KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN SYARIAH
MUAMALAH BERKAH SEJAHTERA SURABAYA
SK.RIPS!
Oleh: HASYIM AS ARI
NIM : C04210094
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
F AK.ULT AS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGAMSTUDIEKONOMISYARIAH
SURABAYA
PERNY ATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama Nllvf
F akultas/Prodi Judul Skripsi
: Hasyim As ari : C04210094
: Ekonomi dan Bisnis Islam/ Ekonomi Syariah
: Analisis Kepatuhan Nasabah dalam Pengaplikasian Alcad Murabafiah Bil Waka/ah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya
Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan
adalah basil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sumbemya.
u
Surabaya, 15 Juli 2016
Saya yang menyatakan,
Hasyim As ari
Surabaya, 19 Juli 2016 Dosen Pembimbing
Siti Rumilah, M.Pd
PENGESAHAN
Skripsi yang ditulis oleh Hasyim Asari NIM. C04210094 ini telah dipertahankan di depan sidang Majelis Munaqosah Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam DIN Sunan Ampel Surabaya pada hari, tanggal dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan untulc menyelesaikan program sarjana strata satu dalam.
Penguji I
=
Siti Rumilah, M.Pd NIP. 19760712200710205
p ~
Majlis Munaqasah Skripsi :
Penguji II,
Dr. Siraiul Arifin. S.Ag, S.S, M.E.I NIP.197005142000031001
I
H. Muhammad Y
azid.
S.Ag, M.Si"NJP.
197311171998031003M. Lutbfillah Habibi. SEI. M.SA NUP.201603309
Surabaya, 22 Agustus 2016 Mengesahkan,
/
Prof. Akh. Muzakki, M.Ag, Grad. Dip.SEA, M.Phil, Ph.D NIP. 197402091998031002
LEMBAR PERNYATAAN PERSE TUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya, yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nam.a NIM
: HASYIM AS'A.Rl ... ,_ ,,,,, _,_ ..
__
,,,,, __ , .. , _ ,,, ... _ ,,_,,,,_,,, ... ,_ .._
.. ,, ...-
... , ... _ ,,,,, __ ,,,,_ ,,,,_ ,, ... ,_ ,,,,, ... _, ..__
.. _ ,,_ .. ,, __ ,,, ... ..: C04210094
Fakultas/Jw:usan : FEBI/ EKONOMI SYARIAH
,, __ ,, ... -...
-
...-
...-
... _ .. ,,.-...-
....-
...___
, ..._
..____
..._
E-mail address : hasyim29@gm.ail.com
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan VIN Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eks.klusif atas karya ilmiah :
DSkripsi D Tesis D Disertasi D Lain-lain ( ... ) yang betjuclul:
ANALISIS KEP ATUHAN NASABAH DALAM PENGAPLIKASIAN AK.AD
- - - -·· - - - -- -
---MURAJ3AIJAH
BIL_ WAKALAH DI KOPERASI SIMP AN PINJAM PEMBIA Y AAN - .. - ... .SYARIAH.MJlAMALAH.BER.K.AB .. SE.J.AHI.ERA.S.J.1.B.ABAY.A._ .. ________
.. __ .. ____ ______
. ______ __
_
beserta perangkat yang dipetlukan (bila ada).
Dengan
Hak Bebas Royalri Non-Ekslusif ini Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data ( database), mendistribusikannya, clan menampilkan/mempublikasikannya di Internet at.au media lain secara fulltextuntuk kepentingan akademis tan.pa perlu mem.inta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta clan atau penerbit yang bersangkutan.Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tan.pa melibatkan pihak Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, segala bentuk tun.tut.an hukum yang timbul atas pela.nggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikiao pemyataan ini yang saya buat deogan sebenamya.
Surabaya, 31 Agustus 2016
( HASYIMAS'ARI )
v ABSTRAK
Penelitian yang kami kerjakan ini membahas kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dua hal. Pertama adalah bagaimana kepahaman nasabah tentang akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera. Kedua yaitu kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan memberi gambaran mengenai kepahaman nasabah tentang akad mura>bah}ah bil waka>lah dan menggambarkan praktik kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS MBS. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik, yaitu wawancara, dokumentasi, studi kepustakaan dan pengamatan (observasi ). Wawancara guna memperoleh data dari orang-orang yang terkait tentang praktik pembiayaan akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS MBS. Dokumentasi bermaksud agar mendapatkan data melalui dokumen-dokumen terkait tentang pembiayaan mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS MBS. Studi kepustakaan diperlukan agar memperoleh teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, selanjutnya teori-teori tersebut kami padukan dengan praktik pembiayaan akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS MBS sehingga mendapat gambaran kepahaman nasabah tentang akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS MBS serta kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS MBS. Pengamatan dibutuhkan untuk mendapatkan data lebih lengkap terkait dengan data penelitian.
Hasil penelitian ini yaitu pertama kepahaman nasabah tentang akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS MBS secara umum menjelaskan bahwa nasabah mayoritas tidak paham tentang akad mura>bah}ah bil waka>lah. Kedua yaitu kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah dalam praktiknya yaitu dari sampel nasabah yang telah diteliti terdapat mayoritas nasabah menjalankan akad mura>bah}ah bil waka>lah, dalam arti lain mayoritas nasabah tersebut patuh dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah.
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iV ABSTRAK ... V KATA PENGANTAR ... Vi DAFTAR ISI ... Viii DAFTAR TABEL ... X DAFTAR TRANSLITASI ... XI BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Identifikasi Dan Batasan Masalah... 6
C. Rumusan Masalah... 7
D. Kajian Pustaka... 7
E. Tujuan Penelitian... 11
F. Kegunaan Hasil Penelitian... 12
G. Difinisi Operasional... 13
H. Metodelogi Penelitian... 14
I. Sistematika Pembahasan... 19
BAB II TEORI KEPATUHAN, KEPAHAMAN DAN MURA>BAH}AH BIL WAKA>LAH... 21
A. Teori Kepatuhan... 21
1. Pengertian Kepatuhan... 21
2. Indikator Kepatuhan... 23
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan... 23
B. Pengertian Pemahaman... 25
C. Mura>bah}ah bil Waka>lah... 26
ix
2. Dasar Hukum Mura>bah}ah... 28
3. Rukun dan Syarat Bay Al-Mura>bah}ah... 32
4. Macam-Macam Akad Jual Beli Mura>bah}ah... 35
5. Pengertian Waka>lah... 39
6. Landasan HukumWaka>lah... 40
7. Rukun dan Syarat Waka>lah... 43
8. Jenis Waka>lah... 45
BAB III GAMBARAN UMUM DAN WAWANCARA NASABAH KSPPS MBS... 47
A. Sejarah Singkat KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera... 47
B. Visi dan Misi KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera... 48
C. Stuktur Organisasi dan Job Discription... 48
D. Produk-Produk dan jasa KSPPS MBS... 53
E. Jumlah Nasabah KSPPS MBS... 57
F. Standar Operasional Pengajuan Pembiayaan Mura>bah}ah bil Waka>lah di KSPPS MBS... ... 58
G. Rincian Harga Pokok, Margin dan Barang Pengajuan Mura>bah}ah bil Waka>lah atas Nasabah yang Menjadi Sampel Penelitian ... 60
H. Kepatuhan dan Kepahaman Nasabah dalam Pengaplikasian Mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS MBS... 61
BAB IV ANALISIS KEPATUHAN DALAM PENGAPLIKASIAN AKAD MURA>BAH}AH BIL WAKA>LAH DI KSPPS MBS... 70
A. Analisis Kepahaman Nasabah Tentang Akad Mura>bah}ah bil Waka>lah di KSPPS MBS... 70
B. Analisis Kepatuhan Nasabah dalam Pengaplikasian Akad Mura>bah}ah bil Waka>lah di KSPPS MBS... 78
BAB V PENUTUP... 88
A. Kesimpulan... 88
B. Saran... 89
2.1 Skema Jenis Mura>bah}ah... 38
2.2 Skema Waka>lah... 46
3.1 Tabel Struktur Job Discription KSPPS MBS... 49
3.2 Skema Struktur Organisasi KSPPS MBS... 50
3.3 Tabel Jumlah Nasabah KSPPS MBS... 57
[image:9.595.147.508.213.566.2]1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk Allah Swt yang diciptakan dalam
bentuk yang paling baik sesuai dengan hakikat wujud manusia dalam
kehidupan di dunia ini. Mereka melaksanakan tugas sebagai khalifah demi
pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Pencipta. Sebagai khalifah di muka
bumi, manusia diberi amanah untuk memberdayakan seisi alam raya dengan
sebaik-baiknya demi kesejahteraan seluruh makhluk.1
Disisi lain manusia juga membutuhkan manusia lainnya untuk
bekerjasama agar memudahkan kehidupan di dunia ini. Satu sama lainnya
akan bahu-membahu menciptakan sarana-sarana yang akan menunjang
tercapainya kesejahteraan dalam kehidupan. Mereka membuat
organisasi-organisasi dan mendirikan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk mencapai
kemakmuran, baik lembaga yang orientasinya profit (profit oriented) semisal
lembaga keuangan syariah bank atau nonbank ataupun lembaga yang
orientasinya sosial (social oriented) seperti yayasan.
Nasabah dalam lembaga keuangan syariah baik bank ataupun nonbank
merupakan bagian yang penting. Bukti berhasil atau tidak berhasil suatu
lembaga keuangan dapat diukur dari jumlah nasabah. Agar lembaga keuangan
syariah (bank atau nonbank) bisa berkembang maka lembaga keuangan perlu
memperhatikan nasabahnya dengan memberikan pelayanan yang baik.
lembaga keuangan syariah, baik itu bank atau nonbank (BMT,
KSPPS, dan lain-lain) dalam menjalankan produk-produknya pasti
menggunakan akad-akad syariah. Hal itu merupakan sebuah bentuk patuh
pada aturan akad, dan patuh pada aturan akad merupakan syarat sahnya akad.
Seperti, akadnya adalah mura>bah}ah bil waka>lah dalam hal ini wakil bukan
dari nasabah sendiri maka wakil tidak boleh bekerja sama dengan nasabah
untuk membeli barang yang tidak sesuai dengan yang disepakati antara
nasabah dan bank, demikian pula jika nasabah menjadi wakil tidak boleh
membelikan barang yang tidak sesuai kesepakatan. Kedua belah pihak yaitu
pihak lembaga keuangan syariah dan nasabah harus bersama-sama
menerapkan akad sesuai dengan aturan-aturan syariah. Melaksanakan segala
aturan pada akad dengan benar dan menjalankan aturan-aturan yang telah
disepakati merupakan kepatuhan pada akad dan kepatuhan pada kesepakatan.
Akan tetapi terkadang dalam praktik di lapangan tidak sesuai dengan
aturan-aturan yang syar’i. Masih ada lembaga keuangan yang belum
menerapkan aturan-aturan syariah yang telah ditetapkan secara kaffah, Itu
berarti lembaga keuangan syariah tidak sesuai akad yang ditentukan dalam
agama. Tidak hanya lembaga keuangan namun ada juga nasabahnya yang
terkadang tidak menjalankan akad sesuai teori (akad yang syar’i). Nasabah
3
kesepakatan. Nasabah ini bisa dikatagorikan sebagai nasabah yang tidak
patuh pada kesepakatan atau perjanjian.
Akad yang ada seharusnya tidak dilanggar oleh kedua belah pihak
karena apabila akad tidak dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik dan benar
maka akad tersebut menjadi fasid dan dianggap berakhir atau tidak sah.2
Akad yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah akad mura>bah}ah
bil waka>lah. akad ini merupakan akad yang dominan diambil nasabah dalam
pengajuan pada lembaga yang kami teliti yaitu koperasi simpan pinjam
pembiayaan syariah Muamalah Berkah Sejahtera. Akad mura>bah}ah
digunakan untuk pembiayaan pembelian barang oleh nasabah. Mura>bah}ah
menjadi produk akad yang tersedia di lembaga-lembaga keuangan syariah.
Lembaga keuangan syariah dalam operasionalnya harus berada pada
koridor-koridor prinsip sebagai berikut:
1. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai
kontribusi dan resiko masing-masing pihak.
2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan
pengguna dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra
usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh keuntungan.
3. Transparansi, lembaga keuangan syariah akan memberikan laporan
keuangan secara terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor
dapat mengetahui kondisi dananya.
4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan
golongan dalam masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan
lil alamin.3
Dalam praktik pelaksanaan akad mura>bah}ah bil waka>lah di KSPPS
MBS telah terjadi praktik tidak transparansi. Nasabah KSPPS MBS tidak
transparansi dalam pelaksanaan akad mura>bah}ah bil waka>lah karena nasabah
tidak menyetorkan bukti atas pembelian kepada pihak KSPPS MBS. Pihak
KSPPS MBS juga tidak melakukan pengecekkan terhadap nasabahnya terkait
dengan dana yang telah diserahkan kepada nasabah4. Hal ini dapat
memberikan kesempatan nasabah untuk tidak patuh pada kesepakatan dalam
akad mura>bah}ah bil waka>lah. Semisal seorang nasabah dalam akad
mura>bah}ah bil waka>lah dana pembiayaan disebutkan akan digunakan untuk
membeli barang keperluan usaha namun pada kenyataanya nasabah tidak
menggunakan dana tersebut untuk membelinya, justru digunakan untuk
keperluan yang lain. Pada akhirnya nasabah tidak bisa membayar atau macet
dalam mengangsur. Karena tidak sesuai yang ditargetkan pada kesepakatan
awal, dalam hal ini sudah barang tentu yang akan dirugikan adalah pihak
lembaganya. Kejadian tersebut juga bisa saja terjadi pada Koperasi Simpan
Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Muamalah Berkah Sejahtera (MBS).
3Eko Budiawan, “Konsep Lembaga Keuangan Syariah,” dalam http://lorong2ilmu.blogspot.com
/2013/07/konsep-lembaga-keuangan-syariah.html diakses 29 Maret 2014.
5
Nasabah yang melakukan pembiayaan dengan akad mura>bah}ah bil wakala>h
tidak mematuhi dan menjalankan akad yang telah disepakati.
Misalnya saat nasabah menerima dana yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak yaitu pihak KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera dan pihak
nasabah, dana yang telah diterima oleh nasabah tidak digunakan semestinya
sesuai kesepakatan akad diawal yang telah disetujui. Nasabah awalnya
menyatakan bahwa dana yang diperoleh akan digunakan membeli barang
dagangan untuk usaha. Namun dana tersebut justru digunakan untuk hal lain.
Pihak nasabah tidak memberikan tanda bukti pembelian atau bukti
penggunaan dana yang telah digunakan. Setelah dana diperoleh dan
digunakan selanjutnya nasabah hanya mengangsur harga pokok dan margin
yang telah disepakati saja. Selama ini, hal tersebut masih berlangsung dan
belum ada penyelesainya atau pun solusi yang diambil oleh pihak KSPPS
MBS.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih
dalam tentang praktik nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil
waka>lah. Hal itu disebabkan karena produk pembiayaan mura>bah}ah bil
waka>lah merupakan produk yang selama ini dominan di KSPPS MBS.
Agar pembahasan ini tidak terlalu melebar maka peneliti hanya
melakukan penelitian di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah
penelitian: “Analisis Kepatuhan Nasabah dalam Pengaplikasian Akad
Mura>bah}ah bil Waka>lah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah
Syariah Muamalah Berkah Sejahtera (MBS) Surabaya”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang
muncul adalah sebagai berikut:
a. Kepahaman nasabah akan akad mura>bah}ah bil waka>lah di Koperasi
Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Muamalah Berkah
Sejahtera (MBS) Surabaya.
b. Kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah di
Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Muamalah
Berkah Sejahtera (MBS) Surabaya.
c. Pandangan nasabah mengenai akad mura>bah}ah bil waka>lah.
d. Penerapan akad mura>bah}ah bil waka>lah yang sesuai syariah.
e. Alasan mengambil pembiayaan dengan akad mura>bah}ah bil waka>lah.
2. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus maka dibutuhkan adanya
7
a. Kepahaman nasabah tentang akad mura>bah}ah bil waka>lah di Koperasi
Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Muamalah Berkah
Sejahtera (MBS) Surabaya.
b. Kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil
waka>lah Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS)
Muamalah Berkah Sejahtera (MBS) Surabaya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah yang
telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kepahaman nasabah tentang akad mura>bah}ah bil waka>lah di
Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Muamalah
Berkah Sejahtera (MBS) Surabaya?
2. Bagaimana analisis kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad
mura>bah}ah bil waka>lah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah
(KSPPS) Muamalah Berkah Sejahtera (MBS) Surabaya?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian
jelas bahwa kajian yang dilakukan tidak merupakan pengulangan atau
duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.5
Pertama, yaitu penelitian yang berjudul “Analisis Hukum Islam
Terhadap Implementasi Pembiayaan Mura>bah}ah Bil Waka>lah dalam Satu
Transaksi di BPR Syari’ah Asad Alif Sukoharjo Kendal” oleh Moh. Ulin
Nuha.6
Dalam penelitian ini, Moh. Ulin Nuha menjelaskan mengenai dua
aspek yaitu: yang pertama Moh. Ulin Nuha meneliti implementasi akad
mura>bah}ah bil waka>lah di BPR Syariah Asad Alif Sukoharjo Kendal, dan
menjelaskan bagaimana praktik yang diterapkan di BPR. Dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa BPR Syariah Asad Alif memberikan
pembiayaan mura>bah}ah bil waka>lah pada nasabahnya, dalam pembiayaan
tersebut BPR Syariah memberikan kekuasaan pada nasabah untuk membeli
barang yang diinginkan secara mandiri dengan tujuan memudahkan nasabah
agar mendapatkan hak atas kepemilikan suatu barang. Yang kedua Moh. Ulin
Nuha meneliti implementasi pembiayaan mura>bah}ah bil waka>lah di BPR
Syariah Asad Alif, yaitu pembiayaan mura>bah}ah bil waka>lah yang diterapkan
oleh BPR Syariah Asad Alif lebih tepat dikatakan sebagai akad hutang atau
pinjaman pada nasabah untuk menutup kekurangan dari modal awal yang
5Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi: Edisi Revisi,
(Surabaya: Cetakan ke IV, 2012),9.
6Moh. Ulin Nuha, “Analisis Hukum Islam Terhadap Implementasi Pembiayaan Mura>bah}ah
dengan Waka>lah dalam Satu Transaksi di BPR Syari’ah Asad Alif Sukoharjo Kendal, oleh Moh.
Ulin Nuha, (Skripsi..Jurusan Mu’amalah Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri
9
dimiliki nasabah dalam membeli barang. Pihak bank tidak sebagai penjual
dalam hal ini. Pihak bank hanya penyedia dana atas dana nasabah yang
kurang dalam pembelian suatu barang.
Dari penjelasan di atas bisa diketahui perbedaannya dengan penelitian yang peneliti lakukan sekarang adalah penelitian ini lebih terfokus pada praktik mura>bah}ah bil waka>lah lembaganya, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan sekarang yaitu lebih terfokus pada nasabahnya, yaitu bagaimana kepahaman nasabah dan bagaimana kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah pada Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Muamalah Berkah Sejahtera (MBS).
Kedua, yaitu penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Akad Mura>bahah
dalam Pembiayaan Pembelian Rumah (PPR) di Bank Danamon Syariah
Kantor Cabang Solo” oleh Detty Kristiana Widayat.7 Penelitian yang
dilakukan oleh Detty Kristiana Widayat yaitu mengenai bagaimana
pelaksanaan akad mura>bah}ah dalam Pembiayaan Pembeliaan Rumah (PPR) di
Bank Danamon Syariah Kantor Cabang Solo. Bahwa dalam pelaksanaanya
bank memiliki peran sebagai penyedia dana yang besarnya 80% dari harga jual rumah dan dalam penentuan obyek akad, nasabah diberikan kebebasan
sesuai dengan kebutuhannya. Nasabah pada prinsipnya hanya memiliki
7Detty Kristiana Widayat, “Pelaksanaan Akad Mura>bahah dalam Pembiayaan Pembelian Rumah
(PPR) di Bank Danamon Syariah Kantor Cabang Solo” oleh Detty Kristiana Widayat”
(Skripsi..Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta 2008). Dalam
kewajiban membayar sisa harga jual yang belum dilunasi, pembayaran
dilakukan secara angsuran sesuai kemampuan calon nasabah yang telah
disepakati. Angsuran pembiayaan pembelian rumah dilakukan selama periode
akad dengan jumlah tetap pada setiap bulannya atau dengan kata lain
dilakukan secara proporsional. Secara umum pelaksanaan akad mura>bah}ah
dalam Pembiayaan Pembelian Rumah (PPR) di bank Danamon syariah kantor
cabang Solo sesuai dengan ketentuan umum perbankan maupun ketentuan
yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.
Berdasarkan penjelasan di atas bisa diketahui perbedaannya dengan penelitian yang peneliti lakukan sekarang yaitu penelitian ini membahas pelaksanaan akad mura>bah}ah pada lembaga yaitu Bank Danamon Syariah Kantor Cabang Solo. Sedangkan dalam penelitian yang peneliti sekarang
teliti lebih terfokus mengenai perilaku nasabahnya dalam mematuhi
pelaksanaan akadnya.
Ketiga, yaitu penelitian yang berjudul “Analisis Akad Pembiayaan
Mura>bah}ah terhadap Hotel Natama Padangsidimpuan” oleh Imam Abdul
Hadi.8 Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Imam Abdul Hadi ada dua
kesimpulan: pertama, akad pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syari’ah
Mandiri terhadap Hotel Natama Padangsidimpuan secara garis besar telah
memenuhi asas, rukun dan syarat Hukum Perikatan Islam, dengan
terpenuhinya rukun-rukun mura>bah}ah dan syaratnya, serta tidak terdapat
8 Imam Abdul Hadi,“Analisis Akad Murabahah Terhadap Hotel Natama Padangsidimpuan”
11
hal yang melanggar asas perikatan dalam Islam atau dalil yang
mengharamkan akad tersebut, begitu juga bila dilihat dengan fatwa-fatwa
DSN MUI yang berkaitan dengan murabahah. Yang kedua, bila dilihat dari
hukum positif yang dalam hal ini adalah Bank Indonesia, penulis menilai
bahwa secara keseluruhan akad pembiayaan Bank Syari’ah Mandiri terhadap
Hotel Natama Padangsidimpuan sesuai dengan peraturan Bank Indonesia,
tetapi ada beberapa klausul yang kurang tepat menurut penulis, antara lain;
penuntutan utang secara sekaligus dan seketika yang disebabkan
keterlambatan nasabah dalam membayar cicilan, kewajiban untuk menambah
jaminan yang dianggap kurang oleh bank, kurang tanggung jawabnya bank
dalam menanggung risiko barang yang diperjual belikan, serta penetapan
harga barang jaminan secara sepihak oleh Bank.
Dari penjelasan di atas bisa diketahui perbedaannya dengan penelitian
yang peneliti lakukan sekarang adalah penelitian ini tertuju pada analisis
akad mura>bah}ah. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan sekarang adalah
lebih tertuju pada nasabah dengan pembiayaan mura>bah}ah bil waka>lah pada
Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,
1. Untuk mendapatkan gambaran apakah nasabah paham atau tidaknya
akan akad mura>bah}ah bil waka>lah di Koperasi Simpan Pinjam
Pembiayaan Syariah (KSPPS) Muamalah Berkah Sejahtera (MBS)
Surabaya.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis kepatuhan nasabah dalam
pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah di Koperasi Simpan
Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Muamalah Berkah Sejahtera
(MBS) Surabaya.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat dan berguna
dalam dua aspek, yaitu:
1. Aspek keilmuan ( teoritis)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah ilmu
pengetahuan yang terkait dengan penelitian dan bermanfaat khususnya bagi
akademisi dan secara umum bagi orang banyak.
2. Aspek terapan ( praktis)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi
praktisi lembaga keuangan syariah baik bank ataupun nonbank agar lembaga
13
G. Definisi Operasional
Definisi operasional memuat penjelasan tentang pengertian yang
bersifat operasioanal dari konsep/variabel penelitian sehingga bisa dijadikan
acuan dalam menelusuri, menguji atau mengukur variabel melalui penelitian.9
Agar dapat memudahkan dalam memahami judul penelitian ini
“Analisis Kepatuhan Nasabah dalam Pengaplikasian Akad Mura>bah}ah bil
Waka>lah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah
Sejahtera Surabaya” maka akan dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Kepatuhan nasabah merupakan perilaku nasabah yang taat. Yaitu
menjalankan semua peraturan yang sesuai dengan ajaran agama tentang
akad mura>bah}ah bil waka>lah dan melaksanakan kesepakatan yang telah
disetujui antara nasabah dengan KSPPS MBS.
2. Pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah adalah penerapan terhadap
akad mura>bah}ah bil waka>lah pada KSPPS MBS oleh nasabah. Mura>bah}ah
bil waka>lah merupakan jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati dan mengutus orang lain atau nasabah dalam
membeli barangnya.
3. Muamalah Berkah Sejahtera (MBS) merupakan nama sebuah Koperasi
Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah yang terletak di daerah Cipta
Menanggal Surabaya.
9Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi: Edisi Revisi,
H. Metode penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.10
1. Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara
tentang kepahaman nasabah mengenai akad mura>bah}ah bil waka>lah pada
KSPPS MBS di Surabaya . Selain itu data tentang aplikasi dengan faktur
atau yang lainnya yang ada kaitannya dengan pembelian dalam akad
mura>bah}ah bil waka>lah pada KSPPS MBS di Surabaya, baik itu data dari
nasabah ataupun dari pihak KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera. Data yang
akan dikumpulkan meliputi data kesepakatan yang tertulis pada form aplikasi
akad mura>bah}ah bil waka>lah dan hasil wawancara baik dari pihak KSPPS
maupun nasabah.
2. Sumber data
a. Sumber primer
Sumber data (primary data), adalah data yang dihimpun secara
langsung dari sumbernya dan diolah sendiri oleh lembaga yang
bersangkutan untuk dimanfaatkan.11 Dalam buku lain dikatakan bahwa
sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
10Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, Cet. 14, (Bandung: Alfabeta,
2011),2.
11Rosady Ruslan,Metode Penelitian : Public Relations & Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers,
15
kepada pengumpul data.12 Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer
adalah nasabah yang mengajukan pembiayaan mura>bah}ah bil waka>lah di
KSPPS MBS dan praktisi seperti staf pegawai yang ada di KSPPS MBS
yang ada kaitannya dengan pembiayaan akad mura>bah}ah bil waka>lah
pada KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera.
b. Sumber sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data semisal lewat orang lain atau
lewat dokumen.13 Selain itu juga dijelaskan bahwa sumber data
sekunder (secondary data) merupakan data penelitian yang diperoleh
secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan pihak lain)
atau digunakan lembaga lain yang bukan merupakan pengolahnya,
tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu penelitian tertentu.14 Sumber
data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen dan
buku-buku yang berkaitan dengan akad mura>bah}ah bil waka>lah. Adapun
dokumen yang dimaksud adalah dokumen yang berada di KSPPS MBS.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data. Teknik tersebut antara lain :
12Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D: Cetakan Ke-14 (Bandung:
Alfabeta, 2011), 225.
13Rosady Ruslan,Metode Penelitian : Public Relations & Komunikasi, 138.
a. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan
beberapa pihak yang terkait dengan penelitian. Adapun proses
wawancara indept interview (wawancara bebas dan mendalam) agar
mudah dalam mendapatkan dan mengumpulkan data yang diperlukan.
Wawancara ini akan ditujukan pada objek yang akan dimintai
wawancara, adapun objek wawancara pada penelitian ini adalah
orang-orang yang berkaitan dengan pembiayaan akad mura>bah}ah bil
waka>lah, baik itu dari nasabah ataupun dari praktisi lembaga KSPPS
MBS.
b. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang tidak secara
langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui
dokumen.15 Pengumpulan data melalui dokumen-dokumen pada
KSPPS MBS dengan cara mempelajari dan mengamati
dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan penelitian yang dibahas.
c. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dengan cara
memperoleh dari kepustakaan dimana penulis mendapatkan teori-teori
dan pendapat orang yang ahli dari beberapa buku referensi yang ada
hubungannya dengan penelitian ini.16Teori dan pendapat tesebut
mengenai teori kepatuhan, teori kepahaman dan teori mura>bah}ah bil
waka>lah.
15 M.Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002),87.
16 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif
17
d. Pengamatan (Observasi), merupakan proses pencarian pola perilaku
subyek (orang, objek (benda) atau kejadian yang sistematik tanpa
adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang
diteliti.17Pengamatan dilakukan paga tanggal 29 Juli 2013-30 Agustus
2013, pengamatan dalm hal ini yang terkait tentang penelitian ini.
4. Teknik Pengolahan Data
Selanjutnya setelah data sudah berhasil dihimpun dari lapangan
atau data dari karya tulis lainnya, maka penulis menggunakan teknik
pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh
terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna, kesesuaian antara
data yang ada dan relevansi dengan penelitian.18 Dalam hal ini penulis
akan mengambil data yang nantinya akan dianalisis yaitu data yang
terkait dengan rumusan masalah saja.
b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam
penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah ada
direncanakan sesuai dengan rumusan masalah secara sistematis.19
Kemudian penulis akan melakukan pengelompokan data yang
17Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodelogi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan
Manajemen,(Yogyakarta: BPFE, 2002), 157.
18 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis,243.
dibutuhkan untuk dianalisis dan menyusun data tersebut dengan
sistematis guna memudahkan penulis dalam mengalisis data.
5. Teknik Analisis Data
Data yang telah didapat dan dikumpulkan selanjutnya akan
dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang menghasilkan
data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang
dapat diamati dengan metode yang telah ditentukan. Tujuan dari metode
ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek
penelitian secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.20
Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir
induktif, yang berarti pola pikir dengan menggunakan analisis yang
berpijak dari pengertian-pengertian atau fakta-fakta yang bersifat khusus,
kemudian diteliti dan hasilnya dapat memecahkan masalah umum.
Fakta-fakta yang dikumpulkan adalah mengenai bagaimana kepatuhan nasabah
dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil waka>lah. Peneliti mulai
memberikan pemecahan persoalan yang bersifat umum, melalui
penentuan rumusan masalah sementara dari observasi awal yang
dilakukan, dalam hal ini penelitian dilakukan di Koperasi Muamalah
Berkah Sejahtera sehingga mendapatkan pemahaman terhadap pemecahan
persoalan dari rumusan masalah tersebut.
19
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk
memudahkan penulisan dan pemahaman. Oleh karenanya, penulisan laporan
penelitian ini dibagi dalam beberapa bab, pada setiap bab terdiri dari
beberapa subbab, sehingga pembaca dapat memahami hasil penelitian dengan
mudah. Dan juga akan uraikan dalam bentuk essay yang menggambarkan alur
logis dari struktur bahasan skripsi.21
Adapun untuk lebih memudahkan tentang isi dan esensi skripsi ini,
maka penulisannya dilakukan berdasarkan sistematika sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan yang membahas tentang latar
belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional dan
sistematika pembahasan.
Bab kedua adalah landasan teori, dalam bab ini akan dipaparkan
tentang teori kepatuhan, teori akad mura>bah}ah bil waka>lah dan sedikit
mengenai teori kepahaman.
Bab ketiga adalah deskripsi hasil yang meliputi gambaran umum
tentang Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah
Sejahtera, identitas responden, kepahaman nasabah akan akad mura>bah}ah bil
21Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi: Edisi
waka>lah dan bagaimana kepatuhan nasabah dalam mengaplikasikan akad
mura>bah}ah bil waka>lah.
Bab keempat merupakan rangkaian tahapan penyusunan penelitian
(skripsi) ini selanjutnya merupakan bab analisis data, yakni memadukan
antara teori sebagaimana yang dipaparkan pada bab kedua dengan apa yang
peneliti temukan di lapangan (pada bab ketiga) sebagai hasil penelitian yang
digambarkan secara sistematis dan kritis dalam bahasan bab ini yang meliputi
analisis kepatuhan nasabah dalam pengaplikasian akad mura>bah}ah bil
waka>lah.
Bab kelima merupakan bagian penutup dari penulisan yang akan
menunjukkan pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan bab-bab
sebelumnya. Bab ini memuat jawaban ringkas dari permasalahan yang
dibahas pada bagian rumusan masalah di atas serta berisi kesimpulan dan
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Kepatuhan
1. Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan sesuai yang didefinisikan oleh Taylor (2006:266) adalah
memenuhi permintaan orang lain, didefinisikan sebagai suatu tindakan
atau perbuatan yang dilakukan berdasarkan keinginan orang lain atau
melakukan apa-apa yang diminta oleh orang lain, kepatuhan mengacu
pada perilaku yang terjadi sebagai respons terhadap permintaan langsung
dan berasal dari pihak lain.1
Menurut Blass (1999:957) kepatuhan adalah menerima
perintah-perintah dari orang lain. Kepatuhan dapat terjadi dalam bentuk apapun,
selama individu tersebut menunjukkan perilaku taat terhadap sesuatu atau
seseorang. Misalnya taat dalam hidup bersosial.2
Menurut Shaw (dalam Umami, 2010:25-26), kepatuhan
berhubungan dengan harga diri seseorang di mata orang lain. Orang yang
telah memiliki konsep bahwa dirinya adalah orang yang pemurah, akan
menjadi malu apabila dia menolak memberikan sesuatu ketika orang lain
meminta sesuatu padanya. Kebebasan untuk bersikap, juga seringkali
1Oka Hardika Lompatan, “ Penerapan Teori Mendapatkan Kepatuhan Dalam Perpajakan”, dalam
http://okahardikalompatan.blogspot.co.id/2015/12/penerapan-teori-mendapatkan-kepatuhan.html, diakses pada 27 Desember 2015.
2Perpustkaan UIN Suska, “ Kepatuhan Terhadap Norma-norma sosial”, dalam Repisitory.uin.
mendorong orang untuk mengikuti kemauan orang lain.3
Semakin orang dibebaskan untuk memilih, semakin cenderung
orang tersebut untuk patuh. Hal ini disebabkan adanya ambiguitas situasi
serta rasa aman yang dimiliki akibat kebebasan dalam memilih.
Ambiguitas situasi yang dimaksud berkaitan dengan akibat dan reaksi
yang akan diterima jika seseorang memilih pilihan tertentu. Hal ini akan
menimbulkan kecemasan jika memilih pilihan yang tidak tepat.
Bersamaan dengan itu pula, kebebasan mengakibatkan seseorang merasa
bebas untuk mengambil keputusan untuk dirinya sehingga menimbulkan
rasa aman. Rasa aman selanjutnya akan menumbuhkan rasa percaya
terhadap lingkungan sehingga orang dengan suka rela mematuhi otoritas.
Kecemasan maupun rasa aman akan mendorong orang untuk berlaku
patuh.4
Kepatuhan terjadi ketika seseorang menerima pengaruh tertentu,
dalam hal ini orang yang menerima pengaruh adalah nasabah dan yang
memberi pengaruh adalah KSPPS MBS, karena orang tersebut berharap
mendapatkan reaksi yang menyenangkan dari orang yang berkuasa atau
dari kelompok. Tindakan tersebut hanya ketika diawasi oleh pihak yang
berwenang (Maradona, 2009:39).5
23
2. Indikator Kepatuhan
Federich (dalam Umami, 2010:26) mengatakan bahwa kepatuhan
kepada otoritas terjadi hanya jika perintah dilegitimasi dalam konteks
norma dan nilai-nilai kelompok. Di dalam kepatuhan terdapat tiga bentuk
perilaku yaitu:6
1. Konformitas (conformity). Konformitas adalah suatu jenis pengaruh
sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar
sesuai dengan norma sosial yang ada.
2. Penerimaan (compliance). Penerimaaan adalah kecenderungan orang
mau dipengaruhi oleh komunikasi persuasif dari orang yang
berpengetahuan luas atau orang yang disukai. Dan juga merupakan
tindakan yang dilakukan dengan senang hati karena percaya terhadap
tekanan atau norma sosial dalam kelompok atau masyarakat.
3. Ketaatan (obedience). Ketaatan merupakan suatu bentuk perilaku
menyerahkan diri sepenuhnya pada pihak yang memiliki wewenang,
bukan terletak pada kemarahan atau agresi yang meningkat, tetapi
lebih pada bentuk hubungan mereka dengan pihak yang berwenang.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Kepatuhan terhadap aturan atau otoritas dapat terbentuk oleh
beberapa faktor, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
yang dirumuskan oleh para ahli adalah sebagai berikut: 7
1. Informasi. Merupakan faktor utama dalam pengaruh sosial, Seseorang
kadang-kadang mau melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka
lakukan hanya setelah kepada mereka diberikan sejumlah informasi,
seseorang sering memengaruhi orang lain dengan memberikan mereka
informasi atau argumen yang logis tentang tindakan yang seharusnya
dilakukan.
2. Imbalan. Salah satu basis kekuasaan adalah kemampuan untuk
memberi hasil positif bagi orang lain, membantu orang lain
mendapatkan tujuan yang diinginkan atau menawarkan imbalan yang
bermanfaat. Beberapa imbalan bersifat sangat personal, contohnya
senyum persetujuan dari teman, atau imbalan impersonal contohnya
adalah uang atau barang berharga lainnya.
3. Kekuasaan rujukan. Basis pengaruh dengan relevansi pada relasi
personal atau kelompok adalah kekuasaan rujukan. Kekuasaan ini
eksis ketika seseorang mengidentifikasi atau ingin menjalin
hubungan dengan kelompok atau orang lain. Seseorang mungkin
bersedia meniru perilaku mereka atau melakukan apa yang mereka
minta karena ingin sama dengan mereka atau menjalin hubungan baik
dengan mereka.
4. Paksaan. Kepatuhan dapat tercipta berupa paksaan fisik sampai
ancaman hukuman atau tanda ketidaksetujuan. Misalnya, setelah
25
gagal menyakinkan anak untuk tidur siang, si bapak mungkin secara
paksa memasukkan anak ke dalam kamar, lalu ia keluar dan
mengunci pintu.
5. Pengawasan. Dari percobaaan yang dilakukan oleh Milgram tentang
kepatuhan adalah kehadiran tetap atau pengawasan dari seorang
peneliti. Bila peneliti meninggalkan ruangan tersebut dan
memberikan instruksinya lewat telepon, kepatuhan akan menurun.
6. Kekuasaan dan ideologi. Faktor penting yang dapat menimbulkan
kepatuhan sukarela adalah penerimaan seseorang akan ideologi yang
mengabsahkan kekuasaan orang yang berkuasa dan membenarkan
intruksinya.
7. Daya pengaruh situasi. Situasi atau kondisi yang ada di sekitar
seseorang juga dapat mempengaruhi kepatuhan.
B. Pengertian Pemahaman
Pemahaman ini berasal dari kata ”paham” yang memiliki arti tanggap,
mengerti benar, pandangan, ajaran.8 Definisi pemahaman menurut Anas Sudijono
adalah “kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah
sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah
mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.
8Perpustakaan UINSBY, “ Tinjauan TentangPemahaman”, Digilib.UINSBY.ac.id/8241/5/BAB2.
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi
dari ingatan dan hafalan.9 Sedangkan menurut Yusuf Anas, yang dimaksud
dengan pemahaman adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang
sudah diingat lebih kurang sama dengan yang sudah diajarkan dan sesuai dengan
maksud penggunaannya.10
C. Mura>bah}ah bil Waka>lah
1. Pengertian Mura>bah}ah
Secara bahasa kata al-mura>bah}ah berasal dari kata al-ribh}, yang
berarti tambahan (keuntungan).11 Sedangkan secara istilah mura>bah}ah
adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan
yang disepakati.12 Menurut Ivan Rahmawan mura>bah}ah sebagai suatu
kontrak usaha yang didasarkan atas kerelaan diantara kedua belah pihak
atau lebih dimana keuntungan dari kontrak usaha tersebut didapat dari
mark-up harga sebagaimana terjadi dalam akad jual beli biasa.13
Menurut Heri Sudarsono, mura>bah}ah adalah jual beli barang pada
harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara kedua
9Siti Afiyah, “Study korelasi antara pemahaman materi thaharah dengan kesadaran menjaga
kebersihan siswa kelas X MA NU 08 Pageruyung Kendal tahun ajaran 2012/2013”.
(Undergraduate (S1) thesis, IAIN Walisongo, 2013) dalam http://eprints.walisongo.ac.id/1622/. diakses 23 Agustus 2015.
10 Ibid,.
11Suqiyah Musafa’ah, et al., Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam I (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), 94.
12Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, 101.
13Ivan Rahmawan A., Kamus Istilah Akutansi Syari’ah (Yogyakarta: Pilar Media, 2005),
27
belah pihak, penjual harus menyebutkan harga pembelian kepada pembeli,
kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu.14
Menurut Abdullah Saeed, mura>bah}ah adalah suatu bentuk jual beli
dengan komisi, dimana pembeli biasanya tidak dapat memperoleh barang
yang dia inginkan kecuali melewati perantara orang lain.15Sedangkan
menurut fuqa>ha’ jual beli mura>bah}ah adalah penjualan barang seharga
biaya/harga pokok barang tersebut ditambah mark-up atau marjin
keuntungan yang disepakati. Lebih lanjut lagi PSAK 102 mura>bah}ah
adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan
ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan
biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli16
Para ahli hukum Islam mendefinisikan akad bai’ al-mura>bah}ah
sebagai berikut:17
1. ‘Abd ar-Rahman al-Jaziri mendefinisikan akad bai’ al-mura>bah}ah
sebagai menjual barang dengan harga pokok beserta keuntungan
dengan syarat-syarat tertentu.
2. Menurut Wahbah al-Zuhayli adalah jual-beli dengan harga pertama
(pokok) beserta tambahan keuntungan.
14Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah: Diskripsi dan Ilustrasi (Yogyakarta:
Ekonisia, 2004), 62.
15Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syari’ah Kritis atar Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo
-Revivalis, ter. Arif Maftuhin (Jakarta: Pramadina, 2004), 119.
16Rizal Yaya et al.,Akuntansi Perbankan Syariah: teori dan Praktik Kontemporer
(Jakarta:Salemba Empat, 2009),180.
3. Ibn Qudamah ahli hukum Hambali mengatakan bahwa arti jual beli
mura>bah}ah adalah jual beli dengan harga pokok ditambah margin
keuntungan.
4. Ibn Rusyd seorang filosof dan ahli hukum Maliki mendefinisikan
sebagai berikut: “sesungguhnya mura>bah}ah adalah apabila penjual
menyebutkan harga pokok kepada pembeli desertai dengan
keuntungan”
Dengan kata lain jual beli mura>bah}ah adalah jual beli barang
dengan menyebutkan harga pokok kepada pembeli dengan disertai
keuntungannya.
Sedagkan menurut buku himpunan Fatwah DSN (Dewan Syari’ah
Nasional) mura>bah}ah adalah menjual suatu barang dengan menjelaskan
harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga
yang lebih sebagai keuntungan bagi penjual.18
Jadi pengertian mura>bah}ah adalah akad jual beli barang dengan
menjelaskan harga perolehan beserta keuntungan yang disepakati oleh
kedua belah pihak (penjual dan pembeli).
2. Dasar Hukum Mura>bah}ah
Akad jual beli mura>bah}ah sebagai sarana tolong-menolong dan
kerja sama antara umat manusia, mempunyai landasan Al-qur’an dan
29
Sunnah. Terdapat sejumlah ayat-ayat Al-qur’an dan al-hadits yang
menjadi dasar hukum jual beli mura>bah}ah misalnya:
1. Al-qur’an
Q.S. al-Baqarah (2): 275 yang berbunyi:
ْ يِذلٱ
ْ َيَْن
ْ وُلُك
َْن
ا
اٰوَ بِ رل
ْ
ْ وُقَ يْ ََ
ْ وُم
ْ وُقَ يْاَمَكَِْإَْن
ُْما
ْ يِذل
ْ
ُْهُطبَخَتَ ي
ا
ْ
َ
لٱَْنِمُْنَٰطيشل
ِْ س
ْ
ْ َكِلَٰذ
ْ مُه نَِِ
ْ
ْوُلاَق
اْ
ْاَ ِإ
اْ ل
ْ يَ ب
ْ ثِمُْع
ُْلا
اٰوَ بِ رل
ْ
ْلَحَأَو
ُّْا
ْاْ ل
ْ يَ ب
َْمرَحَوَْع
ا
اٰوَ بِ رل
ْ
ْ نَمَف
ْ
ْ وَمَُْءاَج
ْ ةَظِع
ْ
ْ نِ م
ْ
ِْهِ بر
َْْفا
ْ ن
ُْهَلَ فْ ٰىَهَ ت
َْفَلَسْاَم
ْ
ْ
ُُْرمَأَو
ْ ََِإ
اِّْ
ْ
ْ نَمَو
ْ
ْ صَأْ َكِئَٰل وُأَفَْداَع
ْ ُبَٰح
ا
ِْرا ل
ْ
ْ مُ
ْ
ْ يِف
ْاَه
ْ وُدِلَٰخ
َْن
“Orang-orang yang makan (pengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari pengambilan riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal didalamnya”.19
Q.S. al-Nisa’ (4): 29 yang berbunyi:
ْ اَْرَ َْ نَعْ ًَراََِِْنوََُُْ نَأَِْإِْلِْطاَب لِِْ مَُُ يَ بْ مَُُلاَو مَأْاوُلُك ََْ ََْاوَُمآَْنيِذلاْاَه يَأََْ
ا ميِحَرْ مُُِبَْناَكَّْاْنِإْْۚ مَُُسُف نَأْاوُلُ ت قَ َْ َََوْْۚ مُُ ِم
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.20
Dalam ayat ini, Allah mempertegas legalitas dan
kebolehan jual beli secara umum, serta menolak dan melarang
konsep ribawi. Berdasarkan ketentuan ini, jual beli mura>bah}ah
mendapatkan pengakuan dalam legalitas dari syariah dan juga
diperbolehkan beroperasional dalam praktik pembiayaan bank
syariah dan lembaga keuangan syariah karena itu merupakan salah
satu bentuk jual beli dan tidak mengandung unsur ribawi.
2. Al-had>its
H.R. Muslim;
:اه عْهْىضرَْةَشِئاَعْ نَع
ْ
ِّْاْ َلوُسَرْنَأ
ْ يَلَعُْهْىلَص
َْملَسَوِْه
ْ نِمْا ماَعَطْىَرَ ت شا
ْ ديِدَحْ نِمْا ع رِدُْهَََرَوْ،ْ لَجَأْ ََِإْ ىِدوُهَ ي
“Diriwayatkan dari Aisyah R.A: Rasulullah saw pernah membeli makanan dengan waktu tertentu (tempo) kepada orang Yahudi, dan beliau memberikan anggunan berupa baju besi kepadanya”.21H.R. Ibnu Majah;
ْنِه يِفَْثَاَثْ:ْ َلاَقَْملَسَوِْه يَلَعُْهْىلَصْ ِ ّلاْنَأُْه َعُْهَْيِضَرْ ب يَهُصْحاصْ نَع
امْنباْ اورُِْع يَ ب لِلََْْ ِت يَ ب لِلِْ ِْعشلِِِْ رُ ب لاُْط لَخَوُْةَضَراَقُل اَوْ لَجَأْ ََِإُْع يَ ب لَاْ:ُْةَك رَ بل ا
ْ
َْهج
20 Al-qur’an, 4 (al-Nisā’): 29.
21Al-Hafizh Taki Al-din, Ringkasan Shahih Muslim (Jakarta: Pustaka Azzam Anggota IKAPI
31
Dari Suhaib ar-Rumi r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiga
hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.”(HR
Ibnu Majah).
3. Ijma’
Umat Islam telah berkonsensus tentang keabsahan jual beli,
karena manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan apa yang
dihasilkan dan dimiliki oleh orang lain, karena itu jual beli adalah
salah satu jalan untuk mendapatkannya yang sah, demikian maka
mudahlah bagi setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya.22
Dari ayat Al-quran, had>its dan pendapat para ulama’ tentang
jual beli mura>bah}ah, maka hukum jual beli mura>bah}ah diperbolehkan
dalam Islam, asalkan tidak ada unsur ribawi.
4. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional yang terkait dengan jual beli
mura>bah}ah sebagai berikut:
a. Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000 Tanggal 1 April 2000 tentang
Mura>bah}ah.
b. Nomor 13/DSN-MUI/IX/2000 Tanggal 16 September 2000
tentang Uang Muka dalam Mura>bah}ah.
c. Nomor 16/DSN-MUI/IX/2000 Tanggal 16 September 2000
tentang Diskon dalam Mura>bah}ah.
d. Nomor 17/DSN-MUI/IX/2000 Tanggal 16 september 2000 tentang
Sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda Pembayaran.
e. Nomor 23/DSN-MUI/III/2002/ Tanggal 28 Maret 2002 tentang
Potongan Pelunasan dalam Mura>bah}ah.
3. Rukun dan Syarat Bay’ al- Mura>bah}ah
Para ahli hukum Islam menetapkan rukun dan beberapa syarat
akad jual beli mura>bah}ah sama dengan rukun jual beli pada umumnya,
Sebagaimana dalam menetapkan rukun jual beli, di antara para ulama
terjadi perbedaan pendapat. Menurut ulama’ Hanafiyah, rukun jual beli
adalah ijab dan qabul yang menunjukan pertukaran barang secara rela,
baik dengan ucapan maupun perbuatan.23
Sedangkan rukun mura>bah}ah ada empat, yaitu:24
1. Para pihak (penjual dan pembeli).
2. Pernyataan kehendak (sighat).
3. Obyek akad.
4. Tujuan akad.
Adapun syarat akad jual beli mura>bah}ah sebagaimana yang
ditulis oleh Wahbah az-Zuhaili, antara lain:25
a. Mengetahui harga pokok
23 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), 76.
24Hufron A. Mas’adi, Fiqih Muamalah Kontekstual (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),
13.
33
Dalam akad jual beli mura>bah}ah disyaratkan agar
mengetahui harga pokok/harga asal karena mengetahui harga
pokok merupakan syarat sah jual beli. Syarat itu juga
diperuntukan untuk jual beli al-tauliyah dan al-wadi’ah, di mana
akad jual beli ini berdasarkan atas kejelasan informasi tentang
harga beli. Jika harga beli tidak dijelaskan kepada pembeli kedua
dan ia telah meninggalkan majelis, maka jual beli dinyatakan
akadnya batal.
b. Mengetahui keuntungan
Hendaknya marji/keuntungan juga diketahui oleh si
pembeli. Karena marjin keuntungan termasuk bagian dari harga,
sedangkan mengetahui harga merupakan syarat sah jual beli.
c. Harga pokok merupakan sesuatu yang dapat diukur, dihitung dan
ditimbang, baik pada waktu terjadi jual beli dengan penjual yang
pertama atau setelahnya, seperti dirham, dinar dan lain-lain.
Yang dimaksud dengan modal (harga pokok) adalah jumlah
yang harus dibayar oleh pembeli pertama berdasarkan yang
ditentukan dalam akad. Jadi pengganti (badal) dari yang
disebutkan dalam akad bukan modal (harga pokok). Jika dalam
akad menggunakan rupiah sebagai harga pokok, maka jumlah
harga itu tidak boleh diganti dengan dolar. Termasuk ke dalam
harus dikeluarkan oleh pembeli pertama dalam proses pembelian
barang tersebut.
d. Sedangkan Ismail Nawawi menambahkan syarat akad jual beli
mura>bah}ah yaitu Objek transaksi dan alat pembayaran yang
digunakan tidak boleh berupa barang ribawi, seperti halnya
menjual 100 dolar dengan harga 110 dollar, marjin yang digunakan
dalam hal ini bukan merupakan keuntungan yang diperoleh, akan
tetapi merupakan bagian dari riba.26
e. Informasi yang wajib dan tidak boleh diberitahukan dalam bay’
mura>bah}ah. Bay’ mura>bah}ah yakni jual beli yang disandarkan
pada sebuah kepercayaan. Karena pembeli juga akan percaya atas
informasi yang diberikan dari penjual tentang harga beli yang
diinginkan, dan dengan demikian penjual tidak boleh berkhianat.
Para ulama mazhab berbeda pendapat tentang biaya apa
saja yang dapat dibebankan kepada harga jual barang-barang
tersebut, di antaranya:27
Ulama mazhab Syafi’i membolehkan penjual untuk
membebankan biaya-biaya yang secara umum timbul dalam suatu
transaksi jual beli kecuali biaya tenaga kerjanya sendiri karena
komponen ini termasuk dalam keuntungannya. Begitu pula
biaya-biaya yang tidak menambah nilai barang tidak boleh dimasukkan
sebagai komponen biaya.
26Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah, ( Jakarta: CV Dwiputra Pustaka Jaya, 2002), 158.
35
Ulama mazhab Hanafi membolehkan penjual untuk
membebankan biaya-biaya yang secara umum timbul dalam suatu
transaksi jual beli, namun mereka tidak membolehkan biaya-biaya
yang memang semestinya dikerjakan oleh si penjual.
Ulama mazhab Hambali berpendapat bahwa semua biaya
langsung maupun tidak langsung dapat dibebankan pada harga jual
selama biaya-biaya itu harus dibayarkan kepada pihak ketiga dan
akan menambah nilai barang yang dijual.
Dari penjelasan di atas bisa diketahui bahwa ketiga
mazhab membolehkan pembebanan biaya langsung yang harus
dibayarkan kepada pihak ketiga, dan ketiga mazhab juga sepakat
tidak membolehkan pembebanan pembiayaan tidak langsung bila
tidak menambah nilai barang atau tidak berkaitan dengan hal-hal
yang berguna.
4. Macam-macam Akad Jual Beli Mura>bah}ah
Berdasarkan salah satu kategorinya, jual beli dibedakan menjadi
jual beli tawar-menawar (bay’ al-musa>wamah), dan jual beli amanah atau
kepercayaan (bay’ al-ama>nah).
Yang dimaksud jual beli tawar menawar (bay’ al-musa>wamah)
adalah suatu bentuk jual beli yang dikenal dalam fiqh di mana pembeli
tidak diberitahu harga pokok barang yang dibeli oleh penjual. Sedangkan
jual beli kepercayaan (bay’ al-ama>nah) adalah suatu bentuk jual beli di
beli ini bertujuan untuk melindungi orang yang tidak berpengalaman dan
kurang informasi dalam transaksi, sehingga terhindar dari penipuan.
Disebut jual beli kepercayaan (bay’ al-amanah), karena pembeli bersandar
pada kejujuran penjual semata tentang informasi harga barang yang
dibelinya.28
Jual beli amanah (bay’ al-amanah) ini dalam fikih Islam dibedakan
menjadi empat macam, yaitu:29
1. Jual beli mura>bah}ah (bay’ al- mura>bah}ah)
Yaitu menjual dengan harga asal ditambah dengan marjin keuntungan.
2. Jual beli di bawah harga pokok (bay’ al-wadi>’ah)
Yaitu menjual dengan harga jual di bawah harga asal dengan
pengurangan yang diketahui.
3. Jual beli kembali modal (bay’ al-tauliyah)
Yaitu menjual dengan harga beli tanpa mengambil keuntungan
sedikitpun.
4. Jual beli mengikutsertakan (bay’ al-ishra>k)
Yaitu pembeli membeli sebagian dari barang sesuai dengan prosentase
harga pokok, sehingga pembeli bersekutu dengan penjual dalam
pemilikan barang tersebut.
Akad bay’ mura>bah}ah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Mura>bah}ah tanpa pesanan
28Suqiyah Musafa’ah, at el., Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam I, 103.
37
Yaitu jual beli mura>bah}ah dilakukannya penyedian barang oleh bank
syariah yang tidak ada pengaruh langsung dengan ada tidaknya
pesanan atau pembeli.30
2. Mura>bah}ah berdasarkan pesanan
Yaitu jual beli yang mana bank melakukan pembelian barang setelah
ada pesanan dari nasabah, dan dapat bersifat mengikat atau tidak
mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya (bank
dapat meminta uang muka pembelian kepada nasabah).31
Dalam hal mengikat dan tidak mengikat para ulama’ berbeda
pendapat; pertama, para ulama syari’ah terdahulu bersepakat bahwa
pemesanan tidak boleh diikat untuk memenuhi kewajiban membeli
barang yang telah dipesan itu. Dengan alasan, pembeli barang pada
saat awal telah memberikan pilihan kepada pemesan untuk tetap
membeli barang itu atau menolaknya, dan menjual barang yang tidak
dimiliki adalah tindakan yang dilarang oleh syari’ah karena hal itu
termasuk bai al-fudu>li>. Sedangkan beberapa ulama modern
menunjukan bahwa kontek jual beli mura>bah}ah jenis ini di mana
“belum ada barang” berbeda dengan “menjual tanpa kepemilikan
barang”. Mereka berpendapat bahwa janji untuk membeli barang
tersebut bisa mengikat pemesan. Terlebih lagi bila si nasabah bisa
“pergi” begitu saja akan sangat merugikan pihak bank atau penyedia
barang. Barang sah dibeli sesuai dengan pesanannya, tetapi ia
30 Wiroso, Jual Beli Murabahah, 37.
meninggalkan begitu saja. Oleh karena itu, para ekonom dan ulama
kontemporer menetapkan bahwa si nasabah terikat hukumnya. Hal ini
demi menghindari “kemudharatan”.32
Daftar Tabel 1. 1
Skema Jenis Mura>bah}ah
Dalam mura>bah}ah melalui pesanan ini, si penjual boleh meminta
pembayaran hamis gadiyah, yakni uang tanda jadi (uang muka) ketika
ijab qabul. Hal ini sekedar untuk menunjukan bukti keseriusan si pembeli.
Bila kemudian si pembeli membatalkan pesanannya, maka hamis gadiyah
dapat digunakan untuk menutup kerugian si penjual kepada pemasok.33
Pembayaran mura>bah}ah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.
Dalam mura>bah}ah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga
barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Mura>bah}ah muajjal
dicirikan dengan adanya penyerahan barang di awal akad dan pembayaran
32Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syri’ah dari Teori ke Praktik, 103-104.
33 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisi Fiqih dan Keuangan, 117.
MURĀBAḤAH
JENIS
Tanpa pesanan
Berdasar kan pesanan
Mengikat
Tidak mengikat CARA PEMBAYARAN
39
kemudian (setelah awal akad), baik dalam bentuk angsuran maupun dalam
bentuk lump sum (sekaligus).34
Berdasarkan sumber yang digunakan, pembiayaan mura>bah}ah
secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok:35
1. Pembiayaan mura>bah}ah yang didanai dengan URIA (Unresttricted
Investment Account = investasi tidak terikat).
2. Pembiayaan mura>bah}ah yang didanai dengan RIA (Restricted
Investment Account = investasi terikat).
3. Pembiayaan mura>bah}ah yang didanai dengan modal.
5. Pengertian Waka>lah
Secara bahasa waka>lah adalah At-Tafwidh (penyerahan).36
Sedangkan secara istilah waka>lah adalah penyerahan sesuatu oleh
seseorang yang mampu dikerjakan sendiri sebagian dari suatu tugas yang
bisa diganti, kepada orang lain, agar orang itu mengerjakannya semasa
hidupnya.37
Adapun definisi waka>lah menurut para ulama’ diantaranya:38
1. Menurut Ahmad mengemukakan waka>lah adalah seorang yang
menyerahkan suatu urusannya kepada orang lain yang dibolehkan oleh
34Ibid.,
35Ibid.,
36Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Ringkasan Fiqih Lengkap (Jakarta: PT Darul Falah,
2005), 568.
37 Abu Bakar Muhamma, Fiqih Islam (Surabaya: Karya Abditama, 1995), 163.
syara’, agar yang diwakilkan mengerjakan apa yang harus dilakukan
dan berlaku selama yang mewakilkan masih hidup.
2. Menurut al-Jazairiwaka>lah adalah permintaan perwakilan oleh
seseorang kepada orang yang bisa mengantikan dirinya dalam hal-hal
yang perwakilan diperbolehkan di dalamnya, misalnya dalam jual beli
dan sebagainya. Masing-masing dari wakil dan muwakkal (orang yang
diwakili) disyaratkan berakal sempurna.
3. Menurut Firdaus waka>lah adalah akad pemberian kuasa kepada
penerima kuasa untuk melaksanakan suatu tugas atas nama pemberi
kuasa.
Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa waka>lah adalah
pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal-hal
yang diwakilkan.
6. Landasan Hukum Waka>lah
Islam mensyari’atkan waka>lah dikarenakan para manusia pasti
akan sangat membutuhkannya. Tidak setiap orang mempunyai
kemampuan atau kesempatan untuk menyelesaikan segala urusannya
sendiri. Pada suatu kesempatan, seorang perlu mendelegasikan suatu
pekerjaan kepada orang lain untuk mewakili dirinya. Terdapat sejumlah
ayat-ayat Al-qur’an dan al-hadits yang menjadi dasar hukum waka>lah.
1. Al-qur’an
41
ْ وَأْا م وَ يْاَْ ثِبَلْاوُلاَقْ ْ مُت ثِبَلْ مَكْ مُهْ ِمْ لِئاَقَْلاَقْْۚ مُهَ يَ بْاوُلَءاَسَتَ يِلْ مُاَ ثَعَ بَْكِلَٰذَكَو
ِْةَْيِدَم لاْ ََِإِِْذَْٰ مُُِقِرَوِبْ مُكَدَْحَأْاوُثَع باَفْ مُت ثِبَلْاَُِِْمَل عَأْ مُُبَرْاوُلاَقْْْۚ م وَ يَْض عَ ب
اْ دَحَأْ مُُِبْنَرِع شُيْ َََوْ فطَلَ تَْ ي لَوُْه ِمْ ق زِرِبْ مَُُِ أَي لَ فْا ماَعَطْٰىَك زَأْاَه يَأْ رُظ َ ي لَ ف
“Dan Demikianla