• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Lingkungan Belajar

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu yang diperoleh dari pengalaman, melalui proses stimulus respon, melalui pembiasan, melalui peniruan, melalui pemahaman, dan penghayatan, melalui aktivitas individu meraih sesuatu yang dikehendaki. Menurut Syah (2011:63) bahwa, belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dengan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimuli) terhadap individu,dan sebaliknya individu memberikan respon terhadap lingkungan. Lingkungan merupakan dasar pendidikan dan pembelajaran yang sangat penting. Sebagaimana dikemukakan Mangieri, dkk., (dalam Halimah, 2008:3) bahwa, lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak habis-habisnya dalam memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Semakin kita gali semakin banyak yang didapatkan oleh peserta didik. Selain itu lingkungan sebagai sumber belajar yang ilmiah menyediakan bahan-bahan yang tidak usah dibeli, misalnya udara, cahaya, matahari, pepohonan, air sungai,

(2)

rerumputan, dan sebagainya. Dengan demikian, lingkungan sebagai sumber belajar bagi peserta didik memiliki nilai ekonomis.

Menurut Halimah (2008:3) bahwa, lingkungan atau environment adalah mencakup segala hal yang ada di sekitar kita. Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan pengaruh tertentu kepada individu. Sumatmadja (dalam Halimah, 2008:3) memaknai lingkungan sebagai ”segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang berpengaruh terhadap sifat-sifat pertumbuhan manusia yang bersangkutan”. menurut Solchan (dalam Halimah, 2008:3) bahwa, lingkungan sebagai sumber belajar dilihat dari ragamnya dapat dibedakan menurut sifat dan pengembangannya. Menurut sifat dasarnya, sumber belajar dapat dibagi dua, yakni (a) sumber belajar insani, dan (b) sumber belajar non insani. Sedangkan dilihat dari sifat pengembangannya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) learning resources by design, yaitu sumber belajar yang dirancang dengan sengaja dipergunakan untuk kepentingan pembelajaran yang telah diseleksi, dan (b) learning resources by utilitarian, yaitu sumber belajar (lingkungan) yang ada di sekeliling sekolah yang dimanfaatkan untuk memudahkan peserta didik yang sedang belajar dan sifatnya insidental.

Menurut Sertain (dalam Purwanto, 2007:72) bahwa, apa yang dimaksud dengan lingkungan (environment) ialah meliputi semua koondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen, dan bahkan gen-gen dapat

(3)

pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi gen yang lain.

Dalyono (2010:130) menyatakan bahwa, lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya.

Berdasarkan uraian diatas lingkungan merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat, yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak. Oleh karena itu, suatu lingkungan secara alami akan diwariskan oleh suatu generasi kepada generasi berikutnya.

2.2. Konsep Lingkugan Belajar

Manusia disepanjang hidupnya tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut dengan lingkungan. Lingkungan dalam kehidupan manusia selalu mengitarinya dan terdapat hubungan timbal balik diantara keduanya. Lingkungan disatu sisi dapat mempengaruhi manusia, akan tetapi di sisi yang lain manusia juga dapat mempengaruhi lingkungan. Demikian halnya dalam proses belajar mengajar, lingkungan merupakan sumber belajar yang banyak berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di dalamnya.

(4)

Lingkungan sebagai sumber belajar menurut Ningrum (dalam Manakane, 2011:3) terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan sosial, baik yang berada di lingkungan sekitar maupun yang lokasinya jauh. Namun aspek lingkungan yang bersifat mendukung bagi efektivitas kegiatan pembelajaran adalah kekayaan dan daya pasok sumber belajar, baik nara sumber maupun bahan lainnya. Sumber belajar dasar, seperti buku, panflet, penerbitan, jurnal, film, slide, rekaman dan lainnya merupakan tuntutan minimal yang harus dipenuhi dalam kegiatan pembelajaran serta faktor lingkungan fisik juga dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

Menurut Husain (2011:42-43) bahwa, Lingkungan sebagai sumber belajar dalam kamus umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling. Lebih lanjut Learning Comunity Centre, (2009) disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya.

Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia. Menurut Sartain (dalam Husain , 2011:42) bahwa, yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life

(5)

processes. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimana pun anak tinggal dalam satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak.

Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial. lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga,) dinamakan lingkungan pendidikan. Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu sistem memiliki tiga aspek pokok yang sangat berkaitan erat dengan mutu sekolah, yakni:

1. proses belajar mengajar,

2. kepemimpinan dan manajemen sekolah, 3. lingkungan sekolah.

Sekolah merupakan lembaga utama yang didesain untuk memperlancar proses transmisi lingkungan antar generasi tersebut. Soerjani, dkk. (dalam Husain, 2011:43) mengemukakan bahwa lingkungan sekolah yang sehat memiliki korelasi yang tinggi dengan prestasi dan motivasi siswa untuk berprestasi.

(6)

Menurut De Porter dan Hernacki (1999:66) salah satu yang ditekankan dalam paradigma quantum learning adalah penciptaan lingkungan belajar yang dapat membuat siswa senang dalam belajar. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik yang terdiri dari penataan ruang, kursi, meja, papan dan alat bantu lain yang berada di kelas, ataupun yang berada di luar kelas.serta lingkungan emisional berupa interaksi antara pendidik-siswa dan siswa-siswa. Rahmat dalam De Porter dan Hernacki (1999) mengungkapkan bahwa dengan mengendalikan lingkungan, dapat berarti kita telah melakukan langkah efektif pertama untuk mengendalikan seluruh pengalaman belajar yang kita miliki.

Menurut Mulyasa (dalam Majid, 2006:165) bahwa, lingkungan belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran, sebaliknya lingkungan belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan. Berkenaan dengan hal tersebut, sedikitnya terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Ruang belajar.

2. Pengaturan sarana pembelajar. 3. Susunan tempat duduk.

4. Penerangan. 5. Suhu.

6. Pemanasan sebelum masuk kemateri yang akan dipelajari. 7. Bina suasana dalam pembelajaran.

(7)

Menurut Wiyono (2003:30-31) bahwa, lingkungan belajar adalah kondisi dan segala fasilitas yang digunakan untuk kegiatan belajar sehari-hari. Termasuk di dalamnya yaitu:

1. Keadaan ruang belajar. 2. Penerangan.

3. Kondisi orang sekelilingnya. 4. Buku-buku bacaan.

5. Alat-alat belajar, dan

6. Segala perlengkapan yang digunakan untuk belajar.

Untuk bisa belajar dengan baik, dibutuhkan lingkungan belajar yang memadai, tempat belajar yang tenang, penerangan yang cukup, orang-orang yang mendukung, bahan-bahan belajar yang memadai, dan perlengkapan belajar yang cukup.

Menurut Majid (2006:167) bahwa, dalam mewujudkan lingkungan belajar yang baik, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya di antaranya kondisi fisik, lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi:

(8)

1. Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar

Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua siswa bergerak leluasa tidak berdesak-desakan dan saling menganggu antara siswa yang satu dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar. Besarnya ruangan kelas tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah siswa yang melakukan kegiatan. Jika ruangan tersebut mempergunakan hiasan, pakailah hiasan-hiasan yang mempunyai nilai pendidikan.

2. Pengaturan tempat duduk

Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat mengontrol tingkah laku siswa. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.

3. Ventilasi dan pengaturan cahaya

Suhu, ventilasi dan penerangan adalah asset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.

4. Pengaturan penyimpanan barang-barang

Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai bila diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi dan sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan siswa. Suhaenah Suparno (dalam Majid, 2006:168) mengemukakan kriteria yang harus dipenuhi ketika melakukan penataan fasilitas ruang kelas sebagai berikut:

1. Penataan ruang dianggap baik apabila menunjang efektifitas proses pembelajaran yang salah satu petunjuknya adalah bahwa anak-anak belajar dengan aktif dan guru dapat mengelola kelas dengan baik.

2. Penataan tersebut bersifat fleksibel (luwes) sehingga perubahan dari satu tujuan ke tujuan yang lain dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sifat kegiatan yang dituntut oleh tujuan yang akan dicapai pada waktu itu. 3. Ketika anak belajar tentang suatu konsep, maka ada fasilitas-fasilitas yang dapat

memberikan bantuan untuk memperjelas konsep-konsep tersebut yaitu berupa gambar-gambar atau model atau media lain sehingga konsep-konsep tersebut

(9)

tidak bersifat verbalitas. Tempat penyimpanan alat dan media tersebut cukup mudah dicapai sehingga waktu belajar siswa tidak terbuang.

4. Penataan ruang dan fasilitas yang ada di kelas harus mampu membantu siswa meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sehingga mereka merasa senang belajar.

Disamping Majid (2006:169) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengaturan ruang kelas meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Ruang kelas harus diusahakan memenuhi persyaratan sebagai berikut. a) Ukuran ruang kelas 8 m x 7 m

b) Dapat memberikan kebebasan gerak, komunikasi pandangan dan pendengaran

c) Cukup cahaya dan sirkulasi udara

d) Pengaturan perabot agar memungkinkan guru dan siswa dapat bergerak leluasa.

2. Peralatan dan perabot yang harus ada dalam ruang kelas antara lain. a) Meja kursi untuk guru dan siswa

b) Papan tulis c) Papan panel d) Lemari

e) Rak buku ruang f) Alat pembersih

(10)

h) Kalender pendidikan

i) Tempat bendera merah putih j) Daftar/jadwal pelajaran

k) Gambar/denah kelas termasuk tempat duduk siswa l) Taplak meja

m) Tempat bunga

n) Keranjang sampah, dan Lap/serbet.

Dalam implementasi kurikulum 2004 (Husain:2011:43) para ahli menyarankan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan akademik, baik secara fisik maupun non fisik. Adapun kedua lingkungan tersebut yaitu:

1) Lingkungan fisik

Merupakan kondisi dan lingkungan yang perlu menjadi perhatian dan kepedulian dalam menunjang terciptanya pembelajaran serta merupakan kondisi belajar yang harus didukung oleh berbagai sarana dan prasarana seperti ruang belajar, ruang laboratorium dan media lain.

2) Lingkungan nonfisik

Memiliki peran yang besar juga dalam mempengaruhi kondisi belajar, terutama pengaturan lingkungan belajar, penampilan, sikap guru, hubungan harmonis antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan guru, dan sesama peserta didik itu sendiri, serta organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik.

(11)

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 40 Tahun (2008), tentang sarana dan prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), yakni:

1) Lingkungan Belajar Pada Ruang Kelas

a. Ruang kelas berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran teori, praktik yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktik dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.

b. Jumlah minimum ruang kelas adalah 60% dari jumlah rombongan belajar. c. Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 32 peserta didik.

d. Rasio minimum luas ruang kelas adalah 2 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 16 orang, luas minimum ruang kelas adalah 32 m2. Lebar minimum ruang kelas adalah 4 m.

Tabel 1. Lingkungan belajar pada Ruang Kelas

No. Jenis Rasio Deskripsi

1. Perabot

1.1 Kursi peserta didik 1 buah/peserta didik Kuat, stabil, aman, dan mudah

dipindahkan.

Ukuran memadai untuk duduk dengan

nyaman.

Desain dudukan dan sandaran membuat peserta didik nyaman belajar.

1.2 Meja peserta didik 1 buah/peserta Didik

Kuat, stabil, aman, dilengkapi dengan

(12)

laci, mudah dipindahkan.

Ukuran memadai untuk belajar dengan

nyaman.

Desain memungkinkan kaki peserta

didik masuk dengan leluasa ke bawah meja.

1.3 Kursi guru 1 buah/guru Kuat, stabil, aman, dan mudah

dipindahkan.

Ukuran memadai untuk duduk dengan

nyaman.

1.4 Meja guru 1 buah/guru Kuat, stabil dan mudah dipindahkan.

Ukuran memadai untuk bekerja dengan

nyaman.

2. Perlengkapan Lain

2.1 Papan tulis 1 buah/ruang Kuat, stabil, dan aman. Ditempatkan pada posisi yang memungkinkan seluruh peserta didik melihatnya dengan jelas.

2.2 Kotak kontak 1 buah/ruang Ditempatkan di dinding depan ruang kelas untuk mengoperasikan media pendidikan yang memerlukan daya listrik

2.3 Jam dinding 1 buah/ruang -

(13)

2) Lingkungan Belajar Pada Ruang Laboratorium Fisika

a. Ruang laboratorium fisika berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran fisika secara praktek yang memerlukan peralatan khusus.

b. Ruang laboratorium fisika dapat menampung minimum satu rombongan belajar.

c. Rasio minimum ruang laboratorium fisika 2,4 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2. Lebar ruang laboratorium fisika minimum 5 m. d. Ruang laboratorium fisika memiliki fasilitas yang memungkinkan

pencahayaan memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan.

Tabel 2. Lingkungan Belajar Pada Laboratorium Fisika

No. Jenis Rasio Deskripsi

1. Perabot

1.1 Kursi 1 buah/peserta didik,

ditambah 1 buah/guru

Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.

1.2 Meja kerja 1 buah/7 peserta didik Kuat dan stabil. Ukuran memadai untuk

menampung kegiatan peserta didik secara berkelompok maksimum 7 orang. 1.3 Meja demonstrasi

didemonstrasikan.

1 buah/lab Kuat dan stabil. Luas meja memungkinkan untuk melakukan demonstrasi dan menampung peralatan dan bahan yang diperlukan. Tinggi meja memungkinkan seluruh peserta didik dapat

(14)

mengamati percobaan yang

1.4 Meja persiapan 1 buah/lab Kuat dan stabil.

Ukuran memadai untuk menyiapkan materi percobaan.

1.5 Lemari alat 1 buah/lab Tertutup dan dapat

dikunci.

Ukuran memadai untuk menampung semua alat.

1.6 Lemari bahan 1 buah/lab Tertutup dan dapat

dikunci.

Ukuran memadai untuk menampung semua bahan dan tidak mudah berkarat.

1.7 Bak cuci 1 buah/2 kelompok,

ditambah 1 buah di ruang

persiapan.

Tersedia air bersih dalam

jumlah memadai.

2. Peralatan Pendidikan Bahan dan Alat

Ukur Dasar:

2.1 Mistar 6 buah/lab Panjang minimum 50

cm,

skala terkecil 1 mm

2.2 Rolmeter 6 buah/lab Panjang minimum 10

m,

skala terkecil 1 mm 2.3 Jangka sorong 6 buah/lab Ketelitian 0,1 mm.

2.4 Mikrometer 6 buah/lab Ketelitian 0,01 mm.

2.5 Kubus massa sama 6 set/lab Massa 100 g (2%), 4 jenis bahan. 2.6 Silinder massa sama 6 set/lab Massa 100 g (2%),

4 jenis bahan.

2.7 Plat 6 set/lab Terdapat kail

penggantung,

bahan logam 4 jenis. 2.8 Beban bercelah 10 buah/lab Massa antara 5-20 g,

(15)

terdapat fasilitas pengait.

2.9 Neraca 1 buah/lab Ketelitian 10 mg.

2.10 Pegas 6 buah/lab Bahan baja pegas,

minimum 3 jenis. 2.11 Dinamometer

(pegas presisi)

6 buah/lab Ketelitian 0,1 N/cm.

2.12 Gelas ukur 6 buah/lab Bahan borosilikat.

Volume antara 100-1000 ml.

2.13 Stopwatch 6 buah/lab Ketelitian 0,2 detik.

2.14 Termometer 6 buah/lab Tersedia benang

penggantung.

Batas ukur 10-110 0C. 2.15 Gelas Beaker 6 buah/lab Bahan borosilikat.

Volume antara 100-1000 ml,

terdapat tiga variasi volume.

2.16 Garputala Bahan baja. 6 buah/lab Minimum 3 variasi frekuensi.

2.17 Multimeter AC/DC 10 kilo ohm/volt

6 buah/lab Dapat mengukur

tegangan, arus dan hambatan. Batas ukur arus minimum 100 mA-5 A. Batas minimum ukur tegangan untuk DC 100 mV-50 V. Batas minimum ukur tegangan untuk AC 0-250 V.

2.18 Kotak potensiometer 6 buah/lab Disipasi maksimum 5 watt.

Ukuran hambatan 50 Ohm.

2.19 Osiloskop 1 set/lab Batas ukur 20 MHz,

dua kanal, beroperasi X-Y,

tegangan masukan 220 volt,

(16)

intensitas,

tersedia buku petunjuk.

2.20 Generator frekuensi 6 buah/lab Frekuensi luaran dapat diatur

dalam rentang audio. Minimum 4 jenis bentuk

gelombang dengan catu daya

220 volt.

Mampu menggerakkan speaker daya 10 watt.

2.21 Pengeras suara 6 buah/lab Tegangan masukan 220 volt,

daya maksimum keluaran

10 watt.

2.22 Kabel penghubung 1 set/lab Panjang minimum 50 cm,

dilengkapi plug diameter 4 mm.

Terdapat 3 jenis warna: hitam, merah dan putih, masing-masing 12 buah.

2.23 Komponen elektronika

1 set/lab Hambatan tetap antara 1 Ohm - 1 M Ohm, disipasi 0,5 watt masing-masing 30 buah, mencakup LDR, NTC, LED, transistor dan lampu neon masing-masing minimum 3 macam.

2.24 Catu daya 6 buah/lab Tegangan masukan 220

V,

dilengkapi pengaman, tegangan keluaran antara

(17)

variasi tegangan keluaran.

2.25 Transformator 6 buah/lab Teras inti dapat dibuka. Banyak lilitan antara 100-1000.

Banyak lilitan

minimum ada 2 nilai.

2.26 Magnet U 6 buah/lab

3. Alat Percobaan: 3.1 Percobaan Atwood

Percobaan Kereta dan Pewaktu ketik

6 set/lab Mampu menunjukkan

fenomena dan

memberikan data GLB dan GLBB.

Minimum dengan 3 kombinasi nilai massa beban.

Percobaan Kereta dan Pewaktu ketik 6 set/lab Mampu menunjukkan fenomena dan memberikan data GLB dan GLBB. 3.2 Percobaan Papan Luncur

6 set/lab Mampu menunjukkan

fenomena dan

memberikan data gerak benda pada bidang miring. Kemiringan papan dapat diubah, lengkap dengan katrol dan balok minimum dengan tiga nilai koefisien gesekan. 3.3 Percobaan Ayunan

Sederhana atau Percobaan Getaran pada Pegas

6 set/lab Mampu menunjukkan

fenomena ayunan dan memberikan data pada pengukuran percepatan gravitasi.

Minimum dengan tiga nilai

panjang ayunan dan tiga nilai

(18)

6 set/lab Mampu menunjukkan fenomena getaran dan memberikan data pada pengukuran percepatan gravitasi.

Minimum dengan tiga nilai

konstanta pegas dan tiga nilai

massa beban.

3.4 Percobaan Hooke 6 set/lab Mampu memberikan

data untuk

membuktikan hukum Hooke dan menentukan minimum 3 nilai konstanta pegas. 3.5 Percobaan Kalorimetri 6 set/lab Mampu memberikan

data untuk

membuktikan hukum kekekalan energi panas serta menentukan kapasitas panas kalorimeter dan kalor jenis minimum tiga jenis logam.

Lengkap dengan pemanas,

bejana dan kaki tiga, jaket

isolator, pengaduk dan termometer.

3.6 Percobaan Bejana Berhubungan

6 set/lab Mampu memberikan

data untuk

membuktikan hukum fluida statik dan dinamik.

3.7 Percobaan Optik 6 set/lab Mampu menunjukkan

fenomena sifat bayangan dan memberikan data tentang keteraturan hubungan antara jarak

(19)

benda, jarak bayangan dan jarak fokus cermin cekung, cermin

cembung, lensa cekung, dan lensa cembung. Masing-masing minimum dengan tiga nilai jarak fokus. 3.8 Percobaan Resonansi

Bunyi atau

Percobaan Sonometer

6 set/lab Mampu menunjukkan

fenomena resonansi dan memberikan data kuantisasi panjang gelombang, minimum untuk tiga nilai frekuensi.

6 set/lab Mampu memberikan

data

hubungan antara frekuensi

bunyi suatu dawai dengan

tegangannya, minimum untuk

tiga jenis dawai dan tiga nilai

tegangan. 3.9 Percobaan Hukum

Ohm

6 set/lab Mampu memberikan

data

keteraturan hubungan antara

arus dan tegangan minimum

untuk tiga nilai hambatan. 3.10 Manual percobaan 6 buah/percobaan

4. Perlengkapan Lain

4.1 Papan tulis 1 buah/lab Ukuran minimum 90

cm x 200 cm. Ditempatkan pada posisi yang

memungkinkan seluruh peserta didik

(20)

melihatnya dengan jelas.

4.2 Soket listrik 1 9 buah/lab soket di tiap meja peserta

didik, 2 soket di meja demo,

2 soket di ruang persiapan.

4.3 Alat pemadam

kebakaran

1 buah/lab Mudah dioperasikan

4.4 Peralatan P3K 1 buah/lab Terdiri dari kotak P3K dan

isinya tidak kadaluarsa termasuk obat P3K untuk luka bakar dan luka terbuka.

5.4 Tempat sampah 1 buah/lab -

5.5 Jam dinding 1 buah/lab -

Berdasarkan seluruh uraian di atas maka lingkungan sebagai sumber belajar adalah segala sesuatu di dalam lingkungan yang berbentuk abstrak dan nyata baik yang bergerak maupun tidak bergerak yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar peserta didik sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat sesuai yang diharapkan.

Dalam penelitian ini yang menarik bagi peneliti yaitu tentang lingkungan belajar di antaranya lingkungan fisik dan non fisiknya. Namun pada penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan penelitian pada lingkungan fisiknya saja lebih khusus fasilitas sarana dan prasarana ruang kelas dan ruang laboratorium fisika.

(21)

2.3. Penelitian Yang Relevan

Arifin Zainul (2003) dengan judul penelitian ‘‘Hubungan Antara Lingkungan Belajar dan Prestasi Belajar Fisika Kelas XI MA Pacel Mojokerto’’. Dari hasil penelitiannya membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara lingkungan belajar dan prestasi belajar fisika.

Ninik Agustin (2010) dengan judul penelitian ‘‘Hubungan Kecerdasan Emosional dan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa SMA Kelas XI’’. Berdasarkan hasil penelitiannya bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara lingkungan belajar siswa dengan prestasi belajar fisika siswa kelas XI SMA Al Islam 1 Surakarta.

Annisa Fitria Apriliyanti (2012) dengan judul penelitian ‘‘Pengaruh Motivasi Belajar, Lingkungan Belajar dan Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa’’. Membuktikan bahwa lingkungan belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Artinya, semakin tinggi lingkungan belajar siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa.

Adapun perbedaan antara penelitian yang akan saya lakukan dengan penelitian-penelitian di atas, dimana penelitian-penelitian yang dilakukan Arifin Zainul (2003) yaitu Hubungan Antara Lingkungan Belajar dan Prestasi Belajar Fisika Kelas XI MA Pacel Mojokerto. Ninik Agustin (2010) yaitu Hubungan Kecerdasan Emosional dan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa SMA Kelas XI. Annisa Fitria Apriliyanti (2012) yaitu pengaruh motivasi belajar, lingkungan belajar dan kompetensi pedagogik guru terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan penelitian

(22)

yang akan saya lakukan yaitu menganalisis ruang kelas dan laboratorium fisika sebagai lingkungan belajar siswa dalam pembelajaran fisika.

2.4. Kerangka Berpikir

Pada kenyataanya setiap sekolah mempunyai lingkungan dan kondisi yang berbeda-beda. Dalam meningkatkan proses pembelajaran maka diperlukan lingkungan belajar yang memadai sekaligus bisa dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, terutama ruang kelas dan ruang laboratorium tempat proses belajar mengajar yang mempunyai pengaruh penting terhadap pembelajaran.

Hal ini juga merupakan salah satu faktor penentu dalam proses pembelajaran. Maka disini kita mencoba menganalisis lingkungan belajar siswa dalam pembelajaran fisika, dimana bertujuan untuk mengetahui ruang kelas dan laboratorium fisika sebagai lingkungan belajar siswa dalam pembelajaran fisika.

Gambar

Tabel 1. Lingkungan belajar pada Ruang Kelas
Tabel 2. Lingkungan Belajar Pada Laboratorium Fisika

Referensi

Dokumen terkait

dibangun oleh Pemerintah tidak dimanfaatkan dengan baik oleh Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru, Panti Sosial yang ada di Kota Pekanbaru yang terletak di

Pada proses penjualan dibutuhkan daftar barang, daftar jenis barang dan daftar diskon, data pelanggan atau data member sehingga dapat menghasilkan nota

Secara tidak langsung proses pengajuan keberatan serta keputusan atas surat keberatan tersebut ternyata mempengaruhi tingkat realisasi piutang, dimana proses yang

Bahan yang digunakan adalah Baku diazinon, Ammonium molibdat, Aquabides, Asam askorbat, Bismuth nitrat, Asam perklorat, Asetonitril, Asam klorida, Asam nitrat dan

memungkinkan pengumpulan dan organisasi yang sistematis untuk data yang diturunkan dari opini yang tidak terbias dan terinformasi tetapi, metode-metode kualitatif dapat memberikan

1. Daya/kapasitas mesin injeksi kurang. Desain barang plastic injection yang tidak tepat. Ada kesalahan pada desain dan profil dies. Pemilihan material yang tidak tepat. Setting

Jawab : iya betul, di LP kita tidak mencantumkan tujuan, namun sudah bisa dilhat dari indikator yang susunannya ABCD. Indikator harus menggambarkan secara lengkap. i) Apa

Unsur penerimaan (acceptance) dapat diwujudkan dalam berbagai macam cara, antara lain dengan menganggukkan kepala, berjabat tangan, menandatangani suatu dokumen dan