79 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Tujuan penelitian dapat dicapai dengan pengumpulan data dari masing-masing variabel penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari delapan variabel bebas yaitu : tinggi badan, panjang lengan, panjang telapak kaki, power otot tungkai, koordinasi mata-tangan, kelentukan togok, kekuatan otot perut, power otot lengan dan bahu serta satu variabel terikat yaitu kemampuan jump service bolavoli. Data yang diperoleh dari tiap-tiap variabel tersebut kemudian dikelompokkan dan dianalisis dengan statistik, seperti terlihat pada lampiran. Adapun rangkuman deskripsi data secara keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1 : Hasil Analisis Statistik Deskriptif Data Tes Penelitian.
Variabel N Min Max Mean Sum Std,
Deviation Tinggi Badan (X1) 34 170,00 185,00 175,7647 5976,00 4,34189 Panjang Lengan (X2) 34 70,00 84,00 76,28571 2599,00 4,04663 Panjang Telapak Kaki (X3) 34 24,00 28,00 25,8529 879,00 1,47981 Power Otot Tungkai (X4) 34 56,00 88,00 71,7353 2439,00 7,68434 Koordinasi Mata-Tangan (X5) 34 9,00 18,00 14,2647 485,00 2,72262 Kelentukan Togok (X6) 34 54,00 69,00 60,5588 2059,00 3,71068 Kekuatan Otot Perut (X7) 34 38,00 62,00 50,5882 1720,00 6,80961 Power Otot Lengan (X8) 34 3,25 4,80 3,9538 134,43 0,39571 Kemampuan Jump Service (Y) 34 61,93 129,50 100,0000 3400.00 15.00067
Sumber : Data primer yang diolah (2017)
a. Tinggi Badan (X1)
Diskripsi data untuk variabel tinggi badan berdasarkan hasil penelitian dengan sampel sejumlah 34 pemain putra PBVSI Kabupaten Magetan diperoleh rata-rata tinggi badan rata-rata sebesar 175,7647 dengan standar deviasi sebesar 4,34189 skor tertinggi 185 dan skor
80 terendah 170. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data tinggi badan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam diagram histogram sebagai berikut :
Gambar 4.1 : Diagram histogram tinggi badan
b. Panjang Lengan (X2)
Diskripsi data untuk variabel panjang lengan berdasarkan hasil penelitian dengan sampel sejumlah 34 pemain putra PBVSI Kabupaten Magetan diperoleh rata-rata panjang lengan sebesar 76,4412 dengan standar deviasi sebesar 4,04663 skor tertinggi 84 dan skor terendah 70. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data panjang lengan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam diagram histogram sebagai berikut :
Gambar 4.2 : Diagram histogram panjang lengan
c. Panjang Telapak Kaki (X3)
Diskripsi data untuk variabel panjang telapak kaki berdasarkan hasil penelitian dengan sampel sejumlah 34 pemain putra PBVSI Kabupaten Magetan diperoleh rata-rata 25,8529 dengan standar deviasi sebesar 1,47981 skor tertinggi 28 dan skor terendah 24. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data panjang telapak kaki dalam penelitian ini dapat dilihat dalam diagram histogram sebagai berikut :
82
Gambar 4.3 : Diagram histogram panjang telapak kaki
d. Power Otot Tungkai (X4)
Diskripsi data untuk variabel power otot tungkai berdasarkan hasil penelitian dengan sampel sejumlah 34 pemain putra PBVSI Kabupaten Magetan diperoleh rata-rata sebesar 71,7353 dengan standar deviasi sebesar 7,68434 skor tertinggi 88 dan skor terendah 56. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data power otot tungkai dalam penelitian ini dapat dilihat dalam diagram histogram sebagai berikut :
Gambar 4.4 : Diagram histogram power otot tungkai
e. Koordinasi Mata-Tangan (X5)
Diskripsi data untuk variabel koordinasi mata-tangan berdasarkan hasil penelitian dengan sampel sejumlah 34 pemain putra PBVSI Kabupaten Magetan diperoleh rata-rata sebesar 14,2647 dengan standar deviasi sebesar 2,66227 skor tertinggi 18 dan skor terendah 9. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data koordinasi mata-tangan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam diagram histogram sebagai berikut :
84
Gambar 4.5 : Diagram histogram koordinasi mata-tangan
f. Kelentukan Togok (X6)
Diskripsi data untuk variabel kelentukan togok berdasarkan hasil penelitian dengan sampel sejumlah 34 pemain putra PBVSI Kabupaten Magetan diperoleh rata-rata sebesar 60,5588 dengan standar deviasi sebesar 3,71068 skor tertinggi 69 dan skor terendah 54. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data kelentukan togok dalam penelitian ini dapat dilihat dalam diagram histogram sebagai berikut :
Gambar 4.6 : Diagram histogram kelentukan togok
g. Kekuatan Otot Perut (X7)
Diskripsi data untuk variabel kekuatan otot perut berdasarkan hasil penelitian dengan sampel sejumlah 34 pemain putra PBVSI Kabupaten Magetan diperoleh rata-rata sebesar 50,5882 dengan standar deviasi sebesar 6,80961 skor tertinggi 62 dan skor terendah 38. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data kekuatan otot perut dalam penelitian ini dapat dilihat dalam diagram histogram sebagai berikut :
Kelentukan Togok
86
Gambar 4.7 : Diagram histogram kekuatan otot perut
h. Power Otot Lengan dan Bahu (X8)
Diskripsi data untuk variabel power otot lengan dan bahu berdasarkan hasil penelitian dengan sampel sejumlah 34 pemain putra PBVSI Kabupaten Magetan diperoleh rata-rata sebesar 3,9538 dengan standar deviasi sebesar 0,39571 skor tertinggi 4,80 dan skor terendah 3,25. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data power otot lengan dan bahu dalam penelitian ini dapat dilihat dalam diagram histogram sebagai berikut :
Gambar 4.8 : Diagram histogram power otot lengan dan bahu
i. Kemampuan Jump Service (Y)
Diskripsi data untuk variabel kemampuan jump service berdasarkan hasil penelitian dengan sampel sejumlah 34 pemain putra PBVSI Kabupaten Magetan diperoleh rata-rata sebesar 100,000 dengan standar deviasi sebesar 15.00067 skor tertinggi 129,50 dan skor terendah 61,93. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data kemampuan jump
service dalam penelitian ini dapat dilihat dalam diagram histogram
sebagai berikut :
Power Otot Lengan dan Bahu
88
Gambar 4.9 : Diagram histogram kemampuan jump service 2. Uji Prasyarat Analisis
Ada beberapa metode untuk melihat kelayakan model secara menyeluruh menurut Agus Widarjono (2010:282) yaitu : asumsi normalitas data, uji kesesuaian model (Goodness of Fit). Dari beberapa uji kelayakan model, model dikatakan layak jika paling tidak salah satu metode uji kelayakan model terpenuhi, namun akan lebih baik jika uji kelayakan bisa memenuhi lebih dari satu kriteria kelayakan model.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisa grafik dan uji statistik (Ghozali 2006:110). Cara yang sering digunakan dalam menentukan apakah suatu model berdistribusi normal atau tidak hanya dengan melihat pada histogram residual apakah memiliki bentuk seperti “lonceng” atau tidak. Cara ini menjadi fatal karena pengambilan
Kemampuan Jump Service
Kemampuan Jump Service
keputusan data berdistribusi normal atau tidak hanya berpatok pada pengamatan gambar saja.
Uji normalitas univariate dan multivariate terhadap data yang digunakan dalam analisis ini diuji dengan menggunakan AMOS 23. Hasilnya adalah seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.2 : Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Variabel min max skew c.r. kurtosis c.r.
Kekuatan Otot Perut 38.000 62.000 -.086 -.204 -.975 -1.161 Power Otot Lengan dan Bahu 3.250 4.800 .261 .622 -.524 -.624 Kelentukan Togok 54.000 69.000 .474 1.128 -.504 -.600 Koordinasi Mata-Tangan 9.000 18.000 -.283 -.674 -1.211 -1.441 Power Otot Tungkai 56.000 88.000 -.217 -.517 -.219 -.260 Panjang Telapak Kaki 24.000 28.000 .142 .339 -1.278 -1.522 Panjang Lengan 70.000 84.000 .459 1.093 -.941 -1.120 Tinggi Badan 170.000 185.000 .539 1.282 -.634 -.755 Kemampuan Jump Service 61.925 129.503 -.226 -.539 -.070 -.083
Multivariate -1.114 -.231
Sumber : Data primer yang diolah (2017)
Dari tabel 4.2 terlihat hasil pengujian normalitas data dalam penelitian ini. Evaluasi normalitas diidentifikasi baik secara univariate maupun multivariate. Secara univariate untuk nilai-nilai dalam c.r
skewness, semua faktor yaitu X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8 dan Y
menunjukkan nilai berada di bawah harga mutlak 2,58. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal secara univariate. Secara
multivariat nilai c.r kurtosis juga dibawah harga mutlak sehingga dapat
disimpilkan bahwa data juga berdistribusi normal secara multivariat. b. Evaluasi Outliers
Uji terhadap multivariate outliers dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak mahalanobis pada tingkat p<0,001. Jarak
mahalanobis dievaluasi dengan menggunakan nilai mahalanobis d-squared Ghozali (2008). Mahalanobis d-d-squared digunakan untuk
mengukur jarak skor hasil observasi terhadap nilai cetroidnya. Nilai ini diikuti oleh dua kolom yaitu p1 dan p2 yang menunjukkan probabilitas
90 mencatat bahwa walaupun nilai p1 diharapkan lebih kecil, tetapi nilai kecil pada kolom p2 menunjukkan observasi yang jauh dari nilai
cetroidnya dan dianggap outlier serta harus dibuang dari analisis.
Tabel 4.3 : Jarak Mahalanobis Data Penelitian
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
8 15.667 .074 .927 33 13.470 .142 .964 12 13.302 .149 .901 25 12.619 .181 .886 28 12.508 .186 .785 3 12.140 .206 .727 29 11.762 .227 .681 27 11.221 .261 .695 10 11.200 .262 .552 31 11.004 .275 .468 17 10.344 .323 .563 22 10.226 .332 .464 16 10.196 .335 .337 13 10.121 .341 .241 26 9.704 .375 .265 32 9.670 .378 .174 6 9.603 .384 .112 24 9.223 .417 .124 19 9.090 .429 .088 4 8.610 .474 .123 2 8.200 .514 .150 30 8.107 .523 .101 9 7.794 .555 .104 34 7.067 .630 .233 20 6.822 .656 .215 5 6.457 .693 .241 18 6.168 .723 .236 7 5.846 .755 .239 1 5.837 .756 .130 15 5.446 .794 .142 14 5.303 .807 .084 23 4.414 .882 .219 11 4.178 .899 .130 21 2.678 .976 .433
Sumber : Data primer yang diolah (2017)
Dari data tersebut tidak terdapat kasus yang dikategorikan sebagai
outliers maka dalam kasus ini semua data dapat diikutsertakan dalam
analisis selanjutnya.
c. Analisis Kesesuaian Model (Goodness of Fit)
Evaluasi nilai kesesuaian dari model penelitian yang diajukan dapat dilihat pada bagan berikut ini :
Tabel 4.4 : Hasil Kesesuaian Model
Goodness-of-fit Indices Nilai yang
diharapkan Hasil
Evaluasi Model
Chi-Square (2) Diharapkan kecil 199,575 Buruk
Significance Probability (p) 0,05 0,000 Buruk
CMIN/DF 2,0 7,128 Buruk GFI 0,9 0,445 Buruk AGFI 0,9 0,107 Buruk TLI 0,9 0,184 Buruk CFI 0,9 0,082 Buruk RMSEA 0,08 0,431 Buruk
Sumber : Data primer yang diolah (2017)
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai Chi-Square (2) pada penelitian ini sebesar 199,575 dengan probabilitas 0,000 menunjukkan ini indikasi yang sangat buruk. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara matrik kovarian sampel dengan matrik kovarian populasi yang diamati. Nilai CMIN/df sebesar 7.128 merupakan indikasi yang buruk karena mempunyai nilai lebih dari 2. Nilai GFI sebesar 0,445 dan nilai AGFI sebesar 0,107 merupakan indikasi yang buruk. Sementara dari indeks TLI sebesar 0,184 dan nilai CFI sebesar 1,000 merupakan indikasi yang buruk. Nilai RMSEA sebesar 0,396 merupakan indikasi yang buruk.
Dari keseluruhan pengukuran kesesuaian model tersebut di atas mengindikasikan bahwa model yang diajukan dalam penelitian ini belum dapat diterima ditambah lagi dengan nilai probabilitas yang masih jauh dari memenuhi syarat. Karena model yang diajukan dalam penelitian ini belum dapat diterima maka peneliti mempertimbangkan untuk
92 melakukan modifikasi model untuk membentuk model alternatif yang mempunyai kesesuaian model yang lebih baik.
d. Modifikasi Model
Modifikasi model dilakukan selain untuk mendapatkan kriteria kesesuaian model dari model yang dapat diterima, juga untuk mendapatkan hubungan-hubungan baru yang mempunyai pijakan teori yang kuat. Karena SEM ditujukan untuk menguji model yang mempunyai pijakan teori yang “benar” dan bukan untuk menghasilkan teori. (Ferdinand, 2006).
Melalui nilai modification indices dapat diketahui ada tidaknya kemungkinan modifikasi terhadap model yang dapat diusulkan.
Modification indices yang dapat diketahui dari output AMOS akan
menunjukkan hubungan-hubungan yang perlu diestimasi yang sebelumnya tidak ada dalam model supaya terjadi penurunan pada nilai
chi-square untuk mendapatkan model penelitian yang lebih baik. Nilai modification indices yang mengakibatkan penurunan yang signifikan
pada chi-square jika suatu hubungan diestimasi, adalah nilai yang mencapai lebih besar atau sama dengan 4,0 (Ferdinand, 2006).
Untuk mendapatkan kriteria model yang dapat diterima, peneliti mencoba mengestimasi hubungan korelasi antar error term. Dengan demikian peneliti telah melakukan sebanyak 13 korelasi pada model penelitian, sehingga akan diperoleh kriteria kesesuaian model yang baru. Tabel 4.5 merupakan hasil kesesuaian model yang telah dimodifikasi.
Tabel 4.5 : Hasil Kesesuaian Model Setelah Modifikasi Model Goodness-of-fit Indices Nilai yang Diharapkan Hasil Sebelum Modifikasi Hasil Setelah Modifikasi Evaluasi Model Chi-Square (2) Diharapkan kecil 199,575 19,234 Baik Significance Probability (p) 0,05 0,000 0,156 Baik CMIN/DF 2,0 7,128 1,374 Baik GFI 0,9 0,445 0,906 Baik AGFI 0,9 0,107 0,665 Buruk TLI 0,9 0,184 0,928 Baik CFI 0,9 1,000 0,972 Baik RMSEA 0,08 0,396 0,106 Buruk
Sumber : Data primer yang diolah (2017)
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai chi-square sebesar 19,234 merupakan nilai kecil sehingga dapat dikatakan baik, significance
probability (p) 0,156>0,05 merupakain indikasi nilai yang baik, CMIN/df
sebesar 1,374 merupakan indikasi yang baik karena mempunyai nilai kurang dari 2,0. Nilai GFI sebesar 0,906, nilai TLI 0,928, nilai CFI sebesar 0,931 semuanya >0,9. Hanya nilai AGFI sebesar 0,665 dan RMSEA sebesar 0,106 yang tdak memenuhi kriteria. Sebagai rule of
tumb, bila salah satu kriteria diatas sudah terpenuhi maka model sudah
dianggap layak.
Berdasarkan keseluruhan pengukuran kesesuaian model setelah modifikasi model tersebut di atas mengindikasikan bahwa model yang diajukan dalam penelitian dapat diterima dan memenuhi ketentuan model yang diharapkan.
3. Pengujian Hipotesis dan Hasil Analisis Faktor a. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan bantuan program AMOS versi 23. Analisis ini dilihat dari signifikansi besaran
94
regression weight model yang merupakan nilai regresi yang terdapat pada
faktor-faktor variabel bebas, model dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.6 : Nilai Regresi
Estimate S.E. C.R. P Label
Power Otot Tungkai .015 .314 .049 .116 par_1
Tinggi Badan -1.125 1.746 -.644 .019 par_2
Panjang Lengan 2.564 1.283 1.998 .046 par_3
Panjang Telapak Kaki -3.064 4.103 -.747 .055 par_4 Koordinasi Mata-Tangan .905 .985 .920 .035 par_5 Kelentukan Togok -1.408 .600 -2.349 .019 par_6 Power Otot Lengan dan Bahu 15.282 5.949 2.569 .010 par_7 Kekuatan Otot Perut .527 .330 1.597 .110 par_8
Sumber : Data primer yang diolah (2017)
1) Faktor Antropometri terhadap Kemampuan Jump Service Bolavoli
a) H1: Tinggi badan berpengaruh terhadap kemampuan
jump service bolavoli
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah tinggi badan memiliki pengaruh terhadap kemampuan jump service bolavoli. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.6, uji signifikansi terhadap hipotesis 1 signifikan, karena diperoleh nilai probabilitas 0,019 atau lebih kecil dari 0,05 yang berarti hipotesis 1 yang diajukan signifikan pada taraf signifikansi 5% maupun 1% (H1 diterima).
b) H2: Panjang lengan berpengaruh terhadap kemampuan
jump service bolavoli
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah panjang lengan memiliki pengaruh terhadap kemampuan jump service bolavoli. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.6, uji signifikansi terhadap hipotesis 2 signifikan, karena diperoleh nilai probabilitas 0,046 atau lebih kecil dari 0,05 yang berarti hipotesis 2 yang diajukan signifikan pada taraf signifikansi 5% maupun 1% (H2 diterima).
c) H3: Panjang telapak kaki berpengaruh terhadap
kemampuan jump service bolavoli
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah panjang telapak kaki memiliki pengaruh terhadap kemampuan jump
service bolavoli. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.6,
uji signifikansi terhadap hipotesis 3 tidak signifikan, karena diperoleh nilai probabilitas 0.055 atau lebih besar dari 0,05 yang berarti hipotesis 3 yang diajukan tidak signifikan pada taraf signifikansi 5% maupun 1% (H3 ditolak).
2) Faktor Kondisi Fisik Terhadap Kemampuan Jump Service Bolavoli
a) H4: Power otot tungkai berpengaruh terhadap kemampuan
jump service bolavoli
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah power otot tungkai memiliki pengaruh terhadap kemampuan jump service bolavoli. Berdasarkan hasil perhitungan pada pada tabel 4.6, uji signifikansi terhadap hipotesis 4 tidak signifikan, karena diperoleh nilai probabilitas 0,116 atau lebih besar dari 0,05 yang berarti hipotesis 4 yang diajukan tidak signifikan pada taraf signifikansi 5% maupun 1% (H4 ditolak).
b) H5: Koordinasi mata-tangan berpengaruh terhadap
kemampuan jump service bolavoli
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah koordinasi mata-tangan memiliki pengaruh terhadap kemampuan jump
service bolavoli. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.6,
uji signifikansi terhadap hipotesis 5 signifikan, karena diperoleh nilai probabilitas 0,035 atau lebih kecil dari 0,05 yang berarti hipotesis 5 yang diajukan signifikan pada taraf signifikansi 5% maupun 1% (H5 diterima).
96
c) H6: kelentukan togok berpengaruh terhadap kemampuan
jump service bolavoli
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah kelentukan togok memiliki pengaruh terhadap kemampuan jump service bolavoli. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.6, uji signifikansi terhadap hipotesis 6 signifikan, karena diperoleh nilai probabilitas 0,019 atau lebih kecil dari 0,05 yang berarti hipotesis 6 yang diajukan signifikan pada taraf signifikansi 5% maupun 1% (H6 diterima).
d) H7: Kekuatan otot perut berpengaruh terhadap kemampuan
jump service bolavoli
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah kekuatan otot perut memiliki pengaruh terhadap kemampuan jump
service bolavoli. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.6,
uji signifikansi terhadap hipotesis 7 tidak signifikan, karena diperoleh nilai probabilitas 0,110 atau lebih besar dari 0,05 yang berarti hipotesis 7 yang diajukan tidak signifikan pada taraf signifikansi 5% maupun 1% (H7 ditolak).
e) H8: Power otot lengan dan bahu berpengaruh terhadap
kemampuan jump service
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah power otot lengan dan bahu memiliki pengaruh terhadap kemampuan jump
service bolavoli. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.6,
uji signifikansi terhadap hipotesis 8 signifikan, karena diperoleh nilai probabilitas 0,010 atau lebih kecil dari 0,05 yang berarti hipotesis 8 yang diajukan signifikan pada taraf signifikansi 5% maupun 1% (H8 diterima).
b. Hasil Analisis Faktor
Hasil analisis faktor pengaruh tinggi badan, panjang lengan, panjang telapak kaki, power otot tungkai, koordinasi mata–tangan,
kelentukan togok, kekuatan otot perut, power otot lengan dan bahu terhadap kemampuan jump service bolavoli dapat dilihat dari hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program AMOS versi 23. Analisis ini dilihat dari standardized regression weight yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.7 : Hasil Analisis Faktor
Estimate
Tinggi Badan (X1) .321
Panjang Lengan (X2) .209
Panjang Telapak Kaki (X3) .294
Power Otot Tungkai (X4) .008
Koordinasi Mata-Tangan (X5) .765
Kelentukan Togok (X6) .357
Kekuatan Otot Perut (X7) .413
Power Otot Lengan dan Bahu (X8) .445
Sumber : Data primer yang diolah (2017)
Berdasarkan hasil analisis faktor dalam tabel 4.7 diperoleh masing-masing pengaruh variabel bebas (independen) X terhadap variabel terikat (dependen) Y yaitu sebagai berikut :
a. Koefisien korelasi tinggi badan terhadap kemampuan jump service bolavoli sebesar 0,321. Hal ini berarti apabila tinggi badan naik, kemampuan jump service bolavoli akan cenderung naik (p = 0,019 ; r = 0,321).
b. Koefisien korelasi panjang lengan terhadap kemampuan jump service bolavoli sebesar 0,209. Hal ini berarti apabila panjang lengan naik,
kemampuan jump service bolavoli akan cenderung naik (p = 0,046 ; r = 0,209).
c. Koefisien korelasi panjang telapak kaki terhadap kemampuan jump
service bolavoli sebesar 0,294. Hal ini berarti apabila panjang telapak
kaki naik, kemampuan jump service bolavoli akan cenderung naik (p = 0,055 ; r = 0,294).
98 d. Koefisien korelasi power otot tungkai terhadap kemampuan jump service bolavoli sebesar 0,008. Hal ini berarti apabila power otot tungkai naik,
kemampuan jump service bolavoli akan cenderung naik (p = 0,116 ; r = 0,008).
e. Koefisien korelasi koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan jump
service bolavoli sebesar 0,765. Hal ini berarti apabila koordinasi
mata-tangan naik, kemampuan jump service bolavoli akan cenderung naik (p = 0,035 ; r = 0,765).
f. Koefisien korelasi kelentukan togok terhadap kemampuan jump service bolavoli sebesar 0,357. Hal ini berarti apabila kelentukan togok naik,
kemampuan jump service bolavoli akan cenderung naik (p = 0,019 ; r = 0,357).
g. Koefisien korelasi kekuatan otot perut terhadap kemampuan jump service bolavoli sebesar 0,413. Hal ini berarti apabila kekuatan otot perut naik,
kemampuan jump service bolavoli akan cenderung naik (p = 0,110 ; r = 0,413).
h. Koefisien korelasi power otot lengan terhadap kemampuan jump service bolavoli sebesar 0,445. Hal ini berarti apabila power otot lengan naik,
kemampuan jump service bolavoli akan cenderung naik (p = 0,010 ; r = 0,445).
Berdasarkan hasil analisis faktor diperoleh faktor kondisi fisik yang paling dominan memberikan pengaruh terhadap kemampuan jump service bolavoli adalah koordinasi mata-tangan dengan nilai korelasi sebesar 0,765. Sedangkan faktor antropometri yang paling dominan memberikan pengaruh terhadap kemampuan jump service bolavoli adalah tinggi badan dengan nilai korelasi sebesar 0,321.
Dari kedelapan faktor terdapat empat faktor yang mempunyai nilai signifikan terhadap kemampuan jump service bolavoli yaitu koordinasi mata-tangan dengan nilai korelasi sebesar 0,765, power otot lengan dan bahu dengan nilai korelasi sebesar 0,445, kekuatan otot perut dengan nilai korelasi sebesar 0,413, kelentukan togok dengan nilai korelasi sebesar 0,357.
Sedangkan terdapat empat faktor yang mempunyai nilai tidak signifikan diantaranya tinggi badan dengan nilai korelasi sebesar 0,321, panjang telapak kaki dengan nilai korelasi sebesar 0,294, panjang lengan dengan nilai korelasi sebesar 0,209, power otot tungkai dengan nilai korelasi sebesar 0,008.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan faktor antropometri dan kondisi fisik mempunyai nilai yang bervariatif. Faktor tinggi badan diperoleh rata-rata sebesar 175,7647 berkisar antara 170 sampai 185. Panjang lengan diperoleh rata-rata sebesar 76,28571 berkisar antara 70 sampai 84. Panjang telapak kaki diperoleh rata-rata sebesar 25,8529 berkisar antara 24 sampai 28. Power otot tungkai diperoleh rata-rata sebesar 71,7353 berkisar antara 56 sampai 88. Koordinasi mata-tangan diperoleh rata-rata sebesar 14,2647 antara 9 sampai 18. Kelentukan togok diperoleh rata-rata sebesar 60,5588 berkisar antara 54 sampai 69. Kekuatan otot perut diperoleh rata-rata sebesar 50,5882 berkisar antara 38 sampai 62. Power otot lengan dan bahu diperoleh rata-rata sebesar 3,9538 berkisar antara 3,25 sampai 4,8.
Dari hasil pengujian hipotesis dan hasil analisis faktor diperoleh hasil yang signifikan pada taraf signifikansi 5%. Kemudian dari hasil pengolahan data yang dihasilkan standardized regression weight diperoleh nilai pada koefisien regresi positif dan yang bernilai negatif. Untuk yang bernilai positif variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap kemampuan jump service bolavoli sebaliknya yang bernilai negatif variabel-variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap kemampuan
jump service bolavoli.
Dari hasil pengujian hipotesis 1 diketahui bahwa hubungan antara tinggi badan dan kemampuan jump service bolavoli diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,321. Nilai koefisen korelasi tersebut positif namun tidak signifikan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tinggi badan tanpa disertai komponen lainnya
100 dalam pelaksanaan jump service bolavoli akan mempengaruhi hasil pukulan yang dilakukan.
Pengujian hipotesis 2 diketahui bahwa hubungan antara panjang lengan dan kemampuan jump service bolavoli diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,209. Nilai koefisen korelasi tersebut positif namun tidak signifikan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena panjang lengan tanpa disertai koordinasi yang baik dalam pelaksanaan jump service bolavoli akan mempengaruhi hasil pukulan yang dilakukan.
Pengujian hipotesis 3 diketahui bahwa hubungan antara panjang telapak kaki dan kemampuan jump service bolavoli diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,294. Nilai koefisen korelasi tersebut positif namun tidak signifikan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena panjang telapak kaki tanpa disertai otot-otot yang baik akan mempengaruhi penampilan dalam pelaksanaan jump service bolavoli dan hasil pukulan yang dilakukan
Pengujian hipotesis 4 diketahui bahwa hubungan antara power otot tungkai dan kemampuan jump service bolavoli diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,008. Nilai koefisien korelasi tersebut positif namun tidak signifikan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian dengan judul Kontribusi Power Otot Tungkai, Kelentukan Togok, Dan Power Otot Lengan Terhadap
Jumping Service Dalam Permainan Bola Voli Klub Bola Voli Putra Prayoga
Wonogiri Tahun 2012 (Dwi Handmojo,2013) Memperoleh hasil analisis nilai sebesar 0,4764 simpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara power otot tungkai dengan kemampuan jump service bolavoli. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh subyek dalam penelitian tidak diketahui tentang kategori usia, jumlah subyek maupun variabel bebas penelitian yang diteliti lebih sedikit.
Pengujian hipotesis 5 diketahui bahwa hubungan antara koordinasi mata-tangan dan kemampuan jump service bolavoli diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,765. Nilai koefisien korelasi tersebut positif dan signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dengan judul Hubungan Antara Kekuatan Otot Lengan Dan Koordinasi Mata-Tangan Dengan Kemampuan
Service Jump Pada Atlet Bola Voli Dhaksinarga Gunung Kidul (Fendi Chandra
Yudhi,2015). Memperoleh hasil analisis nilai sebesar 0,379 simpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara koordinasi mata-tangan dengan kemampuan
jump service bolavoli.
Pengujian hipotesis 6 diketahui bahwa hubungan antara kelentukan togok dan kemampuan jump service bolavoli diperoleh nilai koefisen korelasi sebesar 0,357. Nilai koefisen korelasi tersebut positif dan signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dengan judul Kontribusi Power Otot Tungkai, Kelentukan Togok, dan Power Otot Lengan Terhadap Jumping Service Dalam
Permainan Bola Voli Klub Bola Voli Putra Prayoga Wonogiri Tahun 2012 (Dwi Handmojo,2013). Memperoleh hasil analisis nilai sebesar 0,4546 simpulan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kelentukan togok dengan kemampuan
jump service bolavoli.
Pengujian hipotesis 7 diketahui bahwa hubungan antara kekuatan otot perut dan kemampuan jump service bolavoli diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,413. Nilai koefisien korelasi tersebut positif dan signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dengan judul Hubungan Antara
Vertical Jump, Kekuatan Otot Perut, Kelentukan Pergelangan Tangan dan
Kecepatan Sprint Dengan Ketepatan Jump Service (Studi Pada Atlet Bolavoli Putra Porprov Kabupaten Sumenep) (Hendra Kurniawan.2012). Memperoleh hasil analisis nilai sebesar 0,618 simpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot perut dengan kemampuan jump service bolavoli.
Pengujian hipotesis 8 diketahui bahwa hubungan antara power otot lengan dan bahu terhadap kemampuan jump service bolavoli diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,445. Nilai koefisen korelasi tersebut positif dan signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dengan judul Sumbangan Daya Ledak Otot Tungkai, Otot Lengan Dan Kelentukan Pergelangan Tangan Terhadap
Jumping Service Dalam Permainan Bola Voli Pada Pemain Klub Ivokas
Kabupaten Semarang Tahun 2009 (Dwi Frasilianto.2009). Memperoleh hasil analisis nilai sebesar 0,614 simpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara power otot lengan dan bahu dengan kemampuan jump service bolavoli.
102 Berdasarkan hasil analisis faktor dengan menggunakan bantuan program AMOS versi 23 diperoleh faktor antropometri dan kondisi fisik yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan jump service antara lain : koordinasi mata-tangan, power otot lengan dan bahu, kekuatan otot perut, kelentukan togok. Selain itu faktor antropometri dan kondisi fisik yang tidak signifikan diantaranya : tinggi badan, panjang telapak kaki, panjang lengan, power otot tungkai.
Secara keseluruhan faktor antropometri dan kondisi fisik yang mempengaruhi kemampuan jump service bolavoli secara berurutan adalah :
1. Koordinasi mata-tangan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,765
2. Power otot lengan dan bahu dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,445
3. Kekuatan otot perut dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,413 4. Kelentukan togok dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,357 5. Tinggi badan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,321
6. Panjang telapak kaki dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,294 7. Panjang lengan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,209 8. Power otot tungkai dengan nilai koefisien korelasisebesar 0,008
Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa dari keseluruhan faktor antropometri yang diteliti paling dominan penentu kemampuan jump service bolavoli adalah tinggi badan dengan nilai koefisiensi korelasi sebesar 0,321. Sedangkan faktor kondisi fisik yang diteliti paling dominan penentu kemampuan
jump service bolavoli adalah koordinasi mata-tangan dengan nilai koefisien
korelasi sebesar 0,765.