• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN Latar Belakang

Organisasi nirlaba adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, dan tidak mempunyai anggota (UUD No.16 Tahun 2001 diubah dengan UU No.28 tahun 2004). Entitas nirlaba berbeda dengan entitas laba karena tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. Selain itu cara entitas nirlaba memperoleh sumber daya yang dibutuhkan dalam melakukan aktivitas operasinya juga berbeda. Sumber daya pada entitas nirlaba dapat diperoleh melalui para penyumbang atau pemberi dana yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau pengembalian manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumberdaya yang diberikan IAI (2014).

Laporan keuangan entitas nirlaba disajikan dengan tujuan utama untuk menyediakan informasi yang relevan dalam memenuhi kepentingan pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, anggota dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi entitas nirlaba (Ikatan Akuntan Indonesia 2014). Kepercayaan pemberi dana menjadi penting bagi organisasi nirlaba untuk mempertahankan keberlangsungannya sehingga penyajian laporan keuangan dibutuhkan sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas atas dana yang telah diberikan. Informasi pengelolaan dana yang disajikan pada laporan keuangan juga dibutuhkan oleh pihak internal organisasi sebagai sumber informasi dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian baik organisasi laba maupun nirlaba harus memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang terkait dengan organisasi tersebut.

GPIB (Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat) Jemaat Tamansari Salatiga merupakan organisasi nirlaba yang bergerak untuk tujuan keagamaan. Sumber pendanaan pada GPIB Tamansari Salatiga diperoleh dari anggota jemaatnya yang

(2)

2

sukarela memberi sumbangan. Untuk mencapai tujuannya sebagai gereja yang missioner GPIB Tamansari mewujudkannya melalui bersekutu, bersaksi dan melayani yang disebut Tri Dharma gereja. Gereja dan seluruh departemennya membutuhkan dana yang memadai jika ingin melakukan pekerjaan mereka dengan baik, gereja memandang uang atau dana tersebut sebagai pemberian Allah dan gereja juga menerima tanggung jawab mengurus dana yang telah diberikan dengan rasa syukur dan sukacita dalam kesempatan bersaksi tentang Kristus (Walz;2006).

Laporan keuangan GPIB Tamansari Salatiga diwartakan setiap minggu dengan maksud untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas terhadap keuangan gereja. Laporan keuangan yang disajikan setiap minggu merupakan laporan pemasukan dan pengeluaran kas yang ditujukan kepada seluruh anggota jemaat. Laporan keuangan gereja juga disajikan setiap tiga bulan dan setiap tahun namun ditujukan hanya kepada internal pengurus. Informasi keuangan gereja yang disajikan dapat mencerminkan aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh gereja setiap periodenya selain itu informasi keuangan gereja juga digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen gereja.

Laporan keuangan yang disajikan secara rutin dan periodik diatur dalam Sistem Perbendaharaan dan Prosedur GPIB secara sinodal dan diterapkan oleh GPIB Jemaat Tamansari Salatiga menunjukan bahwa GPIB merasa berkepentingan dan berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan keuangan gereja kepada semua anggota jemaat yang telah memberikan sumbangsih untuk mencapai tujuan gereja.

Pontoh (2013) menemukan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh gereja masih sederhana namun hasil penelitian Delfiani (2012) menunjukan adanya organisasi nirlaba yang telah menerapkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 45 dalam

(3)

3

laporan keuangannya. Mengingat pentingnya informasi keuangan sebagai pertanggungjawaban dan transparansi manajemen gereja, maka penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki kembali bagaimana luas pengungkapan laporan keuangan yang disajikan oleh GPIB Tamansari Salatiga, apakah GPIB Tamansari Salatiga telah menerapkan standar akuntansi dalam laporan keuangannya dan apa saja kendala yang dihadapi dalam menyajikan laporan keuangan di GPIB Tamansari Salatiga sehingga hasil penelitian dapat digunakan untuk mengetahui luas pengungkapan laporan keuangan yang disajikan oleh GPIB Tamansari Salatiga, dapat mengetahui apakah GPIB telah menerapkan standar akuntansi dalam laporan keuangannya serta dapat mengetahui dan memberikan masukan apa saja kendala yang dihadapi oleh GPIB Tamansari Salatiga dalam menyajikan laporan keuangannya.

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan rekomendasi kepada Entitas nirlaba secara umum dan GPIB Tamansari Salatiga secara khusus mengenai praktek pelaporan keuangan dan luas pengungkapan laporan keuangan sebagai bentuk akuntabilitas dan transparansi informasi keuangan dalam pengambilan keputusan.

(4)

4

KAJIAN PUSTAKA

Pengungkapan Laporan Keuangan

Pengungkapan secara luas, berarti penyampaian informasi Hendrick (2002).

Dalam arti sempit pengungkapan dipandang sebagai penyampaian informasi keuangan didalam laporan keuangan. Pengungkapan merupakan informasi yang ada di dalam laporan keuangan maupun komunikasi pelengkap yang mencakup catatan kaki, peristiwa setelah pelaporan, analisis manajemen tentang operasi yang akan datang, peramalan keuangan dan operasi, dan laporan keuangan tambahan.

Tiga konsep pengungkapan yang dikemukan oleh Hendrikson (2002), yaitu : 1. Adequate disclosure (pengungkapan cukup)

Pengungkapan yang cukup yaitu pengungkapan yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, sehingga laporan yang disajikan tidak menyesatkan atau disajikan dengan benar.

2. Fair disclosure (pengungkapan wajar)

Pengungkapan yang wajar bertujuan untuk memberikan perlakukan yang sama kepada semua pemakai laporan dengan menyediakan informasi yang layak terhadap pengguna laporan keuangan.

3. Full disclosure (pengungkapan penuh)

Pengungkapan penuh diartikan sebagai penyajian informasi yang berlebihan sehingga tidak bisa disebut layak. Terlalu banyak informasi akan membahayakan, karena penyajian rinci dan yang tidak penting justru mengaburkan informasi yang signifikan membuat laporan keuangan sulit ditafsir.

(5)

5

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan perubahan posisi keuangan suatu entitas, yang bermanfaat bagi semua pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik, Penyajian laporan mencerminkan aktivitas manajemen sebagai pertanggungjawaban atas sumber daya yang dikelola sehingga pengguna dapat mengambil keputusan ekonomik (IAI, 2014: 3).

Laporan keuangan sering dijadikan sumber informasi utama bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan organisasi sehingga laporan keuangan yang disajikan haruslah berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan para pengguna. Dalam Kerangka Konsep Pelaporan Keuangan oleh Ikatan Akuntan Indonesia telah dirumuskan empat karakter kualitatif pokok laporan keuangan

1. Dapat Dipahami

Laporan keuangan yang berkualitas adalah yang dapat disajikan untuk memudahkan pengguna memahami informasi yang dibutuhkan.

Pengguna diasumsikan sekurang-kurangnya mengetahui aktivitas ekonmi dan bisnis organisasi.

2. Relevan

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan lebih bermanfaat jika informasi tersebut relevan yaitu dapat mempengaruhi keputusan ekonomik pengguna melalui evaluasi pertistiwa masa lalu, sekarang atau masa depan.

3. Keandalan

Laporan keuangan dapat diandalkan jika informasi yang disajikan tidak menyesatkan atau bebas dari kesalahan material, lengkap dan dapat diandalkan sebagai penyajian yang tulus atau jujur.

(6)

6

4. Dapat dibandingkan

Perbandingan laporan keuangan tiap periode digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan organisasi. Oleh karena itu pengguna harus mengetahui kebijakan-kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan.

Elemen-elemen Laporan Keuangan

Kesalahan dalam penyajian laporan keuangan sering terjadi karena salah mengklasifikasikan unsur-unsur laporan keuangan. Unsur-unsur laporan keuangan diklasifikasikan menurut karakteristik ekonomiknya berdasarkan Kerangka Dasar Laporan Keuangan yaitu

1. Posisi keuangan

Unsur-unsur yang disajikan dalam laporan posisi keuangan adalah aset, liabilitas dan ekuitas. Aset diartikan sebagai sumber daya yang diukuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomik di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Liabilities merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomik. Ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua liabilitas

2. Kinerja

Unsur-unsur yang dikelompokan dalam pengukuran kinerja sebagai laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomik selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan liabilitas.

(7)

7

Penghasilan meliputi semua pendapatan yang timbul dari aktivitas normal perusahaan maupun keuntungan yang bukan berasal dari aktivitas normal. Selain penghasilan unsur lainnya yaitu beban. Beban diartikan sebagai penurunan manfaat ekonomik selama suatu periode akuntansi berupa arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya liabilitas yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.

Organisasi Nirlaba

Organisasi nirlaba merupakan suatu badan yang mempunyai tujuan untuk mendukung beberapa isu public atau kepedulian terhadap kepentingan umum yang tidak berkaitan dengan aspek komersial. Organisasi nirlaba meliputi masalah bencana kemanusiaan, bencana alam, pendidikan, seni, politik, agama, riset, atau hal lain yang relevan.

Organisasi laba maupun nirlaba mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai dan dipertahankan selama organisasi tersebut berdiri. Tidak berbeda dengan organisasi laba, organisasi nirlaba juga membutuhkan dana yang dihimpun dari para penyumbang. Pihak yang mengelola dana tersebut membutuhkan penerapan akuntansi untuk mempertanggung jawabkan dana yang telah diperoleh untuk mendapatkan kepercayaan para penyumbang dana sehingga dana yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organasasi juga dapat dipenuhi.

Ikatan Akuntan Indonesia telah menyadari pentingnya penerapan akuntansi bagi organisasi nirlaba sehingga telah ditetapkan standar yang dibuat untuk dijadikan panduan bagi setiap organisasi nirlaba dalam mempertanggungjawabkan keuangannya kepada para pennyumbang dana maupun pihak-pihak lainnya melalui penyajian laporan keuangan. Standar tersebut diatur dalam PSAK No. 45 tentang laporan keuangan entitas nirlaba, dibuat dengan tujuan untuk mengatur pelaporan keuangan entitas nirlaba sehingga laporan keuangan yang disajikan

(8)

8

dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi. Para pengguna informasi keuangan pada organisasi nirlaba membutuhkan laporan keuangan untuk menilai:

1. Seberapa besar kemampuan organisasi untuk dapat menyediakan jasa 2. Kemampuan pengelola organisasi untuk mengelola sumber daya

Beberapa karakteristik sebagaimana yang telah diatur dalam PSAK memberikan syarat-syarat tertentu yang membedakan penerapan PSAK pada organisasi laba dan nirlaba. Penerapan PSAK No.45 hanya dapat diterapkan bagi entitas nirlaba dengan karakteristik:

a. Sumber daya entitas nirlaba berasal dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomik yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan

b. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba dan jika entitas nirlaba menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak dibagikan kepada pendiri atau pemilik entitas nirlaba tersebut

c. Tidak ada kepemilikan seperti umumnya pada entitas bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam entitas nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas nirlaba pada saat likuidasi atau pembubaran entitas nirlaba.

Pengelompokan unsur-unsur laporan keuangan organisasi nirlaba juga telah diatur dalam PSAK No. 45 sebagai berikut

(9)

9

a. Laporan Posisi keuangan

Informasi dalam laporan keuangan digunakan untuk menilai kemampuan entitas nirlaba dalam memberikan jasa secara berkelanjutan, likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan utnuk memenuhi kewajibannya dan kebutuhan pendanaan eksternal. Informasi yang diungkapkan dalam laporan posisi keuangan yaitu aset, liabilitas, asset neto serta informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu.

Tabel 1. Contoh Laporan Posisi Keuangan

Entitas Nirlaba Laporan Posisi Keuangan

31 Desember 20XX Aset

Aset Lancar Kas dan setara kas Piutang bunga

Persediaan dan biaya dibayar dimuka Piutang lain-lain

Investasi janka pendek Aset Tidak Lancar Properti investasi Aset tetap

Investasi jangka panjang Jumlah Aset

Liabilitas

Liabilitas Jangka Pendek Utang dagang

Pendapatan diterima dimuka yang dapat dikembalikan Utang lain-lain

Utang wesel

Liabilitas Jangka Panjang Kewajiban tahunan Utang Jangka panjang Jumlah Liabilitas

(10)

10 Aset Neto :

Tidak Terikat

Terikat temporer (Catatan B) Terikat permanen (Catatan C) Jumlah Aset Neto

Jumlah Liabilitas dan Aset Neto

Sumber : PSAK Per Efektif Januari 2015.

b. Laporan aktivitas

Laporan aktivitas bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset neto, hubungan antar transaksi dengan peristiwa lain, dan bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.

Tabel 2. Contoh Laporan Aktivitas

Entitas Nirlaba Laporan Aktivitas

Untuk Tahun Yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 20XX

Perubahan Aset Neto Tidak Terikat Pendapatan

Sumbangan Jasa layanan

Penghasilan investasi jangka panjang (Catatan E) Penghasilan investasi lain-lain (Catatan E)

Penghasilan neto investasi jangka panjang yang belum terealisasi Lain-lain

Jumlah

Aset Neto yang Berakhir Pembatasannya (Catatan D) Pemenuhan program pembatasan

Pemenuhan pembatasan pemerolehan peralatan Berakhirnya pembatasan waktu

Jumlah

Jumlah Pendapatan Beban

Program A Program B

(11)

11 Program C

Manajemen dan umum Pencarian dana

Jumlah Beban (Catatan F) Kerugian akibat kebakaran Jumlah

Kenaikan Jumlah Aset Neto Tidak Terikat Perubahan Dalam Aset Neto Terikat Temporer Sumbangan

Penghasilan investasi jangka panjang (Catatan E)

Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang (catatan E)

Kerugian aktuarial untuk kewajiban tahunan Aset neto terbebaskan dari pembatasan (Catatan D) Penurunan Aset Neto Terikat Temporer

Perubahan Dalam Aset Neto Terikat Permanen Sumbangan

Penghasilan investasi jangka panjang (Catatan E)

Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang (Catatan E)

Kenaikan Aset Neto Terikat Permanen Kenaikan Aset Neto

Aset Neto Pada Awal Tahun Aset Neto Pada Akhir Tahun

Sumber : PSAK Per Efektif Januari 2015

c. Laporan arus kas

Menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Penyajian laporan arus kas didalam PSAK No. 45 diklasifikasikan sesuai dengan PSAK No.2 sebagai :

1. Aktivitas operasi

Jumlah arus kas yang timbul dari aktivitas operasi terutama dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas.

2. Aktivitas investasi

Arus kas yang timbul dari aktivitas investasi dapat mencerminkan

(12)

12

seberapa besar pengeluaran yang dipakai untuk menghasilkan pengahasilan dan arus kas mas depan.

3. Aktivitas pendanaan

Pengungkapan keuangan pada aktivitas pendanaan digunakan untuk memprediksi klaim atas arus kas masa depan oleh para penyedia modal entitas.

Tabel 3. Contoh Laporan Arus Kas

Entitas Nirlaba Laporan Arus Kas

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 20X2 Aktivitas Operasi

Kas dari pendapatan jasa Kas dari pemberi sumberdaya Kas dari piutang lain-lain Bunga dan dividen yang diterima Penerimaan lain-lain

Bunga yang dibayarkan

Kas yang diberikan kepada pegawai dan supplier Utang lain-lain yang dilunasi

Kas neto yang diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi \ Aktivitas Investasi

Ganti rugi dari asuransi kebakaran Pembelian peralatan

Penerimaan dari penjualan investasi Pembelian investasi

Kas neto yang diterima (digunakan) untuk aktivitas investai Aktivitas Pendanaan

Penerimaan dari kontribusi berbatas dari : Investasi dalam endowment

Investasi dalam endowment berjangka Investasi bangunan

Investasi perjanjian tahunan Aktivitas pendanaan lain:

Bunga dan dividen berbatas untuk reinvestasi

(13)

13 Pembayaran kewajiban tahunan

Pembayaran utang wesel

Pembayaran liabilitas jangka panjang

Kas neto yang diterima (Digunakan) untuk aktivitas pendanaan Kenaikan (Penurunan) Neto dalam Kas dan Setara Kas Kas dan Setara Kas pada Awal Tahun

Kas dan Setara Kas pada Akhir Tahun

Rekonsiliasi perubahan dalam aset neto menjadi kas neto yang digunakan untuk aktivitas operasi:

Perubahan dalam aset neto

Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan dalam aset neto menjadi kas neto yang digunakan untuk aktivitas operasi :

Depresiasi

Kerugian akibat kebakaran

Kerugian aktuarial pada kewajiban tahunan Kenaikan piutang bunga

Penurunan dalam persediaan dan biaya dibayar dimuka Kenaikan dalam piutang lain-lain

Kenaikan dalam utang dagang

Penurunan dalam penerimaan dimuka yang dapat dikembalikan Penurunan dalam utang lain-lain

Sumbangan terikat untuk investasi jangka panjang Bunga dan dividen terikat untuk investasi jangka panjang

Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang Kas neto diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi

Data tambahan

Aktivitas investasi dan pendanaan nonkas:

Peralatan yang diterima sebagai hibah

Pembebasan premi asuransi kematian, nilai kas yang diserahkan Bunga yang dibayarkan

Sumber : PSAK Per Efektif Januari 2015 d. Catatan atas laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan disajikan untuk membantu pengguna laporan keuangan memahami informasi yang terkandung pada laporan keuangan tersebut. Pengungkapan catatan atas laoran keuangan berisi:

1. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang spesifik

(14)

14

2. Informasi yang disyaratkan oleh SAK yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan

3. Menyediakan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.

Gereja Sebagai Entitas Nirlaba

Gereja merupakan organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang keagamaan. Keberadaan gereja disadari sebagai satu misi yang berfokus untuk menjadikan murid-murid bagi Kristus. Dengan demikian, gereja juga mempunyai struktur organisasinya sendiri yang mengatur fungsi-fungsi dalam organisasi untuk mencapai misinya.

Pada umumnya struktur organisasi gereja menurut Walz (2001) terdiri dari pendeta yang menjalankan fungsi pastoral dan fungsi administrasi, Sekretaris kantor gereja sebagai pusat informasi dan penyedia komunikasi tertulis, ketua jemaat, ketua organis dan pemusik, koster, bendahara sebagai pengurus keuangan gereja yang mengelola keuangan, sekretaris keuangan sebagai pengawas yang menangani pendapatan gereja, ketua sekolah minggu, dan majelis gereja,

Laporan Keuangan Gereja

Laporan keuangan gereja disajikan kepada anggota jemaat sebagai bentuk akuntabilitas atas pengelolaan sumbangan yang diberikan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dipakai sebagai sumber informasi bagi jemaat untuk mengetahui, memberi masukan, dan mengkritik kebijakan-kebijakan gereja.

Laporan keuangan gereja disusun oleh bendahara dan dibantu oleh sekretaris. Penerapan akuntansi dalam keuangan gereja dipengaruhi oleh beberapa

(15)

15

unsur yaitu gereja didominasi oleh doktrin suci dan konsep teologi yang berbeda-beda pada masing-masing aliran Gereja Protestan, sehingga ada resistensi dilakukan oleh para pemimpin gereja karena mereka mendominasi manajemen gereja. Resistensi juga muncul karena akuntansi dianggap sebagai media komunikasi yang dapat menangkap kondisi rill apa yang ada dalam organisasi gereja Booth, 2003 (dalam Rauda, 2010).

Peneilitian Terdahulu

Pontoh (2013) dalam penelitiannya tentang Penerapan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Berdasarkan PSAK No. 45 Gereja BZL menyatakan bahwa Gereja Buikt Zaitun Luwuk belum menerapkan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan laporan keuangan organisasi nirlaba yang ada dalam PSAK No.45 karena untuk penyusunan laporan keuangannya telah diatur sendiri dalam Tata Dasar dan Peraturan Gereja. Meskipun tidak mengikuti format laporan keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, namun secara umum tujuan penyusunan laporan keuangan pada Gereja Bukit Zaitun, telah tercapai walaupun masih ada informasi-informasi tertentu yang belum jelas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) menunjukan bahwa secara garis besar tujuan penyusunan laporan keuangan pada Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kertanegara Semarang telah tercapai meskipun belum dibuat sesuai dengan format Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45.

Gereja hanya menyusun laporan keuangan dalam bentuk laporan realisasi keuangan berdasarkan pedoman yang disusun oleh gereja. Kesulitan pengkonversian ke dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 terjadi karena tidak tercatatnya modal disetor secara jelas.

Gultom dan Poputra (2015) Kantor Sinode Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM) belum menerapkan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan format

(16)

16

Pernyataan Sstandar Akuntansi Keuangan Nomor 45. Namun Kantor Sinode Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM) telah menerbitkan laporan realisasi anggaran belanja dan pendapatan serta mempunyai Badan Pengawas Perbendaharaan sebagai bukti pertanggungjawaban dan transparansi atas pengelolaan keuangan. Delfiani (2012) telah melakukan penelitian berupa studi kasus pada Yayasan Beasiswa Jakarta sebagai yayasan pemerintah menunjukan bahwa yayasan tersebut telah menerapkan PSAK No.45 tentang organisasi nirlaba pada pelaporan keuangannya secara lengkap.

(17)

17

METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan secara langsung atau menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui

1. Wawancara dengan cara pengumpulan data melalui tanya-jawab secara langsung kepada narasumber yang ditentukan secara purposive. Secara purposive narasumber akan dipilih berdasarkan kriteria yang sesuai dengan topik penelitian dan dianggap kredibel atau dapat memberikan inforrmasi yang berkualitas dan mempunyai kapabilitas terhadap informasi mengenai keuangan GPIB Tamansari Salatiga sehingga informasi yang diberikan dapat dipercaya untuk menjawab masalah penelitian. Oleh karenanya, narasumber yang akan diwawancarai adalah jemaat GPIB Tamansari Salatiga yang secara langsung terlibat dalam sistem perbendaharaan Jemaat sesuai dengan struktur organisasi perbendaharaan Jemaat sebanyak 10 orang narasumber.

2. Field Research yaitu melakukan tinjauan lapangan dengan mengamati secara langsung pembuatan laporan keuangan dan mendapatkan dokumen-dokumen berupa struktur organisasi gereja, laporan keuangan yang pernah disajikan, bukti-bukti yang digunakan dalam pembuatan laporan keuangan.

Teknik Analisis Data

Semua data yang terkumpul akan dianalisis mengunakan metode analisis kualitatif deskriptif dengan cara menguraikan, menggambarkan, menerangkan data dan membandingkan laporan keuangan yang disajikan oleh GPIB Tamansari dengan laporan keuangan berdasarkan PSAK no.45.

(18)

18

Langkah-langkah analisis data:

1. Melakukan seleksi atas data-data yang telah dikumpulkan, menguraikan data tersebut secara singkat, dan menggolongkannya sesuai dengan kerangka berpikir

2. Menganalisis informasi-informasi keuangan yang diungkapkan dan informasi keuangan yang penting namun belum diungkapkan pada laporan keuangan GPIB Tamansari Salatiga

3. Menganalisis perlakuan akuntansi berupa pengakuan, pencatatan dan penyajian transaksi keuangan yang dilaporkan pada laporan keuangan GPIB Tamansari Salatiga

4. Mempelajari dan menganalisis dokumen-dokumen keuangan GPIB Tamansari Salatiga

5. Menemukan dan menguraikan kendala-kendala yang dihadapi dalam menyajikan dan mengungkapkan informasi melalui laporan keuangan GPIB Tamansari Salatiga serta memberikan solusi untuk mengatasinya 6. Meninjau kembali data yang telah dianalisis dan membandingkannya

dengan kajian pustaka.

7. Membuat kesimpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh GPIB Tamansari Salatiga dalam panyajian dan pengukapan laporan keuangan gereja.

(19)

19

HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah singkat

Warga GPIB Jemaat Tamansari Salatiga tidak hanya berasal dari warga Salatiga namun juga dari gereja-gereja yang berinduk pada Gereja Protestan Indonesia atau gereja-gereja seasas. GPI sendiri berasal dari Gereja Protestan Hindia Belanda Timur yang dilanjutkan yaitu gereja saat Belanda masih menduduki Indonesia. Gereja tersebut adalah gereja negara yang dikepalai oleh pemerintah Belanda. Pada tahun 1863-1918 di indonesia dilakukan upaya untuk memisahkan gereja dan negara karena gereja dan negara merupakan dua lembaga yang berbeda dari sudut pandang dasar, tujuan, pimpinan, maupun anggotanya, sehingga sejak 1 Februari 1950 negara tidak lagi menanggung keuangan gereja dan gereja mulai mendanai dirinya sendiri.

Tahun 1930 didirikan gereja-gereja suku oleh Gereja Protestan Indonesia yaitu: Gereja masehi Injili Minahasa (GMIM), Gereja Protestan Maluku (GPM), Gereja Masehi Injili Timor (GMIT). Setelah kemerdekaan Indonesia GPI (Gereja Kristen Indonesia) mendirikan Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat untuk dapat menampung warga jemaat dari ketiga gereja tersebut yang tersebar di Jawa, Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan pada tahun 1948.

Gedung gereja yang dipakai untuk beribadah oleh Jemaat GPIB Tamansari awalnya merupakan gedung gereja pemerintah Hindia Belanda yang ditinggalkan saat kembali ke negeri Belanda tahun 1949. Dengan bantuan Pdt. Probowinoto yang meyakinkan walikota Salatiga, maka gedung gereja tersebut dipakai untuk beribadah oleh beberapa Tentara Nasional Indonesia yang berasal dari luar pulau Jawa dan 3 keluarga yang tinggal di Salatiga. Semakin hari jumlah anggota warga gereja semakin banyak, maka dibentuklah “Persekutuan Orang-Orang Kristen Salatiga” di Salatiga.

(20)

20

Pada tanggal 27 Mei 1951 jemaat GPIB di Salatiga sudah ada dan mulai dilayani, dibuktikan dengan telah dilakukannya baptisan dan peneguhan sidi untuk seorang warga gereja dengan dikeluarkannya surat baptis/sidi yang diterbitkan oleh Gereja Protestan Bagian Indonesia Barat. Peresmiannya sebagai jemaat GPIB Salatiga dilaksanakan 5 tahun kemudian pada 15 Februari 1956. Saat itu jumlah anggota jemaat sudah mencapai 65 orang dan telah telah memenuhi syarat berdirinya jemaat GPIB yaitu 30 orang.

Setelah GPIB Jemaat Tamansari Salatiga resmi terbentuk, mulailah ditata organisasi gereja semampunya untuk mewujudkan Tri Dharma GPIB Jemaat Tamansari sebagai gereja yang missioner melalui persekutuan, pelayanan, dan kesaksian. Penataan organisasasi dimulai dengan melakukan pemilihan Majelis Jemaat pada tahun 1956 sebanyak 4 (empat) orang. Majelis Jemaat bertugas untuk mengatur dan mengembangkan warga GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dibawah bimbingan dan pengawasan GPIB Jemaat Semarang. Membagi daerah pelayanan GPIB Jemaat Tamansari Salatiga menjadi 6 daerah pelayanan untuk mempermudah pelayananan dan perkunjungan. Selain ibadah rutin setiap hari Minggu, mulai diselenggarakan juga ibadah oleh Badan Pelayanan Kategorial (BPK) untuk memperkuat persekutuan warga jemaat. BPK dalam Jemaat GPIB Tamansari sampai saat ini masih terus ada yaitu Pelayanan Anak, Persekutuan Teruna, Gerakan Pemuda, Persekutuan Kaum Perempuan, Persekutuan Kaum Bapak, Persekutuan Kaum Lanjut Usia.

Tahun 1956 didirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen Salatiga (PTPG-KI) di Salatiga yang kemudian menjadi Universitas Kristen Satya Wacana.

Mahasiswa Kristen yang berkuliah di perguruan tersebut banyak yang berasal dari gereja-gereja seasas dengan GPIB, mereka kemudian mendaftarkan diri sebagai anggota jemaat. Jumlah anggota jemaat semakin bertambah oleh karena mahasiswa yang mendaftarkan diri dan juga hasil dari pengkabaran injil di

(21)

21

desa-desa sekitar. Sampai sekarang anggota jemaat GPIB Tamansari Salatiga semakin banyak dan berasal dari para akademisi, perantau, maupun anggota jemaat yang berasal dari warga asli Kota Salatiga yang berada pada Pos Pelayanan.

Semakin banyak anggota jemaat membutuhkan penatalayanan yang terstruktur dalam pengelolaan jemaat. Menyadari pentingnya penatalayanan, GPIB Tingkat Sinodal telah menyusun struktur organisasi untuk perbendaharaan gereja seperti yang ditampilkan pada bagan 1.

Bagan 1. Struktur Organisasi Perbendaharaan Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat Jemaat Tamansari Salatiga

Sumber: Pedoman dan Penatalayanan Perbendaharaan GPIB di Tingkat Jemaat

(22)

22

Bagan 1. adalah struktur organisasi khusus untuk perbendaharaan gereja dan pengelolaan keuangan gereja, yang dibuat sesuai dengan pembagian tugas dan wewenang atau otorisasi masing-masing bagian keuangan dan perbendaharaan gereja. Struktur organisasi terdiri dari Majelis jemaat dan Pekerja Harian Majelis Jemaat (PHMJ), Ketua IV Pekerja Harian Majelis Jemaat, Bendahara 1, Bendahara 2, Kasir, Pemegang Buku, Pembuat Laporan, Badan Pelayanan Kategorial (BPK) dan Bendaharanya, Panitia dan Bendaharanya. Selain itu ada juga Badan Pemeriksa dan Perbendaharaan Jemaat (BPPJ) namun tidak dimasukan ke dalam struktur karena BPPJ bekerja secara independen.

Majelis jemaat adalah persekutuan kerja para presbiter yang memimpin GPIB di lingkup Jemaat. Persekutuan kerja ini adalah perwujudan dari Sistem Presbitarial Sinodal yang nampak dalam sidang majeelis jemaat. Majelis jemaat GPIB Jemaat Tamansari Salatiga mempunyai wewenang untuk mengelola sumber daya perbendaharaan gereja di jemaat sesuai dengan tata cara pengelolaan perbendaharaan

Dari semua anggota majelis jemaat dipilih 11 orang untuk menjadi Pelaksana Harian Majelis Jemaat (PHMJ) sehingga dapat diartikan PHMJ adalah representasi harian dari majelis jemaat. PHMJ yang bertugas secara langsung dengan perbendaharaan GPIB Jemaat Tamansari yaitu Ketua IV karena membidangi Pembangunan Ekonomi Gereja meliputi bidang Keuangan (perbendaharaan dan akuntansi), Daya dan Dana, Pemanfaatan dan Pengembangan Harta Milik Gereja, Badan Usaha/Badan Hukum GPIB. Selain itu, bersama dengan Ketua VI, Bendahara 1 PHMJ bertanggungjawab mengawasi dan menyelenggarakan perbendaharaan dan pengelolaan keuangan sedangkan Bendahara 2 PHMJ, perbendaharaan dan pembukuan.

Bagian kasir, pemegang buku dan pembuat laporan pada bagan 1. Disebut sebagai pegawai gereja. Dalam menjalankan tugasnya pegawai akan bertanggung

(23)

23

jawab kepada Ketua IV, Bendahara, dan Bendahara I PHMJ. Idealnya dalam satu jemaat, jumlah pegawai berkisar tiga sampai lima orang. Dua orang dapat bertugas sebagai kasir, dua orang sebagai pemegang buku, dan satu orang sebagai pembuat laporan atau tergantung aktivitas perbendahaaraan dan banyaknya transaksi dalam masing-masing jemaat. Jumlah pegawai GPIB Jemaat Tamansari Salatiga yang aktif menjalankan fungsinya dalam perbendaharaan hanya ada satu orang sehingga pegawai bagian kasir merangkap tugas sebagai pemegang buku dan pembuat laporan.

BPPJ adalah badan independen yang berfungsi untuk mengadakan pemeriksaan keuangan dan perbendaharaan gereja. Kedudukan BPPJ didalam jemaat setara dengan majelis jemaat. Pemeriksaan dan perbendaharaan dilakukan sebagai bentuk pengendalian terhadap pengelolaan keuangan gereja.

BPPJ bekerja secara independen dan tidak terlibat sebagai pengurus dalam organisasi gereja. Pemeriksaan BPPJ GPIB Tamansari dilakukan setiap 3 bulan setelah disajikan laporan triwulan.

Profil Responden

Pemilihan responden sesuai dengan teknik purposive sehingga responden yang dipilih sesuai dengan criteria adalah 7 (Tujuh) orang yang termasuk dalam struktur organisasi perbendahaaraan jemaat dan 3 (Tiga) orang yang tidak termasuk dalam struktur organisasi perbendaharaan namun termasuk dalam struktur organisasi gereja secara keseluruhan.

Responden yang terpillih dan bersedia memberikan informasi yaitu Ketua IV PHMJ : Pa Noldy Momongan

Bendahara : Pa Elia

Pegawai : Michele

Bendahara BPK dan Panitia : Bapak Tamsir

(24)

24

Sdri. Alicia Hursepuny Sdr. Marsel Talise

Ketua PHMJ : Pdt. Erika Mataheru-Tataung Ketua 1 PHMJ : Penatua Sumardi

BPPJ : Bapak Piet Lumalesil Ibu. Santi

Pengungkapan Laporan Keuangan GPIB Jemaat Tamansari Salatiga

Informasi keuangan yang perlu diketetahui oleh anggota jemaat GPIB Tamansari Salatiga adalah informasi penerimaan, pengeluaran kas setiap seminggu sekali atau mingguan informasi tersebut kemudian dipertanggungjawabkan dalam sidang jemaat setiap 3 bulan sekali (triwulan) laporan yang dibuat merupakan laporan rekapan dari penerimaan dan pengeluaran kas mingguan yang direkap setiap bulan kemudian direkap lagi untuk 3 bulan, selanjutnya direkap untuk setahun. Tujuan pembuatan laporan tersebut bukan hanya sebagai informasi yang sekedar diketahui namun informasi tersebut akan dipakai untuk dibandingkan dengan rencana anggaran program tahunan yang sebelumnya telah dibuat, seperti laporan pengeluaran kas dapat dipakai untuk mengetahui realisasi anggaran. Sedangkan laporan penerimaan kas dapat dipakai untuk merancang anggaran program periode berikutnya.

Laporan keuangan yang diberikan kepada semua anggota jemaat hanya laporan mingguan yang diterbitkan seminggu sekali melalui warta keuangan saat Ibadah Minggu sedangkan laporan triwulan diterbitkan 3 bulan sekali dan laporan tahunan diterbitkan setahun sekali diberikan kepada anggota jemaat yang menghadiri sidang pleno dan rapat penyusunan anggaran sehingga tidak semua anggota jemaat mengetahui laporan keuangan triwulan dan tahunan.

(25)

25

Menurut bagian keuangan gereja laporan keuangan yang disajikan pada GPIB Tamansari Salatiga selama ini sudah lengkap. Berdasarkan hasil wawancara dengan BPPJ mengatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan dan diungkapkan masih ada yang belum lengkap, menurut Bapak Piet Lumalesil salah satu BPPJ mengungkapkan bahwa

“ laporan keuangan yang disajikan masih ada yang belum lengkap yaitu copy buku kas harian untuk 28 Desember sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 belum diberikan, rekapitulasi keuangan gereja Oktober-Desember 2016 belum diberikan dan juga tidak dicantumkan nomor akun yang diperlukan untuk menentukan pengelompokan transaksi sesuai dengan sistem dan prosedur perbendaharaan gereja, PHMJ belum memberikan klarifikasi yang jelas mengenai pertanggungjawaban keuangan untuk sertifikasi tanah Pos Pelayanan Kalimangli karena biaya-biaya untuk pengurusan sertifikasi telah dicatat sejak 24 Juni 2016 namun belum diberikan sampai saat ini”

Laporan keuangan yang kurang lengkap merupakan temuan BPPJ. Temuan tersebut sangat penting karena dapat dijadikan tolak ukur penilaian kinerja PHMJ dalam mengelola keuangan. Apabila temuan tersebut diketahui oleh semua anggota jemaat maka dapat mengurangi kepercayaan anggota jemaat terhadap PHMJ GPIB Jemaat Tamansari. Hasil wawancara tersebut menunjukan adanya ketidaksesuaian antara bagian keuangan sebagai pembuat laporan keuangan dan BPPJ sebagai pengguna laporan keuangan, mengenai kelengkapan pelaporan keuangan dan ketepatan waktu dalam menyajikan laporan keuangan.

Selain itu responden yang diwawancarai sebagai pengguna laporan keuangan mengungkapkan bahwa laporan keuangan yang disampaikan masih ada yang kurang lengkap karena keterlambatan dalam menyajikan. Berdasarkan buku Pedoman Tata GPIB mengatur bahwa laporan pertanggungjwaban suatu kegiatan disampaikan selambat-lambatnya 14 hari setelah kegiatan dilaksanakan namun masih ada panitia kegiatan yang terlambat menyampaikan laporan tersebut.

(26)

26

Keterlambatan tersebut juga mempengaruhi ketepatan waktu dalam menyajikan laporan keuangan, sehingga menurut 3 (Tiga) responden kelengkapan penyajian laporan keuangan pada GPIB Jemaat Tamansari Salatiga masih ada yang kurang lengkap.

GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dikategorikan sebagai jemaat kategori A didalam buku pedoman perbendaharaan GPIB tingkat jemaat, kategori A berarti jemaat mampu mengelola, mengadministrasikan, dan melaporkan perbendaharaannya secara rinci. Oleh karena itu, dalam warta keuangan GPIB Jemaat Tamansari yang disampaikan setiap minggu disajikan semua transaksi yang dicatat secara rinci. Apabila ada dua atau lebih transaksi sejenis yang terjadi dalam seminggu akan dilaporkan secara terpisah dan tidak dikelompokan. Seperti pada warta jemaat per 29 Januari 2017 ada 3 (Tiga) transaksi pemberian sumbangan kepada 15 Pdt. GPIB yang studi S2 disalatiga transaksi tersebut tidak dikelompokan karena pemberi sumbangan yang berbeda

GPIB Tamansari tidak menyajikan laporan penerimaan dan pengeluaran kas bulanan seperti yang diatur dalam pedoman penatalayanan dan perbendaharaan GPIB tingkat jemaat, namun menyajikan informasi keuangan mingguan yang diambil dari buku harian kas dan tidak melalui proses rekapitulasi kas, sehingga tidak ada pengelompokan untuk transaksi yang sejenis. Eror yang terjadi dalam penyajian laporan keuangan pada GPIB Jemaat Tamansari Salatiga disebabkan karena tidak ada pengelompokan transaksi sehingga waktu dan tenaga yang dibutuhkan semakin banyak namun manfaat yang diperoleh tidak dapat diukur sehingga proses yang terjadi belum efisien dan efektif.

Laporan triwulan disajikan berdasarkan rekapan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas selama 3 bulan dan diberikan kepada anggota majelis jemaat untuk pelaksanaan sidang majelis jemaat. GPIB Jemaat Tamansari Salatiga tidak membuat laporan keuangan bulanan sehingga laporan triwulan direkap per hari

(27)

27

selama tiga bulan. Penyajian laporan keuangan GPIB Jemaat Tamansari dibuat terperinci per transaksi sehingga tidak membuat rekapitulasi kas karena tidak ada pengelompokan transaksi yang sejenis.

Proses akuntansi pada GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dilakukan secara manual mulai dari analisis transaksi berupa bukti-bukti kas keluar dan kas masuk.

Setiap transaksi arus masuk dan keluar kas akan dibuat bukti internal oleh bagian kasir pada buku bukti penerimaan kas dan buku bukti pengeluaran kas. Selain mencatat pada buku bukti kasir akan membuat kwitansi pengeluaran kas. Apabila ada transaksi pengeluaran kas, kasir membuat kwitansi yang ditandangani oleh penerima uang, setelah itu kasir mencatat pada buku bukti penerimaan kas. Buku bukti penerimaan kas dapat mencatat beberapa transaksi dari beberapa orang berbeda. Bukti tersebut juga tidak ditandatangani oleh penyetor atau penerima uang. Kwitansi yang ditandatangani oleh penyetor atau penerima uang akan dilekatkan menjadi satu dengan buku bukti.

Pengakuan penerimaan dan pengeluaran kas pada GPIB Tamansari dilakukan apabila ada penyetoran atau pembayaran. Pengeluaran kas oleh kasir dilakukan berdasarkan anggaran tahunan, apabila ada pengeluaran lainnya kasir akan menganggarkan dalam buku anggaran rutin dan diserahkan kepada PHMJ untuk disetujui. Anggaran mingguan dan tahunan segera disiapkan oleh kasir untuk dikeluarkan, dalam prakteknya kesalahan yang terjadi pada pengakuan kas oleh GPIB Jemaat Tamansari Salatiga adalah mengakui pengeluaran yang telah dianggarkan dan disetujui walaupun uang kas belum diserahkan kepada pihak lain kemudian mengakui penerimaan sebelum uang disetor.

Pencatatan pada buku harian kas dilakukan dengan sistem single entry pencatatan diambil dari buku bukti. Pencatatan pada buku harian kas belum mencantumkan nomor akun. Nomor akun bertujuan untuk menggolongkan dan mengklasifikasifikan transaksi yang sejenis. Pencatatan pada buku harian kas

(28)

28

dilakukan urut tanggal transaksi dan bukti transaksi. Akhir periode pelaporan keuangan pada warta keuangan mingguan GPIB Jemaat Tamansari ditetapkan pada hari Kamis setiap minggu berjalan, transaksi-transaksi yang terjadi setelah hari kamis akan disajikan pada warta keuangan periode berikutnya.

Penyajian warta keuangan mingguan diketik berdasarkan catatan pada buku harian kas. Dalam penyajiannya transaksi digolongkan atau diklasifikasikan per bidang namun pencatatannya tidak melalaui pengelompokan data. Proses ini memungkinkan terjadinya kesalahan dalam menyajikakan warta keuangan karena transaksi yang sudah dicatat pada buku harian kas tidak disajikan pada warta keuangan. Penyajian laporan keuangan triwulan tidak direkap dari buku harian kas selama tiga bulan dan tidak direkap per bulan.

Dalam pengungkapan laporan keuangan pada warta mingguan, catatan-catatan tambahan yang disajikan pada GPIB Jemat Tamasari yaitu catatan jika ada ralat warta keuangan yang telah disajikan pada periode sebelumnya, catatan mengenai tujuan penggunaan uang misalnya uang yang ada akan digunakan sebagai dana program atau dana pemeliharaan invetaris gereja, dan untuk dana cadangan, catatan mengenai rekening buku Bank Republik Indonesia (BRI) dan Bank Nasional Indonesia (BNI) atas nama GPIB Tamansari Salatiga.

Selain laporan penerimaan dan pengeluaran kas yang disajikan pada warta keuangan terlampir, GPIB Jemaat Tamansari Salatiga juga menyajikan rincian penerimaan dari persembahan tetap bulanan dan syukur yang dirinci satu persatu sesuai dengan nama pada amplop dan jumlah uang yang diberikan. Apabila ada amplop yang tidak bernama maka akan disajikan dengan nama NN. Tujuannya adalah untuk pengendalian terhadap penerimaan yang diberikan oleh jemaat.

(29)

29

Standar Akuntansi di GPIB Tamansari Salatiga

Dalam hal pengelolaan dan pertanggungjawaban terhadap keuangan gereja, GPIB secara secara sinodal telah menyadari pentingnya akuntabilitas dan transparansi terhadap perbendaharaan dan keuangan gereja bukan hanya karena kesadaran terhadap kepercayaan jemaat namun juga ada nilai-nilai religius yang menjadi prinsip dalam hidup sebagai umat yang beragama dan takut akan Tuhan.

Sehingga dipahami bahwa penatalayanan terhadap keuangan dan perbendaharaan gereja juga merupakan suatu tanggung jawab terhadap panggilan Tuhan yang harus dijalankan dengan benar. Oleh karenanya telah dibuat pedoman penatalayanan perbendaharaan GPIB ditingkat jemaat pada tahun 2005 dan disempurnakan pada tahun 2013 sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi.

Sistem akuntansi GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dibuat oleh tim khusus GPIB tingkat jemaat berdasarkan PSAK No. 45 yang telah dimodifikasi dan dijadikan sebagai pedoman penatalayanan perbendaharaan jemaat, sehingga didalam penyajian laporan keuangan masih terdapat beberapa perbedaan antara lain :

1. Berdasarkan prinsip

Penyajian dan pengungkapan informasi keuangan disajikan dengan prinsip Acrual based sehingga semua transaksi yang terjadi walaupun tanpa melibatkan akun kas haruslah dicatat, namun yang diatur dalam perbendaharaan GPIB menggunakan Cash based sehingga transaksi hanya akan dicatat apabila ada arus kas yang masuk dan keluar.

2. Berdasarkan karakterisitk kualitatif

Karakteristik kualitas informasi keuangan pada GPIB Tamansari Salatiga yang dimodifikasi dari PSAK No.45 antara lain informasi keuangan disajikan secara sederhana agar dapat dengan mudah dipahami oleh semua anggota jemaat karena tidak semua anggota jemaat yang membutuhkan

(30)

30

informasi keuangan memiliki pengetahuan tentang akuntansi. Informasi keuangan yang berkualitas harus relevan. Informasi keuangan yang semakin transparan akan semakin diandalkan oleh anggota jemaat untuk mengambil keputusan. Informasi keuangan yang disajikan harus dapat dipertanggungjawabkan.

3. Berdasarkan jenis-jenis laporan dan penyajiannnya

Laporan keuangan yang disajikan pada GPIB Tamansari Salatiga yaitu laporan penerimaan dan pengeluran kas mingguan yang disajikan dalam warta keuangan, laporan penerimaan dan pengeluaran kas triwulan, laporan pengeluaran dan penerimaan kas tahunan, dan laporan invetaris.

Selain itu ada juga laporan penerimaan dan pengeluaran kas bulanan yang harus dilaporkan setiap bulan dalam warta keuangan gereja namun tidak diterapkan oleh GPIB Tamansari Salatiga. Laporan penerimaan dan pengeluaran kas mingguan di dalam pedoman perbendaharaan gereja merupakan salah satu bentuk pengendalian dalam pengelolaan keuangan gereja. Laporan neraca, laporan aktivitas tidak diungkapkan didalam laporan keuangan GPIB Tamansari Salatiga sebagaimana yang telah diatur dalam pedoman perbendaharaan dan penatalayanan GPIB di tingkat jemaat.

4. Berdasarkan item-item atau akun-akun yang disajikan dalam laporan keuangan GPIB Jemaat Tamansari tidak menyajikan sesuai dengan PSAK No. 45 karena tidak ada pengelompokan transaksi ke dalam satu akun, sehingga akun atau unsur-unsur laproran keuangan disajikan berdasarkan nama transaksi atau kegiatan yang ada pada anggaran. Pengelompokan akun telah diatur di dalam buku pedoman GPIB ditingkat jemaat namun belum diterapkan pada GPIB Tamansari Salatiga.

Dari 10 responden yang diwawancarai hanya ada 1 responden yang

(31)

31

mengatahi tentang PSAK No.45 dan penerapannya pada GPIB Jemaat Tamansari Salatiga, karena responden tersebut membacanya pada buku pedoman dan penatalayanan gereja. Hal ini menunjukan bahwa standar yang dibuat oleh GPIB secara sinodal dengan mengadopsi PSAK No. 45 belum dipahami oleh bagian keuangan gereja sehingga penerapannya belum sesuai dengan PSAK No.45.

Hasil wawancara dengan Bendahara 1 menunjukan item-item pada Tabel 5.

tidak disajikan oleh GPIB Jemaat Tamansari Salatiga karena transaksi yang berhubungan dengan unsur tersebut tidak diperkenankan oleh gereja sebagaimana yang diatur dalam Tata Gereja GPIB. Transaksi yang berkaitan dengan kewajiban atau simpan pinjam tidak diperkankan oleh gereja, apabila terpaksa transaksi utang harus diselesaikan secara cepat atau segera dilunasi dalam waktu singkat.

Transaksi lainnya pada tabel 4. dianggap tidak ada karena belum pernah disajikan demikian didalam laporan keuangan GPIB Jemaat Tamansari Salatiga.

(32)

32

Tabel 4. Unsur-unsur laporan keuangan yang tidak disajikan pada laporan keuangan GPIB Jemaat Tamansari Salatiga

Liabilitas

Pendapatan diterima dimuka Utang lain-lain

Utang Wesel

Utang Jangka Panjang Aset Neto

Tidak terikat Terikat Temporer Terikat Permanen

Aset Neto Yang Berakhir Pembatasannya Pemenuuhan program pembatasan

Pemenuhan pembatasan pemerolehan peralatan Berakhirnya pembatasan waktu

Perubahan Aset Neto Terikat temporer Sumbangan

Pengahasilan investasi jangka panjang

Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang

Kerugian aktuarial untuk kewajiban tahunan Aset neto terbebaskan dari pembatasan Perubahan Aset Neto Terikat temporer

Sumbangan

Pengahasilan investasi jangka panjang

Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang

(33)

33

Kendala-kendala dalam menyajikan laporan keuangan GPIB Tamansari Salatiga

Pengungkapan dalam laporan keuangan GPIB Jemaat Tamansari Salatiga bermanfaat untuk meningkatkan kepercayaan angggota jemaat terhadap pengelolaan keuangan. Seberapa besar kepercayaan anggota jemaat terhadap informasi keuangan yang diungkapkan belum dapat diukur dengan akurat. GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dalam mengungkapkan informasi penerimaan dan pengeluaran kas mingguan sangat terperinci per transaksi dan tidak dilakukan pengelompokan transaksi sehingga waktu dan biaya yang dibutuhkan semakin banyak namun manfaat yang diperoleh belum tentu meningkat. Contohnya pemberian persembahan syukur tanpa nama sebanyak 10 amplop harus disajikan masing-masing dengan nama NN dalam warta keuangan mingguan namun tidak dikelompokan tujuannya untuk transparansi.

Sumber daya manusia yang kurang memadai dalam hal jumlah maupun kualitas menjadi kendala dalam pengungkapan laporan keuangan. Jumlah transaksi dalam seminggu kurang lebih empat puluh sembilan transaksi yang dicatat secara manual melalui proses pembuatan bukti transaksi, pencatatan pada buku kas harian secara manual kemudian dilaporkan dalam laporan penerimaan dan pengeluaran mingguan. Penyajian dilakukan dengan input manual transaksi dari buku kas untuk dicetak. Setiap tahapan dalam proses akuntansi tersebut hanya dilakukan oleh satu orang pegawai. Proses input dan pencatatan secara manual untuk transaksi yang banyak menyebabkan laporan terlambat disajikan, dan terjadi kesalahan penyajian dalam laporan. Pegawai bagian akuntansi pada GPIB Tamansari Salatiga hanya 1 orang sedangkan transaksi rata-rata per minggu sebanyak 90 transaksi sehingga dapat beresiko human eror dalam menyajikan laporan keuangan.

(34)

34

Sistem dan prosedur akuntansi yang diterapkan pada GPIB Tamansari sudah dibuat oleh GPIB tingkat sinodal secara terpusat, sehingga tidak semua anggota jemaat GPIB di Tamansari Salatiga mengetahui prosedur tersebut. Pegawai bagian keuangan juga belum memahami sepenuhnya tentang prosedur tersebut.

Pegawai yang pernah menjadi bagian kasir mengundurkan diri dengan alasan sakit, sudah mendapat pekerjaan lain, menjadi pegawai gereja diterima untuk mengisi kekosongan panggilan bekerja ditempat lain sehingga keluar masuk pegawai cukup tinggi dan gereja kesulitan mencari pengganti. Pegawai baru yang diterima juga belum memahami sistem dan prosedur akuntansi yang diterapkan pada GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dan tidak diikat dengan perjanjian tertentu untuk lamanya bekerja sebelum mengundurkan diri. Oleh karenanya penyajian laporan keuangan menjadi terhambat. Penyajian laporan keuangan menjadi tidak tepat waktu karena pegawai butuh waktu untuk mempelajari sistem yang baru dan pegawai tersebut merangkap tugas bagian pembukuan dan pembuat laporan keuangan.

Sistem dan prosedur perbendaharaan yang diterapkan oleh GPIB Jemat Tamansari Salatiga dirancang sesuai dengan kebutuhan Jemaat. Sistem tersebut disusun oleh tim yang dipilih secara sinodal oleh GPIB, sehingga tidak semua bagian dalam organisasi perbendaharaan GPIB Jemaat Tamansari memjawab dengan baik pedoman tersebut. Sosialisasi sistem dilakukan melalui media buku yang dapat dibaca, namun belum ada sosialisasi secara lisan dari pembuat standar atau GPIB secara sinodal langsung kepada pembuat maupun pemakai laporan keuangan di GPIB Jemaat Tamansari Salatiga.

Pembinaan pernah dilakukan tentang kepegawaian gereja dan diikuti oleh pegawai bagian administrasi dan kasir jemaat. Dalam pembinaan tersebut tidak dibahas secara rinci mengenai pedoman perbendaharaan dan keuangan jemaat sehingga pengetahuan pegawai mengenai pedoman tersebut juga kurang.

(35)

35

Pengetahuan mengenai pencatatan, pembukuan dan pelaporan keuangan selama ini didapatkan secara langsung dari pegawai yang sebelumnya menangani bagian keuangan namun tidak menggunakan prosedur yang telah dibuat sebagai penyajian informasi keuangan. Akibatnya, masih ditemukan perbedaan penyajian laporan keuangan pada warta jemaat yang belum sesuai dengan sistem perbendaharaan gereja.

PENUTUP Simpulan

Laporan keuangan yang diungkapkan oleh GPIB Jemaat Tamansari adalah Warta Keuangan Jemaat mingguan, Laporan Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas triwulan dan Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Kas Tahunan.

Berdasarkan Pedoman Penatalayanan dan Perbendaharaan Keuangan Jemaat GPIB tingkat Sinodal GPIB Tamansari belum menyajikan Laporan Penereimaan dan Pengeluaran Kas Bulanan dan Laporan Rekapitulasi kas.

Berdasarkan PSAK No. 45, GPIB Jemaat Tamansari Salatiga tidak menyajikan Laporan Neraca, Laporan Aktivitas, maupun laporan arus kas karena laporan keuangan yang disajikan berdasarkan pada prinsip sederhana, relevan, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.

GPIB Jemaat Tamansari Salatiga telah mengadopsi Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 45 yang telah dimodifikasi dalam pedoman penatalayann perbendaharaan GPIB di tingkat jemaat namun belum diterapkan.

Kendala-kendala dalam menyajikan laporan keuangan di GPIB Tamansari Salatiga yaitu manfaat yang diperoleh tidak dapat diukur dengan biaya untuk penyusunan informasi keuangan. Sumberdaya manusia yang kurang memadai

(36)

36

dalam hal jumlah maupun kualitas dan pengetahuan yang masih kurang mengenai PSAK No.45 maupun pedoman penatalayanan perbendaharaan GPIB di Tingkat jemaat.

Keterbatasan

Pengambilan data berdasarkan observasi dan dokumentasi terbatas pada waktu dan keleluasaan dalam pengamatan. Data hasil wawancara diperoleh dari 10 orang narasumber sehingga jawaban yang diberikan belum mencakup semua persepsi pemakai laporan keuangan GPIB Tamansari Salatiga. Penelitian hanya dilakukan pada GPIB Jemaat Tamansari Salatiga sehingga memungkinkan jika terdapat perbedaan dalam penerapan PSAK No.45 yang telah dimodifikasi pada gereja-gereja lain dibawah naungan GPIB.

Saran

1. Membuat laporan penerimaan dan pengeluaran kas bulanan dan rekapitulasi kas. Informasi keuangan mingguan dibuat untuk pengendalian terhadap persepuluhan dan persembahan syukur yang masuk.

2. GPIB Tamansari dapat melakukan sosialisasi dengan menghadirkan pembuat pedoman perbendaharaan gereja untuk menambah pengetahuan anggota jemaat tentang pedoman perbendaharaan dan pengelolan keuangan GPIB.

3. Dillakukan penelitian lebih lanjut untuk mendesain sistem akuntasi keuangan gereja yang terkomputerisasi

(37)

37

DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, G. dan Yulianti, 2014,“Evaluasi Implementasi Laporan Keuangan Sebagai Bentuk Akuntabilitas Gereja Katolik Saint Stanislaus Grisonata”, Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol.6 No.1.

Mamesah. 2013, “Penerapan PSAK No.45 Pada GMIM Efrata Sentrum Sonder Kaitannya dengan Kualitas Informasi Laporan Keuangan”, Jurnal EMBA, Vol.1 No.4.

Pontoh. 2013, ”Penerapan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Berdasarkan PSAK No.45 Pada Gereja BZL”, Jurnal EMBA, Vol.1 No.3.

Randa. 2010, “Akuntabilitas Kepemimpinan Dalam Organisasi Keagamaan”, Jurnal Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi, Vol.8 No.2.

Gultom. 2015, “Analisis Penerapan PSAK No.45 Tentang Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Dalam Mencapai Transparansi dan Akuntabilitas Kantor Sinode GMIM”, Jurnal EMBA, Vol.3 No.4.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2014, Standar Akuntansi Keuangan Per Efektif 1 Januari 2015, Jakarta.

Walz, E. 2008. How to Manage Your Church. Diterjemahkan oleh Siahaan.S.M.

Hendriksen Eldon S, dan Vanbreda Michael F. Teori Akunting. Edisi Kelima.

Buku 2. Terjemahan dari Herman Wibowo dari Accounting Theory. Jakarta : Penerbit Interaksara, 2002.

Majelis Sinode GPIB . 2015, Pedoman Penatalayanan Perbendaharaan GPIB di Tingkat Jemaat , Jakarta

(38)

38

Lampiran 1. Warta Jemaat per 29 Januari 2017

Saldo Januari 2017 Rp 4,220,329.00

Penerimaan Rp 1,377,000.00

Syukur

Persepuluhan Rp 9,480,000.00

Ibadah Minggu 22 januari 2017

Kolekte Kantong Krem Tamansari 06.00 WIB Rp 1,256,000.00 Kolekte Kantong Krem Tamansari 08.00 WIB Rp 3,321,600.00 Kolekte Kantong Krem Tamansari 17.00 WIB Rp 1,295,500.00

Kolekte Kembangsari Rp 190,000.00

PPSDI dan PelKat

Kolekte Ibadah PelKat PA 22/01/2017 Rp 242,000.00 Kolekte Ibadah PelKat GP 21/07/2017 Rp 111,000.00 Kolekte Ibadah PelKat PKB Tamansari 18/01/2107 Rp 136,000.00 Kolekte Ibadah PelKat PKB Kembangasari 21/01/2017 Rp 45,000.00 Ibadah Keluarga

Kolekte Sektor Jetis 25/01/2017 Rp 548,000.00

Kolekte Sektor Kutowinangun 25/01/2017 Rp 112,000.00 Kolekte Sektor Karanganyar 25/01/2017 Rp 310,000.00 Kolekte PosPel Kembangsari 25/01/2017 Rp 132,000.00 Katekisasi

Kolekte Katekisasi 22/01/2017 Rp 16,000.00

SBU

SBU NN 06.00 WIB (4 Amplop) Rp 60,000.00

SBU NN 08.00 WIB (5 Amplop) Rp 65,000.00

SBU NN 17.00 WIB Rp 20,000.00

SBU NN 17.00 WIB Rp 20,000.00

SBU Daniel Darwanto 17.00 WIB Rp 10,000.00

SBU Henry Unas 17.00 WIB Rp 20,000.00

SBU Kembangsari Rp 40,000.00

Sumbangan

Sumbangan dari Kel. Ferdy Rondonnuwu untuk 15 Pdt. GPIB Yang

studi s2 di UKSW Rp 1,000,000.00

Sumbangan dari Kel. Litaay untuk 15 Pdt. GPIB yang studi s2 di

Salatiga Rp 500,000.00

Sumbanga dari Pdt. Izaak Lattu untuk 15 Pdt. GPIB yang studi s2 di

UKSW Rp 150,000.00

Sumbangan dari NN untuk Pemeliharaan Mobil Rp 500,000.00 DANA PROGRAM

PelKes

Dana PelKes Tamansari 06.00 WIB 4 Amplop Rp 152,000.00

Dana PelKes Tamansari 08.00 WIB Rp 192,000.00

(39)

39

Dana PelKes Tamansari 17.00 WIB 5 Amplop Rp 65,000.00 Penggantian alat-alat Kesehatan Kegiatan PelKes 15/1/2017 Rp 205,200.00 Lain-Lain

Penerimaan Sewa Parkir BNI Januari 2017 Rp 500,000.00 Administrasi Pemberkatan Nikah Maryo Bilardo Petta dan Tiffany

Lahope 25/02/2017 Rp 500,000.00

Pengembalian driver pertukaran PF mupel ke GPIB Sion Semarang

15/01/2017 Rp 100,000.00

Pengembalian uang saku dan sisa tansport konvent Pdt. Di Guci Tegal

16/01/2017 sd 17/01/2017 Rp 400,000.00

Pengembalian pimpinan kantoria ibadah Minggu 22/1/17 Tamansari

17.00 WIB Rp 25,000.00

Pengembalian biaya Bunga 22/1/2017 Rp 100,000.00 Pengembalian PF Ibadah Keluarga Pospel kauman Kidul 25/1/2017 Rp 150,000.00 Sisa Persiapan Pelkat PA 21/1/2017 Rp 90,000.00 Sisa Pelayanan Minggu Pelkat PA 22/1/2017 Rp 140,000.00 Bank

Ambil BRI (Dana Program) 26/1/2017 Rp 3,000,000.00 Pengeluaran

Teologi

PF ibadah minggu, 29/1/2017 T.Sari 750000, Pospel 500000 Rp 1,250,000.00 Pimpinan Kantoria, Kantoria, Organis, Operator LCD, Operator

Sound Sistem Ibadah Minggu, 29/1/2017 T. Sari 515000 + Pospel

315000 Rp 830,000.00

Transport Pelayanan Lansia Minggu 29/1/2017 (11x50000) Rp 550,000.00 PF Ibadah Keluarga Sektor/Pospel 25/1/2017 (6x150000) Rp 900,000.00

PF Ibadah Pelkat PKP Kalimangi 22/1/2017 Rp 150,000.00

PF Ibadah Pelkat PKP Kembangsari 28/1/2017 Rp 150,000.00

Biaya Muger 27/1/2017 Rp 200,000.00

Konsumsi Muger 27/1/2017 Rp 60,000.00

Biaya Menghadiri Acara Utus Sambut Pdt. Beth El Magelang 29/1/2017 (Driver, uang saku 2 orang, BBM, Tali Asih Pdt. Beth El

Magelang) Rp 900,000.00

PelKes

Pengeluaran Kegiatan Pelkes 15/1/2017 (Konsumsi 41000, Transport

Ibu Rini 100000, Transport Bpk. Ruben 15000) Rp 156,000.00

Diakonia Sakit Holy Momongan Rp 200,000.00

Diakonia Sakit Ibu Mien Wowiling Rp 200,000.00

Transport antar diakonia sakit Holy Momongan dan Ibu Mien

Wowiling Rp 40,000.00

Referensi

Dokumen terkait

Menyikapi hal tersebut dan perkembangan kemajuan TIK pada abad ke-21 yang terus berkembang pesat, maka Balai Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (BTIKP) pada

Dari dasar inilah mengapa penelitian ini akan dilakukan, menggunakan tanaman air untuk mengolah limbah cair industri tahu, yaitu menggunakan tanaman teratai dan eceng gondok

Kesamaan dan Perbedaan Mata Kuliah Rumpun Ilmu Computing Berdasarkan analisis definisi dan cakupan permasalahan yang dipelajari dan ditangani masing-masing disiplin ilmu Computing

Aceh Selatan Muspida L 3542745647200033 SMK NEGERI LABUHAN HAJI TIMUR Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian 250 Kab.. Aceh Selatan Zulkifli L 6343740643200023 SMK NEGERI LABUHAN

Mencari suatu rujukan tentang sumber energi terbarukan dan kebutuhan energi makro yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebagai acuan Penyusunan Rencana Induk Energi dan

Jenis penelitan ini adalah penelitain pengembangan dengan model 4D (define, design, develop dan disseminate) namun, terbatas pada tahap develop. Desain uji coba

[r]

Dari pelaksanaan akreditasi ISO 17025:2008 memberikan manfaat diantaranya yaitu : pengurangan resiko, memungkinkan laboratorium untuk menentukan apakah personil