maka media pembelajaran ini termasuk dalam kriteria baik atau sesuai untuk digunakan sebagai media pembelajaran di Taman Kanak-kanak.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa sholawat serta salam selalu terucap kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan bagi kita.

Laporan skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan Akademik Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Melalui kegiatan ini mahasiswa dapat melihat langsung, mengimplementasikan hal-hal yang sudah didapat dalam perkuliahan kedalam sebuah penelitian dan skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, ada banyak bantuan, bimbingan dan dukungan yang penulis dapatkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kelanjutan studi sehingga dapat menyelesaikan studi di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin guna melakukan penelitian sampai selesainya skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan ijin, masukan, dan fasilitas dalam melancarkan proses penyusunan skripsi ini.

(9)

ix

5. Bapak Estu Miyarso, M. Pd. selaku dosen jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah berkenan menjadi ahli media untuk mengevaluasi dan memvalidasi produk dalam penelitian pengembangan ini.

6. Ibu Ika Budi Maryatun, M. Pd. selaku dosen jurusan PAUD UNY yang telah berkenan menjadi ahli materi untuk memberikan penilaian dan saran, sehingga penelitian ini menghasilkan produk yang berkualitas serta telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

7. Kepala Sekolah, Guru dan Siswa TK Mardi Putera Wonosobo yang telah meluangkan waktu untuk dapat membantu terlaksananya penelitian ini. 8. Sahabat-sahabatku Wirya, Fajar, Arfan, Faris, dan semuanya yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas semangat, dukungan dan motivasinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Semua pihak yang turut membantu guna terselesaikannya laporan skripsi ini.

Ucapan terimakasih beriring doa semoga kita semua selalu dalam perlindungan-Nya, amin. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

(10)
(11)
(12)

xii

3. Subjek Uji Coba ... 57

4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 58

5. Langkah-langkah Pengembangan Instrument ... 60

6. Validasi Instrument ... 62

BAB IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Pengembangan ... 67

1. Deskripsi Analisis Kebutuhan ... 67

2. Deskripsi Pegembangan Produk Awal ... 68

3. Pengembangan Produk Awal dan Validasi ... 70

4. Data Hasil Uji Coba Lapangan Awal ... 79

5. Data Hasil Uji Coba Lapangan ... 81

6. Data Hasil Uji Coba Pelaksanaan Lapangan ... 83

7. Deseminasi ... 83

B. Pembahasan ... 83

C. Keterbatasan Penelitian ... 85

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1 Prosedur Pengembangan Media Borg & Gall………... 55 Gambar 2 Desain Cover Buku …………... 69 Gambar 3

Gambar 4

Cover Buku Sebelum Revisi Jenis Huruf………..

Cover Buku Setelah Revisi Jenis Huruf………

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Ahli Materi………... 61

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Ahli Media……… 61

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Untuk Siswa………. 62

Tabel 4. Kategori Kelayakan Pada Validasi Ahli Materi……… 64

Tabel 5. Kategori Kelayakan Pada Validasi Ahli Media……… ... 64

Tabel 6. Kategori Kelayakan Pada Validasi Uji Lapangan ... 65

Tabel 7. Tabel 8. Hasil Penilaian Ahli Materi……... Hasil Penilaian Ahli Media……….. 71 73 Tabel 9. Hasil Penilaian Ahli Media Tahap 2... 77

Tabel 10. Hasil Penilaian Uji Lapangan Awal... 78

Tabel 11. Hasil Penilaian Uji Lapangan………….;... 80

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1 Produk Akhir Media... 89

Lampiran 2 Hasil Validasi Ahli Materi………... 91

Lampiran 3 Hasil Validasi Ahli Media………... 93

Lampiran 4 Contoh dan Hasil Angket Siswa…………... 97

Lampiran 5 Tabel Hasil Uji Coba Lapangan Awal……... 99

Lampiran 6 Tabel Hasil Uji Coba Lapangan... 100

Lampiran 7 Tabel Hasil Uji Coba Lapangan Operasional... 101

Lampiran 8 Dokumentasi Uji Coba Lapangan…... 102

Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian………... 104

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dibagi dalam beberapa fase mennurut usia, akar dari pendidikan adalah fase usia dini. Pada UU RI Sisdiknas No 20 Tahun 2003 pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode usia dini merupakan periode yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Erik H. Erikson (Helms & Turner,1994:64) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative, pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan.

(17)

2

Menurut Soemarti Patmonodewo (2003: 24), anak usia dini memiliki kemampuan untuk berkembang pada empat ranah yaitu: perkembangan motorik/jasmani, perkembangan kognitif, perkembangan emosi dan sosial serta perkembangan bahasa. Menurut Juwita K (1997: 27) masa kanak-kanak juga merupakan masa saat anak belum mampu untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung ingin menyenangkan orang dewasa, senang bermain bersama tiga atau empat teman pada saat yang bersamaan, tetapi mereka juga ingin menang sendiri dan sering merubah aturan bermain untuk kepentingannya sendiri.

Pada masa itu, anak menjadi sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi yang dimilikinya, pada masa itu pula terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama.

Sebagian besar kehidupan anak-anak dipenuhi dengan permainan, permainan menjadi bagian yang menyeluruh dalam kehidupan anak-anak, mereka mencoba mengekspresikan dan mengekplorasi semua yang mereka fikirkan dalam berbagai permainan.

(18)

3

mengarahkan anak ke permainan-permainan yang bermanfaat untuk mengembangkan fungsi-fungsi fisik dan psikis anak, salah satunya yaitu penggunaan media buku Pop-up.

Media buku pop-up merupakan sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi, pop-up lebih cenderung pada pembuatan mekanis kertas yang dapat membuat gambar tampak secara lebih berbeda baik dari sisi perspektif/dimensi, perubahan bentuk hingga dapat bergerak yang disusun sealami mungkin sehingga dalam penggunaannya sangat menarik jika dipadukan dengan tema-tema dalam pembelajaran di TK.

Pembelajaran di Taman Kanak-kanak menggunakan pendekatan Tematik yaitu menggunakan tema-tema yang sesuai dalam proses belajarnya, tema digunakan sebagai alat atau sarana untuk mengenalkan sebuah konsep kepada anak, pemilihan tema dalam kegiatan pembelajaran juga hendaknya dikembangkan dari hal-hal yang berhubungan dekat dengan anak, tema yang sederhana tetapi dapat menarik minat anak untuk belajar. Dalam penggunaanya, tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas misalnya dalam proses pembelajarannya menggunakan tema-tema seperti aku, lingkunganku, binatang, atau makhluk hidup.

(19)

4

dasar yang ada pada anak dapat dikembangkan dengan sebaik-baiknya, pendekatan pembelajaran pada anak TK/RA hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip salah satunya yaitu bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.

Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak-anak usia TK sehingga dalam memberikan pendidikan pada anak usia TK harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga anak tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran.

Melalui kegiatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna, bermain bagi anak juga merupakan suatu proses kreatif untuk bereksplorasi, mempelajari keterampilan yang baru dan dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya. Untuk menunjang pendekatan tersebut perlu mengguba metode, materi dan media yang bervariasi yang digunakan juga harus menarik perhatian serta mudah diikuti oleh anak, sehingga anak akan termotivasi untuk lebih baik dalam proses belajarnya.

(20)

5

Media-media di TK Mardi Putera kurang menarik perhatian dan minat anak, mereka malah asik bermain dengan mainan yang dibawa sendiri atau bermain bersama teman-temanya, kurangnya pengoptimalan media belajar dari pihak guru juga menjadi persoalan, belum banyak pengembangan media pembelajaran yang dapat memudahkan guru dalam menghubungkan tema yang sedang diajarkan.

Guru sebaiknya memikliki kemampuan memilih media belajar yang baik/sesuai dengan kebutuhan siswa guna menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar. Oleh karna itu diperlukan media alternatif yang menarik perhatian anak dan bisa membuat anak aktif untuk mengenal dan mengembangkan kemampuan-kemampuan mereka, seperti kemampuan berbahasa, kognitif, sosial dan emosi.

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, perlunya media alternatif yang dapat merangsang keaktifan dan menarik perhatian anak perlu diperhatikan dan segera ditindak lanjuti, supaya pembelajaran di dalam kelas bisa lebih menyenangkan salah satunya yaitu dengan menyediakan media dapat menarik perhatian siswa dalam hal ini yaitu media buku Pop-up, media ini berupa buku bergambar 3 dimensi, gambar yang terdapat di media buku

Pop-up ini disesuaikan dengan tema-tema yang sedang dibahas dalam

(21)

6

“Pengembangan Media Buku Pop-up Cita-Citaku untuk Siswa Kelompok B

TK Mardi Putera, B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Media pembelajaran yang digunakan kurang variatif sehingga siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran.

2. Kurangnya perhatian dan minat siswa terhadap proses pembelajaran di TK Mardi Putera kelompok B.

3. Siswa lebih banyak menghabiskan waktu dengan mainan yang mereka bawa sendiri dan lebih banyak bermain dengan teman-temanya.

4. Kurangnya kemampuan guru dalam memilih media yang baik.

5. Belum banyak dikembangkan media pembelajaran buku pop-up yang dapat memudahkan siswa dalam mengkaitkan tema yang sedang diajarkan dikelas.

C. Batasan Masalah

(22)

7 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana mengembangkan media buku pop-up Cita-Citaku yang baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak kelompok B TK Mardi Putera.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan media Buku Pop-up Cita-Citaku yang baik untuk digunakan sebagai media alternatif dan mempermudah dalam proses pembelajaran siswa kelompok B. TK Mardi Putra.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, secara praktis kepada berbagai pihak sebagai berikut:

1. Bagi siswa,

a. Menambah pengetahuan tentang beragam cita-cita yang dapat menjadi panutan anak dimasa yang akan datang.

b. Dapat memberikan solusi belajar yang variatif dan menyenangkan. c. Media ini dapat digunakan sebagai sarana belajar siswa baik secara

kelompok maupun secara individual. 2. Guru TK

a. Media ini diharapkan dapat membantu guru mempermudah mengkaitkan sub tema yang diajarkan dengan penggunaan media Buku

(23)

8

b. Media ini menampilkan gambar dan sedikit penjelasan tentang sub tema yang diajarkan, sehingga mempermudah guru dalam memancing interaksi anak.

3. Bagi sekolah,

Melalui media ini diharapkan dapat menambah sarana pendidikan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

4. Jurusan KTP FIP UNY

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan acuan dalam pengembangan media pembelajaran.

G. Pentingnya Pengembangan Media

Penggunaan media pembelajaran buku pop-up dalam proses pembelajaran merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan pembelajaran, lebih-lebih pada media yang memungkinkan untuk memberikan peningkatan motivasi dan minat belajar siswa, serta merangsang siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui media pembelajaran buku pop-up Cita-Citaku untuk TK kelompok B ini, diharapkan dalam proses pembelajarannya akan lebih menyenangkan dan menambah motivasi siswa untuk belajar baik dikelas maupun ketika siswa berada dirumah

H. Spesifikasi Produk

(24)

9

1. Media buku Pop-up Cita-citaku berisi kumpulan gambar beserta penjelasannya tentang berbagai macam pekerjaan.

2. Cover buku Pop-up Cita-citaku ini memakai beraneka ragam warna cerah dan menggunakan illustrasi grafis animasi.

3. Media ini dicetak dengan kertas ivory 230 gr ukuran 30x20 cm. 4. Media ini dilengkapi dengan petunjuk penggunaan.

5. Tulisan dalam media ini menggunakan font arial bold ukuran 60 untuk cover, ukuran huruf 40 untuk isi dan comic sans ukuran 40.

6. Buku ini hanya menampilkan 6 ragam cita-cita, yaitu pilot, dokter, guru, koki, polisi, dan astronot.

7. Gambar dalam media ini menggunakan illustrasi grafis animasi, agar menarik bagi anak TK.

I. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan meluasnya penafsiran terhadap permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka perlu disampaikan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini: a. Pengembangan, adalah strategi atau upaya peningkatan dan

pengembangan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan agar dapat mempermudah sekaligus membantu seseorang dalam melakukan pekerjaannya.

(25)

10

(26)

11 BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan tentang pendidikan Taman Kanak-kanak 1. Pengertian pendidikan TK

Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode usia dini merupakan periode yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Maria Montessori (Elizabeth B. Hurlock, 1978:13) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya..

(27)

12

noble and malleable phase of human life), oleh karenanya masa anak

sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan.

Lebih lanjut menurut Soemiarti Patmonodewo S (2003: 44-45) Pendidikan prasekolah masing–masing mempunyai pengertian yang tidak sama sehingga akan mengaburkan arah pembicaraannya. Batasan yang dipergunakan oleh The National Association for The Education of Young

Children (NAEYC), dan para ahli umumnya adalah sebagai berikut :

a. Yang dimaksudkan dengan “Early Childhood” (anak masa awal) adalah

anak yang sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun. Hal tersebut merupakan pengertian yang baku yang dipergunakan oleh NAEYC. Batasan ini sering kali dipergunakan untuk merujuk anak yang belum mencapai usia sekolah dan masyarakat menggunakannya bagi berbagai tipe prasekolah (preschool).

b. Early Childhood Setting (tatanan anak masa awal) menunjukkan

pelayanan untuk anak sejak lahir sampai dengan delapan tahun di suatu pusat penyelenggaraan, rumah atau institusi, seperti kindergarten, sekolah dasar dan program rekreasi yang menggunakan sebagian waktu atau penuh waktu.

c. Early Childhood Education (pendidikan awal masa anak) terdiri dari

(28)

13

childhood (anak masa awal) dan early childhood education (pendidikan

anak masa awal).

2. Karakteristik Pembelajaran Anak TK

Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 138) pada dasarnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak. Berdasarkan pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Belajar, bermain, dan bernyanyi

Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi (Slamet Suyanto, 2005: 133).

“Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa

sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia, anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan, hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya.

b. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan

(29)

14

pada usia yang tepat, 2) berorientasi pada individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks sosial budaya. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut.

Manusia merupakan makhluk individu, perbedaan individual juga harus menjadi pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak. Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak, untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya

c. Belajar Kecakapan Hidup

Dalam belajar kecakapan hidup, pendidikan TK mengembangkan diri anak secara menyeluruh, bagian dari diri anak yang dikembangkan meliputi bidang fisik-motorik, moral, sosial, emosional, kreativitas, dan bahasa, dalam buku Selamet Suryanto,

(30)

15

Belajar memiliki fungsi untuk memperkenalkan anak dengan lingkungan sekitarnya, belajar kecakapan hidup adalah salah satu cara mengasah kemampuan bertahan hidup. Hal tersebut adalah untuk membekali anak sebagai makhluk individu dan sosial dimasa yang akan datang.

d. Belajar dari Benda Konkrit

Anak usia 5-6 tahun menurut Piaget (1972) “sedang dalam taraf perkembangan kognitif fase Pra-Operasional.” Anak belajar dengan baik melalui benda-benda nyata, pada tahap selanjutnya objek

permanency sudah muai berkembang, anak dapat belajar mengingat

benda-benda, jumlah dan ciri-ciriya meskipun bendanya sudah tidak ada.

e. Belajar Terpadu

(31)

16

seperti muatan kurikulum, pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan, dan sikap yang ingin dikembangkan.

3. Karakteristik Perkembangan anak a. Perkembangan Motorik

Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya, masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas, anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah, oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, main bola dan atletik. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Pada masa usia ini, kematangan perkembangan motorik umumnya sudah mulai dicapai, karena itu anak sudah mulai siap untuk menerima kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan.

b. Perkembangan Intelektual

(32)

17

memecahkan suatu persoalan. Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebahagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir, kedua hal ini merupakan aktivitas kognitif yang perlu dikembangkan.

Piaget merupakan tokoh Psikologi Kognitif yang memandang anak sebagai partisipan aktif di dalam proses perkembangan. Piaget menyakini bahwa anak harus dipandang seperti seorang ilmuwan yang sedang mencari jawaban dalam upaya melakukan eksperimen terhadap dunia untuk melihat apa yang terjadi. Misalnya anak ingin tahu apa yang terjadi bila anak mendorong piring keluar dari meja. Hasil dari

eksperimen miniatur anak menyebabkan anak menyusun “teori”

tentang bagaimana dunia fisik dan sosial beroperasi. Anak membangun teori berdasarkan eksperimen yang dilakukannya, saat anak menemukan benda atau peristiwa baru, anak berupaya untuk memahaminya berdasarkan teori yang telah dimilikinya.

c. Perkembangan Bahasa

(33)

18

dan nilai-nilai moral atau agama. Bahasa anak mulai menjadi bahasa orang dewasa setelah anak mencapai usia 3 tahun.

Pada saat itu ia sudah mengetahui perbedaan antara saya, kamu dan kita. Pada usia 4-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaanpertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya. Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sejalan dengan intensitas anak pada teman sebayanya. Dengan memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap aspek-aspek fungsional bahasa tulis, ia senang mengenal kata-kata yang menarik baginya dan mencoba menulis kata yang sering ditemukan. d. Perkembangan Sosial

Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun saudara-saudaranya. Sejak kecil anak telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orang-orang yang paling dekat dengannya, yaitu dengan ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga yang lain, apa yang telah dipelajari anak dari lingkungan keluarganya turut mempengaruhi pembentukan perilaku sosialnya.

(34)

19

berbeda dengan pada waktu anak sendirian. Menurut Johnson, kehadiran orang lain dapat menimbulkan reaksi yang berbeda pada tiap-tiap anak, perbedaan ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu: persepsi anak yang menjadi anggota kelompok, lingkungan tempat terjadinya interaksi dan pola kepemimpinan yang berlaku. e. Perkembangan Emosi

Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak pada diri individu yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan, yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu, kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada sejak bayi dilahirkan, gejala pertama perilaku emosional dapat dilihat dari keterangsangan umum terhadap suatu stimulasi yang kuat. Keterangsangan yang berlebih-lebihan dapat tercermin dalam aktivitas yang banyak yang ditunjukkan oleh bayi.

(35)

20

Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional anak mulai kurang menyebar, dan dapat lebih dibedakan, misalnya, anak menunjukkan reaksi ketidaksenangan hanya dengan menjerit dan menangis, kemudian reaksi tersebut berkembang menjadi perlawanan, melempar benda, mengejangkan tubuh, lari menghindar, bersembunyi dan mengeluarkan kata-kata, dengan bertambahnya usia, reaksi emosional yang berwujud kata-kata semakin meningkat, sedangkan reaksi gerakan otot mulai berkurang.

4. Kurikulum Taman Kanak-Kanak

Menurut Oesmarni Patmonodewo (2003: 56), kurikulum adalah usaha atau kegiatan sekolah untuk merangsang anak supaya belajar, baik didalam maupun diluar kelas, pembelajaran anak tidak terbatas ketika mereka disekolahan saja, seluruh pengembangan aspek fisik, intelektual, sosial maupun emosional, pengertian lain disebutkan oleh Patmonodewo pula bahwa kurikulum adalah segala pengalaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah. Kurikulum ini meliputi segala sarana dan prasarana sekolah, dalam Permendiknas No 58 Th 2009 , tema-tema dalam kurikulum TK selama satu tahun sebagai berikut:

Semester I

1. Diri Sendiri (3 minggu)

(identitas diri, anggota tubuh, dan kesukaan) 2. Lingkunganku (4 minggu)

(keluarga, rumah, dan sekolah) 3. Kebutuhanku (4 minggu)

(36)

21 4. Tanaman (3 minggu)

(buah-buahan, sayur-sayuran, dan bagian-bagian pohon) 5. Binatang (3 minggu) 4. Alat Komunikasi (2 minggu) 5. Tanah Airku ( 3 minggu)

(negaraku, kehidupan di desa dan kota) 6. Alam Semesta ( 3 minggu)

(nama-nama benda dan gejala alam)

Slamet Suyanto (2005: 136-139) mengemukakan agar kurikulum PAUD mengikuti pola sebagai berikut:

a) Berdasarkan Keilmuan PAUD

Kurikulum PAUD didasarkan atas ilmu terkini dari PAUD dan hasil-hasil penelitian tentang belajar dan pembelajaran. Kajian keilmuan secara komprehensif hendaknya menjadi landasan pengembangan kurikulum.

b) Mengembangkan anak secara menyeluruh

Tujuan kurikuler hendaknya ditunjukkan untuk mengembangkan anak secara menyeluruh, yang meliputi aspek fisik motorik, sosial, moral, emosional dan kognitif.

c) Relevan, menarik, dan menantang

(37)

22

pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari konteks yang berarti dalam kehidupan anak.

d) Mempertimbangkan kebutuhan anak

Perencanaan kurikulum hendaknya mempertimbangkan kebutuhan anak, perkembangan anak, kebutuhan masyarakat, dan ideologi bangsa secara nasional. Kurikulum hendaknya realistis dan dapat dicapai oleh anak. Apa yang dipelajari anak hendaknya sesuai dengan apa yang diinginkan anak, masyarakat, dan agama.

e) Mengembangkan kecerdasan

Kurikulum hendaknya mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir, menalar, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. Pembelajaran pada anak usia dini hendaknya tidak bersifat hafalan, tetapi mengembangkan kecerdasan dengan cara melatih anak berpikir, menalar, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah.

f) Menyenangkan

Kurikulum disesuaikan dengan kondisi psikologis anak sehingga anak merasa mampu, senang, rileks, dan nyaman belajar di TK.

g) Fleksibel

(38)

23 h) Menyatu dan padu

Kurikulum di TK bersifat menyatu padu, artinya tidak mengajarkan bidang studi sendiri-sendiri atau secara terpisah, tetapi secara terpadu dan terintegrasi melalui tematik unit.

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengembengkan sebuah media yang memenuhi beberapa pedoman dari kurikulum TK. Peneliti tertarik untuk mengembangkan sebuah media dengan tema cita-citaku yaitu memberikan gambaran kepada anak tentang apa yang mereka inginkan dimasa yang akan dating. terkadang anak sering berperilaku layaknya orang dewasa, mereka bermain sambil berperan menjadi orang dewasa seperti yang merka lihat atau merka inginkan, jadi dengan adanya media ini diharapkan anak dapat terangsang untuk mengembangkan pengetahuan dan memberi pengetahuan anak tentang bermacam-macam cita-cita yang dapat mereka gapai dimasa yang akan datang.

B. Tinjauan tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran.

(39)

24

sehingga dapat menimbulkan pengertian dan minat untuk belajar, sehingga

proses belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pengajaran. Arif S. Sadiman (1993: 3) menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi, sedangkan Bringgs dalam Arif S. Sadiman (1993: 6) menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Azhar Arsyad (2010: 15) mengemukakan, bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Hamalik seperti yang dikutip Azhar Arsyad (2010: 15), mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

(40)

25

bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya, sehingga gambar-gambar yang ditampilkan dalam media ini terlihat seperti hidup, media buku

Pop-up ini juga dapat memberikan variasi dalam belajar, karena selain

digunakan untuk belajar media ini juga bisa digunakan sebagai permainan sehingga siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan belajar dimanapun dan kapanpun, oleh karena itu pada pengembangan media berupa buku Pop-up Cita-citaku ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat dalam kegiatan belajar siswa.

2. Kriteria Memilih Media Pembelajaran

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2009: 4-5) menjelaskan rumusan dalam memilih media untuk kepentingan pembelajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebgai berikut:

a. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran: artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yangtelah ditetapkan. b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran: artinya bahan pelajaran yang

sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantunan media agar lebih mudah dipahami siswa.

c. Kemudahan memperoleh media: artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat guru pada waktu mengajar. d. Keterampilan guru dalam menggunakannya: apapun jenis media yang

(41)

26

e. Tersedia waktu untuk menggunakannya sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.

f. Sesuai dengan taraf berfikir siswa: memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.

Wina Sanjaya (2006: 171) menjelaskan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pembelajaran, diantaranya: a. Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan

untuk mencapai tujuan pembelajaran, media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

b. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran, setiap materi pelajaran memiliki kekhasan dan kekompleksan, media yang digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran,

c. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi siswa, Karena setiap siswa memiliki kemampuan dan gaya yang berbeda maka guru perlu memperhatikan setiap kemampuan dan gaya tersebut.

(42)

27

efektif untuk mencapai tujuan tertentu, demikian juga media yang sangat sederhana belum tentu tidak memiliki nilai. Setiap media yang dirancang guru perlu memperhatikan efektivitas penggunannnya. e. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan guru dalam

mengoperasikannya, oleh karena itu sebaiknya guru mempelajari dahulu bagaimana mengoperasikan dan memanfaatkan media yang akan digunakan, hal ini perlu ditekankan, sebab guru sering melakukan kesalahan-kesalahan dalam menggunakan media pembelajaran yang pada akhirnya penggunaan media bukan menambah kemudahan siswa belajar malah sebaliknya mempersulit siswa.

Menurut wilkinson, (1984: 13) ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam memilih media pembelajaran, yakni:

a. Tujuan

Media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

b. Ketepatgunaan,

Jika materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting dari benda, maka gambar seperti bagan dan slide dapat digunakan. c. Keadaan siswa

Media dapat efektif digunakan apabila tidak tergantung dari perbedaan interindividual antara siswa

(43)

28

Walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia, menurut Wilkinson, media merupakan alat mengajar dan belajar, peralatan tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa dan guru.

e. Biaya

Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media, hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai.

Menurut Canei, R. Springfield dan Clark., C. (1998: 62), dasar pemilihan alat bantu visual adalah memilih alat bantu yang sesuai dengan kematangan, minat dan kemampuan kelompok, memilih alat bantu secara tepat untuk kegiatan pembelajaran, mempertahankan keseimbangan dalam jenis alat bantu yang dipilih, menghindari alat bantu yang berelebihan, serta mempertanyakan apakah alat bantu tersebut diperlukan dan dapat mempercepat pembelajaran atau tidak. Yahya, Nursidik. 2010, Teknologi Informasi.

(44)

29

Peneliti memilih media buku pop-up karena sesuai dengan syarat-syarat media yang di kemukakan dalam kriteria media pembelajaran yang baik.

Buku pop-up diharapkan sangat membantu guru dalam penyampaian materi yang dapat dikaitkan dengan tema yang sedang diajarkan, karena selain mudah dalam penggunaannya media Buku Pop-up ini juga dapat digunakan sebagai sarana bermain siswa, sehingga dapat menarik perhatian siswa dan dapat melibatkan siswa secara langsung dalam penggunaanya.

3. Pengelompokan Jenis Media Pembelajaran

Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam penyampaian informasi dan pesan-pesan pembelajaran, setiap jenis atau bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat-sifat media tersebut, banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana mereka memandang dan menilai media tersebut, jika kita bedakan dari bentuknya yaitu:

a. Media Visual

Media visual juga di sebut media pandang,karena seseorang dapat menghayati media tersebut melalui penglihatannya.media ini dapat di bedakan menjadi dua, yaitu:

1) Media visual yang tidak diproyeksikan,

(45)

30 b. Media audio

Jenis media audio yang dapat di pergunakan di dalam kelas adalah berbagai alat rekaman seperti,open-reel,tape recorder,cassette tape recorder,piringan hitam,radio atau MP3.

c. Media Audio Visual

Yaitu media yang hanya dapat dilihat,kemudian berikutnya di uraikan tentang media audio,yaitu media yang hanya dapat di dengar.melalui media ini seseorang tidak hanya dapat melihat atau mengamati sesuatu,melainkan sekaligus dapat mendengar sesuatu yang di visualisasikan.

d. Media berbasis cetakan,

Azhar Arsyad (2007:87) menjelaskan bahwa materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum di kenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas, teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu di perhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.

Jenis media pembelajaran jika dilihat dari segi perkembangan teknologi menurut Seels dan Glasgow (1990) yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2010: 33) dibagi kedalam dua katagori luas, yaitu sebagai berikut: a. Pilihan Media Tradisional, meliputi:

(46)

31

2) Visual yang tak diproyeksikan, seperti: gambar, poster, foto, chart, grafik, diagram, pameran, papan info, papan bulu.

3) Audio, seperti: rekaman piringan, pita kaset, reel, dan cartridge. 4) Penyajian Multimedia, seperti: slide plus suara (tape), multi-image. 5) Visual dinamis yang diproyeksikan, seperti: film, televisi dan

video.

6) Cetak, seperti: buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah, lembaran lepas (hand-out)

7) Permainan, seperti: teka-teki, simulasi, permainan papan. 8) Realita, seperti: model, specimen, manipulatif (peta, boneka) b. Pilihan Media Teknologi Mutakhir

1) Media berbasis telekomunikasi, seperti: Teleconference, kuliah jarak jauh.

2) Media berbasis mikroprosesor, seperti: computer-assisted instuction (CAI), permainan komputer, hypermedia, compact

(video) disc.

Leshin, Pollock & Reigeluth yang dikutip Azhar Arsyad (2010:36), mengklasifikasikan media ke dalam 5 kelompok, yaitu:

a. Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main-peran, kegiatan kelompok, field-strip);

(47)

32

c. Media berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan, grafik, peta, gambar, transparansi, slide);

d. Media berbasis audio-visual (video, film, program slide-tape, televisi); dan

e. Media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, interaktif video, hypertext).

Kemp & Dayton seperti yang dikutip Azhar Arsyad (2010: 37), mengelompokkan media ke dalam delapan jenis, yaitu

a. Media cetakan, b. Media panjang,

c. Overhead transparancies,

d. Rekaman audiotape, e. Seri slide dan filmstrips, f. Penyajian multi-image,

g. Rekaman video dan film hidup, dan h. Komputer.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2010: 3-4), menyebutkan beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu:

(48)

33

b. Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model, seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, diorama, dan lain-lain. Ketiga model proyeksi seperti slide, film strip, film, penggunaan OHP, dan lain-lain. Keempat penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.

Berkaitan dengan taksonomi media tersebut di atas, dalam penelitian dan pengembangan media ini produk akhir yang dihasilkan adalah berupa buku Pop-up Cita-citaku, dalam konteks ini media tersebut dikelompokkan ke dalam media 3 dimensi yang berupa media cetak dalam bentuk model padat, media ini dikemas dalam bentuk buku, pengemasan dalam bentuk buku dimaksudkan agar praktis/mudah dibawa, mudah dimiliki dan digunakan oleh siswa dengan harga yang relatif terjangkau. C. Komunikasi Visual

1. Teori Visual

Belajar merupakan bentuk komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Ada beberapa teori yang melandasi pentingnya komunikasi visual dalam pembelajaran. Pertama adalah teori Gestalt, Persepsi visual dapat diperoleh dari suatu observasi yang simpel, hal ini dikemukakan oleh Max Wertheimer. Teori ini menjelaskan bahwa pandangan mata akan mengambil keseluruhan stimuli visual baru kemudian masuk pada tahap

coherent image.

(49)

34

memberi pelajaran bahwa komunikasi visual perlu mengkombinasikan elemen-elemen dasar ke dalam bentuk yang bermakna. Pada umumnya kita telah paham bahwa sinyal-sinyal non verbal sangat berpengaruh dalam komunikasi, bahkan lebih banyak sinyal non verbal yang akan kita hadapi. Dalam hal ini alat peraga/media menjadi piranti yang sangat penting yang seyogyanya digunakan dalam proses komunikasi, dalam hal ini kegiatan belajar-mengajar. Dengan begitu tujuan dari kegiatan komunikasi akan tercapai dengan baik. Jadi tak pelak lagi pesan-pesan visual digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan interpretasi secara akurat terhadap lambang-lambang visual.

Pesan-pesan visual ini akan mempengaruhi sikap-sikap, opini, maupun aspek yang lain. Oleh karena itu perlu adanya kemahiran dalam membaca pesan-pesan visual. Kedua adalah teori Konstruktivisme, yang dikembangkan oleh Julian Hochberg bahwa mata seorang pengamat bergerak secara konstan dalam menciptakan suatu citra. Pengamat akan mengkonstruksi hal-hal yang dilihatnya yang kemudian oleh otak akan dikombinasi sebagai bentuk keseluruhan. Ketiga adalah Semiotics/Semiologi yang menyatakan bahwa banyaknya yang diketahui orang merupakan seberapa banyak yang dia lihat. Citra yang dibentuk lebih banyak ditentukan oleh interes dan hal-hal yang dapat diingat serta dipahami dari suatu apa yang dilihatnya. Teori ini juga mengemukakan tiga jenis tanda/ simbol dalam komuniasi visual yakni Iconic signs,

(50)

35

Sistem pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi yang berorientasi pada tujuan. Komunikasi visual sudah seharusnya dilakukan mengingat pesan belajar menyangkut hal-hal yang konkrit terjadi atau ada dalam kehidupan. Keterlibatan secara aktif dalam menangkap pesan visual merupakan aktivitas mengamati dan bukan sekedar melihat. Lebih lanjut Tversky yang dikutip oleh Dwyer (1978) mengungkapkan bahwa informasi (pesan) verbal dan visual dipahami secara berbeda tergantung atas penggunaan informasi yang diperoleh peserta belajar. Menurutnya, informasi visual akan diubah untuk disimpan dalam bentuk verbal simbolik. Namun ketika informasi ini akan diungkapkan kembali, maka terlebih dulu diubah dari bentuk verbal simbolik menjadi bentuk visual. Bahasa lisan dan tulisan menurut Astini Su’udi (1990) merupakan simbol komunikasi verbal. Semestinya penggunaan simbol verbal ini tidaklah mendominasi komunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam hal ini pesan yang akan disampaikan oleh guru dikemas dalam bentuk gambar. Dalam buku “Basic Visual Concepts and Principles” oleh

Charles Wallschlaeger dan Cynthia Busic-Snyder, dipaparkan bahwa gambar sebagai salah satu bentuk komunikasi, sedangkan menggambar adalah proses grafis yang menciptakan bentuk dan ruang yang bersifat ilustratif.

(51)

36

dan tulisan. Dalam bidang seni, arsitektur, dan desain, gambar memiliki berbagai macam fungsi seperti:

a. Mengekspresikan atau memperlihatkan objek/dunia yang kita lihat b. Mendeskripsikan objek dan lingkungannya

c. Sebagai acuan untuk memahami sebuah desain dan problematikanya d. Memperjelas atau mempertajam kepekaan akan sebuah bentuk e. Mengklarifikasi ide yang sudah tertulis

f. Mempertahankan dan mengkomunikasikan apa yang telah dimengerti g. Mengembangkan dan eksplorasi ide secara visual

2. Teori Warna

Menurut Russel (1992), salah satu unsur yang paling serba guna untuk sebuah desain adalah warna. Warna dapat menarik perhatian dan membantu menciptakan sebuah mood (suasana hati). Bergantung pada daya tarik suatu karya, warna dapat digunakan dengan beberapa alasan berikut:

a. Warna merupakan sebuah alat untuk mendapat perhatian.

b. Warna dapat menyoroti unsur-unsur khusus secara realistis dalam warna

c. Warna memiliki bahasa psikologis yang menyusun mood karya tersebut.

3. Teori Layout

(52)

37 a. The law of unity

Semua elemen dalam layout harus dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu kesatuan komposisi yang baik dan enak untuk dilihat.

b. The law of variety

Sebuah layout harus dibuat bervariasi untuk menghilangkan kesan monoton.

c. The law of rythm

Dalam sebuah layout mata pembaca sebaiknya bergerak secara wajar, jadi sebaiknya dimulai sesuau dengan urutan yang ada.

d. The law of balance

Dalam sebuah layout, titik dan garis keseimbangan tidaklah terletak di tengah-tengah, tetapi merupakan ruangan yagn dibagi daerah layout menjadi kira-kira sepertiga atau dua pertiga bagian.

e. The law of harmony

Sebuah lay out harus dirancang dengan harmonis untuk menghilangkan kesan monoton.

f. The law of scale

(53)

38

Pentingnya penggunaan bahan-bahan visual sebagai sarana komunikasi visual dalam pembelajaran dikemukakan oleh Francis.M.Dwyer sebagai berikut:

1. Memudahkan mengkomunikasikan pesan secara tepat dan terstandar. 2. Menunjukkan ke dalam kelas proses, peristiwa, situasi, materi dan

perubahan fase yang tidak mungkin dapat dibawa ke kelas karena keterbatasan ruang dan waktu.

3. Menggambarkan, menjelaskan dan memperkuat komunikasi secara lisan, verbal maupun tertulis hubungan kuantitatif, detail yang bersifat khusus, konsep abstrak dan hubungan yang bersifat ruangan (spatial). 4. Memberikan hal-hal konkrit dalam situasi belajar.

5. Meningkatkan minat, rasa ingin tahu dan konsentrasi siswa untuk belajar.

6. Memberikan kepada siswa kesempatan untuk mengamati suatu benda, proses atau situasi dari berbagai segi yang menguntungkan.

7. Memberikan umpan balik pembelajaran kepada siswa. D. Tinjauan Media Buku Pop-up Cita-Citaku

1. Definisi dan Elemen Media Buku Pop-up Cita-Citaku

(54)

39

sedangkan Pop-up lebih cenderung pada pembuatan mekanis kertas yang dapat membuat gambar tampak secara lebih berbeda baik dari sisi perspektif/dimensi, perubahan bentuk hingga dapat bergerak yang disusun sealami mungkin.

Dalam buku Short History of Pop-up Mark Hiner (1989:7) penggunaan buku Pop-up bermula dari abad ke-13, pada awalnya Pop-up digunakan untuk mengajarkan anatomi, matematika, membuat perkiraan astronomi, menciptakan sandi rahasia dan meramalkan nasib, selama berabad-abad lamanya buku seperti ini hanya digunakan untuk membantu pekerjaan ilmiah, hingga abad ke-18 teknik ini mulai diterapkan pada buku yang dirancang sebagai hiburan terutama ditujukan untuk anak-anak.

Menurut Robert Sabuda (2009) pop-up book merupakan salah satu jenis dari movable books . Movable books merupakan buku yang didesain untuk dapat dioperasikan oleh penggunanya yakni dengan diperankan sesuai dengan isi dan tema yang terdapat dalam materi. Menurut Robert Sabuda (2009). Jenis pop-up books ada bermacam-macam, beberapa diantaranya adalah transformations, tunnel books, volvelles, flaps,

pull-tabs, pop-outs, pull-downs dan sebagainya, beberapa buku Pop-up

mengunakan salah satu jenis, yang lainnya menggunakan lebih dari satu jenis, pencipta dan pendesain buku seperti ini dikenal dengan sebutan

paper engineering.

Dalam perkembanganya jenis cerita yang disampaikan dalam buku

(55)

40

diri, lingkungan sekitar, profesi, cita-cita, hewan, geografis suatu negara, kebudayaan, sejarah, kegiatan keagamaan, hingga cerita imaginer seperti dongeng, fabel, cerita rakyat, mitos, legenda.

Pada penelitian dan pengembangan media ini, definisi oprasional Buku Pop-up Cita-Citaku yang dimaksud adalah bahan cetak/buku yang berisi gambar yang memiliki unsur 3 dimensi, buku pop-up ini dapat memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik, mulai dari tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi, gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka atau bagian atasnya digeser bagian yang dapat berubah bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya, hal-hal seperti ini membuat tema gambar yang ditampilkan lebih menyenangkan dan menarik untuk dinikmati. Media ini dikembangkan untuk siswa Taman Kanak-Kanak kelompok B dengan pembahasan tentang tema Aku, sub tema Cita-Citaku.

2. Pengembangan Media Buku Pop-up Cita-citaku

(56)

41

akan dikembangkan, tentunya disesuaikan dengan karakteristik atau perkembangan belajar siswa.

Pada kesempatan ini media yang dikembangkan adalah media berbasis cetak berupa buku pop-up cita-citaku, media cetak merupakan suatu bahan ajar yang mengutamakan kegiatan membaca atau dengan menggunakan simbol-simbol kata dan visual. Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2010: 20), mengemukakan bahwa dalam merancang suatu media pengajaran perlu memperhatikan beberapa prinsip/patokan, antara lain: prinsip kesederhanaan, keterpaduan, penekanan, keseimbangan, garis, bentuk, tekstur, ruang, dan warna.

a) Kesederhanaan

Secara umum kesederhanaan mengacu pada jumlah elemen yang terkandung dalam suatu konteks, jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan, pesan atau informasi yang panjang harus dibagi ke dalam beberapa bahan agar mudah dibaca dan mudah dipahami, kata-kata harus memakai huruf yang sederhana dengan gaya huruf yang mudah terbaca dan tidak terlalu beragam dalam serangkaian tampilan, kalimat-kalimatnya harus ringkas, padat, dan mudah dimengerti.

(57)

42 b) Keterpaduan

Keterpaduan mengacu kepada hubungan antara elemen-elemen yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama, elemen-elemen tersebut harus saling terkait dan menyatu sebagai satu keseluruhan yang merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya. Pada pengembangan media buku pop-up cita-citaku, prinsip keterpaduan dijadikan sebagai acuan untuk memilih gambar, jenis huruf, ukuran angka/huruf dan unsur-unsur visual lain sperti garis, bentuk, warna dan ruang.

c) Penekanan

Prinsip penekanan harus diperhatikan dalam pengembangan media ini, meskipun penyajian secara visual dirancang sesederhana mungkin, seringkali konsep yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang dapat menjadi pusat perhatian siswa, dengan menggunakan ukuran, hubungan-hubungan, perspektif, warna atau ruang, penekanan hanya diberikan kepada unsur terpenting.

d) Keseimbangan

Keseimbangan mencakup dua macam, yaitu: keseimbangan

formal (simetris) dan keseimbangan informal (asimetris). Bentuk atau

(58)

43

memberikan persepsi keseimbangan, meskipun tidak seluruhnya simetris, keseimbangan yang simetris memberikan kesan yang statis, sebaliknya keseimbangan yang asimetris akan memberikan kesan dinamis.

e) Garis

Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat menuntun perhatian siswa untuk mempelajari suatu urutan-urutan khusus, fungsi garis adalah sebagai penuntun bagi para pengamat (siswa), dalam mempelajari rangkaian konsep, gagasan, makna atau isi materi pelajaran yang disampaikan, selain itu garis juga berfungsi untuk membatasi masing-masing elemen, bentuk suatu garis tidak harus tegak lurus, tetapi dapat menyesuaikan penempatan elemen-elemen tersebut.

f) Bentuk

Bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan minat dan perhatian, oleh karena itu pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam penyajian pesan, informasi atau isi pelajaran perlu diperhatikan, berkaitan dengan prinsip bentuk, pada umumnya siswa TK lebih menyukai bentuk gambar-gambar kartun dan berwarna. g) Ruang

(59)

44

tetapi pada dasarnya penggunaan prinsip ruang bisa berdasarkan imajinasi masing-masing individu

h) Tekstur

Tekstur adalah unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar atau halusnya permukaan, tekstur dapat digunakan untuk penekanan, aksentuasi atau pemisahan, serta menambah kesan keterpaduan dari suatu unsur seperti halnya warna, dan dalam pengembangan media buku pop-up cita-citaku, unsur tekstur sangat diperlukan karena menggunakan ilustrasi gambar 3 dimensi.

i) Warna

Warna digunakan untuk memberi kesan pemisahan, penekanan atau untuk membangun keterpaduan, disamping itu warna dapat mempertinggi tingkat realisme objek atau situasi yang digambarkan menunjukkan persamaan dan perbedaan dan menciptakan respon emosional tertentu, Azhar Arsyad (2010: 113), mengemukakan ada tiga hal penting yang harus diperhatikan ketika menggunakan warna, yaitu (1) pemilihan warna khusus (merah, kuning, biru, dan sebagainya), (2) nilai warna (tingkat ketebalan dan ketipisan warna itu dibandingkan dengan unsur lain dalam visual tersebut), (3) intensitas atau kekuatan warna itu untuk memberikan dampak yang diinginkan.

(60)

45

mengemukakan hasil penelitian Edmund Faison tentang penggunaan gambar dan grafik dalam pengajaran, yaitu:

a) Terdapat beberapa hasil penelitian, yang menunjukkan bahwa untuk memperoleh hasil belajar siswa secara maksimal, gambar-gambar harus erat kaitannya dengan materi pemebelajaran, dan ukurannya cukup besar sehingga rincian unsur-unsurnya mudah diamati, sederhana, direproduksi bagus, lebih realistik, dan menyatu dengan teks.

b) Terdapat bukti bahwa gambar-gambar berwarna lebih menarik minat siswa daripada hitam putih, dan daya tarik terhadap gambar bervariasi sesuai dengan umur, jenis kelamin, serta kepribadian seseorang.

c) Dari hasil penelitian Mabel Rudisil mengenai gambar-gambar yang lebih disukai anak-anak, menunjukkan bahwa suatu penyajian visual yang sempurna realismenya adalah pewarnaan, karena pewarnaan pada gambar dapat menumbuhkan impresi atau realistik.

(61)

46

yang sudah jadi dicetak berwarna menggunakan print laser dengan jenis kertas yang berkualitas agar memperoleh hasil pewarnaan yang bagus. 3. Jenis-jenis buku pop-up

Menurut David A. Carter jenis-jenis buku pop up ada beberapa macam, diantaranya

a. Transformation

Transformation merupakan suatu jenis buku pop up yang pada penggunaannya dengan cara digeser atau di tarik untuk melihat gambar atau halaman selanjutnya

b. Volvelles

vollveles merupakan salah satu jenis buku yang berbentuk bundar, yang cara penggunaanya dengan memutar bagiannya untuk melihat gambar atau tulisan selanjutnya

c. Tunnel books

Buku Tunnel terdiri dari satu set halaman terikat dengan lipatan di setiap sisi dan dilihat melalui lubang. lubang di setiap halaman memungkinkan pemirsa untuk melihat keseluruhan dari buku , untuk mendapatkan kesan 3 dimensi

d. Flip book

(62)

47 e. Flap book

Flap book merupakan jenis buku yang didalam satu halamannya terdiri dari bererapa lapisan gambar,

4. Kelebihan dan Kekurangan Media Buku Pop-Up

Menurut Roxanne Holmes: (2002: 14) buku pop-up mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagai berikut

a. Kelebihan

1) Jenis buku ini dapat membantu menjembatani kesenjangan antara isi pelajaran dan materi.

2) Buku ini dapat membantu menjembatani kesenjangan antara pemahaman abstrak dan pemahaman konkrit.

3) Buku ini dapat merangsang siswa untuk dapat lebih terlibat dalam proses pembelajaran.

4) Buku ini lebih familiar dengan anak, dan dapat memberikan rangsangan bagi siswa yang jenuh dengan kegiatan belajar.

5) Buku ini merupakan media yang baik untuk menyampaikan materi. 6) Buku ini menerapkan teori belajar aktif : " Saya mendengar dan

saya lupa , saya melihat dan saya ingat , saya lakukan dan saya memahami ( pepatah Cina kuno )”.

7) Buku jenis ini menarik bagi anak-anak karena keunikannya, b. Kelemahan

(63)

anak-48

anak sering mengabaikan teks , dan hanya memperhatikan bagian-bagian yang di anggap mereka menarik

2) Pop up book rawan akan kerusakan. Dalam penggunaanya siswa harus berhati-hati

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di TK Mardi Putra pembelajaran yang berlangsung sudah menggunakan media-media belajar, tetapi kurang bervariatif, media yang digunakan yaitu berupa buku cerita bergambar, gambar-gambar, puzzle, dan poster-poster seadanya, sehingga tidak semua media dapat mengembangkan beberapa aspek-aspek kemampuan anak.

Media-media tersebut kurang menarik perhatian dan minat anak, mereka malah asik bermain dengan mainan yang mereka bawa sendiri atau bermain bersama teman-temanya, kurangnya pengoptimalan media belajar dari pihak guru juga menjadi persoalan, bagaimana menghubungkan tema yang sedang diajarkan dengan media yang ada di TK tersebut dan pemilihan media belajar yang baik/sesuai dengan kebutuhan siswa guna menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar.

(64)

49

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengajaran menggunakan media Buku Pop-up dengan judul

Pengembangan Media Buku Pop-up Cita-Citaku untuk Siswa Kelompok B TK Mardi Putra, media ini menarik perhatian siswa karena selain digunakan sebagai media belajar, media ini juga dapat dijadikan sebagai suatu permainan.

Media buku Pop-up ini adalah media bergambar 3 dimensi yang digabungkan dengan tema tentang cita-citaku, dilengkapi dengan gambar-gambar yang terkait dan juga penjelasan singkat tentang tema yang diangkat dalam pembelajaran, hasil produk penelitian dan pengembangan media ini diharapkan dapat dinyatakan baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran, juga dapat merangsang dan memotivasi siswa dalam belajar, pada pembelajaran Taman Kanak-kanak khususnya pada sub tema cita-citaku.

(65)

50 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan research and development atau penelitian dan pengembangan, yaitu penelitian dengan mengadakan percobaan dan penyempurnaan, semua kejadian yang berhubungan dengan proses belajar mengajar dicatat, diteliti, serta disempurnakan seperlunya sehingga ditemukan suatu prototipe metode penyampaian pembelajaran yang sesuai (Suharsimi, 2002:6).

Menurut Nana Syaodih S. (2010: 164) yang dimaksud penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu prodak baru atau menyempurnakan prodak yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan, lebih lanjut menurut Borg dan Gall (1983: 772) penelitian dan pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pengajaran.

(66)

51

dikembangkan/lakukan saat ini difokuskan pada pengembangan media Buku Pop-up Cita-Citaku untuk Siswa Kelompok B TK Mardi Putra. B. Prosedur Pengembangan

Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti mengacu pada pedoman penelitian pengembangan menurut Borg & Gall (Nana Syaodih, 2006:169). Borg & Gall menjelaskan sepuluh prosedur penelitian pengembangan yang akan dijadikan pedoman dalam penelitian pengembangan ini yaitu: 1) Penelitian dan pengumpulan data (Research

and information collecting), 2) Perencanaan (Planning), 3) Pengembangan

draf produk (Develop preliminary from of roduct), 4) Uji coba lapangan awal (Preliminary field testing), 5) Merevisi hasil uji coba (Main product

revision), 6) Uji coba lapangan (Main field testing), 7) Penyempurnaan

produk hasil uji lapangan (Operasional product revision), 8) Uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing), 9) Penyempurnaan produk akhir (final produck revision) dan 10) Diseminasi dan implementasi (Dissemmination and implementation).

1. Penelitian Pendahuluan dan Pengumpulan Informasi

Pada tahap ini peniliti melakukan studi pendahuluan, yang merupakan langkah awal dalam melaksanakan penelitian, studi pendahuluan dilakukan dalam dua bentuk, yaitu studi pustaka dan studi lapangan.

(67)

52

yang dapat memudahkan guru dalam mengkaitkan tema yang sedang diajarkan dikelas, melakukan pengamatan kelas (observasi) dan melakukan wawancara dengan guru. Studi ini bertujuan untuk memperoleh pokok permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dan analisis kebutuhan pembelajaran untuk menyusun rumusan masalah dan latar belakang masalah dalam penelitian.

b. Studi pustaka bertujuan untuk mengetahui informasi-informasi hasil penelitian yang ada kaitannya dengan materi maupun karakteristik dari media pembelajaran yang akan dikembangkan, yang sesuai dengan kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini/Taman Kanak-kanak, dan juga buku-buku yang digunakan dalam proses pembelajaran.

2. Perencanaan

Setelah melakukan penelitian pendahuluan dan menemukan beberapa informasi dan juga masalah, maka peneliti melakukan perencanaan dengan menganalisis produk atau media pembelajaran yang akan dipoduksi yakni membuat sebuah media grafis yang berupa media buku pop-up yang berpedoman pada pembelajaran untuk anak TK kelompok B.

3. Pengembangan Draf Produk

(68)

53

pembuatan media buku pop-up ini sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan desain produk yang diharapkan yaitu desain media yang berpedoman pada pembelajaran anak TK kelompok B dan yang sesuai dengan sasaran atau peserta didik.

Langkah berikutnya yaitu memvalidasi media kepada ahli media dan ahli materi yang berkompeten dalam pengembangan media dan pembelajaran di TK, tujuan memvalidasi produk media ini yaitu guna menghasilkan media pembelajaran yang sesuai dan baik untuk digunakan dalam uji coba produk kelapangan.

4. Uji Coba Lapangan Awal

Uji coba ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang berupa masukan atau saran tentang media buku pop-up cita-citaku. Subjek uji coba lapangan awal ini melibatkan 4 orang anak kelompok B TK Mardi Putra.

5. Revisi Uji Coba Lapangan Awal

Data dan informasi yang didapatkan dari uji coba lapangan awal, digunakan untuk melakukan revisi produk pertama yang hasil dari revisi pertama dijadikan sebagai pedoman untuk melanjutkan ke uji coba lapangan utama.

6. Uji Coba Lapangan Utama

(69)

54

mengurangi tingkat kelemahan dari produk media yang dikembangkan, dari uji coba lapangan sebelumnya.

7. Revisi Uji Coba Lapangan

Bedasarkan uji coba lapangan utama, peneliti akan melakukan revisi produk jika masih ada kekurangan dan ketidaksempurnaan dari media buku pop-up cita-citaku, dan hasil dari revisi ini akan dijadikan sebagai pedoman untuk melanjutkan ke uji coba pelaksanaan lapangan. 8. Uji Coba Pelaksanaan Lapangan

Pada tahap ini merupakan uji coba pelaksanaan lapangan, subjek uji coba pelaksanaan ini melibatkan siswa yang lebih besar dari sebelumnya yaitu sebanyak 20 siswa kelompok B TK Mardi Putra. 9. Revisi Tahap Akhir

Dari data yang didapatkan pada uji coba pelaksanaan lapangan digunakan untuk merevisi produk tahap akhir.

10. Hasil Revisi tahap akhir

Pada revisi tahap akhir media buku pop-up cita-citaku yang dinyatakan sudah baik digunakan sebagai media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak kelompok B, dalam hal ini peneliti hanya mengembangkan produk sampai tahap revisi akhir, untuk produksi masal memang tidak dilakukan.

Gambar

Tabel Hasil Uji Coba Lapangan Awal…….........................
Gambar 1. Prosedur Pengembangan Borg & Gall
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Ahli Materi
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen untuk Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

RPP, LKS, dan video pembelajaran dikatakan berkualitas dan dapat diterapkan dalam pembelajaran online apabila hasil penilaian angket mencapai kriteria “valid”

1) Mahasiswa secara individu membuat resume materi tentang definisi, klasifikasi Proses Manufaktur Lanjut, tinjauan ulang Program CNC dasar. Resume ditulis dalam buku tugas

Terkait dengan hal tersebut, jika usaha budidaya jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri dinyatakan layak untuk dikembangkan, maka usaha tersebut akan dikembangkan.Akan tetapi,

Penagihan aktif yakni penagihan yang dilakukan oleh fiskus setelah jatuh tempo pembayaran dari Surat Tagihan (SPT), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan

setelah dilakukan penyaringan dari 25 bacaleg internal partai, menjadi 19 calon legislatif dari internal partai yang telah ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang partai

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberlanjutan usaha peternakan sapi perah di Wisata Agro Istana Susu Cibugary dari lima dimensi yaitu ekologi,

[r]

Memahami peranan komputer, database dan komunikasi data sebagai alat bantu pada sistem informasi berbasis komputer. Agar mahasiswa mampu