UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA,
SULAWESI SELATAN
ANISA FATHIR RAHMAN
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan sebelumnya maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2009
Gading-Gading Kapal Kayu Galangan Kapal UD. Semangat Untung di Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh YOPI NOVITA dan VITA RUMANTI KURNIAWATI.
Di Sulawesi Selatan, kapal perikanan umumnya dibuat di pusat industri galangan kapal rakyat yang berlokasi di Kabupaten Bulukumba. Para pengrajin kapal di daerah ini terkenal hingga ke mancanegara sebagai ahli pembuat kapal. Kapal perikanan tersebut dibuat secara tradisional. Keahlian dan teknik pembuatannya hanya mengandalkan pengetahuan yang diperoleh secara turun-temurun semata tanpa didasari oleh perhitungan arsitektur perkapalan ataupun dilengkapi oleh gambar rancangan detail seperti yang berlaku di negara-negara maju. Pembuatan kapal yang tidak dilengkapi dengan gambar rancangan detail terkadang menyebabkan terjadinya perbedaan konstruksi dengan perencanaan. Hal seperti ini biasanya terjadi pada bagian konstruksi yang sulit dan memerlukan efisiensi penggunaan material yang tinggi seperti gading-gading. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian mengenai seberapa besar tingkat keakuratan konstruksi gading-gading pada pembangunan kapal di suatu galangan. Penelitian ini dimaksudkan agar kemungkinan terjadinya perbedaan ukuran konstruksi gading-gading yang terpasang dengan gading-gading yang direncanakan lebih kecil. Tingkat keakuratan yang tinggi akan berpengaruh pada efisiensi penggunaan material dan lama waktu pengerjaan khususnya pada bagian gading-gading. Penelitian ini berlokasi di galangan kapal UD. Semangat Untung, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini menggunakan metode survei. Analisis data yang digunakan adalah analisis komparatif numerik untuk mengetahui tingkat keakuratan pembangunan gading-gading di galangan kapal tersebut. Koreksi kesalahan konstruksi gading-gading di galangan ini terdiri dari dua cara yaitu menambah dan mengurangi ukuran jika tidak sesuai dengan yang direncanakan. Adapun tingkat keakuratan dimensi gading-gading cenderung tidak akurat (mengacu pada grafik galat relatif dimensi gading-gading yang dominan berada di zona B).
UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA,
SULAWESI SELATAN
ANISA FATHIR RAHMAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
Sulawesi Selatan
Nama : Anisa Fathir Rahman
NRP : C44050715
Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Yopi Novita, S. Pi, M. Si. Vita Rumanti K, S. Pi, M.T. NIP: 19710916 200003 2 001 NIP: 19820911 200501 2 001
Diketahui:
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M. Sc. NIP: 19610410 198601 1 002
Skripsi berjudul ”Tingkat Keakuratan Konstruksi Gading-gading
Kapal Kayu Galangan Kapal UD. Semangat Untung di Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan ” ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan
gelar sarjana pada Departemen Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini menjelaskan tentang pembangunan kapal di galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung di desa Tanah Beru, Kab. Bulukumba, Sulawesi Selatan khususnya untuk pembangunan gading-gading kapal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2008. Secara rinci skripsi ini menjelaskan mengenai tingkat keakuratan konstruksi gading-gading kapal dan cara koreksi yang digunakan pada pemasangan gading-gading yang dilakukan oleh pengrajin kapal di desa Tanah Beru, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada : 1. Yopi Novita, S. Pi, M. Si. dan Vita Rumanti K, S. Pi, MT. selaku dosen
pembimbing atas segala saran, arahan, bimbingan, perhatian, doa dan semangat selama membimbing penulis hingga skripsi ini selesai;
2. Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si. dan Dr. Eko Sri Wiyono S.Pi, M. Si. selaku dosen penguji tamu;
3. Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M. Sc. selaku Ketua Departemen PSP dan Dr. Ir. Mohammad Imron, M. Si. selaku komisi pendidikan Departemen PSP; 4. Bapak H. Muh. Yusuf sebagai pemilik Galangan Kapal Rakyat UD. Semangat
Untung atas kesediaan memberikan informasi, penjelasan dan bantuan bagi penelitian ini;
5. Saudara dan teman-teman seperjuangan PSP 42 atas kebersamaannya; dan 6. Pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Agustus 2009 Anisa Fathir Rahman
Banyak pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini, baik bantuan secara moril maupun materiil yang sangat berguna bagi penulis.
Penulis menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, antara lain:
1) Orang tua tercinta Abdul Rahman Rahim, SE dan Hj. Faridah Kasim, SH, M. Si atas segala doa, motivasi dan dukungannya;
2) Adik-adik tersayang Bemba, Tika, dan Ucok yang tiada hentinya berdoa dan memberikan dukungan untuk penulis;
3) Bagus Guntur Wibowo yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang, dan semangat baru kepada penulis;
4) Teman-teman ABY: Ima Kusumanti, Achmad Fauzan, dan Muh. Anggi Natapraja atas perjuangan dan kebersamaannya dalam bimbingan;
5) Teman-teman seperjuangan PSP 42 (Gina, Intan, Fati, Reny, Didin, Bepe, Eko, Bram, Noer, Haryo, Leo, Nano, Yuli, Ema, Winy, Budi, Pakde, Arif. Anja, Dhenis, Hendri, Ziah, Ummi, Septa, Irna, Puput, Yiyi, Mira, Kim, Dika, Hanno, Vera, Imam, Asep, Dian, Kily, Ferty, Adi, Oce, Dilla, Hafid, Zasuli, Feri, Sahat, Meida, Hendro, Rio, Novel, Mery, Mirza, Fifi, dan Nia).
6) Mba Ika yang telah memberikan bantuan dan arahan kepada penulis; 7) Rekan-rekan PSP 39, PSP 40, PSP 41, PSP 43, dan PSP 44; dan
8) Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini.
Bogor, Agustus 2009
Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 9 Agustus 1987. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Abdul Rahman Rahim, SE dan Hj. Faridah Kasim, SH, M. Si. Pada tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Takalar.
Pada tahun 2005 penulis di terima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan hingga sekarang. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota divisi eksternal Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap Indonesia tahun 2006-2007dan Sekretaris 1 Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) tahun 2007-2008. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Rekayasa Tingkah Laku Ikan tahun 2008 dan 2009, asisten mata kuliah Manajemen Operasi Penangkapan Ikan tahun 2008-2009, dan asisten mata kuliah Navigasi Kapal Perikanan tahun 2009. Pada tahun 2008, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “ Tingkat Keakuratan Konstruksi Gading-gading Kapal Kayu
Galangan Kapal UD. Semangat Untung di Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan”.
viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan... 2 1.3 Manfaat... 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan... 4 2.2 Konstruksi Kapal... 6 2.3 Kayu... 9 2.4 Gading-gading Kapal... 12 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat... 15
3.2 Alat…………..………... 15
3.3 Jenis Data……… 16
3.4 Metode Pengumpulan Data………. 18
3.5 Metode Pengolahan Data……… 18
3.6 Analisis Data………... 18
4 KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Umum Galangan Kapal UD. Semangat…...…... 20
4.2 Keadaan SDM... 23
4.3 Produktivitas Galangan... 23
4.4 Pekerja dan Lama Pengerjaan Pembangunan Kapal... 24
4.5 Jenis dan Asal Kayu... 25
4.6 Pembangunan Kapal di Galangan UD. Semangat Untung... 27
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Konstruksi Gading-gading... 29
5.2 Proses Pembuatan Gading-gading... 33
5.2.1 Pembuatan gading-gading bentuk V bottom... 33
5.2.2 Pembuatan gading-gading bentuk round bottom... 34
5.2.3 Pembuatan gading-gading bentuk U bottom... 35
5.3 Tingkat Keakuratan dan Teknik Pengkoreksian dalam Pembuatan Gading-gading... 36
5.3.1 Tingkat keakuratan dan galat relatif lebar penampang gading-gading……….. 37
5.3.2 Tingkat keakuratan dan galat relatif tebal penampang gading-gading……….. 41
ix
5.3.3.2 Jarak antar gading-gading berhadapan…………. 48
6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 53
6.2 Saran... 53
DAFTAR PUSTAKA... 54
x
Halaman 1 Jenis, sifat, kegunaan dan daerah penyebaran beberapa
kayu untuk industri perkapalan di Indonesia... 9
2 Peralatan yang digunakan pada galangan kapal di Bulukumba... 22
3 Keadaan sumberdaya manusia di galangan kapal
UD. Semangat Untung………... 23
4 Produktivitas galangan dari Tahun 2005 – 2008………... 24
5 Jumlah pekerja dan lama waktu pengerjaan kapal
berdasarkan ukuran kapal………... 24
6 Jenis kayu dan asal kayu yang digunakan dalam
pembangunan kapal di galangan kapal UD. Semangat Untung………... 25
7 Dimensi utama obyek penelitian... 29
8 Tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading……….. 37
9 Tingkat keakuratan lebar penampang gading-gading per
bentuk gading-gading……... 38
10 Persentase selisih lebar penampang gading-gading……….. 39 11 Tingkat keakuratan tebal penampang gading-gading………. 41
12 Tingkat keakuratan tebal penampang gading-gading per bentuk
gading-gading………... 42
13 Persentase selisih tebal penampang gading-gading………... 43 14 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading bersisian……….. 45 15 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading bersisian
per bentuk gading-gading………. 46
16 Persentase selisih jarak antar gading-gading bersisian………... 47 17 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading berhadapan……… 49
18 Tingkat keakuratan jarak antar gading-gading per bentuk
gading-gading………... 50
xi
Halaman
1 Bentuk kasko kapal tipe ”V” bottom... 7
2 Bentuk kasko kapal tipe round bottom... 8
3 Bentuk kasko kapal tipe round flat bottom... 8
4 Bentuk kasko kapal tipe ”U” bottom... 8
5 Bentuk kasko kapal tipe akatsuki bottom... 8
6 Bentuk kasko kapal tipe hard chin bottom... 8
7 Konstruksi gading-gading dan wrang kapal kayu... 13
8 Konstruksi gading-gading... 14
a) haluan; b) midship; c) buritan. 9 Dimensi tebal penampang gading-gading……… 16
10 Dimensi lebar penampang gading-gading……… 16
11 Jarak antar gading-gading bersisian………. 17
12 Jarak antar gading-gading berhadapan………... 17
13 Peta lokasi Kabupaten Bulukumba………... 20
14 Peta lokasi penelitian... 21
15 Tahapan pembangunan kapal di galangan kapal UD. Semangat Untung... 28
16 Profil konstruksi gading-gading kapal posisi 1-29 (Tampak samping).... 30
17 Bentuk gading-gading U bottom: a) U bottom dari dua batang kayu yang tidak disambung (U1)... 31
b) U bottom dari tiga batang kayu yang disambung (U2)... 31
18 Bentuk gading-gading round bottom: a) Round bottom dari dua batang kayu yang tidak disambung (R1)…. 31 b) Round bottom dari tiga batang kayu yang disambung (R2)……….. 31
19 Bentuk gading-gading V bottom: a) V bottom dari tiga batang kayu (V1)... 32
b) V bottom dari dua batang kayu (V2)... 32
c) V bottom dari satu batang kayu (V3)... 32
20 Bentuk gading-gading bagian atas dan bawah……….. 32
21 Penyambungan gading-gading bentuk U2……… 34
22 Penyambungan gading-gading bentuk R2……… 35
xii
26 Grafik galat relatif tebal penampang gading-gading……… 44 27 Grafik galat relatif jarak antar gading-gading bersisian………... 48 28 Grafik galat relatif jarak antar gading-gading berhadapan……….. 52
xiii
Halaman 1 Jenis, sifat, kegunaan dan daerah penyebaran beberapa kayu
untuk industri perkapalan di Indonesia... 57
2 Kuisioner penelitian……… 60
3 Alat yang digunakan dalam pembangunan kapal di
UD. Semangat Untung... 69
4 Kayu yang digunakan untuk membuat gading-gading di galangan
yang diteliti... 71
5 Pengertian dari dimensi-dimensi kapal... 72
6 Foto pencetakan mal besi ke batang kayu lengkung pada proses
pembuatan gading-gading... 73
7 Foto-foto konstruksi gading-gading... 74
8 Kulit kayu (barru) yang digunakan sebahai bahan pakal pada kapal
yang dibuat di galangan UD. Semangat Untung... 76
9 Contoh perhitungan tingkat keakuratan dan persentase selisih lebar
penampang gading-gading... 77
1.1 Latar Belakang
Kapal perikanan merupakan salah satu unit penangkap ikan yang penting dalam operasi penangkapan ikan. Menurut Nomura dan Yamazaki (1975), kapal perikanan adalah kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang mencakup penggunaan atau aktivitas penangkapan atau pengumpulan sumberdaya perairan, serta penggunaan dalam beberapa aktivitas seperti riset, training, dan inspeksi sumberdaya perairan. Nomura dan Yamazaki (1975) juga menyatakan bahwa kapal perikanan merupakan unit penangkapan ikan yang paling penting dan memiliki investasi modal yang paling besar dalam usaha perikanan.
Kapal perikanan yang ada di Indonesia sebagian besar dibuat di galangan kapal tradisional. Pada umumnya galangan kapal tradisional membangun kapal perikanan dari bahan kayu. Hal ini dilakukan karena bahan kayu dianggap sebagai material pembuatan kapal yang paling ekonomis dan pengerjaannya dapat menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu, pembangunan kapal kayu tidak memerlukan teknologi mutakhir sehingga dianggap mudah dalam pengerjaannya.
Pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan kapal perikanan yang ada digalangan tradisional diperoleh secara turun temurun berdasarkan pengalaman generasi sebelumnya. Pembangunan kapal tidak dilengkapi perencanaan berupa gambar rancangan detail maupun perhitungan naval architec. Prosedur yang dilakukan pun masih belum menerapkan standar yang ditetapkan oleh BKI (Biro Klasifikasi Indonesia). Galangan tradisional masih lemah dalam hal pemodalan, manajemen, dan penguasaan teknologi. Walaupun dihadapkan pada kenyataan seperti di atas, keberadaan dan kemampuan kapal perikanan dari galangan tradisional tidak diragukan lagi. Hal ini terlihat dari kemampuan kapal-kapal ini berlayar dan menjalankan fungsinya dengan baik sebagai kapal perikanan yang membantu operasi penangkapan ikan.
Gading-gading merupakan salah satu bagian konstruksi yang penting. Menurut Soegiono (2006) dalam Ayuningsari (2007), gading-gading merupakan salah satu anggota kerangka kapal melintang yang dipasang pada sisi kapal mulai dari bilge sampai geladak atau dari geladak sampai geladak diatasnya. Secara
keseluruhan bentuk kapal ditentukan oleh kerangka kapalnya. Kerangka yang dimaksud adalah gading-gading yang juga merupakan tempat melekatnya kulit atau lambung kapal agar bentuknya tidak berubah. Selain itu, gading-gading merupakan bagian yang paling sulit konstruksinya dan memerlukan efisiensi material yang tinggi. Perbedaan ukuran baik kelebihan atau kekurangan ukuran gading-gading yang dibangun dari yang direncanakan memiliki pengaruh yang besar terhadap kekuatan konstruksi kapal maupun efisiensi dalam penggunaan bahan-bahan, salah satunya adalah kayu. Kajian keakuratan dalam penelitian ini dilakukan pada empat komponen ukuran yaitu lebar penampang gading-gading, tebal penampang gading-gading, jarak antar gading-gading bersisian dan jarak antar gading-gading berhadapan.
Kabupaten Bulukumba dipilih sebagai daerah penelitian karena Bulukumba merupakan pusat galangan tradisional di Sulawesi Selatan. Di Indonesia, para pengrajin kapal di Bulukumba sudah terkenal kemahiran dan kepandaiannya sebagai tukang perahu alam yang cekatan atau ahli perahu. Hal ini diketahui dari banyaknya pengrajin kapal di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan yang berasal dari Kabupaten Bulukumba. Kemahiran para pengrajin kapal yang ada di Bulukumba tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi hingga ke mancanegara antara lain: Jerman, Prancis, Inggris, Kanada, Amerika Serikat, Jepang, dan Australia.
Pentingnya konstruksi gading-gading yang benar dalam pembangunan kapal membuat penelitian ini perlu dilakukan guna mengetahui seberapa besar tingkat keakuratan konstruksi gading-gading yang dibuat oleh galangan kapal yang ada di Bulukumba dan mengetahui teknik yang digunakan oleh pembuat kapal untuk menutupi ketidaksesuaian ukuran tersebut.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1) Memperoleh tingkat keakuratan konstruksi gading-gading pada pembangunan kapal kayu di galangan kapal UD. Semangat Untung, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan; dan
2) Memperoleh teknik pengkoreksian kontruksi gading-gading yang dilakukan pada pembangunan kapal kayu di galangan kapal UD. Semangat Untung, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini menghasilkan informasi yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menghindari kesalahan-kesalahan konstruksi dan ketidakefisienan dalam membangun gading-gading kapal di galangan tersebut untuk kedepannya. Penelitian ini juga memberikan gambaran mengenai pembangunan kapal yang dilakukan di industri galangan kapal rakyat Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
2.1 Kapal Perikanan
Kapal merupakan suatu bangunan apung yang digunakan sebagai sarana melakukan kegiatan di perairan, baik sebagai alat transportasi maupun unit dalam usaha penangkapan ikan. Fyson (1985), memberikan pengertian kapal perikanan adalah kapal yang dibangun untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan, menyimpan ikan, dan lain sebagainya yang didesain dengan ukuran, rancangan bentuk dek, kapasitas muat, akomodasi, mesin, serta berbagai perlengkapan yang secara keseluruhan disesuaikan dengan fungsi dalam rencana operasi. Sementara itu, menurut Nomura dan Yamazaki (1977), kapal perikanan adalah kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau mengumpulkan sumberdaya perairan, pengelolaan usaha budidaya sumberdaya perairan, serta penggunaan dalam beberapa aktivitas seperti riset, training, dan inspeksi sumberdaya perairan. Sebagian besar modal diinvestasikan untuk kapal, sehingga perencanaan dalam pembangunan kapal perikanan sangat penting dalam memulai suatu usaha perikanan.
Di Indonesia, sebagian besar kapal-kapal penangkap ikan dibangun dengan cara yang masih tradisional. Para pembangun kapal hanya mengandalkan pengetahuan dan keahlian yang diwariskan secara turun-temurun. Materialnya pun dari bahan yang cukup mudah yaitu dari bahan kayu. Kapal-kapal kayu tersebut dibangun tanpa menggunakan gambar rencana, perhitungan hidrostastik, stabilitas, trim, dan sebagainya. Selain itu, pembangunan kapal juga tidak dilengkapi dengan gambar-gambar desain seperti general arrangement, lines plan,
deck profile, dan profile construction (Iskandar dan Pujiati, 1995).
Kapal perikanan memiliki bentuk dan jenis yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan pembangunannya. Oleh karena itu bentuk desain maupun konstruksinya berbeda-beda agar dapat digunakan sesuai dengan tujuan pembangunannya.
Menurut Nomura dan Yamazaki (1977), kapal perikanan memiliki karakteristik dan keistimewaan yang membedakan dengan kapal lainnya, yaitu: 1) Kecepatan kapal
Kapal perikanan memiliki kecepatan yang bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan penangkapan, biasanya memiliki kecepatan yang tinggi untuk mengejar kelompok ikan serta dapat membawa hasil tangkapan yang segar dalam waktu relatif singkat;
2) Olah gerak kapal
Kapal perikanan memiliki olah gerak yang baik pada saat dioperasikan, seperti kemampuan steerability yang baik, radius putaran kecil dan daya dorong mesin (propulsive engine) yang dapat dengan mudah bergerak maju ataupun mundur;
3) Kelaiklautan (Seaworthiness)
Laik laut digunakan dalam operasi penangkapan ikan dan cukup tahan untuk melawan angin, gelombang, stabilitas yang tinggi, serta daya apung yang cukup untuk menjamin keamanan dalam pelayaran;
4) Lingkup area pelayaran
Kapal perikanan memiliki lingkup area pelayaran yang luas karena ditentukan oleh pergerakan kelompok ikan, daerah musim ikan dan migrasi ikan;
5) Konstruksi badan kapal kuat
Konstruksi kapal perikanan harus kuat karena dalam operasi penangkapan ikan akan menghadapi kondisi alam yang berubah-ubah. Selain itu, konstruksi kapal juga harus mampu menahan getaran mesin;
6) Mesin penggerak
Daya dorong mesin yang dibutuhkan oleh kapal perikanan cukup besar, sedangkan volume mesin dan getaran mesin yang ditimbulkan harus sekecil mungkin;
7) Fasilitas penyimpanan dan pengelolaan ikan
Kapal perikanan dilengkapi dengan fasilitas untuk menyimpan hasil tangkapan seperti palkah berpendingin, terutama jika membutuhkan waktu penangkapan yang cukup lama. Selain itu, terkadang dilengkapi juga dengan
8) Fishing equipment
Kapal perikanan memiliki fishing equipment yang berbeda tergantung jenis alat tangkap yang dioperasikan, ada yang memiliki mesin-mesin bantu seperti: winch, power block, line hauler, dan sebagainya.
Menurut Iskandar dan Pujiati (1995), kapal dikelompokkan menjadi 4 kelompok berdasarkan metode pengoperasian alat tangkap yang dioperasikan, yaitu:
1) Kapal yang mengoperasikan alat tangkap statik (static gear) seperti gillnet,
longline, lift net, dan pole and line;
2) Kapal yang mengopersikan alat tangkap dengan ditarik (towed gear) seperti:
trawl, dan pancing tonda;
3) Kapal yang mengoperasikan alat tangkap dengan dilingkarkan (encircling
gear). Seperti purse seine, payang, dan dogol; dan
4) Kapal yang mengoperasikan lebih dari satu alat tangkap yang berbeda (multi
purpose).
Nomura dan Yamazaki (1977) mengemukakan beberapa syarat yang harus dipenuhi sebuah kapal perikanan untuk dibangun, yaitu:
1) Memiliki kekuatan struktur badan kapal;
2) Menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan; 3) Memiliki stabilitas yang tinggi; dan
4) Memiliki fasilitas penyimpanan yang lengkap.
2.2 Konstruksi Kapal
Sebelum membangun kapal, lebih dahulu dibuat gambar rencana konstruksi, kemudian dilakukan pemilihan material yang berkualitas baik. Setelah itu, dilakukan pemilihan balok-balok konstruksi yang tepat ukurannya. Jika tiga hal ini terpenuhi barulah proses pembuatan kapal dimulai. Menurut Pasaribu (1985) dalam Sinaga (1998), syarat-syarat konstruksi badan kapal adalah sebagai berikut):
1) Laik laut dan laik tangkap dalam segala kondisi yang sesuai dengan daerah pelayaran dan fungsi kapal yang diinginkan;
2) Ukuran balok konstruksi lambung kapal harus memenuhi ketentuan pihak berwenang yang berlaku untuk jenis, tipe, ukuran dan kekuatan kapal;
3) Konstruksi kapal perikanan sebaiknya memakai sistem konstruksi melintang; 4) Konstruksi melintang kapal menggunakan sistem gading tunggal; dan
5) Konstruksi kapal perikanan harus sesuai dengan jenis kapal perikanan, peralatan perikanan, basis perikanan, dan daerah penangkapan.
Bentuk kasko kapal (badan kapal) sangat berpengaruh terhadap stabilitas
kapal ketika berlayar. Rouf (2004) menjelaskan bahwa bentuk kasko kapal perikanan pada bagian haluan berbentuk ”V” bottom (Gambar 1), sedangkan pada bagian tengah hingga buritan terdapat lima variasi bentuk kasko kapal perikanan, yaitu:
1) Round bottom, yaitu tipe kasko kapal dengan bentuk bulat hampir setengah lingkaran (Gambar 2);
2) Round flat bottom, yaitu tipe kasko kapal dengan bentuk bulat yang rata pada bagian bawahnya (Gambar 3);
3) ”U” bottom, yaitu tipe kasko kapal yang memiliki bentuk seperti huruf ”U” (Gambar 4);
4) Akatsuki bottom, yaitu tipe kasko kapal yang berbentuk hampir menyerupai huruf ”U”, tetapi setiap lekukannya membentuk suatu sudut dan rata pada bagian bawahnya (Gambar 5); dan
5) Hard chin bottom, yaitu tipe kasko kapal yang berbentuk hampir sama dengan
Akatsuki bottom, tetapi pertemuan antara lambung kiri dan kanan kapal pada
bagian lunas membentuk suatu sudut seperti dagu (Gambar 6).
Gambar 2 Bentuk kasko kapal tipe round bottom.
Gambar 3 Bentuk kasko kapal tipe round flat bottom.
Gambar 4 Bentuk kasko kapal tipe ”U” bottom.
Gambar 5 Bentuk kasko kapal tipe akatsuki bottom.
2.3 Kayu
Pemilihan material kapal merupakan salah satu tahapan penting yang perlu diperhatikan dalam pembangunan kapal karena sangat menentukan umur teknis sebuah kapal dalam menjalankan fungsinya. Oleh karena itu, pemilihan material yang tepat akan dapat memberikan suatu kekuatan struktur badan kapal sehingga dalam pengoperasiannya dapat berjalan sesuai dengan harapan.
Material kapal yang umum digunakan di Indonesia adalah kayu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), kayu adalah pohon yang batangnya keras; bagian batang (cabang, dahan, dsb) pokok yang keras (yang biasa dipakai untuk bahan bangunan, dsb). Kayu yang digunakan biasanya memiliki umur teknis antara 10-15 tahun. Kayu banyak digunakan sebagai material kapal karena merupakan material yang cukup mudah diperoleh, persediaannya banyak, cukup mudah untuk dikerjakan, serta harganya relatif murah dibanding material lainnya seperti bahan baja, besi, dan FRP. Selain itu, pembangunan kapal dengan kayu juga tidak memerlukan teknologi yang tinggi (Pasaribu, 1985 dalam Purba, 2004). Jenis-jenis kayu yang banyak digunakan untuk industri perkapalan di Indonesia beserta sifat dan kegunaannya dapat dilihat pada Tabel 1. Jenis kayu lainnya beserta sifat dan kegunaannya dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 1 Jenis, sifat, kegunaan dan daerah penyebaran beberapa kayu untuk industri perkapalan di Indonesia
No Jenis kayu Sifat kayu Kegunaan Daerah penyebaran
1 Balau (Shorea spp)
KA I-II, KK I-II, BJ 0.88-1.13, sangat keras, mudah retak pada permukaan, umumnya tidak sukar digergaji
Kemudi, dayung, tiang layar, lunas, gading
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan (Palembang), Jambi, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara
2 Giam
(Cotylelobium spp)
KA I, KK I, BJ 0.97-1.02, keras, mudah retak, sukar digergaji
Lunas, gading, dayung, badan kapal
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Seluruh Sulawesi
3 Gofasa (Vitax
cofassus Reinw)
KA II-III, KK II-III, BJ 0.74 (0.57-0.93), keras, agak sukar digergaji
Gading, lunas Seluruh Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya 4 Jati (Tectona grandis L.f) KA II, KK II, BJ 0.67 (0.62-0.75), agak keras, mudah dikerjakan Semua bagian kapal
Seluruh Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat,
Tabel 1 Lanjutan
No Jenis kayu Sifat kayu Kegunaan Daerah penyebaran
5 Kempas (Koompasia
malaccensis Maing)
KA III-IV, KK I-III, J 0.95 (0.68-1.29), sangat keras, sukar dikerjakan
Bagian-bagian keras utama kapal setelah diawetkan
Seluruh Sumatera kecuali Bengkulu, seluruh Kalimantan
6 Kulim (Scorodocarpus boornensis Becc) KA I-II, KK I, BJ 0.94 (0.73-1.08), keras, agak mudah dikerjakan Lunas
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jami, Sumatera Selatan (Palembang),
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur 7 Merbau (Instia spp)
KA I-II, KK I-III, BJ 0.79-0.84, agak keras sampai keras, agak mudah dikerjakan
Lunas, gading dek
Seluruh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Irian Jaya 8 Ulin (Eusidiroxylon
zwagari T.et)
KA I, KK I, BJ 1.04 (0.88-1.19), sangat keras, agak sukar dikerjakan
Dek, lunas, gading
Jambi, Sumatera selatan, seluruh Kalimantan Keterangan: KA=Kelas Awet; KK=Kelas Kuat; BJ=Berat Jenis
(Sumber : Pasaribu, 1985 dalam Ayuningsari, 2007)
Biro Klasifikasi Indonesia (1989) menjelaskan bahwa pemilihan jenis kayu untuk keperluan bahan bangunan struktural didasarkan pada sifat-sifatnya. Umumnya, sifat-sifat yang diperhatikan adalah keawetan, kekuatan, massa jenis, dan kelembapan kayu. Kapal memiliki bagian yang terus-menerus terendam air, kadang-kadang terendam kadang-kadang tidak dan terus-menerus terkena panas matahari dengan sekali-kali terkena hujan. Oleh karena itu, dibutuhkan kayu yang kuat, liat, tidak mudah pecah, tidak cacat dan tahan terhadap gangguan organisme laut. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan juga cacat-cacat yang ada serta mudah atau tidaknya jenis kayu tersebut dikerjakan dan dibentuk.
Mandang dan Pandit (1997) dalam Kalyana (2008) meneliti dan mendeskripsikan beberapa jenis kayu yang dapat digunakan sebagai bahan konstruksi kapal terutama untuk linggi dan lunas kapal, yaitu:
1) Kayu balau (Shorea roxb)
Ciri utama jenis kayu ini warna kayu kuning kecoklatan, memiliki corak polos atau berjalur-jalur, warna agak gelap dan terang bergantian pada bidang radialnya. Jenis kayu ini memiliki tekstur dari halus sampai kasar dan umumnya agak halus. Kekerasan dari keras sampai sangat keras. Kayu ini memiliki berat jenis antara 0,88-1,13. Kayu ini digunakan untuk lunas dan gading-gading kapal;
2) Kayu giam (Colylelobium pierre)
Jenis kayu ini memiliki warna kuning kecoklatan, lambat laun akan berubah menjadi coklat gelap sampai coklat kemerah-merahan. Tekstur halus dan merata. Jenis kayu ini memiliki kekerasan sangat keras. Berat jenis rata-rata antara 0,83-1,15. Kayu ini digunakan sebagai lunas;
3) Kayu gofasa (Vitex cofassus)
Ciri utama jenis kayu ini berwarna putih agak kelabu, kuning kelabu, kelabu ungu sampai kemerah-merahan. Bertekstur halus sampai agak kasar. Berat jenis rata-rata 0,74 dalam kisaran 0,57-0,93. Kayu ini dinilai sebagai bahan bangunan yang bermutu tinggi dan digunakan sebagai konstruksi lunas, dinding, dan balok-balok rangka;
4) Kayu jati (Tectona grandis)
Jenis kayu ini berwarna kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan, memiliki corak dekoratif yang indah. Teksturnya agak kasar sampai kasar dan tidak rata. Memiliki kekerasan agak keras. Berat jenis rata-rata 0,67 dalam kisaran 0,62-0,75. Kayu ini digunakan untuk semua bagian dari kapal, termasuk konstruksi lunas dan linggi kapal;
5) Kayu kereta (Swintonia griffith)
Ciri utama jenis kayu ini berwarna coklat-kuning atau coklat merah pucat. Bercorak keras dan bertekstur agak keras. Permukaan mengkilap, berkesan raba licin. Kekerasan agak keras sampai keras. Berat jenis antara 0,67-0,79. Terutama digunakan untuk lunas dan badan kapal.
6) Kayu kempas (Koompassia malaccensis)
Kayu ini memiliki ciri berwarna merah seperti bata, bercorak garis-garis kekuningan. Bertekstur kasar sampai sangat kasar. Berat jenis rata-rata 0,95 dalam kisaran 0,68-1,29. Berguna sebagai bahan konstruksi berat, dalam bidang perkapalan digunakan sebagai konstruksi lunas; dan
7) Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)
Ciri umum, teras berwarna kuning kecoklatan bila segar dan lambat laun berubah menjadi coklat tua kehitaman. Bercorak polos dan bertekstur agak kasar. Kayunya sangat keras dan termasuk kayu berat dengan rata-rata berat
jenis 1,04 dengan kisaran 0,88-1,19. Digunakan sebagai bahan konstruksi berat dan bahan konstruksi di bawah laut seperti lunas.
Fyson (1985) menjelaskan bahwa pemilihan material kapal perikanan sangat dipengaruhi oleh:
1) Keahlian galangan kapal, termasuk kemampuan sumberdaya manusia dan teknologi atau peralatan yang tersedia di galangan;
2) Kemudahan dalam memperoleh bahan; 3) Keuntungan teknis dari tiap material; dan 4) Biaya pembelian bahan material.
Pasaribu (1987) menyatakan beberapa aspek teknis yang perlu diperhatikan guna memperoleh umur pakai yang lama dari kapal penangkap ikan berbahan kayu adalah:
1) Sifat fisik dan mekanis dari jenis kayu yang digunakan; 2) Kelayakan desain dan metode konstruksi kapal; dan 3) Pengelolaan dan perawatan kapal.
Pemilihan jenis material yang digunakan dalam pembangunan kapal juga dipengaruhi oleh keadaan setempat (jenis material yang tersedia dan kemudahan didapatkan di daerah tersebut) serta kebiasaan para pembuat kapal setempat. Untuk itu, perlu dilakukan pengaturan menyangkut ketentuan konstruksi kapal yang sesuai dengan keadaan setempat (Chindhambaram, 1960 dalam Askabul, 1984).
Ketentuan konstruksi kapal di Indonesia telah ditetapkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Badan ini berwewenang untuk menetapkan ukuran berbagai kerangka kapal, cara-cara penyambungan dan jenis pengikat atau penyambung yang diperbolehkan untuk konstruksi kapal. Oleh karena itu, ukuran berbagai bagian konstruksi kapal, cara-cara penyambungan dan jenis pengikat atau penyambung yang digunakan dalam pembangunan kapal di Indonesia harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh badan tersebut.
2.4 Gading-gading Kapal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), gading-gading adalah rangka atau penguat kontruksi kapal secara melintang sekaligus tempat
melekatnya kulit atau lambung kapal agar bentuk kapal tidak berubah. Gading-gading berfungsi untuk menghubungkan papan kulit luar satu dengan lainnya dan juga memperkuat kulit luar pada arah melintang. Bersama papan kulit, gading-gading menahan tekanan air dan muatan di palka.
Pada umumnya, galangan kapal di Indonesia membangun kapal dengan pemasangan papan kulit luar terlebih dahulu. Pemasangan gading-gading dilaksanakan setelah papan kulit terluar dipasang. Hal ini mengakibatkan ketidaksimetrisan kapal karena gading-gadinglah yang dibuat mengikuti papan kulit kapal. Konstruksi gading-gading lengkung dibuat dari kayu yang arah seratnya sejalan dengan bentuk gading-gading. Apabila kayu tersebut tidak cukup panjang, maka gading-gading dapat disambung.
Gading-gading dapat berupa gading tunggal atau gading ganda. Gading tunggal adalah gading-gading yang terdiri dari satu bagian dan gading-gading ganda adalah gading-gading yang terdiri dari dua bagian yang menempel. Gading-gading ganda terdiri atas gading-gading kiri dan kanan yang disatukan di bagian bawah dengan menggunakan wrang (floor). Wrang disambung dengan gading-gading dan lunas kapal menggunakan baut. Selain itu wrang juga dihubungkan dengan lunas menggunakan baut-baut. Wrang di bawah pondasi mesin harus diperkuat dengan menambah tinggi dan tebal wrang (Soekarsono, 1994 dalam Ayuningsari, 2007). Konstruksi gading-gading dan wrang kapal kayu seperti ditunjukkan pada Gambar 7. Konstruksi gading-gading bagian haluan,
midship dan buritan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 7 Konstruksi gading-gading dan wrang kapal kayu (Sumber: Soekarsono 1994).
Gambar 8 Konstruksi gading-gading; a) haluan; b) midship; dan c) buritan (Sumber: Yatnaningsih 1998).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Menurut Consuelo (1988) yang dikutip oleh Umar (2005), metode survei digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki mengapa gejala-gejala tersebut ada. Oleh karena itu, tidak perlu memperhitungkan hubungan antara variabel-variabel karena hanya menggunakan data yang ada untuk pemecahan masalah bukan menguji hipotesis. Metode survei dapat memberikan manfaat untuk tujuan-tujuan deskriptif, membantu membandingkan kondisi-kondisi yang ada berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan untuk pelaksanaan evaluasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, metode survei yang digunakan dalam penelitian ini untuk menggambarkan kondisi objek penelitian dengan kriteria atau ketentuan yang telah ditetapkan.
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap I adalah tahap persiapan dan survei yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2008. Tahap II adalah tahap pengambilan data yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2008 dan tahap III adalah tahap pelengkapan data yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008. Penelitian dilaksanakan di pusat industri galangan kapal UD. Semangat Untung, Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan.
3.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat ukur, kuisioner (Lampiran 2), kamera digital, dan alat tulis. Obyek kajian dalam penelitian ini adalah kapal ikan yang dibangun di galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung yang berlokasi di Desa Tanah Beru, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
3.3 Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung selama proses penelitian, yaitu:
1) Data jumlah gading-gading yang digunakan dalam pembangunan kapal; 2) Data tahapan pembangunan gading-gading yang dilakukan di galangan
tersebut;
3) Data ukuran dimensi tebal penampang gading-gading satu sampai ke- n dari yang direncanakan dan hasil yang sebenarnya (Gambar 9);
Gambar 9 Dimensi tebal penampang gading-gading (Gambar non skala).
4) Data ukuran dimensi lebar penampang gading-gading satu sampai ke- n dari yang direncanakan dan hasil yang sebenarnya (Gambar 10);
Gambar 10 Dimensi lebar penampang gading-gading (Gambar non skala). t
Ket : t = tebal gading-gading
5) Data letak pemasangan antar gading-gading;
a. Jarak antar gading-gading bersisian (Gambar 11).
Gambar 11 Jarak antar gading-gading bersisian (Gambar non skala). b. Jarak antar gading-gading berhadapan (Gambar 12).
Gambar 12 Jarak antar gading-gading berhadapan (Gambar non skala).
6) Data gambar hasil pengamatan bentuk gading-gading dan cara penyambungannya; dan
7) Teknik untuk meminimalisir kesalahan ukuran konstruksi gading-gading. Pada penelitian ini, ukuran keempat dimensi gading-gading yang direncanakan ditentukan oleh pihak galangan atau pembuat kapal berdasarkan kebiasaan yang dilakukan dalam membangun kapal.
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung selama penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data
x
Ket: x = jarak antar gading-gading bersisian
Ket: y = jarak antar gading-gading berhadapan y
atau keterangan-keterangan mengenai hal yang berhubungan dengan konstruksi gading-gading berdasarkan literatur.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan dua cara, yang pertama pengumpulan data dengan mengukur langsung dimensi gading-gading kapal. Dimensi gading yang di ukur adalah lebar, tinggi, jarak antar gading-gading bersisian dan jarak antar gading-gading-gading-gading berhadapan. Metode yang kedua adalah melalui wawancara dengan responden yaitu para pembuat kapal. Wawancara dilakukan berdasarkan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya terkait dengan tujuan penelitian. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur.
3.5 Metode Pengolahan Data
Pengolahan data hasil penelitian dilakukan dengan cara mengelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber dalam bentuk gambar, diagram alir, dan tabel (tabulasi) berdasarkan jenis data yang dibutuhkan untuk kemudian diolah dan dianalisis.
3.6 Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis komparatif numerik. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan mengenai teknik-teknik yang dilakukan oleh para pembangun kapal dalam meminimalisir kesalahan ukuran konstruksi. Sedangkan analisis komparatif numerik digunakan untuk menghitung tingkat keakuratan gading-gading dengan membandingkan ukuran konstruksi gading-gading-gading-gading berdasarkan hasil nyata di lapangan dan perencanaan pada pembangunan kapal. Rumus yang digunakan adalah:
Dimensi gading-gading terpasang
Tingkat keakuratan = x 100% …… (1) Dimensi gading-gading rencana
Selanjutnya nilai tingkat keakuratan yang diperoleh akan dikelompokkan berdasarkan pengelompokan tingkat keakuratan sebagai berikut:
a) Tingkat keakuratan = 100%, menunjukkan bahwa konstruksi gading-gading terpasang sama dengan yang direncanakan (akurat).
b) Tingkat keakuratan > 100%, menunjukkan bahwa dimensi gading-gading terpasang memiliki kelebihan ukuran dari yang direncanakan (tidak akurat). c) Tingkat keakuratan < 100%, menunjukkan bahwa dimensi gading-gading
terpasang memiliki kekurangan ukuran dari yang direncanakan (tidak akurat).
Setelah memperoleh tingkat keakuratan dimensi gading-gading, dilakukan analisis galat. Analisis galat sangat penting di dalam perhitungan yang menggunakan metode numerik. Galat dimaksudkan untuk mengetahui seberapa dekat solusi hampiran terhadap solusi sejatinya (Munir, 2003). Galat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah selisih antara ukuran dimensi gading-gading yang direncanakan dan ukuran dimensi gading-gading yang terpasang. Analisis galat yang digunakan adalah analisis galat relatif, dimana galat tersebut dinormalkan terhadap ukuran dimensi gading-gading yang direncanakan. Galat relatif dalam bentuk persentase diperoleh dari rumus berikut:
Gading-gading rencana – Gading-gading terpasang
Persentase selisih = x 100% Gading-gading rencana ……….(2)
Persentase selisih yang diperoleh dibagi ke dalam zona-zona berikut (Zona A dan B ) dengan masing-masing selang kelas sebagai berikut:
a) Zona A = 0% ≤ x ≤ 1% (zona akurat);dan b) Zona B = x > 1% (zona tidak akurat);
Penentuan batas akurat sebesar 1% didasarkan pada kebiasaan di galangan Semangat Untung. Biasanya koreksi dilakukan terhadap nilai keakuratan > 1% dari dimensi yang direncanakan.
4 KONDISI UMUM
4.1 Kondisi Umum Galangan Kapal UD. Semangat Untung
Galangan kapal UD. Semangat Untung terletak di Desa Tanah Beru, Kelurahan Tanah Lemo, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Kapal yang diproduksi bermacam-macam, seperti kapal perikanan dan kapal penumpang. Sewaktu penelitian ini dilakukan terdapat tiga buah kapal yang diproduksi, dua diantaranya adalah kapal perikanan dengan alat tangkap gillnet dan purse seine.
Secara geografis, Kabupaten Bulukumba adalah wilayah di bagian selatan jazirah Sulawesi Selatan yang berjarak 153 km dari Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan). Kabupaten Bulukumba terletak diantara 05°20° – 05°40° LS dan 119°58° - 120°28° BT, berbatasan dengan Kabupaten Sinjai di sebelah utara, Teluk Bone di sebelah timur, Laut Flores di sebelah selatan, dan Kabupaten Bantaeng di sebelah barat (Gambar 13). Luas wilayah Kabupaten Bulukumba sekitar 1.154,67 km² atau 1,85% dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Secara kewilayahan, Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi pada kaki gunung Bawakaraeng – Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas.
Gambar 13 Peta lokasi Kabupaten Bulukumba. Peta lokasi Kabupaten Bulukumba
Kabupaten Bulukumba terkenal dengan industri galangan kapal rakyatnya yang berpusat di Kecamatan Bontobahari. Kecamatan Bontobahari adalah lokasi dimana penelitian ini dilakukan (Gambar 14). Industri galangan kapal rakyat inilah yang menjadi ciri khas Kecamatan Bontobahari dan membedakannya dengan kecamatan lainnya. Banyaknya galangan kapal di Bontobahari, menjadikan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pembuat kapal dan nelayan. Mereka umumnya memiliki kemahiran dalam membuat kapal-kapal tradisional, seperti kapal perikanan dari kayu. Namun tidak sedikit juga yang membuat kapal perikanan dari bahan yang modern. Para pengrajin kapal di Bulukumba terkenal sebagai ahli perahu, hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya pengrajin yang ada di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan yang berasal dari Bulukumba. Bahkan terkenal hingga ke mancanegara terbukti dengan banyaknya kapal-kapal milik asing yang dipesan dari galangan kapal di Bulukumba.
Gambar 14 Peta lokasi penelitian.
Galangan kapal UD. Semangat Untung mampu memproduksi 3 – 6 kapal baru per tahun dengan waktu pembangunan kapal yang berbeda-beda. Galangan ini termasuk galangan yang produktif karena selalu memproduksi kapal meskipun tidak ada pemesanan. Menurut pemilik galangan, harga penjualan kapal tanpa pemesanan terlebih dahulu dan tanpa dilengkapi dengan gambar rencana detail memiliki harga yang relatif lebih rendah dari pada kapal yang dipesan terlebih dahulu.
Lokasi Penelitian
Berdasarkan tingkat teknologinya, pembangunan kapal di galangan UD. Semangat Untung masih relatif rendah. Pembangunan kapal hanya berdasarkan pengalaman turun temurun dan kebiasaan para pengrajin. Pada umumnya galangan kapal membuat kapal tanpa disertai dengan gambar rancangan detail. Pembuatan kapal hanya dilengkapi dengan gambar sketsa kapal yang akan dibangun. Akan tetapi, galangan tersebut juga dapat menerima pesanan pembuatan kapal yang telah dilengkapi dengan gambar detail seperti general
arrangement dan profile construction yang berasal dari pihak pemesan. Biasanya
pemesan kapal yang dilengkapi dengan gambar detail dan perhitungan arsitek perkapalan berasal dari dinas-dinas pemerintahan atau pihak asing.
Peralatan yang digunakan untuk membuat kapal juga masih sederhana dan didominasi oleh peralatan non elektronik. Hal ini dikarenakan galangan kapal masih tradisional dan penggunaan peralatan tersebut sudah merupakan kebiasaan turun temurun. Jarang sekali ditemukan alat-alat modern berupa alat-alat elektronik yang mampu memberikan kemudahan bagi para pengrajin kapal dalam proses pengerjaan kapal. Meskipun demikian, kapal yang diproduksi di daerah ini sudah terbukti kemampuan dan kekuatannya. Beberapa peralatan yang digunakan di galangan kapal yang ada di Bulukumba dapat dilihat pada Tabel 2 dan Lampiran 3.
Tabel 2 Peralatan yang digunakan pada galangan kapal di Bulukumba
No. Peralatan yang digunakan galangan kapal
Jenis peralatan (elektronik/non elektronik)
1. Kapak Non elektronik
2. Gergaji Non elektronik
3. Pahat Non elektronik
4. Catok Non elektronik
5. Pasak Non elektronik
6. Palu Non elektronik
7. Mal besi Non elektronik
8. Golok Non elektronik
9. Alat ukur Non elektronik
10. Obeng Non elektronik
11. Singkolo Non elektronik
12. Bacci Non elektronik
13. Bor listrik Elektronik
4.2 Keadaan SDM
Jumlah tenaga kerja yang ada di galangan kapal UD. Semangat Untung sebanyak 8 orang, dengan tenaga kerja tetap sebanyak 5 orang dan sisanya 3 orang adalah tenaga kerja tidak tetap. Di galangan kapal ini tidak ada pembagian kerja secara khusus dan jumlah tenaga kerja yang ada juga masih terbatas.
Keadaan sumberdaya manusia yang terdapat di UD. Semangat Untung jumlahnya masih terbatas dan pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Keadaan sumberdaya manusia di UD. Semangat Untung dapat dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Keadaan sumberdaya manusia di galangan kapal UD. Semangat Untung
No. Jabatan Pendidikan
terakhir Jumlah (orang) Status Pengalaman bekerja (tahun) 1 Pemilik
galangan SD 1 orang Pekerja tetap 40 tahun 2 Bagian analisis
usaha Sarjana S-1 1 orang Pekerja tetap 10 tahun
3 Pekerja/Pembuat kapal
SD 1 orang Pekerja tetap 25 tahun SMP 2 orang
1 orang
Pekerja tidak tetap Pekerja tetap
14 tahun 20 tahun SMA 1 orang
1 orang
Pekerja tidak tetap Pekerja tetap
12 tahun 15 tahun
Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa sumberdaya manusia yang ada di galangan kapal UD. Semangat Untung rata-rata memiliki pendidikan yang masih rendah. Sumberdaya manusia di galangan tersebut tidak memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dibutuhkan kecuali seorang sarjana ekonomi yang memiliki tugas sebagai analisis usaha. Tetapi pengalaman sumberdaya manusia yang ada tidak diragukan lagi karena mereka sudah berpuluh-puluh tahun lamanya bekerja sebagai pembuat kapal.
4.3 Produktivitas Galangan
Data produksi kapal tiga tahun terakhir di UD. Semangat Untung dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Produktivitas galangan dari Tahun 2006 - 2008
No. Ukuran kapal Tahun
2006 2007 2008
1. < 50 GT 2 3 3
2. 50 – 150 GT 3 2 2
3. 150 – 300 GT 1 - 1
Tabel di atas menunjukkan bahwa produksi kapal di galangan UD. Semangat Untung rata-rata adalah 6 unit setiap tahun. Sebenarnya galangan kapal ini mendapat pesanan kapal lebih dari 6 unit setiap tahun. Tetapi, karena galangan memiliki sumberdaya manusia dan tingkat teknologi terbatas, maka kapal yang diproduksi hanya sampai 6 unit per tahun.
4.4 Pekerja dan Lama Pengerjaan Pembangunan Kapal
Waktu pengerjaan satu unit kapal ditentukan oleh ukuran kapal dan jumlah pekerja yang mengerjakan. Jumlah pekerja dan waktu pengerjaan kapal berdasarkan ukuran kapal dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah pekerja dan lama waktu pengerjaan kapal berdasarkan ukuran kapal
No. Ukuran kapal (GT) Jumlah pekerja (orang) Waktu pengerjaan (bulan) 1. < 50 GT 1 – 2 orang 1 bulan 2. 50 – 150 GT 3 – 4 orang 1 – 2.5 bulan 3. 150 – 300 GT 4 – 5 orang 3 – 5 bulan
Lama pengerjaan per unit kapal berbeda-beda tergantung ukuran kapal dan jumlah pekerja yang membuat kapal tersebut. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ukuran kapal yang besar membutuhkan jumlah pekerja yang lebih banyak dan waktu pengerjaan yang lebih lama. Begitu pula sebaliknya ukuran kapal yang kecil membutuhkan jumlah pekerja lebih sedikit saja dan waktu pengerjaannya juga lebih cepat. Pemesanan kapal tidak saja berasal dari lokal atau luar Pulau Sulawesi, akan tetapi juga terdapat pemesanan yang berasal dari luar negeri seperti Amerika, Inggris, Prancis, dan Kanada. Sedangkan untuk
pemesanan dari luar Pulau Sulawesi diantaranya berasal dari Jawa, Kalimantan, Irian, dan Sumatera.
Sistem pemberian upah di galangan kapal ini terdiri dari beberapa cara, yaitu sistem upah harian, borongan, dan berdasarkan ukuran meter yang
dikerjakan. Dalam sistem upah harian, pekerja tetap mendapatkan upah Rp 50.000,00/hari sedangkan pekerja tidak tetap Rp 40.000,00/hari. Dalam
sistem upah borongan biasanya pekerja dibayar 10-15 juta per kapal sampai selesai tergantung dari ukuran kapalnya untuk 4-5 orang pekerja. Sedangkan untuk sistem ukuran meter yang dikerjakan, pekerja dibayar Rp 5000-7000/ batang gading-gading dan Rp 7000/3-5 meter bagian kapal lainnya. Sistem pemberian upah di galangan tersebut diberikan berdasarkan ukuran kapal dan waktu pengerjaan yang ditetapkan oleh pihak pemesan. Waktu kerja di galangan kapal UD. Semangat Untung adalah setiap hari dimulai pada pukul 08.30-17.00 WITA.
4.5 Jenis dan Asal Kayu
Jenis kayu yang digunakan di galangan kapal UD. Semangat Untung berbeda-beda tergantung untuk bagian konstruksi sebelah mana kayu tersebut akan digunakan. Kayu tersebut didatangkan dari berbagai daerah. Jenis, asal kayu, dan peruntukan dari masing-masing jenis kayu yang digunakan di UD. Semangat Untung dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Jenis kayu dan asal kayu yang digunakan dalam pembangunan kapal di galangan kapal UD. Semangat Untung
No. Jenis kayu Asal kayu Bagian
konstruksi
1. Kayu besi atau merbau
(Intsia bijuga O)
Sulawesi Selatan
(Bulukumba) , Sulawesi Tenggara (Kendari), Maluku dan Nusa Tenggara Timur Lunas, linggi haluan dan buritan 2. Kayu jati (Tectona grandis j. f) Sulawesi Selatan
(Bulukumba dan Selayar), Sulawesi Tenggara
(Kendari),
Maluku, dan Jayapura
Gading-gading, linggi haluan dan buritan
Tabel 6 Lanjutan
No. Jenis kayu Asal kayu Bagian
konstruksi
3. Kayu biti atau gofasa
(Vitex cofassus)
Sulawesi, Maluku, dan Jayapura
Gading-gading, linggi haluan, dan lambung atau badan kapal. 4. Kayu meranti (Shorea spp.) Sulawesi Selatan (Bulukumba), Sulawesi Tenggara (Kendari) Lambung atau badan kapal 5. Kayu kulim (Scorodocarpus borneonsis Becc.) Kalimantan, Sulawesi
Tenggara (Kendari) Lunas
Hampir semua jenis kayu tersebut terdapat di Kabupaten Bulukumba, tetapi karena kebutuhan kayu yang besar maka ketersediaan kayu lokal tidak mencukupi. Oleh karena itu, perlu didatangkan kayu tambahan dari luar daerah Bulukumba seperti dari Sulawesi Tenggara (Kendari), bahkan ada yang didatangkan dari Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Jayapura.
Kayu yang digunakan untuk pembuatan gading-gading adalah jenis kayu jati
(Tectona grandis j. f) dan kayu biti atau gofasa (Vitex cofassus). Penggunaan
kayu tersebut tergantung dari bentuk gading-gading yang akan dibuat. Bentuk gading-gading di galangan UD. Semangat Untung ada tiga, yaitu bentuk V bottom,
round bottom, dan U bottom. Kayu biti atau gofasa biasanya sudah berbentuk V
sehingga biasa digunakan untuk bagian gading-gading bentuk V bottom yang terletak di dekat linggi haluan. Hal ini dilakukan agar konstruksi gading-gading lebih kuat bila dibuat dari satu batang kayu. Beberapa gading-gading berbentuk V
bottom ada yang dibuat dari kayu jati. Namun, konstruksi seperti ini tidak sekuat
konstruksi gading-gading yang menggunakan kayu utuh, sehingga konstruksi itu dipakai untuk bagian V bottom yang tidak terlalu dekat dengan linggi haluan. Selanjutnya, gading-gading bentuk round bottom dan U bottom menggunakan kayu jati (Lampiran 4).
Kayu jati memiliki ciri-ciri berwarna kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan, memiliki corak dekoratif yang indah, bertekstur agak kasar sampai kasar dan tidak rata. Kayu jati memiliki kekerasan agak keras, berat jenis rata-rata 0,70 dalam kisaran 0,58-0,82, termasuk dalam Kriteria Kelas Awet II dan
Kelas Kuat II, serta mudah dikerjakan. Sedangkan kayu biti atau gofasa memiliki ciri-ciri keras dan agak sukar digergaji, termasuk dalam Kriteria Kelas Awet II-III dan Kelas Kuat II-III serta memiliki berat jenis 0.74 dalam kisaran 0.57-0.93.
Berdasarkan ketentuan Biro Klasifikasi Indonesia (1989), kayu untuk bagian gading-gading harus mempunyai berat jenis minimal 0,7 dan dengan mutu minimum KK III dan KA III. Maka kayu jati dan kayu biti yang digunakan untuk bagian gading-gading di Galangan Kapal UD. Semangat Untung dinilai sudah tepat karena sudah memenuhi ketentuan BKI tersebut.
4.6 Pembangunan Kapal di Galangan UD. Semangat Untung
Proses pembangunan kapal perikanan di galangan kapal U.D Semangat Untung diawali dengan penentuan dimensi dan sketsa kapal yang akan dibuat oleh pemilik galangan. Dimensi dan sketsa kapal tersebut dapat berasal dari dua sumber, yaitu dari pihak pemesan dan pemilik galangan itu sendiri. Jika dari pihak pemesan disertai dengan gambar general arrangement, lines plan, deck
profile, dan profile construction, maka pemilik galangan membuat kapal
berdasarkan gambar detail tersebut. Tetapi jika tidak disertai dengan gambar detail, maka pemilik galangan yang akan menentukan dimensi dan sketsanya. Setelah itu dilakukan pemilihan material atau balok-balok kayu berkualitas sesuai dengan bagian-bagian kapal yang akan dibangun. Hal ini dilakukan karena masing-masing bagian kapal dibangun dari jenis kayu yang berbeda. Penggunaan kayu untuk konstruksi kapal di suatu tempat bergantung pada kebiasaan pengrajin kapal di tempat tersebut.
Setelah tahap persiapan selesai dilakukan, maka proses pembangunan kapal segera dilakukan. Pembangunan kapal dimulai dengan peletakan lunas dan pemasangan linggi. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan kulit kapal hingga setengah tinggi terlebih dahulu lalu pemasangan kerangka utama atau gading-gading. Setelah itu, dilanjutkan lagi dengan pemasangan kulit kapal keseluruhan hingga ke sheer. Tahap akhir dari proses pembangunan kapal adalah pengecatan. Secara berurutan tahapan pembangunan kapal di galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung dapat dilihat pada Gambar 15. Pada umumnya tahapan
pembangunan kapal di Bulukumba sama dengan pembangunan kapal daerah lain di Indonesia.
Gambar 15 Tahapan pembangunan kapal di galangan kapal UD. Semangat Untung.
Mulai
Peletakan lunas;
Pemasangan linggi haluan;
Pemasangan linggi buritan;
Pemasangan kulit kapal setengah tinggi kapal;
Pemasangan gading-gading;
Pemasangan galar (geladak);
Pembuatan pondasi mesin;
Pemasangan kulit kapal seluruhnya hingga ke
sheer;
Pemasangan golak (sheer);
Pemasangan lantai dek;
Pemasangan tiang layar;
Pembuatan palka
Pemakalan
Pengecatan dan pemberian anti fouling
5.1 Konstruksi Gading-gading
Gading-gading adalah kerangka utama dalam pembangunan sebuah kapal. Pembangunan konstruksi gading-gading sebuah kapal harus dipastikan kuat dan kokoh agar dalam pengoperasiannya kapal tersebut mampu bertahan dalam berbagai kondisi di laut. Kapal yang diteliti adalah jenis kapal perikanan dengan alat tangkap jaring. Oleh masyarakat setempat lebih dikenal dengan sebutan kapal jaring. Dimensi utama kapal dapat diihat pada Tabel 7. Pengertian dari dimensi utama kapal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 7 Dimensi utama obyek penelitian
No. Dimensi Ukuran
1. LOA (Length Over All) 12 meter
2. LPP (Length Per Pendicular) 7,7 meter 3. LWL (Length Water Line) 9,9 meter
4. B (Breadth) 1,825 meter
5. D (Depth) 0,74 meter
6. d (Draught) 0,44 meter
7. Mesin TS Shanghai (inboard)
8. Kekuatan mesin 16 PK
9. Kapasitas 2,3 GT
Kapal yang menjadi obyek penelitian memiliki 29 gading-gading. Pada umumnya gading-gading kapal yang dibangun di galangan kapal UD. Semangat Untung terdiri dari tiga bentuk yang berbeda, yaitu bentuk U bottom, round
bottom, dan V bottom. Ketiga bentuk gading-gading tersebut dibuat untuk posisi
gading-gading yang berbeda, untuk gading-gading posisi 1 – 10 menggunakan bentuk U bottom, gading-gading posisi 11 – 22 menggunakan bentuk round
bottom, dan gading-gading posisi 23 – 29 menggunakan bentuk V bottom
(Gambar 16). Setiap gading-gading, konstruksinya dapat dibuat dari satu hingga tiga batang kayu dengan teknik pemotongan searah serat agar lebih kuat dan lebih efisien penggunaannya.
Gambar 16 Profil konstruksi gading-gading kapal posisi 1-29 (Tampak samping).
Setiap gading terdiri dari bentuk yang berbeda-beda. Bentuk gading-gading U bottom terdiri atas: bentuk U dari dua bagian konstruksi yang tidak disambung dan bentuk U dari tiga bagian konstruksi yang disambung (Gambar 17 a dan b). Bentuk gading-gading round bottom terdiri atas: bentuk round dari dua bagian konstruksi yang tidak disambung dan bentuk round dari tiga bagian konstruksi yang disambung (Gambar 18 a dan b). Sedangkan bentuk gading-gading V bottom terdiri atas: bentuk V dari tiga bagian konstruksi yang disambung (Gambar 19a), bentuk V dari dua bagian konstruksi yang disambung dengan tipe sambungan seperti Gambar 19b, dan bentuk V dari satu bagian konstruksi (Gambar 19c).
1 10;11 22;23 29 Gading-gading
a)
b)
Gambar 17 Bentuk gading-gading U bottom (Gambar non skala): a) U bottom dari dua bagian konstruksi yang tidak
disambung (U1).
b) U bottom dari tiga bagian konstruksi yang disambung (U2).
a) b)
Gambar 18 Bentuk gading-gading round bottom (Gambar non skala): a) Round bottom dari dua bagian konstruksi yang tidak
disambung (R1).
b) Round bottom dari tiga bagian konstruksi yang disambung (R2).
a) b)
c)
Gambar 19 Bentuk gading-gading V bottom (Gambar non skala): a) V bottom dari tiga bagian konstruksi yu (V1). b) V bottom dari dua bagian konstruksi (V2). c) V bottom dari satu bagian konstruksi (V3).
Bentuk gading-gading dari tiga bagian konstruksi yang disambung (U2 dan R2) memiliki sambungan dibagian tertentu sehingga gading-gading tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu dua bagian atas dan satu bagian bawah. Contoh bentuk bagian gading-gading atas dan bawah dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 bentuk gading-gading bagian atas dan bawah (Gambar non skala). b
a Ket : a = bagian gading-gading
atas
b = bagian gading-gading bawah
5.2 Proses Pembuatan Gading-gading
Pembuatan gading-gading di galangan kapal UD. Semangat Untung umumnya menggunakan kayu jati (Tectona grandis L) dan kayu biti atau gofasa
(Vitex cofassus). Hal ini dikarenakan ketersediaan kedua jenis kayu ini lebih
banyak dibanding jenis kayu lainnya. Selain itu, hal ini juga merupakan kebiasaan turun temurun di galangan tersebut. Menurut standar yang disyaratkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), kayu jati dan kayu biti sudah sesuai apabila digunakan untuk membuat gading-gading. Hal ini disebabkan karena kedua jenis kayu tersebut termasuk dalam kelas awet II-III dan kelas kuat II-III. Sampai saat ini, kayu jati menjadi kayu yang paling utama digunakan untuk pembangunan kapal khususnya bagian gading-gading atau rangka utama kapal.
Pembuatan gading-gading diawali dengan pemilihan batang kayu yang sudah lengkung. Kelengkungan kayu diperlukan agar mempermudah dalam proses pembentukan gading-gading. Batang kayu tersebut kemudian diukur sesuai kebutuhan. Pengukuran dilakukan sebelum kayu dipotong untuk mengefisienkan penggunaan material, pengukuran kelengkungan dibuat dengan mencetak gambar lengkung dari mal besi ke batang kayu. Penentuan ukuran dilakukan berdasarkan kebiasaan turun-temurun pembuat kapal sesuai dengan ukuran besar kecilnya kapal. Kayu-kayu tersebut diukur dan dipotong menjadi bentuk gading-gading yang akan dibuat. Batang kayu yang membentuk bagian konstruksi gading-gading disambung dengan menggunakan pasak kayu. Setelah gading-gading terbentuk dilakukan pemasangan pada kulit kapal.
5.2.1 Pembuatan gading-gading bentuk U bottom
Gading-gading bentuk U bottom dipasang pada posisi 1-10. Gading-gading ini terdiri atas dua bentuk, yaitu bentuk U dari dua bagian konstruksi yang tidak disambung (U1) dan bentuk U dari tiga bagian konstruksi yang disambung (U2). Pembuatan gading bentuk U1 lebih mudah dilakukan karena gading-gading bagian kiri dan kanan dibuat secara terpisah. Gading-gading-gading dibuat dengan mencetak mal besi ke batang kayu lengkung (Lampiran 6), ukurannya dibuat sesuai dengan yang dibutuhkan kemudian batang kayu tersebut dipotong.
Pembuatan gading-gading bentuk U2 lebih sulit dilakukan karena memiliki sambungan. Gading-gading ini dibuat dengan cara mencetak mal besi ke batang kayu lengkung sesuai dengan ukuran yang diinginkan kemudian dipotong untuk konstruksi bagian bawah gading-gading. Setelah itu, konstruksi bagian atas gading-gading dibuat disesuaikan dengan konstruksi gading-gading bagian bawah (Gambar 21). Cara penyambungan gading-gading ini juga menggunakan pasak kayu. Jika sambungan tidak rapat maka dilakukan koreksi dengan memotong kelebihan ukuran gading-gading tersebut kemudian dipasang lagi hingga benar-benar sesuai ukurannya.
Gambar 21 Penyambungan gading-gading bentuk U2.
5.2.2 Pembuatan gading-gading bentuk round bottom
gading bentuk round bottom dipasang pada posisi 11-22. Gading-gading ini terdiri atas bentuk round dari dua bagian konstruksi yang tidak disambung (R1) dan bentuk round dari tiga bagian konstruksi yang disambung (R2). Kedua gading-gading ini dibuat dengan cara yang berbeda. Gading-gading bentuk R1 konstruksinya lebih mudah karena gading-gading bagian kiri dan kanan dibuat secara terpisah sehingga tidak perlu sambungan. Proses pembuatan gading-gading bentuk ini sama seperti pembuatan gading-gading bentuk U1.