1
Penulis adalah Mahasiswa FKIP Universitas Tadulako Program Studi PPKn, Jurusan Pendidikan IPS, Semester Akhir:Stambuk A 321 09 051
2
Pembimbing I
3
Pembimbing II
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
MELALUI PENERAPAN METODEPROBLEM SOLVING(PEMECAHAN
MASALAH) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VIIIA SMP NEGRI 1 LABUAN
Masdalifa1 Anthonius Palimbong2
Dwi Septiwiharti3
Program Studi PPKn, Jurusan pendidikan IPS
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn, melalui Penerapan metode Problem Solving (pemcahan masalah) penlitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn, Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak 2 siklus dengan prosedur penelitian yaitu orientasi, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti hanya bertindak sebagai observer dan guru sebagai penyaji materi. Teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah lembar observasi siswa dan guru, pra tindakan dan tes tindakan evaluasi siklus I dan II. Berdasarkan hasil penelitian pada tindakan awal sebelum menerapkan metode Problem Solving (pemecahan masalah) hasil analisis nilai yaitu Jumlah siswa yang telah tuntas 03 orang 20%, Jumlah siswa yang belum tuntas 12 orang 80%. Setelah diterapkan metode Problem Solving (pemecahan masalah) dalam pembelajaran diketahui hasil tindakan siklus 1 yaitu hasil observasi siswa skor yang diperoleh 10, skor maksimal 20, 50%, kategori cukup. Hasil observasi guru skor yang diperoleh 15, skor maksimal 28, 53,57%, kategori cukup. Berdasarkan hasil belajar siswa siklus I jumlah siswa 15 orang, skor yang tertinggi yaitu 75 hanya diperoleh 8 siswa (53,33%), nilai terendah 55, 7 orang (46,66%). Pada tindakan siklus II observasi guru, skor diperoleh 24, skor maksimal 28, 85,71%, dan hasil observasi siswa, skor diperoleh 16, skor maksimal 20, 80%. Berdasarkan hasil belajar siswa siklus II dapat dilihat bahwa skor yang tertinggi 88, sedangkan nilai terrendah 74, oleh 5 siswa. Pada siklus II ini semua siswa dinyatakan tuntus, sehingga diperoleh presentase ketuntas belajar klasikal yaitu 100% dan daya serap klasikal mengalami peningkatan menjadi 80,06%.
I. PENDAHULUAN
Meningkatkan hasil belajar siswa, meminta para siswa melakukan kerja
keras, baik secara internal maupun eksternal dalam membangun
hubungan-hubungan yang bermakna.Untuk menggali potensi siswa serta mendorong minat
belajar. Dengan motivasi, minat akan melahirkan perhatian dan pemahaman,
maka untuk pengembangan perlu dilakukan strategi dengan metode-metode yang
dianggap bisa menjadi solusi atas permasalahan yang kompleks, sehingga terjalin
proses pembelajaran yang baik.
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dengan melihat
kemampuan dan cara berfikir seseorang. Slamet (2003:2)4berpendapat bahwa:
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar juga merupakan kegiatan yang rutin dilakukan dalam menuntut ilmu untuk mencapai hasil yang maksimal, dalam bentuk prestasi atau hasil belajar yang baik.
Hasil belajar siswa di kelas VIIIA SMPN 1 Labuan pada mata pelajaran
PKn sebelum melakukan observasiadalah sebesar 61,97%, rata-rata ketuntasan
hasil belajar klasikal data kelas VIIIA SMPN 1 Labuan. Berdasarkan wawancara
kepada ibu Ira Ayu selaku guru bidang studi PKn pada tanggal 28 januari 2013,
tahun ajaran 2012-2013 jumlah siswa 15 orang terdiri dari 8 siswi perempuan dan
7 orang siswa laki-laki. (sumber data) data tersebut diatas menunjukkan masih
terbilang rendah. Dalam proses pembelajaran PKn, guru masih menggunakan
metode tradisional, seperti ceramah tanya jawab atau pembelajaran berpusat pada
guru. Metode ini tentu sangat membosankan sehingga membuat sebagian siswa
tidak mendapatkan rangsangan motivasi eksternal dalam diri peserta didik.
Tentunya masalahnya siswa mengalami degradasi, sehingga hasil belajar siswa
pada mata pelajaran PKn di kelas VIIIA SMPN 1 Labuan, tidak memenuhi
standar KKM, yaitu 75% (KKM Sekolah) dan nilai ketuntasan daya serap klasikal
65%, selain itu, hasil tes pra tindakan diperoleh rata-rata hasil belajar adalah
4
51,86% tentunya ini tidak sesuai dengan harapan dalam pencapaian hasil belajar
menurut standar hasil. Maka perlu melakukan pembaharuan dengan menggunakan
metode problem solving (pemecahan masalah) yang dianggap cocok dalam
kombinasi peningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian berdasarkan alasan
tersebut peneliti akan menerapkan suatu metode Problem Solving (pemecahan
masalah) pada pembelajaran PKn untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukkan efektivitas dan
efisiensi pembelajaran. Penggunaaan metode yang bervariasi akan sangat
membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Maka dari itu
metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan
aktivitas dan kreatifitas peserta didik. Salah satunya adalah dengan menggunakana
metode Problem Solving (pemecahan masalah). Kalau seseorang peserta didik
dihadapkan pada suatu masalah, pada akhirnya bukan hanya sekedar memecahkan
masalah, tetapi juga belajar sesuatu yang baru. Memahami sejumlah pengetahuan
dan ketrampilan kerja dan merupakan hasil yang dicapai individu setelah individu
yang bersangkutan mengalami suatu proses belajarProblem Solving (Pemecahan
Masalah) yang diajarkan kepada siswa. Jadi yang dimaksud dengan problem
solving (pemecahan masalah) dalam penelitian ini adalah hasil suatu masalah
yang melahirkan banyak jawaban yang dihasilkan dari penelitian yang
menghasilkan kesimpulan secara realisti.
Memfokuskan penelitian ini dilakukan sebuah penelitian tindakan kelas di
sekolah SMPN 1 Labuan dengan objek penelitiannya adalah penerapan metode
Problem Solving (pemecahan masalah) yang dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran PKn guna untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena dianggap
cocok untuk menjadi solusi atas permasalahan yang ada di kelas VIII A SMPN 1
Labuan yaitu kurangnya motifasi belajar siswa mengakibatkan rendahnya hasil
II. METODE
Menurut Usman HB dkk (2005:85)5 karena penelitian tindakan kelas
termasuk jenis penelitian kualitatif, maka data penelitian ini pada dasarnya
berbentuk kata-kata, walaupun demikian kata-kata tersebut dapat dilengkapi
dengan data yang kuantitaif yang berupa angka-angka, namun data kuantitatif
tersebut harus diberi makna berupa paparan naratif.
Olehnya itu jenis data yang diperoleh penelitian ini adalah:
1) Data kualitatif yaitu data hasil observasi guru dan data hasil observasi
siswa mengikuti kegiatan pembelajaran.
2) Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan siswa
yang terdiri dari lembaran penelitian termaksud tes pada setiap akhir
siklus.
Adapun tahap-tahap kegiatan analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman dalam Masnur Muslich (2010:98)6 yaitu: mereduksi data, penyajian
data, penarikan kesimpulan dan ferifikasi data. Sedangkan teknik untuk
menganalisis data dan presentase kekuntasan hasil belajar pada tes formatif di
gunakan rumus untuk menganalisis hasil tes siswa setelah di lakukan kegiatan
pembelajaran pertemuan terakhir, menurut Harun Rasyid dan Mansur (2008 :
251)7sebagai berikut:
1) Ketuntasan Belajar Individu
Persentase KBI= x100%
Keterangan: X = Skor yang diperolehsiswa
Y = Jumlah skor maksimal soal
KBI = Ketuntasan Belajar Individu
Seorang siswa dikatakan tuntas belajar secara individu bila diperoleh
persentase daya serap individu sekurang-kurangnya 65%.
5
Usman, HB dkk. (2005:85).Pedoman Penyusunan dan Penilaian Karya Ilmiah. Palu: Universitas Tadulako.
6
Mansur Muslich. (2010:98).Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Kanisius
7
2) Ketuntasan Belajar Klasikal
Persentase KBK= ∑
∑ x 100%
Keterangan: ∑ N = Jumlah siswa yang tuntas
∑ S = Jumlah siswa seluruhnya.
KBK = Ketuntasan Belajar Klasikal
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika persentase ketuntasan belajar klasikal
sekurang-kurangnya 75%
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengikuti tahap tindakan yang
bersiklus. Model penelitian ini mengacu pada modifikasi spiral yang dicantumkan
Kemmis dan Mc Taggart (Syuaib, 2012:29)7. Tiap siklus dilakukan beberapa
tahap, yaitu (1) Orientasi, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi, dan (4)
Refleksi. Jumlah siswa di SMPN 1 Labuan, 15 orang yang terdiri dari 7 siswa
laki-laki dan 8 siswa perempuan. Untuk mengumpulkan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan evaluasi pegamatan dan Observasi.
III. HASIL
Langkah awal peneliti dan guru sepakat memberikan Tes esay tindakan
awal untuk melihat hasil kerja siswa sebanyak 4 nomor dengan sub pokok materi
"Menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi Negara".
Setelah memberikan tes guru dan peneliti melakukan analisis terhadap hasil kerja
siswa agar dapat menjadi pembanding dalam penelitian ini dengan pembelajaran
sebelum dan sesudah memberikan tindakan dengan menggunakan penerapan
metodeProblem Solving (pemecahan masalah). Dengan hasil 3 orang yang tuntas
dan 8 orang yang tidak tuntas, pada hari Selasa tanggal 3 September 2013 pukul
08:45 peneliti langsung memulai kegiatan observasi awal. Penelitian siklus I
dilaksanakan pada hari Selasa Tanggal 10 September sampai dengan 17
september 2013 Semester ganjil. Aspek yang diteliti pada tahap ini yaitu: (1)
hasil observasi guru, (2) hasil observasi siswa, (3) hasil evaluasi siswa, dan (4)
refleksi.
8
1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
2) Hasil Analisis Lembar Observasi Siswa Siklus I
Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metodeProblem
Solving (pemecahan masalah) diukur dengan menggunakan lembar observasi
yang telah disiapkan peneliti, observer mengisi lembar observasi siswa tersebut.
Setelah dilakukan penelitian, peneliti menghitung seberapa besar presentase yang
diperoleh yaitu diperoleh skor 10 dari skor maksimal 20, sehingga diperoleh
presentase 50%. Berdasarkan hasil presentase tersebut menunjukkan bahwa
aktifitas siswa untuk tindakan siklus I tergolong kategori cukup.
3) Hasil Analisis Lembar Observasi Guru Siklus I
Aktivitas guru dalam mengajar dengan menggunakan metode Problem
Solving(pemecahan masalah) diukur dengan menggunakan lembar observasi yang
telah disiapkan peneliti, observer mengisi lembar observasi guru tersebut. Setelah
dilakukan penelitian, peneliti menghitung seberapa besar presentase yang
diperoleh yaitu diperoleh skor 15 dari skor maksimal 28, sehingga diperoleh
presentase 53,57%. Berdasarkan hasil presentase tersebut menunjukkan bahwa
aktivitas guru untuk tindakan siklus I tergolong kategori cukup.
4) Hasil Belajar Siswa Siklus I
Setelah melaksanakan tindakan siklus I dengan mneggunakan metode
Problem Solving (pemecahan masalah) dalam pembelajaran kelas VIIIA diskusi
kelas atau kelompok belajar maka kegiatan selanjutnya adalah mengadakan
evaluasi tes hasil belajar siklus I dengan bentuk soal tes essay, jumlah soal
sebanyak 5 nomor, dapat dilihat bahwa skor yang tertinggi yaitu 75 hanya
diperoleh 8 siswa saja atau sekitar 53,33%, sedangkan nilai terendah yaitu 55,
oleh 7 orang siswa atau sekitar 46,66%. Banyaknya siswa yang tuntas 8 orang
dan siswa yang belum tuntas 7 orang. Bobot soal nomor satu ialah 15 dengan skor
perolehan 205 dari 15 siswa dengan skor maksimum 225 atau skor rata-rata soal
sekitar 91,11%. Bobot soal nomor dua ialah 15 dengan skor perolehan 126 dari
15 siswa dengan skor maksimum 225 atau skor rata-rata soal sekitar 56%. Bobot
maksimum 375 atau skor rata-rata soal sekitar 44%. Bobot soal nomor empat
ialah 20 dengan skor perolehan 220 dari 15 siswa dengan skor maksimum 300
atau skor rata-rata soal sekitar 73,33%. Bobot soal nomor lima ialah 25 dengan
skor perolehan 270 dari 15 siswa dengan skor maksimum 375 atau skor rata-rata
soal sekitar 72%. Sehingga diperoleh presentase ketuntas belajar klasikal yaitu
53,33% dan presentase daya serap klasikal 65,73% dan skor rata-rata siswa ialah
65,73%.
5) Refleksi Siklus I
Hasil pelaksanaan tindakan siklus I selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dapat diketahui bahwa metode Problem Solving (pemecahan
masalah) yang diterapkan oleh guru mata pelajaran dalam penelitian ini diperoleh
hasil refleksi sebagai berikut :
(1) Pada kegiatan pendahuluan khususnya dalam penyampaian tujuan dan
aprersepsi perlu memberikan pemahaman yang lebih mendalam lagi
terhadap siswa mengenai teknik atau cara belajar dalam menggunakan
metodeProblem Solving (pemecahan masalah).
(2) Guru harus lebih memberikan Motivasi kepada siswa untuk aktif dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Solving
(pemecahan masalah) agar siswa memahami dengan baik pokok masalah
yang harus di pecahkan.
(3) Pada saat proses pembelajaran kerja sama atau diskusi kelompok
berlangsung siswa belum sepnuhnya aktif, terlihat dengan adanya siswa
yang masi mendominasi dalam kegiatan kelompok.
(4) Persentase aktivitas siswa dalam kriteria cukup dan belum mencapai
standar atau target yang diinginkan sesuai dengan KKM sekolah 75%,
dan DSK 65%. Hal ini dikarenakan ada beberapa siswa yang kurang
aktif, kurang kooperatif dalam melakukan aktivitas diskusi dalam
(5) Dalam penyampaian materi dalam hal ini menjelaskan materi, sebagian
siswa masih sulit menyebutkan butir-butir pancasila dan menjelaskan
makna yang terkandung didalamnya.
(6) Dari hasil analisis tes hasil belajar diperoleh presentase ketuntasan
klasikal sebesar 53,33%, belum mencapai indikator ketuntasan klasikal
yaitu 75%. Dalam hal ini terdapat 7 siswa yang belum tuntas atau
nilainya dibawah nilai ketuntasan individu 65%.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Kegiatan pembelajaran menggunakan metodeProblem Solving(pemecahan
masalah) yang dilakukan pada tindakan siklus II yaitu membahas sub materi
pokok bahasan, “Menunjukan sikap positif terhadap pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat” yang dilakukan secara berkelompok, masing-masing kelompok
membahas pokok permasalahan yang telah ditentukan oleh guru dan siswa.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 September 2013 Semester ganjil sampai
dengan tanggal 1 Oktober 2013 aspek yang diteliti pada tahap ini yaitu: (1) hasil
observasi guru, (2) hasil observasi siswa, (3) hasil evaluasi siswa, dan (4) refleksi.
1) Hasil Observasi Guru Siklus II
Salah satu aspek yang dinilai dalam kegiatan pembelajaran yaitu aktivitas
guru. Untuk mengetahui kinerja guru dalam mengajar peneliti menyiapkan lembar
observasi guru, observer mengisi lembar observasi guru tersebut. Setelah
dilakukan penelitian, peneliti bersama observer menghitung seberapa besar
presentase yang diperoleh yaitu jumlah skor yang diperoleh 24 dariskor maksimal
28, sehingga diperoleh presentase 85,71%. Berdasarkan hasil presentase tersebut
menunjukkan bahwa kinerja guru untuk tindakan siklus II tergolong kategori baik.
2) Hasil Observasi Siswa Siklus II
Mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan metode
Problem Solving (pemecahan masalah), peneliti menyiapkan lembar observasi
siswa, observer mengisi lembar observasi siswa tersebut. Setelah dilakukan
penelitian, peneliti menghitung seberapa besar presentase aktivitas siswa yang
presentase 80%. Berdasarkan hasil presentase tersebut menunjukkan bahwa
aktivitas siswa untuk tindakan siklus II tergolong kategori baik.
3) Hasil Belajar Siswa Siklus II
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran kelompok siklus II maka
kegiatan selanjutnya adalah mengadakan tes hasil belajar siklus II dengan bentuk
soal tes essay, jumlah soal sebanyak 7 nomor hasil tes siklus II dengan jumlah
siswa 15 orang dapat dilihat bahwa skor yang tertinggi yaitu 88 diperoleh 14
siswa, sedangkan nilai terendah yaitu 74, oleh 1 orang siswa. Pada siklus II ini
semua siswa dinyatakan tuntus, sehingga diperoleh presentase ketuntas belajar
klasikal yaitu 100% dan daya serap klasikal mengalami peningkatan dimana pada
siklus I mendapatkan perolehan DSK 65,73% dan pada tindakan siklus II
meningkat menjadi 80,06%. Peningkatan antara tindakan siklus I dan tindakan
siklus II sebesar 14,33%
4) Refleksi Siklus II
Hasil pelaksanaan siklus II selama kegiatan pembelajaran berlangsung
diperoleh hasil refleksi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode Problem Solving (pemecahan masalah) yang diterapkan
oleh guru mata pelajaran PKn bersama peneliti, dapat dibandingkan hasil belajar
siswa dalam tahap siklus I dan siklus II, bahwa terdapat peningkatan terhadap
nilai atau hasil belajar siswa, dengan demikian peneliti berkesimpulan pada siklus
II ini cukup untuk penelitian yang di lakukan peneliti meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VIIIA SMPN 1 Labuan.
IV. PEMBAHASAN
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu pertama orientasi, kedua siklus I
dan siklus II. Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti menyiapkan Rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi aktivitas siswa, lembar
observasi aktivitas guru, Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan skenario yang
dibuat oleh guru dan peneliti untuk melaksanakan proses pembelajaran di
1 Labuan. Langkah-langkah yang terdapat dalam RPP yang meliputi
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. RPP ini dibuat
berdasarkan alur penerapan metode Problem Solving (pemecahan
masalah) yang dapat membantu siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran, melatih memecahkan masalah guna meningkatkan hasil
belajar siswa pada pembelajaran PKn, adapun RPP yang dibuat terdiri
dari RPP II, dan RPP III.
2) Lembar observasi aktivitas siswa, merupakan acuan yang digunakan
untuk mengukur peningkatan dari siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Hal ini tentunya dapat mempermudah peneliti untuk
mendeteksi dan melihat gejala-gejala yang ditimbulkan dari
permasalahan-permasalah di kelas yang berkaitan dengan peningkatan
hasil belajar siswa. Lembar observasi aktivitas siswa ini dibuat
berdasarkan alur dari penerapan metode Problem Solving (pemecahan
masalah), hal ini tentu saja dapat mendeteksi rana kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
3) Lembar observasi aktivitas guru, dirancang untuk mengukur sejauh mana
guru mengeluarkan kemampuan ajar dan keterampilannya dalam
mengelolah kelas sesuai dengan RPP. Hal ini tentu mempermudah
peneliti untuk mengukur sejauh mana guru melakukan
lompatan-lompatan perbaikan dalam pengelolaan kelas guna perbaikan mutu
belajar dan menggali potensi diri yang sesuai dengan tuntutan
profesionalisme guru itu sendiri.
4) Tes hasil belajar (THB) salah satu indikator yang mengukur rana
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam penyerapan materi-materi
yang diajarkan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung. Hal
ini tergambar dari aktivitas siswa dalam melaksanakan tanggung jawab
untuk menyelesaikan tes hasil belajar yang telah disusun oleh peneliti
dan guru. Tes hasil belajar ini juga dibuat berdasarkan indicator tujuan
soal pra tindakan, soal essay tes akhir tindakan siklus I sebanyak 5 soal,
dan 7 soal tes essay pada tes akhir tindakan siklus II.
5) Lembar pokok permasalahan dibuat berdasarkan alur penerapan metode
problem solving (pemecahan masalah) permasalah-permasalahan yang
berkaitan dengan materi guna menggali rana kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa. Lembar pokok permasalahan ini dibuat berdasarkan
kesepakatan guru dan siswa yang disesuaikan dengan kebutuhan
kelompok dan sesuai dengan materi. Dalam proses pembelajaran ini guru
telah membagi siswa dalam 3 (tiga) kelompok akademik homogen yang
bersifat heterogen. Dari setiap kelompok diberikan pokok permasalahan
yang sama tetapi memiliki hasil pembahasan yang berbeda sebelum
melakukan tindakan siswa belum belajar berdasarkan kelompok aktif,
siswa masi sebagai pendengar guru ceramah sehingga sebagian siswa
meraskan kebosanan dalam pembelajaran, siswa tidak termotifasi untuk
belajar, siswa malas mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru, siswa
kurang menghargai guru, siswa lebih aktif main bersama teman sejawat
saat guru menjelaskan materi, siswa kurang memahami materi ajar,
sehingga mengakibatkan rendahnya nilai hasil belajar siswa. Dengan
demikian peneliti dan guru sepakat untuk membagi kelompok belajar
siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Problem
Solving (pemecahan masalah) pada II siklus IV kali tindakan, kemudian
pada siklus I tindakan I guru mulai menggunakan metode Problem
solving(pemecahan masalah) dalam pembelajaran pada tindakan awal ini
guru memberi apersepsi menjelaskan teknik, atau cara belajar dengan
menggunakan metode Problem Solving (pemecahan masalah) siswa di
bagi menjadi 3 kelompok terlihat dalam pembelajaran kelompok pada
siklus I ini masi ada sebagian siswa yang tidak aktif atau kurang ikut
serta dalam kelompok, masi terlihat siswa yang banyak bermain dengan
teman sejawat mengharapkan teman-teman yang lain untuk memcahkan
belajar dengan menggunakan metode Problem Solving (pemecahan
masalah) belajar berkelompok memecahkan masalah yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari mereka, siswa bersemangat untuk mencari
jawaban dari masalah yang telah ditetapkan, siswa yang sebelumnya
tidak memahami makna sikap positif terhadap pancasila berprilaku
kurang baik terhadap teman sejawat, setelah pembelajaran siswa
mengelami perubahan misalnya moh arif dari hasil wawancara siswa
yang paling nakal dalam kelas sudah mau ikut belajar dalam
memecahkan masalah, sehingga dijadihkan contoh oleh teman-teman
yang lain, kemudian pada tindakan siklis II dalam pembelajaran
kelompok sisiwa suda terlihat aktif mengemukakan pendapat, siswa lebih
kreatif dalam memecahkan masalah yang telah ditetapkan karena suda
lebih memahami materi ajar, terlihat dalam peningkatan hasil belajar
siswa.
Mengacu pada orientasi hasil tindakan awal siswa kelas VIIIA sehingga
peneliti dan guru sepakat untuk menggunakan metode Problem Solving
(pemecahan masalah) pada proses pembelajaran, Tahap kegiatan inti siswa
menentukan hipotesis dan siswa bersama guru melakukan diskusi kelas untuk
menetukan kesimpulan atau jawaban akhir dari masalah tersebut. Penelitian
tindakan siklus 1 dan II ini dilaksanakan dalam 2 kali tindakan yaitu tindakan
pertama pembahasan materi dan tindakan ke dua memberikan evaluasi tes esay
sebanyak 5 nomor di siklus 1 begitupun siklus II tindakan pertama membahas
materi dan memberikan evaluasi tes esay sebanyak 7 nomor, Saat kegiatan
pembelajaran berlangsung observer mengisi lembar observasi guru dan siswa
sesuai dengan aktifitas yang dilaksanakan.
Kegiatan awal, guru memberikan apersepsi, memotifasi dan menstimulasi
teknik atau cara belajar dengan menggunakan metode Problem Solving
(pemecahan masalah) berhubungan dengan materi PKn dan mengantar siswa
kepemahaman yang mendekati materi, khususnya materi tentang “sikap positif
pertama siklus 1 dan pada tindakan ketiga siklus II “sikap positif terhadap
pancasila dalam kehidupan bermasyarakat”, yang dilakukan secara berkelompok,
pada tindakan pertama siklus I dalam pembelajaran ini guru mengarahkan siswa
untuk belajar secara berkelompok dalam memecahkan masalah, Kegiatan ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk memotivasi siswa agar lebih aktif, dan mampu
memahami materi, terampil dalam berfikir memecahkan masalah yang telah di
tetapkan bersama sehingga menghasilkan nilai yang di inginkan dalam
pembelajaran pada tindakan pertama siklus I masi banyak siswa yang belum
fokus dalam pembelajaran, sebagian siswa masi kurang memahami.
Hasil belajar siswa digunakan kriteria ketuntasan minimal adalah 65%
(Depdiknas, 2002)9, apabila tingkat keberhasilan kelas masih dibawah 75%, maka
pelajar yang telah diberikan oleh guru belum diserap dengan baik oleh siswa
dalam kelas. Demikian juga apabila tingkat keberhasilan siswa dibawah 65%,
maka siswa dikatakan belum berhasil menyerap pelajaran yang diberikan.
Berdasarkan pedoman di atas, maka secara klasikal dan secara individu hasil
belajar siswa dikatakan belum tuntas pada siklus I dan mengalami kriteria tuntas
ditindakan siklus II. Dalam hal ini peneliti menyajikan dalam bentuk tabel. Untuk
melihat peningkatan hasil belajar siswa secara individu dimulai dari orientasi,
siklus I dan siklus II, seperti dimaksudkan diatas.
Ketuntasan hasil belajar PKn siswa secara individu pada tes awal hanya
terdapat 3 siswa yang tuntas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kuwantitas
ketidak tuntasan siswa terbilang besar, maka perlu diberikan tindakan siklus I.
Dari hasil observasi guru pada tindakan siklus I diperoleh presentasi 55,57%, dan
presentase aktivitas siswa 50%, sedangkan hasil evaluasi pada siklus I, nilai
tertinggi 75 dan yang mencapai nilai tersebut hanya 8 orang, sedangkan nilai
terendahnya 55 oleh 7 orang siswa. Tindakan siklus I ini ada 7 orang siswa yang
nilainya tidak memenuhi standar ketuntasan yaitu 65%, secara tidak langsung
mempengaruhi presentase daya serap klasikal yang mencapai 65,73% dan
presentase ketuntasan belajar klasikal 53,33%. Dari hasil penelitian siklus 1 dapat
9
di bandingkan peningkatan nilai siswa dari hasil pra tindakan dan hasil tes
tindakan siklus 1. Melihat hasil siklus I, yang belum sesuai dengan hasil yang
diharapkan, maka perlu diadakan perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II. Oleh karena itu, dilakukan refleksi tindakan yang kemudian menjadi
pertimbangan dalam pelaksanaan siklus II. Pada siklus II, guru lebih
meningkatkan kinerjanya, memperbaiki segala kekurangan pada siklus I, seperti
pada kegiatan pendahuluan khususnya dalam penyampaian tujuan dan aprersepsi
perlu memberikan pemahaman yang lebih mendalam lagi terhadap siswa
mengenai teknik atau cara belajar dalam menggunakan metode Problem Solving
(pemecahan masalah), guru harus lebih memberikan motivasi kepada siswa untuk
aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Solving
(pemecahan masalah) agar siswa memahami dengan baik pokok masalah yang
harus dipecahkan, sehingga semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pada
tindakan siklus II materi yang dibahas pada pokok pembahasan siklus II yaitu
“sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat” dan masalah
yang di tetapkan oleh guru dan siswa. Pembelajaran pada siklus ke II ini juga
dilaksanakan pada 2 kali tindakan dengan tindakan pertama pembelajaran secara
berkelompok dan tindakan ke II (dua) yaitu evaluasi dengan memberikan tes esay
sebanyak 7 nomor. Adanya peningkatan kinerja guru dan aktifitas siswa pada
siklus II ini berpengaruh langsung pada hasil belajar siswa, dimana skor tertinggi
mencapai nilai 100. Meskipun ada beberapa siswa memperoleh nilai dibawah 100.
Pada siklus II semua aspek kegiatan guru dan aktivitas siswa dinilai baik
bahkan ada yang dinilai sangat baik dengan perolehan persentase nilai rata-rata
85,71%, begitu pula aktivitas siswa diperoleh persentase nilai rata-rata 80%,
sehingga dapat berpengaruh pada hasil belajar yang dicapai oleh siswa pada siklus
ini, dimana daya serap klasikal mencapai 80,06% dan ketuntasan belajar klasikal
100%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari siklus I
ke siklus II, sehingga membuktikan pembelajaran dengan menggunakan matode
Problem Solving (pemecahan masalah) khususnya materi “sikap positif terhadap
pancasila dalam kehidupan bermasyarakat”dapat meningkatkan hasil belajar PKn
siswa kelas VIIIA SMPN 1 Labuan, Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
Simpulan rangkaian penelitian yang dilaksanakan ini adalah:
Penerapan metode Problem Solving (pemecahan masalah) dalam
pembelajaran PKn yang dilaksanakan dalam dua tindakan siklus, dimana hasil
pelaksanaan penelitian ini berjalan susuai dengan perencanaan awal sebelum
melakukan penelitian ini, meningkatnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari
tahapan awal penelitian hingga akhir penelitian ini, peningkatan ini dapat dilihat
dari lembar aktivitas guru dan siswa. Dengan pencapaian di tindakan siklus I
pertemuan kedua menempati kategori cukup dengan persentase 53,57%, pada
siklus II pertemuan keempat menempati kategori baik dengan persentase 85,71%.
Semantara aktivitas siswa pada tindakan siklus I adalah 50% dan pada tindakan
siklus II adalah 80%. Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa tindakan siklus I
dengan persentase 65,73%, dimana terdapat 7 orang siswa yang tidak tuntas atau
46,66%, dan 8 orang siswa yang tuntas atau 53,33%. Demikian pula peningkatan
daya serap klasikal dari 65,73% pada siklus I menjadi 80,06% pada siklus II atau
mengalami peningkatan sebesar 14,33%. aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran rata-rata masuk dalam kriteria baik dan sangat baik dan sudah sesuai
denga KKM 75% dan DSK 65%.
2. Saran
Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis data diatas, maka peneliti
mengemukakan saran yang berkaitan dengan pembelajaran di kelas VIIIA SMPN
1 Labuan sebagai berikut:
Kepada guru yang mengajar PKn, agar dapat mengembangkan lebih lanjut
penelitian yang serupa, sehingga permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan
berkaitan dengan hasil belajar PKn siswa dapat diatasi lebih dini, dengan
demikian kualitas proses pembelajaran PKn serta kuantitas guru yang
memberikan pembinaan kepada guru, khususnya dalam meninngkatkan hasil
belajar siswa dengan keterampilan guru mengelola proses pembelakaran berbasis
masalah atau metode Problem Solving (pemecahan masalah), sehingga
peningkatan mutu pendidikan yang ditargetkan dapat memenuhi standar mutu
DAFTAR RUJUKAN
Depdiknas. (2002).KKM Kriteria ketuntasan minimal siswa.
Muslich M. (2010).Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Kanisius
Syuaib, Dahlia (2012).Penelitian Tindakan Kelas.Palu: Edukasi Mitra Grafika
Slamet. (2003).Belajar dan Faktor mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta