PENERAPAN STRATEGI TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT)
BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS IV SDI PLUS AL AZHAR MOJOKERTO
SKRIPSI
Oleh: RESTU DARA NIM. D07212031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
vi
ABSTRAK
Restu Dara. Penelitian Tindakan Kelas, 2016. Penerapan Strategi TGT (Teams Games Tournament) Berbantuan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IV SDI Plus Al Azhar Mojokerto. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya. Pembimbingan Sihabuddin, M.Pd.I, M.Pd
Dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di kelas IV SDI Plus Al Azhar Mojokerto menunjukkan bahwa minat belajarnya dalam kategori sedang yaitu 27,77%, hal ini dibuktikan dengan hasil observasi penelitian, dari 18 siswa hanya 5 siswa yang memiliki yang antusias mempelajari tentang dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Penyebabnya adalah pelajaran ini diajarkan tanpa menggunakan media ataupun metode khusus. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan strategi TGT.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu, 1. Untuk mengetahui penerapan strategi TGT berbantuan media audio visual dalam meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran SKI materi mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, 2. Untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa kelas IV SDI Al Azhar Plus Mojokerto pada mata pelajaran SKI materi tentang mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya setelah menggunakan strategi TGT. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah pokok, yaitu: 1. Perencanaan (Planning), 2. Aksi atau tindakan (Acting), 3. Observasi (Observing), 4. Refleksi (Reflecting). Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDI Plus Al Azhar, dengan jumlah 18 siswa. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dengan menggunakan instrumen lembar aktivitas guru dan lembar aktivitas siswa, wawancara menggunakan instrumen pedoman wawancara dan angket menggunakan instrumen butir-butir angket.
vii
presentase 11,11%, siklus I hanya 27,77%. Kemudian angket minat belajar siswa meningkat pada siklus II mencapai persentase 88,88%. Sehingga terjadi peningkatan persentase minat belajar kategori tinggi dan sangat tinggi dari siklus I ke siklus II sebesar 61.11%.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN MOTTO ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR GRAFIK ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN …………...………..………. xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tindakan yang Dipilih ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
xii
F. Signifikansi Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN TEORI A. Minat Belajar ... 11
B. Strategi TGT (Teams Games Tournament) ... 18
C. Tinjauan tentang Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 32
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ... 41
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 44
C. Variabel yang diselidiki ... 45
D. Rencana Tindakan ... 46
E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 52
F. Indikator Kinerja ... 55
G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian tentang Penerapan Strategi TGT Berbantuan Media Audio Visual pada Mata Pelajaran SKI Materi Mengenal Dakwah Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabatnya ... 58
B. Hasil Penelitian tentang Peningkatan Minat Belajar Siswa Kelas IV SDI Plus Al Azhar Mojokerto Setelah Digunakan Strategi TGT ... 69
xiii
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ... 77
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 81
RIWAYAT HIDUP ... 82
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik
4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 99
4.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa ... 100
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Profile dan Data Sekolah
Lampiran 2 : RPP Siklus 1 dan Siklus 2
Lampiran 3 : Butir Angket Minat Belajar Siklus I
Lampiran 4 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I
Lampiran 5 : Lembar Observasi Lampiran Guru Siklus II
Lampiran 6 : Butir Angket Minat Belajar Siklus I
Lampiran 7 : Butir Angket Minat Belajar Siklus II
Lampiran 8 : Butir Angket Minat Belajar Siklus II
Lampiran 9 : Lembar Validasi Dokumen RPP
Lampiran 10 : Instrumen Validasi Lembar Observasi Aktifitas Guru Siklus I
Lampiran 11 : Instrumen Validasi Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus I
Lampiran 12 : Lembar Validasi Angket Minat Belajar Siswa
Lampiran 13 : Lembar Validasi Butir Soal
Lampiran 14 : Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus I
Lampiran 15 : Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus II
Lampiran 16 : Format Panduan Wawancara Kepada Guru
Lampiran 17 : Format Panduan Wawancara Kepada Siswa
Lampiran 18 : Format Panduan Wawancara Kepada Siswa
Lampiran 19 : Dokumentasi Foto
Lampiran 20 : Pedoman Penskoran Angket Minat
Lampiran 21 : Hasil Observasi Guru Siklus I
Lampiran 22 : Hasil Observasi Siswa Siklus I
xviii
Lampiran 24 : Hasil Observasi Siswa Siklus II
Lampiran 25 : Data Minat Belajar Pra Siklus
Lampiran 26 : Data Minat Belajar Siklus I
Lamoiran 27 : Data Minat Belajar Siklus II
Lampiran 28 : Surat Keterangan Sekolah
Lampiran 29 : Surat Keterangan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah kebudayaan Islam merupakan ilmu pengetahuan yang
berkenaan dengan kronologi berbagai peristiwa pada zaman perdaban
kebudayaan Islam. Pelajaran sejarah kebudayaan Islam diajarkan pada
jenjang sekolah salah satunya jenjang sekolah dasar. Salah satu materi yang
dipelajari yaitu materi tentang mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW dan
para sahabatnya. Di Mekah terdapat para pengabdi ka`bah dan pengurus
berhala yang dianggap suci oleh seluruh bangsa Arab. Oleh karena itu
berdakwah untuk menyiarkan agama Islam sangat sulit dilakukan di Mekah.
Banyak sekali orang yang menghalangi dakwah tersebut. Nabi Muhammad
SAW mulai berdakwah setelah medapat wahyu surah al mudatsir ayat 1-7,
dengan adanya halangan yang begitu besar Nabi melakukan dakwah Islam
untuk pertama kalinya hanya kepada orang-orang terdekat saja yaitu keluarga
dan sahabat-sahabat beliau.
Mengingat pentingnya manfaat dari mempelajari materi tersebut, siswa
diharapkan mampu mempelajari materi SKI dengan baik. Sebagaimana tujuan
pendidikan nasional yang termuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan pasal
3 menyebutkan, bahwa:1
1
2
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan diatas, guru memiliki peranan yang penting
dalam proses pembelajaran. Guru yang mampu mengarahkan dan
menyampaikan materi kepada siswa dan siswa mampu memahaminya dengan
baik. Tidak hanya dalam jangka waktu pendek namun juga dalam jangka
waktu yang lama dan mampu menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagaimana hasil wawancara dan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti bahwa siswa kurang adanya minat dalam mempelajari
pelajaran SKI materi mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya. Siswa terlihat kurang aktif saat pembelajaran dan kurang adanya
ketertarikan pada materi yang sedang dipelajari. Hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu:
3
2. Kurang adanya bukti kongkrit yang dapat dimengerti oleh siswa terutama
saat mempelajari dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya
sehingga siswa kurang berminat dengan materi yang diajarkan.2
Hasil angket minat siswa pra siklus menunjukkan adanya minat yang
sedang pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam. Bila dihitung secara
keseluruhan, minat siswa terhadap pembelajaran SKI mencapai 11,11%
dengan kriteria rendah. Berdasarkan hasil angket minat belajar yang
menunjukkan minat siswa yang tergolong sedang terhadap sejarah
kebudayaan Islam, maka sangat besar kesempatan untuk mengoptimalkan
kemampuan siswa untuk mencapai tujuan yang maksimal. Untuk memberikan
nilai akhir pada angket penerapan strategi TGT dalam minat belajar. Hasil
dari angket siswa siklus I 27,77%, hal tersebut masuk dalam kategori sedang.
Dengan demikian, minat siswa pada siklus I adalah sedang dan itu perlu
ditingkatkan. Sedangkan pada hasil angket siklus II, siswa merespon dengan
baik ketika guru memberikan apersepsi dan siswa juga menyimak. Dalam
berkelompok, siswa kurang aktif dalam menyelesaikan sebuah soal yang
diberikan guru dan didominasi oleh siswa yang pandai saja. Dengan
demikian pada saat pembelajaran mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW
dan para sahabatnya, siswa merasa kurang tertarik dan bersemangat dalam
proses belajar mengajar tersebut. Hasil dari angket atau respon siswa siklus II
berjumlah 88,88%, hal tersebut masuk dalam kategori sangat tinggi. Dari
hasil diatas, dapat diketahui prosentase pada angket minat siswa kategori
2
4
tinggi dan sangat tinggi siklus I menuju pada siklus II telah mengalami
peningkatan dengan selisih 61,11%. Dari 18 siswa yang terdiri dari 7 siswa
perempuan dan 11 siswa laki-laki kelas IV SDI Plus Al Azhar Plus Mojokerto
hanya 27,77% kriteria sedang siswa yang berminat untuk mempelajari mata
pelajaran SKI tentang dakwah Nabi Muhammad SAW yaitu pada kompetensi
dasar menjelaskan dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Hasil wawancara terkait masalah pada saat siswa masih belum memahami
materi pembelajaran yang telah di jelaskan, jadi kebanyakan dari siswa masih
banyak yang merasa kebingungan. Faktor yang mempengaruhi pada saat
menjelaskan materi dengan suara yang tidak keras, maka siswa kurang
konsentrasi saat materi dijelaskan.
Meninjau berbagai pertimbangan diatas untuk meningkatkan minat
belajar siswa dalam mempelajari SKI, peneliti berupaya memberikan
alternatif yang cocok yaitu menggunakan strategi TGT (Teams Games
Tournament) berbantuan media audio visual. Dikarenakan dengan
menggunakan strategi TGT (Teams Games Tournament) berbantuan media
audio visual siswa mampu aktif dan ikut terlibat langsung dalam kegiatan
belajar mengajar. Dengan melalui media audio visual yang berupa tayangan
video dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya siswa akan
merasa tertarik untuk mempelajari sejarah kebudayaan Islam dan siswa lebih
fokus pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Strategi ini sesuai
dengan karakter siswa pada tingkat dasar dan memiliki dimensi kegembiraan
5
berlomba-lomba untuk mendapatkan skor terbanyak. Kelompok dengan skor
terbanyak akan diberi reward atau penghargaan. Siswa dapat melihat dan
terlibat dalam proses belajar yang dipelajari agar siswa lebih aktif pada saat
kegiatan pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “PENERAPAN STRATEGI TGT
(TEAMS GAMES TOURNAMENT) BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA
DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
KELAS IV SDI PLUS AL AZHAR MOJOKERTO”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah sebagaimana disebutkan diatas
timbulah permasalahan yang jika di rumuskan berkisar pada pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan strategi TGT berbantuan media audio visual pada
mata pelajaran SKI materi mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW
dan para sahabatnya?
2. Bagaimana peningkatan minat belajar siswa kelas IV SDI Al Azhar
6
C. Tindakan yang Dipilih
Tindakan yang dipilih untuk mengatasi permasalahan rendahnya minat
dalam mempelajari mata pelajaran SKI materi mengenal dakwah Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya, dengan menerapkan strategi TGT
(Teams Games Tournament) berbantuan media audio visual pada siswa kelas
IV SDI Al Azhar Plus Mojokerto. Penelitan ini dilakukan dengan 2 siklus
yang setiap siklusnya terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
Kesesuaian Strategi TGT dengan karakteristik siswa kelas IV SDI Al
Azhar Plus Mojokerto yaitu TGT memiliki dimensi kegembiraan yang
diperoleh dari penggunaan permaianan. Teman satu tim akan saling
membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari
lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi
sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu,
memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Karakteristik mereka
senang bermain dan lebih suka bergembira/riang. Mereka belajar dengan cara
mengikuti atau berinisiatif dari apa yang temannya/orang lain dapat. Dari
adanya strategi TGT siswa menjadi senang bekerja dalam kelompok, dari
pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak belajar dalam aspek-aspek yang
penting dalam proses sosialilsasi seperti: belajar memenuhi aturan-aturan
kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya
dilingkungan, belajar bertanggung jawab, belajar bersaing dengan orang
7
Kesesuaian strategi TGT dengan materi pelajaran SKI yaitu mata
pelajaran SKI selain mengkaji sejarah yang bersangkutan dengan aspek
pengetahuan, maka ia juga mengajarkan aspek sikap, misalnya tentang
berbagai usaha yang dilakukan para khalifah dalam bidang ilmu pengetahuan
dan seni, sehingga siswa mampu mencontoh tentang kegigihan cara menuntut
ilmu dan mengembangkannya sehingga bermanfaat bagi umat.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini pada pokoknya untuk menentukan jawaban di atas
masalah-masalah yang telah di kemukakan pada rumusan masalah tersebut.
Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan strategi TGT berbantuan media audio visual
dalam meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran SKI materi
mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
2. Untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa kelas IV SDI Al Azhar
Plus Mojokerto pada mata pelajaran SKI materi tentang mengenal
dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya setelah
8
E. Lingkup Penelitian
Pada kali ini peneliti membatasi ruang lingkup penelitian pada mata
pelajaran sejarah kebudayaan islam kelas IV B di SDI Al Azhar Plus
Mojokerto seperti berikut:
1. Materi Mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya
KD : Menjelaskan dakwah Nabi Muhammad SAW beserta para
sahabatnya
Indikator : Mampu menjelaskan cara dakwah Nabi Muhammad SAW
beserta para sahabatnya
2. Peranan strategi TGT (Teams Games Tournament) Berbantuan Media Audio Visual.
Teams Games Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Dalam TGT,
para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat
orang yang homogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja
dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah
menguasai pelajaran. TGT memiliki dimensi kegembiraan yang
diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling
membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan
mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu
sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya
tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab
9
Permainan TGT berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada
kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah
kartu dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
angka yang tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk
menyumbangkan skor-skor maksimal buat kelompoknya. Turnamen ini
juga dapat digunakan sebagai review materi pelajaran. Dalam
Implementasinya secara teknis Slavin mengemukakan empat langkah
utama dalam pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus
regular dari aktivitas pembelajaran, sebagai berikut:
Step 1 : Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan
materi pelajaran.
Step 2 : Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan
dalam tim mereka untuk menguasai materi.
Step 3 : Turnamen, para siswa memainkan game akademik
dalam kemampuan yang homogen.
Step 4 : Rekognisi Tim, skor tim dihitung berdasarkan skor
turnamen anggota tim dan tim tersebut akan direkognisi
apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya.
3. Minat belajar yang diperoleh siswa pada materi sejarah kebudayaan
10
Minat belajar merupakan kecenderungan seseorang yang berasal
dari luar maupun dalam sanubari yang mendorongnya untuk merasa
tertarik terhadap suatu hal sehingga mengarahkan perbuatannya kepada
suatu hal tersebut dan menimbulkan perasaan senang. Menurut Dinar
Barokah, beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang
tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas maupun
dirumah yaitu:
a. Perasaan Senang
b. Ketertarikan Siswa
c. Keterlibatan Siswa
d. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik
e. Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran3
F. Signifikansi Penelitian
Ditinjau dari segi penggunaannya, penelitian ini memiliki manfaat
secara umum dan khusus:
1. Manfaat secara umum
a. Kegiatan dalam pembelajaran SKI di SDI Al Azhar Plus Mojokerto
menjadi lebih menyenangkan dan menarik.
b. Ditemukan strategi pembelajaran baru yang tepat dan inovatif, yang
dapat digunakan untuk guru ketika mengajar.
2. Manfaat secara khusus
3
11
a. Bagi peserta didik, lebih mudah menerima dan memahami materi
yang disampaikan oleh guru. Dan dapat meningkatkan keaktifan
siswa untuk lebih aktif dan berpartisipasi dalam berlangsungnya
proses pembelajaran.
b. Bagi guru, mendapat variasi strategi baru dalam pelaksanaan
pembelajaran nantinya dapat diterapkan sehingga siswa menjadi
lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.
c. Bagi penulis, penulis mendapatkan pengetahuan dan wawasan lebih
dalam menulis karya ilmiah serta landasan yang kuat dalam
mengajarkan mata pelajaran SKI materi mengenal dakwah Nabi
12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Minat Belajar
1. Pengertian Minat Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Sekarang timbul pertanyaan apakah belajar itu sebenarnya? Samakah
belajar dengan latihan, dengan menghafal, dengan pengumpulan fakta, dan
studi? Tentu saja terhadap pertanyaan tersebut banyak pendapat yang
mungkin satu sama lain berbeda. Misalnya ada yang berpendapat bahwa
belajar merupakan suatu kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta. Sejalan
dengan pendapat ini, maka seorang yang telah belajar akan ditandai
dengan banyaknya fakta-fakta yang dapat dihafalkan.
Guru yang berpendapat demikian akan merasa puas jika siswa-siswa
telah sanggup menghafal sejumlah fakta di luar kepala, pendapat lain
mengatakan bahwa belajar adalah sama saja dengan latihan, sehingga
hasil-hasil belajar akan tampak dalam keterampilan-keterampilan tertentu
sebagai hasil latihan. Untuk banyak memperoleh kemajuan, seseorang
harus dilatih dalam berbagai aspek tingkah laku sehingga diperoleh suatu
13
mahir dalam matematika, maka ia harus banyak dilatih mengerjakan
soal-soal latihan. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi
tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar, dan setiap orang
mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar. Misalnya seorang
guru yang mengartikan belajar sebagai kegiatan menghafalkan fakta, akan
lain cara mengajarnya dengan guru lain yang mengartikan bahwa belajar
sebagai suatu proses penerapan prinsip.1
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar
diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya,
dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat
tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap
sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta
mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu
merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun
minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat
mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan
1
14
membantu seseorang mempelajarinya. Mengembangkan minat terhadap
sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana
hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan
dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada
siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi
dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.
Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai
beberapa tujuan yang dianggap penting, dan bila siswa melihat bahwa
hasil dari kemungkinan besar ia akan berminat (bermotivasi) untuk
mempelajarinya.2
2. Meningkatkan Minat Siswa
Beberapa Ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling
efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah
dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Misalnya siswa
menaruh minat pada olahraga balap mobil. Sebelum mengerjakan
percepatan gerak, pengajaran dapat menarik perhatian siswa dengan
menceritakan sedikit mengenai balap mobil yang baru saja berlangsung,
kemudian sedikit demi sedikit diarahkan ke materi pelajaran yang
sesungguhnya. Disamping memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner &
Tanner menyarankan agar para pengajar juga berusahan membentuk
minat-minat baru pada diri siswa. Ini dapat dicapai dengan jalan
2
15
memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan
pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu,
menguaraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang.
Rooijakkers berpendapat hal ini dapat pula dicapai dengan cara
menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang
sudah diketahui kebanyakan siswa. Siswa, misalnya, akan menaruh
perhatian pada pelajaran tentang gaya berat, bila hal itu dikaitkan dengan
peristiwa mendaratnya manusia pertama di bulan.
Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat memakai
insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat
yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang
tidak mau melakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik.
Diharapkan pemberian insentif akan membangkitkan motivasi siswa, dan
mungkin minat terhadap bahan yang diajarkan akan muncul. Studi-studi
eksperimental menunjukkan bahwa siswa-siswa yang secara teratur dan
sistematis diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena
perbaikan dalam kualitas pekerjaannya, cenderung bekerja lebih baik
daripada siswa-siswa yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaannya
yang buruk atau karena tidak ada kemajuan. Menghukum siswa karena
hasil kerjanya yang buruk tidak terbukti efektif, bahkan hukuman yang
terlalu kuat dan sering lebih menghambat belajar. Tetapi hukuman yang
ringan masih lebih baik dari pada tidak ada perhatian sama sekali.
16
Insentif apa pun yang dipakai perlu disesuaikan dengan diri siswa
masing-masing.3 Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat
hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan,
begitu juga minat sehingga tepatlah kalau miant merupakan alat motivasi
yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan
minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara
sebagai berikut:4
1. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
2. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
3. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
4. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
Menurut Slameto siswa yang berminat dalam belajar mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari seacara terus menerus.
2. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
3. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang
diminati.
4. Ada rasa keterkaitan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.
5. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya dari pada yang
lainnya.
3
Slameto,Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi,(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal.180
4
17
6. Dimanifestasikan melalui partisispasi pada aktivitas dan kegiatan.5
Minat belajar merupakan kecenderungan seseorang yang berasal
dari luar maupun dalam sanubari yang mendorongnya untuk merasa
tertarik terhadap suatu hal sehingga mengarahkan perbuatannya kepada
suatu hal tersebut dan menimbulkan perasaan senang. Menurut Dinar
Barokah, beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang
tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas maupun
dirumah yaitu:6
1. Perasaan Senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap
suatu mata pelajaran, maka siswa tersebut akan terus mempelajari
ilmu yang disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada siswa
untuk mempelajari bidang tersebut.
2. Ketertarikan Siswa
Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung
merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa
pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
3. Perhatian dalam belajar
Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap
pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari
5
Slameto,Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi,(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal.58
6
18
pada itu. Siswa yang memiliki minat belajar pada objek tertentu,
dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut.
4. Keterlibatan Siswa
Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang
tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan
kegiatan dari objek tersebut.
5. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik
Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena
faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya
terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya,
teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik. Walaupun demikian
lama-kelamaan jika siswa mampu mengembangkan minatnya yang
kuat terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang
berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata.
6. Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran
Selain adanya perasaan senang, perhatian dalam belajar dan juga
bahan pelajaran serta sikap guru yang menarik. Adanya manfaat dan
fungsi pelajaran juga merupakan salah satu indikator minat. Karena
19
B. Strategi TGT (Teams Games Tournament) 1. Pengertian Strategi TGT
Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai
edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan
peserta didik. Interaksi bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar
pembelajaran yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Nah untuk memahami konsep strategi
pembelajaran, pendekatan, strategi, metode, teknik dan model
pembelajaran, prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran, dan
implementasi belajar pembelajaran, dan implementasi belajar
pembelajaran, ikuti uraian berikut.
Jika dicermati, pengertian strategi pembelajaran ada tiga unsur yang
perlu kita pahami bersama, yakni istilah strategi, belajar dan pembelajaran.
Istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia kemiliteran. Strategi
berasal dari bahasa yunani strategos yang berarti “jenderal” atau “panglima”, sehingga strategi diartikan sebagai ilmu kejenderalan atau
ilmu kepanglimaan. Strategi dalam pengertian kemiliteran ini berati cara
penggunaan seluruh kekuatan militer untuk mencapai tujuan perang.
Pengertian strategi tersebut kemudian diterapkan dalam dunia pendidikan,
yang dapat diartikan sebagai suatu seni dan ilmu untuk membawakan
pengajaran dikelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang ditetapkan dapat
dicapai secara efektif dan efisien.7 Secara umum strategi mempunyai
7
20
pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar
mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru
peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut T. Raka Joni strategi sebagai pola
dan urutan umum perbuatan guru siswa dalam mewujudkan kegiatan
belajar mengajar yang telah ditetapkan. Strategi belajar mengajar menurut
J.R. David dalam W. Gulo ialah “ a plan, method, or series of activities designed to a chieves a particular education goal”. menurut pengertian ini strategi belajar mengajar meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan
yang direncakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Untuk melaksanakan suatu strategi tertentu diperlukan seperangkat
metode pengajaran. Suatu program pengajaran yang diselenggarakan oleh
guru dalam satu kali tatap muka, bisa dilaksanakan dengan berbagai
metode seperti ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan diskusi.
Keseluruhan metode termasuk media pembelajaran yang digunakan untuk
menggambar strategi pembelajaran. Strategi dapat diartikan sebagai “ a
plan of operation achieving something “,rencana kegiatan untuk mencapai
sesuatu, sedangkan metode adalah ” a way in achieving something “, cara
untuk mencapai sesuatu. Lebih lanjut Atwi Suparman menyatakan bahwa
strategi/model pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan,
cara pengorganisasian materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dari
21
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dari beberapa
pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
adalah urutan kegiatan yang sistematik, pola-pola umum kegiatan guru
yang mencakup tentang urutan kegiatan pembelajaran, untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Hal ini mencakup:8 (1) Urutan kegiatan
pembelajaran. (2) Metode pembelajaran. (3) Media pembelajaran. (4)
Waktu yang digunakan oleh guru dalam menyelesaikan setiap langkah
kegiatan pembelajaran.
Strategi TGT (Teams Games Tournament) yaitu penerapan model dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa
sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja
sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam
kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka,
ramah, lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja
kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Jika
waktunya memungkinkan strategi TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa
pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah uas.
Teams Games Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries dan Keith Edwards. Dalam TGT, para siswa
dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang
8
22
heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim
mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai
pelajaran. Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki
prosedur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran
kooperatif. Games Tournament dimasukkan sebagai tahapan review
setelah setelah siswa bekerja dalam tim (sama dengan TPS). Dalam TGT
siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk
menyumbangkan poin bagi skor timnya.
Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “meja
-turnamen”, di mana ketiga peserta dalam satu meja turnamen ini adalah
para siswa yang memiliki rekor nilai terakhir yang sama. Sebuah prosedur
“menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Peraih rekor
tertinggi dalam tiap meja turnamen akan mendapatkan 60 poin untuk
timnya, tanpa menghiraukan dari meja mana ia mendapatkannya. Ini
berarti bahwa mereka yang berprestasi rendah (bermain dengan yang
berprestasi rendah juga) dan yang berprestasi tinggi (bermain dengan yang
berprestasi tinggi) kedua-duanya memiliki kesempatan yang sama untuk
sukses. Tim dengan tingkat kinerja tertinggi mendapatkan sertifikat atau
bentuk penghargaan tim lainnya.
2. Langkah-Langkah Strategi TGT
TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari
23
mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar
kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi
sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh
membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.
Permainan TGT berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada
kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah kartu-kartu
dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka
yang tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk
menyumbangkan skor-skor maksimal buat kelompoknya. Turnamen ini
juga dapat digunakan sebagai review materi pelajaran. Dalam
Implementasinya secara teknis Slavin mengemukakan empat langkah
utama dalam pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus
regular dari aktivitas pembelajaran, sebagai berikut:
Step 1: Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan
materi pelajaran.
Step 2: Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar
kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi.
Step 3: Turnamen, para siswa memainkan game
akademik dalam kemampuan yang heterogen.
Step 4: Rekognisi Tim, skor tim dihitung berdasarkan
skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut
akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui
24
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa
heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah
memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja
individual atau diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan
kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi
nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan yaitu
dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut, santun, dan ada
sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok
sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa
dilakukan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu
sesudah uas menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai
berikut:9
a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan
informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan.
b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap
meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja 1 diisi
oleh siswa dengan level tertinggi tiap kelompok dan seterusnya
sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah.
Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil
kesepakatan kelompok.
c. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil
kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan
9
25
mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit).
Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa
dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu
dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen
sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar)
superior, good, medium.
d. Mumpung, pada turnamen kedua (begitu juga turnamen
ketiga-keempat dst), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja
turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam
kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja
turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor
individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.
Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran strategi TGT Riset tentang
pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak
dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari
tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa
metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok
dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa.
Struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya
cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika
kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu teman
26
mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal. yang
cocok untuk semua materi, situasi dan anak. Setiap model pembelajaran
memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses
implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran.
Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon
beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini,
pembelajaran kooperatif dengan strategi TGT, memiliki keunggulan dan
kelemahan dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian minat
belajar dan efek psikologis bagi siswa. Slavin, melaporkan beberapa laporan
hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian
belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan
pembelajaran TGT, sebagai berikut:
Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh
teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari
pada siswa yang ada dalam kelas tradisional. Meningkatkan perasaan/persepsi
siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya
pada keberuntungan. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi
tidak untuk rasa harga diri akademik mereka. TGT meningkatkan
kekooperatifan terhadap yang lain (kompetisi yang lebih sedikit). Keterlibatan
siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang
lebih banyak. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada
remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau
27
pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai
individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian
khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara
individual.
3. Pengertian Media Audio Visual
Peratuaran pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa “Setiap satuan
pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabotan, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Media
pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang
mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan
media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian
guru sebagai fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Oleh karena itu tiap-tiap pendidik perlu mempelajari bagaimana
menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian
tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Pada kenyataannya
media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan,
diantaranya: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar bagi
guru sebagai pendidik, kesulitan untuk mencari model dan jenis media
yang tepat, ketiadaan biaya yang sebagian dikeluhkan, dan lain-lain. Hal
28
pengetahuan dan ketrampilan mengenai media pembelajaran. Banyak
kalangan mendefinisikan tentang media secara umum, namun ada yang
lebih spesifik dalam mengartikan media dan media pembelajaran. Media
pembelajaran terdiri dari dua kata yaitu media dan pembelajaran.
a. Media
Kata media berasal dari bahasa latin, medius, yang secara hafiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi
dari sumber informasi kepada penerima informasi. Beberapa
pakar/ahli media menyatakan definisi media dengan berbagai
batasan-batasan tertentu. Gagne mengartikan media sebagai berbagai
jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dpaat merangsang
siswa untuk belajar. Sedangkan, Heinich, Molenda, dan Russel
menyatakan bahwa: “Media adalah saluran komunikasi termasuk
film, televisi, diagram, materi tercetak, komputer, dan instruktur”.
AECT (Assosiation of Education and Communication Technology) memberikan batasan media sebagai segala bentuk saluran yang
dipergunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. NEA
(National Education Assosiation) memberikan batasan media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak, audio visual, serta
peralatannya. Gagne: “Media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar”. Briggs:
29
merangsang siswa untuk belajar”. Dari beberapabatasan diatas maka
dapat disimpulkan bahwa media merupakan segala sesuatu yang
dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang
pikiran, membangkitkan semangat, perhatian, dan kemajuan siswa
sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri
siswa.
b. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan bentuk jamak dari kata belajar yang
mempunyai kata dasar ajar. Ajar menurut KBBI petunjuk yang
diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut), belajar
merupakan suatu usaya untuk memperoleh kepandaian/ilmu. Istilah
pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru/pendidik untuk
membuat para peserta didik melakukan proses belajar. Kegiatan
pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan
belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil
jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang
guru tidak akan mewakili belajar siswanya. Seorang siswa belum
dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam
satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar. Masih banyak cara
lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar. Peran
yang seharusnya dilakukan oleh guru adalah mengusahakan agar
setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber
30
c. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam
pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta
sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan
belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar
dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi
belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan
dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan
oleh media meskipun tanpa keberadaan guru. Brown
mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas
pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi
sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat
bantu visual. Sekitar ke-20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi
dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejarah dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini
penggunaan alat bantu atau media pembelajaran semakin luas dan
interaktif, seperti adanya komputer dan internet. Sedangkan NEA
mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah “Sarana
komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk
31
Latuhera, menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan,
alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan
maksud agar proses interaksi komunikasi pendidikan antara guru dan
siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang
pikiran, perasaan dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong
terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.10 Media audio visual
yaitu media yang tidak hanya dapat dipandang atau diamati tetapi juga
dapat didengar. Jenis media ini, antara lain televisi dan video kaset.11
4. Langkah-Langkah Menggunakan Media Audio Visual
Tahapan yang perlu ditempuh dalam media audio visual adalah
persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil. Kreasi apapun,
guru perlu dengan matang, dalam keempat tahap tersebut.
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan
perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan
menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.
10
Nunuk Suryani, Leo Agung,Strategi Belajar Mengajar,(Yogyakarta: Ombak, 2012), hal.134-137
11
32
b. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan
materi belajar yang baru dengan cara melibatkan panca indera, dan
cocok untuk semua gaya belajar. Hal-hal yang dapat dilakukan guru:
1) Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan
2) Pengamatan fenomena dunia nyata
3) Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh
4) Presentasi interaktif
5) Grafik dan sarana yang presetasi berwarna-warni
c. Tahap penampilan Hasil (Tahap Penutup)
Pada tahap ini hendaknya membantu siswa menerapkan dan
memperluas pengetahuan atau minat baru mereka pada pekerjaan
sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus
meningkat. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:
1) Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera
2) Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
3) Pelatihan terus menerus
Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan media audio visual yang
berupa contoh televisi dalam hal penggunaan saat pembelajaran:12
1. Fungsi televisi:
a) Memberikan pengalaman belajar secara visual, maupun secara audial.
b) Menumbuhkan minat peserta didik terhadap pelajaran.
12
[image:48.595.138.514.198.568.2]
33
2. Kelebihan media televisi:
a) Memberikan pengalaman belajar yang sama kepada setiap peserta
didik yang menontonnya.
b) Peserta didik dapat mengetahui kejadian-kejadian di tempat lain.
c) Peserta didik memperoleh pengalaman belajar baru.
3. Kekurangan media televisi:
a) Media TV memungkinkan peserta didik lalai dan kehilangan
perhatian.
b) Media TV membuat peserta didik pasif.
C. Tinjauan tentang Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam 1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
a. Pengertian Sejarah
Sejarah dalam bahasa Arab, tarikhatauhistory (Inggris), adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan kronologi berbagai
peristiwa.13 Definisi serupa diungkapkan oleh Abd. Ar-Rahman
As-Sakhawi bahwa sejarah adalah seni yang berkaitan dengan
serangkaian anekdot yang berbentuk kronologi peristiwa. Secara
teknis formula, Nisar Ahmad Faruqi menjelaskan formula yang di
gunakan di kalangan sarjana Barat bahwa sejarah terdiri atas (man +
time+space=history). Sejarahwan Louis Gottschalck dalam bukunya
13
34
Understanding History: a prime of Historical Method, menjelaskan pengertian sejarah.
Sejarah dalam bahasa Inggris history berasal dari kata benda Yunani Istoria yang berarti ilmu.Dalam penggunaannya oleh filosofi Yunani, Aristoteles, istoria berarti suatu penjelasan sistematis mengenai seperangkat gejala alam, baik susunan kronologi yang
merupakan faktor atau tidak di dalam penjelasan. Penggunaan itu,
meskipun jarang, masih tetap hidup di dalam bahasa Inggris di dalam
sebutan natural history. Akan tetapi, dalam perkembangan zaman, kata latin sama artinya scientia, lebih sering dipergunakan untuk menyebutkan penjelasan sistematis nonkronologis mengenai gejala
alam: sedangkan kata istoria biasanya dipergunakan bagi penjelasan mengenai gejala-gejala (terutama hal ihwal manusia) dalam urutan
kronologis. Adapun menurut definisi yang umum, kata history kini berartimasa lampau umat manusia14.
b. Pengertian Kebudayaan
Dalam Oxford Advanced Learnner’s Dictionnary of Current
English, diuraikan bahawa kata kebudayaan semakna dengan culture
yang memiliki pengertian beragam. Pengertian culture di atas dapat dipahami bahwa kebudayaan adalah pembengunan yang didasarkan
pada kekuatan manusia, baik pembangunan jiwa, pikiran dan
semangat melalui latihan dan pengalaman: bukti nyata pembangunan
14
35
intelektual, seperti seni dan pengetahuan, atau perkembangan
intelektual di antara budaya orang, bahwa kebudayaan adalah semua
seni, kepercayaan institusi sosial, seperti karakteristik masyarakat,
suku dan sebagainya, mengolah pertanian sampai pada tingkat
teknologi biologi bakteri. Secara singkat dan sederhana, sebagaimana
dipahami secara umum, kebudayaan adalah “semua hasil karya, rasa
dan cipta masyarakat”.15 Karya masyarakat menghasilkan teknologi
dan kebudayaan kebendaan (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta
hasilnya dapat digunakan untuk keperluan masyarakat. Rasa yang
meliputi jiwa manusia, mewudjudkan segala kaidah dan nilai-nilai
sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan
dalam arti yang luas. Agama, ideologi, kebatinan, dan kesenian yang
merupakan hasil ekspil jiwa manusia yang hidup sebagai anggota
masyarakat, termasuk di dalamnya.16
c. Pengertian Islam
Adapun pengertian Islam dapat dilihat dari dua sudut pandang.
Pertama, dari sudut bahasa, dan kedua dari sudut Istilah. Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama, yuslimu islaman, yang arti berserah diri, patuh, tunduk, pengikat diri, damai, selamat, dan
sentosa. Pengertian ini sejalan dengan misinya, yang pada intinya
mengajak manusia agar berserah diri, patuh, dan tunduk kepada Allah
15
Selo Soemardjan, Soelaiman Soemardi,Setangkai Bunga Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964), hal.113
16
36
SWT, serta mengikat diri dengan berbagai ketentuan dan aturan Allah
SWT, dalam rangka memperoleh kehidupan yang damai, selamat di
dunia dan akhirat, serta sentosa selama-lamanya. Pengertian Islam
yang demikian itu sama dengan misi yang dibawa oleh para Nabi dan
Rasul-Nya, dari sejak Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad SAW.
Pengertian Islam sebagai sebuah misi keselamatan, kedamaian,
kepatuhan dan ketundukan ini menggambarkan adanya kesamaan misi
yang di bawa oleh seluruh para Nabi dan Rasul. Namun demikian,
dari segi namanya, agama-agaman yang dibawa oleh para Nabi dan
Rasul tersebut tidak dinamai Islam, melainkan dinisbahkan kepada
tokoh atau Nabi yang membawanya. Misalnya agama Nasrani yang
dinisbahkan pada daerah Nazaret, atau pembawanya Yesus Kristus,
agama Yahudi yang dinisbahkan pada Yahuda. Nama agama yang
sama dengan misi yang dibawanya, baru dijumpai pada ajaran yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Yakni agama yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW itu tidak dinamakan Muhammadanism, atau
yang lainnya melainkan sesuai dengan misinya itu sendiri yaitu
Islam.17
17
37
4. Materi Dakwah Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabatnya
Dakwah Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabatnya, Setelah
mempelajari bab ini diharapkan akan mampu:
a. Menjelaskan dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
b. Menunjukkan ketabahan Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya dalam berdakwah.
c. Meneladani ketabahan Nabi dan para sahabatnya dalam
berdakwah.
Kota Mekah merupakan pusat agama bagi bangsa Arab. Di
Mekah terdapat para pengabdi ka`bah dan pengurus berhala yang
dianggap suci oleh seluruh bangsa Arab. Oleh karena itu berdakwah
untuk menyiarkan agama Islam sangat sulit dilakukan di Mekah.
Banyak sekali orang yang menghalangi dakwah tersebut. Agar dakwah
dapat di lakukan, dibutuhkan tekad yang kuat yang tidak mudah goyah
oleh halangan-halangan itu. Nabi Muhammad SAW mulai berdakwah
setelah medapat wahyu surah al mudatsir ayat 1-7. Dengan adanya
halangan yang begitu besar, Nabi melakukan dakwah Islam untuk
pertamakalinya hanya kepada orang-orang terdekat saja yaitu keluarga
dan sahabat-sahabat beliau. Mereka semua diajak oleh Nabi untuk
memeluk Agama Islam. Nabi juga melakukan dakwah kepada
orang-orang yang bersifat baik dan mengenal Nabi. Nabi mengenal mereka
38
mengenal Nabi sebagai sosok yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai
kejujuran dan kesalehan.
a. Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi
Pada awalnya .Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunnyi. Hal ini
dilakukan agar penduduk Mekah tidak terkejut dengan ajaran yang
beliau bawa. Isi dakwah Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut:
1) Mengajarkan kepada umat manusia agar menyembah Allah SWT
dan meninggalkan berhala.
2) Mengajarkan agar mengakui kerasulan Nabi Muhammad SAW.
3) Mengajak manusia selalu berbuat kebajikan dan menjauhi larangan
Allah SWT.
Rasulullah mulai berdakwah dari dalam keluarga sendiri. Setelah
itu, beliau berdakwah kepada sahabat-sahabatnya. Orang-orang yang
pertama masuk Islam adalah dilkenal dengan sebutan Assabiqunal
Awwalun. Mereka memeluk agama islam pada hari pertama Nabi
melakukan dakwah dan mereka terdiri atas 4 orang yaitu: (1) Siti
Khadijah yaitu istri Nabi. (2) Abu Bakar Assiddiq yaitu sahabat Nabi.
(3) Ali bin Abi Thalib yaitu sepupu Rasulullah. (4) Zaid bin Haritsah
yaitu budak yang di merdekakkan oleh Rasululllah.
Mereka semua adalah orang-orang yang membantu beliau dalam
menyiarkan agama Islam.Rasululloh memilih rumah salah satu seorang
39
b. Dakwah Secara Terang-Terangan
Setelah beberapa lama berdakwah secara sembunyi-sembunyi,
selama kurang lebih 3 tahun lamanya. Kemudian turunlah ayat yang
memerintahkan untuk melakukan dakwah secara terang-terangan. Wahyu
tersebut adalah surah Al-Hijr ayat 94 yang artinya "Maka sampaikanlah
olehmu secara terang-terangan segala apa yang di perintahkan (kepadamu)
dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik". Rasulullah
menyampaikan dakwahnya kepada orang-orang kuraisy. Sebagian mereka
ada yang menerima dan sebagian lagi menentangnya. Mereka yang
menentang adalah orang-orang yang menganggap Nabi sebagai
pembohong yang membawa ajaran sesat. Untuk menyampaikan dakwah
kepada kerabat dan kaumnya Nabi menempuh jalan dengan
mengumpulkan nereka di bukit Shafa. Setelah mereka berkumpul, Nabi
bertanya kepada mereka "Jika kukatakan kepada kalian bahwa di balik
bukit ini ada musuh yang hendak menyerang, apa kalian percaya? Mereka
menjawab "Tentu percaya, sebab kami belum pernah melihat kamu
berdusta" Kemudian Nabi berkata "Jika demikian kepercayaanmu
kepadaku, aku akan memberi peringatan pada kalian, bahwa kalian harus
bertaubat.
Jika tidak Allah SWT akan memberi kalian azab yang sangat pedih.
"Mendengar perkataan Nabi, Abu Lahab menjawab, "Celakalah engkau
Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan kami? Berdasarkan
40
Nabi Muhammad SAW. Abu Lahab mengatakan bahwa ajaran
Muhammad adalah keji dan tidak benar. Pada saat itu pula Allah SWT
menurunkan firman-Nya dalam surah Al-Lahab, yang artinya: "Celakalah
kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa”. Tidaklah
bermanfaat kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak
dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.Dan begitu pula istrinya
pembawa kayu bakar, yang di lehernya ada tali dari sabut."(Q.S. Al-Lahab
1-5) Sejak saat itu, Abu Lahab beserta orang-orang Quraisy dan sebagaian
kerabat Nabi selalu memusuhi Nabi beserta pengikutnya. Tidak hanya
memusuhi, tetapi menyiksa Nabi dan para pengikutnya dengan tindakan
yang sangat kejam. Hal ini mulai mereka lakukan setelah Nabi
terang-terangan berdakwah kepada mereka.
c. Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat Sahabatnya.
Melihat penyiksaan kaum kafir yang sangat kejam terhadap
kaummuslimin,akhirnya nabi Muhammad SAW. Membuat strategi dalam
berdakwah, strateginya adalah sebagai berikut:
1) Keluarga orang-orang terdekat orang-orang lemah orang-orang yang
tertindas dan orang-orang awam.
2) Pemuka-pemuka dan pembesar-pembesar Mekah
3) Orang-orang yang terpandang dalam masyarakat (bangsawan,
hartawan dan pedagang).
4) Orang-orang yang mempunyai kharisma yang tertentu (jagoan,
41
5) Tokoh-tokoh agama Yahudi, Nasrani, kafir dan orang-orang yang
tidak beragama.
Nabi Muhammad pun membentuk kader-kader dakwah untuk membantu
beliau berdakwah dan meneruskan dakwahnya. Beliau membentuk markas
dakwah yang bertempat di rumah Al- Arqam bin Abil Arqam. Nabi Muhammad
SAW juga berpesan kepada para sahabatnya agar tidak melakukan perlawanan
jika mendapatkan tantangan dan siksaan dari orang-orang kafir. Melalui
tahapan-tahapan dan strategi itulah Nabi berhasil menyampaikan dakwahnya untuk
mengajak manusia menyembah Allah SWT. Meskipun untuk semua usahanya itu,
beliau harus menanggung penderitaan berat yang ditimbulkan oleh
42
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan untuk
melakukan penelitian pembelajaran di kelas dalam rangka perbaikan mutu
pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan
dalam kegiatan pembelajaran bersama guru dan siswa selama pembelajaran
berlangsung, yakni menggunakan bentuk kolaboratif, yang mana guru
merupakan mitra kerja peneliti. Menurut Suharsimi, suhardjono, dan Supardi
menjelaskan PTK dengan memisahkan kata-kata dari
penelitian-tindakan-kelas:1
1. Penelitian adalah menunjukkan pada kegiatan mencermati suatu objek,
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan
mutu suatu hal yang diminati.
2. Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus
kegiatan untuk peserta didik.
3. Kelas adalah dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian yang lebih spesifik, yakni sekelompok peserta didik
43
dalam waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama
pula.
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan
prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang
dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami
apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan
perubahan.2 Penelitian ini menggunakan strategi TGT (Teams Games
Touranment) berbantuan media audio visual untuk mendukung kegiatan interaksi edukatif berproses guna meningkatkan minat belajar siswa mata
pelajaran SKI.
Dalam melaksanakan strategi TGT (Teams Games Tournament) berbantuan media audio visual, peneliti menggunakan model PTK “guru
sebagai observer” dengan acuan model siklus PTK yang dikembangkan oleh
Kurt Lewin, yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat
langkah pokok, yaitu: 1) perencanaan (Planning), 2) aksi atau tindakan (Acting), 3) observasi (Observing), dan 4) refleksi (Reflecting).3 Alasan mengapa menggunakan PTK model Kurt Lewin dikarenakan model PTK ini
sangat mudah. Model Kurt Lewin juga sangat mudah dipahami dan tidak
rumit pada saat mengaplikasikannya dalam PTK. Jadi model Kurt Lewin
sangat membantu sekali untuk PTK karena, model ini memiliki dua siklus
dan apabila siklus yang pertama gagal maka akan lanjut pada siklus kedua
dengan obat yang sama dengan siklus yang pertama, hanya saja perbedaannya
✁
Dr. Rochiati Wiriaatmadja,Metode Penelitian Tindakan Kelas,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal.11
✂
44
terletak pada teknik penyampaiannya dari siklus satu ke siklus dua. Secara
keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu siklus
PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Seperti pada gambar dibawah
[image:60.595.131.541.199.559.2]ini. Bagan prosedur PTK model Kurt Lewin:
Gambar 3.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin
PERENCANAAN
(Planning)
TINDAKAN
(Acting)
PENGAMATAN
(Observing)
REFLEKSI
(Reflecting)
PERENCANAAN
(Planning)
TINDAKAN
(Acting)
PENGAMATAN
(Observing)
REFLEKSI
(Reflecting)
TERUS-MENERUS
S
IKL
US
S
IKL
45
Model ini menggambarkan sebuah spiral dari beberapa siklus kegiatan.
Bagian dasar dari kegiatan ini terdiri dari mengidentifikasi masalah,
menyusun perencanaan pada tindakan pertama, mengimplementasikan
langkah tindakan pertama, mengevaluasi dan melakukan perbaikan untuk
menyusun perencanaan ulang pada tahap selanjutnya. Dari siklus yang
pertama inilah peneliti mengetahui adanya kesalahan kemudian
mengembangkannya dalam spiral ke perencanaan langkah tindakan kedua.
Apabila dalam implementasi yang kedua masih terdapat kesalahan atau
kekurangan maka dapat diperbaiki, kemudian secara spiral dilanjutkan
dengan