• Tidak ada hasil yang ditemukan

Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 1 HUBUNGAN PEMAKAIAN PEMBERSIH VAGINA DENGAN KEJADIAN

KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI

Risna Triyani dan Ardiani S.

Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali Email : Ardiani.sulistiani@yahoo.com

ABSTRAK

Salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita adalah keputihan. Angka kejadian keputihan di dunia sangat besar. Rata–rata lebih dari 50% perempuan di setiap dunia mengalami. Selain sangat menganggu, keputihan juga memiliki banyak pengaruh, serta merupakan salah satu tanda keganasan. Keputihan terjadi karena berbagai faktor antara lain pemakaian pembersih vagina.

Penelitian

ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan pemakaian pembersih vagina dengan kejadian keputihan pada remaja putri.

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survey analitik dan pendekatan waktu cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa putri kelas 2 di SMP N I Beringin Salatiga sejumlah 168 siswi dari 7 kelas pengambilan sampel dengan Proportional Stratified Random Sampling diperoleh sampel 135 dan analisa data chi square.

Hasil perhitungan chi square dengan α = 0,05, p value (0,000< 0,05) dan X2hitung 58,154 > X2tabel 3,481, berarti Ha diterima dan Ho ditolak.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan pemakaian pembersih vagina dengan kejadian keputihan pada remaja putri.

Kata Kunci : pembersih vagina, kejadian keputihan

PENDAHULUAN

Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentan terhadap infeksi. Keputihan dapat menyerang sapa saja tanpa memperhatikan umur (Manuaba, 2010).

Jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan sekitar 75%,

sedangkan di Indonesia lebih dari 70% wanita mengalami penyakit keputihan. Di

(2)

Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 2

Jawa Tengah sekitar 65% wanita juga mengalami keputihan yang disebabkan oleh jamur, parasit seperti cacing kremi atau kuman (trikomonas vaginalis) (Sianturi, 2005). Remaja umumnya bersifat kurang peduli dengan keputihan pada dirinya.

Padahal seharusnya remaja lebih waspada terhadap gejala keputihan.

Studi pendahuluan dilaksanakan di SMPN 1 Bringin banyak terdapat remaja putri yang menggunakan pembersih vagina, sedangkan pada data pra survey dari 10 remaja putri, 6 remaja tersebut menggunakan pembersih vagina tiap pagi dan sore, dimana 3 remaja mengalami keputihan yang banyak hingga mereka memakai pantyliner, 2 remaja hanya mengalami sedikit keputihan. Dan 1 remaja tidak mengalami keluhan keputihan sama sekali. Sisanya 4 remaja putri tidak menggunakan pembersih vagina, dimana 2 remaja tersebut mengalami keputihan hal ini dapat terjadi karena kurangnya menjaga kebersihan, sisanya 2 responden tidak mengalami keputihan. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pemakaian Pembersih Vagina Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri

TINJAUAN PUSTAKA 1. Leukorea

Pengertian Leukorea (white discharge, flour albus, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah yang sering dijumpai pada penderita ginekologi (Sarwono,2008).

a. Jenis Keputihan

Menurut Admin (2009) keputihan terdiri dari dua jenis yaitu:

1) Keputihan normal adalah apabila alat kelamin permpuan (vagina) pada

saat-saat tertentu mengeluarkan lendir (mucus), misalnya pada saat

menjelang dan sesudah haid, perempuan yang capek sehabis banyak

berjalan, perempuan hamil, perempuan sesudah melahirkan dan

perempuan yang sedang mengalami rangsangan seksual.

(3)

Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 3

2) Keputihan yang tidak normal.

Apabila perempuan mulai mengeluh karena vaginanya terlalu sering mengeluarkan lender yang berlebihan disertai bau amis, terasa pedih waktu buang air, dan kadang disertai rasa panas dan gatal.

b. Gejala

Gejala klinis yang dialami penderita berupa rasa gatal, lendir vagina berbentuk seperti kepala susu, dan berbau. Keluhan lain yang sering muncul adalah nyeri vagina, rasa terbakar di bagian luar vagina (vulva), serta nyeri saat senggama dan berkemih (Melilea, 2008).

c. Penyebab

Mamafia (2009) menyatakan beberapa pemicu keputihan yang perlu diwaspadai :

1) Personal hygiene yang kurang

2) Pemakaian pembersih yang tidak sehat 3) Bakteri

Kasus keputihan karena bakteri bisaanya terjadi pada keadaan seperti kehamilan, penggunaan spiral atau IUD (Intra Uterine Device) dan hubngan seksual dengan banyak pasangan.

4) Jamur

Keputihan jenis ini disebabkan infeksi jamur Candida albicans.Umumnya dipicu oleh faktor luar dan dalam tubuh seperti kehamilan, kegemukan, pemakaian pil KB, obat-obatan tertentu seperti steroid, antibiotika, diabetes, daya tahan tubuh yang rendah, iklim panas atau lembab.

5) Parasit

Infeksi parasit Trichomonas vaginalis termasuk dalam golongan

penyakit menular seksual (PMS) karena penularannya terjadi lewat

hubungan seksual. Namun, penularan juga bisa terjadi lewat berbagai

peralatan mandi pribadi atau dudukan kloset yang sudah

terkontaminasi.

(4)

Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 4

6) Virus

Keputihan karena infeksi virus sering ditimbulkan oleh penyakit kelamin seperti condyloma, herpes, dan HIV/AIDS. Condyloma ditandai dengan tumbuhnya kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Virus herpes ditularkan lewat hubungan seksual pemicu kanker rahim.

d. Cara mengatasi (pencegahan)

Cara mencegah keputihan antara lain adalah sebagai berikut menjaga kebersihan daerah vagina, membilas vagina dengan cara yang benar yaitu dari arah depan ke belakang, jangan suka tukar-tukaran celana dalam menggunakan celana dalam bersama dengan teman wanita lainnya, jangan menggunakan handuk bersamaan (suka tukar-tukaran handuk, lebih berhati-hati dalam menggunakan sarana toilet umum, jalani pola hidup sehat, cukup tidur, olahraga teratur, makan makanan dengan gizi yang seimbang,hindari ganti- ganti pasangan seksual (seks bebas), Bagi wanita yang sudah melakukan hubungan seksual, setiap tahun harus melakukan pap smear untuk mendeteksi perangai sel-sel yang ada di mulut dan leher rahim (Iskandar, 2008).

2. Pembersih Vagina (vaginal douching) a. Pengertian

Pembersih vagina adalah cairan yang digunakan dalam proses pembersihan vagina. (Nara, 2011).

b. Alat pembersih vagina (vaginal douching)

Alat yang dipakai dalam pembersihan vagina biasanya antiseptic yang

banyak dijual dipasaran atau yang menggunakan cara alami seperti

rebusan daun sirih.

(5)

Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 5

METODOLOGI

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian Survei Analitik

Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional, Populasi seluruh siswa putri

kelas 2 di SMPN I Beringin Salatiga sejumlah 168 siswi dari 7 kelas. Teknik

Sampling menggunakan Proportional Stratified Random Sampling.

(6)

Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 6

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat

a. Pemakaian pembersih vagina

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemakaian Membersih Vagina di SMP N I Beringin Salatiga Tahun 2013

Pemakaian

pembersih vagina F %

Ya 82 60.7

Tidak 53 39.3

Total 135 100.0

Sumber : Data Primer (2013)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat sebagan besar responden memakai pembersih vagina yaitu 82 responden (60,7%).

b. Kejadian keputihan

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Keputihan di SMP N I Beringin Salatiga Tahun 2013

Kejadian Keputihan F %

Ya 84 62.2

Tidak 51 37.8

Total 135 100.0

Sumber : Data Primer (2013

Berdasarkan Tabel 4.2 sebagian besar respondendalam kategori yang mengalami keputihan yaitu 84 responden (62,2%).

2. Analisis Bivariat

Hubungan pemakaian pembersih vagina dengan kejadian keputihan pada

remaja putri dapat dilihat sebagai berikut :

(7)

Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 7

Tabel 5. Hubungan Pemakaian Pembersih Vagina Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Di SMP N I Beringin Salatiga Tahun 2013

Sumber : Data Primer diolah (2013)

Berdasarkan tabel silang di atas diketahui bahwa remaja memakai pembersih vagina sebagian besar mengalami keputihan yaitu 72 responden (53,3%). Responden yang tidak memakai pembersih vagina sebagian besar tidak mengalami keputihan yaitu 41 responden (30,4%).

Agar dapat mengeneralisasikan bukti bahwa terdapat hubungan pemakaian pembersih vagina dengan kejadian keputihan pada remaja putri yaitu dengan uji statistik chi square dengan hasil taraf signifikansi (0,000< 0,05) dan X

2hitung

58,154 > X

2tabel

3,481. Maka hipotesa alternatif atu hipotesa kerja dapat di terima. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan pemakaian pembersih vagina dengan kejadian keputihan pada remaja putri.

PEMBAHASAN 1. Pembersih Vagina

Sebagian besar responden memakai pembersih vagina yaitu 82 responden (60.7%). Pembersih vagina adalah cairan yang digunakan dalam proses pembersihan vagina. Pembersihan vagina dapat berupa internal dan eksternal. Untuk eksternal yang biasa kita lakukan yaitu membasuh bagian luar vagina. Sedangkan yang internal adalah dengan cara memasukkan atau menyemprotkan cairan ke dalam vagina dengan tujuan untuk membersihkan (Nara, 2011). Sebagian besar remaja memakai pembersih vagina karena menginginkan alat genetalianya nyaman dan berbau wangi.

Pembersih Vagina

Kejadian Keputihan Jumlah -value X2

Ya Tidak

N % N % N % 0,000 58.154

Ya 72 53.3 10 30.4 82 60.7

Tidak 12 8.9 41 30.4 53 39.3

Jumlah 84 62,2 51 37.8 135 100.0

(8)

Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 8

Sedangkan sisanya 53 responden tidak memakai pembersih vagina hal ini dikarenakan responden yang merasa tidak bermasalah dengan organ genetalianya sehingga beranggapan tidakperlu memakai pembersih vagina.

2. Keputihan

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden tidak terjadi keputihan yaitu sebanyak 51 responden. Hal ini disebabkan karena remaja dapat melakukan pencegahan keputihan dengan cara menghindari menggunakan pakaian dalam yang terlalu ketat, penggunaan pakaian dalam yang terbuat dari nylon atau polyester (gunakan bahan katun) dan tidak menggunakan pembersih vagina yang berlebihan selain itu membasuhlah daerah kemaluan dari depan ke belakang bukan sebaliknya agar bakteri dari anus tidak menginfeksi ke daerah vagina.

Sedangkan yang terjadi keputihan sebanyak 84 responden faktor keputihan fisiologis, dapat terjadi keputihan yang terjadi pada remaja karena waktu di sekitar mentruasi karena mulai terdapat pengaruh estrogen, dan waktu di sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjaar serviks uteris menjadi lebih encer. Sedangkan keputihan patologis, salah satu penyebabnya suatu jenis binatang satu sel yang disebut Trichomonas vaginalis. Keputihan karena kuman ini akan menimbulkan cairan putih, sebagian merasa gatal dan panas (Sarwono,2008). Berdasarkan dari hasil data diatas kejadian keputihan banyak disebabkan oleh remaja putri melakukan kegiatan yang menyebabkan timbulnya penularan kuman, sehingga akan menyebabkan infeksi, kegiatan yang dapat menyebabkan perpindahan kuman penyebab keputihan diantaranya dari tangan atau celana tanpa sengaja, pemakaian pembersih vagina yang tidak sehat atau saling menukar pakaian.

3. Hubungan pemakaian pembersih vagina dengan Keputihan

Berdasarkan tabel silang diketahui bahwa remaja memakai pembersih vagina sebagian besar mengalami keputihan yaitu 72 responden (53,3%).

Responden yang tidak memakai pembersih vagina sebagian besar tidak

mengalami keputihan yaitu 41 responden (30,4%). Hal ini dikarenakan

pembersihan vagina yang banyak dijual dipasaran adalah antiseptik.

(9)

Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 9

Penggunaaan antiseptik yang banyak dijual dipasaran justru akan mengganggu ekosistem di dalam vagina, terutama pH dan kehidupan bakteri baik. Jika pH terganggu maka bakteri jahat akan mudah berkembang lebih banyak dan vagina akan mudah terkena penyakit yang salah satunya ditandai dengan keputihan (Iskandar, 2008).

Responden yang tidak memakai pembersih vagina sebagian besar tidak mengalami keputihan yaitu 41 responden (30,4%). Hal ini dikarenakan kondisi pH dan flora normal di vagina terjaga dengan baik sehingga remaja tidak mengalami keputihan. Membersihkan vagina tidak perlu menggunakan pembersih vagina yang berlebihan penggunaan sabun biasa sudah cukup untuk menghindari kejadinya keputihan (Murtiastutik, 2009).

Dalam penelitian ini juga didapatkan fenomena bahwa responden yang memakai pembersih vagina tidak mengalami keputihan yaitu 10 responden.

Hal ini dikarenakan responden tidak menggunakan pembersih vagina secara terus-menerus. Remaja tersebut jarang menggunakan pembersih vagina, sehingga PH dan flora normal di vagina tetap normal. 5 responden menyatakan hanya memakai pembersih vagina setelah menstruasi, 3 responden menyatakan hanya memakai pembersih vagina saat menstruasi, dan sisanya 2 responden memakai pembersih vagina bila ingat. Selain pembersih vagina ada faktor lain yang mempengaruhi keputihan antara lain pakaian dalam yang terlalu ketat, cara cebok yang salah. Hal ini dikarenakan perkembangan bateri yang merugikan di vagina (Dewintha, 2009).

Sedangkan 12 responden tidak memakai pembersih vagina tetapi

mengalami keputihan. Berdasarkan hasil penelitian 12 remaja berdasarkan

hasil wawancara 5 responden mengaku sering menggunakan pakaian dalam

yang ketat serta tidak terbuat dari bahan katun dan sisanya 7 responden

mengatakan biasa cebok dari belakang ke depan. Hal ini sesuai dengan teori

bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi keputihan antara lain pakaian

dalam yang terlalu ketat, penggunaan pakaian dalam yang terbuat dari nylon

atau polyester (gunakan bahan katun) dan membasuhlah daerah kemaluan dari

belakang ke depan (Murtiastutik, 2009).

(10)

Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 10

Uraian diatas didukung dengan uji statistik chi square diperoleh X

2hitung

58,154 > X

2tabel

3,dan p value 0,000< 0,05. Maka hipotesa alternatif atu hipotesa kerja dapat di terima. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan pemakaian pembersih vagina dengan kejadian keputihan pada remaja putri.

SIMPULAN

1. Sebagian besar pengetahuan remaja dalam kategori memakai pembersih vagina yaitu 82 responden (60,7%).

2. Dari 135 responden, sebagian besar dalam kategori mengalami keputihan yaitu 84 responden (62,2%).

3. Ada hubungan pemakaian pembersih vagina dengan kejadian keputihan pada remaja putri (X

2hitung

58,154 > X

2tabel

3,481 dan p value= 0,000<0,05)

DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2009, Keputihan, Diakses tanggal 1 April 2013. From:

http://gayahidupsehat.org

Aninda, 2010, Keputihan Diakses tanggal 1 April 2013. From:

www.bidanku.com/index.php

Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta.

Dechacare, 2010, Menghindari dan Mencegah Keputihan, Diakses tanggal 2 April 2013. From:http://www. Dechacare.co.id.

Edris, Sunarto, 2009, Gejala Keputihan. Diakses tanggal 1 April 2013. From:

http://tanyadokter.com.

Hendra, 2010, Keputihan Apakah Normal, Diakses tanggal 3 April 2013.From : http://kesehatan.myhendra.web.id

Indah, 2008, Awas Keputihan Diakses tanggal 2 April 2013. From:

www.bidanku.com/index.php.

(11)

Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 11

Iskandar, Sugi Suhadi, 2008, Awas Keputihan bisa Mengakibatkan Kematian dan Kemandulan, Diakses tanggal 1 April 2013.

Jones, 2005, Keputihan : Masalah Utama Wanita, Diakses tanggal 1 April 2013.

From: http://www.tanyadokteranda.com

Mamafhia, 2009, Waspadai Gejala Keputihan, Diakses tanggal 1 April 2013.

From: http://bidankita.com.

Manuaba. Ida Bagus Gede,. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : YBP-SP

Melilea, 2008, Jenis dan Gejala Keputihan, Diakses tanggal 1 April 2013. From:

http://melileasehat.com

Nara, Kim. 2011. Seminar “Vaginal Douche (Cairan Pembersih Vagina): Aman atau Tidak

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Salma, Destia 2009, Keputihan Wanita, Diakses tanggal 2 April 2013. From:

http://destiasalma.blogspot.com

Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sianturi. 2005. Keputihan Pada Remaja. Diakses tanggal 31 Maret 2013. From:

http://72.14.203.104/search?q=bkkbn.go.id

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: alfabeta

Yuniardo, 2011, Masalah wanita , Diakses tanggal 2 April 2013. From:

http://www.tanyadokteranda.com

Referensi

Dokumen terkait

 Linier Programming merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumberdaya yang langka untuk mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan mencapai tujuan tunggal

Pengujian hipotesis H 3 terhadap perbedaan indikator Efisiensi Operasional (BOPO) pada Employee Expensese to Total Assets (EEA) antara perbankan pemerintah Indonesia

Kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan jasa dikomunikasikan melalui laporan posisi keuangan yang menyediakan informasi mengenai aset, liabilitas, aset neto, dan

Diberitahukan bahwa Kelompok Kerja ULP Dinas Pekerjaan Umum Kota Ambon akan melakukan Pembuktian Kualifikasi untuk paket Pekerjaan Perencanaan Pembangunan Jembatan yang

- Epoch Flag dan Jumlah satelit dalam epoch - Koordinat tiap tipe Observasi.. Berdasarkan pembahasan hasil dapat disimpulkan bahwa cara untuk membedakan suatu data

Dari gambar tersebut juga dapat diperoleh informasi bahwa jika ingin mendapatkan nanopartikel perak dengan nilai absorbansi tinggi—yang berarti jumlah nanopartikel

[r]

Pengamatan dilakukan ketika sistem diberikan masukan berupa kertas terbakar, kayu terbakar, karpet terbakar, obat nyamuk bakar, setrika, solder, lilin, rokok,