• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU HARIAN BURUNG CANGAK ABU (Ardea cinerea) DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA TANJUNG REJO KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERILAKU HARIAN BURUNG CANGAK ABU (Ardea cinerea) DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA TANJUNG REJO KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU HARIAN BURUNG CANGAK ABU (Ardea cinerea) DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA TANJUNG REJO

KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

FITRI SARIANA DALIMUNTHE 130805018

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(2)

PERILAKU HARIAN BURUNG CANGAK ABU (Ardea cinerea) DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA TANJUNG REJO

KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

FITRI SARIANA DALIMUNTHE 130805018

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(3)

PERNYATAAN

PERILAKU HARIAN BURUNG CANGAK ABU (Ardea cinerea) DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA TANJUNG REJO KECAMATAN

PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya

Medan, Desember 2017

Fitri Sariana Dalimunthe 130805018

(4)

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul :Perilaku Harian Burung Cangak Abu (Ardea cinerea) Di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Kategori : Skripsi

Nama : Fitri Sariana Dalimunthe

Nim : 130805018

Program Studi : Sarjana Biologi

Fakultas : Mipa-Universitas Sumatera Utara

Disetujui Di Medan, Desember 2017

Komisi Pembimbing

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Nursal, M.Si Dr. Erni Jumilawaty, S.Si, M.Si NIP. 196109031990031002 NIP. 197001021997022001

Ketua Program Studi

Dr. Saleha Hannum, M.Si NIP. 197108312000122001

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpahan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Perilaku Harian Burung Cangak abu (Ardea cinerea) Di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Seu Tuan Kabupaten Deli Serdang”.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Erni Jumilawaty, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Drs. Nursal, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada Ibu Dr. Saleha Hannum, M.Si dan Bapak Riyanto Sinaga, S.Si, M.Si selaku ketua program studi dan sekretaris program studi Biologi FMIPA-USU Medan, dekan dan wakil dekan FMIPA-USU, seluruh staf dan dosen program studi Biologi FMIPA-USU, pegawai dan rekan-rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada Bapak, Ibu dan keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.

Medan, Desember 2017

Fitri Sariana Dalimunthe

(6)

PERILAKU HARIAN BURUNG CANGAK ABU (Ardea cinerea) DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA TANJUNG REJO

KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

ABSTRAK

Telah dilaksanakan penelitian pada bulan Agustus 2017 dengan menggunakan metode Scan Sampling. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum adanya data mengenai perilaku harian spesies burung Cangak abu yang menempati wilayah Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo. Perilaku harian berfungsi untuk mengetahui keberlangsungan hidup spesies ini di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku harian spesies burung Cangak abu (Ardea cinerea). Pengamatan ini dilakukan selama 2 minggu, mulai dari jam 07.00-17.00 WIB. Hasil penelitian ini didapatkan empat perilaku harian burung Cangak abu yang terdiri dari perilaku individu dengan 2 sub perilaku yaitu perawatan diri yang meliputi: menelisik bulu, menggaruk, menggoyang tubuh, berjemur dan peregangan. Kenyamanan diri yang meliputi: tidur, berdiri dan mengeram. Perilaku makan yang meliputi: berdiri dan menunggu mangsa, terbang dan menyambar, mengganggu dan memburu mangsa, berjalan mengikuti mangsa, menggetarkan paruh dan memakan organisme kecil.

Perilaku berbiak meliputi: penetapan teritori (sarang), penentuan pasangan, menyusun sarang, menarik ranting, bercumbu, penyambutan dan kopulasi. Perilaku social meliputi: agoinistik, territorial dan hirarki dominansi. Jumlah perilaku individu yang paling sering dilakukan adalah perawatan diri (187 kali), perilaku makan yang paling sering terlihat adalah memakan organisme kecil (29 kali), perilaku berbiak yang paling sering terlihat adalah menarik perhatian (44 kali) dan perilaku social yang sering terlihat adalah agoinistik (20 kali). Perilaku perawatan diri merupakan perilaku yang paling sering dilakukan pada tiga waktu pengamatan yaitu pagi (07.00- 10.00 WIB), siang hari (10.00-14.00 WIB) dan sore hari (14.00-17.00 WIB).

Kata Kunci: Burung Cangak abu, Hutan Mangrove, Perilaku Harian

(7)

DAILY BEHAVIOUR OF GREY HERON (Ardea cinerea) INTHE MANGROVE FOREST AREA OF TANJUNG REJO VILLAGE,

PERCUT SEI TUAN, DELI SERDANG

ABSTRACT

The research was examined in August 2017 by using Scan Sampling method. This research is encouraged by the unavailable data towards the daily behavior of gray heron bird species that inhabit in the Mangrove Forest area of Tanjung Rejo Village.

The daily behavior serves to determine the survival of this species in the future. This study aims to find out the daily behavior of gray heron bird species (Ardea cinerea).

This observation was done for 2 weeks, starting from 07.00-17.00 WIB. The results of this study were examined four daily behaviors of gray heron bird which consists of individual behavior with 2 sub-behaviors they are: self-care which includes:

probing the feather, scratching, rocking the body, sunbathing and stretching. Self- comfort which includes: sleeping, standing and incubating. Feeding behaviors includes: standing and waiting for prey, flying and grabbing, distracting and hunting prey, walking by the prey, shaking the beak and eating small organisms. Breeding behavior includes: territorial determination (nesting), pairing, composing the nests, pulling the twigs, flirting, welcoming and copulating. Social behavior includes:

agonistic, territorial and hierarchy of dominance. The most frequent number of individual behaviors is self-care (187 times), the most commonly seen eating behavior is eating small organisms (29 times), the most commonly seen breeding behavior is attracting attention (44 times) and the often seen social behavior is agonistic (20 times). Self-care behavior is the most frequent behavior in three observation time that is morning (07.00 AM-10.00 AM), noon (10.00 AM-14.00 PM) and afternoon (14.00 PM-17.00 PM).

Keywords: Gray Heron, Mangrove Forest, Daily Behavior

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 2

1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Bioekologi Cangak Abu 4

2.1.1 Klasifikasi 4

2.1.2 Ciri-ciri Umum 4

2.1.3 Penyebaran 5

2.1.4 Habitat 5

2.2 Perilaku 6

2.2.1 Perilaku Individu 7

2.2.2 Perilaku Sosial 8

2.2.3 Perilaku Makan 9

2.2.4 Perilaku Berbiak 10

BAB 3 METODE PENELITIAN 11

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 11

3.2 Alat dan Bahan 11

3.3 Metode Penelitian 11

3.4 Pelaksanaan Penelitian 12

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 13

4.1 Hasil 13

4.1.1 Perilaku Perawatan dan Pemeliharaan Diri 13

4.1.2 Perilaku Kenyamanan Diri 17

4.1.3 Perilaku Makan 19

(9)

4.1.4 Perilaku Berbiak 23

4.1.5 Perilaku Sosial 26

4.1.6 Aktivitas Harian Burung Cangak Abu 28

4.2 Pembahasan 31

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 34

5.1 Kesimpulan 34

5.2 Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 36

LAMPIRAN 38

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

4.1.1 Perilaku Menelisik Bulu Burung Cangak Abu 14 4.1.2 Perilaku Berjemur Burung Cangak Abu 16 4.1.3 Perilaku Menggoyang Tubuh Burung Cangak Abu 16 4.1.4 Diagram Perilaku Pemeliharaan dan Perawatan Diri 17

4.1.5 Diagram Perilaku Kenyamanan Diri 19

4.1.6 Diagram Perilaku Makan Burung Cangak Abu 22 4.1.7 Burung Melakukan Atraksi Menarik Perhatian 24 4.1.8 Burung Melakukan Aktivitas Menepuk Paruh 25 4.1.9 (a) Burung Jantan Menaiki Punggung betina (b)

Burung Jantan Menggigit Bagian Kepala Betina

26 4.1.10 (a) Burung Menyusun Kembali Sarang (b) Burung

Jantan Membawa Ranting Pohon

26 4.1.11 Diagram Perilaku Berbiak Burung Cangak Abu 27 4.1.12 Diagram Perilaku Sosial Burung Cangak Abu 28 4.1.13 Grafik Perilaku Harian Burung Cangak Abu

Berdasarkan Waktu Pengamatan Pada Waktu Pagi Hari (07.00-10.00) Di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

29

4.1.14 Grafik Perilaku Harian Burung Cangak Abu Berdasarkan Waktu Pengamatan Pada Waktu Siang Hari (10.00-14.00) Di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

30

4.1.15 Grafik Perilaku Harian Burung Cangak Abu Berdasarkan Waktu Pengamatan Pada Waktu Sore Hari (14.00-17.00) Di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

31

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1.1 Foto Lokasi dan Objek Penelitian 38

1.2 Data Perilaku Harian Burung Cangak Abu (Ardea cinerea) Berdasarkan Waktu yang didapatkan Dikawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

39

1.3 Foto Peta Wilayah Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

40

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Burung air merupakan sekelompok satwa yang ditemukan hidup dan tinggal di daerah perairan seperti rawa, payau, hutan bakau, muara sungai/estuaria, dan pantai. Konvensi Ramsar mendefinisikan burung air sebagai jenis burung yang secara ekologis kehidupannya bergantung kepada keberadaan lahan basah. Beberapa spesies burung air dari ordo Ciconiiformes termasuk didalamnya spesies Ardea cinereamenjadikan daerah perairan tawar dan sekitarnya seperti rawa, tambak, hutan bakau dan muara sungai sebagai habitat untuk tempat mencari makan (Azizah, 2015).Ordo Ciconiiformes termasuk didalamnya Ardea cinerea, Egretta albadan beberapa jenis lain memiliki ukuran tubuh yang relatif besar, kaki yang panjang, paruh yang panjang dan dengan kepakan sayang yang lambat. Menurut Rukmi (2002), sebagian besar burung ordo Ciconiiformes terlihat sangat berbeda dibandingkan burung lain yang hidup di air atau dekat air karena kakinya yang panjang. Ciconiiformes tidak dapat menggunaan kakinya untuk berlari dengan cepat, gaya berjalannya cenderung lambat tetapi teratur.

Burung memiliki berbagai adaptasi struktural untuk menyesuaikan diri terhadap relung yang berbeda; bentuk kaki, ketajaman mata, bentuk paruh dan lain- lain; tetapi hal tersebut kurang berarti bila tidak di imbangi oleh berbagai perilaku.

Sebagaimana terjadi pada hewan-hewan lain untuk melindungi diri dan kelangsungan rasnya, burung memiliki perilaku tertentu yang merupakan aktivitas sistem internalnya dalam menjaga kestabilan fisiologi tubuh terhadap pengaruh lingkungan seperti panas, dingin, matahari, hujan, kurang pakan, kompetisi dan predator (Rukmi, 2002)

Perilaku hewan merupakan tingkah laku hewan yang terlihat dan saling berhubungan, baik secara individu maupun bersama-sama. Perilaku hewan dapat diartikan juga sebagai ekspresi semua hewan yang disebabkan oleh semua faktor yang mempengaruhinya (Suratmo, 1979). Perilaku merupakan tingkah laku alamiah mahluk hidup yang terkoordinasi dan tampak secara objektif, termasuk upaya

(13)

penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan.Selanjutnya Noor (2003) menjelaskan bahwa cara hewan berinteraksi dengan lingkungannya merupakan ciri spesifik hewan tersebut, yaitu berupa penampakan perilaku.

Perilaku harian suatu organisme merupakan faktor yang berasal dari hewan itu sendiri. Setiap hewan memiliki karakter perilaku harian yang berbeda sesuai anatomi dan morfologi tubuh yang dimilikinya (Jumilawaty, 2006).Morfologi tubuh burung Cangak Abu (Ardea cinerea) yang relatif besar dibanding dengan jenis burung lain yang menempati wilayah hutan magrove di kawasan Desa Tajung Rejo ini menyebabkan adanya perbedaan perilaku hariannya. Ukuran tubuh yang besar membuat burung ini meletakkan sarangnya dan melakukan aktivitas hariannya seperti berjemur pada bagian ujung pohon. Meski melakukan seluruh perilaku hariannya di wilayah hutan mangrove namun burung ini melakukan perilaku mencari makan diluar wilayah tersebut.

Kehadiran burung air dapat dijadikan sebagai indikator keanekaragaman hayati pada kawasan hutan mangrove. Hal ini berkaitan dengan fungsi daerah tersebut sebagai penunjang aktivitas hidup burung air, yaitu menyediakan tempat berlindung, mencari makan dan tempat berkembang biak. Mencari makan, berjemur, istirahat, berkembng biak merupakan perilaku hewan yang terlihat dan saling berhubungan, baik secara individual maupun bersama-sama. Fungsi utama dari perilaku harian hewan adalah untuk menjaga kelangsungan hidup dan keberadaan mahluk hidup pada suatu kawasan tertentu yang sesuai dengannya (Azizah, 2015).

Desa Tanjung Rejo yang berada di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, adalah salah satu desa yang letaknya berada di wilayah pesisir pantai Timur Sumatera. Desa Tanjung Rejo sebagian besar wilayahnya terdiri dari perairan pesisir dan laut, yang memiliki potensi besar dibidang parawisata, perikanan, kawasan hutan mangrove dan sumberdaya alam lainnya. Kawasan hutan mangrove dimanfaatkan oleh burung air sebagai lokasi perilaku hariannya dari mencari makan hingga berbiak (BPS Deli Serdang, 2010).

Meningkatnya aktivitas penduduk di Kawasan Hutan mangrove Desa Tanjung Rejo ini, seperti areal pertambakan, mencari dan menangkap ikan, mencari kayu dan menebangi pohon dikawasan hutan mangrove, serta berbagai aktivitas transportasi laut akan menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan. Terjadinya

(14)

perubahan lingkungan akan mempengaruhi pola perilaku harian dari burung air, maka dengan demikian adanya perubah lingkungan tersebut dapat dilihat pengaruhnya terhadap pola perilaku harian burung Cangak Abu ini untuk selanjutnya dapat dilakukan upaya konservasi. Sehubungan dengan uraian tersebut maka akan dilakukan penelitian tentang “Perilaku Harian Cangak Abu (Ardea cinerea) Di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara”

1.1.Perumusan Masalah

Kelangsungan hidup suatu spesies dalam hal ini burung Cangak Abu sangat tergantung pada kemampuannya bertahan hidup dalam menghadapi kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Untuk melihat kemampuan Cangak Abu menghadapi kondisi lingkungan yang cenderung mengalami penurunan tersebut perlu dilakukan studi perilaku harian. Namun demikian sejauh ini belumdiketahui bagaimanakah kebiasaan atau pola tingkah laku harian Cangak Abu ( Ardea cinerea ) yang terdapat di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

1.2.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku harianCangak Abu (Ardea cinerea) di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

1.3.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada pembaca mengenai perilaku harian burung Cangak Abu (Ardea cinerea), sebagai dasar penelitian lebih lanjut mengenai perilaku harian burung dan informasi bagi instansi terkait sebagai referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Bioekologi Burung Cangak Abu 2.1.1. Klasifikasi

Menurut Linnaeus (1766) dalam MacKinnon (1993), burung Cangak Abu termasuk ordo Ciconiformes dan famili Ardeidae, dengan klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves

Ordo : Ciconiformes Famili : Ardeidae Genus : Ardea

Spesies : Ardea cinerea

2.1.2. Ciri – Ciri Umum

Sebagian besar burung dari ordo Ciconiiformes terlihat sangat berbeda dibandingkan burung lain yang hidup di air atau dekat air karena kakinya yang panjang. Ciconiiformes tidak dapat menggunakan kakinya untuk berlari dengan cepat, gaya berjalannya cenderung lambat tetapi teratur. Selain memiliki kaki dan leher yang panjang, untuk kelangsungan hidupnya bergantung dari memakan hewan lain (animal food) (Grzimek, 1975).

Cangak Abu (Ardea cinerea) berwarna abu – abu dan memilki ukuran tubuh 68 -115 cm. Dengan berat dewasa dapat mencapai 1,5 Kg, memiliki warna bulu tubuh abu-abu dengan jambul hitam pada kepala. Lehernya berwarna putih dengan garis-garis hitam didaerah depannya. Baik jantan maupun betina terlihat sama kecuali jika lebih diteliti maka akan tampak fakta bahwa kepala betina lebih pendek dari pada jantan. Anakannya berwarna lebih abu-abu tanpa tanda hitam pada kepala dan daerah dada. Mereka biasanya hidup selama rentang waktu 15-24 tahun (Alexander, 2012)

2.1.3. Penyebaran

(16)

Ardea cinerea ditemukan di Eropa, Asia dan Afrika dan telah dicatatkan sebagai suatu jenis yang menetap di Trinidad. Cangak abu terdapat di beberapa habitat yang berbeda seperti havana, sungai, danau, kolam buatan, rawa, dan daerah peralihan lainnya (Alexander, 2012). Selanjutnya MacKinnon (1993) menyatakan bahwa di Indonesia penyebarannya meliputi beberapa pulau antara lain, pulau Sumatera, Jawa, Kangean, Sumba, Bali, Kalimantan dan Irian.

2.1.4. Habitat

Lingkungan yang dianggap sesuai sebagai habitat bagi burung yaitu habitat yang dapat menyediakan makanan, tempat berlindung maupun tempat berbiak yang sesuai bagi burung (McKilligan, 2005).

Burung menempati habitat sesuai dengan keadaan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung kelangsungan hidupnya. Habitat yang sesuai bagi suatu spesies belum tentu sesuai untuk spesies yang lain, karena masing-masing menghendaki kondisi habitat yang berbeda (Alikodra, 1979). Habitat yang dipilih harus dapat memenuhi kebutuhan hidupnya untuk melindungi/mempertahankan diri, siang dan malam, dan jika memungkinkan untuk sepanjang musim. Selain sebagai tempat untuk bersembunyi dan berlindung dari predator, burung juga memiliki tempat untuk bertengger. Terkadang tempat istirahat dapat memenuhi kedua criteria yang diinginkan (Petinggil, 1969).

Burung air dalam kehidupannya banyak tergantung kepada keberadaan pantai atau lahan basah secara umum.Mereka menjadikan areal pantai atau lahan basah serta tegakan tumbuhan yang ada di atasnya baik sebagai tempat untuk mencari makan maupun beristirahat. Lahan basah yang merupakan habitat penting bagi burung pantai, baik untuk mencari makan maupun untuk beristirahat. Meskipun banyak diantara mereka yang berbiak jauh di daerah daratan yang bukan merupakan daerah pantai atau lahan basah, akan tetapi mereka sangat bergantung kepada kawasan pantai (Howes et al., 2003).

Lahan basah sebagai ekosistem yang kompleks memiliki berbagai fungsi ekologis yang sangat penting seperti fungsi pengatur hidrologis, penghasil sumberdaya alam hayati dan habitat dari berbagai jenis satwa liar dan tumbuhan.

Kekhasan kawasan tersebut menyebabkan adanya pemanfaatan oleh burungburung air yang hanya dapat tinggal pada kawasan tertentu atau cocok dengan

(17)

kebutuhannya. Keberadaan lahan basah sebagai habitat burung air telah dirumuskan dalam konvensi Internasional Ramsar sebagai suatu kepentingan internasional (Sibuea, 1997).

Menurut Ismanto (1990), beberapa spesies dari famili Ardeidae menjadikan daerah perairan tawar atau disekitar perairan seperti rawa, tambak, hutan bakau dan muara sungai sebagai habitatnya. Di British Columbia, beberapa jenis burung perairan memanfaatkan daerah hutan bakau sebagai habitat dan lokasi mencari pakan.

2.2.Perilaku

Perilaku hewan merupakan tingkah laku hewan yang terlihat dan saling berhubungan, baik secara individu maupun bersama-sama. Perilaku hewan dapat diartikan juga sebagai ekspresi semua hewan yang disebabkan oleh semua faktor yang mempengaruhinya (Suratmo, 1979). Selanjutnya Noor (2003) menjelaskan bahwa cara hewan berinteraksi dengan lingkungannya merupakan ciri spesifik hewan tersebut, yaitu berupa penampakan perilaku. Perilaku merupakan tingkah laku alamiah mahluk hidup yang terkoordinasi dan tampak secara objektif, termasuk upaya penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan.

Scoot (1969) dalam Elfidasari (2001) menyatakan bahwa fungsi utama perilaku bagi hewan adalah untuk menjaga kelangsungan hidup dan keberadaan mahluk hidup pada suatu kawasan tertentu yang sesuai dengannya. Dengan demikian perilaku hewan berguna sebagai usaha adaptasi terhadap adanya perubahan lingkungan, sehingga hewan tersebut dapat tetap hidup dan berkembang biak.

Perilaku terdiri atas campuran-campuran komponen yang diwariskan, dibawa dari lahir dan diperoleh dari lingkungan selama hidup, yaitu berupa pengalaman.

Menurut Hailman (1985), perilaku burung pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga aspek utama yang menjadi perilaku kesehariannya adalah perilaku individu, perilaku sosial dan perilaku makan.

Menurut Stanley dan Andrykovitch (1984), tingkah laku pada tingkat adabtasi ditentukan oleh kemampuan belajar hewan untuk menyesuaikan tingkah lakunya terhadap suatu lingkungan yang baru, tingkah laku maupun kemampuan belajar hewan ditentukan oleh sepasang atau lebih gen sehingga terdapat variasi tingkah laku individu dalam satu spesies meskipun secara umum relatif sama dan

(18)

tingkah laku tersebut dapat diwariskan pada turunannya yaitu berupa tingkah laku dasar.

2.2.1. Perilaku Individu

Perilaku individu merupakan suatu perilaku burung yang biasanya bertujuan untuk kenyamanan dan perawatan tubuh burung itu sendiri, serta perilaku yang berhubungan dengan pemeliharaan habitat, tempat istirahat, serta makan. Menurut Simmons (1964) dalam Petinggil (1969) perilaku perawatan burung meliputi preening (menelisik bulu), head scratching (menggaruk), sunning (berjemur).

Menelisik bulu merupakan perawatan bulu yang sering dilakukan dengan paruh, digerakkan dan digigit-gigit hingga keujung. Selain itu kaki burung juga dapat menggaruk bagian kepala, biasanya dilakukan karena tidak dapat dilakukan oleh paruh.

Burung berjemur menunjukkan reaksi terhadap sinar matahari dengan mengembangkan bulu-bulu kepala, leher, punggung dan bagian belakang tubuhnya serta mengembangkan sayap dan mengangkat bagian ekornya. Terkadang diikuti dengan membuka mulut.

Untuk menjaga kenyamanan tubuhnya burung biasanya menggerak-gerakkan tubuh atau menggoyang tubuhnya. Selain itu juga mengangkat, merentang-kan, mengepak-ngepakkan sayap. Peregangan meliputi : menganga, menggerak-gerakkan mandibula. Istirahat meliputi : berdiri dengan satu-dua kaki atau duduk, bulu relaks, kepala tergolek dileher dan terkadang mengambil posisi sedang tidur (Petinggil, 1969).

2.2.2. Perilaku Sosial

Perilaku sosial (Social behaviour), yang didefinisikan secara luas adalah setiap jenis interaksi antara dua hewan atau lebih, umumnya dari spesies yang sama.

Meskipun sebagian besar spesies yang bereproduksi secara seksual harus bersosialisasi pada siklus hidup mereka dengan tujuan untuk bereproduksi, beberapa spesies menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam hubungan yang dekat dengan spesies sejenisnya. Interaksi sosial telah lama menjadi suatu fokus penelitian bagi scientis yang mempelajari perilaku. Kerumitan perilaku meningkat secara dramatis ketika interaksi antar individu dipertimbangkan. Penyerangan, percumbuan,

(19)

kerjasama, dan bahkan kebohongan merupakan bagian dari keseluruhan perilaku sosial. Perilaku sosial memiliki keuntungan bagi anggota spesies yang berinteraksi secara ekstensif (Campbell, 2002, hlm: 315-317).

Terdapat beberapa sifat interaksi sosial burung, yaitu bersifat kompetitif seperti perilaku agonistik (agonistik behaviour), merupakan suatu perlawanan yang melibatkan perilaku yang mengancam maupun menentukan pesaing mana yang mendapatkan beberapa sumberdaya,, seperti makan atau pasangan kawin. Hirarki Dominans (dominance hierarchy), Teritorialitas, adalah suatu daerah yang dipertahankan oleh seekor individu hewan, yang umumnya mengusir anggota lain dari spesiesnya sendiri. Teritori secara khusus digunakan untuk pencarian makanan, perkawinan, membesarkan anak, atau kombinasi aktivitas tersebut (Campbell, 2002).

Semua spesies burung merupakan subyek predasi, menunjukkan adaptasi perilaku yang berguna untuk pertahanan diri. Perilaku ini ditujukan untuk perlindungan diri sendiri maupun kerabatnya, seperti: anggota yang lebih muda dari kelompoknya. Burung bereaksi terhadap stimulasi bahaya tertentu melalui pendengaran dan penglihatan. Ketika mendengar peringatan tanda bahaya terkadang burung diam membeku ditempatnya dengan harapan musuh tidak mengetahui keberadaannya. Nada–nada yang dikeluarkan oleh burung juga mencakup alarm atau panggilan peringatan khusus mengenai adanya bahaya. Untuk menghindari musuh burung melakukan gerakan mengancam seperti misalnya merentangkan sayap lebar- lebar dan menegakkan kepala sehingga terlihat lebih besar dari ukuran sebenarnya.

Burung-burung yang menjaga sarang atau memiliki anak yang masih kecil selain menakut-nakuti juga langsung menyerang pengganggunya (Campbell, 2002).

Selain semua bentuk pertahanan diri yang telah disebutkan sebelumnya, burung juga memiliki kecenderungan untuk berkelompok, terutama ketika musim biak. Menurut Mardiastuti (1992) pola ini berkaitan dengan habitat yang mendukungnya dan senantiasa berubah-ubah sesuai dengan musim berkembang biak, selain itu faktor angin juga dapat mempengaruhi perubahan penyebaran burung tersebut.

(20)

2.2.3. Perilaku Makan

Perilaku makan merupakan penampakan tingkah laku dalam kaitannya dengan aktivitas makan. Aktivitas makan ini sendiri merupakan bagian dari aktivitas harian. Pada burung umumnya aktivitas tersebut dilakukan pada pagi hari hingga sore hari, kecuali pada beberapa jenis burung malam (Hailman, 1985). Selanjutnya dijelaskan bahwa perilaku makan pada beberapa mahluk hidup mencakup semua proses konsumsi bahan makanan yang bermanfaat dalam bentuk padat atau cair.

Perilaku makan hewan sangat bervariasi baik lamanya makan maupun frekuensi tingkah laku pada saat makan.

Perilaku makan dari tiap-tiap spesies hewan memiliki cara-cara yang spesifik.

Faktor yang mempengaruhi berbedanya cara makan antaranya adalah morfologi hewan yang mencari makan, rangsangan dari makanan itu sendiri dan faktor dari dalam tubuh hewan yang akan memberikan urutan gerak tubuh pada hewan tersebut (Suratmo, 1979).

Menurut Noor (2003), jenis-jenis burung yang mencari makan dibawah permukaan air akan memburu mangsa mereka dengan menggunakan ujung paruhnya yang sensitive, oleh karena itu mereka memiliki ukuran mata yag lebih kecil karena mereka tidak terlalu membutuhkannya untuk melihat mangsa. Mereka biasanya mencari mangsa dalam kelompok yang cukup besar yang memungkinkan memperoleh manfaat karena mangsa yang terganggu akan lebih mudah ditemukan.

Beberapa jenis burung memiliki ukuran kaki yang lebih panjang yang memungkinkan mereka berjalan di perairan dangkal atau lumpur halus. Sementara itu yang memiliki kaki yang lebih pendek hanya dapat mencari makan pada substrat lumpur yang lebih keras.

Setiap spesies burung famili Ardeidae memiliki cara makan tertentu yang disesuaikan dengan kondisi yang tepat. Hampir semua burung jenis bangau mencari makan di daearah rawa dengan berdiri dan menunggu mangsa atau dengan berjalan pelan mengikuti mangsa. Sebahagian besar juga menggunakan anggota tubuhnya, seperti kaki, kepala, sayap atau bahkan seluruh tubuhnya untuk mendapatkan mangsa. Secara keseluruhan, banyak perilaku yang sama digunakan oleh semua burung bangau sehingga untuk membedakannya diberi penamaan pada setiap perilaku (Kushlan, 2011).

(21)

Ada tiga macam perilaku makan yang menonjol pada famili Ardeidae, yaitu berdiri atau menunggu mangsa (stand or feeding), mengganggu dan memburu mangsa (disturb and chase feeding) serta menangkap mangsa di udara dan di perairan (aerial and deep water feeding). Ketiga karakter ini merupakan karakteristik aktivitas makan yang dimiliki oleh famili Ardeidae (Hailman, 1985).

2.2.4. Perilaku Berbiak

Untuk menjamin kelangsungan hidupnya burung memiliki perilaku berbiak, meliputi: penetapan teritori, courtship (percumbuan), pemilihan dan penentuan pasangan, kopulasi, pembuatan sarang, peletakan dan pengeraman telur, pemberian makan dan perlindungan anak (Rukmi, 2002).

Secara umum dilakukan penetapan teritori terlebih dahulu oleh jantan sehingga dapat digunakan sebagai penawaran pada betina untuk membentuk pasangan. Pada umumnya burung mengikuti sistem monogami, sehingga jantan dan betina membentuk ikatan untuk sebagian atau seluruh musim biak, atau seumur hidup dan membagi fungsi pemeliharaan dan perlindungan anak (parental care).

Untuk menarik perhatian betina jantan akan memamerkan tempat peletakan sarang yang dianggap potensial, setelah itu terjadi manipulasi simbol bahan sarang untuk menarik perhatian betina. Ketika memilih penempatan sarang, burung betina – selain merespon panggilan jantan – juga dipengaruhi oleh beberapa fakor antara lain (1) kemudahan memperoleh makanan (lokal), betina lebih memilih jantan yang memiliki teritori yang berlimpah makanan meskipun jantan tersebut telah memiliki pasangan dibandingkan dengan jantan lajang tetapi tidak memiliki persediaan makanan diteritorinya, (2) ketersediaan material sarang (Rukmi, 2002).

Keberhasilan berbiak sangat dipengaruhi oleh sarang, pemangsa, dan lokasi.

Perkembangan kelompok burung sangat ditentukan oleh kemampuan bertahan dari pemangsa. Sarang yang terletak pada populasi yang padat lebih terhalangi dari predasi (Diani, 2015).

Berkembang biak dalam koloni pada suatu spesies berakibat terbentuknya koloni besar yang berbagi tempat untuk makan dan bersarang. Predasi pada spesies yang bersarang dalam koloni berkurang melalui seleksi, sehubungan dengan letak sarang yang tersembunyi dari predator. Meskipun ada predator, koloni menawarkan perlindungan dengan berbagai cara (Rukmi, 2002)

(22)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan selama 2 (dua) minggu, yaitu pada tanggal 01 Juli – 14 Juli 2017.Waktu pengamatan dilakukan pada pagi hari hingga sore hari, yaitu antara pukul 07.00 sampai dengan 17.00 wib.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam pengamatan adalah kamera digital, jam atau stopwatch, teropong binokuler, sepatu boot, masker penutup mulut, kacamata hitam, topi camping, tally sheet dan alat tulis. Sedangkan bahan yang menjadi subjek penelitian adalah spesies burung Cangak Abu.

3.3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode “Scan Sampling”, yang bertujuan untuk mendapatkan data perilaku harian burung cangak abu berdasarkan lokasi dan waktu. Metode ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung perilaku harian anggota populasi cangak abu yang diambil secara acak sebanyak 5 ekor, sedangkan fokus pengamatan dilakukan hanya pada satu individu, akan tetapi apabila individu yang sedang diamati tersebut pergi meninggalkan daerah pengamatan maka pengamatan dilanjutkan terhadap individu yang terdekat dengannya.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

Pengamatan perilaku burung cangak abu dilakukan selama 2 (dua) minggu dari pukul 07.00 wib sampai dengan 17.00 wib. Pengamatan perilaku burung cangak abu sesuai dengan Kushlan (1978), sebagai berikut :

(23)

a. Perilaku Individu :

a). Perilaku Perawatan diri meliputi menelisik bulu (Preening), menggaruk kepala (head scratcing)

b). Berjemur (Sunning) meliputi: mengembangkan bulu-bulu kepala, bulu- bulu leher, bulu-bulu punggung, bulu bagian belakang tubuhnya dan mengembangkan sayap serta mengangkat bagian ekornya

c). Perilaku kenyamanan tubuh meliputi: menggoyang tubuh, mengangkat sayap, merentangkan sayap dan mengepak- ngepakkan sayap

d). Perilaku peregangan meliputi: menganga dan menggerakkan mandibula e). Perilaku istirahat meliputi: berdiri dengan satu kaki, kepala tergolek

dileher, tidur (kepala bersandar di punggung dan paruh disembunyikan dibalik sayap atas ataupunggung).

b. Perilaku Berbiak, meliputi : menarik perhatian, menyusun sarang, menarik ranting, bercumbu dan kopulasi.

c. Perilaku Sosial, meliputi : Agoinistik, hirarki dominansi dan teritori.

d. Perilaku Makan, meliputi :

a). Berdiri atau mengikuti mangsa (stand or stalk feeding) meliputi: berdiri dan menunggu, menggetarkan paruh, mengumpan, menangkap mangsa yang terbang, mengumpulkan mangsa, jalan pelan.

b). Mengganggu dan memburu mangsa (disturb and chase feeding) yaitu meliputi: jalan cepat, lari, lompat, lompat berulang-ulang, pengibasan sayap, membuka sayap, dibawah naungan, mengais, memutar, menggali, serta mengayuh.

c). Menangkap mangsa di udara atau di dalam air (aerial and deep water feeding) yaitu meliputi : terbang berputar, berputar-putar sambil mengaduk, menyerok,menarik mangsa, terbang menarik mangsa, mencelup, menyelam, menyelam diawali kaki, lompat dari tempat tinggi dan berenan

(24)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ada 4 jenis perilaku harian burung Cangak Abu yaitu perilaku individu (perawatan dan pemeliharaan diri, perilaku kenyamanan diri), perilaku makan, perilaku berbiak, perilaku sosial.

Gambar 4.1. Diagram Persentase Keseluruhan Perilaku Harian Burung Cangak Abu (Ardea cinerea) Di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan diagram persentase perilaku harian burung Cangak Abu diatas dapat dilihat bahwa ada dua perilaku harian dengan persentase yang sama namun memiliki jumlah selisih aktivitas yang berbeda yaitu perilaku individu dengan persentase perilaku 44% serta jumlah aktivitas 2349 dan perilaku berbiak persentase perilaku 44% dengan jumlah aktivitas 2400. Sementara perilaku makan memiliki persentase perilaku 9% dengan jumlah aktivitas 484 dan perilaku social memiliki persentase perilaku 3% dengan jumlah aktivitas 161.

Perbedaan persentase perilaku harian yang signifikan ini dikarenakan waktu penelitian bersamaan dengan musim berbiak burung Cangak Abu ini. Dimana ketika

Perilaku individu, 2349,

44%

Perilaku makan, 484, 9

% Perilaku

Berbiak, 2400, 44%

Perilaku Sosial, 161, 3%

(25)

musim berbiak burung ini akan menghabiskan sebahagian besar waktunya berada di sarang. Ketika berada di sarang burung Cangak Abu menghabiskan waktunya untuk aktivitas yang berhubungan dengan perawatan diri, kenyamanan dan berbiak (menyusun sarang, menarik ranting, menarik perhatian, menepuk paruh dan kopulasi). Dimana perilaku perawatan dan kenyamanan diri merupakan bagian dari perilaku individu. Masing-masing perilaku terdiri dari beberapa sub perilaku sebagai berikut:

4.1.1 Perilaku perawatan dan pemeliharaan diri

Perilaku perawatan dan pemeliharaan diri bertujuan untuk kesejahteraan burung itu sendiri, meliputi perilaku preening (menelisik bulu), head-scratching (menggaruk), sunning (berjemur), menggoyangkan badan (Body shaking) dan stretching (peregangan). Perilaku pemeliharaan berhubungan dengan perawatan bulu, kulit dan bagian tubuh lainnya terutama yang digunakan untuk terbang atau untuk insulator.

Menelisik (preening)

Menelisik (preening) merupakan perawatan bulu yang terpenting, karena bulu merupakan bagian alat gerak yang terpenting bagi burung untuk melakukan aktivitas bergerak sehingga dibutuhkan perawatan yang intensif untuk menjaga fungsinya tetap baik. Menilisik dilakukan burung dengan menggunakan paruh dan kaki.

Menurut Raikow (1968) proses menelisik diawali dengan bulu digerakkan atau digigit-gigit hingga ke ujung dan gerakan ini khas untuk masing-masing jenis. Kaki burung dapat menggaruk bagian kepala, biasanya untuk membersihkan bagian kepala yang tidak dapat tersentuh oleh paruh. Burung dapat berhenti sejenak untuk menelisik ketika ia sedang makan, dan istirahat. Menelisik lebih sering dilakukan ketika burung beristirahat atau berada di sarang. Burung akan membentangkan salah satu sayap atau kedua sayap untuk ditelisik. Ketika menelisik, leher burung ditekuk ke dalam dan paruh dimasukkan ke dasar-dasar bulu pada permukaan sayap, hal ini dikarenakan permukaan sayap ditutupi oleh bulu halus yang mungkin menyulitkan burung mencapai daerah bulu yang lebih luas.

Menelisik merupakan aktivitas yang cukup sering ditemui selama pengamatan bekisar 44% dari keseluruhan perilaku individu burung selama pengamatan(Gambar 4.1). Menelisik bagian kepala dan leher biasanya diikuti dengan

(26)

gerakan mengaruk menggunakan kaki atau menggesekkan kepala pada tempat bertengger. Menggesekkan kepala secara perlahan pada tempat bertengger sama halnya dengan mengais dengan paruh, terkadang hal ini terjadi ketika bulu pada daerah paruh butuh untuk ditelisik. Tercatat bahwa yang seringkali terjadi adalah menggaruk kepala dengan satu kaki mencapai mahkota, dagu dan daerah telinga (aurikular). Coutlee (1963) mengatakan bahwa selama menelisik bagian dada dan jugulum kaki akan ditekuk dan ekor diturunkan dengan posisi badan miring ke belakang sehingga bagian belakang hampir vertikal.Lengkungan leher memungkinkan paruh burung untukmenyentuh bagian dada burung (gambar 4.1.1).

Bagian perut di telisik dengan cara kaki direntangkan dengan bagian depan tubuh dimiringkan ke depan kemudian ekor diturunkan dan bagian leher mengembang ke belakang dan bawah. Pembersihan telapak kaki dan tungkai juga di tunjukkan dalam posisi seperti ini namun biasanya di ikuti dengan mengusap bulu pada bagian ventral.

Dalam waktu yang sama salah satu kaki diangkat setinggi setengah inci dari tempat bertengger dan jari kaki dilenturkan seperti halnya mereka saat mematuk. Perilaku menelisik ini tidak dapat dihitung lamanya dikarenakan burung menelisik diikuti dengan perilaku lainnya secara bergantian. Namun perilaku ini dapat diamati pada tiga waktu pengamatan.

Gambar 4.1.1 Perilaku menelisik bulu burung Cangak Abu Menggaruk (head-scratching)

Menggaruk dilakukan burung untuk membersihkan bagian tubuhnya.

Menggaruk dilakukan dengan menggunakan kaki, hal ini untuk mencapai bagian tubuh yang tidak dapat ditelisik oleh paruh. Burung akan mengangkat salah satu kakinya ke atas mendekati bagian kepala. Kepala mungkin akan menoleh ke sisi lain

(27)

agar dapat digaruk hingga mencapai leher dan mahkota, atau miring ke atas untuk mencapai tenggorokan dan daerah telinga.

Peregangan (stretching)

Peregangan sayap dan tungkai juga tampak secara umum. Sayap dan tungkai burung merupakan anggota tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan tubuh burung baik saat terbang maupun saat bertengger. Peregangan dilakukan untuk melenturkan otot-otot sayap dan tungkai burung selama melakukan aktivitas hariannya. Salah satu bagian peregangan ditunjukan dengan mengepakkan salah satu sayap, mengembangkan bulu ekor dan memutar kepala ke arah yang sama diikuti dengan meregangkan tungkai dan jari kaki pada sisi yang sama. Lamanya waktu perilaku peregangan ini diperkiran sekitar 5-15 detik setiap gerakannya.

Berjemur (sunning)

Burung berjemur menunjukkan reaksi terhadap sinar matahari dengan mengembangkan bulu-bulu kepala, leher, punggung dan bagian belakang tubuhnya serta mengembangkan sayap dan mengangkat bagian ekornya, terkadang diikuti dengan membuka mulut (gambar 4.1.2). Untuk berjemur, burung menggunakan salah satu dari beberapa postur sayap, Spread Wing sunning, Droop Wing sunning, dan delta wing sunning, yang digambarkan oleh posisi sayap - terbuka, terkulai dengan

ujung sayap yang digantung ke tanah, atau dengan persendian sayap menyebar.

Berjemur hanya terjadi pada siang hari dan pada suhu dan kelembapan yang relatif tinggi. Meskipun tanpa mengukur kecepatan angin, berjemur diamati selama cuaca masih panas dengan angin yang tidak terlalu kuat. Waktu yang digunakan burung untuk berjemur sangatlah pendek, burung berjemur paling lama hanya sekitar dua menit. Burung berjemur untuk menjaga kelembapan dan suhu tubuhnya, ketika berjemur burung akan sesekali membuka mulut dan mengeluarkan lidahnya.

Menurut (Rukmi, 2002) hal ini untuk menjaga agar panas dalam tubuhnya tidak berlebih. Selain untuk menjaga kelembapan dan suhu tubuhnya, ada beberapa kemungkinan fungsi burung berjemur yaitu (1) meningkatkan produksi vitamin D atau sekresi kelenjar minyak, (2) mengeringkan bulu-bulu yang basah, (3) molting dan, (4) membersihkan ektoparasit. Perilaku ini sesuai dengan hipotesis bahwa berjemur dapat mengusir ektoparasit dan paparan panas dari matahari dapat menyejukkan area kulit yang mengalami molt (pergantian bulu).

(28)

Gambar 4.1.2. Perilaku berjemur burung Cangak Abu Menggoyangkan badan (Body shaking)

Beberapa gerakan yang ditunjukkan berasal dari bagian kenyamanan tubuh.

Dalam halnya menggoyang tubuh, burung dengan kuat akan mengguncang tubuhnya serta bulu-bulunya (gambar 4.1.3)

Gambar 4.1.3 Perilaku menggoyang tubuh burung Cangak Abu

Di dalam sarang gerakan ini akan mengundang perhatian terhadap burung lain. Menggoyang tubuh sama halnya dengan mandi, dimana gerakan ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan mikroorganisme yang terdapat pada tubuh burung.

Menggoyang tubuh atau mandi hampir selalu dilakukan untuk memulai waktu istirahat burung. Hal ini mulai ketika burung sedang membungkuk yang kemudian dilanjutkan dengan menekuk tungkai kaki nya menyerupai posisi duduk. Burung akan memanjangkan lehernya dan mengambil debu yang terdapat di hadapannya dengan paruhnya, kemudian kembali membentuk lehernya menyerupai huruf S dan memutar kepalanya ke sisi lain untuk membuang debu tersebut pada permukaan sayap yang telah dilipat diatas punggungnya. Terkadang debu hanya jatuh disamping

(29)

tubuh burung bukan diatas punggungnya karena gerakan kepala yang kurang kuat.

Beberapa saat setelah mandi burung akan mulai tidur dan sesekali terbangun kembali untuk mengangkat debu ke atas punggungnya, kemudian akan tidur kembali. Selain mandi dengan debu burung memelihara dan merawat tubuhnya dengan aktivitas anting. Anting merupakan aktivitas burung mematuk semut dan menggosokkan nya pada badannya untuk membuang racun dan sustansi yang tidak disukai sebelum akhirnya menelannya. Asam format merupakan salah satu substansi yang ditemukan pada sekelompok semut yang berguna untuk menghaluskan iritasi pada kulit, sebagai insectisida bagi bakteri dan jamur yang terdapat pada bulu. Dengan demikian perawatan bulu dan pencegahan ektoparasit adalah beberapa fungsi yang dikaitkan dengan perilaku anting. Burung menggoyang badan menghabiskan waktu sekitar 3-5 menit dengan sesekali mematuk-matuk organisme sekitar daerah pijakan burung.

Berikut diagram persentase periaku pemeliharaan dan perawatan tubuh yang didapatkan selama penelitian:

Gambar 4.1.4Diagram Perilaku Pemeliharaan dan Perawatan Diri

4.1.2 Perilaku Kenyamanan Diri

Untuk menjaga kenyamaan tubuhnya, burung biasanya melakukan pengaturan bulu dengan menggerakkan atau menggoyangkan tubuh, mengangkat, merentangkan, mengepak-ngepakkan sayap dan kemudian mengembalikannya pada posisi semula; peregangan; menganga, menggerakkan mandibula; istirahat, berdiri dengan satu kaki - dua kaki atau duduk, bulu relaks, kepala tergolek di leher dan terkadang mengambil posisi seperti sedang tidur. Pada saat tidur burung menarik dan

berjemur 147 11%

menelisik bulu

437 32%

menggaru k 275 20%

pereganga n 432 32%

menggoyan g badan (70; 5%)

(30)

menekuk kepala nya sehingga terlihat seperti bersandar pada bagian punggung dan paruh disembunyikan dibalik scapular.

Tidur (sleeping)

Postur tidur –umumnya burung duduk dengan sayap dilipat diatas punggungnya, lehernya dilipat membentuk kurva S dengan tengkuk yang menempel di punggung atau di pangkal leher, dan kepalanya diletaksecara horizontal dengan paruh bersandar di leher. Sesekali burung memanjangkan lehernya, meletakkan paruhnya ke tanah, dan leher diregangkan lurus di depan tubuh dengan seluruh permukaan ventral di tanah. Ada kemungkinan burung menggunakan beberapa posisi tidur yag berbeda di siang hari dengan malam hari. Namun, hal ini belum pasti, karena burung tidak diamati pada malam hari selama penelitian ini. Selama siang hari, burung akan tidur sebentar-sebentar, leher diangkat tegak dan matanya terbuka dan tertutup setiap beberapa detik.

Coutlee (1963) mengatakan burung tidur dalam postur tubuh yang mirip satu sama lain. Kaki dilipat sepenuhnya, yang biasanya diangkat ke bulu ventral.

Semua bulu kontur kecuali yang menutupi kepala dicelupkan sehingga separuh proksimal masing-masing sayap benar-benar tersembunyi. Kepala diputar balik di atas bahu dan didorong di bawah bulu-bulu dari saluran skapula, sehingga paruhnya tampak menempel pada tubuh dan seluruh mahkota ditutupi. Ekornya agak turun dan kedua sayap dan ekornya tetap tertutup rapat.

Mengeram dan Berdiri

Disamping tidur, perilaku kenyamanan diri lainnya yaitu mengeram dan berdiri di pohon atau disekitar sarang. Mengeram umumnya merupakan bagian dari bercumbu dan berbiak. Mengeram dalam perilaku berbiak dilakukan dengan duduk diatas telur secara berkala yakni duduk kemudian bangkit berdiri dan duduk kembali.

Namun dalam hal ini mengeram sebagai perilaku kenyamanan tubuh bertujuan untuk menjaga suhu tubuh dan sarang tetap stabil. Burung akan menarik kedua sayapnya menutupi tubuhnya dengan kaki ditekuk seperti posisi duduk dan kepala ditundukkan, sesekali paruh diangkat ke atas dan disejajarkan dengan badan. Setelah mengeram burung juga terlihat sering berdiri di ujung pohon dan daerah sekitar sarang yang tidak terlalu rimbun. Ketika berdiri burung biasanya mengangkat salah satu kakinya setinggi 12 cm dari kaki yang lain. Salah satu kaki akan diarahkan

(31)

sedikit ke belakang, hal ini untuk menopang berat badan dari burung. Setelah beberapa saat tampak burung mengganti posisi berdiri nya menggunakan posisi kaki yang berbeda. Burung berdiri pada ujung pohon untuk mengamati daerah sekitar, entah itu untuk mencari mangsa, mengawasi predator atau menikmati paparan sinar matahari.

Berikut diagram persentase periaku kenyamanan diri yang didapatkan selama penelitian:

Gambar 4.1.5Diagram Perilaku Kenyamanan Diri Burung Cangak Abu

4.1.3 Perilaku Makan

Selama penelitian ditemukan beberapa aktivitas makan yang umum dilakukan oleh burung yakni berdiri dan menunggu, mengikuti mangsa, berjalan cepat, terbang dan menyambar, mengais dengan paruh, mengikuti dan mengganggu mangsa, menggetarkan paruh, mengaduk dengan kaki dan memakan organisme pada ranting pohon.

Burung menghabiskan sebagian besar waktu berkeliaran mencari makanan.

Leher dibengkokkan ke bawah bahu dan mengembalikan nya ke atas lagi membentuk kurva U. Burung bergerak perlahan, mengangkat dan menurunkan kepalanya sedikit atau melihat kanan – kiri dan sekitarnya. Ketika menemukan lokasi makanan, burung akan memanjangkan lehernya dan mematuk sekitar lokasi tersebut dengan paruhnya lalu menghentakkan kepalanya beberapa senti kemudian mencondongkan kepalanya lagi dengan paruh terbuka dan siap menangkap mangsa ke dalam mulutnya. Setelah mengunyah makanan beberapa kali, burung akan manaikkan lehernya secara vertikal dan menahan posisi ini beberapa detik dan mengawasi sisi kanan – kiri. Hal ini

istirahat;

50; 5%

mengera m; 518;

57%

berdiri ; 341; 38%

(32)

mungkin untuk memudahkan proses menelan makanan, sementara burung tetap mengawasi bahaya yang mungkin terjadi.

Kushlan (2011) mengatakansetiap spesies heron memiliki beberapa perilaku makan yang sesuai dengannya. Hampir semua burung jenis bangau – bangau an makan di daerah berair dengan berdiri dan menunggu mangsa dan dengan berjalan pelan dibelakang mangsa. Sebagian besar juga memiliki perilaku lain di daerah sekitar sarang mereka. Mereka mungkin menggunakan kaki, kepala, sayap atau tubuh mereka dalam berbagai cara untuk mendapatkan mangsa.

Berdiri dan Menunggu mangsa

Berdiri adalah perilaku makan yang paling sederhana. Hanya dengan berdiri di suatu tempat sambil menunggu mangsa. Ini adalah perilaku yang paling umum di antara burung air dan yang paling sesuai dengan rangkaian adaptif mendasar kelompok ini. Cangak abu berdiri di perairan dangkal, bertengger di sebelah atau di atas air, di darat, di tanaman yang muncul atau mengambang, di atas batu. Berbagai postur digunakan dalam perilaku berdiri mencari makan, sikap tegak sangat umum terjadi pada burung yang mencari makan dalam kelompok ini, di mana ia juga memiliki pesan agonistik dan pesan tertentu. Dari postur tegak, burung berdiri sehingga dapat melihat area yang luas untuk mangsa, pesaing, dan pemangsa potensial.

Berjalan

Berjalan juga merupakan perilakumencari makanan yang umum, yang digunakan oleh semua spesies, kadang-kadang burung berjalan mencari mangsa atau mengintip mangsa tertentu. Burung berjalan di perairan dangkal, di atas tanaman air, di darat, atau di sepanjang cabang pohon. Berjalan perlahan menyatu dengan perilaku berdiri karena langkahnya jarang, mungkin hanya sekali per menit. Transisi ini sangat sulit ditentukan pada spesies seperti bitvari besar yang membutuhkan waktu beberapa menit untuk menggerakkan kaki. Kecepatan Berjalan bervariasi antar spesies dan situasi. Lama berjalan di air umumnya adalah 20-30 langkah per menit namun bisa lebih cepat di air yang sangat dangkal atau di darat. Ahli Slow Walking mencakup spesies seperti Little Blue Heron, yang berputar perlahan dan tenang di perairan dangkal, dan burung Egret, yang berjalan di darat, terutama saat mengikuti mangsa atau benda bergerak lainnya. Burung Heron berjalan dengan cepat,

(33)

kecepatan langkah mereka lebih dari 60 per menit. Hal ini sering dianggap sebagai perilaku mengganggu atau mengejar, tapi mungkin juga digunakan hanya untuk bergerak cepat dari satu tempat ke tempat berikutnya.

Mengganggu mangsa

Perilaku mencari makan yang aktif, biasanya mengganggu mangsanya. Hal ini untuk memancing mangsanya bergerak, seperti berlari dari satu tempat ke tempat lain atau mengejar mangsa adalah ciri khas burung tertentu. Burung yang aktif mencari makan burung menggunakan sayapnya ketika berada di atas tanah saat berdiri, berjalan, atau berlari. Perilaku aktif lainnya adalah berlari. Ketika berlari mengejar mangsa tertentu, seringkali burung bergerak begitu cepat sehingga menggunakan sayapnya untuk keseimbangan, untuk memungkinkan gerakan lebih cepat, dan untuk menghentikan atau mengubah arah.

Kushlan (2011) mengatakan dalam mengganggu dan mengejar mangsa, burung membawa serangkaian perilaku aktif bersama untuk mengganggu mangsa dan kemudian mengejarnya. Meskipun berlari adalah komponen utama dari perilaku ini, perilaku lain terutama dengan menggunakan sayap dan kaki seringkali merupakan bagian dari urutan perilaku ini.Sebagian besar perhatian burung saat mencari makan mengarah ke bawah permukaan air. Burung juga menggunakan beberapa perilaku untuk menangkap mangsa yang tidak ada di dalam air. Seekor burung bangau dapat menangkap mangsa di atas tanah seperti tanaman atau hewan lainnya, hal ini disebut memungut (Gleaning) atau mungkin menangkap mangsa di udara dengan menyambar (Flycatching). Ada beberapa variasi dari menyambar yaitu standing flycatching, jumping flycatching dan aerial flycatching.

Khuslan (2011) juga mengatakan burung tidak hanya mengganggu mangsa tapi juga menggunakan perilaku yang digolongkan sebagai alat bantu. Mengumpan, baik alami maupun buatan, di dalam air untuk memancing mangsa. Perilaku itu disebut umpan. Mereka bisa menggunakan makanan sungguhan, seperti roti, jagung, atau serangga mati, atau memilih sebagai iming-iming sesuatu yang mengapung, seperti kayu atau ranting pohon. Cara lain untuk menarik mangsa adalah dengan menggetarkan paruh (Bill vibrating) di mana seekor bangau menempatkan paruhnya di air dan dengan cepat membuka dan menutup paruhnya. Gangguan yang disebabkan oleh gerakan paruh ini bisa menarik ikan.

(34)

Memakan organisme

Perilaku makan selanjutnya adalah memakan organisme pada kanopi pohon. Burung akan berpindah dari satu ranting ke ranting lain kemudian mematuk – matuk organisme kecil yag berada pada saerah sekitarnya. Terkadang memakan organisme yag berasal dari bahan sarangnya. Burung akan terlihat menunduk sambil mematuk dengan sesekali memperhatikan sekelilingnya.

Burung juga memanfaatkan kaki mereka untuk mencari makan secara khusus. Perilaku gerakan kaki termasuk pengadukan dengan kaki di mana kaki dimasukkan kedalam air dan digetarkan sehingga memancing perhatian magsa dibawah permukaan air, mengais dengan kaki di mana jari kaki digoreskan (dikaiskan) di seluruh substrat untuk memisahkan benda yang dapat dimakan dengan benda lain, Foot Probing di mana jari-jari kaki dimasukkan ke dalam substrat seperti hendak mencakar dan mengaduknya, dan Foot Paddling di mana kaki bergerak naik dan turun pada substrat. Selain pengadukan dan mengais dengan kaki. Burung juga bisa menggunakan kaki mereka untuk berenang. Kaki mereka memiliki sedikit anyaman, tapi mungkin lebih fungsional untuk berdiri di lumpur daripada berenang (Khuslan, 2011).

Berikut diagram perilaku makan burung yang diperoleh selama penelitian:

Gambar 4.1.6Diagram Perilaku Mencari Makan Burung Cangak Abu

Berdasarkan keseluruhan perilaku makan burung yang ditemukan pada saat penelitian hanya beberapa perilaku saja yakni, berdiri dan menunggu mangsa, mengikuti mangsa, berjalan cepat; terbang dan menyambar; mengais dengan paruh;

menggetarkan paruh dan memakan orgaisme kecil pada ranting pohon. Hal ini

berdiri dan menunggu

9%42

mengikuti mangsa

8%38 berjalan

cepat

5%25 terbang dan menyambar

7%33 mengais

dengan paruh

6%29 menggetarka

n paruh 24 5%

memakan organisme

kecil 60%293

(35)

dikarenakan selama penelitian sedang terjadi musim berbiak sehingga perilaku mencari makan tidak begitu banyak teramati dibandingkan perilaku lain. Disamping itu, wilayah penelitian merupakan wilayah bersarang burung dan bukan wilayah mencari makan bagi burung ini sehingga perilaku makan yang teramati hanya yang beberapa perilaku saja. Untuk jenis makanannya sendiri burung ini memakan beberapa jenis ikan, udang bahkan amfibi dan organisme kecil seperti serangga kecil dan semut.

4.1.4 Perilaku Berbiak

Untuk menjamin kelangsungan hidupnya burung memiliki perilaku berbiak, meliputi: penetapan teritori/sarang, courtship (percumbuan), pemilihan dan penentuan pasangan, kopulasi, pembuatan sarang, peletakan dan pengeraman telur, pemberian makan dan perlindungan anak.

Penentuan pasangan

Penentuan pasangan biasanya dilengkapi dengan perilaku ritual yang dikenal sebagai courtship display. Display ini dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan nyanyian (song) yang dikeluarkan oleh jantan maupun dengan penetapan teritori. Teritori dan nyanyian merupakan tahap awal pembentukan pasangan dan kelangsungan siklus bersarang. Courtship display memiliki fungsi sebagai berikut:

1) Untuk mengancam pengganggu dan kompetitor agar menjauhi teritorinya, merupakan ajang untuk menentukan jantan yang berpotensi untuk berkembang biak.

2) Untuk menstimulasi ovulasi

3) Untuk mensinkronkan tingkat kesiapan seksual 4) Sebagai tanda pengenalan spesies (bersifat spesifik).

Courtship display antara anggota kelompok tersebut terkadang berlanjut dengan ovulasi, kopulasi dan fertilisasi.

Penentuan pohon sarang (teritori)

Pohon yang terdapat di kawasan Hutan Mangrove cukup beragam mulai dari perdu hingga tanaman berkayu, diantaranya yaitu pohon buta-buta, brembang, nipah dan tanaman mangrove. Burung Cangak Abu memilih pohon jenis brembang sebagai tempat bersarang, hal ini sesuai dengan morfologi tubuh Cangak Abu yang besar

(36)

sehingga memudahkan untuk membangun sarang, bertengger dan aktivitas harian lainnya. Pohon berembang (Sonneratia caseolaris) merupakan tumbuhan saka yang mempunyai batang bercabang serta tumbuh menegak hingga mencapai ketinggian 5- 25 meter. Batang pokok berwarna kelabu dengan dahan yang bercabang empat (quadrangular). Selain pohon berembang, pohon dari jenis mangrove yang biasa digunakan oleh burung Cangak abu untuk bersarang adalah buta-buta (Excocecaria agallocha). Tanaman ini merupakan pohon meranggas yang tumbuhnya bisa mencapai 15 meter, memiliki daun yang berwarna hijau tua yang akan berubah warna menjadi merah bata sebelum daun tersebut gugur. Burung Cangak Abu menggunakan bagian kanopi atas pohon untuk meletakkan sarangnya, langsung menghadap bagian yang terbuka, tidak terletak dibawah daun-daun. Hal tersebut sesuai dengan ukuran tubuhnya yang besar.

Menarik perhatian

Burung dalam posisi berdiri, sebagaimana dilakukan oleh kuntul besar, melakukan strecht display, leher ditekuk menyerupai huruf S sambil mengatupkan paruh dengan suara keras (snap display) kemudian dipanjangkan tegak lurus keatas, bulu crest tegak, surai bagian leher dikembangkan. Kemudian tubuh seperti diayun sedikit ke arah depan , sambil turun seiring dengan kedua kaki ditekuk (Gambar 4.1.7)

Gambar 4.1.7 Burung sedang melakukan atraksi menarik perhatian

Tubuh menjadi agak turun, leher agak ke depan tetapi kepala tetap tegak, kemudian tubuh ditarik (disentak) ke belakang. Diasumsikan hal tersebut dilakukan untuk menarik perhatian lawan jenis, ketika ada betina dari spesies yang sama melintas diatas atau didekatnya. Biasanya hal ini dilakukan selama 1-7 hari.

(37)

Untuk menentukan pasangan, jantan berdiri di tempat yang akan digunakan untuk bersarang, dengan tumpukan beberapa bahan sarang di bawahnya (dipijak).

Burung akan melakukan gerakan serupa jika ada spesies yang sejenis untuk menarik perhatian. Jika ada yang hinggap didekatnya maka jantan yang sedang mencari pasangan tersebut akan menunjukkan perilaku agoinistik hingga pendatang tersebut pergi. Jika ada betina yang meskipun beberapa kali menerima perilaku agoinistik hanya berpindah tempat berpijak pada daerah yag sama, mungkin yang tertarik atau menarik perhatian, maka jantan seolah-olah akhirnya menyerah berdiri di tumpukan bahan sarangnya. Jantan melakukan beberapa gerakan seperti menggoyangkan tubuh dan menelisik yang kemudian di tirukan oleh betina tersebut, hingga jantan mengulangi gerakan untuk menarik perhatian, sehingga betina mendekat. Keduanya saling menepuk paruh seperti pada (Gambar 4.1.8) dan jantan menyentuh/menelisik bagian punggung betina tersebut sehingga terbentuk pasangan.

Gambar 4.1.8 Burung sedang melakukan aktivitas menepuk paruh Kopulasi

Kopulasi dimulai, biasanya di wilayah sarang. Burung betina mengambil posisi tubuh horizontal, burung jantan akan menaiki punggung betina dengan sesekali mengepakkan sayap untuk menjaga keseimbangannya sampai terjadi kontak kloaka dengan burung betina (gambar a). Terkadang burung jantan akan mematukkan paruhnya ke arah kepala betina nampak seperti sedang menggigit bagian kepalanya (gambar b).

(38)

Gambar 4.1.8 (a) Burung jantan menaiki punggung betina (b) burung jantan menggigit bagian kepala betina

Kushlan (2011) mengatakan setelah bercumbu, burung-burung memasuki fase pemuliaan berikutnya: membangun sarang, penetasan, inkubasi, dan penetasan.

Membangun dan menyusun sarang

Pada beberapa spesies, burung jantan mulai membangun sarang, tapi hampir semua burung betina yang memilih lokasi sarang dan melakukan sebagian besar konstruksi (gambar a). Burung betina akan mencengkeram ranting atau buluh dan menempatkannya di sarang dengan menggoyangkannya ke atas dan ke bawah dan ke samping. Ranting biasanya dikumpulkan oleh burung jantan dan disusun oleh betina (gambar b).

Gambar 4.1.8 (a) Burung menyusun kembali sarang (b) Burung jantan membawa ranting pohon

Selama pengamatan dalam penelitian ini perilaku berbiak merupakan perilaku yang mendominasi dibanding perilaku lainnya. Adapun aktivitas yang sering ditemui selama pengamatan yakni menarik perhatian lawan jenis dan

(39)

menyusun sarang. Berikut data perilaku berbiak dapat dilihat pada diagram dibawah ini :

Gambar 4.1.9Diagram Perilaku Berbiak Burung Cangak Abu

Berdasarkan keseluruhan perilaku berbiak dari burung ini, perilaku yang sering tampak selama pengamatan adalah perilaku menarik perhatian yakni 27% dari total seluruh perilaku berbiak diikuti oleh perilaku menyusun sarang, menarik ranting, penyambutan, bercumbu dan kopulasi. Perilaku yang sama sekali tidak ditemukan selama penelitian adalah perilaku peletakan telur dan perawatan anakan (parental care). Dua perilaku yang tidak tampak selama pengamatan merupakan fase terakhir dari perilaku berbiak burung Cangak Abu.

4.1.5 Perilaku Sosial

Perilaku sosial merupakan perilaku yang melibatkan lebih dari satu individu, merupakan pengekspresian diri terhadap individu lain. Diantaranya adalah perilaku agoinistik yang menyangkut perilaku mengancam dan mengalah yang khas pada spesies hewan. Pada burung liar jarang terjadi perkelahian, yang lebih sering digunakan adalah tindakan mengancam. Hal ini karena perkelahian dianggap melelahkan, memperbesar resiko luka sehingga juga memperbesar kemungkinan predasi.

Semua spesies burung merupakan subjek predasi, menunjukkan adaptasi perilaku yang berguna untuk ketahanan diri. Perilaku ini ditujukan untuk perlindungan diri sendiri maupun kerabatnya, seperti: anggota yang lebih muda dan kelompoknya.

menarik ranting

541 22%

menarik perhatian

642 27%

menyusun sarang

24%589 penyambutan

19%456 menepuk

paruh 180

7%

kopulasi 1%12

(40)

Rukmi (2002) mengatakan bahwa burung bereaksi terhadap stimuli bahaya melalui pendengaran dan penglihatan. Ketika mendengar peringatan tanda bahaya terkadang burung diam membeku di tempatnya dengan harapan musuh tidak mengetahui keberadaannya. Nada-nada yang dikeluarkan oleh burung juga mencakup alarm atau panggilan peringatan khusus mengenai adanya bahaya. Untuk menghindari musuh burung melakukan gerakan mengancam seperti misalnya merentangkan sayap lebar-lebar dan menegakkan kepala sehingga terlihat lebih besar dari ukuran sebenarnya. Burung-burung yang menjaga sarang atau memiliki anak selain menakuti juga langsung menyerang pengganggunya.

Selain semua bentuk pertahanan diri yang telah disebutkan sebelumnya, burung juga memiliki kecenderungan untuk berkelompok, terutama ketika musim biak. Hal ini tampak selama pengamatan dalam penelitian, pola ini berkaitan dengan habitat yang mendukungnya dan senantiasa berubah-ubah sesuai dengan musim berkembangbiak. Selain itu faktor angin juga dapat mempengaruhi perubahan penyebaran burung tersebut.

Selama penelitian perilaku sosial yang tampak adalah agoinistik dimana ketika burung Cangak Abu merasakan adanya ancaman atau kehadiran individu lain maka burung ini akan berdiri tegak dengan leher dijulurkan vertikal, kepala dan paruh pada posisi horizontal sambil mengamati sekelilingnya. Dilanjutkan dengan tegaknya bulu diatas kepala, mengembagnya bulu sehingga tubuhnya nampak lebih besar. Paruh akan terbuka dan mengeluarkan suara ancaman, jika tidak berhasil menakut-nakuti maka akan diteruskan dengan gerakan menyerang. Posisi leher akan berubah mengarah pada pengganggu dan siap menyerang dengan gerakan paruhnya.

Berikut data perilaku sosial yang di dapatkan selama penelitian:

Gambar 4.1.10Diagram Perilaku Sosial Burung Cangak Abu

agoinistik 91%146 hirarki

dominansi 3 2%

teritori 12 7%

(41)

Diantara keempat perilaku tersebut didapatkan perilaku yang mendominasi selama penelitian adalah perilaku berbiak, diikuti oleh perilaku individu, perilaku sosial dan perilaku makan.

4.1.6 Aktivitas Harian Burung Cangak Abu (Ardea cinerea)

Hasil dari pengamatan total dalam sehari (rekapitulasi) dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu pagi (07.00-10.00), siang (10.00-14.00) dan sore (14.00-18.00).

Berdasarkan rekapitulasi aktivitas hariannya Cangak abu banyak menggunakan waktu untuk merawat tubuh dan mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan sarang. Burung biasanya melakukan aktivitas yang berhubungan dengan kenyamanan tubuhnya seperti merawat tubuh, menelisik, menggaruk bagian kepala dengan kaki, peregangan, menggoyang tubuh dan berjemur.

Menyambut pasangan teramati pada ketiga kelompok waktu diikuti menepuk paruh, menyentuh punggung dan kopulasi. Aktivitas agoinistik juga teramati sepanjang waktu baik terhadap sesama spesienya maupun spesies yang berbeda.

Menarik perhatian lawan jenis tidak dilakukan pada kelompok sore. Individu yang telah memiliki pasangan biasanya menyambut kedatangan pasangannya.

Terkadang diikuti dengan menyentuh paruh pasangan atau menyentuh punggung pasangan. Tetapi hal-hal tersebut tidak selalu dilakukan bersamaan, terkadang hanya satu perilaku saja yang teramati.

Gambar 4.1.11 Grafik Perilaku Harian Burung Cangak Abu Berdasarkan Waktu Pengamatan Pada Waktu Pagi Hari (07.00-10.00) Di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang.

0 10 20 30

Berjemur Menelisi Menggar… Peregan Menggo Mengge Menger Istirahat Menarik Menarik Menyus Penyam Agonistik Canopy …

Pagi

Pagi

(42)

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui perilaku harian yang sering dilakukan oleh burung Cangak abu di pagi hari yaitu perilaku individu yakni peregangan (Stretching) sebanyak 25 kali, menelisik 15 kali dan menggaruk 12 kali, diikuti dengan perilaku berbiak yakni menarik perhatian sebanyak 25 kali, menarik ranting 17 kali, menyusun sarang 10 kali dan perilaku yang paling jarang dilakukan adalah perilaku sosial dan perilaku makan. Perilaku sosial yaitu agoinistik sebanyak 5 kali sedangkan perilaku makan yaitu memakan organisme pada ranting pohon sebanyak 9 kali.

Berdasarkangrafik persentase perilaku burung Cangak abu (Gambar 4.1.11) selama penelitian menunjukkan bahwa cangak abu pada waktu pagi hari lebih sering melakukan aktivitas untuk kenyamanan dirinya dan hal-hal yang berhubungan dengan sarang.

Gambar 4.1.12 Grafik Perilaku Harian Burung Cangak Abu Berdasarkan Waktu Pengamatan Pada Waktu Siang Hari (10.00-14.00) Di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang.

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui jenis perilaku harian yang sering dilakukan oleh burung Cangak abu di siang hari yaitu perilaku individu yang terdiri dari peregangan sebanyak 30 kali, menelisik bulu sebanyak 24 kali dan menggaruk sebanyak 24 kali. Diikuti oleh perilaku berbiak yakni menyusun sarang sebanyak 12 kali, menarik perhatian sebanyak 13 kali dan menarik ranting sebanyak 20 kali.

Perilaku yang jarang tampak selama pengamatan adalah perilaku sosial dan perilaku makan. Dimana perilaku sosial yaitu agoinistik sebanyak 10 kali. Dan perilaku makan yaitu memakan organisme pada ranting pohon sebanyak 11 kali.

0 10 20 30 40

Siang

Gambar

Gambar  Judul  Halaman
Gambar 4.1.  Diagram Persentase Keseluruhan Perilaku Harian Burung  Cangak Abu (Ardea cinerea) Di Kawasan Hutan Mangrove  Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten  Deli Serdang
Gambar 4.1.1 Perilaku menelisik bulu burung Cangak Abu  Menggaruk (head-scratching)
Gambar 4.1.2. Perilaku berjemur burung Cangak Abu  Menggoyangkan badan (Body shaking)
+7

Referensi

Dokumen terkait

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KERINCI.. STANDAR

In addition, the new high resolution SAR satellite sensors offer the capability to achieve positioning accuracies in a global reference frame in the meter range and even better,

: Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten

[r]

Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery), siswa yang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diarahkan

private javax.swing.JButton bt_cariKry2; private javax.swing.JButton bt_cariKry3; private javax.swing.JButton bt_editAbsen; private javax.swing.JButton bt_editGaji;

Perdarahan yang banyak menyebabkan kematian ibu.Penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara tingkat anemia dengan kejadian abortus pada ibu hamil di wilayah

Hasil penelitian antara lain: Ketersediaan ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara secara serempak dipengaruhi oleh luas panen ubi kayu, harga ubi kayu, jumlah