• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 61 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

1. Sejarah Berdirinya Kabupaten Sukoharjo

Pada masa pendudukan Jepang, wilayah Karesidenan Surakarta pernah merupakan Daerah Istimewa yang dikenal dengan Solo Ko (Kasunanan) dan Mangkunegaran Ko (Mangkunegaran). Wilayah Mangkunegaran meliputi daerah Kabupaten Karanganyar, Wonogiri, dan sebagian kota Solo. Sedangkan wilayah Kasunanan meliputi daerah Kabupaten Sragen, Klaten, Boyolali, dan Kabupaten Kutha Surakarta.

Sukoharjo pada waktu itu hanya merupakan suatu daerah tepi dengan pimpinan pemerintahan tertinggi adalah “Wedono”, tak ubahnya dengan Bekonang, dan Kartasura. Kawedanan Sukoharjo, Bekonang, dan Kartasura ini menjadi satu masuk wilayah Kabupaten Kutha Surakarta, di bawah pemerintah Kasunanan.

Pada tanggal 27 Mei 1946 Kabupaten Karanganyar secara defakto menyatakan diri lepas dari pemerintahan Mangkunegaran. Hal ini kemudian diikuti oleh Kabupaten Boyolali dan Sragen yang juga menyatakan diri lepas dari pemerintahan Kasunanan. Kabupaten Kutha Surakarta kemudian diputuskan pindah ke Sukoharjo. Bersamaan dengan munculnya gerakan anti Swapraja dan berbagai dukungan untuk membentuk pemerintah Kota Surakarta, akhirnya dengan suatu kebulatan tekad dari “Wong Solo”, mereka menyatakan berdirinya Pemerintah kota Surakarta yang lepas dari Kasunanan pada tanggal 16 Juni 1946. Tanggal ini kemudian menjadi hari lahir Pemerintah Daerah Kotamadya Surakarta.

Kemudian disusul keluarnya Penetapan Pemerintah Nomor: 16/SD tanggal 15 Juli 1946 lingkungan Karesidenan Surakarta dibentuk suatu daerah baru dengan kota Surakarta yang dikepalai oleh seorang Walikota. Dengan keluarnya Penetapan Pemerintah Nomor: 16/SD tanggal 15 Juli 1946, maka

(2)

commit to user

secara formal Pemerintah Kasunanan dan Mangkunegaran dipandang sudah tidak ada lagi, dan wilayah-wilayahnya untuk sementara menjadi wilayah Karesidenan Surakarta. Ini berarti wilayah Karesidenan Surakarta terdiri dari bekas wilayah-wilayah Mangkunegaran yaitu Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri, serta bekas wilayah Kasunanan yaitu Kabupaten Klaten, Sragen, Boyolali, dan Sukoharjo (Kawedanan Sukoharjo, Bekonang, Kartasura), ditambah Kotamadya Surakarta.

Keadaan ini mengilhami para pemimpin pada waktu itu untuk membentuk kabupaten baru diluar kota Surakarta agar ketiga kawedanan (Sukoharjo, Bekonang, Kartasura) dapat dibina dalam satu naungan pemerintah kabupaten. Kemudian secara spontan KNI Daerah Surakarta menunjuk KRMT Soewarno Honggopati Tjitrohoepojo untuk menjadi Bupati.

Atas dasar tersebut di atas serta pertimbangan analisa, logis dan kronologis yang dikaitkan dengan landasan yuridis meskipun landasan yuridis itu tidak bersifat mengatur secara khusus, maka pada hari Senin Pon tanggal 15 Juli 1946, saat ditetapkannya Penetapan Pemerintah Nomor: 16/SD tersebut dite tapkan menjadi Hari Lahir Kabupaten Sukoharjo. Penetapan ini kemudian dikukuhkan dengan Pera turan Daerah Kabupaten Dati II Sukoharjo No. 17 tahun 1986 tentang Hari Lahir Kabupaten Sukoharjo, yang disahkan dengan SK Gubernur KDH Tingkat I Jawa Tengah tanggal 15 Desember 1986 No. 188.3/480/1986 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Dati II Sukoharjo No. 3 Tahun 1987 Seri D No.2 tanggal 9 Januari 1987.

Dasar hukum Hari Lahir Sukoharjo adalah : a. Penetapan Pemerintah Nomor: 16/SD.

b. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950, tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten diwilayah Provinsi Jawa Tengah.

c. Pera turan Daerah Kabupaten Dati II Sukoharjo No. 17 tahun 1986 tentang Hari Lahir Kabupaten Sukoharjo, yang disahkan dengan SK Gubernur KDH Tingkat I Jawa Tengah tanggal 15 Desember 1986 No. 188.3/480/1986 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Dati II Sukoharjo No. 3 Tahun 1987 Seri D No.2 tanggal 9 Januari 1987.

(3)

commit to user 2. Visi dan Misi Kabupaten Sukoharjo

a. Visi Kabupaten Sukoharjo

Visi Pemerintahan Kabupaten Sukoharjo periode 2010 – 2015 adalah Terwujudnya masyarakat Sukoharjo yang sejahtera, maju, dan bermatabat didukung pemerintahan yang professional.

b. Misi Kabupaten Sukoharjo

Misi dari Pemerintahan Kabupaten Sukoharjo periode 2010-2015 adalah:

1) Meningkatkan kualitas Pendidikan, Kesehatan, Kesejahteraan Masyarakat dan Pembangunan Infrastruktur yang terukur, terarah, adil, dengan memperhatikan kelestarian Lingkungan Hidup.

2) Membangun Managemen Pemerintahan yang Profesional, Bersih dan yang Berbasis pada Pelayanan Masyarakat.

3) Mewujudkan Kondisi Masyarakat yang Aman, Tentram, Demoratis dan Dinamis.

4) Mendorong kemandirian Ekonomi yang Berbasis pada Pertanian dan Industri serta Pengelolaan Potensi Daerah.

5) Meningkatkan Kualitas Kehidupan Beragama dan Bermasyarakat.

3. Kondisi Geografis Kabupaten Sukoharjo

Kabupaten Sukoharjo merupakan kabupaten terkecil kedua di Propinsi Jawa Tengah, Secara geografis, terletak diantara Bagian ujung timur 110. 57O BT, Bagian Ujung Sebelah Barat 110 42O BT, Bagian Ujung Sebelah Utara7 32O LS,Bagian Ujung Sebelah Utara 7 49O 32.00O LS. Dengan luas 46,666 Km2, atau 1,43% luas wilayah Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Sukoharjo memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar

b. Sebelah Selatan :Kabupaten Gunung Kidul (DIY) dan Kabupaten Wonogiri

(4)

commit to user c. Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar

d. Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten

Secara topografi terdiri atas daerah, dataran rendah dan perbukitan. Daerah dataran rendah merupakan kawasan di bagian Utara, daerah perbukitan merupakan kawasan di bagian Selatan dan Timur.

4. Deskripsi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Sukoharjo

Data dari penelitian ini diperoleh dari Sekolah Menengah Atas Negeri yang terdapat pada Kabupaten Sukoharjo, adapun deskripsi singkatnya adalah sebagai berikut:

a. SMA N 1 Weru

SMA N 1 Weru merupakan Sekolah Menengah Atas Negeri yang berada di Kecamatan Weru, lebih tepatnya lagi beralamat di Desa Karangtengah. SMA N 1 Weru sendiri telah berdiri sejak tahun 1992 diatas tanah seluas 16.500m² dengan luas bangunan 2.659m² dan luas halaman 5.595m² . Sekolah yang berdiri sejak tahun 1992 ini memilik nilai akreditasi A terhitung dari tahun 2012.

Sekolah yang beralamat di Desa Karangtengah ini memiliki ruang kelas sebanyak 22 ruangan baik untuk program MIA maupun IIS, sementara program bahasa belum ada. Selain itu, untuk melengkapi kebutuhan praktek siswa juga disediakan beberapa ruangan Laboratorium seperti Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi dan Laboraturium Komputer dengan sarana penunjang praktik didalamnya.

SMA N 1 Weru saat ini dipimpin oleh Sukardi, S.Pd, M.Pd selaku kepala sekolah. Sedangkan jumlah guru yang mengajar sebanyak 50 orang dimana 43 orang diantaranya telah menempuh pendidikan D-IV/S-1 dan 7 diantaranya menempuh S-2.

b. SMA N 1 Bulu

Berdiri tahun 2002, diareal seluas kurang lebih 1 ha, dan terletak di posisi strategis jalur lintas selatan arah Klaten–Sukoharjo–

(5)

commit to user

wonogiri. Tepatnya di Desa Bulu, Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo, dengan topografi lingkungan daerah perbukitan. Dengan Kepala Sekolah yang pertama Almarhum Bapak Drs.H. Sukidi, M.Hum. Waktu itu terdiri dari 3 kelas. Kemudian pada tahun 2007 dilanjutkan oleh Kepala Sekolah yang Baru Drs. H. Widodo, M.M. berkembang menjadi 6 kelas paralel.

Berkat bantuan dari Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Pusat Bangunan juga terus berkembang, fasilitas dilengkapi dengan ruang LAB Fisika, Kimia, dan Biologi, Lab Komputer, Ruang Perpustakaan, Kantin, Koperasi, Ruang UKS dan OSIS, dan Masjid. Tahun 2010 kepemimpinan dilanjutkan oleh Dra. Dwi Ari Listiyani, M.Pd. sarana dan fasilitas sekolah sudah mengalami peningkatan. Penambahan 5 ruang kelas Baru, penertiban pintu dan gerbang sekolah, melengkapi sistem koneksi internet untuk pembelajaran, penataan Koperasi dan pengembangan pertamanan sekolah. Saat ini kepemimpinan dipegang oleh Drs. Sukamto yang sebelumnya merupakan Kepala SMA N 1 Weru.

SMA N 1 Bulu sampai sekarang Sudah memiliki 12 angkatan Alumni lulusan dan kurang lebih sudah berjumlah ribuan. Sebagian sudah banyak yang bekerja sesuai bidangnya dan sebagian besar masih melanjutkan belajar di perguruan tinggi.

Pada tanggal 9 November 2010 berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah, SMA N 1 Bulu mendapatkan Sertifikat dengan peringkat Akreditasi A.

c. SMA N 1 Tawangsari

SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo adalah sebuah sekolah negeri yang ada di Kabupaten Sukoharjo. SMA Negeri 1 Tawangsari didirikan pada 1983 diatas tanah seluas 24.320m² dengan luas bangunan 4.155m², luas halaman 904m²serta lapangan olahraga seluas 288m². SMA N 1 Tawangsari beralamat di Jalan Patimura No.105, Desa Lorog, Kecamatan Tawangsari. Sekolah yang berdiri sejak tahun 1983 ini memilik nilai akreditasi A dengan SK Akreditasi terakhir nomor 1448 dan

(6)

commit to user

meupakan Sekolah Standar Nasional dimana dulunya juga merupakan RSBI.

Sekolah yang beralamat di Jalan Patimura No.105 ini memiliki ruang kelas sebanyak 27 ruangan baik untuk program MIA maupun IIS, sementara program bahasa belum ada. Selain itu, untuk melengkapi kebutuhan praktek siswa juga disediakan beberapa ruangan Laboratorium seperti Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi dan Laboraturium Komputer dengan sarana penunjang praktik didalamnya.

SMA N 1 Tawangsari saat ini dipimpin oleh Suratno, S.Pd, M.Pd selaku kepala sekolah. Jumlah guru yang mengajar sebanyak 60 orang dimana 55 orang diantaranya telah menempuh pendidikan D-IV/S-1 dan 5 diantaranya menempuh S-2.

d. SMA N 1 Nguter

SMA N 1 Nguter merupakan Sekolah Menengah Atas Negeri yang beralamat di Desa Nguter Kecamatan Nguter. SMA N 1 Nguter sendiri telah berdiri sejak tahun 1996 diatas tanah seluas 10.000m² dengan luas bangunan 1.807m² ,luas halaman 1.000m² serta luas lapangan olahraga 600m² . Sekolah yang berdiri sejak tahun 1996 ini memilik nilai akreditasi B dengan SK Akreditasi nomor Ma. 010016.

Sekolah yang beralamat di Desa Nguter ini memiliki ruang kelas sebanyak 19 ruangan. Selain itu, untuk melengkapi kebutuhan praktek siswa juga disediakan beberapa ruangan Laboratorium seperti Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi, Laboraturium Komputer, dan Laboratorium Multimedia dengan sarana penunjang praktik didalamnya.

SMA N 1 weru saat ini dipimpin oleh Drs. Sudibyo, M.Pd selaku kepala sekolah. Jumlah guru yang mengajar sebanyak 40 orang dimana 38 orang diantaranya telah menempuh pendidikan D-IV/S-1 dan 2 diantaranya menempuh S-2.

(7)

commit to user e. SMA N 1 Sukoharjo

SMA Negeri 1 Sukoharjo berdiri atas swadaya masyarakat Sukoharjo, pada waktu itu dengan cara pengumpulan biji kelapa tua calon cikal (Tunas Pohon Kelapa). Yang diprakarsai oleh Bp. Wandyo Pranoto (Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sukoharjo pada tahun 1962). Dari hasil penjualan kelapa tersebut dibelikan sebidang tanah dengan luas 19.166 meter persegi yang masih berupa tanas persawahan.

Pada Tahun 1962 SMA Negeri 1 Sukoharjo telah menerima murid sebanyak 3 kelas satu baru, untuk tahun pelajaran 1962 / 1963 namun proses belajar mengajar masih menempati Rumah Bp. Dwijo di Desa Jetis Sukoharjo dan kelas ini merupakan kelas Jauh (Filial) dari SMA Negeri 1 Surakarta dibawah Pimpinan Bp. R. Supamdam selanjutnya di negerikan dengan SK Mentri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal : 25 Juli 1963 No. 59/K/B/III.

Tahap awal pembanggunan Gedung SMA Negeri 1 Sukoharjo hanya membuat 3 ruang kelas, dan secara bertahap membangun 10 ruang kelas setelah mendapatkan bantuan gedung dari DEPDIKBUD. Jumlah keseluruhan ruang kelas 27 Ruang Kelas dan selebihnya bantuan dari BP3. Dari masa kemasa SMA Negeri 1 Sukoharjo mengalami perkembangan yang pesat di bawah kepemimpinan beliau – beliau Kepala Sekolah antara lain :

1) P. Seno Kertohadisubroto : Tahun 1963 – 1966 2) Sutasno, BA : Tahun 1966 – 1981 3) Drs. Soekidjo : Tahun 1981 – 1985 4) J. Sarsono DS, BA : Tahun 1985 – 1987 5) Drs, H. D. Soegimo : Tahun 1987 – 1992 6) Drs. H. Mursidi : Tahun 1992 – 1993 7) Drs. H. Sudiyat : Tahun 1993 – Jan. 1995

8) Drs, Praja Suminta, SH : Tahun 1 Feb. 1995 – 4 April 1995 9) Drs. Supartono : Tahun 1995 – Jan. 2002

(8)

commit to user

11) Drs. Soeparman : Tahun Nov. 2004 – Jan. 2005 12) Drs. H. Soekirno : Tahun 2005 – 2009

13) Hj. Sri Lastari, S.Pd, M.Pd : Tahun 2010 – 2013 14) Drs. Darno : Tahun 2013 – Sekarang

Sebagai sekolah Terakreditasi dengan predikat A, Lulusan – lulusan SMA Negeri 1 Sukoharjo diharapkan bisa bersaing dalam jenjang pendidikan diatasnya, terbukti lulusan – lulusan SMA Negeri 1 Sukoharjo banyak mendapatkan kursi di Perguruan Tinggi Negeri di seluruh indonesia.

f. SMA N 1 Polokarto

SMA N 1 Polokarto merupakan Sekolah Menengah Atas Negeri yang berada di Kecamatan Polokarto, lebih tepatnya lagi beralamat di Dukuh Butuh, Godog, Polojarti. SMA N 1 Polokarto sendiri telah berdiri sejak tahun 1997 diatas tanah seluas 10.000m² dengan luas bangunan 1.008m², luas lapangan olahraga 1.835m², dan luas halaman 2.635m² .

Sekolah yang beralamat di Kelurahan Jombor ini memiliki ruang kelas sebanyak 16 ruangan baik untuk program IPA maupun IPS. Selain itu, untuk melengkapi kebutuhan praktek siswa juga disediakan beberapa ruangan Laboratorium seperti Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi, dan Laboraturium Komputer dengan sarana penunjang praktik didalamnya.

SMA N 1 Polokarto saat ini dipimpin oleh Maryadi, S.Pd selaku kepala sekolah. Sedangkan jumlah guru yang mengajar sebanyak 35 orang guru tetap dan 6 orang guru tidak tetap dimana 40 orang diantaranya telah menempuh pendidikan D-IV/S-1 dan 1 diantaranya menempuh S-2.

(9)

commit to user g. SMA N 1 Mojolaban

SMA N 1 Mojolaban berdiri pada tahun 1990. SMA N 1 Mojolaban memiliki luas wilayah lebih kurang 3 hektar. Karena lahannya yang luas inilah menjadikan SMA N 1 Mojolaban nyaman untuk proses belajar mengajar. Apalagi daerah di sekitar kelas yang banyak ditanami pepohonan rindang. Selain itu SMA N 1 Mojolaban terletak agak kedalam dari tepi jalan raya. Hal inilah yang membuat proses belajar mengajar menjadi lebih tenang dan nyaman.

SMA N 1 Mojolaban merupakan Sekolah Menengah Atas Negeri yang beralamat di jalan Batara Surya nomor 10, Wirun, Mojolaban. SMA N 1 Mojolaban sendiri telah berdiri sejak tahun 1992 diatas tanah seluas 16.304m² dengan luas bangunan 4.753m², luas halaman 2.079m², serta luas lapangan olahraga seluas 2.000m². Sekolah yang berdiri sejak tahun 1992 ini memilik nilai akreditasi A terhitung dari tanggal 11 November 2009 dengan nomor SK Akreditasi MA.003478.

Sekolah yang beralamat di Wirun ini memiliki ruang kelas sebanyak 24 ruangan baik untuk program IPA, IPS maupun Bahasa. Selain itu, untuk melengkapi kebutuhan praktek siswa juga disediakan beberapa ruangan Laboratorium seperti Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi, Multimedia dan Laboraturium Komputer dengan sarana penunjang praktik didalamnya.

SMA N 1 Mojolaban saat ini dipimpin oleh Drs. Narman, MM selaku kepala sekolah. Jumlah guru yang mengajar sebanyak 51 orang dimana 43 orang diantaranya telah menempuh pendidikan D-IV/S-1 dan 8 diantaranya menempuh S-2.

h. SMA N 1 Kartasura

Terletak di jalan raya Solo-Yogya kilometer 11 SMA N 1 Kartasura telah berdiri sejak 1 April 1978. Sekolah yang berada di Kecamatan Kartasura ini telah memiliki nilai akreditasi A. Saat ini SMA N 1 Kartasura dipimpin oleh Drs. H. Widodo, M.M.

(10)

commit to user

SMA Negeri 1 Kartasura dahulunya bernama SMA Negeri Kartasura. Pada awalnya SMA Negeri Kartasura menggunakan gedung dari SD Negeri Ngabeyan 2 Kartasura yang pengelolaannya ditangani dari SMA Negeri 5 Surakarta yang pada saat itu Kepala Sekolah dijabat oleh Bp. Sugiyanto. Keputusan tersebut didasarkan oleh Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no.0290/0/1978 tanggal 1 April 1978. Dasar penegerian SMA Negeri Kartasura berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia no.0292/0/1978, tanggal 2 September 1978.

i. SMA N 2 Sukoharjo

SMA Negeri 2 Sukoharjo berlokasi di Jalan Raya Solo-Kartasura, Mendungan, Pabelan, Solo-Kartasura, Sukoharjo merupakan jelmaan dari SMA UNS Sebelas Maret Surakarta yang berubah status dari SMA Swasta menjadi SMA Negeri.

Pada awalnya, tepatnya pada tahun 1967 Berdirilah SMA IKIP Negeri Surakarta bertempat di SMP 8 Surakarta yang diprakarsai oleh Bapak Drs. Sumantyo Martohadmodjo selaku Rektor IKIP Surakarta. Adapun Kepala Sekolah pada waktu itu adalah Drs. Jayeng Sugiyanto yang kemudian dilanjutkan oleh Drs. Sasbani.

Kemudian pada tahun 1972 SMA IKIP yang berlokasi di SMP 8 pindah ke Kampus IKIP Mesen Jln. Urip Sumoharjo dan pada tahun 1976 SMA IKIP Surakarta berganti nama menjadi SMA UNS Sebelas Maret Surakarta dengan status swasta. Adapun Kepala Sekolah yaitu Drs. Suyono, kemudian dilanjutkan oleh Drs. Soenarjo Basuki.

Bulan April 1982, SMA UNS berpindah tempat dari Kampus UNS Mesen (dulu IKIP Mesen) ke Mendungan, Pabelan, Kartasura. Dengan terbitnya Surat Keputusan Mendikbud RI nomor: 0887/O/1986 tanggal 22 Desember 1986 tentang Pembakuan dan Penegerian Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas, maka pada tanggal 5 Maret 1987 SMA UNS diresmikan menjadi SMA Negeri 2 Sukoharjo oleh Drs. GBPH

(11)

commit to user

Poeger, dengan kepala sekolah Dra. Sridadi Murjadji (sejak 5 Maret 1987 s.d 15 Januari 1992).

Dengan demikian sejak 5 Maret 1987 SMA UNS Sebelas Maret Surakarta berubah status menjadi SMA Negeri 2 Sukoharjo, yang kemudian Kepala Sekolah dilanjutkan oleh Moenawir, BA. Saat ini sendiri SMA N 2 Sukoharjo dipimpin oleh Dra. Dwi Ari Listiyani, M.Pd.

j. SMA N 3 Sukoharjo

SMA N 3 Sukoharjo merupakan Sekolah Menengah Atas Negeri yang berada di Kecamatan Bendosari, lebih tepatnya lagi beralamat di jalan Jenderal Sudirman nomor 197, Jombor, Bendosari. SMA N 3 Sukoharjo sendiri telah berdiri sejak tahun 1989 diatas tanah seluas 23.900m² dengan luas bangunan 4.211m², luas lapangan olahraga 6.000m², kebun 7.789m² dan luas halaman 5.595m² .

Sekolah yang beralamat di Kelurahan Jombor ini memiliki ruang kelas sebanyak 30 ruangan baik untuk program IPA, IPS maupun Bahasa. Selain itu, untuk melengkapi kebutuhan praktek siswa juga disediakan beberapa ruangan Laboratorium seperti Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi, Audio Visual dan Laboraturium Komputer dengan sarana penunjang praktik didalamnya.

SMA N 3 Sukoharjo saat ini dipimpin oleh Sri Soewarsih, S.Pd, M.Pd selaku kepala sekolah. Sedangkan jumlah guru yang mengajar sebanyak 71 orang dimana 1 orang yang menempuh D-III Keguruan, 58 orang diantaranya telah menempuh pendidikan D-IV/S-1 dan 12 diantaranya menempuh S-2.

(12)

commit to user

B. Deskripsi Temuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kebijakan Pendidikan Gratis di Sekolah Menengah Atas Negeri se Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2013/2014. Kebijakan pendidikan gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo sendiri telah berjalan sejak tahun 2007 dimana pada saat itu Kabupaten Sukoharjo dapat dikatakan sebagai perintis pendidikan gratis di Indonesia. Pendidikan Gratis yang dimulai pada tahun 2007 itu ditetapkan oleh Bambang Riyanto selaku bupati Kabupaten Sukoharjo pada saat itu dengan mengambilkan dana Pendidikan gratis tersebut dari APBD Kabupaten Sukoharjo.

Pada tahun 2007 sampai 2013 tahun ajaran 2012/2013, pemerintah Kabupaten Sukoharjo masih membantu biaya operasional Sekolah Menengah Atas Negeri di kabupaten tersebut yangmana dananya diambilkan dari pos ABPD. Akan tetapi, setelah pemerintah pusat mengeluarkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi SMA pada tahun 2013 tepatnya pada tahun ajaran 2013/2014, maka dana operasional yang berasal dari ABPD Kabupaten Sukoharjo tersebut ditarik oleh Pemerintah Kabupaten Sukoharjo karena Pemkab Sukoharjo menilai dana dari Pemerintah Pusat sudah mencukupi untuk pelaksanaan Pendidikan Gratis di SMA Negeri se Sukoharjo. Gratis dalam hal ini adalah untuk operasional saja, untuk biaya pribadi siswa masih ditanggung siswa sendiri. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh informan 2 (Kepala Sekolah) pada tanggal 18 November 2014 yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan gratis di Sukoharjo berasal dari APBN yang berupa BOS. Dulu sebelum dari BOS APBN dulu pernah di suplai dari APBD, setelah ada dari APBN ya dari APBD di stop. Gratis disini hanya untuk operasional saja. BOS dari APBN itu muncul kalau ndak salah tahun 2012, awalnya hanya sebesar enam puluh ribu per semester, tapi tahun 2013 setelah dananya satu juta pertahun persiswa, APBD di

stop.”

Senada dengan hal tersebut, informan 3 (Kepala Sekolah) pada tanggal 19 November 2014 juga menyatakan bahwa:

“Pendidikan gratis dimulai sejak tahun 2007 dimana pada awalnya dana masih ditanggung dari kabupaten, tetapi setelah dana BOS

(13)

commit to user

sebesar satu juta persiswa turun pada tahun 2013, tepatnya tahun ajaran 2013/2014, pemerintah kabupaten sudah tidak membantu biaya operasional lagi.”

Hal senada juga disampaikan oleh informan 5 (Kepala Sekolah) pada tanggal 11 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan gratis itu pendidikan dimana peraturan yang dibuat oleh bapak bupati untuk siswa, orangtua maupun wali siswa itu tidak dipungut biaya. Jadi orang tua tidak memberikan SPP, seratus persen gratis untuk operasional. Dana dari pendidikan gratis ini berasal dari BOS pusat. Sebelum BOS pusat itu turun dari pemerintah Sukoharjo membiayai dana pendidikan gratis di wilayah Kabupaten Sukoharjo.” Senada dengan apa yang disampaikan oleh informan di atas, informan 6 (Kepala Sekolah) pada tanggal 10 Desember 2014 menyampaikan bahwa:

“Pendidikan gratis di Sukoharjo itu gratis untuk operasional, kaitan biaya-biaya personal itu tetep dibebankan kepada siswa. Operasional ini meliputi semua kegiatan di sekolah, semua itu sudah tercover dari awalnya dari APBD dulu. Sukoharjo merupakan perintis pendidikan gratis ini. Tetapi setelah secara nasional itu muncul pendidikan gratis lewat BOS nasional, kemudian dari kabupaten Sukoharjo dari APBD itu distop untuk dialokasikan ke yang lain. Jadi pembiayaan hanya dari pusat. Ini sejak tahun ajaran 2013/2014. ”

Hal tersebut diperkuat oleh informan 10 (Kepala Sekolah) pada tanggal 22 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Yang gratis itu anu eee , untuk kebutuhan operasional sekolah, untuk kepentingan pribadi, personal anak itu tetap membayar sendiri seperti seragam, buku dan lainnya itu dari anak. Awalnya dana dari pendidikan gratis ini berasal dari ABPD, setelah dana BOS dari pusat turun APBD ditarik dan dialihkan untuk investasi sekolah.”

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Kebijakan Pendidikan Gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo telah dilaksanankan sejak tahun 2007 sejak era pemerintahan Bupati Bambang Riyanto. Pada awalnya dana Pendidikan Gratis di SMA Negeri diambilkan dari APBD Kabupaten Sukoharjo kemudian setelah Pemerintah Pusat menyalurkan dana BOS untuk SMA, bantuan dana operasional dari Pemerintah Kabupaten Sukoharjo ditarik. Yang dimaksud dengan gratis disini adalah gratis untuk keperluan operasional

(14)

commit to user

saja, wali murid atau siswa masih mengeluarkan biaya untuk kebutuhan pribadi siswa sendiri.

Selain mengkaji tentang bagaimana implementasi Kebijakan Pendidikan Gratis di Sekolah Menengah Atas Negeri se Kabupaten Sukoharjo, penelitian ini juga mengkaji tentang kendala-kendala yang dihadapi pada saat implementasi kebijakan dan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya pada penelitian ini. Adapun hasil temuan penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Implementasi Kebijakan Pendidikan Gratis di Sekolah Menengah Atas Negeri se Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2013/2014.

a. Menyusun strategi atau desain.

Sebelum kebijakan benar-benar dilaksanakan atau diimplementasikan ada banyak hal atau tindakan-tindakan yang perlu disiapkan terlebih dahulu supaya pelaksanaan kebijakan dapat berjalan secara maksimal. Mempersiapkan disini sama dengan merancang kebijakan turunan yang harus dilakukan dengan cara menentukan prosedur yang digunakan, perumusan tugas, perumusan tujuan, biaya dan waktu yang jelas. Adapun yang dilakukan sekolah dalam penyusunan strategi dan desain sebagai berikut:

1) Menentukan Prosedur yang digunakan

Hal pertama yang harus dilakukan Sekolah dalam pelaksanaan Pendidikan Gratis dari dana BOS adalah dengan mendata jumlah siswa yang mengenyam pendidikan di sekolah terkait guna menentukan jumlah dana yang diperlukan untuk kegiatan operasional. Data yang terkumpul kemudian di isikan secara online melalui website: Http://pendataan.dikmen.kemdikbud.go.id . Selain mengisi data ke website tersebut, data jumlah siswa persekolah juga harus di validasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dapodik tahun ajaran 2013/2014, serta sumber lain yang relevan. Selain itu, sekolah juga harus menyusun Rencana Anggaran Kegiatan Sekolah (RAKS) dan Rencana Anggaran dan Belanja (RAB) yang nantinya akan digunakan

(15)

commit to user

sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan gratis. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 3 (Kepala Sekolah) pada tanggal 19 November yang menyatakan bahwa:

“Jadi kita data dulu jumlah siswa yang sekolah disini karena besar dana BOS kan dihitung persiswa. Data tersebut kita kirimkan ke website kemendikbud, kemudaian setelah juknis BOS turun kita buat RAB dan RAKS sesuai dengan pedoman. Data jumlah siswa tersebut juga harus di validasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dapodik tahun ajaran 2013/2014, serta sumber lain yang relevan.” Senada dengan hal tersebut, informan 6 (Kepala Sekolah) pada tanggal 10 Desember 2014 menyatakan bahwa:

“Sekolah membuat MOU, MOU dengan pusat yaitu sesuai dengan jumlah muridnya. Disitu dibuatkan semacam perjanjian untuk melakukan pengelolaan. Awalnya sekolah harus menginput data jumlah siswa ke dikmen melalui website dikmen kemendikbud kemudian dari situlah jumlah dana yang diterima ditentukan.”

Hal senada juga disampaikan oleh informan 11 (Bendahara BOS) pada tanggal 11 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Sekolah membuat RAB BOS atau RAKS (Rencana Anggaran Kegiatan Sekolah) untuk satu semester. Berarti dananya nanti lima ratus ribu peranak dalam satu semester. Nah RAB itu dibuat, disahkan kemudian baru turun dana BOS yang dipakai untuk kegiatan-kegiatan operasional”. Selain itu informan tersebut juga menyatakan bahwa: “Dalam RAB itu tidak memuat data jumlah siswa ataupun nama-nama siswa, tetapi pada waktu pengusulan itu memang disertakan. Jadi daftar peserta didik SMA itu namanya siapa saja ada termasuk alamat dan orangtuanya sehingga tidak ada manipulasi, jumlahnya sesuai dengan kenyataan. Untuk RAB sendiri itu memang tidak disertai itu, tetapi untuk kelengkapan laporan harus menyertakan data jumlah siswa. Sebelumnya data jumlah siswa ini juga di input ke website kemendikbud.”

(16)

commit to user

Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh informan 12 (bendahara BOS) pada tanggal 16 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Kita buat dulu rencana anggaran sekolah atau RAB dan RAKS dengan kita orientasikan pada petunjuk teknis dengan uraian persiswa itu ada nominalnya. Jadi kita sesuaikan anggaran dan belanja sesuai dengan dana yang kita terima.”

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Informan 13 (Bendahara BOS) pada tanggal 19 Desember yang menyatakan bahwa:

“Dari pusat sudah diberi Juknis dimana ada poin-poin yang harus dilaksanakan tujuh atau berapa poin itu harus dilaksanakan dan dikembangkan sendiri oleh sekolah yang jelas ya untuk operasional sekolah selama per semester. Nah kami harus membuat RAB BOS dan RAKS dimana mengacu kepada juknis tersebut yang didalamnya juga sudah terlampir data jumlah siswa.”

Apa yang disampaikan oleh informan tersebut sesuai dengan dokumen Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun 2013 dan 2014 tentang mekanisme penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah Menengah Atas (BOS SMA).

Dari pernyataan informan serta bukti dari dokumen di atas dapat diketahui bahwa hal pertama yang harus dilakukan dalam pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Gratis dari BOS adalah dengan cara mendata jumlah siswa masing sekolah secara online melalui website http://pendataan.dikmen.kemdikbud.go.id . Data jumlah siswa masing-masing sekolah tersebut juga harus di validasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dapodik tahun ajaran 2013/2014, serta sumber lain yang relevan. Hal ini dilakukan untuk menentukan besarnya dana operasional yang akan diterima oleh Sekolah terkait BOS SMA baik untuk tahap II tahun 2013 (Juli-Agustus 2013) serta tahap I tahun 2014 (Januari-Juni 2014). Selain itu sekolah juga harus membuat RAB dan RAKS yang disesuaikan dengan Petunjuk Teknis.

(17)

commit to user

Kemudian, untuk mendapatkan bantuan berupa beasiswa baik BSM maupun BKM sekolah harus mendata jumlah siswa yang tidak mampu (miskin) yang diajukan ke pemerintah. Sedangkan untuk memperbaiki maupun memperbaharui sarana dan prasarana seperti rehab mapun pengadaan gedung baru, seperti ruang kelas, perpustakaan, laboratorium,dan lain-lain pihak sekolah membuat proposal ke pemerintah sesuai dengan kebutuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan 3 (Kepala Sekolah) pada tanggal 19 November 2014 yang menyatakan bahwa:

“Kalau beasiswa itu kita sosialisasikan dulu pada siswa dan orangtua, siapa yang berminat kemudian kita data siapa yang berhak, kita laporkan ke pemerintah. Kemudian untuk investasi itu ya, untuk investasi itu kita buat proposal dulu atau bisa pemerintah yang langsung memberikan bantuan dan kita laksanakan sesuai arahan lalu kita laporkan sesuai dengan dana yang diterima.”

Pernyataan yang senada juga disampaikan oleh informan 6 (Kepala Sekolah) pada tanggal 10 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Jadi untuk pengadaan gedung baru, rehab gedung, sarana dan prasarana yang berupa investasi untuk sekolah kita bisa mengajukan proposal ke pemerintah, disetujui atau tidaknya tergantung dari pemerintah. Jika bantuannya sudah datang nanti kita laksanakan sesuai dengan prosedur dan kita laporkan sesuai dengan bantuan yang kita terima. Nah kalau seperti beasiswa itu kita sosialisasikan dulu kemudian jumlah siswa yang miskin di data, lalu kita laporkan ke pemerintah.”

Hal tersebut diperkuat oleh informan 10 (Kepala Sekolah) pada tanggal 22 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Untuk pembangunan gedung, rehab gedung seperti yang kita bisa lihat diluar itu kita buat proposal dulu. Kemudian nanti kita laporkan sesuai dengan dana yang diterima. Untuk beasiswa kita data dulu jumlah siswa miskin lalu kita laporkan ke pemerintah.”

(18)

commit to user

Jadi bisa dikatakan untuk memperoleh bantuan berupa investasi baik berupa rehab maupun pembaharuan sarana dan prasarana pihak sekolah membuat proposal terlebih dahulu dan setelah bantuan cair kemudian dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan dilaporkan sesuai dengan bantuan yang diterima oleh sekolah. Sedangkan untuk beasiswa pihak sekolah melakukan sosialisasi terlebih dahulu, kemudian mendata siswa yang berhak mendapatkan beasiswa tersebut lalu melaporkannya ke pemerintah.

Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa setelah sekolah melakukan sosialisasi, mendata jumlah siswa yang mendapat bantuan dan kemudian melaporkannya ke pemerintah, langkah selanjutnya yang dilakukan sekolah adalah menentukan prosedur yang digunakan untuk pelaksananaan pendidikan gratis yang selanjutnya digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan gratis. Dalam hal ini sekolah membuat Rencana Anggaran Kegiatan Sekolah (RAKS) dan Rencana Anggaran dan Belanja (RAB). Penyusunan RAKS dan RAB ini disesuaikan dengan petunjuk teknis BOS SMA, BSM, DAK, maupun peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah.

2) Perincian Tugas

Pendidikan gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo merupakan tanggung jawab bersama semua lapisan masyarakat, baik Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Warga Sekolah, maupun masyarakat pada umumnya. Semua memiliki tugas masing-masing untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan dari pendidikan gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo ini diperlukan adanya koordinasi dan kerjasama antara semua lapisan masyarakat yang ada. Jadi bisa dikatakan setiap lapisan masyarakat bertanggungjawab dalam

(19)

commit to user

pelaksanaan pendidikan gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 1 (Kepala Sekolah) pada tanggal 13 November 2014 yang menyatakan bahwa:

“Ya kalau ditanya siapa saja yang terlibat semuanya terlibat, mulai dari pemerintah, sekolah, masyarakat, semuanya terlibat dalam pendidikan gratis ini. Kalau dari sekolah sendiri yang bertanggungjawab itu kepala sekolah sebagai penanggungjawab, bendahara BOS yang memegang uang, sama wakasek-wakasek yang memerlukan dana BOS.”

Senada dengan apa yang disampaikan informan di atas, informan 4 (Kepala Sekolah) pada tanggal 8 Desember 2014 juga menyatakan bahwa:

“Semua pihak terlibat dan bertanggungjawab, pemerintah, sekolah dan masyarakat semuanya bertanggungjwab. Kemudian dari pihak sekolah sendiri yang bertanggungjawab adalah bendahara BOS sebagai pengelola dana, Kepala Sekolah sebagai penanggungjawab, di seksi kurikulum ada penanggungjawabnya sendiri, sarana prasarana ada penanggungjawabnya sendiri, kemudian kesiswaan ada penanggungjawabnya, jadi masing-masing memiliki tugasnya.”

Hal serupa juga disampaikan oleh informan 5 (Kepala Sekolah) pada tanggal 8 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Pemerintah, sekolah, masyarakat semuanya terlbat dan bertanggungjawab. Pemerintah dan masyarakat lebih kepada pengawasan, sedangkan sekolah dalam hal pelaksanaanya. Di sekolah sendiri ada bendahara BOS (Informan 11) sebagai pengelola, di bantu beberapa teman sebagai anggota tim karena membuat laporankan ya sulit kita sehingga perlu ada beberapa tenaga dari pihak guru agar proses belajar mengajarnya tidak terganggu untuk mengurusi tentang pendidikan gratis ini dari perencanaan, pengawasan kemudian sampai pelaporan.”

Senada dengan hal itu informan 7 (Kepala Sekolah) pada tanggal 18 Desember juga menyatakan bahwa:

“Semuanya terlibat dan bertanggungjawab mas, pemerintah dan masyarakat dalam hal ini mengawasi sedangkan

(20)

commit to user

sekolah bertanggungjawab dalam hal pelaksanaan. Untuk pihak sekolah, tim manajemen BOS terdiri dari saya selaku Kepala Sekolah yang bertanggungjawab secara umum, bendahara BOS sebagai pengelola dana, serta wakasek-wakasek yang terlibat dalam penggunaan dana BOS misalnya wakasek sarpras yang perlu dana untuk perbaikan, dan lainnya.”

Pernyataan tersebut diperkuat oleh informan 10 (Kepala Sekolah) pada tanggal 22 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Pemerintah, Sekolah dan masyarakat bertanggungjawab. Semuanya memiliki tugas masing-masing, kalau Sekolah sendiri bertanggungjawab untuk pelaksanaanya. Di sekolah ada tim yang dibentuk berdasarkan SK Kepala Sekolah ada unsur siswa, ada unsur guru, komite, ada unsur pimpinan yakni kepala sekolah. Semua memilik tugasnya masing-masing.”

Hal ini juga diperkuat oleh dokumen Petunjuk Teknis BOS SMA baik tahun anggaran 2013 BAB V (halaman 16-17) maupun 2014 BAB V (halaman 25-27) tentang peran instansi terkait dimana dengan jelas di uraikan peran-peran instansi terkait baik tingkat pusat (Direktorat Pembinaan SMA), tingkat provinsi (Dinas Pendidikan Provinsi), tingkat kabupaten/kota (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota), serta tingkat Sekolah. Selain itu dalam petunjuk teknis BOS SMA tahun 2013 (halaman 24) maupun 2014 (halaman 42) juga tertera alamat layanan pengaduan masyarakat sehingga masyarakat bisa memberikan informasi dan pengaduan tentang pelaksanaan program BOS SMA.

Selain itu dalam dokumen Petunjuk Teknis BSM juga dijelaskan tentang pembagian tugas dan peran mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, sekolah dan lembaga penyalur. Dalam juknis tersebut terdapat pula layanan pengaduan sehingga apabila siswa atau masyarakat menemui adanya pelanggaran dapat melaporkan ke alamat yang tertera dalam layanan pengaduan tersebut.

(21)

commit to user

Dari informasi di atas dapat diketahui bahwa semua pihak baik pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, warga sekolah maupun masyarakat pada umumnya bertanggung jawab atas pelaksanaan program pendidikan gratis ini. Semua pihak memiliki perannya masing-masing guna tercapainya tujuan kebijakan pendidikan gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo. Oleh karena itu, guna tecapainya tujuan dari kebijakan ini diperlukan adanya kerjasama yang baik antara semua pihak yang terlibat.

Pada tingkat sekolah, pengelolaan program ini dilakukan oleh panitia yang dibentuk oleh Kepala Sekolah. Panitia terdiri dari unsur kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan komite sekolah yang dibentuk secara musyawarah. Kepala Sekolah bertugas sebagai penanggungjawab program yang bertanggungjawab terhadap seluruh pengelolaan dana Pendidikan Gratis. Selain itu untuk mengelola Pendidikan Gratis di sekolah terdapat tim yang terdiri dari pendidik/tenaga kependidikan. Bendahara bertugas sebagai pengelola keuangan dimana bendahara ini dapat diambilkan dari bendahara rutin atau bendahara khusus yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah. Peran Komite sendiri yaitu untuk memberikan bantuan tenaga maupun pemikiran, pengontrol kualitas pelaksanaan program, dan sekaligus sebagai mediator antara sekolah dengan masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh informan 2 (Kepala Sekolah) pada tanggal 18 November 2014 yang menyatakan bahwa:

“Jadi di sekolah itu kepala sekolah bertanggungjawab sebagai penanggungjawab program dan nanti dibantu oleh tim yang dibentuk kepala sekolah. Untuk pengelolaan keuangan ada bendahara. Selain itu kita juga melibatkan komite sekolah, biasanya untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan pada kami dan juga sebagai perwakilan dari orangtua siswa.”

Hal yang sama juga diampaikan oleh informan 7 (Kepala Sekolah) pada tanggal 18 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

(22)

commit to user

“Penanggung jawab programnya itu kepala sekolah. Jadi kepala sekolah itu bertanggungjawab terhadap seluruh pengelolaan dana pendidikan gratis ini. Kemudian kepala sekolah menunjuk bendahara sebagai pengelola dananya, selain itu kita juga dibantu oleh tim yang ditunjuk oleh kepala sekolah juga. Komite juga kita libatkan untuk mewakili orangtua siswa dalam pengelolaan program pendidikan gratis ini.”

Pernyataan tersebut diperkuat oleh informan 10 (Kepala Sekolah) pada tanggal 22 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Untuk pengelolaan keuangannya kita serahkan ke Bendahara BOS yang ditunjuk berdasarkan SK Kepala Sekolah. Saya sendiri sebagai kepala sekolah bertanggungjawab dalam pengelolaan dana BOS secara umum. Ada juga tim yang membantu kita yang diambilkan dari wakasek, guru maupun tenaga pendidikan. Komite juga berperan dalam pelaksanaan pendidikan gratis ini, komite dapat memberikan masukan-masukan bagi sekolah, mengawasi pelaksanaan program dan juga sebagai istilahnya mediator antara sekolah dan orangtua siswa.” Selain itu dalam Juknis BOS SMA baik tahun 2013 (halaman 19) maupun tahun 2014 (halaman 30-31) Bab V tentang pengelolaan program BOS SMA juga dijelaskan tentang tugas-tugas pengelola program di tingkat SMA. Pada Juknis tersebut disebutkan bahwa dalam pelaksanaannya pendidikan gratis dikelola oleh tim atau panitia yang terdiri dari unsur kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan komite sekolah yang dibentuk secara musyawarah. Kepala Sekolah bertugas sebagai penanggungjawab program yang bertanggungjawab terhadap seluruh pengelolaan dana BOS SMA. Selain itu untuk mengelola BOS di sekolah terdapat tim yang terdiri dari pendidik/tenaga kependidikan. Bendahara BOS bertugas sebagai pengelola keuangan dimana bendahara ini dapat diambilkan dari bendahara rutin atau bendahara khusus yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah. Peran Komite sendiri yaitu untuk memberikan bantuan tenaga maupun pemikiran, pengontrol kualitas pelaksanaan program, dan sekaligus sebagai mediator antara sekolah dengan masyarakat.

(23)

commit to user

Sedangkan dari dokumen Petunjuk teknis BSM pada bagian pembagian tugas dan peran juga menyebutkan bahwa pengelola BSM tingkat sekolah adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru yang ditunjuk dan Komite Sekolah.

Dari pernyataan-pernyataan dan bukti dokumen di atas dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaannya pendidikan gratis dikelola oleh tim atau panitia yang terdiri dari unsur kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan komite sekolah yang dibentuk secara musyawarah. Kepala Sekolah bertugas sebagai penanggungjawab program yang bertanggungjawab terhadap seluruh pengelolaan dana Pendidikan Gratis. Selain itu untuk mengelola BOS di sekolah terdapat tim yang terdiri dari pendidik/tenaga kependidikan. Bendahara BOS bertugas sebagai pengelola keuangan dimana bendahara ini dapat diambilkan dari bendahara rutin atau bendahara khusus yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah. Peran Komite sendiri yaitu untuk memberikan bantuan tenaga maupun pemikiran, pengontrol kualitas pelaksanaan program, dan sekaligus sebagai mediator antara sekolah dengan masyarakat.

3) Perumusan Tujuan

Pendidikan gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo ditujukan untuk memberi kesempatan yang sama bagi semua masyarakat yang ingin menempuh pendidikan SMA di kabupaten tersebut tanpa memandang status sosial masyarakat. Antara warga yang mampu dan tidak mampu semuanya sama-sama memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan di tingkat SMA. Selain itu, kebijakan ini juga bertujuan untuk mengurangi angka putus sekolah di Kabupaten Sukoharjo. Hal ini sesuai dengan apa yang di sampaikan oleh informan 14 (Guru) pada tanggal 13 November 2014 yang menyatakan bahwa:

(24)

commit to user

“Tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mengenyam pendidikan mas. Terutama dalam hal ini siswa yang kurang mampu. Dengan adanya pendidikan gratis ini akan sangat membantu bagi siswa yang tidak mampu untuk memperoleh pendidikan di SMA ini dan tentunya untuk mengurangi angka putus sekolah.”

Hal senada juga disampaikan oleh informan 15 (guru) pada tanggal 18 November 2014 yang menyatakan bahwa:

“Jadi tujuannya itu mas untuk memberi kesempatan yang sama bagi siswa untuk belajar. Sehingga siswa itu lebih tenang dalam belajar karena tidak harus memikirkan hal yang macam-macam seperti biaya SPP, uang Gedung, operasional, jadi siswa bisa lebih fokus dalam belajar.” Hal yang hampir sama juga disampaikan oleh informan 16 (Guru) pada tanggal 19 November 2014 yang menyatakan bahwa:

“Yang jelas dengan adanya pendidikan gratis ini dapat mengurangi angka putus sekolah. Jadi semua siswa dapat kesempatan yang sama untuk memperoleh pembelajaran. Dengan adanya pendidikan gratis ini dari anak-anak yang tidak mampu bisa apa, bisa melakukan atau belajar dengan baik. Dengan program pendidikan gratis mereka bisa tertampung, mendapatkan kesempatan belajar seperti mereka yang mampu.”

Senada dengan hal tersebut informan 8 (Kepala Sekolah) pada tanggal 16 Desember 2014 menyatakan bahwa:

“Sesuai dengan namanya mas, pendidikan gratis ini bertujuan untuk menggratiskan biaya sekolah berupa biaya operasional, ingat, biaya operasional saja. Nah, dengan adanya pendidikan gratis ini juga bertujuan untuk mengurangi jumlah anak putus sekolah. Jadi anak yang tidak mampu dapat melanjutkan sekolah tanpa harus memikirkan biaya operasional yang sudah ditanggung oleh pemerintah.”

Informasi tersebut diperkuat oleh pernyataan dari informan 10 (Kepala Sekolah) pada tanggal 22 Desember yang menyatakan bahwa:

“Tujuannya yakni mengurangi angka putus sekolah, memberikan kesempatan yang sama kepada siswa terutama

(25)

commit to user

dalam hal ini membantu siswa yang tidak mampu untuk bersekolah.”

Selain itu, informasi dari informan di atas juga diperkuat oleh dokumen Petunjuk Teknis BOS baik tahun 2013 (halaman 2) dan tahun 2014 (halaman 3) tentang tujuan BOS SMA yang mana di dalamnya tertulis bahwa tujuan dari BOS SMA diantaranya adalah mengurangi angka putus sekolah, mewujudkan keberpihakan pemerintah (affimative action) bagi siswa miskin SMA dengan membebaskan (fee waive) dan/atau membantu (discount fee) tagihan biaya sekolah bagi siswa miskin, serta memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa miskin SMA untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu.

Dalam dokumen juknis BSM juga disebutkan tentang tujuan dari program BSM tersebut yakni memberi peluang bagi lulusan SMP/MTs atau yang sederajat dari keluarga kurang mampu untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA), mencegah siswa miskin SMA dari kemungkinan putus sekolah akibat kesulitan biaya pendidikan, memberikan peluang dan kesempatan yang lebih besar kepada siswa miskin SMA untuk terus bersekolah hingga menyelesaikan pendidikan.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa tujuan dilaksanakannya Pendidikan Gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo ini adalah untuk memberikan kesempatan yang sama kepada semua masyarakat terutama bagi tidak mampu guna memperoleh pendidikan di tingkat SMA serta mengurangi angka putus sekolah di tingkat SMA. Dalam hal ini tujuan yang dirumuskan oleh sekolah sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

4) Biaya dan Waktu

Dana Pendidikan Gratis berasal dari dana program BOS, BSM, Dana Alokasi Khusus bidang Pendidikan, dana pendamping,

(26)

commit to user

sponsor dan masyarakat. Khusus untuk dana dari masyarakat sendiri bersifat insidensial, tidak membebani dan tidak memaksa.

a) Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMA

Besarnya dana BOS SMA yang diterima sekolah tergantung dari jumlah siswa yang bersekolah di sekolah terkait. Jumlah dana yang diterima sekolah adalah Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per siswa pertahun atau Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) persemester. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 4 (Kepala Sekolah) pada tanggal 8 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“BOS itu kan satu tahun satu juta persiswa atau lima ratus ribu persemester. Jumlah dana yang diterima sekolah tergantung dari jumlah siswa mas. Jadi kalau misalnya jumlah siswa disini 700 tinggal dikalikan saja dengan lima ratus ribu persemester.”

Penyataan yang senada juga disampaikan oleh informan 5 (Kepala Sekolah) pada tanggal 11 Desember yang menyatakan bahwa:

“Dihitung dari jumlah siswa yang tahun pelajaran ini tiap semesternya lima ratus. Jadi satu tahun berarti satu juta kali jumlah siswa.”

Hal yang sama juga disampaikan oleh informan 7 (Kepala Sekolah) pada tanggal 18 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Jumlah dana yang diterima oleh sekolah itu dihitung dari jumlah siswa yang sekolah disini. Satu siswa mendapatkan dana sebesar lima ratus ribu persemester atau sebesar satu juta pertahun. Jadi tinggal dikalikan saja mas dapatnya brapa.”

Senada dengan hal tesebut, informan 8 (Kepala Sekolah) pada tanggal 16 Desember 2014 menyatakan bahwa:

“Setiap siswa mendapat bantuan dari pemerintah pusat untuk biaya operasional atau BOS ini sebesar satu juta pertahun atau lima ratus ribu persemester. Jumlah dana

(27)

commit to user

yang diterima sekolah itu tergantung dari banyaknya siswa mas.”

Hal ini juga diperkuat oleh dokumen Petunjuk Teknis BOS SMA tahun 2013 (halaman iii) tentang satuan biaya dan juga Petunjuk Teknis BOS SMA tahun 2014 (halaman vi) tentang satuan biaya BOS SMA yang menjelaskan bahwa besar bantuan per sekolah diperhitungkan berdasarkan jumlah siswa dimana setiap siswa menerima dana BOS sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah)/tahun atau Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)/semester.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk kegiatan operasional, sekolah didanai oleh program BOS SMA yang diperoleh dari Pemerintah Pusat. Besar dana yang diterima sekolah tergantung dari jumlah siswa yang bersekolah disekolah tersebut dimana setiap siswa menerima dana BOS sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah)/tahun atau Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)/semester.

Dana BOS SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo turun secara dua tahap, yakni tahap II untuk tahun 2013 (antara Juli-September) dan tahap I untuk tahun 2014 (antara Januari-Februari). Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 1 (Kepala Sekolah) pada tanggal 13 November 2014 yang menyatakan bahwa:

“Biasaya setiap satu semester, tiap satu semester keluar tapi bulannya engga tentu. Kadang kalau semester satu itu bulan agustus semester dua bulan februari, biasanya itu hlo.”

Senada dengan pernyataan di atas, informan 2 (Kepala Sekolah) pada tanggal 18 November juga menyatakan bahwa:

“Keluarnya itu setahun dua kali, jadi tiap semester keluar. Untuk semester satu antara bulan Juli sampai bulan September kemudian untuk semester dua antara Januari sampai Februari. Jadi ga pasti kapan keluarnya.”

(28)

commit to user

Hal serupa juga disampaikan oleh informan 6 (Kepala Sekolah) pada tanggal 10 Desember yang menyatakan:

“Turunnya biasanya anu, awal awal setelah MOU itu turun. Hanya kalo pas masa-masa transisi itu kan hampir bulan kedua, kisaran bulan dua tiga itu baru bisa di transfer ke rekening sekolah.”

Apa yang disampaikan oleh informan-informan di atas terebut senada dengan yang disampaikan oleh informan 11 (Bendahara BOS) yang menyatakan bahwa:

“Turunnya itu eeee, setiap semester, setiap semester itu tidak langsung turun tapi kadang separuhnya dulu. Bulan berikutnya separuhnya lagi tapi masih dalam semester itu.”

Hal senada juga diperkuat oleh informan 13 (Bendahara BOS) pada tanggal 16 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Per awal semester jadi kalo misalnya awal tahun ajaran 2013/2014 berarti ya eee, Juni eh sekitar Juli 2013. Kemudian kalau semester dua itu antara bulan Januari Februari.”

Pernyataan dari informan-informan tersebut diperkuat dengan dokumen Petunjuk teknis BOS SMA baik tahun 2013 tentang jadwal penyaluran bantuan BOS SMA tahap II (halaman 15) maupun tahun 2014 tahap I (halaman 21).

Dari informasi dan bukti dokumen di atas dapat diketahui bahwa penyaluran dana BOS SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2013/2014 melalui dua tahap, yakni tahap II untuk tahun 2013 dan tahap I untuk tahun 2014. Tahap pertama berlangsung antara Juli-Agustus 2013 dan tahap kedua antara Januari-Februari 2014 .

(29)

commit to user

Besar dana BSM yang diterima oleh siswa yakni sebesar Rp. 1.000.000, persiswa pertahun atau Rp. 500.000,00 persemester. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan 5 (Kepala Sekolah) pada tanggal 11 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Ya dalam hal untuk memenuhi kebutuhan pribadi siswa yang tidak mampu pemerintah juga memberikan bantuan berupa beasiswa. Jadi ini bisa digunakan untuk beli seragam, beli tas, untuk transportasi dan keperluan pribadi anak lainnya. Besarnya itu eeee satu juta pertahun atau lima ratus ribu persemester untuk satu anak.”

Hal yang sama juga disampaikan oleh informan 6 (Kepala Sekolah) pada tanggal 18 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Beasiswa baik dari BSM maupun BKM itu lima ratus ribu peranak, khusus untuk kelas tiga hanya dapat untuk satu semester saja.”

Pernyataan tersebut diperkuat oleh pernyataan dari informan 10 (Kepala Sekolah) pada tanggal 22 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Iya, jadikan untuk menutupi biaya pribadi khususnya bagi anak-anak yang tidak mampu itu ada beasiswa, BSM maupun BKM. Besarnya itu peranak dapat lima ratus ribu persemester.”

Selain itu dalam dokumen juknis BSM tentang nilai bantuan dan pemanfaatan dana juga disebutkan mengenai jumlah bantuan yang diterima siswa yakni sebesar Rp.1.000.000,00 persiswa pertahun atau Rp.500.000,00 persemester. Dalam juknis BSM juga disebutkan tentang pemanfaatan dana BSM yakni untuk keperluan pribadi seperti membeli buku dan alat tulis sekolah, pakaian dan perlengkapan sekolah, transportasi siswa ke sekolah, uang saku, dan biaya khusus atau les tambahan.

(30)

commit to user

Dari informasi di atas dapat diketahui bahwa dana BSM cair tiap semester sebesar Rp. 500.000,00 persiswa dimana untuk satu tahun jumlah bantuan yang diperoleh oleh siswa adalah Rp. 1.000.000,00. BSM dapat digunakan untuk menutupi biaya pribadi siswa yang tidak mampu seperti untuk membeli seragam, alat tulis, uang saku dan keperluan pribadi lainnya.

c) Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan dan Dana Pendamping.

Untuk besar DAK dan dana pendamping diterima sesuai dengan proposal yang diajukan sekolah atau sesuai dengan kebijakan dari pemerintah. Informasi ini sesuai dengan pernyataan dari informan 2 (Kepala Sekolah) pada tangal 18 November 2014 yang menyatakan bahwa:

“Kita ajukan proposal ke pemerintah, missal kurangnya apa kita ajukan diproposal. Masalah disetujui atau tidaknya itu tergantung dari pemerintah.”

Peryataan tersebut serupa dengan pernyataan informan 18 (Wakasek Sarana dan Prasarana) pada tanggal 10 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Dalam hal ini kita mengajukan proposal ke pemerintah daerah apakah bisa turun atau bisa cair atau tidak, jadi proses pengadaannya melalui proposal. Keadaan sarana dan prasarana disini kalau dikatakan cukup seratus persen ya belum, tetapi yang sudah ada kami manfaatkan sebaik-baiknya sambil berjalan kami mengajukan proposal kurangnya apa.”

Pernyataan tersebut diperkuat oleh informan 8 pada tanggal 16 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Untuk memenuhi kebutuhan sekolah terutama untuk sarana dan prasarana biasanya kita ajukan proposal pada pemerintah. Nah bisa dilihat sendiri mas, kan sekolah ini lagi ada pembangunan dan itu hasil dari pengajuan proposal. Jadi kita butuhnya apa nanti kita ajukan ke pemerintah.”

(31)

commit to user

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh bantuan DAK dan dana pendamping sekolah harus membuat proposal terlebih dahulu dan keputusan mengenai bantuan yang diterima oleh sekolah tergantung dari kebijakan pemerintah.

d) Sponsor dan Masyarakat

Sumber dana lain selain dari BOS, beasiswa, DAK dan dana pendamping adalah dari sponsor dan masyarakat. Dana dari sponsor dan masyarakat ini digunakan untuk kepentingan dari siswa sendiri yang tidak bisa ditutupi oleh sumber dana lainnya. Kegiatan yang memerlukan dana dari sponsor dan masyarakat diantaranya adalah pensi, lomba, dan ekstrakulikuler. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan 24 (Siswa) pada tanggal 18 November 2014 yang menyatakan bahwa:

“Nah biasanya kalau untuk kegiatan-kegiatan yang besar itu kayak pensi misalnya itu kita nyari sponsor mas. Selain nyari sponsor kita juga minta iuran ke siswa.”

Senada dengan hal itu, informan 27 (Siswa) pada tanggal 11 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Jadi kita cari sponsor mas biasanya. Kalau gak nyari sponsor ya kita tarik iuran ke siswa. Atau bisa dari dua-duanya, dari sponsor iya dari siswa iya. Masalahnya dana yang kita butuhkan itu gak sedikit juga”

Hal serupa juga dinyatakan oleh informan 31 (Siswa) pada tanggal 13 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Kadang masalanya di dana mas. Jadi kalau kita mau ngadain kegiatan misalnya pensi itu terhambat didananya. Tapi kita tetep cari solusi dengan mencari sponsor atau iuran dari siswa.”

(32)

commit to user

Serupa dengan pernyataan tersebut Informan 4 (Kepala Sekolah) pada tanggal 8 Desember 2014 menyatakan bahwa:

“Kalau ada undangan-undangan lomba dari lembaga-lembaga itu kan banyak sekali sebenarnya. Nah itu kita yang agak kesusahan. Caranya ya kita selektif pilih kegiatan lomba yang ditunjang oleh dana pemerintah, misalnya OSN terus debat bahasa inggris yang diadakan oleh dinas yang sifatnya berjenjang seperti kalau lolos kabupaten nanti lanjut ke karesidenan kemudian provinsi lalu nasional. Kalau ada lomba yang sifatnya tidak berjenjang yang butuh banyak dana ya kita selektif. Kadang-kadang untuk mengeksplor tadi, kemampuan misalnya ada lomba kemana gitu anak-anak juga butuh dana. Kadang orangtua juga kami libatkan disini.”

Hal yang sama juga disampaikan oleh informan 39 (Pembina Ekstrakulikuler) pada tanggal 19 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Bisa kita iuran, bisa juga mengajukan proposal. Kalau proposal tidak disetujui ya kita terpaksa iuran, hla mau

gimana lagi. Tapi tidak ada paksaan ke anak-anak, yang

mau iuran saja.”

Jadi dapat diketahui bahwa dana dari sponsor dan masyarakat digunakan untuk memenuhi kegiatan siswa seperti pensi, lomba akademik maupun non akademik, dan ekstrakulikuler. Khusus dana dari masyarakat atau siswa bersifat suka rela, tidak membebani dan tidak memaksa.

b. Melaksanakan kebijakan dengan cara mendayagunakan serta mengorganisasikan semua sumberdaya yang dimiliki.

Pada saat kebijakan benar-benar dilaksanakan semua sumber daya yang dimiliki harus diorganisasikan dan didayagunakan agar tercipta kesatuan dari berbagai sumber daya yang ada tersebut agar membantu tercapainya tujuan dari kebijakan. Mendayagunaan sumber daya yang dimaksud disini adalah mendayagunakan sumber daya manusia (SDM)

(33)

commit to user

dan dana baik melalui koordinasi, komunikasi ataupun sosialisai. Hal ini dilakukan pada saat kebijakan dilaksanakan agar pelaksanaan kebijakan berjalan sesuai prosedur atau pedoman yang digunakan.

Dalam pelaksanaannya, Implementasi Kebijakan Pendidikan Gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2013/2014 telah mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki baik SDM maupun dana sesuai dengan prosedur yang digunakan. Dalam hal pendayagunaan sumber daya manusia sudah dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya koordinasi maupun sosialisasi baik antara pihak pemerintah, sekolah maupun masyarakat yang sesuai dengan pernyataan dari informan 3 (Kepala Sekolah) pada tanggal 19 November 2014 yang menyatakan bahwa:

“Tentu, Pak Bupati sendirikan juga menyampaikan informasi ke masyarakat mengenai program pendidikan gratis itu, jadi sosialisasi ke masyarakat itu pasti. Dari pak bupati ada, dari sekolah tentu baik kepada orangtua, kepada siswa pada saat upacara. Kepada orangtua melalui komite, waktu pembagian rapor kita sampaikan.”

Hal serupa juga dinyatakan oleh informan 24 (Siswa) pada tanggal 18 November 2014 yang menyatakan bahwa:

“Tiap awal tahun tiap pergantian semester , tiap penerimaan peserta didik baru itu ada koordinasi atau sosialisasi sama orang tua kalau kita tuh ya emang pendidikan gratis tapi tidak sepenuhnya gratis. Kita seragam juga beli, buku juga beli.” Senada dengan hal tersebut, informan 17 (Guru) pada tanggal 8 Desember 2014 menyatakan bahwa:

“Jadi setiap mau ngambil rapor atau tahun ajaran baru terutama kalau kelas sepuluh, orangtua siswa dikumpulkan untuk koordinasi dan sosialisasi mengenai pendidikan gratis ini.” Apa yang disampaikan oleh informan di atas serupa juga dengan pernyataan informan 31 (Siswa) pada tanggal 13 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

(34)

commit to user

“Wali murid itukan diundang ke sekolah untuk sosialisasi program pendidikan gratis. Biasanya itu dilakukan pada saat penerimaan rapor atau tahun ajaran baru.”

Hal ini diperkuat oleh informan 10 (Kepala Sekolah) pada tanggal 22 Desember yang menyatakan bahwa:

“Ada pembinaan dari pemerintah terutama untuk SPJ, terutama kalau ada pencairan dan SPJ. Kepada wali murid juga di informasikan, juga ada sosialisasi paling tidak lewat muridnya di upacara itu kalau Anda dibiayai oleh dana BOS pusat sekian makanya bisa gratis. Jadi harus disosialisasikan.”

Jadi bisa disimpulkan bahwa Sekolah maupun pemerintah telah mendayagunakan SDM dan dana. Setiap pihak yang terlibat dalam manajemen pendidikan gratis telah bekerjasama dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan gratis.

Selain itu, penggunaan dana juga dilakukan sesuai prosedur yang sudah tertera dalam juknis. Dalam hal penggunaan dana BOS digunakan memenuhi kebutuhan operasional diantaranya untuk pengadaan buku teks pelajaran, pengadaan alat tulis sekolah, penyelenggaraan kegiatan pembinaan siswa/ekstrakutikuler, dan lain-lain yang disebutkan dalam pos penggunaan dana BOS yang tertera dalam juknis. Penggunaan dana BOS juga mengacu pada perencanan sebelumnya yakni pada RAB (Rencana Anggaran dan Belanja) BOS dan RAKS (Rencana Anggaran dan Kegiatam Sekolah). Sumber dana lainnya seperti BSM, DAK dan dana pendamping juga telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan 2 (Kepala Sekolah) pada tanggal 18 November 2014 yang menyatakan bahwa:

“Harus sesuai, kan nanti ada SPJ. Penggunaannya juga sudah sesuai dengan aturan yang ada dan yang berlaku. Itu harus tidak sembarangan dalam menggunakan dana BOS ini, Sekolah harus bertanggungjawab penuh terhadap penggunaannya.” Serupa dengan pernyataan tersebut, informan 3 (Kepala Sekolah) pada tanggal 19 November 2014 menyatakan bahwa:

(35)

commit to user

“Ya harus, jadikan untuk, untuk penggunaanya harus sesuai dengan perencanaan karena sebelumnya kita sudah menyusun Rencana Anggaran Kegiatan Sekolah (RAKS) dan RAB. Nah untuk pelaksanaan harus mengacu ke RAKS jadi harus sesuai antara kegiatan yang kita laksanakan dengan perencanaan sebelumnya.”

Hal senada juga disampaikan oleh informan 11 (Bendahara BOS) pada tanggal 11 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Jadi harus sesuai dengan RAB dan RABnya itu sudah ditentukan poin-poinnya dari sana, apa yang boleh di SPJ kan, apa yang bisa di SPJ kan, yang tidak di SPJ kan sudah ada ketentuannya. Jadi kita hanya tinggal mengikuti, cuma kita buat itu sesuai dengan kebutuhan sekolah. Kebutuhan sekolah misalnya untuk kebutuhan ATK kebutuhannya berapa kita sesuaikan.”

Senada dengan hal itu informan 12 (Bendahara BOS) juga menyatakan bahwa:

“Iya no, harus sesuai dengan perencaan sebelumnya. Kan sebelumnya sekolah membuat RAB dan RAKS, jadi harus disesuaikan dengan itu. Kita sesuaikan dengan peraturan yang ada.”

Pernyataan tersebut diperkuat Informan 13 (Bendahara BOS) yang menyatakan bahwa:

“Ya kita kan punya rencana, baik RAB maupun RAKS (Rencana Anggaran Kegiatan Sekolah) jadi kita sesuaikan dengan itu pelaksanaannya. Tapi kan kita tidak tahu di belakangnya ada apa.”

Dari informasi di atas dapat dikatakan bahwa sumber daya yang berupa dana sudah digunakan sesuai dengan prosedur. Sekolah sebelumnya membuat Rencana Anggaran dan Belanja (RAB) serta Rencana Anggaran Kegiatan Sekolah (RAKS) dimana semua kegiatan dan penggunaan dana disesuaikan dengan rencana tersebut.

c. Melakukan monitoring atau pengawasan, pelaporan serta melakukan evaluasi.

(36)

commit to user 1) Monitoring atau pengawasan

Pengawasan atau monitoring bertujuan agar pelaksanaan dari sebuah kebijakan dapat berjalan sesuai dengan prosedur. Pengawasan juga dilakukan agar tidak terjadi penyelewengan maupun penyimpangan dalam implementasi kebijakan. Dapat dikatakan pula bahwa pengawasan merupakan alat kontrol agar sebuah kebijakan bisa berjalan sesuai dengan batasan-batasan yang tertera dalam prosedur.

Pada saat Kebijakan Pendidikan Gratis di SMA Negeri di implementasikan, pengawasan dilakukan oleh pihak intern maupun ekstern. Pengawasan dari pihak intern dilakukan oleh Komite Sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten melalui pengawas sekolah, sedangkan pengawasan ekstern dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan Direktorat Pembinaan SMA. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan dari informan 1 (Kepala Sekolah) pada tanggal 13 November yang menyatakan bahwa:

“Pengawasannya itu ga tentu ya, jadi semacam sidak gitu. Kalau ada pengawasan mendadak ya kami mau gak mau harus siap. Tapi kami juga selalu siap kapanpun pengawasan dilakukan.”

Hal serupa juga dinyatakan oleh informan 4 (Kepala Sekolah) pada tanggal 8 Desember 2014 yang menyatakan bahwa:

“Pengawasan dari Dinas Kabupaten iya, kemudian dari provinsi, dari pusat juga ada. Pengawasan itu ya monitoring paling enggak satu semester itu satu kali. Gak dijadwal, pokoknya kita hanya tahu itu kalau satu semester sekali. Kadang yang melakukan monitoring kesini tapi kadang juga kita dipanggil dan dikumpulkan disuatu tempat di Sukoharjo itu.”

Senada dengan hal tersebut, informan 6 (Kepala Sekolah) pada tanggal 10 Desember 2014 juga menyatakan bahwa:

“Ada, pasti ada. Selain kita membuat SPJ laporan tetap ada bentuk pengawasan baik dari provinsi maupun kabupaten ataupun pusat itu secara temporer itu melakukan pengawasan. Ada yang kesini kemudian minta SPJ kemudian dicek dulu nanti kalau ada kesalahan kita

(37)

commit to user

diberikan pengarahan. Atau mungkin bisa cek lokasi mungkin secara temporer apakah ada masalah, kalau ada masalah. Tapi secara rutinitas baik dilakukan pengawasan atau tidak, pihak sekolah tetap melakukan pelaporan. Pengawasan biasanya dilakukan pada akhir-akhir pelaporan SPJ, tidak terjadwal.”

Apa yang disampaikan oleh informan tersebut diperkuat juga dengan yang disampaikan oleh informan 12 (Bendahara BOS) pada tanggal 16 Desember 2014 yangmana menyampaikan bahwa:

“Ada, dari inspektorat ada dari pengawas juga ada. Dari kabupaten, provinsi, pusat ada. Pengawasanya itu tidak terjadwal, tahu-tahu datang gitu.”

Selain itu, dalam dokumen Petunjuk Teknis BOS SMA tahun 2013 (halaman 22) maupun tahun 2014 BAB VII (halaman 39) Tentang Pengendalian dan Pengawaan juga membahas tentang pengawasan. Di dalam juknis BOS tahun 2013 maupun 2014 menyebutkan bahwa pengawasan dilakukan oleh pihak Internal maupun Eksternal. Pengawasan dari pihak internal melalui komite Sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten. Sedangkan dari pihak Eksternal melalui Dinas Pendidikan Provinsi dan Direktorat Pembinaan SMA. Pengawasan dari pihak internal maupun eksternal dilakukan sepanjang pelaksanaan program.

Dalam Juknis BSM pun juga disebutkan tentang pengawasan program dimana pengawasan terhadap pelaksanaan program dilakukan oleh tim monitoring dari Direktorat pembinaan SMA, Badan Pemeriksa Keuangan, Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Pengawasan Daerah (Bawasda) Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Jadi bisa dikatakan bahwa pengawasan dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Gratis di SMA Negeri se Kabupaten Sukoharjo dilakukan sewaktu-waktu atau tidak dijadwalkan. Pengawasan ini dilakukan sepanjang program Pendidikan Gratis dilaksanakan. Pengawasan dilakukan baik oleh Pihak Internal maupun Eksternal.

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan multikultural mengajarkan satu kesetaraan ketuhanan, atau dalam bahasa yang lain banyak agama tapi satu Tuhan. Bila demikian berarti pendidikan model

Warga negara ialah orang-orang Indonesia dan orang-orang lain yang bertempat tinggal di.. Indonesia, meyakini Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada

Dapat dilihat dari statistik perkara cerai talak dan cerai gugat yang diterima dan yang diputus oleh Pengadilan Agama Kendal, menunjukkan bahwa cerai gugat merupakan perkara

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) keterampilan proses sains dan (2) prestasi belajar siswa pada materi hidrolisis garam kelas XI MIA 1 di SMA N 1

Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah ada, dalam penelitian ini lebih ditujukan untuk penentuan beasiswa menggunaan metode bayes berdasarkan kriteria kelas, pekerjaan,

1. Mengucapkan materi hiwar tentang ةسردملا يف تاطاشنلا setelah guru dengan tepat. Mendemonstrasikan hiwar tentang ةسردملا يف تاطاشنلا secara

Pembahasan: Berdasarkan asuhan yang dilakukan dimulai dengan pengumpulan data yaitu data subyektif dan obyektif, menginterpretasikan data, menentukan masalah

Disajikannya tulisan tentang panti jompo di Jakarta, yang dihuni oleh para eks-tapol, merupakan hal yang penting mengingat bahwa di tengah-tengah hiruk-pikuk