• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK), merupakan agenda tahunan Lembaga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK), merupakan agenda tahunan Lembaga"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | vii

KATA PENGANTAR

S

eminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK), merupakan agenda tahunan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana, dan tahun 2015 merupakan penyelenggaraan SENASTEK yang ke II dalam upaya menyebarluaskan hasil-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Seminar ini merupakan sarana komunikasi bagi para peneliti dan pengabdi dari perguruan tinggi, institusi pendidikan, lembaga penelitian maupun industri guna mempercepat pengembangan sains dan teknologi.

Berbeda dengan Senastek sebelumnya, Senastek II tahun ini selain mendesiminasikan hasil penelitian, juga mendesiminasikan hasil Pengabdian Kepada Masyarakat. Pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan sivitas akademika dalam mengamalkan dan membudayakan sains dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, yang mana hasil-hasilnya nyata dapat dirasakan oleh masyarakat dan menjadi tolok ukur sejauh mana hasil-hasil penelitian dapat diabdikan untuk memaslahatan masyarakat banyak.

Senastek II, tahun 2015 diselenggarakan dalam kaitan dengan ulang tahun ke 53 Universitas Udayana dan dalam rangka desiminasi hasil-hasil penelitian peneliti dari berbagai Perguruan Tinggi termasuk Unud, Lembaga Penelitian, dll. Tema Senastek II adalah “Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan” dengan tujuan penyebarluasan informasi hasil penelitian dan pengabdian, Ajang pertemuan ilmiah para peneliti dan pengabdi yang bergerak di bidang sains dan teknologi, dan Sarana tukar informasi bagi para peneliti dan pengabdi dalam rangka pengembangan sains dan teknologi ke depan. Topik Makalah meliputi: Bidang Humaniora, Ketahanan PanganKesehatan dan Obat-obatan, Energi baru dan terbarukan Transportasi dan manufaktur, Informasi dan Komunikasi Pertahanan dan keamanan, ketertiban dan kebencanaan, Biodiversitas, lingkungan dan , sumberdaya alam

Kegiatan Seminar ini diharapkan dapat mendorong terjadinya pertukaran informasi, pengetahuan, dan pengalaman dalam penerapan sains dan teknologi untuk pemecahan permasalahan di masyarakat, serta kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan publikasi hasil penelitian dan pengabdian; dan kerjasama antar peneliti; antar Perguruan Tinggi dan Lembaga-lembaga penelitian di Indonesia.

Denpasar, Desember 2015 Panitia

(4)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | ix

SAMBUTAN

KETUA PANITIA SENASTEK 2015

P

uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwasannya Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK) 2015 dapat terlaksana. SENASTEK yang merupakan agenda tahunan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana adalah sarana komunikasi bagi para peneliti dan pengabdi dari perguruan tinggi, institusi pendidikan, lembaga penelitian maupun industri guna mempercepat pengembangan sains dan teknologi.

SENASTEK tahun 2015 dengan tema “Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan” dilaksanakan tanggal 29 - 30 Oktober 2015, di Patra Jasa Bali Resort & Villas, Kuta, Bali, diikuti lebih dari 670 orang peserta dari 26 instansi seluruh Indonesia. Seminar ini akan mendiskusikan topik-topik makalah: Humaniora; Ketahanan Pangan; Kesehatan dan Obat-obatan; Energi Baru dan Terbarukan; Transportasi dan Manufaktur; Informasi dan Komunikasi; Pertahanan dan Keamanan, Ketertiban dan Kebencanaan; dan Biodiversitas, Lingkungan, Sumber Daya Alam.

Kami sungguh bersyukur atas perkenan para narasumber, Prof. Drs. H. M. Nasir, M.Si, Akt, Ph.D. (Menteri Ristekdikti), Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa (Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristekdikti), Prof. Djarot S. Wisnudubroto (Kepala BATAN), Dirjen Cipta Karya, Ir. I Made Dana Tangkas (Direktur PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia), dan Prof. Dr. Ir. Dewa Ngurah Suprapta, M.Sc. (Guru Besar Universitas Udayana) akan menyampaikan materi pada seminar ini.

Kami berharap semua peserta akan berpartisipasi dalam diskusi bersama ketika semua naskah yang masuk dipresentasikan. Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana atas ijin dan dukungan penuh terselenggaranya seminar ini, para narasumber, peserta dan semua pihak yang telah membantu terselenggaranya seminar, dan mohon maaf atas kekurangannya.

Panitia Ketua

(5)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xiii KATA PENGANTAR ... vii SAMBUTAN KETUA PANITIA ... ix SAMBUTAN KETUA LPPM UNIVERSITAS UDAYANA ... xi

HUMANIORA

NILAI LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN DAN PENGEMBANGAN HUKUM

Fenty U. Puluhulawa, Nirwan Yunus ...3 KEBIJAKAN LOKAL DAN ETNISITAS MENUJU

INTEGRASI KELOMPOK ETNIS DI KABUPATEN POHUWATO

Wantu Sastro ...8 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBERHASILAN IMPLEMENTASI EKONOMI HIJAU DALAM RESTORASI DAN KONSERVASI TERUMBU KARANG DI PEMUTERAN BALI SEBAGAI DAYA TARIK EKOWISATA

I Ketut Surya Diarta, I Gede Setiawan Adi Putra ...13 KEMAMPUAN BAHASA BALI GENERASI MUDA BALI DI UBUD GIANYAR BALI

Ni Luh Nyoman Seri Malini, Luh Putu Laksminy, I Ketut Ngurah Sulibra ...21 INTENSITAS KAPITAL INDUSTRI DAN DINAMISME KEUNGGULAN

KOMPARATIF PRODUK EKSPOR INDONESIA

Ni Putu Wiwin Setyari ...29 MODEL ESTIMASI KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR

INTERNAL UKM DI KABUPATEN BANDUNG

Rivan Sutrisno,Mardha Tri Meilani ...38

KAMUS PRIMITIVA SEMANTIK BALI-INDONESIA-INGGRIS BIDANG ADAT DAN AGAMA Dr. I Made Netra, S.S., M.Hum, Drs. I Nyoman Udayana, M.Litt., Ph.D,

Dr. Drs. I wayan Suardiana, M.Hum, Drs. I Ketut Ngurah Sulibra, M.Hum.,

Dr. Drs. Frans I Made Brata, M.Hum ...46 MODEL KONFIGURASI MAKNA TEKS CERITA RAKYAT TENTANG PRAKTIK-PRAKTIK BUDAYA RANAH AGAMA DAN ADAT

UNTUK MEMPERKOKOH JATI DIRI MASYARAKAT BALI

Dr. Dra. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum, Dr. I Made Netra, S.S., M.Hum,

Dr. Frans I Made Brata, M.Hum, Prof. Dr. I Made Suastika, S.U ... 54

DAFTAR ISI

(6)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxiii

TRANSPORTASI DAN MANUFAKTUR

STUDI TINGKAT POLUTAN NO2, SO2, DAN CO PADA UDARA AMBIEN DI JALAN ARTERI KOTA MAKASSAR

Sumarni Hamid Aly, Muralia Hustim Ahmad Zubair ...1455 PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI KOMPOSIT LIMBAH KERTAS

DENGAN METODE TABUNG IMPEDANSI DUA MIKROFON

Cok Istri Putri Kusuma K., I Ketut Gede Sugita ...1463 KETAHANAN AUS GESEK KAMPAS REM BERBASIS KOMPOSIT EPOXY

DENGAN PENGUAT BUBUK BASALT

I.D.G Ary Subagia, IKT Adi Atmika, MD Parwata ...1469 REDAMAN SUARA KOMPOSIT POLYESTER

BERPENGUAT SERAT TAPIS KELAPA

I Made Astika dan I Gusti Komang Dwijana ...1475 KINERJA TRAKSI KENDARAAN MIKRO HIBRIDA BERBASIS

KONTROL TORSI DENGAN CVT

I Ketut Adi Atmika, I DG. Ary Subagia ...1483 PERANCANGAN DAN PENERAPAN SISTEM KONTROL

PADA FLEXBOT ROBOT MINDTROMS NXT

I Wayan Widhiada, Cok. Gede Indra Partha ...1491 SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO GENTA DENGAN

BAHAN CETAKAN TANAH LIAT DAN GYPSUM

I Made Gatot Karohika, I Nym Gde Antara ...1500 SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH YANG DIKARBURIZING

DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN

Dewa Ngakan Ketut Putra Negara, I Dewa Made Krishna Muku ...1506 EVALUASI KINERJA FASILITAS LAPANGAN PENUMPUKAN

PETI KEMAS DI PELABUHAN JAYAPURA

Richardo E. V. Tabisu,, Sumarni H. Aly, M. Hustim ...1513 KANDUNGAN UNSUR NITROGEN DAN KARBON PADA KOMPOS DARI BAHAN BAKU SAMPAH ORGANIK YANG DICACAH DENGAN MESIN PENCACAH

I Gede Putu Agus Suryawan, I Gst. A. K. Diafari D. Hartawan,

Cok. Istri P. Kusuma Kencanawati ...1517 PERGERAKANBARANG BERBASIS MODA UDARADI WILAYAH

PEGUNUNGAN TENGAH PROVINSI PAPUA

(7)

xxxiv | Kuta, 29-30 Oktober 2015

APLIKASI PROGRESI GEOMETRI TERBATAS PADA PERANCANGAN SISTEM RASIO TRANSMISI KENDARAAN PENGGERAK RODA BELAKANG

I.G.A.K. Suriadi,I Ketut Adi Atmika, AAIA. Sri Komaladewi ...1527 PEMAKAIAN VARIAN MATERIAL PAD EVAPORATIVE COOLING SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN KENYAMANANUDARA LINGKUNGAN

Ir. Hendra Wijaksana, MSc , Dr. Ir. I Wayan Bandem Adnyana, MErg ...1535

STRATEGI KOMUNIKASI KRISIS AIRASIA

Ni Nyoman Dewi Pascarani, Dewi Yuri Cahyani ...1540 ANALISIS KONFLIK KELEMBAGAAN DALAM PENYELENGGARAAN

PENATAAN RUANG KAWASAN SARBAGITA

Nyoman Martha Jaya dan Ngakan Made Anom Wiryasa ...1555

RANCANGAN CAMPURAN ULTRA HIGH PERFORMANCE CONCRETE DENGAN MEMANFAATKAN MATERIAL LOKAL

I Wayan Dana ...1564 KETAHANAN AUS GESEK KAMPAS REM BERBASIS KOMPOSIT EPOXY

DENGAN PENGUAT BUBUK BASALT

I.D.G Ary Subagia, IKT Adi Atmika, MD Parwata ...1573

INFORMASI DAN KOMUNIKASI

ANALISIS PENGEMBANGAN FILING MANAGEMENT SYSTEM (FMS) ACCOUNTING DIVISION (STUDI KASUS PT. XYZ)

Putri Ayu Rahayu ...1581 PENGGUNAAN DOTPROJECT DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

MANAJEMEN PROYEK BERBASIS WEB

(STUDI KASUS PADA PT. MOBILE FINANCE, JAKARTA)

Rida Indah Fariani, Aryani Vidiastuti, Nurul inayah Ika ...1590 TEKNOLOGI SMS UNTUK PENGIRIMAN PENDATAAN

PENCATATAN METER PELANGGAN PDAM

I Ketut Gede Darma Putra ...1598 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI AUDIT SURVEILLANCE DENGAN ARSITEKTUR DATA MULTIDIMENSIONAL OLAP

(STUDI KASUS PADA PT. MANUFAKTUR INDONESIA, JAKARTA)

(8)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1555

ANALISIS KONFLIK KELEMBAGAAN DALAM

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG KAWASAN SARBAGITA

Nyoman Martha Jaya1)dan Ngakan Made Anom Wiryasa 2)

1Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Badung Telp/Fax : (0361) 703385, E-mail: nmjaya@unud.ac.id

2Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Badung

ABSTRAK

Kon ik Kelembagaan pada Penyelenggaraan Penataan Ruang Kawasan Sarbagita, sering terjadi diantara pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Masyarakat, khususnya dalam ‘Pemanfaatan Sumber Daya Alam’. Kon ik kelembagaan sangat rentan terhadap ‘struktur ruang’ sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi, maupun ‘pola ruang’ sebagai fungsi lindung dan budidaya; seperti kasus-kasus ‘alih fungsi lahan’. Maka dilakukan penelitian dengan tujuan: (1) mengidenti kasi sumber tejadinya kon ik kelembagaan; (2) melakukan cognitive mapping terhadap sumber kon ik kelembagaan; dan (3) membuat rekomendasi terhadap penyelesaian kon ik kelembagaan

dalam penyelengaraan penataan ruang kawasan Sarbagita. Koleksi data sekunder dan primer dilakukan melalui kajian pustaka, observasi dan wawancara (semi-structured interviews). Sedangkan pengolahan dan analisis data dengan deskipsi kualitatif menggunakan content analysis techniques dan cognitive mapping solutions. Sehingga,

hasil/luaran penelitian berupa model yang mencakup beberapa obyektif antara lain: identi kasi dan pemetaan sumber kon ik kelembagaan serta rekomendasi solusi (cara penyelesaian masalah), dalam rangka pemanfaatan

sumber daya alam pada penyelenggaraan penataan ruang kawasan Sarbagita.

Kata kunci: cognitive mapping, content analysis, kawasan sarbagita, kon ik kelembagaan, penataan ruang, sumber

daya alam.

ORGANISATIONAL CONFLICT ANALYSIS FOR IMPLEMENTATION

OF SPACIAL PLANNING IN REGIONAL SARBAGITA

ABSTRACT

Organisational con icts for implementation of spacial planning in the regional Sarbagita often occur between Province

government, district/city, and social community, especially about optimising natural resources. Organisational

con icts are considered as very important aspects to ‘spacial structures’ for maintaining social economic activities, and the function of ‘spacial patterns’ for protection and usable space; for example: the cases of revision of spacial functions. Then, the research is conducted and the objectives are: (1) to identify the causes of organisational con icts; (2) to carry out cognitive mapping for the causes of organisational con icts; and (3) to recommend a solution for organisational con icts of spacial planning in Sarbagita region. Secondary and primary data were collected through

literature review, observation and semi-structured interviews. The data was managed and analysed into qualitative descriptions using content analysis techniques and cognitive mapping solutions. Therefore the result presented

through a model which includes research objectives, such as: identi cation and cognitive maps of organisational con icts, also recommended for their solutions, in order to utilise the land as natural resources regarding to spacial

plans in Sarbagita region.

Keywords: cognitive mapping, content analysis, natural resources, organisational con icts, regional sarbagita,

spacial planning.

1. PENDAHULUAN

Perkembangan ekonomi masyarakat dapat dipengaruhi oleh banyak aspek, seperti: politik, hukum, keamanan, sosial dan budaya termasuk kelembagaannya. Kelembagaan (aspek peraturan dan keorganisasian) merupakan salah satu variabel penting yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan sosial. Kelembagaan menjadi sangat kompleks karena sangat

(9)

1556 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

erat kaitannya dengan dinamika kehidupan sosial masyarakat, berbeda dengan variabel lainnya, seperti: Sumber Daya Alam (SDA), pendidikan, penduduk, teknologi dan sebagainya, dimana merupakan variabel sederhana yang bisa dipisahkan dengan realitas sosial.

Kelembagaan merupakan modal sosial yang dapat memberikan sumbangan penting dalam pembangunan ekonomi (Ikhsan, 2000). Menurut Acemoglu (2003:27), kelembagaan yang baik adalah kelembagaan yang dicirikan dengan tiga hal yaitu: (1) adanya insentif bagi masyarakat karena hak kepemilikan: (2) membatasi tindakan para politisi, elit, dan kelompok kepentingan untuk memperoleh keuntungan tanpa prosedur yang benar; (3) memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat dalam meningkatkan kapasitas individu masing-masing.

Kelembagaan biasanya tumbuh secara spontan seiring dengan kondisi social masyarakat dan waktu. Peranan kelembagaan menjadi sangat penting dan strategis karena kenyataannya bisa eksis dan berfungsi disegala bidang kehidupan sosial masyarakat, maka hal tersebut dapat dipertimbangkan sebagai penyebab

terjadinya “kon ik kelembagaan dalam penyelenggaraan penataan ruang”, baik kawasan nasional maupun regional. Demikian halnya kon ik kelembagaan dapat terjadi pada penataan ruang kawasan Sarbagita. Permasalahan yang menyebakan terjadinya kon ik kelembagaan dalam penataan ruang kawasan Sarbagita

adalah adanya perbedaan tiga hirarki kepentingan, antara kepentingan Nasional, Daerah Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

Dalam pelaksanaan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) ditetapkan delapan program utama, yaitu: pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan kawasan strsategis. Wilayah Provinsi Bali termasuk dalam Koridor V (Bali dan Nusa Tenggara) dengan program utama Pariwisata. Bali memiliki nilai strategis; struktur sosial budaya masyarakat sangat kuat dipengaruhi tata kehidupan agama Hindu, melalui Tri Hita Karana yang unik dan berjati diri mempengaruhi pembangunan Bali secara menyeluruh.

Sarbagita merupakan perwujudan struktur dan pola ruang kawasan perkotaan metropolitan sebagai pusat perekonomian regional dan nasional melalui tiga sektor penting: pariwisata, pertanian dan industri pendukung pariwisata. Sarbagita menjadi sentra industri pariwisata, maka kegiatan utama kepariwisataan dipusatkan di kawasan perkotaan inti pada dua titik sebagai pendorong perkembangan sekitarnya, yakni: kawasan kota Denpasar dan perkotaan Kuta. Sedangkan, kawasan pariwisata disekitarnya dikembangkan sebagai daya tarik penyeimbang (couter magnet) yaitu: kawasan perkotaan Mangunpura dan Jimbaran di kabupaten Badung; kawasan perkotaan Gianyar, Sukawati dan Ubud di Kabupaten Gianyar; serta kawasan perkotaan Tabanan di kabupaten Tabanan.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) mengidenti kasi sumber tejadinya kon ik kelembagaan; (b) melakukan mapping terhadap sumber kon ik kelembagaan

dalam penyelengaraan penataan ruang kawasan Sarbagita; dan (c) Rekomendasi terhadap penyelesaian

kon ik kelembagaan dalam penyelengaraan penataan ruang kawasan Sarbagita.

Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk menyelesaikan kon ik kelembagaan dalam

penyelengaraan penataan ruang kawasan Sarbagita dan dijadikan masukan dalam menetapkan strategi dan arahan kebijakan dalam penyelenggaraan penataan ruang wilayah Provinsi maupun Perkotaan Metropolitan Sarbagita.

2. KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka sangat bermaanfaat untuk mencermati dan mensintesis hasil-hasil riset terkini dalam rangka membuat inference judgement dan mengorganisasikan ide-ide yang berhubungan dengan bidang penelitian tertentu (Saunders et al., 2009). Proses sintesis sangat penting ketika harus mengidenti kasi

dan memahami ‘Masalah Penelitian’ yang memerlukan solusi tepat dalam rangka mencapai ‘Tujuan Penelitian’ melalui metoda ilmiah yang sistematis. Tahap kajian pustaka dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengidenti kasi dan memetakan sumber-sumber kon ik kelembagaan serta memperkirakan solusi alternatif terhadap penyelesaian “Kon ik Kelembagaan dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam pada

(10)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1557

Penyelenggaraan Penataan Ruang Kawasan Sarbagita”, yaitu kawasan perkotaan Denpasar, Badung,

Gianyar, dan Tabanan.

Proses penelitian diawali dengan kajian pustaka untuk pemahaman terhadap kelembagaan, kemudian mengetahui dimana posisi sumber daya alam terhadap kelembagaan tersebut. Dengan mengetahui posisi sumber daya alam dalam kelembagaan, selanjutnya dikaitkan dengan penyelenggaraan penataan ruang. Samuel (1995) mendiskusikan pembahasan struktur kelembagaan dalam Prasad (2003), menjelaskan bahwa, sumber daya dialokasikan melalui struktur kelembagaan yang bermacam-macam dan dalam beragam hirarki kekuasaan yang hidup di masyarakat. Faktanya, di negara-negara berkembang sebagian besar sumber daya milik negara (seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan), hanya dipegang oleh pimpinan lokal dan didalam kantor-kantor pemerintahan. Bahkan, sering terjadi kolusi antara pengusaha lokal dengan pemegang kekuasaan terhadap proses alokasi sumber daya negara tersebut. Disisi yang lain, kelembagaan lebih memberikan perhatian kepada kendala yang

menghalangi pengkondisian kelembagaan, yang utamanya memfokuskan pentingnya ‘kelembagaan sebagai kerangka interaksi antar individu’ (Hodgson, 1998; dan Williamson, 1998).

Kelembagaan sebagai aturan main dan sistem organisasi dalam institusi pemerintah diharapkan dapat memberikan manfaat penting dalam rangka meningkatkan kesejahtraan sosial masyarakat. (Yeager, 1999) mejelaskan aturan main tersebut, merupakan regulasi yang dapat memapankan masyarakat dalam melakukan interaksi sosial. Disisi lain, kelembagaan juga dapat mengurangi ketidakpastian yang inheren dalam interaksi manusia melalui penciptaan pola prilaku (Pejovich, 1995). Pendekatan para ahli kelembagaan bergerak dari ide-ide umum mengenai prilaku manusia, kelembagaan, dan perkembangan sifat dari proses ekonomi menuju ide-ide dan teori-teori khusus yang berkaitan dengan kelembagaan

ekonomi yang spesi k.

Hodgson (1998) juga mende nisikan kelembagaan sebagai sistem aturan main dalam kehidupan

bermasyarakat. Ketika aturan main dalam kelembagaan masyarakat dijalankan secara teratur dengan keteraturan, maka hedaknya dapat diwujudkan melalui proses pembiasaan. Kebiasaan dapat mencerminkan struktur kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Lebih lanjut, kebiasaan juga dapat menyebabkan perubahan niat, itikad, sikap, prilaku dan tindakan. Hal ini mengidikasikan bahwa semestinya sistem kelembagaan juga dapat menyebabkan perubahan struktur sosial-ekonomi masyarakat. Dengan demikian, kebiasaan merupakan mekanisma kehidupan sosial-ekonomi masyarakat sebagai penghubung antara kelembagaan dan struktur (Hudson, 1998).

Variabel Kelembagaan

Seperti telah disadari bahwa kelembagaan bukanlah merupakan variabel statis, namun sangat dinamis dan interaktif dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang dapat menjembatani antar kepentingan. Sifat dinamis dari aspek-aspek kelembagaan juga disebabkan oleh berubahnya nilai-nilai kultur masyarakay sejalan dengan perubahan/ kemajuan jaman. Dalam kondisi seperti ini dinamika

kelembagaan memiliki dua dimensi, yakni: pertama, perubahan kon gurasi antar pelaku ekonomi yang

memicu terjadinya perubahan kelembagaan; yang kedua, perubahan kelembagaan memang sengaja didesain untuk mempengaruhi (mengatur/merubah) kegiatan sosial dan ekonomi. Dalam pendekatan yang

pertama, perubahan kelembagaan dianggap sebagai dampak dari perubahan (kepentingan/kon gurasi)

prilaku sosial dan pelaku ekonomi. Sedangkan, pada pendekatan yang kedua, kelembagaan ditempatkan secara aktif sebagai instrumen untuk mengatur kegiatan sosial dan ekonomi (termasuk aktor-aktor yang terlibat didalamnya). Dari dua spektrum penomena tersebut dapat diyakini bahwa perubahan kelembagaan relatif sama pentingnya dengan desain kelembagaan itu sendiri (Yustika, 2008).

Proses perubahan kelembagaan, menurut North (1990), dapat digambarkan dimana perubahan harga relatif mendorong kedua belah pihak untuk melakukan pertukaran. Pertkaran yang dimaksud bisa dalam bentuk politik atau ekonomi yang bertujuan untuk menunjukkan kedua belah pihak dapat bekerja lebih baik dengan kesepakatan atau kontrak yang telah diperbaharui. Perubahan kelembagaan juga selalu berproses sesuai penjelasan Manig (1991), bahwa dinamika perubahan berarti terjadinya perubahan prinsip

(11)

1558 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

regulasi dan organisasi, prilaku dan pola-pola interaksi dalam masyarakat. Arah perubahan tersebut biasanya menuju peningkatan kebutuhan untuk melakukan interaksi dan integrasi dalam sistem sosial yang sangat kompleks. Perubahan/perbedaan tersebut juga bisa berarti memperluas mata rantai saling ketergantungan yang menuntut adanya integrasi. Dalam posisi ini, perbedaan dan integrasi merupakan proses pelengkap (komplementer).

Selanjutnya, North (1995) menjelaskan karakteristik dasar dari perubahan kelembagaan adalah interaksi kelembagaan dan organisasi yang terjadi secara terus-menerus dan kemudian diperkuat oleh kompetisi. Disisi lain, perbedaan dipercaya bahwa ada dua faktor utama sebagai cara untuk memahami dinamika perubahan kelembagaan. Perubahan kelembagaan sebagi hubungan simbiotik antara kelembagaan dan organisasi yang mengelilingi disekitar struktur insentif yangdisediakan oleh inividu, merasa dan bereaksi terhadap perubahan dalam berbagai kesempatan. Dalam penjelasan lainnya, menyebutkan hubungan yang pertama menegaskan bahwa organisasi bersifat aoptimis dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Berdasarkan proporsi tersebut, tantangan mendasar dalam menciptakan kelembagaan yang dinamis adalah dengan melakukan reformasi kelembagaan dan penyatuan politik yang melibatkan seluruh lembaga dalam

proses pembuatan peraturan/kelembagaan dalam mencari keseimbangan baru ‘kekuasaan pemerintah’

dengan membentuk kelembagaan dalam rangka Penyelenggaraan Penataan Ruang.

Penyelenggaran Penataan Ruang

Kegiatan penataan ruang merupakan siklus kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk penyusunan

‘Struktur Ruang dan Pola Ruang’. Sebelum ruang tata dengan bantuan regulasi, sesungguhnya ruang tersebut

telah terbentuk secara alamiah yang merupakan perwujudan proses alam dan proses sosial, yang dijadikan proses pembelajaran bagi seluruh pemangku kepentingan. Rustiadi dan Wafda (2007) menjelaskan bawwa, ruang dan upaya perubahan sebenarnya sudah terwujud sebelum secara formal dilakukan perencanaan

perubahan secara terstruktur yang disebut dengan perencanaan tata ruang. Proses ‘pembelajaran ruang’

yang berkelanjutan merupakan pengalaman manusia yang dalam kehidupannya, berbeda dalam siklus

tanpa akhir mulai dari “Perencanaan – Pemanfaatan – Pengendalian” dalam rangka mengantisipasi

masa depan. Gambar berikut meperlihatkan metode dan proses berkelanjutan penyelenggaraan penataan ruang.

(12)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1559 Selama manusia dianggap sebagai pusat utama yang paling menentukan dalam penataan ruang, maka sangat penting untuk mengarahkan cara pandang (sistem nilai) tentang dirinya, masyarakat, dan sumber daya didalam ruang serta mengatur prilaku manusia terhadap ruang dan sumber dayanya. Hal ini menjadi sumber inspirasi kelembagaan dalam penataan ruang yang pengaturan selanjutnya dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu: (1) pengaturan yang bersifat non- sik (kelembagaan), dan (2) pengaturan secara  sik yang meliputi “Struktur Ruang dan Pola Ruang”.

Penyelenggaraan penataan ruang pada hakekatnya bertujuan mewujudkan struktur ruang dan pola ruang yang dapat meberikan kesejahtraan manusia dan tata kehidupan lingkungannya. Struktur ruang merupakan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Sedangkan, pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang sebagai fungsi lindung dan fungsi budidaya.

Pola ruang dan struktur ruang memiliki sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia. Pemanfaatan berbagai sumber daya demi kepentingan bersama, semestinya tertata dalam sistem

kelembagaan yang baik agar tidak mengakibatkan terjadinya permasalahan; seperti ‘degradasi dan eksploitasi pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan’. Hal ini mengisyaratkan betapa pentingnya

kelembagaan dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk kepentingan bersama.

Hubungan antara manusia dengan manusia yang tercermin dalam soscial systems (sistem sosial masyarakat) banyak keterkaitannya dengan pemanfaatan sumber daya alam dan pengelolaan linkungannya. Torras dan Boyce (1998) menjelaskan banyak fakta dari hasil studi terdahulu menunjukkan bahwa telah terjadi degradasi lingkungan yang berkaitan dengan: kesenjangan pendapatan, rendahnya tingkat pendidikan, dan ketidakseimbangan distribusi kekuatan politik. Pendidikan yang lebih baik/tinggi dan distribusi kekuasaan yang lebih merata akan membawa pengaruh positif terhadap kualitas lingkungan. Jadi pada dasarnya masalah degradasi dan eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan bukan saja masalah

 sik, sosial dan ekonomi, namun juga merupakan masalah kelembagaan. Malah kelembagaan dalam hal

ini berkaitan dengan aturan yang dapat merubah perilaku sosial bermasyarakat. Pretty dan Ward (2001), menunjukkan berbagai contoh yang mengindikasikan bagaimana ikatan-ikatan dan perilaku sosial yang tercermin dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan bersama semua pihak.

Sejalan dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali nomor 16 tahun 2009, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Bali maka ditetapkan kesepakatan bersama, yang tertuang dalam RTRWP Bali, nomor 9 tahun 2009 antara pemerintah Provinsi Bali dengan pemerintah Kabupaten/Kota mengenai Kawasan Strategis Provinsi Bali. Namun dari 108 titik kawasan strategis, baru hanya 18 titik yang telah dibuatkan turunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Kawasan Strategis (Wiryasa, 2014). Penetapan kawasan strategis Provinsi untuk semua Kabupaten/Kota di Bali, semestinya segera diikuti dengan arahan peraturan zonasi sistem Provinsi, melengkapi RRTR Kawasan Strategis, indikasi program dan pembiayaannya.

1. METODA PENELITIAN

Dalam penelitian empiris (empirical approaches), sering dilakukan kombinasi dua tradisi riset (triangulation), yaitu metoda kuantitatif dan kualitatif sebagai cara koleksi data dan analisis, disebut juga mix-methods untuk memecahkan permasalahan dan mencapai tujuan penelitian.

Penelitian ini mengacu kepada pendekatan empiris karena instrumen penelitian cendrung dirancang lebih banyak mendekati desain kualitatif untuk memperoleh data dan informasi dari narasumber menggunakan daftar pertanyaan terstruktur (structured interviews). Disain penelitian

semi-structured interviews mengkonstruksi format ‘kualitatif-veri katif’ dimana ‘strategi triangulasi’ dalam

memperoleh data di lapangan tetap terbuka dalam hal memperlakukan teori. Salah satu keunggulan

penelitian kualitatif-veri katif adalah berupaya mengungkapkan fakta dibalik data yang tampak, sehingga

hal-hal yang tidak nampak inilah menjadi sasaran metode kualitatif. Variabel pertanyaan terbuka (open-ended) dirancang agar bisa mengukur tingkat keyakinan (kebenaran) data/informasi yang diperoleh dengan

(13)

1560 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

menggunakan ukuran kedekatan hubungan relatif antar jawaban-jawaban narasumber sebagai responden. Ringkasan jawaban responden dicatat kedalam 3tema (yaitu: perencanaan tata ruang; pemanfaatan ruang; pengendalian pemanfaatan ruang; dan aspek kelembagaan lainnya), kemudian diolah, dianalisis dan dibahas secara kualitatif dalam rangka meyakinkan tingkat validitas (structured, external dan internal) terhadap instrumen penelitian dan reliabilitas terhadap replikasi metode dan data/informasi yang dihasilkan melalui proses triangulasi.

2. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Penelitian akademik pada umumnya menyertakan dua kegiatan penting, yaitu: Kajian Pustaka dan Investigasi Lapangan. Kajian Pustaka merupakan kebutuhan utama dalam rangka membuat keputusan berkaitan dengan mengevaluasi dan mengorganisir referensi untuk menyusun ide-ide pemecahan masalah (Saunders, et al., 2007 and 2009). Sedangkan, Investigasi Lapangan merupakan prosedur kegiatan yang sangat esensial untuk mengoleksi data dan membuat penyelesaian masalah (Yin, 2009). Sehingga, sangat dimungkinkan untuk menganalisis dan mendokumentasikan hasil-hasil penelitian melalui kedua sumber data tersebut dan melaksanakan prosedur penelitian secara sistematis. Pada bagian laporan ini mendiskusikan tahapan analisis terhadap kedua sumber data tersebut.

Pengkajian beberapa literatur telah mengidenti kasi sumber-sumber terjadinya kon ik dalam

sistem kelembagaan, antara lain:

cara dan sistem kelembagaan berkaitan dengan penyelenggaraan penataan ruang wilayah Provinsi

Bali tahun 2009 – 2029.

aturan main dan keterlibatan kelembagaan dalam rencana tata ruang kawasan perkotaan Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan).

pasal dari Peraturan Presiden nomor 45 tahun 2011.

ruang wilayah Provinsi Bali, berjudul: “Analisis Kelembagaan dalam Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah Provinsi Bali” (Wiryasa, 2014).

Content Analysis Techniques dan Cognitive Mapping Solutions.

Kajian pustaka secara komprehensif menghasilkan identi kasi variabel-variabel penting berupa

konsep/komponen ilmiah lalu disusun menjadi instrumen koleksi data kualitatif dalam format semi-structured interviews. Data dan informasi yang terkumpul lalu diolah secara sistematis menjadi 3 kelopmpok Tema Penyelenggaraan Penataan Ruang Kawasan Sarbagita, yaitu: Perencanaan Penataan Ruang; Pemanfaatan Ruang, kususnya Sumber Daya Alam (SDA); dan Pengendalian Pemanfaatan SDA.

Dalam rangka identi kasi sumber-sumber Kon ik Kelembagaan dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam, maka dilakukan ‘analisis hubungan matriks’ (cross-matrix relationships) diantara ketiga

Tema Penyelenggaraan Penataan Ruang (Perencanaan, Pemanfaatan, dan Pengendalian) dengan 3 Aspek Kelembagaan berkaitan dengan Penyelenggaraan Penataan Ruang Kawasan Sarbagita, yaitu: Tugas Kelembagaan; Wewenang Kelembagaan; dan Kedudukan Kelembagaan.

Hasil wawancara ditabelkan dalam kumpulan informasi (summari of information) dari tiga kelompok narasumber, yaitu: Legislasi dan Birokrasi Provinsi Bali; Legislasi dan Birokrasi Perkotaan Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan); dan Profesional/Ahli/Pakar (para ahli Tata Ruang, Hukum, Ekonomi, Agama dan Adat) . Kelemahan dari tabel content analysis diperkuat dengan tampilan visual menggunakan metoda cognitive mapping untuk menganalisis hubungan ‘sebab & akibat’ antara informasi

sumber kon ik kelembagaan yang terkandung didalam konsep dan tema, dalam rangka menentukan solusi/ pemecahan masalah kon ik kelembagaan rtersebut. Proses identi kasi sumber kon ik kelembagaan dan

(14)
(15)

1562 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

KESIMPULAN

Dari pembahasan hasil penelitian kualitatif secara triangulasi-komplementer menggunakan kombinasi antara metode Content Analysis Techniques (CAT) dan Cognitive Mapping Solutiondan (CMS), telah

mengidenti kasi sumber-sumber “Kon ik Kelembagaan dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam pada Penyelenggaraan Penataan Ruang Kawasan Sarbagita”.

Aspek kelembagaan dalam pemanfaatan sumber daya alam teridenti kasi tiga indikator penting,

yaitu: Tugas, Wewenang, dan Kedudukan; terhadap penyelenggaraan penataan ruang (Perencanaan,

Pemanfaatan, dan Pengendalian), menhasilkanModel Solusi Kon ik Kelembagaan dalam Penataan Ruang kawasan Sarbagita.

DAFTAR PUSTAKA

Acemoglu, D., 2003. Root Causes: A Historical Approach to Assessing the Role of Institution in Economic Development. Finance and DevelopmentVol.40, No.2, 27-30

Creswell, J.W., 2009. Research Design; Qualitative, Quantitative, and Mixed Method Approaches. 3rd

Edition. London ECIY 1SP UK: SAGE Publication, Ltd.

Easterby-Smith, M., Crossan, M., and Nicolini., D., 2002. Organisational Learning: Debates Past, Present and Future. Journal of Management Studies, 37:783-796, doi: 10.1111/1467-6486.00203.

Eden, C., 1992. On the Nature of Knowledge Map. Journal of Management Studies, 29: 261-265, doi: 10.1111/j.1467-6486.1992.tb00664.x.

Eden, C., and Ackermann, F., 2004. Cognitive Map Expert Views for Policy Analysis in the Public Sector. European Journal of Operation Research. 152: 615-630, c Elsevier, doi: 10.1016/S0377-2217(03)00061-4.

Fellows, R., and Liu, A., 2008. Research Methods for Construction. Oxford, United Kingdom. Blackwell Publishing Ltd.

Hodgson, G., 1998. The Approach of Institutional Economic. Journal of Economic Lterature, Vol.36, Issue 1, pp. 166-192

Hodgson, G., 2004. The Evaluation of Institutional Economics. London: Routledge, Agency, Structure and Darwinism in American Institutionalism.

Hodgson, G., 2006. What are Institutions. Journal of Economic Issues, Structure, Institution, Agency, habit, and Reflexcive deliberation 203. 40 (I): 1-25

Ikhsan, M., 2000. Reformasi Institusi dan Pembangunan Ekonomi. Jurnal Demokrasi dan Ham. Vol.1, No.2, pp.30-58

Jaya, N.M., 2014. An activity-based cost controlling model for improving the management of construction

project overheads. Unpublish work (PhD thesis), University of Salford – Manchester - UK, Website:

http://usir.salford.ac.uk/30758/, Accessed: 14th February 2014

Krippendorff, K., 2004. Content Analysis; an Introduction to Its Methodology. 2nd Eddition, London: Sage

Publications, Inc.

North, D.C., 1990. Institution, Institutional Changes and Economic Performance. Cambridge: Cambridge University Press

North, D.C., 1995. Economic Performance Through Time. The American Economic Review. Vol.84, Issue.3, pp.359-368

Pathirage, C.P., 2007. A Structured Approaches to Manage the Tacit Knowledge of Construction Employees. Unpublished PhD. Thesis, School of the Built Environment, the University of Salford, United Kingdom

Pejovich, S., 1999. Economic Analysis of Institution and Systems. The Nederland: Dordrecht, Kluwer Academic Publisher

Perda Prov.Bali nomor 16., 2009. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali

Perpres-RI. nomor 45., 2011. Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan.

(16)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1563 Perpres-RI. nomor 51, 2014. Perubahan atas Peraturan Presiden nomor 45 tahun 201, tentang: Rencana

Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan.

Prasad, B.C., 2003. Institutional Economic and Economic Development, Good Governence and the Environment. International Journal of Social Economic. Vol.30, No. , pp.209-227

Pretty, J., and Ward, H., 2001. Social Capital and Environment World Development, Vol. 29, No.2, pp.209-227

Rustiadi, E., dan Wafda, R., 2007. Masalah Penataan Ruang Pertanahan dan Reforma Agraria di Indonesia. Makalah pada Dies Natalis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, tanggal 25 April 2007.

Rustiadi, E., Sefulhakim, S., dan Panuju, D.R., 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crestpen Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Samuel, W., 1995. Spacial Planning for Development Countries.

Saunders, M., Lewis, P., and Thornhill, A., 2007. Research Methods for Business Students. Fourth Edition. Essex, England: Pearson Education Limited.

Saunders, M., Lewis, P., and Thornhill, A., 2009. Research Methods for Business Students. Fifth Edition. Essex, England: Pearson Education Limited.

Torras, M., and Boyce, J.K., 1998. Income, Inequality, and Pollution: A Reassessment of the Environmental Kuznets Curve. Ecological Economics, Vol.25, No., pp.147-160

Wiryasa, N.M.A., 2014. Analisis Kelembagaan dalam Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah Provinsi Bali. Tesis Doktor (tidak dipublikasikan), PPs. Unud.

UU-RI 26., 2007. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007, tentang Penataan Ruang Williamson, O.E., 1998. The Institutions of Governance. The American Journal Review, Vol.88, No.2,

pp.75-79

Yeager, T.J., 1999. Institutions, Transition Economies, and Economic Development. Oxford: Political Economy of Global Interdependence

Yin, R.K., 2009. Case Study Research Design and Methods. Fourth Edition. London, United Kingdom: SAGE Inc.

Yustika, A.E., 2008. Ekonomi Kelembagaan, Definisi, Teori, dan Strategi. Malang: Banyumedia Publishing

Referensi

Dokumen terkait

Cronbach yang dapat melihat korelasi aitem total.. Alat ukur penelitian ini adalah skala persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dan efikasi-diri. Reliabilitas pada

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya mengenai salah satu cara mengetahui kinerja perbankan syariah di Indonesia dapat dilihat dari tingkat

Arduino akan menerima sinyal dari komponen-komponen yang digunakan untuk menentukan kecepatan putar motor penggulung dan jumlah putaran rotary encoder kemudain

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara

Penelitian yang dilakukan oleh Syaikhul Falah (2007) menyatakan bahwa Hasil penelitian menemukan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh terhadap idealisme akan tetapi

Cacat kritis adalah suatu bentuk cacat dimana penilaian dan pengalaman mengindikasikan bahwa cacat produk tersebut akan menghasilkan kondisi yang berbahaya atau tidak aman

Langkah 7 : Apabila data pengamatan menunjukkan bahwa proses berada dalam pengendalian statistikal, tentukan kapabilitas proses untuk menghasilkan produk yang sesuai

Dalam proses tersebut faktor determinan penting dalam perilaku pengambilan keputusan etis adalah faktor yang berhubungan dengan individu pembuat keputusan yang