• Tidak ada hasil yang ditemukan

profit margin, semakin baik operasi perusahaan. Suatu net profit margin yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "profit margin, semakin baik operasi perusahaan. Suatu net profit margin yang"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2008:114). Rasio ini menunjukkan laba yang dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan laba yang hubungannnya dengan investasi, serta digunakan untuk mengetahui seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Profitabilitas perusahaan yang dikatakan baik apabila mampu memenuhi target laba yang telah ditetapkan dengan menggunakan aktiva atau modal yang telah dimilikinya. Menurut Brigham dan Houston (2007:146) terdapat beberapa macam rasio untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan, yaitu: 1. Profit Margin Ratio

Rasio ini untuk mengukur laba bersih per dolar penjualan, yang dihitung dengan membagikan laba bersih terhadap penjualan. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam menjalankan operasinya. Profit margin ratio dibedakan menjadi:

a. Net Profit Margin

Net Profit Margin adalah Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan sesudah dikurangi dengan seluruh beban termasuk pajak. Semakin tinggi net profit margin, semakin baik operasi perusahaan. Suatu net profit margin yang

(2)

berusaha. Rasio ini mencerminkan efisiensi seluruh bagian, yaitu produksi, personalia, pemasaran, dan keuangan yang ada dalam perusahaan.

    =      

b. Operating Profit Margin

Rasio ini mengukur kemampuan untuk menghasilkan laba sebelum dan pajak dengan penjualan yang dicapai perusahaan. Rasio ini disebut sebagai pure profit (Syamsuddin, 2007:61). Disebut murni karena karena jumlah rasio ini lah yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan kewajiban-kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pajak. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik pula operasi perusahaan.

     =         

c. Gross Profit Margin

Gross Profit Margin adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. Semakin besar rasio ini semakin baik keadaan operasi perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa laba kotor relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin, semakin kurang baik operasi perusahaan. Rasio ini menggambarkan efisiensi yang dicapai oleh bagian produksi.

    =    

(3)

2. Basic Earning Power- BEP

Rasio ini untuk menunjukkan kemampuan asset perusahaan dalam menghasilkan laba operasi, yang dihitung dengan membagikan EBIT terhadap total aset. Rasio ini mencerminkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan seluruh investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin efektif dan efisiensi pengelolaan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak.

BEP =        Total Aset

3. Return On Equity (ROE)

Return On Equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Rasio ini untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa, dihitung dengan mebagikan laba bersih terhadap ekuitas biasa. Rasio ini penting bagi pihak pemegang saham untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan.

ROE =       )* + 4. Return On Asset (ROA)

ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting bagi

(4)

pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisien manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan.

Retutn On Asset adalah rasio yang dapat menggambarkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba. Return on Asset atau pengembalian atas total asset menurut Brigham dan Houston (2007:146) adalah rasio untuk mengukur pengembalian atas total aset setelah bunga pajak. Menurut Lawrence (2003:65) “Return On Total Assets measures the overall effectiveness of management in generating profits with its available assets. The higher the firm’s return on total assets, the better” yang artinya ROA merupakan rasio untuk mengukur keefektifan keseluruhan manajemen untuk menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang tersedia. Semakin tinggi ROA suatu perusahaan maka semakin baik perusahaan tersebut dalam menggunakan asetnya untuk mendapatkan laba.

Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur keefektifan manajemen perusahaan secara menyeluruh dengan membandingkan pengembalian setelah bunga dan pajak atau laba bersih dengan total aset yang dinyatakan dalam persentase. Semakin tinggi tingkat ROA perusahaan, maka semakin bagus kinerja perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba untuk pengembalian asetnya.

Menurut Brigham dan Houston (2007:146), secara sistematis, ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

ROA =Laba Bersih Total Aset Atau menurut Lawrence (2003:65) mengunakan rumus:

(5)

ROA =  1  2  344 35ℎ   

Semakin tinggi tingkat ROA suatu perusahaan maka semakin baik kondisi perusahaan tesebut dari segi penggunaan aset untuk mendapatkan laba.

2.2 Modal Kerja

Modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, yaitu kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, persediaan, dan piutang usaha (Brigham dan Houston, 2001:150). Modal kerja ini akan terus berputar setiap periodenya di dalam perusahaan (Riyanto, 2010:62). Menurut Munawir (2007:114-116) dinyatakan ada tiga konsep definisi modal kerja yaitu : konsep kuantitatif, konsep kualitatif, dan konsep fungsional. Dalam konsep kuantitatif, pengertian modal kerja adalah meliputi seluruh aktiva lancar yang memiliki tingkat perputaran yang pendek yakni berupa kas, piutang, persediaan maupun persekot biaya. Pada konsep kualitatif, modal kerja adalah aktiva lancar yang benar-benar digunakan untuk kegiatan operasional yang telah dikurangi dengan hutang lancar. Sedangkan, konsep fungsional, modal kerja adalah modal yang benar-benar digunakan untuk menghasilkan pendapatan periode berjalan (current income) atau periode saat ini daja bukan untuk periode selanjutnya. Jadi, seluruh modal kerja yang tidak termasuk current income bukan termasuk modal kerja.

2.3 Komponen Modal Kerja

Menurut konsep kuantitatif, komponen modal kerja adalah berupa keseluruhan aktiva lancar yang terdiri atas kas, piutang, persediaan, dan persekot biaya. Perusahaan harus mampu mengelola modal kerjanya dengan baik agar

(6)

perusahaan akan selalu mengalami perputaran selama perusahaan tersebut melakukan kegiatan operasional. Perputaran modal kerja dimulai dari awal saat kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai kembali menjadi kas. Periode perputaran modal kerja tergantung pada lamanya perputaran masing-masing komponen modal kerja tersebut.

Apabila perputaran modal kerja yang rendah, dapat diartikan perusahaan sedang kelebihan modal kerja. Demikian pula sebaliknya jika perputaran modal kerja tinggi, mungkin disebabkan tingginya perputaran persediaan atau perputaran piutang atau saldo kas yang terlalu kecil (Kasmir, 2011:182). Semakin panjang periode perputaran modal kerja maka semakin rendah atau lambat tingkat perputarannya, sedangkan semakin pendek waktu perputaran modal kerja berarti semakin cepat perputarannya sehingga akan meningkatkan rentabilitas perusahaan. Mengelola modal kerja dapat dilakukan dengan mengelola komponen-komponennya, dimana dalam penelitian ini komponen-komponen tersebut terdiri atas tiga, yaitu kas, piutang, dan persediaan.

2.3.1 Kas

Kas merupakan nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi likuiditasnya (Gitosudarmo, 2008:61). Kas merupakan aktiva perusahaan yang paling likuid dan merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya, seluruh uang tunai yang ada di tangan (cash on hand) dan dana yang disimpan di bank dalam berbagai bentuk, seperti deposito dan rekening koran (Syahyunan,

(7)

2004:49). Sebuah perusahaan dituntut harus bisa mengatur kas nya agar dapat digunakan secara tepat. Apabila kas yang dimiliki terlalu sedikit, maka kegiatan tidak dapat dilakukan dengan maksimal karena kas tidak cukup untuk membiayai kegiatan perusahaan. Tetapi, apabila perusahaan memiliki kas yang terlalu banyak maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan kasnya untuk mendapatkan pengembalian yang lebih besar, sehingga diperlukan manajemen kas yang baik demi kelangsungan hidup perusahaan. Tujuan manajemen kas adalah menjaga jumlah kas minimum yang membuat perusahaan dalam kondisi likuid dan profitable, artinya perusahaan harus dapat mengelola kas agar seimbang antara meminimalkan kas demi meminimumkan biaya serta menjaga likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Faktor- faktor yang mempengaruhi jumlah kas suatu perusahaan adalah sebagai berikut (Khamaruddin, 2004:31) :

1. Kebijaksanaan dalam memanajemen kas 2. Posisi likuiditas perusahaan pada saat ini

3. Sikap manajemen perusahaan terhadap risiko manajemen likuiditas 4. Jadwal jatuh tempo utang perusahaan

5. Perkiraan aliran kas baik jangka panjang maupun jangka pendek

2.3.2 Perputaran Kas (Cash Turnover)

Menurut Kasmir (2008:140) rasio perputaran kas (cash turnover) adalah rasio untuk mengukur tingkat kecukupuan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Rasio ini berfungsi untuk mengukur seberapa besar tingkat ketersediaan kas untuk membayar utang dan segala biaya yang berkaitan dengan penjualan. Tujuan

(8)

melakukan pengukuran rasio ini adalah untuk mengetahui sudah berapa besarkah tingkat efisiensi yang dapat dicapai perusahaan dalam upaya menggunakan persediaan kas yang ada dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan membandingkan penjualan bersih dengan rata-rata kas perusahaan. Hasil perhitungan perputaran kas dapat diartikan sebagai berikut: a. Jika rasio perputaran kas tinggi, memiliki arti semakin baik, karena menunjukkan semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya. Tetapi perputaran kas yang berlebih-lebihan tingginya dapat berarti bahwa jumlah kas yang tersedia terlalu kecil untuk volume penjualan perusahaan tersebut.

b. Sebaliknya, jika rasio perputaran kas rendah, memiliki arti kas yang tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu singkat sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang lebih sedikit.

Perputaran Kas = Penjualan bersih Rata − rata kas

2.3.3 Piutang

Jumlah piutang suatu perusahaan berubah secara terus-menerus selama kegiatan bisnis perusahaan tersebut berlangsung. Jumlah piutang akan meningkat dengan adanya penjualan kredit, dan berkurang oleh penagihan. Apabila pembayaran dilakukan secara tunai maka perusahaan akan langsung menerima kas, apabila pembayaran dilakukan dengan cara kredit maka perusahaan akan menerima piutang yang akan dicatat di neraca hingga saat penagihan berhasil memperoleh pembayaran kas. Perusahaan lebih menginginkan untuk dapat menagih piutang tepat pada waktunya, karena kas dari piutang tertagih dapat memperbaiki solvensi perusahaan. Kas tersebut juga dapat digunakan untuk

(9)

membayar dividen kepada pemegang saham atau untuk tujuan investasi dan pembiayaan lainnya. Penagihan piutang dengan segera juga dapat mengurangi risiko kerugian dari piutang tidak tertagih sehingga dapat menggambarkan apakah perusahaan tersebut profitable atau tidak.

Salah satu risiko yang paling berkaitan dengan piutang adalah risiko kredit. Oleh karenanya diperlukan evaluasi sebelum melakukan piutang. Indikator untuk mengevaluasi risiko kredit adalah dengan 5C (Syamsuddin, 2009:265), yaitu:

1. Character, kemungkinan bahwa pelanggan mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajibannya.

2. Capacity, pertimbangan atau evaluasi dari kemampuan membayar pelanggan.

3. Capital, mengukur posisi keuangan secara umum dari perusahaan seperti yang ditunjukkan oleh rasio keuangan.

4. Collateral, ditunjukkan oleh aset pelanggan yang digunakan sebagai jaminan.

5. Condition, dampak trend umum terhadap perusahaan atau perkembangan khusus di bidang ekonomi.

Perusahaan dalam melakukan manajemen piutang harus dapat menentukan jumlah piutang yang seimbang antara perolehan laba dan risiko. Perolehan laba memang dapat meningkat apabila manajer keuangan memperlunak persyaratan penjulan kredit, namun hal tersebut perlu diimbangi dengan tersedianya biaya untuk penagihan piutang seperti untuk pengawasan administrasi kredit, serta

(10)

adanya risiko piutang tak tertagih (Syahyunan, 2004:61). Sehingga perusahaan biasanya mengupayakan agar perolehan laba meningkat karena penjualan kredit dapat menutup kenaikan berbagai biaya tersebut.

2.3.4 Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

Piutang sebagai elemen dalam modal kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung dengan syarat pembayarannya. Semakin lama jangka waktu pembayaran suatu piutang menandakan semakin lama modal terikat pada piutang, yang berarti tingkat perputarannya semakin rendah. Perputaran piutang menunjukkan berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi perputaran piutang maka akan berdampak baik bagi perusahaan, dan sebaliknya, akan ada over investment dalam piutang (Kasmir, 2008:176). Perputaran Piutang dihitung dengan membagi penjualan kredit dengan rata-rata saldo piutang usaha tersebut selama setahun. (Garisson, 2013:327). Namun, biasanya perusahaan tidak memperlihatkan penjualan kredit pada laporan keuangannya, sehingga untuk mengatasi itu penjualan bersih dapat digunakan untuk menghitung perputaran piutang sebagai pengganti penjualan kredit (Warren and Reeve, 2005:309).

Perpuatan Piutang = Penjualan bersih Rata − rata piutang

2.3.5 Persediaan

Persediaan sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar dimana secara terus-menerus mengalami perubahan (Riyanto, 2010:69). Masalah investasi dan pengalokasian modal dalam

(11)

persediaan memberikan pengaruh langsung terhadap keuntungan atau profitabilitas perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam persediaan akan menekan keuntungan perusahaan. Seperti timbulnya biaya penyimpanan, biaya keamanan, biaya pemesanan, dan biaya modal untuk mengadakan persediaan itu sendiri (Syahyunan, 2004:70). Perusahaan dituntut untuk melakukan manajemen persediaan sebaik mungkin, sehingga jumlah persediaan yang seimbang antara perolehan laba dan risiko dapat dicapai. Dua tujuan manajemen persediaan menurut Eugine dan Philip (2004:712) adalah:

1. To ensure that the inventories needed to sustain operations are available. 2. To hold the cost of ordering and carrying inventories to the lowest posible

level.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa manajemen persediaan memiliki tujuan untuk memastikan bahwa persediaan benar-benar diperlukan dalam rangka mempertahankan kegiatan perusahaan yang sedang berlangsung dan menjaga biaya-biaya yang dikeluarkan selama memanajemen persediaan, seperti biaya pemesanan dan biaya transportasi ke tingkat yang paling rendah atau seminimal mungkin.

2.3.6 Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Hubungan antara volume barang dagang yang terjual dan persediaan dapat dinyatakan sebagai perputaran persediaan (inventory turnover). Perputaran ini dihitung dengan membagi harga pokok pernjualan dengan persediaan rata-rata. Jika data bulanan tidak tersedia, dapat menggunakan rata-rata persediaan di awal dan di akhir tahun (Warren dan Reeve, 2005:310). Perputaran ini menunjukkan

(12)

berapa kali jumlah persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun (dijual atau diganti). Untuk mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dalam gudang dapat ditentukan dengan membagi jumlah hari-hari dalam satu tahun dengan turnover dari persediaan tersebut (Munawir, 2007:78). Tingkat perputaran persediaan digunakan untuk:

1. Mengukur perusahaan dalam memutarkan barang dagangannya.

2. Menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk mengimbangi tingkat penjualan yang ditentukan.

Perhitungan tingkat perputaran ini tidak hanya berlaku untuk barang dagangan saja, tetapi dapat juga diterapkan dalam persediaan bahan mentah maupun persediaan barang dalam proses. Apabila data harga pokok penjualan tidak diperoleh pada laporan keuangan perusahaan, maka perputaran persediaan dapat dihitung dari penjualan.

Perputaran Persediaan = Harga pokok penjualan Rata − rata persediaan

2.4 Rasio Likuiditas

Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia (Syamsuddin, 2009:41). Likuiditas tidak hanya berhubungan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan. Tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Ada tiga jenis rasio untuk mengukur likuiditas secara menyeluruh, yaitu :

(13)

1. Net Working Capital

Rasio ini merupakan selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Besarnya rasio ini dapat digunakan untuk pengawasan internal di dalam suatu perusahaan. Umumnya, apabila perusahaan ingin mencari pinjaman jangka panjang, maka kreditur menetapkan beberapa persyaratan, misalnya adalah penetapan jumlah minimum net working capital yang harus tetap dipertahankan. Sehingga perusahaan dapat menjaga kestabilan operating liquidity yang bertujuan untuk menjamin pinjaman-pinjaman yang dilakukan oleh perusahaan. Jumlah net working capital yang tinggi menunjukkan tingkat likuiditas yang tinggi juga.

Net Working Capital = Current Assets − Current Liabilities 2. Quick Ratio

Rasio cepat (quick ratio) atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (Kasmir, 2008:111). Persediaan tidak diperhitungkan karena merupakan komponen aktiva lancar yang paling tidak likuid atau sulit untuk segera diuangkan tanpa menurunkan nilainya.

D* 35 E   = F*   −  1 + F*  G 2    3. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir, 2008:134).

(14)

jangka pendek atau utang lancar yang akan jatuh tempo. Rasio ini juga dikatakan sebagai rasio untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan. Rasio lancar dapat dihitung dengan membandingkan total aktiva lancar (current assets) dengan total utang lancar (current liabilities).

Aktiva lancar merupakan harta atau aset perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun) meliputi kas, bank, surat- surat berharga, piutang, sediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya. Utang lancar merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek yang harus segera dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun, meliputi utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya.

Hasil pengukuran rasio ini adalah apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Tetapi, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik, kemungkinan yang bisa saja terjadi karena tidak digunakannya kas semaksimal mungkin. Untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan baik atau tidak, digunakan standar rasio, misalnya rata-rata industri untuk usaha yang sejenis. Sehingga rasio lancar perusahaan dikatakan baik apabila memenuhi standar rasio rata-rata industri tersebut.

F*  E   = F*   F*  G 2   

(15)

2.5 Ukuran Perusahaan (Size)

Menurut Tittman dan Wessels (1998) dalam Hendriani (2011), ukuran perusahaan adalah ukuran besar kecilnya perusahaan yang diukur melalui total aset. Total aset dijadikan indikator ukuran besar kecilnya perusahaan karena memiliki sifat jangka panjang dari pada penjualan. Data kontrol biasanya berfungsi untuk mengetahui apakah ada data dari objek yang diteliti memiliki perbedaan karakteristik tertentu. Variabel kontrol yang sering digunakan adalah ukuran perusahaan (size). Dalam hal ini size biasanya dibagi menjadi dua ketegori perusahaan yaitu besar dan kecil. variabel. Menurut Rodoni dan Herni (2010:180) proksi size biasanya adalah total aset perusahaan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Deskripsi dari penelitian terdahulu dilakukan sebagai upaya memperjelas variabel-variabel dalam penelitian ini, sekaligus untuk menampilkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Umumnya penelitian terdahulu dilakukan oleh peneliti-peneliti dari kalangan akademis dan telah mempublikasikannya pada beberapa jurnal cetakan dan jurnal online (internet), baik secara nasional maupun internasional. Penelitian dalam bentuk skripsi juga digunakan untuk melihat perbedaannya dengan penilitian ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Sabo, Rabi’u, Usman, Fatima, dan Tjjani (2015) dengan judul “The Effect of Working Capital Management on Corporate Profitability : Evidence from Nigerian Food Product Firms”, penelitian ini menggunakan teknik analisis GLS (Generalize Least Square). Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa perputaran persediaan memiliki pengaruh yang

(16)

negatif dan signifikan terhadap ROA, average collection periode dan current ratio memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, serta average payment periode memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Ukuran perusahaan (SIZE) yang digunakan sebagai variabel kontrol pada penelitian ini berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.

Penelitian yang dilakukan oleh Siallagan (2014) dengan judul “Analisis Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas (ROA) Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2010 Sampai 2013”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran kas dan perputaran piutang berpengaruh negatif signifikan secara parsial terhadap profitabilitas (ROA), sedangkan perputaran persediaan berpengaruh positif secara parsial terhadap profitabilitas (ROA), dan hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahaan otomotif yang terdaftar BEI dari tahun 2010-2013.

Penelitian yang dilakukan oleh Agha (2014) dengan judul penelitian “Impact Of Working Capital Management On Profitability”. Penelitian ini juga menggunakan analisis regresi linier berganda sebagai teknik analisisnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang positif signifikan antara perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran kreditor terhadap ROA, sedangkan rasio lancar tidak memiliki pengaruh terhadap ROA

(17)

pada perusahaan Galaxo Smith Kline Pharmaceutical yang terdaftar pada Karachi stock exchange periode 1996-2011.

Eka dan Joni (2014) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur”. Kesamaan dalam penelitian ini adalah dalam teknik analisis datanya yang menggunakan analisis regresi linier berganda. Sedangkan perbedaannya adalah variabel bebas yang diteliti hanya tiga yaitu perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan saja. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial, hanya perputaran persediaan yang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA), sedangkan perputaran kas dan perputaran piutang tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas (ROA). Perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2012.

Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2013) dengan judul “Pengaruh Current Ratio, Inventory Turnover, Receivable Turnover terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Consumer Goods yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa inventory turnover tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap ROA, sedangkan receivable turnover dan current ratio berpengaruh signifikan terhadap ROA, dan pengujian secara simultan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara current ratio,

(18)

inventory turnover, dan receivable turnover terhadap ROA pada perusahaan Consumer Goods periode 2009-2012.

Putra (2012) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas ( Studi Kasus : PT Indofood SuksesMakmur Tbk)”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda . Hasil dari penelitian ini adalah bahwa perputaran kas dan perputaran piutang berpengaruh signifikan secara parsial terhadap profitabilitas, sedangkan perputaran persediaan tidak berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas. Perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap profitabilitas pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2009.

Sutanto dan Yanuar (2012) melakukan penelitian dengan judul “Efficiency Of Working Capital On Company Profitability In Generating ROA (Case Studies In CV. Tools Box In Surabaya”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda . Hasil dari penelitian ini adalah bahwa perputaran modal kerja berpengaruh signifikan secara parsial terhadap ROA, sedangkan rasio lancar dan perputaran piutang tidak berpengaruh secara parsial terhadap ROA. Rasio lancar, perputaran piutang dan perputaran modal kerja berpengaruh signifikan secara simultan terhadap ROA pada CV.Tools Box di Surabaya periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2009.

Bramasto (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perputaran Aktiva Tetap Dan Perputaran Piutang Kaitannya Terhadap Return On Assets Pada Pt. Pos Indonesia (Persero) Bandung”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis

(19)

regresi linier berganda . Hasil dari penelitian ini adalah bahwa perputaran aktiva tetap dan perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA baik secara simultan maupun parsial Pt. Pos Indonesia (Persero) Bandung periode 2007-2008.

Untuk lebih jelasnya, penelitian mengenai perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan rasio lancar serta penelitian yang menggunakan size sebagai variabel kontrol yang dilakukan peneliti terdahulu dapat di lihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Deskripi Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti Judul

Variabel Teknik

Analisis Hasil Penelitian

X Y Sabo, Rabi’u, Usman, Fatima, dan Tjjani (2015) The Effect of Working Capital Management on Corporate Profitability : Evidence from Nigerian Food Product Firms Inventory Turnover, average collection periode, Current Ratio dan average payment periode. Variabel kontrol : SIZE ROA Teknik analisis GLS (Generalize Least Square) 1. Inventory Turnover memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ROA perusahaan, 2. Average collection

periode dan current ratio memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA

3. Average payment

periode memiliki

pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA 4. Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap ROA

(20)

Lanjutan Tabel 2.1 Nama

Peneliti Judul

Variabel Teknik

Analisis Hasil Penelitian

X Y Hendro Siallagan (2014) Analisis Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas (ROA) Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2010 Sampai 2013 Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Dan Perputaran Persediaan ROA Analisis Linier Berganda

1. Perputaran kas dan perputaran piutang berpengaruh negatif signifikan secara parsial terhadap profitabilitas (ROA), sedangkan perputaran persediaan berpengaruh positif secara parsial terhadap profitabilitas (ROA) 2. Secara simultan menunjukkan bahwa perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA) Hina Agha, Mba, Mphil (2014) Impact Of Working Capital Management On Profitability Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Perputaran kreditor dan rasio lancar ROA Analisis Regresi Linier Berganda 1. Perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran kreditor berpengaruh positif signifikan terhadap ROA 2. Rasio lancar tidak

berpengaruh terhadap ROA Eka dan Joni (2014) Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Perputaran Kas, Perputaran Piutang, dan Perputaran Persediaan ROA Analisis Regresi Linier Berganda 1. Perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA), sedangkan perputaran kas dan perputaran piutang tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas (ROA). 2. Perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap profitabilitas (ROA)

(21)

Lanjutan Tabel 2.1 Nama

Peneliti Judul

Variabel Teknik

Analisis Hasil Penelitian

X Y Dwi Suparni Handayani (2013) Pengaruh Current Ratio, Inventory Turnover, Receivable Turnover terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Consumer Goods yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012”. Current Ratio, Inventory Turnover, Receivable Turnover ROA Analisis Regresi Linier Berganda 1. Receivable turnover dan current ratio berpengaruh signifikan secara parsial terhadap ROA, sedangkan inventory turnover tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap ROA 2. Secara simultan

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara current ratio, inventory turnover, dan receivable turnover terhadap ROA Lutfi Jaya Putra (2012) Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas ( Studi Kasus : PT Indofood Sukses Makmur Tbk) Perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan ROA Analisis regresi linier berganda

1. Perputaran kas dan perputaran piutang berpengaruh signifikan secara parsial terhadap ROA

2. Perputaran persediaan tidak berpengaruh secara parsial terhadap ROA 3. Perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap profitabilitas Sutanto dan Yanuar (2012) Efficiency Of Working Capital On Company Profitability In Generating ROA (Case Studies In CV. Tools Box In Surabaya Perputaran modal kerja, rasio lancar dan perputaran piutang ROA Analisis regresi linier berganda 1. Perputaran modal kerja berpengaruh signifikan secara parsial terhadap ROA, sedangkan rasio lancar dan perputaran piutang tidak berpengaruh secara parsial terhadap ROA

2. Rasio lancar,

perputaran piutang dan perputaran modal kerja berpengaruh signifikan secara simultan

(22)

Lanjutan Tabel 2.1 Nama

Peneliti Judul

Variabel Teknik

Analisis Hasil Penelitian

X Y Ari, Bramasto (2009) Analisis Perputaran Aktiva Tetap Dan Perputaran Piutang Kaitannya Terhadap Return On Assets Pada Pt. Pos Indonesia (Persero) Bandung Perputaran Aktiva Tetap dan Perputaran Piutang ROA Analisis Regresi linier berganda 1.Perputaran Aktiva tetap dan perputaran piutang tidak

berpengaruh terhadap ROA baik secara simultan maupun parsial

Sumber: beberapa jurnal peneliti terdahulu

Berdasarkan penjabaran Tabel 2.1 diatas, simpulan yang didapat adalah adanya perbedaan beberapa hasil dari penelitian-penelitian tersebut yang tidak sesuai dengan teori-teori yang seharusnya, tetapi ada juga yang sesuai dengan teori-teori pada umumnya, sehingga terdapat kesenjangan atau gap diantara penelitian-penelitian di atas.

2.7 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual digunakan untuk mendesain hipotesis dan pengukuran untuk menguji hipotesis atau bahkan mungkin akan menciptakan konsep baru untuk menyatakan pemikiran peneliti. Kerangka pemikiran atau konsep adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan antara satu teori dengan teori lainnya. Sehingga masalah yang diteliti menjadi jelas penyelesaiannya (Ginting dan Situmorang, 2008:97).

Salah satu indikator dalam menganalisis kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba adalah melalui pengukuran profitabilitas perusahaan dengan menggunakan return on asset (ROA). ROA digunakan dengan membandingkan antara laba bersih dengan total aset (Brigham dan Houston, 2007:146). Semakin

(23)

tinggi tingkat ROA nya, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut mampu menghasilkan laba dengan baik karena tingkat pengembalian asetnya tinggi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah variabel independen yang terdiri atas perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan rasio lancar memiliki pengaruh terhadap variabel dependennya yaitu profitabilitas (ROA) dengan terdapat variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan.

1. Pengaruh Perputaran Kas (Cash Turnover) dengan Profitabilitas (ROA) Perputaran kas merupakan salah satu rasio likuiditas yang dihitung dengan membandingkan penjualan bersih dengan modal kerja bersih (Kasmir, 2008:141). Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan dan menunjukkan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali kas berputar dalam satu periode tertentu. Perputaran kas yang tinggi menandakan baiknya keefisienan penggunaan kas oleh perusahaan. Sehingga keuntungan atau laba yang diperoleh akan semakin besar (Kasmir, 2008).

2. Pengaruh Perputaran Piutang (Receivable Turnover) dengan Profitabilitas (ROA)

Perputaran Piutang merupakan salah satu rasio aktivitas dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan rata-rata saldo piutang usaha tersebut selama setahun (Warren and Reeve, 2005:309). Semakin tinggi perputaran piutang maka akan berdampak baik bagi perusahaan, dan sebaliknya, jika tingkat perputaran

(24)

rendah berarti ada over investment dalam piutang (Kasmir, 2008:176). Besarnya rasio ini dipengaruhi oleh hubungan penjualan dan piutang yang berfluktuasi setiap periode, artinya perputaran piutang meningkat bila penjualan meningkat dan perputaran piutang akan turun bila penjualan turun. Penjualan yang tinggi dan perputaran piutang yang tinggi, akan memberikan laba terhadap perusahaan, sehingga semakin besar nilai rasio ini semakin baik dampaknya bagi perusahaan (Harahap, 2010:308).

3. Pengaruh Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) dengan Profitabilitas (ROA)

Perputaran persediaan merupakan salah satu rasio aktivitas yang dihitung dengan membandingkan harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata (Kasmir, 2008:180). Tujuannya, untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan berputar dalam satu periode. Hubungan antara perputaran persediaan terhadap profitabilitas menurut Hongren et.al (2007:250) adalah sebagai berikut:

Perputaran persediaan mengukur kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar dari perusahaan. Semakin cepat persediaan diubah menjadi barang dagang yang nantinya akan dijual oleh perusahaan maka akan semakin tinggi pula tingkat profitabilitasnya. Semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan semakin baik bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

Apabila rasio yang diperoleh tinggi, menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik. Sebaliknya, apabila perputaran persediaan rendah berarti perusahaan bekerja tidak efisien atau tidak produktif karena banyak barang persediaan yang menumpuk. Hal ini akan mengakibatkan investasi dalam tingkat pengembalian rendah.

(25)

4. Pengaruh Rasio lancar (Current Ratio) dengan Profitabilitas (ROA) Rasio lancar yang baik dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan dalam memperoleh laba usaha. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan jangka pendek yang kuat atau disebut juga likuid, apabila mampu memenuhi kewajiban dan bunga hutang jangka pendek tepat pada waktunya, memelihara modal kerja yang cukup untuk mendanai operasi perusahaan yang normal, dan mampu memelihara tingkat kredit yang menguntungkan. Menentukan tingkat Rasio lancar baik atau tidak nya dapat diketahui dari perbandingan antara jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan jumlah utang lancar yang harus segera dipenuhi. Aktiva lancar yang meningkat akan menurunkan profitabilitas sedangkan utang lancar yang meningkat akan meningkatkan profitabilitas dan aktiva lancar yang menurun akan meningkatkan profitabilitas, sedangkan utang lancar yang menurun akan menurunkan profitabilitas juga (Syamsuddin, 2009:209-210). Sehingga dapat dikatakan bahwa rasio lancar memiliki hubungan yang erat dengan profitabilitas. Kondisi likuiditas dalam hal ini rasio lancar akan mempengaruhi perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.

5. Pengaruh Ukuran perusahaan (Size) terhadap profitabilitas

Size perusahaan umumnya diproyeksikan dalam total aset perusahaan tersebut. Total aset yang semakin besar menunjukkan, semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Size sebagai variable kontrol juga telah digunakan pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sabo, Rabi’u, Usman, Fatima, dan Tjjani (2015), yang menunjukkan size ternyata berpengaruh positif seiginifikan terhadap profitabilitas, karena semakin besar nilai aset maka

(26)

semakin besar kemampuan perusahaan untuk meningkatkan hasil penjualan, semakin besar penghasilan penjualan maka semakin besar pula profitabilitas yang diterima.

Sehingga dapat dibuat suatu kerangka konseptual yang digambarkan dalam bentuk diagram sistematik sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.8 Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2008:35) hipotesis adalah ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena yang dirumuskan dengan maskud umtuk diuji secara empiris.

Perputaran Piutang (X2) Perputaran Persediaan (X3) Rasio Lancar (X4) Profitabilitas (ROA) (Y) Perputaran Kas (X1) Variabel kontrol: Ukuran Perusahaan (SIZE)

(27)

Berdasarkan penjabaran yang telah dikemukakan di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah Modal kerja berperngaruh secara signifikan terhadap profitabilitas Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

karena atas berkat, rahmat dan cinta-Nya yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Efek Antiinflamasi Benzoil Eugenol secara Topikal terhadap Edema Kaki

Bagi SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta disarankan untuk dapat melakukan kerja sama dengan BKKBN atau Puskesmas untuk membentuk pelayanan kesehatan reproduksi bagi

Menyatakan bahwa prodi kami telah merevisi semua dokumen sesuai arahan dari Assesor Internal Kantor Jaminan Mutu (KJM) Universitas Sebelas Maret. Kami bertanggung jawab penuh

Peningkatan berat badan paling tinggi pada kelompok perlakuan dosis 800 mg juga dipengaruhi oleh besarnya asupan pakan pada kelompok tersebut dibanding kelompok

Laporan tugas akhir ini mengambil judul Taman Pra Sekolah di Yogyakarta dengan menciptakan bentuk bangunan pada karakteristik bentuk permainan anak ini merupakan

Hasil tersebut memberikan makna bahwa untuk penajaman target intervensi gizi pada ibu hamil dengan risiko KEK lebih ditujukan untuk masyarakat di

Tidak mematuhi petunjuk ini dapat menyebabkan kematian, cedera serius, atau kerusakan alat... Tempatkan baterai pada rak di dalam lemari baterai yang kosong dan hubungkan semua

Dengan ini mengajukan permohonan izin untuk pedagang eceran obat, Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan :.. Fotokopy KTP pemohon/pemilik