3. PERANCANGAN BANGUNAN
3.1. Program Kegiatan dan Aktivitas
Program kegiatan diatur dan diadakan berdasarkan kebutuhan dan studi yang kemudian dituangkan dalam kurikulum. Aktivitas tersebut adalah:
• Proses belajar-mengajar
• Terapi
• Pelatihan (berkebun, menyanyi, lukis, dsb)
• Play therapy
• Olahraga (renang, sepak bola,dll)
• Kesenian (teater, musik,dll)
3.2. Fasilitas Bangunan
Mengacu pada tujuan proyek dan kebutuhan pengguna, maka proyek ini menyediakan beberapa fasilitas, antara lain:
• Fasilitas umuni
Merupakan fasilitas dimana pengunjung secara umum diperbolehkan masuk. Daerah ini adalah daerah transisi dari pengunjung umum yang kemudian dipilah-pilahkan menurut keperluannya.
Meliputi: entrance hall, ruang runggu, ruang adsministrasi dan informasi, toilet, telepon umum.
• Fasilitas pendidikan
Merupakan fasilitas utama selain fasilitas terapi pada proyek ini. Di tempat ini segala kegiatan dan proses mendidik dan melatih anak penyandang autisme dilaksanakan. Daerah ini dikhususkan bagi siswa dan terapis/
pendidik saja. Fasilitas ini meliputi: ruang kelas intensif (1 ruang untuk 1 anak, ada 20 kelas), ruang kelas regular (1 ruang untuk 3-4 anak, ada 8 kelas), ruang kelas grup/ advanced (1 ruang untuk 8 anak, ada 5 kelas), ruang seni dan gerak, ruang melukis, ruang ekspresi 3D, ruang musik, ruang makan, koperasi, laboratorium computer, ruang audio visual (6 unit), gudang umum, pantry, toilet guru, toilet murid, perpustakaan intern,
dan laboratorium sains. Selain ruang-ruang tersebut, tentu saja fasilitas ini dilengkapi dengan ruang guru dan kelengkapannya.
• Fasilitas terapi
Menipakan fasilitas dimana kebutuhan terapi dilayani. Seperti fasilitas pendidikan, fasilitas ini khusus murid dan pendidik. Ruang-ruang dalam fasilitas terapi ini memiliki cirri-ciri yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan alat yang diperlukan dalam terapi tersebut. Ruang-ruang terapi tersebut antara lain: ruang terapi wicara, ruang terapi seluselan, ruang terapi musik, ruang terapi okupasi, ruang hidroterapi, ruang terapi sensori integrasi, ruang terapi grup, dan ruang-ruang untuk perawat dan pendidik lainnya.
• Fasilitas sosialisasi
Menipakan fasilitas bagi masyarakat dan orang tua untuk mendapatkan informasi dan saling bertukar pendapat.
Meliputi: hall, ruang komunikasi-sosialisasi, ruang duduk, kafetaria, perpustakaan umum, ruang audio visual, ruang pekerja sosial, dan ruang rekreasi dan taman bermain.
• Fasilitas medis dan elektromedis
Fasilitas untuk pemeriksaan dan pengobatan melalui medis
• Fasilitas konsultasi
Disediakan ruang-ruang konsultasi bagi orang tuan murid maupun orang tua dan masyarakat lain yang berkaitan. Dilengkapi dengan ruang observasi awal untuk mengawasi dan mengetahui tingkat sindrom yang disandang penderita.
• Fasilitas olah raga (indoor dan outdoor)
Menipakan sarana yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan anak. Meliputi ruang gerak dan olah raga indoor serta hardplay area dan kolam renang untuk olah raga outdoor.
• Fasilitas istirahat
Digunakan untuk tidur siang atau istirahat bagi siswa yang membutuhkan.
• Fasilitas penginapan
Merupakan fasilitas tambahan yang difungsikan untuk orang tua dari luar kota yang menginap untuk mendampingi anaknya yang berproses di fasilitas ini.
Disediakan 10 kamar tidur untuk maksimum 10 keluarga yang menginap.
• Fasilitas gedung serbaguna
Sebuah gedung yang disiapkan untuk multifungsi, seperti seminar, pertunjukan siswa, pertemuan orang tua, lomba kesenian dan sebagainya.
• Fasilitas galeri karya
Merupakan sebuah gedung dimana karya para siswa dipamerkan untuk memacu semangat anak dan orang tua penyandang autisme.
• Fasilitas pengelola dan servis
Merupakan fasilitas yang dipakai untuk pengelola dan administrasi serta ruang-ruang servis.
3.3. Konsep Bangunan Secara Umum
Pada umumnya konsep Pusat Pengembangan Mental dan Terapi Anak Penyandang Autisme ini ingin menampilkan suatu bentukan yang berbeda dengan pusat-pusat rehabilitasi lainnya, baik dari tampilan luar maupun suasana di dalamnya. Pusat rehabilitasi semacam ini biasanya dibuat fungsional dengan bentukan rumahan biasa, atau ruko yang dimodifikasi yang hanya diberi tambahan permainan anak atau yang lebih parah adalah dengan bentukan yang serupa dengan rumah sakit ataupun panti rehabilitasi yang monoton dan kaku.
Pusat Pengembangan Mental dan Terapi Anak Penyandang Autisme ini ingin menghadirkan suasana yang berbeda dengan fenomena pada umumnya, yaitu dengan tampilan yang menarik seperti tempat rekreasi atau taman kanak- kanak normal lainnya (bukannya SLB yang terkesan kotor dan suram) sehingga menimbulkan rasa betah di dalamnya.
Tampak ditampilkan dengan bentukan yang menarik dengan warna ceria sehingga tidak menampilkan bentukan seperti panti rehabilitasi seperti tersebut di atas. Kesan rumahan hadir pada kelas-kelas sehingga menimbulkan rasa aman dan
nyaman bagi anak-anak sebagai pengguna utamanya. plaza, kolam air mancur, taman bermain dan taman berkebun ditambahkan untuk menghadirkan suasana asri dan menyenangkan pada ruang-ruang luar.
3.4. Bentukan Arsitektur dan Tampilan Tampak Bangunan 3.4.1. Konsep Filosofis Bentukan
Bentukan Bangunan diambil dari proses pembelajaran bagi anak penyandang autisme (metode Lovaas ) yaitu:
o shapping • imitatif • reflektif • peniruan bentukan yang sebelumnya. Diterapkan juga dengan refleksi bangunan pada permukaan danau buatan.
o shadowing • artikulatif • dengan memberikan arahan ke fasilitas sosialisasi yang melalui proses repetitif yang semakin kuat dengan bentukan jendela-jendela, gasebo dan plaza- plaza.dengan kontur yang dinaikkan.
• Interval waktu
o Interval waktu diekspresikan dengan pemotongan plaza atau jalur pedestrian oleh kolam air, sehingga seolah-olah ada jedah waktu.
• Goal
o dinamis • diekspresikan dengan bentukan yang lebih kreatif dengan bentukan atap lengkung dan plaza yang seolah-olah bergerak dari posisi yang sebenarnya.
o terbuka • bentukan massa yang terdiri dari rangka- rangka dan jendela-jendela kaca sehingga kesannya ringan dan terbuka, yaitu pada daerah fasilitas sosialisasi, penginapan, galeri karya dan serba guna.
• Sekuen
Dari proses belajar tersebut didesain suatu bangunan dengan sekuen dari kondisi awal yang tertutup menuju goal akhir dimana ada kreatifitas, terbuka dan ekspresi. Kondisi awal di terapkan pada entrance depan yang merupakan bangunan dengan fungsi fasilitas umum, yaitu fasilitas hall utama, fasilitas medis, fasilitas konsultasi dan observasi.
Intervensi dilambangkan dengan bangunan fasilitas pengelola yang tiba-tiba memotong bangunan yang pertama tadi, hal ini mengekspresikan seolah-olah para guru dan terapis menolong anak dengan menghentikan kebiasaan buruk anak.
Gambar 3.1. Aplikasi konsep desain dalam bangunan
Proses pendidikan diwakili oleh fasilitas pendidikan dan terapi dimana di tempat inilah anak diajarkan cara-cara serta diterapi secara berulang-ulang agar menjadi lebih baik. Repetitif ditampilkan dengan bentukan persegi panjang yang diulang-ulang semakin lama semakin terbuka. Begitu juga dengan pola lantai dan elemen arsitektural yang berulang
Fasilitas galeri karya dan serbaguna diletakkan pada area tujuan akhir yang diperkuat oleh aksis pedestrian yang naik ke plaza di lantai dua. Fasilitas sosialisasi juga diletakkan di area yang sama yang melambangkan bahwa tujuan akhir pendidikan dan pengembangan mental anak ini adalah menjadikan anak penyandang autisme dapat berkreasi, terbuka dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Perpaduan bentuk lengkung yang melingkar melambangkan ekspresi luwes, saling berhubungan dan memusat yang diarrikan sebagai itikad untuk bersatu, bersosialisasi.
3.4.2 Pola Penataan Bangunan
Bentuk bangunan disesuaikan dengan site yang ada dan kondisi sekitar site. Bentukan lingkar dan selasar yang melengkung diambil dari garis tepi site, sedangkan bentuk-benruk persegi panjang diambil dari aksis entrance, jalan Taman Internasional dan jalan Lakarsantri VI.
Berkaitan dengan konsep filosofis, keindahan view ke danau buatan dimanfaatkan untuk konsep reflektif, sehingga bangunan diletakkan di dekat tepi air agar dapat ter-refleksi ke air.
3.4.3 Denah
Bentukan denah diambil dari site (seperti dijelaskan di atas) yang di-grid dengan modul 8x8,dan 8x6 untuk memudahkan srruktur serta sirkulasi denah.
Secara umum denah terdesain dengan pola cluster yang disatukan oleh sebuah aksis kuat melalui pedestrian dari hall utama menuju fasilitas sosialisasi yang kemudian naik ke plaza di lantai dua .
Sirkulasi pengunjung dibedakan menurut keperluannya yakni:
• Hall utama menjadi daerah sentral yang memisahkan pengunjung berdasarkan keperluannya. Sebuah bilik informasi disediakan untuk membantu memberi informasi yang diperlukan mengenai ruang-ruang yang ada.
• Bagi penyandang autisme yang baru pertama kali datang akan registrasi di ruang adsministrasi yang terletak di sebelah kanan hall utama, kemudian diarahkan ke ruang konsultasi dan observasi di sebelah kanan hall utama..Masyarakat umum dan keluarga penyandang yang ingin berkonsultasi juga diarahkan ke ruang ini.
• Bagi siswa yang sudah terdaftar dan hendak belajar langsung menuju ke pintu utama tepat di depan hall utama menuju fasilitas pendidikan dan terapi. Sedangkan pengantarnya dipersilahkan menunggu di ruang tunggu yang tersedia pada selasar disamping koridor awal.
• Sedangkan pengunjung lainnya melalui koridor di sisi kiri menuju selasar di bagian utara menuju ke fasilitas sosialisasi. Pada selasar utara ini pengunjung dapat meninjau kegiatan siswa melalui jendela- jendela kecil yang terletak 2 meter diatas tanah sehingga tidak menganggu kegiatan anak walaupun dapat melihat mereka. Selasar berhenti pada sebuah hall menuju plaza utama. Disini pengunjung bebas menuju ke fasilitasi sosialisasi, ataupun ke fasilitas penginapan, galeri karya dan serbaguna tetapi tidak diperkenankan untuk menuju ke daerah privat.
3.4.4 Tampak Bangunan
Tampak bentukan dipengaruhi oleh kondisi sekitar site yang terdiri dari perumahan bertipe postmodern, maka Bangunan ini juga mengambil langgam postmodern agar tidak terlalu berbeda dengan lingkungan sekitar.
Tampak sebelah timur adalah Tampak Entrance, yang mewakili kondisi awal anak autis sehingga ekspresi yang ditampilkan adalah bentukan yang menyudut, masif (dengan sedikit bukaan jendela) dan berulang, yang kemudian
di- cut oleh bangunan fasilitas pengelola. Ekspresi masif didukung oleh cladding aluminium sehingga kesan yang ditambahkan adalah masif, polos dan hampa.
Gambar 3.2. Tampak timur
Tampak utara dan selatan mewakili bagian proses repetitif, yang ditampilkan dengan bentukan bangunan persegi yang berulang, dikuatkan dengan bentukan portal-portal yang semakin lama semakin terbuka.
refleksi pada permukaan air sebagai salah satu aplikasi konsep: imitatif
Gambar 3.3. Tampak selatan
Gambar 3.4. Tampak utara
Bagian barat adalah eye catcher, karena terletak di sisi jalan terbesar, jalan Taman Intemasional sehingga didesain bagian yang mewakili tujuan akhir harapan penyandang autisme, yaitu menjadi ekspresif, terbuka dan dinamis. Hal ini ditampilkan dengan fasilitas galeri karya, sosialisasi dan serbaguna yang tampil dengan rangka-rangka dan kaca sehingga terkesan terbuka. Dinamis dan kreatif diekspresikan dengan bentukan yang miring, lengkung dan seolah bergerak.
Bentukan yang lebih dinamis dengan permainan atap lengkung dan lebih terbuka dengan kolom- kolom dan kaca transparan
Gambar 3.5. Tampak barat
3.5. Sistem Struktur
Pada umumnya modul bangunan terdiri dari dua jenis: 8x8m, 8x6m sedangkan kolom yang lain menyesuaikan dengan kebutuhan dan denah. Kedua modul tersebut didapatkan dari hasil faktor atau kelipatan dari kebutuhan tiap- tiap ruang dalam fasilitas ini, selain itu juga di desain demikian agar memudahkan pembagian denah.
Bahan struktur sebagian besar menggunakan beton komposit yang tidak memiliki batasan batang maksimal seperti halnya kayu. Selain itu juga didukung oleh struktur rangka baja untuk atap, balok-balok tambahan dan lain sebagainya.
3.6. Material
Sebagian besar material dinding menggunakan bata. Pada bagian tertentu disemprot sehingga menimbulkan tekstur yang menarik. Beberapa bidang tertentu menggunakan cladding aluminium untuk menampilkan kesan rapi, polos dan rata.
Plat lantai terdiri dari plat beton yang ditutup dengan karpet pada daerah kelas dan terapi yang banyak dilalui anak-anak sehingga tidak berbahaya bagi anak-anak jika jatuh. Warna yang dipilih untuk fasilitas kelas dan terapi adalah warna-warna teduh untuk menenangkan anak, seperti biru, hijau muda ungu,dll.
Untuk lantai pada bagian fasilitas umum dipakai material granit, karena selain indah, juga rata yang dipadu dengan granit bertekstur. Sementara lantai pada perkerasan dan plaza dipilih batu alam untuk mengekspresikan suasana yang nyaman.
Penutup atap dipilih atap metal sehinga mengekspresikan bentukan persegipanjang dengan lebih rapi.
3.7. Sistem Utilitas
3.7.1 Sistem distribusi air bersih
Suplai air bersih langsung dari PDAM yang ditampung pada tandon bawah yang terletak di daerah servis. Sistem distribusi menggunakan sistem up-feed dengan pertimbangan bahwa bangunan terdiri dari beberapa massa yang terpisah.
Air bersih dipompa dan dialirkan menuju water pressure tank yang bertujuan menggantikan kerja pompa utamasehingga menghemat listrik dan memperpanjang
usia pompa. Untuk memacu kinerja pompa, pada setiap fasilitas yang membutuhkan air bersih dibantu dengan booster pump tiap 50 m pipa sebagai antisipasi akan lahan yang memanjang. Untuk mengatur tekanan tiap outlet-nya pada kepala pipa percabangan tiap-tiap unit diberi katup ekspansi pengatur air agar diperoleh tekanan ideal air 4,5 kg/cm2. Tandon bawah memiliki dua bilik, dengan tujuan jika salah satu tandon bocor atau dikuras bilik yang satu berfungsi sebagai cadangan.
Perhitungan tandon air bawah:
• Murid
Jumlah murid yang belajar adalah 208, namun dengan adanya proses pergiliran, siswa yang efektif ada pada shiftnya adalah 84 (20 dari kelas intensif + 32 kelas regular + 32 kelas sosialisasi)
Diasumsikan jumlah maksimal siswa yang ada pada saat pergantian shift adalah 90 siswa. (30 ltr/org/hari)
Perhitungan: 90 org x 30 ltr = 2700 ltr = 2,7 m3
• Guru/ Pendidik
Jumlah guru yang diperlukan dalam satu shift adalah 28 orang. Ditambah dengan guru cadangan dan guru pembantu, diasumsikan jumlah guru maksimal 40 orang (30 ltr/org/hari)
Perhitungan: 40 org x 30 ltr = 1200 ltr = 1,2 m3
• Therapis
Beberapa terapis adalah juga merangkap sebagai pendidik. Namun diasumsikan ditambah sejumlah terapis maksimal 25 orang.
Terapis ini disamakan kebutuhannya dengan staff yang lain (lOOltr/org/hari).
Perhitungan: 25 orang x 100 ltr = 2500 ltr = 2,5 m3
• Staff
o Fasilitas sosialisasi = 50 orang (lOOltr/org/hari) 50 org x 100 ltr = 5000 ltr = 5 m3
o Fasilitas medis dan elektromedis = 12-15 orang (100 ltr/ org/hari) 15 org x 500 ltr = 7500 ltr = 7,5 m3
o karyawan= 25-30 karyawan (100 ltr/org/hari) 30orgxl001tr = 3000 ltr = 3 m3
o Fasilitas pengelola = 60 orang (100 ltr/orang/hari) 60 orang x 100 ltr = 6000 ltr = 6 m3
• Pengunjung
o Pengunjung konsultasi
20 orang x 25 ltr = 500 ltr = 0,5 m3
o Pengunjung medis dan elektro medis 20 orang x 500 ltr = 10000 ltr = 10 m3
o Pengunjung sosialisasi
100 orang x 25 ltr = 2500 ltr = 2,5 m3
o Pengunjung galeri karya dan serbaguna 400 orang x 30 ltr = 12000 ltr = 12 m3
o Keluarga yang menginap = maksimal 25 orang (2001tr/org/hari) 25 orang x 200 ltr = 5000 ltr = 5 m3
jadi total volume air yang dilayani tandon bawah adalah : 2,7 + 1,2 + 2,5 + 5 + 7,5 + 3 + 6 + 0,5 + 10 + 2,5 + 12 + 5 = 55,4 m3 ~ 56 m3
dimensi tandon bawah = kebutuhan + cadangan
= 56 x 1,5 hari
= 84 m3
3.7.2. Sistem pembuangan air kotor
Kotoran dari kloset dibuang ke septik tank lalu ke sumur resapan, namun air kotor dari washtafel, pantry dan bath tube dibuang langsung ke sumur resapan.
Disediakan empat septik tank dan sumur resapan untuk kamar mandi/wc yang berdekatan (lihat gambar utilitas).
Untuk air kotor dari dapur atau pantry, sebelum ke septic tank, diarahkan ke greese trap yang mengendapkan lemak, karena lemak yang masuk ke septik tank akan membunuh bakteri pengurai karena tertutupnya permukaan dengan lemak sehingga bakteri pengurai mati kekurangan oksigen.
Gambar 3.6. Sistem distribusi air bersih dan air kotor
3.7.3 Sistem pembuangan air hujan
Air yang mengalir ke atap ditampung dahulu dengan talang kemudian dialirkan melalui pipa paralon secara vertikal ke bak kontrol lalu dialirkan menuju ke danau buatan. Talang horizontal terbuat dari beton kedap air, sedangkan untuk talang vertikal dipakai pipa paralon.
3.7.4. Sistem penghawaan udara
Pada bangunan ini menggunakan sistem penghawaan aktif dan pasif.
Sistim penghawaan aktif menggunakan sistem VRV (Variable Refrigerant Value) yang serupa dengan sistem split namun dapat melayani banyak indoor dengan beberapa unit outdoor saja. Sistem VRV dipilih karena lebih praktis dibandingkan sistem penghawaan terpusat karena banyak massa yang terpisah, dan dengan satu ruang kontrol dapat melayani sampai maksimal 100 meter. Sitem ini digunakan pada fasilitas pendidikan dan terapi, serbaguna, galeri karya dan fasilitas sosialisasi. Untuk ruang-ruang lainnya yang seperti: fasilitas penginapan, fasilitas pengelola dan olah raga indoor digunakan sistem split biasa, karena penggunaan yang relatif berbeda dan dengan pertimbangan akan kebutuhan pendinginan yang tidak terlalu besar dan kompleks seperti halnya bangunan utama sehingga penggunaan VRV akan lebih boros. Pada fasilitas lainnya menggunakan sistem penghawaan pasif.
3.7.5 Sistem alat pembayangan
Sebagian besar bangunan diorientasikan ke arali utara dan selatan sehingga kebutuhan akan alat pembayangan ini dapat terpenuhi dengan overstek sebagai alat pembayangan horisontal. Namun pada beberapa bagian yang menghadap ke arah timur dan barat, khususnya fasilitas pengelola, digunakan alat pembayangan tambahan berupa kisi-kisi pada luar jendela.