• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF HUKUM TERHADAP PELAYANAN MOBILE BANKING DAN INTERNET BANKING DALAM TRANSAKSI TRANSFER UANG. Oleh Annie Myranika*) Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSPEKTIF HUKUM TERHADAP PELAYANAN MOBILE BANKING DAN INTERNET BANKING DALAM TRANSAKSI TRANSFER UANG. Oleh Annie Myranika*) Abstrak"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERSPEKTIF HUKUM TERHADAP PELAYANAN MOBILE BANKING DAN INTERNET BANKING DALAM TRANSAKSI TRANSFER UANG

Oleh Annie Myranika*)

Abstrak

Saat ini dunia perbankan dalam bertransaksi sangat dimudahkan dengan adanya pengiriman atau transfer dana melalui mobile banking dan internet banking hal tersebut tentunya sangat membantu pihak pembisnis agar mudah bertransaksi tanpa harus datang ke kantor bank. Hal tersebut membuat penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai transaksi ini. Permasalahannya adalah bagaimana perlindungan hukum bagi para nasabah bila dalam transaksi melalui layanan mobile banking dan internet banking dan bagaimana tanggung jawab pihak bank terhadap nasabah yang dirugikan oleh layanan tersebut. Teorinya mengacu pada UU Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Pasal 37B, UU Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (ITE). Perlindungan hukum nasabah yang bertransaksi melalui mobile banking dan internet banking ada dua yaitu perlindungan secara implisit dan eksplisit, adapun tanggung jawab pihak bank terhadap kerugian nasabah dilakukan berdasarkan UU ITE.

Kata Kunci : Hukum Perbankan A. PENDAHULUAN

Kita hidup dalam abad Electronic

Information. Teknologi informasi atau Information Technology (IT) telah

meng-ubah masyarakat kita, telah mencipta-kan jenis-jenis dan peluang-peluang bisnis baru, telah menciptakan jenis-jenis pekerjaan baru, dan telah men-ciptakan karier baru dalam pekerjaan manusia. Sehubungan dengan perkem-bangan Information Technology, tran-saksi–transaksi bisnis makin banyak dilangsungkan secara elektrnonik. Juga, hal ini berlangsung bagi tran-saksi-transaksi perbankan. Artinya transaksi-transaksi antar bank dan antara bank dengan para nasabahnya dilaksanakan secara elektronik. Tekno-logi informasi telah menciptakan

Electronic Banking dan Mobile Banking.

Peran teknologi informasi berpoten-si untuk memberikan konstribuberpoten-si ter-hadap pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya. Selain itu, revolusi tekno-logi informasi juga mempengaruhi kon-disi sosial pada masa yang akan da-tang, seperti sistem pelayanan medis, pendidikan, administrasi pemerintahan dan berbagai aspek kehidupan lainya.

Di sisi lain, potensi teknologi infor-masi global baru dapat dirasakan oleh seluruh Negara, bila kemampuan un-tuk dapat mengakses informasi telah merata. Perbedaan tingkat penguasaan teknologi informasi, merupakan masa-lah global yang perlu dipecahkan ber-sama. Masalah ini dipengaruhi bebera-pa faktor, seperti tingkat pendabebera-patan, usia, pendidikan, lingkungan, dan sebagainya.

(2)

Mempergunakan komunikasi mela-lui media internet maupun handphone, berarti memasuki dunia maya. Dunia maya ini bersifat universal, terlepas dari keadaan tempat dan waktu.

Dengan demikian, teknologi infor-masi tersebut juga telah sekaligus men-ciptakan peluang-peluang baru bagi tindak kejahatan. Hal itu pula men-ciptakan peluang-peluang baru bagi tugas penyelidikan, penyidik dan penuntut oleh para penegak hukum terhadap kejahatan tersebut.1

Konsekuensinya, Electronic

Informa-tion memerlukan adanya perlindungan

hukum yang kuat terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk dapat mengakses informasi tersebut. Kebutuhan perlindungan yang demi-kian ini menjadi sangat tinggi apabila menyangkut Electronic Information.

Pemanfaatan layanan internet banking menjadikan lembaga perbank-an tidak lagi memerlukperbank-an pengem-bangan kantor baru atau wilayah layanan yang baru, dimana biaya yang diperlukan sangat besar. Persepsi ini didukung hanya semata-mata adanya inovasi pada perusahaan yang me-mungkinkan berinteraksi secara lebih baik dan sekaligus dapat mempromosi-kan layanan itu sendiri.

Mengingat bahwa kegiatan dengan mempergunakan media elektronik yang telah berkembang di Indonesia. Maka kegiatan itu perlu didukung dengan perangkat hukum, yaitu hukum maya yang kadang-kadang disebut dengan Hukum Telematika, Hukum Elektronik, atau Hukum Siber (Cyberlaw).

Hukum siber mempunyai kaitan yang terpadu dengan disiplin hukum bidang lain, seperti Undang-Undang

1 Juergen Seitz dan Eberhard Stickel, “ internet

banking: An Overview,”http://www.arraydev. com/commerce/JIBC/9801-8.htm

Telekomunikasi, Undang-Undang seroan Terbatas, Undang-Undang Per-lindungan Konsumen, Undang-Undang Hak Milik Intelektual2, Undang-Undang

Antimonopoli, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Hukum Pidana, Hu-kum Pajak Dan HuHu-kum Administrasi. 3

Dalam perkembangannya, transak-si elektronik tidak hanya dilakukan melalui komputer yang tersambung dengan internet, akan tetapi karena mobilitas masyarakat yang tinggi, transaksi elektronik sekarang bisa dilakukan di telepon genggam selular (handphone).

Mobile Banking BCA atau disingkat m-BCA, adalah layanan produk per-bankan PT Bank Central Asia TBK (BCA) yang dapat diakses secara lang-sung oleh nasabah melalui telepon selular/handphone, baik dengan meng-gunakan menu yang sudah tersedia di

Subscriber Identification Module (SIM)

Card, dengan mengunakan media jaringan internet pada handphone dikombinasikan dengan media SMS sesuai dengan ketentuan yang berlaku di BCA.

PT BCA TBK (BANK CENTRAL ASIA) adalah sebuah institusi perbankan yang didirikan pada tanggal 21 Febru-ari 1957. BCA sempat mengalami krisis moneter pada tahun 1997. Krisis ini membawa dampak yang luar biasa, sehingga BCA menetapkan visi dan misi sebagai komitmen dalam meningkatkan mutu pelayanan terhadap nasabah.

Persaingan di dunia perbankan sangat ketat melalui berbagai penawar-an dpenawar-an pelaypenawar-anpenawar-an–pelaypenawar-anpenawar-an ypenawar-ang semakin mengutamakan kepuasan konsumen. Berbagai fasilitas yang diberikan oleh perbankan melalui jasa

2 Sutan Remi Sjahdeini, Hukum Siber Sistem

pengamanan E-commerce, PT Citra Aditya Bakti,

Bandung , 2001, hal.311.

(3)

perkreditan dan fasilitas yang memu-dahkan nasabah, dengan sarana peminjaman uang dengan bunga rendah dan fasilitas jasa elektronik seperti Mobile Banking dan Internet

banking.

Fasilitas Mobile Banking dan

Inter-net Banking ini berperan sangat penting

dan bermanfaat bagi nasabah-nasabah bisnis, karyawan swasta bahkan mahasiswa-mahasiswi yang menguna-kan fasilitas ini. Pengguna fasilitas

Mobile Banking dan Internet Banking

diharapkan para nasabah lebih mudah dan cepat mendapatkan informasi tran-saksi perbankan. Layanan ini berfungsi sebagai sarana untuk mengetahui saldo yang ada di rekening nasabah sendiri selain itu bisa mentransfer uang dalam jumlah yang telah ditentukan oleh perbankan di PT BCA Tbk.

Meskipun layanan BCA tersebut sangat berperan penting dan berman-faat bagi nasabah PT BCA Tbk, namun karena sistem kerjanya di dunia maya, maka akan menimbulkan banyak permasalahan yang timbul di dunia internet.

Sebagai contoh adalah ilustrasi berikut ini : Seandainya seorang pembeli memesan 2.000 (dua ribu) unit barang dari suatu perusahaan yang menjual unit tersebut. Penjual barang tersebut ternyata kemudian mengubah jumlah pesanan pembeli dari 2.000 (dua ribu) menjadi 20.000 (dua puluh ribu) unit dan mengirimkan barang kepada pembeli sebanyak 20.000 (dua puluh ribu) unit. Dalam kasus ini,

adalah pembeli yang dibebani

kewajiban untuk membuktikan bahwa ia hanya memesan 2.000 (dua ribu) unit saja dan bukan 20.000 (dua puluh ribu) unit. Seandainya yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu yang curang adalah pihak pembeli. Misalnya untuk transaksi yang menyangkut 2.000 (dua ribu) unit barang tersebut tidak terjadi

perbedaan pendapat antara pembeli dan penjual menyangkut kuantitas dari barang yang dipesan itu. Karena tidak ada masalah mengenai jumlah barang yang dipesan itu, maka penjual mengirimkan sebanyak 2.000 (dua ribu) unit sesuai dengan purchase order yang diterbitkan oleh pembeli. Atas pengi-riman barang itu, yang seluruhnya berharga Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah), ternyata pembeli hanya membayar sebesar Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah). Pembayaran itu dilakukan dengan menerbitkan suatu perintah bayar (Payment Order) kepada banknya untuk membayar sebesar Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah) kepada penjual. Setelah pembayaran tersebut, pembeli kemudian menegaskan kepada penjual bahwa pembeli telah membayar

kepada penjual sebesar Rp

20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). Dalam kasus ini, adalah penjual yang harus membuktikan bahwa pembeli hanya membayar Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan bukan Rp 20.000.000 (dua puluh juta rupiah). Kejadian– kejadian tersebut di atas dapat pula terjadi dalam Electronic banking. Dalam lingkungan dimana transaksi-transaksi

berlangsung dengan menggunakan

dokumen-dokumen yang berbentuk kertas (Paper Documents), pada umum-nya mudah untuk mengatasi masalah– masalah sebagaimana telah dikemuka-kan diatas. Suatu purchase order yang dibuat diatas kertas tidak dapat dimo-difikasi tanpa meninggalkan jejak atau bukti yang dapat dipakai untuk

me-nunjukkan telah terjadinya modifikasi

tersebut. Jumlah pembayaran yang disebutkan dalam suatu cek tidak pula dapat dimodifikasi tanpa meninggalkan jejak. Namun apabila para pihak

melaksanakan transaksinya secara

Paperless atau berdasarkan

dokumen-dokumen elektronik (Electronic

(4)

dari masalah-masalah tersebut di atas menjadi sangat besar. Bukan saja perubahan–perubahan yang dilakukan terhadap dokumen–dokumen elektronik itu dapat dilakukan tanpa

mening-galkan tanda–tanda yang 4 dapat 5

dilakukan dengan mata, melainkan

dokumen–dokumen tersebut dapat

“dimainkan kembali” (re- played) secara sedemikian rupa sehingga transaksi itu akan tampak seakan–akan merupakan transaksi yang bonafide nyata otentik.

Dari uraian latar di atas, maka timbul pertanyaan :

1. Bagaimana perlindungan hukum bagi para nasabah bila dalam bertransaksi melalui layanan Mobile

Banking dan Internet Banking

bermasalah?

2. Bagaimana tanggung jawab pihak bank terhadap nasabah yang dirugikan oleh layanan tersebut? B. PEMBAHASAN

A. Analisis Terhadap Perlindungan Hukum Nasabah yang Bertran-saksi Melalui Mobile Banking dan Internet Banking

Perlindungan hukum nasabah yang bertransaksi melalui Mobile Banking dan Internet Banking dengan memper-hatikan konsep-konsep yang ada dan deskripsi fakta produk dan jasa perbankan Mobile Banking dan Internet

Banking di PT BCA, berdasarkan Pera-turan Perbankan Indonesia hukum memberikan tempat Nasabah untuk melindungi dirinya dengan cara :

1. Perlindungan secara implisit

(Implicit deposit protection),

yakni perlindungan yang diperoleh melalui:

4 Meriam Darus Badrulzaman, Kontrak Dagang

Elektronik Tinjauan Aspek Hukum Perdata, PT.

Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 271.

a. Peraturan Perundang-Undangan dibidang Perbankan (UU No.7 1992 dan UU No.10 1998 tentang Perubahan Atas UU No.7 1992 tentang PERBANKAN); dalam Pasal 37 B dengan jelas disebutkan bahwa : ”Setiap bank wajib menjamin dana masyara-kat yang di simpan pada bank bersangkutan (1), untuk menja-min simpanan masyarakat terse-but maka di bentuk lembaga penjamin simpanan (LPS) (2)”. b. Perlindungan yang dihasilkan

oleh pengawasan dan pembinaan yang efektif yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

c. Upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai suatu lembaga pada khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya. d. Memelihara tingkat kesehatan

bank;

e. Melakukan Usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian;

f. Cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah.

g. Menyediakan informasi resiko pada nasabah,

2. Perlindungan secara Eksplisit

(Ex-plicit deposit protection), yaitu

per-lindungan yang diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menja-min simpanan masyarakat (seba-gaimana yang di amanatkan pasal 37 B (2) UU 10 1998).

Dalam rangka mengupayakan meningkatnya efisiensi, keamanan dan kestabilan dibidang pengawasan bank, sudah selayaknya paradigma pola pengawasan bank yang sudah berubah di efektifkan lagi pelaksanaannya, dimana pengawasan bank yang semula didasarkan pada pola pendekatan pengawasan institusional, oleh UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank

(5)

Indonesia diubah menjadi pola pende-katan pengawasan fungsional. Berkena-an dengBerkena-an itu, maka Pasal 34 UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia mengamanatkan perlunya pemisahan fungsi otoritas moneter dan sistem pembayaran di satu sisi dengan fungsi pengawasan dan pembinaan bank di sisi lainnya.

Hubungan Hukum Para Pihak

M-BCA adalah layanan perbankan yang dapat diakses langsung oleh Nasabah

melalui telepon selular/handphone

GSM (Global System for Mobile

Commu-nication) dengan menggunakan menu

yang sudah tersedia di SIM card dan saat ini menggunakan media SMS (Short Message Services). Ketika nasa-bah yang memanfaatkan produk pela-yanan mobile banking dan internet

banking nasabah harus menyiapkan

PIN M-bca yang merupakan identifikasi pribadi bagi nasabah yang menguna-kan fasilitas m-BCA. Di samping itu nasabah menerima catatan rekening transaksi dan kartu ATM BCA.

Rekening adalah suatu catatan

simpanan dana nasabah, dan Kartu ATM BCA adalah kartu yang diterbitkan oleh BCA yang dapat dipergunakan oleh Pemegang Kartu untuk melakukan transaksi perbankan tertentu melalui ATM BCA dan atau sarana lain yang ditentukan oleh BCA.

Perlindungan hukum bagi nasabah pengguna pelayanan Mobile Banking dan Internet Banking akan dijamin oleh BCA apabila nasabah pengguna pela-yanan Mobile Banking dan Internet

Banking memperhatikan aspek-aspek

berikut ini:

a. REGISTRASI m-BCA

1) Setiap Nasabah yang memegang Kartu ATM BCA berhak untuk menikmati fasilitas m-BCA.

2) Untuk dapat menggunakan

fasilitas m-BCA, Nasabah harus memiliki SIM Card tertentu dan

PIN m-BCA yang dipilih sendiri pada saat Nasabah melakukan registrasi di ATM BCA.

b. Ketentuan penggunaan m-BCA Setelah nasabah pengguna pelayan-an Mobile Bpelayan-anking dpelayan-an Internet

Banking memenuhi persyaratan

sebagaimana diuraikan pada anali-sis di atas, maka dalam pengguna-an m-BCA nasabah memperhatikpengguna-an hal-hal yang di jelaskan berikut ini: 1) Nasabah dapat menggunakan fasilitas m-BCA untuk menda-patkan informasi dan melaku-kan transaksi perbanmelaku-kan yang telah ditentukan oleh BCA. 2) Rekening yang dapat diakses

melalui m-BCA adalah semua rekening yang terhubung deng-an satu Kartu ATM BCA ydeng-ang

digunakan untuk registrasi

Mobile Banking BCA.

3) Perintah/instruksi yang diberi-kan oleh Nasabah melalui m-BCA hanya dapat dilakukan melalui nomor handphone Na-sabah yang telah diregister di ATM BCA dan melakukan akti-vasi pada handphone Nasabah. 4) Nasabah harus mengisi semua

data yang dibutuhkan untuk setiap transaksi secara benar dan lengkap.

5) Sebagai tanda persetujuan,

Nasabah wajib menginput PIN

m-BCA setiap melakukan

instruksi transaksi.

6) Setiap instruksi dari Nasabah yang tersimpan pada pusat data BCA merupakan data yang benar yang diterima sebagai bukti instruksi dari Nasabah kepada BCA untuk melakukan

transaksi yang dimaksud,

kecuali Nasabah dapat mem-buktikan sebaliknya.

7) BCA menerima dan

(6)

Nasabah sebagai instruksi yang sah berdasarkan penggunaan nomor handphone dan PIN m-BCA dan untuk itu m-BCA tidak mempunyai kewajiban untuk

meneliti atau menyelidiki

keaslian maupun keabsahan atau kewenangan pengguna nomor handphone dan PIN m-BCA atau menilai maupun

membuktikan ketepatan

maupun kelengkapan instruksi dimaksud, dan oleh karena itu instruksi tersebut sah mengikat Nasabah dengan sebagaimana

mestinya, kecuali Nasabah

dapat membuktikan sebaliknya. 8) Segala transaksi yang telah diinstruksikan kepada BCA dan disetujui oleh Nasabah tidak dapat dibatalkan.

9) Untuk setiap instruksi dari Nasabah atas transaksi finan-sial yang berhasil dilakukan

oleh BCA, nasabah akan

mendapatkan bukti transaksi berupa nomor referensi yang akan tersimpan di dalam inbox, sebagai bukti transaksi terse-but telah dilakukan oleh BCA dengan ketentuan:

- Inbox message tidak penuh;

- Tidak ada gangguan pada

jaringan komunikasi dan GSM.

10) BCA berhak untuk tidak

melaksanakan instruksi dari Nasabah, jika saldo Nasabah di BCA tidak mencukupi.

11) Nasabah wajib dan bertanggung jawab untuk memastikan kete-patan dan kelengkapan instruk-si transakinstruk-si. BCA tidak bertang-gung jawab terhadap segala akibat apapun yang timbul

karena ketidaklengkapan,

ketidakjelasan data, atau

ketidak tepatan instruksi dari Nasabah.

12) Setiap transaksi yang berhu-bungan dengan valuta asing, kurs yang berlaku adalah kurs TT yang ada di ATM BCA.

13) Catatan, tape/cartridge, print out komputer, salinan atau bentuk penyimpanan informasi atau data lain merupakan alat bukti yang sah atas instruksi dari Nasabah yang terdapat pada BCA.

14) Nasabah menyetujui keabsah-an, kebenarkeabsah-an, atau keaslian bukti instruksi dan komunikasi

yang ditransmisi secara

elektronik antara kedua belah pihak, termasuk dokumen dala-m bentuk catatan kodala-mputer atau bukti transaksi BCA,

tape/cartridge, print out

komputer, salinan atau bentuk penyimpanan informasi yang lain yang terdapat pada BCA, dan semua alat atau dokumen tersebut merupakan satu–satu-nya alat bukti yang sah atas transaksi–transaksi perbankan melalui m-BCA, kecuali Nasa-bah dapat membuktikan seba-liknya.

15) Dengan melakukan transaksi

melalui m-BCA, Nasabah

mengakui semua komunikasi dan instruksi dari Nasabah

yang diterima BCA akan

diperlakukan sebagai alat bukti yang sah meskipun tidak dibuat dokumen tertulis atau-pun dikeluarkan dokumen yang ditandatangani.

16) Limit transaksi transfer dan limit pembelian pulsa melalui fasilitas m-BCA merupakan limit gabungan dengan limit yang berlaku untuk fasilitas

(7)

perbankan elektronik lainnya.

BCA atas pertimbangannya

sendiri berhak setiap saat untuk mengubah besar limit untuk transaksi tersebut.

17) Untuk setiap transaksi, berhasil atau tidak, GSM Provider akan mengenakan biaya.

B. Analisis Terhadap Tanggung

Jawab Bank Terhadap Kerugian Nasabah Melalui Mobile Banking Dan Internet Banking

Tanggung Jawab Bank Terhadap Kerugian Nasabah Melalui Mobile

Banking Dan Internet Banking mulai

dari melakukan transaksi di dunia maya misalnya melalui Mobile ataupun Internet Banking BCA sangat berbeda dengan melakukan transaksi di dunia nyata. Kenyataan ini telah menimbul-kan keragu-raguan mengenai hukum dan yuridiksi hukum yang mengikat para pihak yang melakukan transaksi tersebut. Ada sementara pihak yang

berpendapat, bahwa oleh karena

transaksi tersebut terjadi di dunia maya, maka hukum yang berlaku di dunia nyata tidak berlaku.

Dunia maya di mana transaksi– transaksi elektronik berlangsung ada-lah memang dunia yang lain dari dunia nyata tempat kita sesungguhnya hidup karena tempat di mana kita bernapas

dan merasakan kenikmatan dan

kesakitan jasmaniah adalah di dunia nyata dan bukannya di dunia maya. Akan tetapi, di dunia maya di mana manusia dapat berinteraksi diantara sesamanya dan dapat melakukan ber-bagai perbuatan hukum, tidak mustahil

manusia melakukan perbuatan–

perbuatan hukum yang melanggar hak orang lain. Oleh sebab itu, di dunia maya perlu adanya hukum dan perlu pula hukum tersebut dapat ditegakkan

apabila dilanggar. Tanpa adanya

hukum di dunia maya dan tanpa dapat

ditegakkannya hukum itu apabila dilanggar, sudah barang tentu akan menimbulkan keadaan yang kacau

(Chaos), persis seperti apabila hal itu

terjadi di dunia nyata.

Semua perbuatan hukum yang dilakukan di dunia maya adalah

perbuatan-perbuatan hukum yang

dilakukan oleh manusia-manusia yang berada didunia nyata dan dilakukan di lokasi tertentu di dunia nyata. Hanya saja perbuatan-perbuatan hukum ter-sebut dilakukan menggunakan media elektronik.Perbuatan-perbuatan hukum yang terjadi melalui atau di dunia maya adalah sesungguhnya interaksi antara sesama manusia dari dunia nyata dan apabila terjadi pelanggaran hak atas perbuatan hukum melalui atau di dunia maya itu adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh manusia dari dunia nyata dan hak yang dilanggar adalah hak dari manusia dari dunia nyata, maka hukum yang berlaku dan harus diterapkan adalah hukum dari dunia nyata. Begitu juga yang terjadi pada transaksi m-BCA. Meskipun transaksi m-BCA terjadi di dunia maya melalui media elektronik telepon genggam (Handphone), akan tetapi karena pelakunya ada dalam dunia nyata, maka hukum berlaku terhadap transaksi m-BCA tersebut. Aspek-aspek hukum dalam transaksi m-BCA tersebut meliputi:

1. Perlindungan serta Tanggung

Jawab Bank

2. Aspek-aspek Pengamanan

3. Aspek-aspek Hukum dalam

transaksi M-BCA

1. Perlindungan serta Tanggung

Jawab Bank

Perlindungan serta Tanggung

Jawab Bank Terhadap Kerugian

Nasabah Melalui Mobile Banking Dan

Internet Banking harus ada Sistem

(8)

elektronik, undang-undang terutama

UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) No. 11 Tahun 2008 harus dapat memberikan perlindungan ter-hadap hal-hal sebagai berikut:

Ketentuan penggunaan agar

Pihak Bank Tanggung Jawab Terhadap Kerugian Nasabah Melalui Mobile

Banking Dan Internet Banking:

1) Bukti perintah Nasabah melalui m-BCA adalah mutasi yang tercatat dalam Rekening Koran atau Buku Tahapan jika dicetak.

2) Sanggahan dari Nasabah hanya dapat dilayani bila mana sanggah-an diajuksanggah-an ke BCA dalam teng-gang waktu selambat - lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal transaksi melalui m-BCA dilaksa-nakan.

3) Nasabah wajib segera melaporkan kepada BCA secara tertulis apabila terjadi perubahan data Nasabah. 4) Nasabah dapat menghubungi HALO

BCA atas setiap permasalahan yang berkenaan dengan transaksi dan penutupan fasilitas m-BCA.

5) Untuk masalah yang berkaitan dengan SIM Card, jaringan GSM, biaya SMS, dan value added service GSM, Nasabah langsung menghu-bungi GSM Provider yang bersang-kutan.

6) BCA dapat mengubah syarat dan ketentuan ini setiap saat dengan

pemberitahuan terlebih dahulu

kepada Nasabah dalam bentuk dan melalui sarana apapun.

7) Pihak yang menggunakan fasilitas m-BCA tunduk pada ketentuan ketentuan dan peraturan–peraturan yang berlaku pada BCA serta

syarat-syarat dan

ketentuan-ketentuan yang mengatur semua jasa atau fasilitas dan transaksi yang dicakup oleh Kartu ATM BCA, termasuk setiap perubahan yang akan diberitahukan terlebih dahulu

oleh BCA dalam bentuk dan melalui sarana apapun.

2. Aspek-aspek Pengamanan

Aspek-aspek pengamanan dalam upaya Tanggung Jawab Bank Terhadap Kerugian Nasabah Melalui Mobile

Banking Dan Internet Banking sebagai

berikut :

• Pengubahan, penambahan atau perusakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap data dan informasi, baik selama dalam

penyimpanan maupun selama

proses transmisi oleh pengirim kepada penerima.

• Perbuatan pihak yang tidak ber-tanggung jawab yang berusaha untuk dapat memperoleh informasi yang dirahasiakan, baik diperoleh langsung dari penyimpanannya maupun ketika ditransmisikan oleh pengirim kepada penerima (upaya penyadapan). Berhubung dengan itu, sistem pengamanan komuni-kasi elektronik harus mengakomo-dasi kebutuhan–kebutuhan penga-manan yang berkaitan dengan aspek–aspek.

1. Confidentiality

Confidentiality menyangkut

ke-rahasiaan dari data dan atau informasi, dan perlindungan bagi informasi tersebut terhadap pihak yang tidak berwenang. Informasi seharusnya dilindungi terhadap pihak luar yang tidak berwenang, terhadap hackers, dan terhadap intersepsi atau gangguan selama transmisi melalui jaringan komuni-kasi sedang berlangsung. Caranya adalah dengan membuat informasi itu “tidak dapat dipahami“, isi dari informasi itu harus ditransforma-sikan sedemikian rupa sehingga informasi itu tidak dapat dipahami oleh siapapun yang tidak menge-tahui prosedur proses transformasi

(9)

itu. Untuk E–Commerce,

confiden-tiality sangat penting untuk

melin-dungi misalnya data keuangan suatu organisasi atau perusahaan,

informasi menyangkut product

development, dan berbagai jenis

informasi rahasia lainnya terhadap pihak–pihak yang tidak berwenang atau terhadap pihak siapa rahasia itu ingin dirahasiakan. Bagi bank misalnya data mengenai simpanan nasabah pada bank tersebut harus dapat dirahasiakan sebagaimana hal itu diwajibkan oleh undang-undang. Dalam dunia E–Commerce, informasi yang dikaitkan dengan waktu, kerahasiaan dari informasi itu sangat penting. Daftar harga atau laporan penelitian menghen-dak tingkat kerahasiaan yang sangat tinggi selama suatujangka waktu tertentu. Rahasia itu perlu dijaga karena menyangkut daya saing perusahaan tersebut ter-hadap para pesaingnya. Setelah jangka waktu tersebut, informasi tersebut boleh diperoleh secara bebas karena tidak perlu lagi dirahasiakan. Terjadinya kebocoran terhadap suatu informasi yang dipercayakan oleh pihak lain tidak

mustahil dapat menimbulkan

tuntutan ganti rugi dari pihak yang dipercayakan informasi itu kepada kita. Pembocoran rahasia perusa-haan oleh orang dalam dapat mengakibatkan hancurnya daya saing perusahaan tersebut, yang lebih lanjut dapat menimbulkan kerugian finansial yang sangat besar.

2. Integrity

Integrity menyangkut

perlin-dungan data terhadap usaha

memodifikasi data itu oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, baik selama data itu

disimpan atau selama data itu dikirimkan kepada pihak lain. Sistem pengamanan harus mampu memastikan bahwa pada waktu informasi itu diterima oleh peneri-ma, informasi itu harus muncul sama seperti ketika informasi itu disimpan atau dikirimkan. Sistem pengamanan yang dibangun harus memungkinkan untuk mengetahui apabila terhadap isi yang asli dari informasi yang dikirimkan itu telah terjadi modifikasi, tambahan, atau penghapusan. Sistem tersebut juga harus dapat mencegah “dimainkan-nya kembali (Re-Played) informasi itu, misalnya fresh copy dari data tersebut dikirimkan lagi dengan

menggunakan otorisasi yang

semula dipakai ketika pesan yang sesungguhnya itu dikirimkan. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu mekanisme yang dapat memastikan kebenaran dari isi pesan yang dikirimkan itu dan untuk dapat memastikan otentik atas pembuatan salinan dari pesan tersebut, yaitu otentik bahwa salinan itu sesuai dengan aslinya. 3. Authorization

Authorization menyangkut

pengawasan terhadap akses kepada

informasi tertentu.

Transaksi-transaksi tertentu mungkin hanya dapat diakses oleh pihak–pihak tertentu saja, sedangkan

transaksi-transaksi yang lain tidak.

Authorization dimaksudkan untuk

membatasi perbuatan oleh pihak - pihak yang tidak berwenang untuk dapat berbuat sesuatu di dalam lingkungan jaringan informasi itu. Pembatasan tersebut adalah ber-gantung pada security level dari pihak yang bersangkutan. Pemba-tasan itu menyangkut sampai sejauh mana pihak yang diberi

(10)

kewenangan untuk melakukan akses terhadap hal itu diberi wewenang untuk dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Memasukkan data/informasi; b. Membaca data/informasi;

c. Memodifikasi data/informasi,

menambah atau menghapus

data/informasi;

d. Mengekspor atau mengimpor data/informasi;

e. Menge-Print data/informasi.

Hak-hak istimewa tersebut

dapat dikendalikan atau diawasi,

baik dilakukan oleh petugas

tertentu atau oleh suatu unit tertentu yang ditugasi khusus untuk keperluan tersebut, dengan cara menggunakan Acces Control

List (ACL). Acces Control List adalah

suatu daftar yang memuat siapa-siapa saja yang memiliki akses kepada data/informasi tertentu dan tingkat kewenangan dari masing-masing orang atau pejabat tersebut untuk mengakses data itu.

4. Availability

Informasi yang disimpan atau ditransmisikan melalui jaringan komunikasi harus dapat tersedia sewaktu–waktu apabila diperlukan. Sistem perlindungan itu harus dapat mencegah timbulnya sebab-sebab yang dapat menghalangi ter-sedianya informasi yang diperlukan itu. Kesalahan– kesalahan jaringan (Network Errors), listrik mati (Power

Out-Ages), kesalahan–kesalahan operasional (Operational Errors), kesalahan-kesalahan yang bersang-kutan dengan aplikasi dari piranti lunak yang digunakan (Software

Applicatio), masalah–masalah yang

menyangkut piranti keras

(Hard-ware Problem), dan virus

merupa-kan beberapa sebab yang dapat

membuat informasi yang

diperlukan itu menjadi tidak ter-sedia ketika dibutuhkan

(Unavaila-bility Of Information).6 5. Authenticity

Authenticity atau authentication

menyangkut kemampuan seseorang, organisasi atau komputer untuk membuktikan identitas dari pemilik yang sesungguhnya dari informasi tersebut. Semua pihak yang terlibat dalam suatu transaksi harus merasa aman dan pasti bahwa komunikasi yang terjadi melalui jaringan di antara pihak–pihak itu adalah benar, yaitu benar bahwa pihak yang berhubungan dengan pihak–pihak yang sesungguhnya diinginkan dan benar mengenai informasi yang dipertukarkan di antara mereka. Apabila suatu pesan diterima, maka penerima harus dapat memverifikasi bahwa pesan itu benar–benar dikirim oleh orang atau pihak yang sesung-guhnya. Sebaliknya juga, harus dapat dipastikan bahwa pesan tersebut memang telah dikirimkan kepada dan telah diterima oleh pihak yang sesungguhnya dituju. 6. Non-Repudiation of Origin

Non-repudiation of Origin atau Non-Repudiability menyangkut

per-lindungan terhadap suatu pihak yang terlibat dalam suatu transaksi atau kegiatan komunikasi yang di

belakang hari pihak tersebut

menyanggah bahwa transaksi atau kegiatan tersebut benar terjadi.

Sistem Non-Repudiation of Origin atau Non-Repudiability, harus dapat

membuktikan kepada pihak ketiga

yang independen mengenai

12 Suwandi, Ahmad, dan B. Setyo Riyanto,

Menabur sentuh, Menuai Software Tangguh; PC

(11)

originalitas dan mengenai pengirim-an data ypengirim-ang dipersoalkpengirim-an itu. Setelah suatu pesan dikirimkan kepada pihak lain, maka pengirim harus tidak mungkin dapat mem-bantah bahwa dia telah mengirim-kan pesan tersebut. Sebaliknya juga, penerima pesan tersebut seharusnya tidak mungkin dapat membantah bahwa yang

bersang-kutan telah menerima pesan

tersebut. 7. Audiatibility

Data tersebut harus dicatat sedemikian rupa bahwa terhadap data itu semua syarat

confiden-tiality dan integrity yang diperlukan

telah terpenuhi, yaitu bahwa pengi-riman data tersebut telah dienkripsi (Encrypted) oleh pengirimnya dan telah di dekripsi (Decrypted) oleh penerimanya sebagaimana mesti-nya.7

3. Aspek-Aspek Hukum Dalam

Transaksi M-BCA

Aspek-aspek Hukum

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elek-tronik (UU ITE) No. 11 Tahun 2008, dalam transaksi M-BCA dalam hubung-an Thubung-anggung Jawab Bhubung-ank Terhadap Kerugian Nasabah Melalui Mobile

Banking Dan Internet Banking mulai

dari melakukan transaksi di dunia maya misalnya melalui:

1. GSM Provider adalah perusahaan yang menyediakan layanan jaringan GSM.

2. SMS adalah pesan singkat dalam bentuk teks yang dapat diterima

dan atau dikirimkan oleh

handphone yang terlihat di layar handphone.

3. Nasabah adalah pemilik rekening Tabungan atau Giro perorangan di

7 Ibid; PC Media, Jakarta: , 2004, hal. 08.

BCA, harus melakukan ketentuan sebagai berikut:

a.) PIN m-BCA DAN KEWAJIBAN NASABAH

1. PIN m-BCA hanya boleh

digunakan oleh Nasabah.

2. Nasabah wajib mengamankan PIN m-BCA dengan cara:

- Tidak memberitahukan PIN m-BCA kepada orang lain untuk mendapatkan hadiah atau

tujuan lainnya termasuk

kepada anggota keluarga atau sahabat.

- Tidak menuliskan PIN m-BCA pada meja, handphone, atau menyimpannya dalam bentuk

tertulis atau sarana

penyimpanan lainnya yang

memungkinkan untuk

diketahui orang lain.

- Berhati-hati dalam mengguna-kan PIN m-BCA, agar tidak terlihat oleh orang lain.

- Tidak menggunakan nomor Handphone dan PIN m-BCA yang diberikan oleh orang lain atau yang mudah diterka seperti tanggal lahir tau kombinasinya, nomor telepon, dan lain-lain.

3. Segala penyalahgunaan PIN

m-BCA merupakan tanggung jawab Nasabah. Nasabah dengan ini membebaskan BCA dari segala tuntutan yang timbul, baik dari pihak lain maupun Nasabah sensiri sebagai akibat penyalahgunaan PIN m-BCA. 4. Penyalahgunaan PIN pada

fasili-tas m-BCA mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan perin-tah tertulis yang ditandatangani oleh Nasabah.

5. Nasabah diberikan kebebasan untuk membuat PIN-nya sendiri pada saat registrasi di ATM BCA.

(12)

6. Bilamana SIM Card GSM Nasabah hilang/dicuri/dipindah-tangankan kepada pihak lain, Nasabah harus memberitahukan kepada kepala cabang BCA terdekat atau melalui HALO BCA dan Nasabah wajib menyerahkan surat asli laporan kehilangan dari kepolisian setempat (dalam kasus hilang/dicuri) dan surat pernyataan pemblokiran kepada BCA dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja BCA setelah pemberitahuan tersebut.

Segala instruksi transaksi

berdasarkan penggunaan nomor handphone dan PIN m-BCA yang terjadi sebelum pejabat yang berwenang dari BCA menerima pemberitahuan tersebut merupa-kan tanggung jawab sepenuhnya dari Nasabah.

b.) PEMBLOKIRAN m-BCA

1. m-BCA akan diblokir jika

Nasabah melakukan hal berikut: a. Salah memasukkan PIN

m-BCA sebanyak tiga kali

berturut-turut.

b. Mengajukan penggantian

Kartu ATM BCA dan atau Kartu ATM BCA dilaporkan hilang.

c. Melaporkan SIM Card GSM hilang/dicuri/dipindah

tangankan kepada pihak lain. 2. Apabila terjadi pemblokiran

m-BCA, maka Nasabah harus menghubungi Halo BCA dan melakukan registrasi m-BCA ulang di ATM BCA.

c.) FORCE MAJEURE

Nasabah akan membebaskan BCA dari segala tuntutan apapun, dalam hal BCA tidak dapat melak-sanakan instruksi dari Nasabah

baik sebagian maupun seluruhnya

karena kejadian-kejadian atau

sebab-sebab di luar kekuasaan atau kemampuan BCA termasuk namun tidak terbatas pada ben-cana alam, perang, huru-hara, keadaan peralatan, sistem, atau transmisi yang tidak berfungsi, gangguan listrik, gangguan teleko-munikasi, kebijaksanaan pemerin-tah, serta kejadian-kejadian atau sebab-sebab lain di luar kekuasaan atau kemampuan BCA.

d.) PENGAKHIRAN m-BCA

1. m-BCA akan berakhir jika

Nasabah mengajukan permohon-an pengakhirpermohon-an laypermohon-anpermohon-an m-BCA kepada BCA, karena:

a. Nasabah mengakhiri penggu-naan Kartu ATM BCA atau nomor handphne.

b. Nasabah mengganti Kartu

ATM BCA atau nomor

handphone.

2. m-BCA akan berakhir jika:

a. Nasabah menutup semua

rekening yang terhubung

dengan kartu ATM BCA.

b. GSM Provider mengakhiri

nomor handphone Nasabah. C. PENUTUP

1. Perlindungan Hukum Nasabah yang Bertransaksi Melalui Mobile Banking dan Internet Banking

1) Perlindungan secara implisit (Implicit deposit protection), yak-ni perlindungan yang diperoleh melalui:

a. Peraturan Perundang-Unda-ngan di bidang Perbankan (UU No.7 1992 dan UU No.10 1998 tentang Perubahan Atas UU No.7 1992 tentang PERBANKAN); dalam Pasal 37 B dengan jelas disebutkan

(13)

bahwa : ”Setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang di simpan pada bank bersangkutan (1), untuk menjamin simpanan masya-rakat tersebut maka di bentuk lembaga penjamin simpanan (LPS) (2)”.

b. Perlindungan yang dihasil-kan oleh pengawasan dan pembinaan yang efektif yang

dilakukan oleh Bank

Indonesia.

c. Upaya menjaga kelangsung-an usaha bkelangsung-ank sebagai suatu lembaga pada khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya.

d. Memelihara tingkat kesehat-an bkesehat-ank;

e. Melakukan Usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian;

f. Cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah.

g. Menyediakan informasi resiko pada nasabah,

2) Perlindungan secara Eksplisit (Explicit deposit protection),

yaitu perlindungan yang dipero-leh melalui pembentukan

lembaga yang menjamin

simpanan masyarakat (sebagai-mana yang di a(sebagai-manatkan pasal 37 B (2) UU 10 1998).

2. Tanggung Jawab Bank Terhadap Kerugian Nasabah Melalui Mobile Banking dan Internet Banking

Perlindungan serta Tanggung Jawab Bank Terhadap Kerugian Nasabah Melalui Mobile Banking Dan Internet Banking harus ada

Sistem pengamanan terhadap

komunikasi elektronik,

undang-undang terutama UU Informasi dan

Transaksi Elektronik (UU ITE) No. 11 Tahun 2008 harus dapat memberikan perlindungan terhadap hal-hal sebagai berikut:

Ketentuan penggunaan agar Pihak Bank Tanggung Jawab Terhadap Kerugian Nasabah Melalui Mobile

Banking Dan Internet Banking:

- Bukti perintah Nasabah melalui m-BCA adalah mutasi yang tercatat dalam Rekening Koran

atau Buku Tahapan jika

dicetak.

- Sanggahan dari Nasabah hanya dapat dilayani bila mana sang-gahan diajukan ke BCA dalam

tenggang waktu

selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhi-tung sejak tanggal transaksi melalui m-BCA dilaksanakan. - Nasabah wajib segera

melapor-kan kepada BCA secara tertulis apabila terjadi perubahan data Nasabah.

- Nasabah dapat menghubungi HALO BCA atas setiap perma-salahan yang berkenaan deng-an trdeng-ansaksi ddeng-an penutupdeng-an fasilitas m-BCA.

- Untuk masalah yang berkaitan dengan SIM Card, jaringan GSM, biaya SMS,dan value added service GSM, Nasabah langsung menghubungi GSM Provider yang bersangkutan. - BCA dapat mengubah syarat

dan ketentuan ini setiap saat dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada Nasabah dalam bentuk dan melalui sarana apapun.

- Pihak yang menggunakan fasili-tas m-BCA tunduk pada keten-tuan ketenketen-tuan dan peraturan– peraturan yang berlaku pada BCA serta syarat-syarat dan

ketentuan-ketentuan yang

(14)

fasilitas dan transaksi yang dicakup oleh Kartu ATM BCA, termasuk setiap perubahan

yang akan diberitahukan

terlebih dahulu oleh BCA dalam bentuk dan melalui sarana apapun.

Untuk perlindungan hukum bagi para nasabah bila dalam bertransaksi melalui layanan Mobile Banking dan

Internet Banking yang bertransaksi

transfer uang bermasalah maka yang bersangkutan disediakan PIN sebagai Kode Akses yang di atur oleh nasabah sendiri dan diverifikasi kembali melalui SMS pada nomor handphone nasabah yang telah mendaftarkan melalui ATM, khususnya di bidang informasi dan komunikasi, kaitannya dengan per-bankan implikasi hukum harus mem-perhatikan undang-undang terutama

UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) No. 11 Tahun 2008, Pasal 35“, sehingga diharapkan pihak bank mela-kukan sosialisasi terhadap masyarakat pengguna bank. Berkaitan hal diatas sebaiknya perlu adanya peraturan perundang-undangan yang menegas-kan kekuatan hukum dari data elektronik sebagai alat bukti yang sah di muka pengadilan.

Perlindungan Hukum terhadap nasabah Mobile Banking dan Internet

Banking merupakan tanggung jawab

pihak Bank sebagai pihak penye-lenggara namun tanggung jawab itu dibebankan kepada nasabah dengan cara meningkatkan kewaspadaan dan ketelitian dalam menggunakan layanan

Mobile Banking dan Internet Banking,

perlindungan Hukum bagi nasabah didasarkan pada Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang–Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang No 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Adapun kompensasi yang diberikan oleh Bank kepada nasabah Mobile

Banking dan Internet Banking adalah

pemberian ganti rugi materiil sesuai kerugian yang dialami nasabah apabila telah tercapai kesepakatan nasabah dan pihak Bank. Sehubungan dengan adanya berbagai masalah dalam hal perlindungan hukum terhadap nasabah

Mobile Banking dan Internet Banking,

maka diharapkan kepada pemerintah untuk segera membuat peraturan perundang-undangan yang lebih jelas dan tegas. Kepada pihak perbankan agar lebih memperhatikan keamanan, kenyamanan dan kepastian perlin-dungan hukum terhadap nasabahnya. Untuk nasabah Mobile Banking dan

Internet Banking diharapkan agar lebih

berhati-hati dalam memakai setiap pro-duk yang dikeluarkan Bank, mema-hami jaminan produk dan jaminan hukumnya akan menguntungkan nasa-bah sendiri sebagai konsumen dalam dunia perbankan.

D. DAFTAR PUSTAKA A. Buku/Literatur

Badrulzaman, Mariam Darus, Kontrak

Dagang Elektronik Tinjauan Dari Aspek Hukum Perdata, Citra

Aditya Bakti, Bandung : 2001. H.B. Sutopo, Pengantar Penelitian

Kualitatif. UNS Press, Surakarta : 2002.

Meriam Darus Badrulzaman, Kontrak

Dagang Elektronik Tinjauan Aspek Hukum Perdata, Penerbit

Pt. Citra Aditya Bakti, Bandung : 2001

(15)

Riswandi, Budi Agus, Hukum dan

Internet di Indonesia, UII Press,

Yogyakarta : 2003.

Sjahdeini, Sutan Remy, Hukum Cyiber

Sistem Pengamanan E-Commerce, Citra Aditya Bakti,

Bandung : 2001.

Sjahputra, Iman, Problematika Hukum

Internet Indonesia, Prehallindo,

Jakarta : 2002.

Soepraptomo, Heru, Kejahatan Komputer Dan Cyber Serta Antisipasi Pengaturan Pencegahannya Di Indonesia,

Citra Aditya Bakti, Bandung : 2001.

Sumardjono, Maria S. W., Pedoman

Pembuatan Usulan Penelitian,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta : 1997.

Suwandi, Ahmad, dan B. Setyo Riyanto,

Menabur sentuh, Menuai Software Tangguh, PC Media,

Jakarta : 08/2004. B. Perundang-undangan :

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Indonesia, UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, LN Th.92 No.31, Tambahan LN 3472 ..., UU Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, LN RI No.3881 ..., UU Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, LN RI Th.2000 No.242

..., UU Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik (UU ITE), LN RI NO.4843

C. Sumber Hukum Lain

http://www.ecorp.com/history.htm Juergen Seitz dan Eberhard Stickel,

“internet banking : An Overview,”

http://www.arraydev.com/commerce/J IBC/9801-8.htm.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam industri perbankan, penggunaan teknologi inforamsi ( mobile banking ) merupakan salah satu bentuk layanan dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah nasabah melakukan

apakah yang ada untuk dipergunakan dalam memberikan perlindungan hukum bagi nasabah dari fasilitas internet banking , dimana disatu sisi undang-undang yang mengatur

Internet banking atau perbankan internet adalah salah satu fasilitas layanan perbankan yang ditujukan bagi nasabah untuk dapat melakukan transaksi

Penelitian ini mengambil permasalahan mengenai bagaimana upaya penyelesaian dan tanggung jawab, serta perlindungan hukum yang diberikan oleh bank kepada nasabah

Ivansyah, Perlindungan hukum terhadap nasabah atas penggunaan layanan elektronik banking (e-banking) pada bank rakyat indonesia (riset pada bank rakyat indonesia

layanan mobile banking , serta nasabah diharapkan untuk dapat lebih sering menggunakan layanan perbankan mobile banking sebagai transaksi perbankan non tunai yang

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa: (1) kualitas internet banking berpengaruh signifikan terhadap kepuasan nasabah, (2) kepuasan nasabah pengguna internet banking

Beberapa saran yang dapat diberikan peneliti terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Bagi perbankan, penyediaan layanan internet banking dan mobile banking dapat