• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan manusia (human trafficking) merupakan masalah yang kompleks, baik di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan manusia (human trafficking) merupakan masalah yang kompleks, baik di"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Keadilan Bermartabat mendikte bahwa, tujuan pembangunan nasional yang dilakukan di Indonesia berupaya untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, material maupun spiritual, sehingga pembangunan yang dilakukan haruslah berorientasi pada tercapainya manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,1 memanusiakan manusia.

Perdagangan manusia (human trafficking) merupakan masalah yang kompleks, baik di tingkat nasional maupun internasional. Berbagai upaya telah dilakukan guna mencegah terjadinya praktek perdagangan manusia, termasuk aturan hukum telah diciptakan guna mencegah dan mengatasi perdagangan manusia. Akan tetapi perdagangan manusia masih tetap berlangsung khusunya yang berkaitan dengan perempuan, merendahkan martabat manusia.

Fenomena perdagangan manusia atau dikenal dengan istilah Trafficking bukanlah merupakan hal yang asing lagi dewasa ini. Trafficking dalam edisi kedelapan Black’s Law

Dictionary adalah to trade or deal in goods, illicit drugs or other contraband.2 Perdagangan

manusia ini diartikan sebagai suatu fenomena perpindahan orang atau sekelompok orang dari suatu tempat ke tempat lain, yang kemudian dibebani utang untuk biaya proses transmigrasi.

Sebelum Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (UU PTPPO) diterbitkan, larangan praktek perdagangan orang sudah diatur dalam produk hukum nasional, diantaranya, pada pembukaan UUD 1945, alinea ke-4 Pancasila, sila kedua yaitu:

1

UNCHR, Departmen Kehakiman dan HAM, dan Polri, Instrumen Pokok Hak Asasi Manusia Bagi Aparatur Penegak Hukum, Jakarta, Juni 2002, hal., 2.

2 Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, Eight Edition West Publishing Company., St. Paul

(2)

kemanusiaan yang adil dan beradab. Pasal atau sila ke-4 Pancasila mengandung bahwa perbudakan tidak dimungkinkan. Berdasarkan Pasal 28 ayat (1) Negara menjamin hak untuk tidak diperbudak (amandemen ke-2 tanggal 18 agustus 2000), Pasal 297 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Perdagangan wanita dan perdagangan anak yang belum cukup umur, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun. Pasal ini berisi sanksi yang terlalu ringan dan tidak sepadan dengan dampak yang diderita korban akibat kejahatan perdagangan orang, Pasal 324 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) “Barang siapa dengan biaya sendiri atau biaya orang lain menjalankan perniagaan budak atau melakukan perbuatan perniagaan budak atau dengan sengaja turut serta secara langsung atau tidak langsung dalam salah satu perbuatan tersebut diatas, diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun. Pasal 83 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak menentukan larangan memperdagangkan, menjual, atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual.

Tindak pidana perdagangan orang merupakan kejahatan manusia yang serius.3 Perdagangan orang dianggap sebagai industri paling menguntungkan dibanding dengan kejahatan terorganisir lainnya, seperti trafficking of drug and arms. Manusia yang diperlakukan sebagai “komoditi” yang bisa didaur ulang. Korban dieksploitasi, disiksa dan diperlakukan tidak menusiawi berulangkali untuk meningkatkan keuntungan pelaku.

Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan psikis, fisik, mental, seksual, ekonomi dan/atau sosial yang diakibatkan tidak pidana perdagangan orang. Korban adalah seseorang yang telah menderita kerugian sebagai akibat suatu kejahatan dan/atau yang rasa keadilannya secara langsung telah terganggu sebagai akibat

3 International Organization for Migration (IOM), Fenomena Trafficking Manusia dan Konteks Hukum

(3)

pengalamannya sebagai target/sasaran kejahatan.4 Perlindungan korban, pada dasarnya merupakan bagian tidak terpisahkan dari permasalahan hak asasi manusia, dan hak korban itu sendiri merupakan bagian tak terpisahkan dari konsep hak asasi manusia. 5

Deklarasi PBB mengenai Basic Principles of Justice for Victims and Abuse of Power telah diadopsi oleh Majelis Umum tanggal 29 November 1985 (General Assembly Resolution

40/34). Kemauan kolektif masyarakat internasional untuk memulihkan keseimbangan antara

hak-hak fundamental tersangka dan pelaku, dan hak-hak serta kepentingan korban. Adanya Deklarasi tersebut didasarkan atas suatu filosofis bahwa korban harus diakui dan diperlakukan secara memadai atas dasar kemanusiaan. Karena itu korban berhak akses terhadap mekanisme pengadilan dan mendapatkan ganti rugi yang tepat terhadap kerugian yang dideritanya. Di samping itu, Korban juga berhak untuk menerima bentuan, khusus yang memadai yang berkaitan dengan trauma emosional dan masalah-masalah lain yang disebabkan oleh terjadinya penderitaan yang menimpa diri korban.

Upaya memberikan perlindungan hukum kepada korban, selain diwujudkan dalam bentuk dipidananya pelaku, juga diwujudkan dalam bentuk pemenuhan hak-hak korban yang terimplementasi dalam Pasal 43 sampai Pasal 55 Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang. Khusus mengenai tanggungjawab pelaku terhadap korban tindak pidana perdagangan orang diatur dalam Pasal 48 sampai dengan Pasal 50.

Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut, Pasal 48, bahwa setiap korban tindak pidana perdagangan orang atau ahli warisnya berhak memperoleh restitusi. Restitusi berupa ganti kerugian atas: kehilangan kekayaan atau penghasilan; penderitaan; biaya untuk tindakan perawatan medis dan/atau psikologis; dan/atau kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat perdagangan orang. Restitusi tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam amar putusan. Dalam ketentuan ini, mekanisme pengajuan restitusi dilaksanakan sejak korban

4

Suryono Ekatama, Abortus Provocatus Bagi Korban Perkosaan, UAJ, Yogyakarta, 2000, hal., 176.

5

(4)

melaporkan kasus yang dialaminya kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia setempat dan ditangani oleh penyidik bersamaan dengan penaganan tindak pidana yang dilakukan. Penuntut umum memberitahukan kepada korban tentang haknya untuk mengajukan restitusi, selanjutnya penuntut umum menyampaikan jumlah kerugian yang diderita korban akibat tindak pidana perdagangan orang bersamaan dengan tuntutan. Mekanisme ini tidak menghilangkan hak korban untuk mengajukan sendiri gugatan atas kerugiannya.6

Pasal 50, dalam hal pelaksanaan pemberian restitusi kepada pihak korban tidak dipenuhi sampai melampaui batas waktu empat belas hari korban atau ahli warisnya memberitahukan hal tersebut kepada pengadilan. Pengadilan akan memberikan surat peringatan secara tertulis kepada pemberi restitusi, untuk segera memenuhi kewajiban memberikan restitusi kepada korban atau ahli warsinya.

Pasal 51, korban berhak memperoleh rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan, dan rintegrasi sosial dari pemerintah apabila yang bersangkutan mengalami penderitaan baik fisik maupun psikis akibat tindak pidana perdagangan orang.

Berdasarkan ketentuan tersebut, salah satu hak korban Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah hak untuk memperoleh restitusi. Undang-Undang No. 21 Tahun 2007, sudah mempertegas mengenai hak restitusi. Pasal 1 angka 13 UU No. 21 Tahun 2007 menyatakan bahwa restitusi adalah pembayaran ganti kerugian yang diberikan kepada pelaku berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian materiil dan/atau immaterial yang diderita korban dan ahli warisnya.

Penulis mengkaji putusan bebas tentang pidana perdagangan orang. Dalam KUHP telah dirumuskan bahwa dengan adanya alasan penghapus pidana ini, maka pelaku yang melakukan tindak pidana tidak boleh dihukum/dipidana. Dengan demikian dengan adanya

6

(5)

alasan penghapusan pidana akan membawa akibat kepada putusan hakim, yang tidak boleh menghukum atau menjatuhkan pidana kepada pelaku.

Tidak dipidananya pelaku berdasarkan dua hal sebagaimana tersebut diatas. Pertama karena tidak ada atau hilang/hapus kesalahan pelaku (disebut sebagai alasan pemaaf). Kedua, karena hilang/hapus sifat melawan hukumnya perbuatan pelaku (disebut sebagai alasan pembenar). Berdasarkan kedua hal tersebutlah hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada pelaku. Sementara bagaimana bentuk dan rumusan putusan hakim yang berkaitan dengan kedua hal tersebut tidak dinyatakan dengan tegas dalam KUHP (KUHP hanya menyebutkan “tidak boleh dipidana”). Sedangkan dalam KUHAP, tidak dipidanya pelaku akan membawa kepada dua bentuk putusan hakim yang berbeda. Pertama yang mengakibatkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum (ontslag), yang kedua mengakibatkan putusan bebas (vrijspraak)apabila hakim berpendapat bahwa perbuatan yang didakwaan kepada terdakwa (pelaku) terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana.7 Sesuai dengan rumusan Pasal 183 KUHAP: “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.8

Pada Putusan Bebas Perkara Nomor 49/Pid.Sus/2018/Pn Smg, Hj. Windi Hiqma Ardani dijatuhi hukuman pidana khusus pada peradilan tingkat pertama. Putusan ini, sebagai seuatu temuan menurut Teori Keadilan Bermartabat dikemukakan dalam Bab II.. Salah satunya adalah membebaskan terdakwa dari segala dakwaan atau setidak-tidaknya melepaskan terdakwa dari segala dakwaan (ontslag van rechtvolging).

Undang-Undang tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang tidak mengatur bahwa terkdakwa tindak pidana perdagangan orang bisa menerima putusan bebas. Akan tetapi pada

7

Pasal 191 ayat (1) dan ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

8

(6)

temuan penelitian ini terdakwa menerima putusan bebas oleh Hakim. Setelah menimbang antara lain bahwa terkait dengan UU Nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri perihal hukum administrasinya, jika ada norma-norma yang mengatur dengan kesepakatan di dalam kontrak dan pelanggaran keperdataannya yang diatur dengan sanksi sifatnya administratif, maka hukum pidana tidak dapat diterapkan. Hakim memutuskan bahwa terdakwa bebas dalam perkara ini dan perusahaan terdakwa dijatuhi sanksi berupa skorsing sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Direktur Jendral (Dirjen) Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Dan Perluasan Kesempatan Kerja Nomor Kep. 711/PPTKPKK/IV/2017.

Uraian di atas bagi orang awam tidak mengandung kaidah putusan bebas. Namun, dalam kenyataannya ada putusan bebas, yaitu dalam putusan nomor 49/PID.SUS/2018/PN SMG. Sehingga, bagi orang awam ada kekosongan hukum. Khususnya hukum yang mengatur tentang kemungkinan seseorang yang terbukti menurut penuntut umum melakukan tindak pidana perdagangan orang namun menurut hakim tidak terbukti sehingga harus diputus bebas. Penulis bermaksud melakukan penelitian tentang Putusan Bebas Dalam

perkara Tindak Pidana Perdagangan Orang Dalam Jurisprudence Keadilan Bermartabat.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penulisan skripsi ini, sebagai berikut:

Bagaimana putusan bebas dalam perkara pidana perdagangan orang menurut

(7)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

Menemukan dan menganalisis putusan bebas dalam perkara pidana perdagangan orang dalam Jurisprudence Keadilan Bermartabat.

1.4. Manfaat Penlitian

Sejalan dengan tujuan penelitian di atas, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis, yaitu: Manfaat Toritis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan dalam bidang Ilmu Hukum.

Manfaaat Praktis dapat berguna sebagai salah satu sumber informasi praktis di bidang praktek penegakan hukum dalam perkara pidana perdagangan orang.

1.5. Metode Penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.9

Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu yang timbul. Oleh karena itu, penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam kerangka know-how di dalam hukum. Hasil yang dicapai adalah untuk memberikan preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.10 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

9

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana 2009 ,hal., 35.

10

(8)

Metode penelitian ini menggunakan cara pendekatan yuridis normatif.11 Pendekatan yuridis adalah pendekatan yang memakai kaidah-kaidah serta perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan menggunakan penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan mencakup (1) penelitian terhadap asas-asas hukum; (2) penelitian terhadap tarat sinkronisasi vertical dan horizontal; (3) penelitian terhadap sistematika hukum; (4) perbandingan hukum; (5) sejarah hukum.12 2. Pendekatan Kasus (case approach)

Pendekatan kasus dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.13 Kasus yang digunakan oleh penulis adalah putusan bebas yang tela memperoleh kekuatan hukum tetap (permanent legal force).

3. Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan dalam penulisan proposal sripsi ini adalah sebagai berikut: Bahan Hukum Primer. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas, yang terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.14 Berikut ini peraturan perundang-undangan yang digunakan: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHAP), Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Saksi dan Korban Putusan hakim berkekuatan hukum tetap (permanent legal force) yaitu: Putusan Nomor 49/Pid.Sus/2018/PN Smg.

11

Johny Ibrahim, Teori Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Jawa Timur, Bayumedia Publishing, 2009, hal., 45. Bdnk, Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif ‘Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta, Raja Grafindo, 2004, hal., 14.

13

Peter Mahmud Marzuki, Ibid, hal.94

14

(9)

Bahan Hukum Sekunder. Bahan hukum sekunder yakni berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum tersebut meliputi buku-buku teks, komentar-komentar atas putusan-putusan peradilan.15 Dalam penelitian, penulis menggunakan buku-buku teks, dan komentar atas putusan pengadilan yang terkait dengan perlindungan hukum terhadap perempuan korban perdagangan manusia.

Bahan Hukum Tertier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan lebih lanjut mengenai bahan hukum primer, dan bahan hukum sekunder, yang terdiri dari: Kamus besar Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta; Black’s Law Dictionary, Kamus hukum.

Teknik pengunpulan dan pengolahan bahan hukum dilakukan dengan Penelitian kepustakaan, dengan tahapan sebagai berikut. Peneliti melakukan inventarisasi terhadap peraturan perundang-undangan dalam putusan pengadilan yang diteliti, melakukan penggalian asas-asas dan teori hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, melakukan kategorisasi hukum dalam hubungannya dengan permasalahan yang diteliti. Peneliti juga memiliki putusan dari kasus-kasus yang diperoleh pengadilan, internet dan media massa lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Selanjutnya, data yang diperoleh penulis klarifikasi berdasarkan pada permasalahan yang ada. Kemudian, data tersebut dianalisis sehingga mampu tergambar jawaban atas persoalan yang ada.

15

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak kulit biji melinjo memiliki aktivitas antibakteri paling tinggi terhadap Salmonella enteritidis pada konsentrasi 75% dengan diameter daerah hambat sebesar 10,3

Penelitian hukum ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian upaya pembuktian penuntut umum terhadap tindak pidana turut serta menimbulkan bahaya kebakaran bagi barang

Maka dari itu English Zone yang telah kami selenggarakan sangat menekanan siswa untuk sebisa mungkin berbicara dengan bahasa Inggris walaupun dengan kalimat sederhana..

Walaupun mereka bukan orang yang pertama membuat pesawat percobaan atau experiment, Wright bersaudara adalah orang yang pertama menemukan kendali pesawat sehingga pesawat

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukan bahwa jenis dan komposisi nutrisi media tanam jamur tiram putih memberikan pengaruh yang nyata pada persentase

Contohnya adalah masih banyak orang yang berfikir sempit tentang hukum potong tangan kepada pelaku tindak pidana pencurian dalam Islam.. Paradigma seperti ini akhirnya

Lembar Penilaian Tes Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 11- 20 Siswa Kelas VIII SMP Takhassus Plus Al-Mardliyah Kaliwungu Selatan Kendal.. No Nama Siswa

Data produksi karkas ayam broiler yang meliputi bobot potong dan bobot karkas umur lima minggu dengan perlakuan 0,0; 0,5; 1,0; dan 1,5% tepung kulit manggis tertera