• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEPATUHAN NASABAH DALAM PENGAPLIKASIAN AKAD MURABAHAH BIL WAKALAH DI KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN SYARIAH MUAMALAH BERKAH SEJAHTERA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEPATUHAN NASABAH DALAM PENGAPLIKASIAN AKAD MURABAHAH BIL WAKALAH DI KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN SYARIAH MUAMALAH BERKAH SEJAHTERA SURABAYA."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN SYARIAH

MUAMALAH BERKAH SEJAHTERA SURABAYA

SK.RIPS!

Oleh: HASYIM AS ARI

NIM : C04210094

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

F AK.ULT AS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGAMSTUDIEKONOMISYARIAH

SURABAYA

(2)

PERNY ATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama Nllvf

F akultas/Prodi Judul Skripsi

: Hasyim As ari : C04210094

: Ekonomi dan Bisnis Islam/ Ekonomi Syariah

: Analisis Kepatuhan Nasabah dalam Pengaplikasian Alcad Murabafiah Bil Waka/ah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan

adalah basil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang

dirujuk sumbemya.

u

Surabaya, 15 Juli 2016

Saya yang menyatakan,

Hasyim As ari

(3)

Surabaya, 19 Juli 2016 Dosen Pembimbing

Siti Rumilah, M.Pd

(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang ditulis oleh Hasyim Asari NIM. C04210094 ini telah dipertahankan di depan sidang Majelis Munaqosah Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam DIN Sunan Ampel Surabaya pada hari, tanggal dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan untulc menyelesaikan program sarjana strata satu dalam.

Penguji I

=

Siti Rumilah, M.Pd NIP. 19760712200710205

p ~

Majlis Munaqasah Skripsi :

Penguji II,

Dr. Siraiul Arifin. S.Ag, S.S, M.E.I NIP.197005142000031001

I

H. Muhammad Y

azid.

S.Ag, M.Si

"NJP.

197311171998031003

M. Lutbfillah Habibi. SEI. M.SA NUP.201603309

Surabaya, 22 Agustus 2016 Mengesahkan,

/

Prof. Akh. Muzakki, M.Ag, Grad. Dip.SEA, M.Phil, Ph.D NIP. 197402091998031002

(5)

LEMBAR PERNYATAAN PERSE TUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya, yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nam.a NIM

: HASYIM AS'A.Rl ... ,_ ,,,,, _,_ ..

__

,,,,, __ , .. , _ ,,, ... _ ,,_,,,,_,,, ... ,_ ..

_

.. ,, ...

-

... , ... _ ,,,,, __ ,,,,_ ,,,,_ ,, ... ,_ ,,,,, ... _, ..

__

.. _ ,,_ .. ,, __ ,,, ... ..

: C04210094

Fakultas/Jw:usan : FEBI/ EKONOMI SYARIAH

,, __ ,, ... -...

-

...

-

...

-

... _ .. ,,.-...

-

....

-

...

___

, ...

_

..

____

...

_

E-mail address : hasyim29@gm.ail.com

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan VIN Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eks.klusif atas karya ilmiah :

DSkripsi D Tesis D Disertasi D Lain-lain ( ... ) yang betjuclul:

ANALISIS KEP ATUHAN NASABAH DALAM PENGAPLIKASIAN AK.AD

- - - -·· - - - -- -

---MURAJ3AIJAH

BIL_ WAKALAH DI KOPERASI SIMP AN PINJAM PEMBIA Y AAN - .. - ... .

SYARIAH.MJlAMALAH.BER.K.AB .. SE.J.AHI.ERA.S.J.1.B.ABAY.A._ .. ________

.. __ .. ____ ______

. ______ __

_

beserta perangkat yang dipetlukan (bila ada).

Dengan

Hak Bebas Royalri Non-Ekslusif ini Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data ( database), mendistribusikannya, clan menampilkan/mempublikasikannya di Internet at.au media lain secara fulltextuntuk kepentingan akademis tan.pa perlu mem.inta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta clan atau penerbit yang bersangkutan.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tan.pa melibatkan pihak Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, segala bentuk tun.tut.an hukum yang timbul atas pela.nggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikiao pemyataan ini yang saya buat deogan sebenamya.

Surabaya, 31 Agustus 2016

( HASYIMAS'ARI )

(6)

v ABSTRAK

Penelitian yang kami kerjakan ini membahas kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dua hal. Pertama adalah bagaimana kepahaman nasabah tentang akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera. Kedua yaitu kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan memberi gambaran mengenai kepahaman nasabah tentang akad mura>bah}ah bil waka>lah dan menggambarkan praktik kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS MBS. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik, yaitu wawancara, dokumentasi, studi kepustakaan dan pengamatan (observasi ). Wawancara guna memperoleh data dari orang-orang yang terkait tentang praktik pembiayaan akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS MBS. Dokumentasi bermaksud agar mendapatkan data melalui dokumen-dokumen terkait tentang pembiayaan mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS MBS. Studi kepustakaan diperlukan agar memperoleh teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, selanjutnya teori-teori tersebut kami padukan dengan praktik pembiayaan akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS MBS sehingga mendapat gambaran kepahaman nasabah tentang akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS MBS serta kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS MBS. Pengamatan dibutuhkan untuk mendapatkan data lebih lengkap terkait dengan data penelitian.

Hasil penelitian ini yaitu pertama kepahaman nasabah tentang akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS MBS secara umum menjelaskan bahwa nasabah mayoritas tidak paham tentang akad mura>bah}ah bil waka>lah. Kedua yaitu kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah dalam praktiknya yaitu dari sampel nasabah yang telah diteliti terdapat mayoritas nasabah menjalankan akad mura>bah}ah bil waka>lah, dalam arti lain mayoritas nasabah tersebut patuh dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah.

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iV ABSTRAK ... V KATA PENGANTAR ... Vi DAFTAR ISI ... Viii DAFTAR TABEL ... X DAFTAR TRANSLITASI ... XI BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah... 6

C. Rumusan Masalah... 7

D. Kajian Pustaka... 7

E. Tujuan Penelitian... 11

F. Kegunaan Hasil Penelitian... 12

G. Difinisi Operasional... 13

H. Metodelogi Penelitian... 14

I. Sistematika Pembahasan... 19

BAB II TEORI KEPATUHAN, KEPAHAMAN DAN MURA>BAH}AH BIL WAKA>LAH... 21

A. Teori Kepatuhan... 21

1. Pengertian Kepatuhan... 21

2. Indikator Kepatuhan... 23

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan... 23

B. Pengertian Pemahaman... 25

C. Mura>bah}ah bil Waka>lah... 26

(8)

ix

2. Dasar Hukum Mura>bah}ah... 28

3. Rukun dan Syarat Bay Al-Mura>bah}ah... 32

4. Macam-Macam Akad Jual Beli Mura>bah}ah... 35

5. Pengertian Waka>lah... 39

6. Landasan HukumWaka>lah... 40

7. Rukun dan Syarat Waka>lah... 43

8. Jenis Waka>lah... 45

BAB III GAMBARAN UMUM DAN WAWANCARA NASABAH KSPPS MBS... 47

A. Sejarah Singkat KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera... 47

B. Visi dan Misi KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera... 48

C. Stuktur Organisasi dan Job Discription... 48

D. Produk-Produk dan jasa KSPPS MBS... 53

E. Jumlah Nasabah KSPPS MBS... 57

F. Standar Operasional Pengajuan Pembiayaan Mura>bah}ah bil Waka>lah di KSPPS MBS... ... 58

G. Rincian Harga Pokok, Margin dan Barang Pengajuan Mura>bah}ah bil Waka>lah atas Nasabah yang Menjadi Sampel Penelitian ... 60

H. Kepatuhan dan Kepahaman Nasabah dalam Pengaplikasian Mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS MBS... 61

BAB IV ANALISIS KEPATUHAN DALAM PENGAPLIKASIAN AKAD MURA>BAH}AH BIL WAKA>LAH DI KSPPS MBS... 70

A. Analisis Kepahaman Nasabah Tentang Akad Mura>bah}ah bil Waka>lah di KSPPS MBS... 70

B. Analisis Kepatuhan Nasabah dalam Pengaplikasian Akad Mura>bah}ah bil Waka>lah di KSPPS MBS... 78

BAB V PENUTUP... 88

A. Kesimpulan... 88

B. Saran... 89

(9)

2.1 Skema Jenis Mura>bah}ah... 38

2.2 Skema Waka>lah... 46

3.1 Tabel Struktur Job Discription KSPPS MBS... 49

3.2 Skema Struktur Organisasi KSPPS MBS... 50

3.3 Tabel Jumlah Nasabah KSPPS MBS... 57

[image:9.595.147.508.213.566.2]
(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk Allah Swt yang diciptakan dalam

bentuk yang paling baik sesuai dengan hakikat wujud manusia dalam

kehidupan di dunia ini. Mereka melaksanakan tugas sebagai khalifah demi

pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Pencipta. Sebagai khalifah di muka

bumi, manusia diberi amanah untuk memberdayakan seisi alam raya dengan

sebaik-baiknya demi kesejahteraan seluruh makhluk.1

Disisi lain manusia juga membutuhkan manusia lainnya untuk

bekerjasama agar memudahkan kehidupan di dunia ini. Satu sama lainnya

akan bahu-membahu menciptakan sarana-sarana yang akan menunjang

tercapainya kesejahteraan dalam kehidupan. Mereka membuat

organisasi-organisasi dan mendirikan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk mencapai

kemakmuran, baik lembaga yang orientasinya profit (profit oriented) semisal

lembaga keuangan syariah bank atau nonbank ataupun lembaga yang

orientasinya sosial (social oriented) seperti yayasan.

Nasabah dalam lembaga keuangan syariah baik bank ataupun nonbank

merupakan bagian yang penting. Bukti berhasil atau tidak berhasil suatu

lembaga keuangan dapat diukur dari jumlah nasabah. Agar lembaga keuangan

(11)

syariah (bank atau nonbank) bisa berkembang maka lembaga keuangan perlu

memperhatikan nasabahnya dengan memberikan pelayanan yang baik.

lembaga keuangan syariah, baik itu bank atau nonbank (BMT,

KSPPS, dan lain-lain) dalam menjalankan produk-produknya pasti

menggunakan akad-akad syariah. Hal itu merupakan sebuah bentuk patuh

pada aturan akad, dan patuh pada aturan akad merupakan syarat sahnya akad.

Seperti, akadnya adalah mura>bah}ah bil waka>lah dalam hal ini wakil bukan

dari nasabah sendiri maka wakil tidak boleh bekerja sama dengan nasabah

untuk membeli barang yang tidak sesuai dengan yang disepakati antara

nasabah dan bank, demikian pula jika nasabah menjadi wakil tidak boleh

membelikan barang yang tidak sesuai kesepakatan. Kedua belah pihak yaitu

pihak lembaga keuangan syariah dan nasabah harus bersama-sama

menerapkan akad sesuai dengan aturan-aturan syariah. Melaksanakan segala

aturan pada akad dengan benar dan menjalankan aturan-aturan yang telah

disepakati merupakan kepatuhan pada akad dan kepatuhan pada kesepakatan.

Akan tetapi terkadang dalam praktik di lapangan tidak sesuai dengan

aturan-aturan yang syar’i. Masih ada lembaga keuangan yang belum

menerapkan aturan-aturan syariah yang telah ditetapkan secara kaffah, Itu

berarti lembaga keuangan syariah tidak sesuai akad yang ditentukan dalam

agama. Tidak hanya lembaga keuangan namun ada juga nasabahnya yang

terkadang tidak menjalankan akad sesuai teori (akad yang syar’i). Nasabah

(12)

3

kesepakatan. Nasabah ini bisa dikatagorikan sebagai nasabah yang tidak

patuh pada kesepakatan atau perjanjian.

Akad yang ada seharusnya tidak dilanggar oleh kedua belah pihak

karena apabila akad tidak dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik dan benar

maka akad tersebut menjadi fasid dan dianggap berakhir atau tidak sah.2

Akad yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah akad mura>bah}ah

bil waka>lah. akad ini merupakan akad yang dominan diambil nasabah dalam

pengajuan pada lembaga yang kami teliti yaitu koperasi simpan pinjam

pembiayaan syariah Muamalah Berkah Sejahtera. Akad mura>bah}ah

digunakan untuk pembiayaan pembelian barang oleh nasabah. Mura>bah}ah

menjadi produk akad yang tersedia di lembaga-lembaga keuangan syariah.

Lembaga keuangan syariah dalam operasionalnya harus berada pada

koridor-koridor prinsip sebagai berikut:

1. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai

kontribusi dan resiko masing-masing pihak.

2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan

pengguna dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra

usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh keuntungan.

3. Transparansi, lembaga keuangan syariah akan memberikan laporan

keuangan secara terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor

dapat mengetahui kondisi dananya.

(13)

4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan

golongan dalam masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan

lil alamin.3

Dalam praktik pelaksanaan akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS

MBS telah terjadi praktik tidak transparansi. Nasabah KSPPS MBS tidak

transparansi dalam pelaksanaan akad mura>bah}ah bil waka>lah karena nasabah

tidak menyetorkan bukti atas pembelian kepada pihak KSPPS MBS. Pihak

KSPPS MBS juga tidak melakukan pengecekkan terhadap nasabahnya terkait

dengan dana yang telah diserahkan kepada nasabah4. Hal ini dapat

memberikan kesempatan nasabah untuk tidak patuh pada kesepakatan dalam

akad mura>bah}ah bil waka>lah. Semisal seorang nasabah dalam akad

mura>bah}ah bil waka>lah dana pembiayaan disebutkan akan digunakan untuk

membeli barang keperluan usaha namun pada kenyataanya nasabah tidak

menggunakan dana tersebut untuk membelinya, justru digunakan untuk

keperluan yang lain. Pada akhirnya nasabah tidak bisa membayar atau macet

dalam mengangsur. Karena tidak sesuai yang ditargetkan pada kesepakatan

awal, dalam hal ini sudah barang tentu yang akan dirugikan adalah pihak

lembaganya. Kejadian tersebut juga bisa saja terjadi pada Koperasi Simpan

Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Muamalah Berkah Sejahtera (MBS).

3Eko Budiawan, “Konsep Lembaga Keuangan Syariah,” dalam http://lorong2ilmu.blogspot.com

/2013/07/konsep-lembaga-keuangan-syariah.html diakses 29 Maret 2014.

(14)

5

Nasabah yang melakukan pembiayaan dengan akad mura>bah}ah bil wakala>h

tidak mematuhi dan menjalankan akad yang telah disepakati.

Misalnya saat nasabah menerima dana yang telah disepakati oleh

kedua belah pihak yaitu pihak KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera dan pihak

nasabah, dana yang telah diterima oleh nasabah tidak digunakan semestinya

sesuai kesepakatan akad diawal yang telah disetujui. Nasabah awalnya

menyatakan bahwa dana yang diperoleh akan digunakan membeli barang

dagangan untuk usaha. Namun dana tersebut justru digunakan untuk hal lain.

Pihak nasabah tidak memberikan tanda bukti pembelian atau bukti

penggunaan dana yang telah digunakan. Setelah dana diperoleh dan

digunakan selanjutnya nasabah hanya mengangsur harga pokok dan margin

yang telah disepakati saja. Selama ini, hal tersebut masih berlangsung dan

belum ada penyelesainya atau pun solusi yang diambil oleh pihak KSPPS

MBS.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih

dalam tentang praktik nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil

waka>lah. Hal itu disebabkan karena produk pembiayaan mura>bah}ah bil

waka>lah merupakan produk yang selama ini dominan di KSPPS MBS.

Agar pembahasan ini tidak terlalu melebar maka peneliti hanya

melakukan penelitian di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah

(15)

penelitian: “Analisis Kepatuhan Nasabah dalam Pengaplikasian Akad

Mura>bah}ah bil Waka>lah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah

Syariah Muamalah Berkah Sejahtera (MBS) Surabaya”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang

muncul adalah sebagai berikut:

a. Kepahaman nasabah akan akad mura>bah}ah bil waka>lah di Koperasi

Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Muamalah Berkah

Sejahtera (MBS) Surabaya.

b. Kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah di

Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Muamalah

Berkah Sejahtera (MBS) Surabaya.

c. Pandangan nasabah mengenai akad mura>bah}ah bil waka>lah.

d. Penerapan akad mura>bah}ah bil waka>lah yang sesuai syariah.

e. Alasan mengambil pembiayaan dengan akad mura>bah}ah bil waka>lah.

2. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus maka dibutuhkan adanya

(16)

7

a. Kepahaman nasabah tentang akad mura>bah}ah bil waka>lah di Koperasi

Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Muamalah Berkah

Sejahtera (MBS) Surabaya.

b. Kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil

waka>lah Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS)

Muamalah Berkah Sejahtera (MBS) Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah yang

telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diangkat dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kepahaman nasabah tentang akad mura>bah}ah bil waka>lah di

Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Muamalah

Berkah Sejahtera (MBS) Surabaya?

2. Bagaimana analisis kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad

mura>bah}ah bil waka>lah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah

(KSPPS) Muamalah Berkah Sejahtera (MBS) Surabaya?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian

(17)

jelas bahwa kajian yang dilakukan tidak merupakan pengulangan atau

duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.5

Pertama, yaitu penelitian yang berjudul “Analisis Hukum Islam

Terhadap Implementasi Pembiayaan Mura>bah}ah Bil Waka>lah dalam Satu

Transaksi di BPR Syari’ah Asad Alif Sukoharjo Kendal” oleh Moh. Ulin

Nuha.6

Dalam penelitian ini, Moh. Ulin Nuha menjelaskan mengenai dua

aspek yaitu: yang pertama Moh. Ulin Nuha meneliti implementasi akad

mura>bah}ah bil waka>lah di BPR Syariah Asad Alif Sukoharjo Kendal, dan

menjelaskan bagaimana praktik yang diterapkan di BPR. Dalam

penelitiannya menjelaskan bahwa BPR Syariah Asad Alif memberikan

pembiayaan mura>bah}ah bil waka>lah pada nasabahnya, dalam pembiayaan

tersebut BPR Syariah memberikan kekuasaan pada nasabah untuk membeli

barang yang diinginkan secara mandiri dengan tujuan memudahkan nasabah

agar mendapatkan hak atas kepemilikan suatu barang. Yang kedua Moh. Ulin

Nuha meneliti implementasi pembiayaan mura>bah}ah bil waka>lah di BPR

Syariah Asad Alif, yaitu pembiayaan mura>bah}ah bil waka>lah yang diterapkan

oleh BPR Syariah Asad Alif lebih tepat dikatakan sebagai akad hutang atau

pinjaman pada nasabah untuk menutup kekurangan dari modal awal yang

5Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi: Edisi Revisi,

(Surabaya: Cetakan ke IV, 2012),9.

6Moh. Ulin Nuha, “Analisis Hukum Islam Terhadap Implementasi Pembiayaan Mura>bah}ah

dengan Waka>lah dalam Satu Transaksi di BPR Syari’ah Asad Alif Sukoharjo Kendal, oleh Moh.

Ulin Nuha, (Skripsi..Jurusan Mu’amalah Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri

(18)

9

dimiliki nasabah dalam membeli barang. Pihak bank tidak sebagai penjual

dalam hal ini. Pihak bank hanya penyedia dana atas dana nasabah yang

kurang dalam pembelian suatu barang.

Dari penjelasan di atas bisa diketahui perbedaannya dengan penelitian yang peneliti lakukan sekarang adalah penelitian ini lebih terfokus pada praktik mura>bah}ah bil waka>lah lembaganya, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan sekarang yaitu lebih terfokus pada nasabahnya, yaitu bagaimana kepahaman nasabah dan bagaimana kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah pada Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Muamalah Berkah Sejahtera (MBS).

Kedua, yaitu penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Akad Mura>bahah

dalam Pembiayaan Pembelian Rumah (PPR) di Bank Danamon Syariah

Kantor Cabang Solo” oleh Detty Kristiana Widayat.7 Penelitian yang

dilakukan oleh Detty Kristiana Widayat yaitu mengenai bagaimana

pelaksanaan akad mura>bah}ah dalam Pembiayaan Pembeliaan Rumah (PPR) di

Bank Danamon Syariah Kantor Cabang Solo. Bahwa dalam pelaksanaanya

bank memiliki peran sebagai penyedia dana yang besarnya 80% dari harga jual rumah dan dalam penentuan obyek akad, nasabah diberikan kebebasan

sesuai dengan kebutuhannya. Nasabah pada prinsipnya hanya memiliki

7Detty Kristiana Widayat, “Pelaksanaan Akad Mura>bahah dalam Pembiayaan Pembelian Rumah

(PPR) di Bank Danamon Syariah Kantor Cabang Solo” oleh Detty Kristiana Widayat”

(Skripsi..Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta 2008). Dalam

(19)

kewajiban membayar sisa harga jual yang belum dilunasi, pembayaran

dilakukan secara angsuran sesuai kemampuan calon nasabah yang telah

disepakati. Angsuran pembiayaan pembelian rumah dilakukan selama periode

akad dengan jumlah tetap pada setiap bulannya atau dengan kata lain

dilakukan secara proporsional. Secara umum pelaksanaan akad mura>bah}ah

dalam Pembiayaan Pembelian Rumah (PPR) di bank Danamon syariah kantor

cabang Solo sesuai dengan ketentuan umum perbankan maupun ketentuan

yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.

Berdasarkan penjelasan di atas bisa diketahui perbedaannya dengan penelitian yang peneliti lakukan sekarang yaitu penelitian ini membahas pelaksanaan akad mura>bah}ah pada lembaga yaitu Bank Danamon Syariah Kantor Cabang Solo. Sedangkan dalam penelitian yang peneliti sekarang

teliti lebih terfokus mengenai perilaku nasabahnya dalam mematuhi

pelaksanaan akadnya.

Ketiga, yaitu penelitian yang berjudul “Analisis Akad Pembiayaan

Mura>bah}ah terhadap Hotel Natama Padangsidimpuan” oleh Imam Abdul

Hadi.8 Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Imam Abdul Hadi ada dua

kesimpulan: pertama, akad pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syari’ah

Mandiri terhadap Hotel Natama Padangsidimpuan secara garis besar telah

memenuhi asas, rukun dan syarat Hukum Perikatan Islam, dengan

terpenuhinya rukun-rukun mura>bah}ah dan syaratnya, serta tidak terdapat

8 Imam Abdul Hadi,“Analisis Akad Murabahah Terhadap Hotel Natama Padangsidimpuan”

(20)

11

hal yang melanggar asas perikatan dalam Islam atau dalil yang

mengharamkan akad tersebut, begitu juga bila dilihat dengan fatwa-fatwa

DSN MUI yang berkaitan dengan murabahah. Yang kedua, bila dilihat dari

hukum positif yang dalam hal ini adalah Bank Indonesia, penulis menilai

bahwa secara keseluruhan akad pembiayaan Bank Syari’ah Mandiri terhadap

Hotel Natama Padangsidimpuan sesuai dengan peraturan Bank Indonesia,

tetapi ada beberapa klausul yang kurang tepat menurut penulis, antara lain;

penuntutan utang secara sekaligus dan seketika yang disebabkan

keterlambatan nasabah dalam membayar cicilan, kewajiban untuk menambah

jaminan yang dianggap kurang oleh bank, kurang tanggung jawabnya bank

dalam menanggung risiko barang yang diperjual belikan, serta penetapan

harga barang jaminan secara sepihak oleh Bank.

Dari penjelasan di atas bisa diketahui perbedaannya dengan penelitian

yang peneliti lakukan sekarang adalah penelitian ini tertuju pada analisis

akad mura>bah}ah. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan sekarang adalah

lebih tertuju pada nasabah dengan pembiayaan mura>bah}ah bil waka>lah pada

Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,

(21)

1. Untuk mendapatkan gambaran apakah nasabah paham atau tidaknya

akan akad mura>bah}ah bil waka>lah di Koperasi Simpan Pinjam

Pembiayaan Syariah (KSPPS) Muamalah Berkah Sejahtera (MBS)

Surabaya.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis kepatuhan nasabah dalam

pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah di Koperasi Simpan

Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Muamalah Berkah Sejahtera

(MBS) Surabaya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat dan berguna

dalam dua aspek, yaitu:

1. Aspek keilmuan ( teoritis)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah ilmu

pengetahuan yang terkait dengan penelitian dan bermanfaat khususnya bagi

akademisi dan secara umum bagi orang banyak.

2. Aspek terapan ( praktis)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi

praktisi lembaga keuangan syariah baik bank ataupun nonbank agar lembaga

(22)

13

G. Definisi Operasional

Definisi operasional memuat penjelasan tentang pengertian yang

bersifat operasioanal dari konsep/variabel penelitian sehingga bisa dijadikan

acuan dalam menelusuri, menguji atau mengukur variabel melalui penelitian.9

Agar dapat memudahkan dalam memahami judul penelitian ini

“Analisis Kepatuhan Nasabah dalam Pengaplikasian Akad Mura>bah}ah bil

Waka>lah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah

Sejahtera Surabaya” maka akan dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Kepatuhan nasabah merupakan perilaku nasabah yang taat. Yaitu

menjalankan semua peraturan yang sesuai dengan ajaran agama tentang

akad mura>bah}ah bil waka>lah dan melaksanakan kesepakatan yang telah

disetujui antara nasabah dengan KSPPS MBS.

2. Pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah adalah penerapan terhadap

akad mura>bah}ah bil waka>lah pada KSPPS MBS oleh nasabah. Mura>bah}ah

bil waka>lah merupakan jual beli barang pada harga asal dengan tambahan

keuntungan yang disepakati dan mengutus orang lain atau nasabah dalam

membeli barangnya.

3. Muamalah Berkah Sejahtera (MBS) merupakan nama sebuah Koperasi

Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah yang terletak di daerah Cipta

Menanggal Surabaya.

9Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi: Edisi Revisi,

(23)

H. Metode penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.10

1. Data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara

tentang kepahaman nasabah mengenai akad mura>bah}ah bil waka>lah pada

KSPPS MBS di Surabaya . Selain itu data tentang aplikasi dengan faktur

atau yang lainnya yang ada kaitannya dengan pembelian dalam akad

mura>bah}ah bil waka>lah pada KSPPS MBS di Surabaya, baik itu data dari

nasabah ataupun dari pihak KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera. Data yang

akan dikumpulkan meliputi data kesepakatan yang tertulis pada form aplikasi

akad mura>bah}ah bil waka>lah dan hasil wawancara baik dari pihak KSPPS

maupun nasabah.

2. Sumber data

a. Sumber primer

Sumber data (primary data), adalah data yang dihimpun secara

langsung dari sumbernya dan diolah sendiri oleh lembaga yang

bersangkutan untuk dimanfaatkan.11 Dalam buku lain dikatakan bahwa

sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

10Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, Cet. 14, (Bandung: Alfabeta,

2011),2.

11Rosady Ruslan,Metode Penelitian : Public Relations & Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers,

(24)

15

kepada pengumpul data.12 Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer

adalah nasabah yang mengajukan pembiayaan mura>bah}ah bil waka>lah di

KSPPS MBS dan praktisi seperti staf pegawai yang ada di KSPPS MBS

yang ada kaitannya dengan pembiayaan akad mura>bah}ah bil waka>lah

pada KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera.

b. Sumber sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data semisal lewat orang lain atau

lewat dokumen.13 Selain itu juga dijelaskan bahwa sumber data

sekunder (secondary data) merupakan data penelitian yang diperoleh

secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan pihak lain)

atau digunakan lembaga lain yang bukan merupakan pengolahnya,

tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu penelitian tertentu.14 Sumber

data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen dan

buku-buku yang berkaitan dengan akad mura>bah}ah bil waka>lah. Adapun

dokumen yang dimaksud adalah dokumen yang berada di KSPPS MBS.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data. Teknik tersebut antara lain :

12Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D: Cetakan Ke-14 (Bandung:

Alfabeta, 2011), 225.

13Rosady Ruslan,Metode Penelitian : Public Relations & Komunikasi, 138.

(25)

a. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan

beberapa pihak yang terkait dengan penelitian. Adapun proses

wawancara indept interview (wawancara bebas dan mendalam) agar

mudah dalam mendapatkan dan mengumpulkan data yang diperlukan.

Wawancara ini akan ditujukan pada objek yang akan dimintai

wawancara, adapun objek wawancara pada penelitian ini adalah

orang-orang yang berkaitan dengan pembiayaan akad mura>bah}ah bil

waka>lah, baik itu dari nasabah ataupun dari praktisi lembaga KSPPS

MBS.

b. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang tidak secara

langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui

dokumen.15 Pengumpulan data melalui dokumen-dokumen pada

KSPPS MBS dengan cara mempelajari dan mengamati

dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan penelitian yang dibahas.

c. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dengan cara

memperoleh dari kepustakaan dimana penulis mendapatkan teori-teori

dan pendapat orang yang ahli dari beberapa buku referensi yang ada

hubungannya dengan penelitian ini.16Teori dan pendapat tesebut

mengenai teori kepatuhan, teori kepahaman dan teori mura>bah}ah bil

waka>lah.

15 M.Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002),87.

16 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif

(26)

17

d. Pengamatan (Observasi), merupakan proses pencarian pola perilaku

subyek (orang, objek (benda) atau kejadian yang sistematik tanpa

adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang

diteliti.17Pengamatan dilakukan paga tanggal 29 Juli 2013-30 Agustus

2013, pengamatan dalm hal ini yang terkait tentang penelitian ini.

4. Teknik Pengolahan Data

Selanjutnya setelah data sudah berhasil dihimpun dari lapangan

atau data dari karya tulis lainnya, maka penulis menggunakan teknik

pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut:

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh

terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna, kesesuaian antara

data yang ada dan relevansi dengan penelitian.18 Dalam hal ini penulis

akan mengambil data yang nantinya akan dianalisis yaitu data yang

terkait dengan rumusan masalah saja.

b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam

penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah ada

direncanakan sesuai dengan rumusan masalah secara sistematis.19

Kemudian penulis akan melakukan pengelompokan data yang

17Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodelogi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan

Manajemen,(Yogyakarta: BPFE, 2002), 157.

18 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis,243.

(27)

dibutuhkan untuk dianalisis dan menyusun data tersebut dengan

sistematis guna memudahkan penulis dalam mengalisis data.

5. Teknik Analisis Data

Data yang telah didapat dan dikumpulkan selanjutnya akan

dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang menghasilkan

data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang

dapat diamati dengan metode yang telah ditentukan. Tujuan dari metode

ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek

penelitian secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.20

Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir

induktif, yang berarti pola pikir dengan menggunakan analisis yang

berpijak dari pengertian-pengertian atau fakta-fakta yang bersifat khusus,

kemudian diteliti dan hasilnya dapat memecahkan masalah umum.

Fakta-fakta yang dikumpulkan adalah mengenai bagaimana kepatuhan nasabah

dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah. Peneliti mulai

memberikan pemecahan persoalan yang bersifat umum, melalui

penentuan rumusan masalah sementara dari observasi awal yang

dilakukan, dalam hal ini penelitian dilakukan di Koperasi Muamalah

Berkah Sejahtera sehingga mendapatkan pemahaman terhadap pemecahan

persoalan dari rumusan masalah tersebut.

(28)

19

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk

memudahkan penulisan dan pemahaman. Oleh karenanya, penulisan laporan

penelitian ini dibagi dalam beberapa bab, pada setiap bab terdiri dari

beberapa subbab, sehingga pembaca dapat memahami hasil penelitian dengan

mudah. Dan juga akan uraikan dalam bentuk essay yang menggambarkan alur

logis dari struktur bahasan skripsi.21

Adapun untuk lebih memudahkan tentang isi dan esensi skripsi ini,

maka penulisannya dilakukan berdasarkan sistematika sebagai berikut:

Bab pertama adalah pendahuluan yang membahas tentang latar

belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional dan

sistematika pembahasan.

Bab kedua adalah landasan teori, dalam bab ini akan dipaparkan

tentang teori kepatuhan, teori akad mura>bah}ah bil waka>lah dan sedikit

mengenai teori kepahaman.

Bab ketiga adalah deskripsi hasil yang meliputi gambaran umum

tentang Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah

Sejahtera, identitas responden, kepahaman nasabah akan akad mura>bah}ah bil

21Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi: Edisi

(29)

waka>lah dan bagaimana kepatuhan nasabah dalam mengaplikasikan akad

mura>bah}ah bil waka>lah.

Bab keempat merupakan rangkaian tahapan penyusunan penelitian

(skripsi) ini selanjutnya merupakan bab analisis data, yakni memadukan

antara teori sebagaimana yang dipaparkan pada bab kedua dengan apa yang

peneliti temukan di lapangan (pada bab ketiga) sebagai hasil penelitian yang

digambarkan secara sistematis dan kritis dalam bahasan bab ini yang meliputi

analisis kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil

waka>lah.

Bab kelima merupakan bagian penutup dari penulisan yang akan

menunjukkan pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan bab-bab

sebelumnya. Bab ini memuat jawaban ringkas dari permasalahan yang

dibahas pada bagian rumusan masalah di atas serta berisi kesimpulan dan

(30)

21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Kepatuhan

1. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan sesuai yang didefinisikan oleh Taylor (2006:266) adalah

memenuhi permintaan orang lain, didefinisikan sebagai suatu tindakan

atau perbuatan yang dilakukan berdasarkan keinginan orang lain atau

melakukan apa-apa yang diminta oleh orang lain, kepatuhan mengacu

pada perilaku yang terjadi sebagai respons terhadap permintaan langsung

dan berasal dari pihak lain.1

Menurut Blass (1999:957) kepatuhan adalah menerima

perintah-perintah dari orang lain. Kepatuhan dapat terjadi dalam bentuk apapun,

selama individu tersebut menunjukkan perilaku taat terhadap sesuatu atau

seseorang. Misalnya taat dalam hidup bersosial.2

Menurut Shaw (dalam Umami, 2010:25-26), kepatuhan

berhubungan dengan harga diri seseorang di mata orang lain. Orang yang

telah memiliki konsep bahwa dirinya adalah orang yang pemurah, akan

menjadi malu apabila dia menolak memberikan sesuatu ketika orang lain

meminta sesuatu padanya. Kebebasan untuk bersikap, juga seringkali

1Oka Hardika Lompatan, “ Penerapan Teori Mendapatkan Kepatuhan Dalam Perpajakan”, dalam

http://okahardikalompatan.blogspot.co.id/2015/12/penerapan-teori-mendapatkan-kepatuhan.html, diakses pada 27 Desember 2015.

2Perpustkaan UIN Suska, “ Kepatuhan Terhadap Norma-norma sosial”, dalam Repisitory.uin.

(31)

mendorong orang untuk mengikuti kemauan orang lain.3

Semakin orang dibebaskan untuk memilih, semakin cenderung

orang tersebut untuk patuh. Hal ini disebabkan adanya ambiguitas situasi

serta rasa aman yang dimiliki akibat kebebasan dalam memilih.

Ambiguitas situasi yang dimaksud berkaitan dengan akibat dan reaksi

yang akan diterima jika seseorang memilih pilihan tertentu. Hal ini akan

menimbulkan kecemasan jika memilih pilihan yang tidak tepat.

Bersamaan dengan itu pula, kebebasan mengakibatkan seseorang merasa

bebas untuk mengambil keputusan untuk dirinya sehingga menimbulkan

rasa aman. Rasa aman selanjutnya akan menumbuhkan rasa percaya

terhadap lingkungan sehingga orang dengan suka rela mematuhi otoritas.

Kecemasan maupun rasa aman akan mendorong orang untuk berlaku

patuh.4

Kepatuhan terjadi ketika seseorang menerima pengaruh tertentu,

dalam hal ini orang yang menerima pengaruh adalah nasabah dan yang

memberi pengaruh adalah KSPPS MBS, karena orang tersebut berharap

mendapatkan reaksi yang menyenangkan dari orang yang berkuasa atau

dari kelompok. Tindakan tersebut hanya ketika diawasi oleh pihak yang

berwenang (Maradona, 2009:39).5

(32)

23

2. Indikator Kepatuhan

Federich (dalam Umami, 2010:26) mengatakan bahwa kepatuhan

kepada otoritas terjadi hanya jika perintah dilegitimasi dalam konteks

norma dan nilai-nilai kelompok. Di dalam kepatuhan terdapat tiga bentuk

perilaku yaitu:6

1. Konformitas (conformity). Konformitas adalah suatu jenis pengaruh

sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar

sesuai dengan norma sosial yang ada.

2. Penerimaan (compliance). Penerimaaan adalah kecenderungan orang

mau dipengaruhi oleh komunikasi persuasif dari orang yang

berpengetahuan luas atau orang yang disukai. Dan juga merupakan

tindakan yang dilakukan dengan senang hati karena percaya terhadap

tekanan atau norma sosial dalam kelompok atau masyarakat.

3. Ketaatan (obedience). Ketaatan merupakan suatu bentuk perilaku

menyerahkan diri sepenuhnya pada pihak yang memiliki wewenang,

bukan terletak pada kemarahan atau agresi yang meningkat, tetapi

lebih pada bentuk hubungan mereka dengan pihak yang berwenang.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Kepatuhan terhadap aturan atau otoritas dapat terbentuk oleh

beberapa faktor, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

(33)

yang dirumuskan oleh para ahli adalah sebagai berikut: 7

1. Informasi. Merupakan faktor utama dalam pengaruh sosial, Seseorang

kadang-kadang mau melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka

lakukan hanya setelah kepada mereka diberikan sejumlah informasi,

seseorang sering memengaruhi orang lain dengan memberikan mereka

informasi atau argumen yang logis tentang tindakan yang seharusnya

dilakukan.

2. Imbalan. Salah satu basis kekuasaan adalah kemampuan untuk

memberi hasil positif bagi orang lain, membantu orang lain

mendapatkan tujuan yang diinginkan atau menawarkan imbalan yang

bermanfaat. Beberapa imbalan bersifat sangat personal, contohnya

senyum persetujuan dari teman, atau imbalan impersonal contohnya

adalah uang atau barang berharga lainnya.

3. Kekuasaan rujukan. Basis pengaruh dengan relevansi pada relasi

personal atau kelompok adalah kekuasaan rujukan. Kekuasaan ini

eksis ketika seseorang mengidentifikasi atau ingin menjalin

hubungan dengan kelompok atau orang lain. Seseorang mungkin

bersedia meniru perilaku mereka atau melakukan apa yang mereka

minta karena ingin sama dengan mereka atau menjalin hubungan baik

dengan mereka.

4. Paksaan. Kepatuhan dapat tercipta berupa paksaan fisik sampai

ancaman hukuman atau tanda ketidaksetujuan. Misalnya, setelah

(34)

25

gagal menyakinkan anak untuk tidur siang, si bapak mungkin secara

paksa memasukkan anak ke dalam kamar, lalu ia keluar dan

mengunci pintu.

5. Pengawasan. Dari percobaaan yang dilakukan oleh Milgram tentang

kepatuhan adalah kehadiran tetap atau pengawasan dari seorang

peneliti. Bila peneliti meninggalkan ruangan tersebut dan

memberikan instruksinya lewat telepon, kepatuhan akan menurun.

6. Kekuasaan dan ideologi. Faktor penting yang dapat menimbulkan

kepatuhan sukarela adalah penerimaan seseorang akan ideologi yang

mengabsahkan kekuasaan orang yang berkuasa dan membenarkan

intruksinya.

7. Daya pengaruh situasi. Situasi atau kondisi yang ada di sekitar

seseorang juga dapat mempengaruhi kepatuhan.

B. Pengertian Pemahaman

Pemahaman ini berasal dari kata ”paham” yang memiliki arti tanggap,

mengerti benar, pandangan, ajaran.8 Definisi pemahaman menurut Anas Sudijono

adalah “kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah

sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah

mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.

8Perpustakaan UINSBY, “ Tinjauan TentangPemahaman”, Digilib.UINSBY.ac.id/8241/5/BAB2.

(35)

Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi

dari ingatan dan hafalan.9 Sedangkan menurut Yusuf Anas, yang dimaksud

dengan pemahaman adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang

sudah diingat lebih kurang sama dengan yang sudah diajarkan dan sesuai dengan

maksud penggunaannya.10

C. Mura>bah}ah bil Waka>lah

1. Pengertian Mura>bah}ah

Secara bahasa kata al-mura>bah}ah berasal dari kata al-ribh}, yang

berarti tambahan (keuntungan).11 Sedangkan secara istilah mura>bah}ah

adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan

yang disepakati.12 Menurut Ivan Rahmawan mura>bah}ah sebagai suatu

kontrak usaha yang didasarkan atas kerelaan diantara kedua belah pihak

atau lebih dimana keuntungan dari kontrak usaha tersebut didapat dari

mark-up harga sebagaimana terjadi dalam akad jual beli biasa.13

Menurut Heri Sudarsono, mura>bah}ah adalah jual beli barang pada

harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara kedua

9Siti Afiyah, Study korelasi antara pemahaman materi thaharah dengan kesadaran menjaga

kebersihan siswa kelas X MA NU 08 Pageruyung Kendal tahun ajaran 2012/2013”.

(Undergraduate (S1) thesis, IAIN Walisongo, 2013) dalam http://eprints.walisongo.ac.id/1622/. diakses 23 Agustus 2015.

10 Ibid,.

11Suqiyah Musafa’ah, et al., Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam I (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), 94.

12Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, 101.

13Ivan Rahmawan A., Kamus Istilah Akutansi Syari’ah (Yogyakarta: Pilar Media, 2005),

(36)

27

belah pihak, penjual harus menyebutkan harga pembelian kepada pembeli,

kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu.14

Menurut Abdullah Saeed, mura>bah}ah adalah suatu bentuk jual beli

dengan komisi, dimana pembeli biasanya tidak dapat memperoleh barang

yang dia inginkan kecuali melewati perantara orang lain.15Sedangkan

menurut fuqa>ha’ jual beli mura>bah}ah adalah penjualan barang seharga

biaya/harga pokok barang tersebut ditambah mark-up atau marjin

keuntungan yang disepakati. Lebih lanjut lagi PSAK 102 mura>bah}ah

adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan

ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan

biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli16

Para ahli hukum Islam mendefinisikan akad bai’ al-mura>bah}ah

sebagai berikut:17

1. ‘Abd ar-Rahman al-Jaziri mendefinisikan akad bai’ al-mura>bah}ah

sebagai menjual barang dengan harga pokok beserta keuntungan

dengan syarat-syarat tertentu.

2. Menurut Wahbah al-Zuhayli adalah jual-beli dengan harga pertama

(pokok) beserta tambahan keuntungan.

14Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah: Diskripsi dan Ilustrasi (Yogyakarta:

Ekonisia, 2004), 62.

15Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syari’ah Kritis atar Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo

-Revivalis, ter. Arif Maftuhin (Jakarta: Pramadina, 2004), 119.

16Rizal Yaya et al.,Akuntansi Perbankan Syariah: teori dan Praktik Kontemporer

(Jakarta:Salemba Empat, 2009),180.

(37)

3. Ibn Qudamah ahli hukum Hambali mengatakan bahwa arti jual beli

mura>bah}ah adalah jual beli dengan harga pokok ditambah margin

keuntungan.

4. Ibn Rusyd seorang filosof dan ahli hukum Maliki mendefinisikan

sebagai berikut: “sesungguhnya mura>bah}ah adalah apabila penjual

menyebutkan harga pokok kepada pembeli desertai dengan

keuntungan”

Dengan kata lain jual beli mura>bah}ah adalah jual beli barang

dengan menyebutkan harga pokok kepada pembeli dengan disertai

keuntungannya.

Sedagkan menurut buku himpunan Fatwah DSN (Dewan Syari’ah

Nasional) mura>bah}ah adalah menjual suatu barang dengan menjelaskan

harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga

yang lebih sebagai keuntungan bagi penjual.18

Jadi pengertian mura>bah}ah adalah akad jual beli barang dengan

menjelaskan harga perolehan beserta keuntungan yang disepakati oleh

kedua belah pihak (penjual dan pembeli).

2. Dasar Hukum Mura>bah}ah

Akad jual beli mura>bah}ah sebagai sarana tolong-menolong dan

kerja sama antara umat manusia, mempunyai landasan Al-qur’an dan

(38)

29

Sunnah. Terdapat sejumlah ayat-ayat Al-qur’an dan al-hadits yang

menjadi dasar hukum jual beli mura>bah}ah misalnya:

1. Al-qur’an

Q.S. al-Baqarah (2): 275 yang berbunyi:

ْ يِذلٱ

ْ َيَْن

ْ وُلُك

َْن

ا

اٰوَ بِ رل

ْ

ْ وُقَ يْ ََ

ْ وُم

ْ وُقَ يْاَمَكَِْإَْن

ُْما

ْ يِذل

ْ

ُْهُطبَخَتَ ي

ا

ْ

َ

لٱَْنِمُْنَٰطيشل

ِْ س

ْ

ْ َكِلَٰذ

ْ مُه نَِِ

ْ

ْوُلاَق

اْ

ْاَ ِإ

اْ ل

ْ يَ ب

ْ ثِمُْع

ُْلا

اٰوَ بِ رل

ْ

ْلَحَأَو

ُّْا

ْاْ ل

ْ يَ ب

َْمرَحَوَْع

ا

اٰوَ بِ رل

ْ

ْ نَمَف

ْ

ْ وَمَُْءاَج

ْ ةَظِع

ْ

ْ نِ م

ْ

ِْهِ بر

َْْفا

ْ ن

ُْهَلَ فْ ٰىَهَ ت

َْفَلَسْاَم

ْ

ْ

ُُْرمَأَو

ْ ََِإ

اِّْ

ْ

ْ نَمَو

ْ

ْ صَأْ َكِئَٰل وُأَفَْداَع

ْ ُبَٰح

ا

ِْرا ل

ْ

ْ مُ

ْ

ْ يِف

ْاَه

ْ وُدِلَٰخ

َْن

“Orang-orang yang makan (pengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari pengambilan riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di

dalamnya”.19

Q.S. al-Nisa’ (4): 29 yang berbunyi:

ْ اَْرَ َْ نَعْ ًَراََِِْنوََُُْ نَأَِْإِْلِْطاَب لِِْ مَُُ يَ بْ مَُُلاَو مَأْاوُلُك ََْ ََْاوَُمآَْنيِذلاْاَه يَأََْ

ا ميِحَرْ مُُِبَْناَكَّْاْنِإْْۚ مَُُسُف نَأْاوُلُ ت قَ َْ َََوْْۚ مُُ ِم

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.

(39)

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.20

Dalam ayat ini, Allah mempertegas legalitas dan

kebolehan jual beli secara umum, serta menolak dan melarang

konsep ribawi. Berdasarkan ketentuan ini, jual beli mura>bah}ah

mendapatkan pengakuan dalam legalitas dari syariah dan juga

diperbolehkan beroperasional dalam praktik pembiayaan bank

syariah dan lembaga keuangan syariah karena itu merupakan salah

satu bentuk jual beli dan tidak mengandung unsur ribawi.

2. Al-had>its

H.R. Muslim;

:اه عْهْىضرَْةَشِئاَعْ نَع

ْ

ِّْاْ َلوُسَرْنَأ

ْ يَلَعُْهْىلَص

َْملَسَوِْه

ْ نِمْا ماَعَطْىَرَ ت شا

ْ ديِدَحْ نِمْا ع رِدُْهَََرَوْ،ْ لَجَأْ ََِإْ ىِدوُهَ ي

“Diriwayatkan dari Aisyah R.A: Rasulullah saw pernah membeli makanan dengan waktu tertentu (tempo) kepada orang Yahudi, dan beliau memberikan anggunan berupa baju besi kepadanya”.21

H.R. Ibnu Majah;

ْنِه يِفَْثَاَثْ:ْ َلاَقَْملَسَوِْه يَلَعُْهْىلَصْ ِ ّلاْنَأُْه َعُْهَْيِضَرْ ب يَهُصْحاصْ نَع

امْنباْ اورُِْع يَ ب لِلََْْ ِت يَ ب لِلِْ ِْعشلِِِْ رُ ب لاُْط لَخَوُْةَضَراَقُل اَوْ لَجَأْ ََِإُْع يَ ب لَاْ:ُْةَك رَ بل ا

ْ

َْهج

20 Al-qur’an, 4 (al-Nisā’): 29.

21Al-Hafizh Taki Al-din, Ringkasan Shahih Muslim (Jakarta: Pustaka Azzam Anggota IKAPI

(40)

31

Dari Suhaib ar-Rumi r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiga

hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum

dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.”(HR

Ibnu Majah).

3. Ijma’

Umat Islam telah berkonsensus tentang keabsahan jual beli,

karena manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan apa yang

dihasilkan dan dimiliki oleh orang lain, karena itu jual beli adalah

salah satu jalan untuk mendapatkannya yang sah, demikian maka

mudahlah bagi setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya.22

Dari ayat Al-quran, had>its dan pendapat para ulama’ tentang

jual beli mura>bah}ah, maka hukum jual beli mura>bah}ah diperbolehkan

dalam Islam, asalkan tidak ada unsur ribawi.

4. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional yang terkait dengan jual beli

mura>bah}ah sebagai berikut:

a. Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000 Tanggal 1 April 2000 tentang

Mura>bah}ah.

b. Nomor 13/DSN-MUI/IX/2000 Tanggal 16 September 2000

tentang Uang Muka dalam Mura>bah}ah.

c. Nomor 16/DSN-MUI/IX/2000 Tanggal 16 September 2000

tentang Diskon dalam Mura>bah}ah.

(41)

d. Nomor 17/DSN-MUI/IX/2000 Tanggal 16 september 2000 tentang

Sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda Pembayaran.

e. Nomor 23/DSN-MUI/III/2002/ Tanggal 28 Maret 2002 tentang

Potongan Pelunasan dalam Mura>bah}ah.

3. Rukun dan Syarat Bay’ al- Mura>bah}ah

Para ahli hukum Islam menetapkan rukun dan beberapa syarat

akad jual beli mura>bah}ah sama dengan rukun jual beli pada umumnya,

Sebagaimana dalam menetapkan rukun jual beli, di antara para ulama

terjadi perbedaan pendapat. Menurut ulama’ Hanafiyah, rukun jual beli

adalah ijab dan qabul yang menunjukan pertukaran barang secara rela,

baik dengan ucapan maupun perbuatan.23

Sedangkan rukun mura>bah}ah ada empat, yaitu:24

1. Para pihak (penjual dan pembeli).

2. Pernyataan kehendak (sighat).

3. Obyek akad.

4. Tujuan akad.

Adapun syarat akad jual beli mura>bah}ah sebagaimana yang

ditulis oleh Wahbah az-Zuhaili, antara lain:25

a. Mengetahui harga pokok

23 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), 76.

24Hufron A. Mas’adi, Fiqih Muamalah Kontekstual (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),

13.

(42)

33

Dalam akad jual beli mura>bah}ah disyaratkan agar

mengetahui harga pokok/harga asal karena mengetahui harga

pokok merupakan syarat sah jual beli. Syarat itu juga

diperuntukan untuk jual beli al-tauliyah dan al-wadi’ah, di mana

akad jual beli ini berdasarkan atas kejelasan informasi tentang

harga beli. Jika harga beli tidak dijelaskan kepada pembeli kedua

dan ia telah meninggalkan majelis, maka jual beli dinyatakan

akadnya batal.

b. Mengetahui keuntungan

Hendaknya marji/keuntungan juga diketahui oleh si

pembeli. Karena marjin keuntungan termasuk bagian dari harga,

sedangkan mengetahui harga merupakan syarat sah jual beli.

c. Harga pokok merupakan sesuatu yang dapat diukur, dihitung dan

ditimbang, baik pada waktu terjadi jual beli dengan penjual yang

pertama atau setelahnya, seperti dirham, dinar dan lain-lain.

Yang dimaksud dengan modal (harga pokok) adalah jumlah

yang harus dibayar oleh pembeli pertama berdasarkan yang

ditentukan dalam akad. Jadi pengganti (badal) dari yang

disebutkan dalam akad bukan modal (harga pokok). Jika dalam

akad menggunakan rupiah sebagai harga pokok, maka jumlah

harga itu tidak boleh diganti dengan dolar. Termasuk ke dalam

(43)

harus dikeluarkan oleh pembeli pertama dalam proses pembelian

barang tersebut.

d. Sedangkan Ismail Nawawi menambahkan syarat akad jual beli

mura>bah}ah yaitu Objek transaksi dan alat pembayaran yang

digunakan tidak boleh berupa barang ribawi, seperti halnya

menjual 100 dolar dengan harga 110 dollar, marjin yang digunakan

dalam hal ini bukan merupakan keuntungan yang diperoleh, akan

tetapi merupakan bagian dari riba.26

e. Informasi yang wajib dan tidak boleh diberitahukan dalam bay’

mura>bah}ah. Bay’ mura>bah}ah yakni jual beli yang disandarkan

pada sebuah kepercayaan. Karena pembeli juga akan percaya atas

informasi yang diberikan dari penjual tentang harga beli yang

diinginkan, dan dengan demikian penjual tidak boleh berkhianat.

Para ulama mazhab berbeda pendapat tentang biaya apa

saja yang dapat dibebankan kepada harga jual barang-barang

tersebut, di antaranya:27

Ulama mazhab Syafi’i membolehkan penjual untuk

membebankan biaya-biaya yang secara umum timbul dalam suatu

transaksi jual beli kecuali biaya tenaga kerjanya sendiri karena

komponen ini termasuk dalam keuntungannya. Begitu pula

biaya-biaya yang tidak menambah nilai barang tidak boleh dimasukkan

sebagai komponen biaya.

26Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah, ( Jakarta: CV Dwiputra Pustaka Jaya, 2002), 158.

(44)

35

Ulama mazhab Hanafi membolehkan penjual untuk

membebankan biaya-biaya yang secara umum timbul dalam suatu

transaksi jual beli, namun mereka tidak membolehkan biaya-biaya

yang memang semestinya dikerjakan oleh si penjual.

Ulama mazhab Hambali berpendapat bahwa semua biaya

langsung maupun tidak langsung dapat dibebankan pada harga jual

selama biaya-biaya itu harus dibayarkan kepada pihak ketiga dan

akan menambah nilai barang yang dijual.

Dari penjelasan di atas bisa diketahui bahwa ketiga

mazhab membolehkan pembebanan biaya langsung yang harus

dibayarkan kepada pihak ketiga, dan ketiga mazhab juga sepakat

tidak membolehkan pembebanan pembiayaan tidak langsung bila

tidak menambah nilai barang atau tidak berkaitan dengan hal-hal

yang berguna.

4. Macam-macam Akad Jual Beli Mura>bah}ah

Berdasarkan salah satu kategorinya, jual beli dibedakan menjadi

jual beli tawar-menawar (bay’ al-musa>wamah), dan jual beli amanah atau

kepercayaan (bay’ al-ama>nah).

Yang dimaksud jual beli tawar menawar (bay’ al-musa>wamah)

adalah suatu bentuk jual beli yang dikenal dalam fiqh di mana pembeli

tidak diberitahu harga pokok barang yang dibeli oleh penjual. Sedangkan

jual beli kepercayaan (bay’ al-ama>nah) adalah suatu bentuk jual beli di

(45)

beli ini bertujuan untuk melindungi orang yang tidak berpengalaman dan

kurang informasi dalam transaksi, sehingga terhindar dari penipuan.

Disebut jual beli kepercayaan (bay’ al-amanah), karena pembeli bersandar

pada kejujuran penjual semata tentang informasi harga barang yang

dibelinya.28

Jual beli amanah (bay’ al-amanah) ini dalam fikih Islam dibedakan

menjadi empat macam, yaitu:29

1. Jual beli mura>bah}ah (bay’ al- mura>bah}ah)

Yaitu menjual dengan harga asal ditambah dengan marjin keuntungan.

2. Jual beli di bawah harga pokok (bay’ al-wadi>’ah)

Yaitu menjual dengan harga jual di bawah harga asal dengan

pengurangan yang diketahui.

3. Jual beli kembali modal (bay’ al-tauliyah)

Yaitu menjual dengan harga beli tanpa mengambil keuntungan

sedikitpun.

4. Jual beli mengikutsertakan (bay’ al-ishra>k)

Yaitu pembeli membeli sebagian dari barang sesuai dengan prosentase

harga pokok, sehingga pembeli bersekutu dengan penjual dalam

pemilikan barang tersebut.

Akad bay’ mura>bah}ah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Mura>bah}ah tanpa pesanan

28Suqiyah Musafa’ah, at el., Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam I, 103.

(46)

37

Yaitu jual beli mura>bah}ah dilakukannya penyedian barang oleh bank

syariah yang tidak ada pengaruh langsung dengan ada tidaknya

pesanan atau pembeli.30

2. Mura>bah}ah berdasarkan pesanan

Yaitu jual beli yang mana bank melakukan pembelian barang setelah

ada pesanan dari nasabah, dan dapat bersifat mengikat atau tidak

mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya (bank

dapat meminta uang muka pembelian kepada nasabah).31

Dalam hal mengikat dan tidak mengikat para ulama’ berbeda

pendapat; pertama, para ulama syari’ah terdahulu bersepakat bahwa

pemesanan tidak boleh diikat untuk memenuhi kewajiban membeli

barang yang telah dipesan itu. Dengan alasan, pembeli barang pada

saat awal telah memberikan pilihan kepada pemesan untuk tetap

membeli barang itu atau menolaknya, dan menjual barang yang tidak

dimiliki adalah tindakan yang dilarang oleh syari’ah karena hal itu

termasuk bai al-fudu>li>. Sedangkan beberapa ulama modern

menunjukan bahwa kontek jual beli mura>bah}ah jenis ini di mana

“belum ada barang” berbeda dengan “menjual tanpa kepemilikan

barang”. Mereka berpendapat bahwa janji untuk membeli barang

tersebut bisa mengikat pemesan. Terlebih lagi bila si nasabah bisa

“pergi” begitu saja akan sangat merugikan pihak bank atau penyedia

barang. Barang sah dibeli sesuai dengan pesanannya, tetapi ia

30 Wiroso, Jual Beli Murabahah, 37.

(47)

meninggalkan begitu saja. Oleh karena itu, para ekonom dan ulama

kontemporer menetapkan bahwa si nasabah terikat hukumnya. Hal ini

demi menghindari “kemudharatan”.32

Daftar Tabel 1. 1

Skema Jenis Mura>bah}ah

Dalam mura>bah}ah melalui pesanan ini, si penjual boleh meminta

pembayaran hamis gadiyah, yakni uang tanda jadi (uang muka) ketika

ijab qabul. Hal ini sekedar untuk menunjukan bukti keseriusan si pembeli.

Bila kemudian si pembeli membatalkan pesanannya, maka hamis gadiyah

dapat digunakan untuk menutup kerugian si penjual kepada pemasok.33

Pembayaran mura>bah}ah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.

Dalam mura>bah}ah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga

barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Mura>bah}ah muajjal

dicirikan dengan adanya penyerahan barang di awal akad dan pembayaran

32Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syri’ah dari Teori ke Praktik, 103-104.

33 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisi Fiqih dan Keuangan, 117.

MURĀBAḤAH

JENIS

Tanpa pesanan

Berdasar kan pesanan

Mengikat

Tidak mengikat CARA PEMBAYARAN

(48)

39

kemudian (setelah awal akad), baik dalam bentuk angsuran maupun dalam

bentuk lump sum (sekaligus).34

Berdasarkan sumber yang digunakan, pembiayaan mura>bah}ah

secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok:35

1. Pembiayaan mura>bah}ah yang didanai dengan URIA (Unresttricted

Investment Account = investasi tidak terikat).

2. Pembiayaan mura>bah}ah yang didanai dengan RIA (Restricted

Investment Account = investasi terikat).

3. Pembiayaan mura>bah}ah yang didanai dengan modal.

5. Pengertian Waka>lah

Secara bahasa waka>lah adalah At-Tafwidh (penyerahan).36

Sedangkan secara istilah waka>lah adalah penyerahan sesuatu oleh

seseorang yang mampu dikerjakan sendiri sebagian dari suatu tugas yang

bisa diganti, kepada orang lain, agar orang itu mengerjakannya semasa

hidupnya.37

Adapun definisi waka>lah menurut para ulama’ diantaranya:38

1. Menurut Ahmad mengemukakan waka>lah adalah seorang yang

menyerahkan suatu urusannya kepada orang lain yang dibolehkan oleh

34Ibid.,

35Ibid.,

36Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Ringkasan Fiqih Lengkap (Jakarta: PT Darul Falah,

2005), 568.

37 Abu Bakar Muhamma, Fiqih Islam (Surabaya: Karya Abditama, 1995), 163.

(49)

syara’, agar yang diwakilkan mengerjakan apa yang harus dilakukan

dan berlaku selama yang mewakilkan masih hidup.

2. Menurut al-Jazairiwaka>lah adalah permintaan perwakilan oleh

seseorang kepada orang yang bisa mengantikan dirinya dalam hal-hal

yang perwakilan diperbolehkan di dalamnya, misalnya dalam jual beli

dan sebagainya. Masing-masing dari wakil dan muwakkal (orang yang

diwakili) disyaratkan berakal sempurna.

3. Menurut Firdaus waka>lah adalah akad pemberian kuasa kepada

penerima kuasa untuk melaksanakan suatu tugas atas nama pemberi

kuasa.

Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa waka>lah adalah

pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal-hal

yang diwakilkan.

6. Landasan Hukum Waka>lah

Islam mensyari’atkan waka>lah dikarenakan para manusia pasti

akan sangat membutuhkannya. Tidak setiap orang mempunyai

kemampuan atau kesempatan untuk menyelesaikan segala urusannya

sendiri. Pada suatu kesempatan, seorang perlu mendelegasikan suatu

pekerjaan kepada orang lain untuk mewakili dirinya. Terdapat sejumlah

ayat-ayat Al-qur’an dan al-hadits yang menjadi dasar hukum waka>lah.

1. Al-qur’an

(50)

41

ْ وَأْا م وَ يْاَْ ثِبَلْاوُلاَقْ ْ مُت ثِبَلْ مَكْ مُهْ ِمْ لِئاَقَْلاَقْْۚ مُهَ يَ بْاوُلَءاَسَتَ يِلْ مُاَ ثَعَ بَْكِلَٰذَكَو

ِْةَْيِدَم لاْ ََِإِِْذَْٰ مُُِقِرَوِبْ مُكَدَْحَأْاوُثَع باَفْ مُت ثِبَلْاَُِِْمَل عَأْ مُُبَرْاوُلاَقْْْۚ م وَ يَْض عَ ب

اْ دَحَأْ مُُِبْنَرِع شُيْ َََوْ فطَلَ تَْ ي لَوُْه ِمْ ق زِرِبْ مَُُِ أَي لَ فْا ماَعَطْٰىَك زَأْاَه يَأْ رُظ َ ي لَ ف

“Dan Demikianla

Gambar

Tabel

Referensi

Dokumen terkait

Valbury Asia Securities or their respective employees and agents makes any representation or warranty or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the

kalau plagiarisme yang menjiplak karya orang kalau plagiarisme yang menjiplak karya orang lain saja masih marak. | Plagiarism

[r]

Abstrak: Kemitraan merupakan hubungan kerjasama antara beberapa pihak dalam mencapai suatu hubungan kerja tertentu.Kemitraan antara sekolah dengan keluarga dan

Tujuan kegiatan ini adalah untuk membantu guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum saat ini, yang bermuara

Dari kelima pilihan jawaban yang ditawarkan, urutan yang sesuai dengan tahapan di atas adalah “Siswa diberi benda konkret untuk memperagakan penjumlahan, siswa mengerjakan

(4) Bunga modal tetap, dihitung dari besarnya biaya tetap dikalikan dengan bunga bank yang berlaku pada saat penelitian yaitu sebesar 9% dinyatakan dalam satuan