• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil ( DISPENDUKCAPIL )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil ( DISPENDUKCAPIL )"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil ( DISPENDUKCAPIL ) adalah salah satu Organisasi Perangkat Daerah ( OPD ) yang mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pelayanan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil. Dimana di dalam dinas tersebut menjalankan tugas-tugas sebagaimana yang di maksud yaitu, perumusan kebijakan teknis bidang kependudukan dan pencatatan sipil, penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum, pembinaan dan pelaksanaan tugas sebagaimana yang di maksud, pengelolaan ketatausahaan, dan di pimpim oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah wewenang dan bertanggung jawab kepada Walikota. Di dalam Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terdapat beberapa bidang yang harus di kerjakan oleh pegawai yaitu bidang data dan informasi, bidang perencanaan dan perkembangan kependudukan, bidang pencatatan sipil, dan bidang pendaftaran penduduk.

Mengingat tugas dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil ini sangat banyak dan vital dalam hal kependudukan tentunya terdapat banyak dinamika di dalamnya. Banyak produk yang menjadi tanggung jawab dari

(2)

2

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yaitu, Akta Kelahiran, Akta Kematian, Kartu Keluarga, Akta Perkawinan, dan Akta perceraian. Salah satu masalah yang ada di Dinas Kepndudukan dan Pencatatan Sipil adalah soal pelayanan terhadap masyarakat, dimana kita ketahui bahwa masih banyaknya pelayanan yang birokrasinya berbeli-belit. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya proses yang harus di lalui oleh masyarakat untuk mendapatkan sebuah pelayanan khususnya di dalam bidang kependudukan ini. Seharusnya di era e- government saat ini birokrasi yang ada di dalam sebuah pelayanan dapat di pangkas agar bisa lebih efektif dan efisien, sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan yang lebih baik lagi.

Pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik berkewajiban untuk memberikan pelayanan publik yang baik bagi warga negaranya sebagaimana yang telah tertulis dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Dalam Undang-undang tersebut di jelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan pelayanan administratif yang di sediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Dengan demikian pemerintah menjadi pemeran utama dalam penyedia pelayanan publik terhadap masyarakat. Pelayanan yang di inginkan oleh masyrakat tentunya pelayanan yang bersifat prima dan berkualitas, yaitu pelayanan yang

(3)

3

professional, efektif, efisien, transparan, dan responsif, dengan kata lain pemerintah sebagai pelayan publik di harapkan mampu memberikan pelayanan yang baik sehingga mampu mengahsilkan jasa yang benar-benar di inginkan oleh masyarakat.

Dewasa ini reformasi birokrasi telah menjadi langkah yang sedang di perhatikan oleh pemerintah demi menyembuhkan birokrasi yang kurang efektif dalam pemerintahan. Setelah hampir beberapa tahun berlangsungnya reformasi birokrasi, tentunya banyak hal yang mulai berubah dari tatanan pengelolaan pemerintahan di Indonesia. Indikator kesuksesan pelaksanaan reformasi birokrasi ini adalah bagaimana membuat masyarakat puas akan pelayanan yang di berikan oleh pelayan publik. Pada dasarnya, kepuasan masyarakat adalah tujuan utama reformasi birokrasi. Karena reformasi birokrasi adalah konsep di mana terdapat langkah konkret untuk membersihkan birokrasi sesuai dengan amanat UUD 1945, yaitu pemerintah di bentuk untuk mensejahterakan rakyat yang berkeadilan sosial. Rakyat inilah yang paling berhak atas pemerintahan dan segala bentuk produk yang di hasilkan. Kepuasan masyarakat adalah hal yang paling penting untuk diperhatikan, sehingga masyarakat mendapatkan haknya karena mereka harus memiliki hak atas semua bentuk layanan di negara

(4)

4

mereka, terutama yang berasal dari pajak yang mereka bayarkan kepada pemerintah.1

Upaya pemerintah untuk meningkatkan layanannya masih menyisakan banyak keluhan dan ketidakpuasan. Implementasi tata pemerintahan yang baik, e-government, kebijakan yang didasarkan pada manajemen sektor publik dan banyak konsep lain yang dipromosikan dan diterapkan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi masih harus menunjukkan sesuatu yang benar-benar menjadi bagian dari kepuasan publik. Tidak hanya berfokus pada organisasi internal, mengembangkan layanan berkualitas berorientasi keuntungan untuk negara. Tetapi juga harus berorientasi pada penyediaan layanan yang baik, berkualitas dan membuat masyarakat merasa puas oleh pemerintah. Tidak hanya berhenti pada tingkat kepuasan atau tidak, tetapi layanan memiliki dampak positif yang berkelanjutan pada masyarakat sebagai penerima hak-hak warga negara.

Hal ini nantinya akan berhubungan dengan New Public Service ( NPS ).

Kita semua sudah tidak asing lagi dengan konsep New Public Service, dimana ini adalah paradigma baru dari Ilmu Administrasi Negara yang pada intinya paradigma ini adalah menekankan pada revitalisasi kedudukan masyarakat

1 Ningtyas, trimurti, Pengaruh Kompensasi Finansial Terhadap Kinerja Manajerial dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel intervening di Direktorat Jendral Pajak (DJP) Wilayah Jawa Timur I, Skripsi, Universitas Airlangga Surabaya, 2010

(5)

5

sebagai warga negara yang mempunyai hak untuk dilayani. Konsep New Public Service ini berbeda dengan paradigma sebelumnya yang lebih menekankan masyarakat sebagai pelanggan, sebagai objek daripada pelayanan yang berbasis bisnis, untuk itu konsep pelayanan perlu adanya kajian khusus yang ditujukan untuk mengkritisi pelayanan itu sendiri. “Berbeda dengan konsep model klasik dan the new publik management, maka konsep the new public service adalah konsep yang menekankan berbagai elemen. Walaupun demikian tampaknya the new publik service mempunyai normatif model yang bisa dibedakan dengan konsep yang lainnya. Lahirnya konsep ini memang tidak bisa di pisahkan dengan pendahulunya. Ide dasar dari konsep ini dibangun dari konsep konsep;

(1) teori democratic citizen ship; (2) model komunitas dan civil society; (3) organisasi humanism; (4) post modern ilmu administrasi public”.2

Merujuk juga pada Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang di dalamnya mengatur tentang hak, wewenang dan kewajiban derah untuk mengatur dan mengurus daerahnya sendiri.3 Pemerintah di daerah pun mulai berlomba-lomba dalam memberikan sebuah inovasi pelayanan publik. Inovasi pelayanan publik merupakan sebuah terobosan jenis pelayanan publik baik yang merupakan gagasan dan atau ide kreatif dari sebuah

2 Thoha, Miftah, Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi, Jakarta Kencana Prenada Media Group, 2008

3 Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(6)

6

lembaga da nada juga yang merupakan adaptasi dan atau modifikasi yang memberikan manfaat bagi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain, inovasi pelayanan publik tidak harus sebuah penemuan yang baru. Melaikan bias juga mencakup satu pendekatan baru yang bersifat kontekstual baik berupa inovasi pelayanan publik hasil dari perluasan maupun peningkatan kualitas pada inovasi pelayanan publik yang sudah ada sebelumnya. Setiap inovasi pelayanan publik tentunya tidak akan pernah lepas dari masyarakat, karenan nantinya masyarakatlah yang akan menjadi tolak ukur dimana pelayanan publik tersebut sudah tepat atau belum. Hal itu di karenakan masyarakat menjadi tujuan utama dan menjadi pemeran utama yang nantinya merasakan pelayanan tersebut.

Dalam kompetisi Inovasi Pelayanan Publik yang merupakan agenda tahunan dai Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) yang merupakan wujud dari program One Agency, One Inovation (OAOI), dimana setiap kementerian, lembaga, pemerintah provinsi, kabupaten/kota diwajibkan untuk menciptakan inovasi minimal 1 inovasi setiap tahunnya. Pada tahun 2018 Kota Probolinggo masuk dalam Top 99 inovasi terbaik.4 Hal ini tentunya menjadi sebuah motivasi bagi Pemerintah Kota Probolinggo untuk membuat sebuah inovasi baru yang lebih baik lagi kedepannya.

4 Harian Momentum, https://harianmomentum.com, diakses pada tanggal 10 Januari 2020

(7)

7

Salah satunya seperti yang di lakukan oleh Pemerintah Kota Probolinggo melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DISPENDUKCAPIL) Kota Probolinggo, yang mempunyai sebuah inovasi pelayanan publik Jadi Sekali Urus Akte Kematian, Kartu Keluarga dan KTP (JURUS AK3). Jurus AK3 adalah layanan terbaru yang di laksanakan sejak awal tahun 2018. Pemerintah Kota Probolinggo berusaha mengimplementasikan kebijakan-kebijakan Pemerintah pusat sesuai dengan situasi dan kondisi daerah. (Dispendukcapil.go.id, 2019) Dispendukcapil Kota Probolinggo melaksanakan apa yang sudah di amanatkan pada Undang-undang No 24 Tahun 2013 Pasal 44 ayat 1 yang berbunyi “Setiap Kematian wajib dilaporkan oleh Ketua Rukun tetangga (RT) atau nama lainnya di domisili penduduk kepada Instansi Pelaksana setempat paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal kematian”. 5

Upaya yang di lakukan oleh Dispendukcapil Kota Probolinggo ini juga sebagai indikator kinerja di bidang Administrasi Kependudukan (Adminduk).

Selain itu inovasi pelayanan ini juga di buat karena sebelumnya masing- masing dokumen kependudukan dan akta pencatatan sipil itu di urus secara tersendiri satu persatu, dan masing-masing memiliki persyaratan tersendiri dengan waktu penyelesaian 3 hari tiap dokumenn ya yang tentunya

5 Undang – Undang No. 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

(8)

8

memberikan kesan yang kurang praktis dan juga memakan waktu yang lama.

Hal ini menjadikan sebuah pekerjaan rumah yang harus di selesaikan oleh Dispendukcapil Kota Probolinggo untuk meberikan pelayanan yang lebih baik lagi dalam hal administrasi kependudukan.

Hal ini di lakukan mengingat banyak keluhan dari masyarakat mengenai pelayanan yang ada di Dispendukcapil ini kurang memuaskan. Sebelum adanya Program Jurus AK3 ini masyarakat harus di ribetkan dengan birokrasi yang berbelit-belit, dimana masyarakat harus mengurus satu-persatu dukomen yang mereka ajukan, tentunya ini adalah hal yang tidak efektif dan efisien, di tambah lagi waktu pelayanan yang ada di Dispendukcapil juga lamayan lama. Tentu saja masyarakat membutuhkan 3 tahapan untuk mendapatkan 3 dokumen yang di inginkan yaitu Akta Kematian, Akta Keluarga, dan KTP, tentunya ini sangat tidak efektif dan efisien waktu. Ditambah lagi pelayanan dari pelayan publik yang terkadang tidak memeberikan pelayanan secara optimal terhadap masyarakat, terkadang ada oknum dari pelayan publik yang membentak masayarakat dengan alasan yang tidak jelas.

Untuk itulah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Probolinggo mempunyai inovasi baru yaitu dengan JURUS AK3 dengan maksud sekali mengurus administrasi kependudukan tiga dokumen bisa langsung jadi. Dengan layanan JURUS AK3 ini juga membantu Dinas

(9)

9

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Probolinggo dalam kevalidan dan keakuratan data kependudukan lebih terjamin karena inovasi ini juga terintegrasi dengan Sistem Informasi Admintrasi Kependudukan (SIAK).

Tujuan lain dari layanan JURUS AK3 tentunya untuk mempermudah warga Kota Probolinggo dalam mengurus Akta Kematian, Kartu Keluarga, dan KTP dengan praktis dan lebih efisien waktu tentunya.

Berdasarkan uraian tersebut, adanya inovasi yang baru merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Begitupula inovasi yang di lakukanan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Probolinggo di perlukan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam pengurusan dokumen yang bisa 3 dokumen dalam sekali proses. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini penulis mengambil judul “ Inovasi Pelayanan Publik Melalui Program Jurus AK3 di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Probolinggo ”.

(10)

10 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti menbuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana Inovasi Pelayanan Publik Program Jurus AK3 di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Probolinggo?

2. Apa saja faktor penghambat Inovasi Pelayanan Publik Program Jurus AK3 di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Probolinggo?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitan ini dirumuskan dalam sebuah peryataan ruang lingkup kegiatan akan diangkat berdasarkan inti permasalahan yang sudah ditentukan. Adapun tujuan penelitian yang ingin di capai adalah :

1. Untuk mendeskripsikan inovasi pelayanan Jurus AK3 di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Probolinggo

2. Untuk mendeskripsin factor-faktor yang mempengaruhi inovasi pelayanan Jurus AK3 di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Probolinggo.

(11)

11 1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan dua manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat yang dapat di berikan dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya tentang inovasi-inovasi yang di lakukan oleh lembaga pemerintahan salah satunya adalah Inovasi Pelayanan Publik Jurus AK3 dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, serta penelitian ini juga dapat dijadikan referensi dan informasi bagi pihak yang berminat dan terinspirasi dengan penelitian ini, selain itu penelitian ini merupakan terapan dari ilmu yang diperoleh pada mata kuliah Birokrasi Indonesia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pemerintah daerah yang harus semakin meningkatkan ide-ide inovasi yang kreatif dalam pelayanan terhadap masyarakat, selain bermanfaat untuk pemerintah daerah penelitian ini juga menjadi menjadi salah satu proses dan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu ilmu pemerintahan dan dapat memberikan sumbangsih kepada masyarakat khususnya kepada para organisasi atau LSM yang ada di

(12)

12

Kota Probolinggo untuk terlibat dan berperan aktif untuk saling mengawasi agar menimbulkan suatu pemerintahan yang baik.

1.5 Definisi Konseptual

Definisi konseptual diartikan sebagai definisi-definisi yang menggambarkan konsep dengan penggunaan konsep-konsep lainnya atau mendefinisikan suatu konstruk lainnya. Suatu definisi harus mampu menggambarkan karakteristik konsep yang didefinisikan secara esensial dan objektif.6 Definisi konseptual memberikan penjelasan yang singkat dan jelas mengenai konsep yang akan digunakan sebagai perspektif dalam suatu penelitian. Oleh karena itu, perlu didefinisikan beberapa konsep yang berkaitan dengan tema yang ada dalam penelitian:

1.5.1 Inovasi

Inovasi dalam sektor publik di laksanakan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya mengingat pada dasarnya organisasi di sektor publik senantiasa mengalami kelangkaan sumberdaya dan kekurangan anggaran. Inovasi juga dapat di manfaatkan untuk meningkatkan kualitas

6 Silalahi, Ulber, Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama, 2012

(13)

13

pelayanan dan dampaknya bagi masyarakat terutama untuk mengatasi kebijakan yang sebelumnya yang kurang menampakkan hasil yang memuaskan7.

Dalam sebuah inovasi terdapat lima macam atribut inovasi menurut Rogers yaitu meliputi :8

a. Relative Advantage atau keuntungan relative;

b. Compatibilty atau kesesuaian;

c. Complexity atau kerumitan;

d. Triability atau kepemimpinan di coba; dan e. Observability atau kemudahan diamati

Kemudian di dalam inovasi juga terdapat lima tipologi menurut Mulgan & Alburry , yang terdiri dari :9

a. Inovasi produk atau layanan;

b. Inovasi proses pelayanan;

c. Inovasi metode pelayanan;

d. Inovasi kebijakan; dan e. Inovasi system.

7 Muluk, Khairul, Knowledge Management Kunci Sukses Inovasi Pemerintahan Daerah, Malang: Bayu Media Publishing, 2008.

8 Suwarno, Y, Inovasi di Sektor Publik, Jakarta: STIALAN Press, 2008.

9 M.R. Khairul, Op. Cit.

(14)

14

Selain itu, di dalam inovasi juga terdapat istilah difusi inovasi. Difusi inovasi terdiri dari 2 kata, yaitu difusi dan inovasi. Rogers 1995 (dalam Sciffman dan Kanuk, 2010) mendefinisikan difusi sebagai proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam periode waktu\tertentu di antara anggota sistem sosial. Ada dua jenis model difusi, yaitu model difusi pengaruh internal dan model difusi pengaruh eksternal.

1.5.2 Pelayanan Publik

Pengertian umum dari pelayanan publik menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003 adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang di lakukan oleh pelaksana pelayanan publik sebagai uapaya pemenuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketenturan peraturan perundang-undangan. Selajutnya dinyatakan bahwa penyelenggara pelayanan publik adalah instansi pemerintah. Instansi Pemerintah adalah adalah sebutan kolektif yang meliputi Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi Negara, dan Instansi Pemerintah lainnya, baik pusat maupun daerah termasuk Badan Usaha Milik Daerah ( BUMD ), Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) dan Badan Hukum Milik Negara. Dan unit penyelenggara pelayanan publik adalah unit kerja pada instansi pemerintah yang secara langsung memberikan pelayanan penerima pelayanan publik. Sedangkan pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai

(15)

15

instansi pemerintah yang melaksanankan tugas dan fungsi pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebagai penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan hukum.

Biaya pelayanan publik adalah segala biaya ( dengan nama atau sebutan apapun ) sebagai imbal jasa atas pemberian pelayanan publik yang besaran dan tata cara pembayaran di tetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan berdasarkan asas-asas umum kepemerintahan yang baik, meliputi :

a. Kepastian hukum b. Transparan c. Daya tanggap d. Berkeadilan e. Efektif dan efisien f. Tanggung jawab g. Akuntabilitas

h. Tidak menyalahgunakan kewenangan

Hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban dari aparatur pemerintah

(16)

16

sebagai abdi masyarakat. Karena itu pengembangan kinerja pelayanan publik senantiasa menyangkut tiga unsur pelayanan publik, yakni : unsur kelembagaan penyelenggara pelayanan, proses pelayanan serta sumber daya manusia pemberi pelayanan. Dalam hubungan ini maka upaya peningkatan kinerja pelayanan publik senantiasa barkenan dengan pengembangan tiga unsur pokok tersebut.

Sebagaimana pengertian umum pelayanan publik menurut Kemenpan nomor 63 tahun 2003, maka pelayanan publik diselenggarakan untuk pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan publik yang prima dapat dinilai dari proses dan produk layanannya. Aspek proses meliputi SDM aparatur, mekanisme serta sarana prasarana yang di gunakan dalam proses pelayanan publik. Sedangkan aspek produk dapat dapat dinilai dari jenis, kualitas, dan kuantitas produk layanan.

1.5.3 New Public Service

Dalam pendekatan New Public Service (NPS) sebagaimana yang di kemukakan Denhardt & Denhardt sebagai berikut ini, yaitu : Dalam perspektif administrasi publik ini New public service (NPS) menjelaskan ada perubahan orientasi tentang warga negara (citizens), nilai yang dikedepankan, dan peran pemerintah. Warga negara (citizens) seharusnya ditempatkan di depan dan penekanannya tidak seharusnya membedakan antara mengarahkan dan

(17)

17

mengayuh tetapi bagaimana membangun institusi publik yang berlandaskan integritas dan responsivitas. Pada substansinya dalam perspektif baru ini merupakan “ a set of idea about the role of public administration in the governance system that place public service, democratic governance and civic engagement at the center.” 10

Perspektif new public service memulai pandangannya dari pengakuan atas warga negara (citizens) dan posisinya yang sangat penting bagi kepemerintahan yang demokratis. Warga negara (citizens) sebagai pemilik pemerintahan (owners of government) dan mampu bertindak secara bersama – sama mencapai sesuatu yang lebih baik. Kepentingan publik tidak lagi dipandang sebagai agregasi kepentingan pribadi melainkan sebagai hasil dialog dan keterlibatan publik dalam mencari nilai bersama dan kepentingan bersama.11

1.5.4 Jadi Sekali Urus Akta Kematian, Akta Keluarga dan KTP (JURUS AK3)

Jurus AK 3 adalah salah satu produk inovasi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Probolinggo yang sudah di laksanakan sejak tahun

10 Denhardt & Denhardt, The New Public Service: An Approach To Reform, International Review of Public Administration, Vol 8 No 1, 2003

11 Ibid

(18)

18

2018. Jurus AK 3 merupakan singkatan dari ( Jadi sekali urus Akta Kematian, Kartu Keluarga, dan KTP). Inovasi ini di lakukan untuk mempermudah masyarakat dalam mengurus dokumen kependudukan dan akta pencatatan sipil, sehingga dalam kepngurusan setiap dokumen yang di ajukan oleh masyarakat bisa lebih praktis dan efisien waktu. Dengan layanan Jurus AK3 ini juga tingkat kevalidan data yang tercatat di Dispendukcapil bisa lebih akurat. Hal ini di karenan layanan Jurus AK3 juga terintegrasi dengan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Inovasi Pelayanan Publik Melalui Program Jurus AK3 ( Jadi Sekali Urus Akta Kematian, Akta Keluarga, dan KTP)

1. Sosialisasi Program Jurus AK3 Kepada Masyarakat

2. Sistem Pelayanan 3 in 1 dalam Pengurusan Akta Kematian 3. Efektifitas Pelayanan 3 in 1 dalam Pengurusan Akta Kematian 1.6.2 Faktor Penghambat Pelaksanaan Inovasi Pelayanan Publik

Melalui Program Jurus AK3 ( Jadi Sekali Urus Akta Kematian, Akta Keluarga, dan KTP)

1. Daya Dukung Infrastruktur 2. Ketersediaan SDM

(19)

19 1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan tertentu. Metode penelitian ini merupakan sebuah prosedur ilmiah yang harus dilakukan secara sistematis guna mendapatkan data agar dapat menjawab permasalahan yang diteliti. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, di mana metode kualitatif itu sendiri bersifat ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu peristiwa atau fenomena dalam konteks sosial secara alami dengan mengutamakan proses interaksi antara peneliti dan objek atau fenomena yang diteliti.

1.7.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dalam deskriptif kualitatif ini data akan di ambil dengan sebenar-benarnya, dimana penulis akan mendeskripsikan tentang Inovasi Pelayanan Publik Melalui Program Jurus AK3 di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Probolinggo.

1.7.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu menggunakan sumber data primer dan data sekunder. Data primer, merupakan data yang di peroleh langsunf dari narasumber yang berkaitan.

(20)

20

Sumber data primer nantinya berasal dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Probolinggo yang didapatkan dari hasil obervasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder merupakan data tambahan yang bisa didapatkan dari studi kepustakaan, atau sumber lainnya seperti jurnal, buku, internet, peraturan perundang-undangan serta sumber bacaan lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam menyusun laporan akhir ini, penulis melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan dengan berbagai cara, termasuk pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Observasi didefinisikan sebagai metode untuk mengumpulkan data atau informasi yang dilakukan dengan melakukan upaya pengamatan langsung di lokasi yang akan diselidiki.12 Peneliti akan melakukan observasi lapangan untuk melihat secara langsung bagaimana keadaan dilapangan dan memahami hal-hal yang di dapat dari subjek penelitian terkait inovasi pelayanan publik melalu program jurus AK3 di Dinas Kependudukan dan pencatatan Sipil Kota Probolinggo.

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui pertanyaan dan jawaban, sehingga dapat dibangun makna

12 Arikunto, S, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Jakarta: Rineka Cipta, 2003, Hal 130.

(21)

21

dalam topik tertentu. Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi mendalam sebanyak mungkin untuk memenuhi data yang diminta oleh peneliti. Wawancara pada penelitian ini di lakukan di lingkungan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Probolinggo. Peniliti akan menentukan fokus daftar pertanyaan atau biasa di sebut interview guide.

Dengan demikian peneliti dapat terarah dalam mewawancara subyek penelitian.

Setelah melakukan observasi dan wawancara maka peneliti akan melakukan kegiatan dokumentasi, dimana teknik dokumentasi berasal dari informasi dari catatan penting baik dari lembaga ataupun organisasi maupun dari perorangan. Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar, karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi merupakan salah satu metode terpenting dalam teknik pengumpulan data karna dokumentasi dapat menunjukkan sebuah fakta atau kebenaran yang terjadi di lapangan. Dari teknik pengumpulan data ini peneliti akan mencari data pendukung seperti foto, tabel, grafik dan lain-lain yang berhubungan dengan yang di teliti, dimana dokumentasi ini adalah data penguat dalam pendeskripsian hasil penelitian.

(22)

22 1.7.4 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang-orang yang dapat memberikan sebuah informasi tentang sesuatu yang sedang di teliti. Peneliti juga akan memfokuskan penelitiannya terhadap inovasi pelayanan publik meluli program jurus AK3 di Kota Probolinggo. Dengan demikian untuk mendapatkan informasi yang relevan, maka subjek penelitian ini adalah :

a. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Probolinggo

b. Kepala Bidang c. Operator dilapangan

d. Staff yang mengurus program AK3

1.7.5 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat bagi penulis untuk mendapatkan data dari suatu penelitian yang sedang diteliti sehingga data yang di dapatkan lebih akurat dan dapat di pertanggung jawabankan, Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Probolinggo yang beralamatkan di Jalan Mastrip No. 3, Kelurahan Kanigaran, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo.

(23)

23 1.7.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini akan menggunakan teknik analisis data kualitatf mengenai Inovasi Pelayanan Publik melalui Program Jurus AK3 di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Probolinggo. Pengertian dari analisis data adalah mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan di lapangan, dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudag dipahami, dan nantinya dapat di informasikan ke orang lain. Ada beberapa cara untuk menganalisis sebuah data, diantaranya adalah pengumpulan data, reduksi data, display data, dan pengambilan kesimpilan.13

Analisis data yang pertama dilakukan adalah pengumpulan data, pengumpulan data dapat diartikan sebagai bagian integral dari kegiatan analisis data, dengan menggunanakan wawancara dan dokumentasi. (Bungin, Burhan. 2003) Proses dokumentasi data dilakukan saat pra penelitian dan pada saat penelitian. Pada kegiatan ini tidak ada wkatu secara pasti untuk menentukan batas akhir dari pengumpulan data yang ada di lapangan, karena sepanjang penelitian masih berlangsung selama itulah pengumpulan

13 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta,2003.

(24)

24

data-data yang dibutuhkan oleh peneliti akan di lakukan. Sebagaimana yang telah peneliti sampaikan di sub-bab sebelumnya bahwa pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi langsung, melakukan wawancara terhadap informan, membuat dokumentasi dan membuat catatan di lapangan.

Langkah yang kedua adalah reduksi data, dimana dalam kegiatan reduksi data ini diantaranya adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan focus pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Pada proses ini, peneliti akan melakukannya setelah mendapatkan data-data dari kegiatan wawancara, hasil obsesvasi dan hasil dokumentasi yang kemudian diubah menjadi bentuk tulisan dan dikelompokkan sesuai focus bahasan masing-masing. Setelah itu dilakukan reduksi data atau memeliah data-data yang telah dikumpulkan lalu menggabungkannya atau menghubungkan antara data satu dengan yang lainnya sesuai dengan data yang sudah di pilah.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan menemui data-data yang sesuai dengan pokok bahasan.

Selain daripada itu dapat mempermudah proses pengumpulan data selanjutnya.14

Setelah data di reduksi, selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

14 Ibid

(25)

25

singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa saja yang terjadi dan dapat merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah di pahami tersebut. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi dapat tersusun dalam pola hubungan sehinggap dapat dengan mudah untuk dipahami, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratf, bagam, hubungan antar kategori serta diagram alur.15

Kemudian yang terkahir dalam teknik analisis data adalah kesimpulan, dimana kesimpulan ini dapat diartikan sebagai proses verifikasi dari data-data yang telah dipilah apada tahap sebelumnya yang kemudian disimpulkan untuk menjawab pertanyaan dalam sebuah penelitian. Jadi, pada tahap kesimpulan data lebih menjurus kepada jawaban yang fokus pada pokok bahasan dan mengungkap fakta dari pertanyaan penelitian yang diajukan sebelumnya. Pada tahapan ini proses analistik tidak sekali jadi, melainkan interaktif, secara simultan diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Maka dapat di tarik sebuah kesimpulan berdasarkan hasil penelitian ini dan dapat diketahui hasil akhir dari sebuah penelitian.

15 Ibid

(26)

26

Untuk analisis data disini, peneliti akan mengolah dan menafsirkan data untuk dianalisis, langkah ini melibatkan draf atau salinan wawancara, catatan lapangan, mensortir dan mengatur data menjadi berbagai jenis sesuai dengan sumber informasi yang peneliti dapatkan. Kemudian membaca keseluruhan data yang telah diperoleh kemudian membuat catatan atau gagasan penting dari data yang terlah diperoleh tersebut.16

16 Ibid

Referensi

Dokumen terkait

“Laraku Nyata” bagi pelayanan penyandang disabilitas di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bulukumba yaitu bahwa sebagai inovasi pelayanaan publik

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis memberikan kesimpulaan bahwa penerapan inovasi pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Bidang Pemanfaatan Data dan Inovasi Pelayanan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Peneliti dapat mengetahui bagaimana bentuk tipologi Inovasi pelayanan administrasi kependudukan melalui Inovasi Kios e- PAKLADI di Dispendukcapil Kabupaten Pasuruan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan inovasi pelayanan publik Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pasuruan yaitu Kios e-PAKLADI (Kios

Kepala Seksi Kerjasama dan Inovasi Pelayanan pada Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan dan Pemanfaatan Data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Berdasarkan hasil wawancara penulis dapat menyimpulkan bahwa kerumitan dari inovasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam aplikasi “kucata’ki” yaitu

Jadi, Compatibility atau kesesuaian inovasi pelayanan administrasi di Disdukcapil Kabupaten Luwu Timur dapat di simpulkan bahwa semua inovasi cukup sesuai