• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

78

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP N 28 Padang, yang terdiri dari deskripsi data dan analisis data, penguraian hipotesis dan pembahasan yang diperoleh selama penelitian berlangsung.

A. Deskripsi dan Analisis Data

Bagian ini akan disajikan data yang diperoleh dari instrumen yang digunakan, yaitu tes hasil belajar peserta didik. Data hasil belajar matematika peserta didik pada kelas sampel diperoleh setelah diberikan tes akhir pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar. Tes akhir ini diikuti oleh 34 peserta didik pada kelas eksperimen I, 34 peserta didik pada kelas eksperimen II, dan 36 peserta didik pada kelas kontrol. Data nilai tes pada kelas sampel ini dapat dilihat pada lampiran XX. Berdasarkan nilai tes ini selanjutnya dicari skor rata-rata 𝑥 , standar deviasi (S), skor tertinggi 𝑥𝑚𝑎𝑥 , dan skor terendah 𝑥𝑚𝑖𝑥 . Kesimpulan hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1

Data Hasil Perhitungan Tes Akhir

Kelas Sampel 𝑵 𝒙 𝒙𝒎𝒂𝒙 𝒙𝒎𝒊𝒏 𝑺𝟐 𝑺 Eksperimen I 34 81,56 97 65 94,254 9,708 Eksperimen II 34 74,94 94 60 117,822 10,855

Kontrol 36 68,17 85 40 132,829 11,525 Selengkapnya data hasil belajar matematika SMP N 28 Padang dapat dilihat pada lampiran XX.

(2)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata nilai matematika pada kelas eksperimen I 81,56, rata pada kelas eksperimen II 74,94 dan rata-rata pada kelas kontrol 68,17. Nilai maksimum hasil tes yang diperoleh oleh kelas eksperimen I adalah 97, kelas eksperimen II adalah 94 dan kontrol adalah 85, sedangkan nilai minimum yang diperoleh oleh kelas eksperimen I adalah 65, kelas eksperimen II adalah 60 dan kelas kontrol adalah 40. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata peserta didik semester I di mana rata-rata tertinggi adalah 70.62, maka perolehan nilai pada penelitian ini cukup memuaskan. Untuk menarik kesimpulan tentang data hasil belajar dilakukan analisis secara statistik. Sebelum uji statistik untuk hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk melihat apakah ketiga kelompok data berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas ini menggunakan uji Liliefors. Berdasarkan hasil tes penelitian akan di uji hipotesis nol bahwa sampel tersebut adalah berdistribusi normal dengan hipotesis bandingan bahwa distribusi tidak normal.

Untuk menolak atau menerima hipotesis nol bandingkan antara 𝐿0 dengan nilai kritis L pada uji Liliefors pada taraf 𝛼 = 0,05. Berdasarkan uji normalitas pada lampiran XXI diperoleh hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Analisis Uji Normalitas Sampel dengan Uji Liliefors

No Kelas 𝑳𝟎 𝑳𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Kesimpulan Keterangan

1 2 Eksperimen I Eksperimen II 0,09739 0,11365 0,151948 0,151948 𝐿0< 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝐿0< 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Data Normal Data Normal

(3)

3 Kontrol 0,09594 0,147667 𝐿0< 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Data Normal

Selain itu untuk menentukan data berdistribusi normal atau tidak, penulis juga melakukan pengujian normalitas dengan sofware SPSS. Dengan menggunakan bantuan software SPSS dapat dilihat hasil uji normalitas ketiga kelas sampel sebagai berikut :

Tabel 4.3

Hasil Analisis Uji Normalitas Sampel dengan SPSS

KELAS

Kolmogrov-Smirnov(a)

Shapiro-Wilk Statistic Df Sig Statistic Df Sig NILAI Kelas Eksperimen I

Kelas Eksperimen II Kelas Kontrol ,099 ,115 ,119 34 34 36 ,200* ,200* ,200* ,954 ,945 ,942 34 34 36 ,164 ,089 ,057

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sigfinikan kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan kontrol lebih besar dari 0,05. Pada uji Kolmogorov Smirnov nilai probilitas kelas eksperimen 1 adalah 0,200, kelas eksperimen II adalah 0,200 dan kelas kontrol adalah 0,200. Pada uji Shapiro Wilk (0,164, 0,089, dan 0,057 > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga kelas sampel berdistribusi normal. Untuk melihat sebaran data dari kiri bawah ke kanan atas jika dihubungkan seakan-akan membentuk garis lurus dapat dilihat pada gambar berikut

(4)

Gambar 4.1

Normalitas Kelas Eksperimen I

Gambar 4.2

Normalitas Kelas Eksperimen II

Gambar 4.3

(5)

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa sebaran data dari kiri bawah ke kanan atas jika dihubungkan seakan-akan membentuk garis lurus, sehingga dapat disimpulkan ketiga kelas sampel berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas variansi dilakukan untuk melihat apakah ketiga kelompok data mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Menghitung variansi gabungan dari kelompok sampel dengan rumus : 𝑠2 = 𝑛𝑖− 1 𝑠𝑖2

𝑛𝑖 − 1 =

11057,265

101 = 109,478 2. Menghitung harga satuan bartlet dengan rumus :

𝐵 = log 𝑠2 𝑛

1− 1 𝐵 = (log 109,478) 101 𝐵 = 2,039 101 𝐵 = 205,972

3. Menghitung harga chi-kuadrat 𝜒2 𝜒2 = ln 10 𝐵 − 𝑛 − 1 log 𝑠2

= (ln 10) 205,972 − 205,458 = 2,303 0,514

= 1,184

Kriteria pengujian diterima 𝐻0 jika 𝒙𝟐𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 < 𝒙𝟐 𝟏−𝜶 ,𝒌−𝟏

dengan α = 0,05. Dari perhitungan diatas di peroleh 𝝌𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝟐 < 𝝌

𝟏−𝜶,𝒌−𝟏

𝟐 (1,184 < 5,991 maka 𝐻

0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel mempunyai variansi yang homogen pada taraf

(6)

95%. Hasil analisis Uji Barlett disajikan pada Tabel 4.4 berikut, sedangkan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran XXII.

Tabel 4.4

Hasil Analisis Uji Homogenitas Sampel dengan Uji Bartlett

Sampel 𝒏 𝒏 − 𝟏 𝑺𝒊 𝑺𝒊𝟐 𝒏 − 𝟏 𝑺𝒊𝟐 𝐥𝐨𝐠 𝑺𝒊𝟐 𝒏 − 𝟏 𝐥𝐨𝐠 𝑺𝒊𝟐

Eksperimen I 34 33 9,708 94,254 3110,382 1,974 65,152 Eksperimen II 34 33 9,997 99,936 3297,882 2,000 65,991 Kontrol 36 35 11,525 132,829 4649,000 2,123 74,315

Jumlah 104 101 31,230 327,018 11057,265 205,458

Selain itu, berdasarkan pengujian dengan SPSS diperoleh output yang terdapat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5

Hasil Analisis Uji Homogenitas Sampel dengan SPSS Levene

Statistic 𝑑𝑓1 𝑑𝑓2 Sig.

,575 2 101 ,565

Keputusan pada kolom Test of Homogeneity of Variances dapat dilihat probabilitasnya yaitu lebih besar dari 0,05 sehingga 𝐻0 diterima, artinya bahwa sampel nilai peserta didik mempunyai variansi yang homogen.

c. Uji Hipotesis

Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas variansi yang telah dilakukan, ternyata ketiga kelas sampel berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Dengan demikian, untuk mengetahui apakah hipotesisi diterima atau tolak digunakan uji anova satu arah. Kriteria pengujian pada uji hipotesis ini, jika 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 di terima.

(7)

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Menghitung jumlah kuadrat rata-rata 𝐽𝐾𝐴

𝐽𝐾𝑅 =

𝑿𝒊 𝟐 𝑛𝑖 =

7775 2

104 = 581256,010

2. Menghitung jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus : 𝐽𝐾𝐴 = 𝑋𝐴𝑖 𝑛𝐴𝑖 − 𝐽𝐾𝑅 = 2773 2 34 + 2548 2 34 + 2454 2 36 − 581256,010 = 3137,726

3. Menghitung jumlah kuadrat total dengan rumus : 𝐽𝐾𝑇 = 𝑋𝑖2 = 595451

4. Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus : 𝐽𝐾𝐷 = 𝐽𝐾𝑇− 𝐽𝐾𝑅− 𝐽𝐾𝐴

= 595451 − 581256,010 − 3137,726 = 11057,265

5. Hitung derajat kebebasan antar kelompok dengan rumus : 𝑑𝑘𝐴 = 𝑘 − 1 = 3 − 1 = 2

6. Hitung derajat kebebasan dalam kelompok dengan rumus : 𝑑𝑘𝐷 = 𝑁 − 𝑘 = 104 − 3 = 101

7. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus : 𝑅𝐾𝐴 =

𝐽𝐾𝐴 𝑑𝑘𝐴 =

3137,726

2 = 1568,863

(8)

𝑅𝐾𝐷 = 𝐽𝐾𝐷 𝑑𝑘𝐷 =

11057,265

101 = 109,478 9. Cari 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan rumus :

𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑅𝐾𝐴 𝑅𝐾𝐷 =

1568,863

109,478 = 14,33 10. Tetapkan taraf signifikan 𝛼 = 0,05 11. Cari 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝐹1−𝛼, 𝑑𝑘𝐴,𝑑𝑘𝐷

= 𝐹1−0,05 2,101 = 𝐹0,95 2,101 = 3,07

Hasil analisis one way anova disajikan pada Tabel 4.7 berikut. Tabel 4.7

One Way Anova Uji Sampel

Sumber Keragaman (SK) Jumlah Kuadrat (JK)

Derajat Bebas (db) Rata-rata kuadrat (RK) 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Rata-rata antarkelom pok 𝐽𝐾𝐴= 3137,726 Db num = k-1 = 3-1 = 2 𝑆𝐴2= 𝑅𝐾𝐴 = 𝐽𝐾𝐴 𝑑𝑘𝐴 = 1568,863 14,33 3,11 Rata-rata dalam kelompok 𝐽𝐾𝐷 = 11057,265 Db den = N-k = 104-3 = 101 𝑆𝐷2= 𝑅𝐾𝐷 = 𝐽𝐾𝐷 𝑑𝑘𝐷 =109,478 Total 𝐽𝐾𝐼= 14194,991 103 1678,341

Uji scheffe juga dapat dilakukan dengan menggunakan SPSS. Hasilnya disajikan dalam tabel 4.8.

(9)

Tabel 4.8 Anova Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 3137,726 2 1568,863 14,330 ,000 Within Groups 11057,265 101 109,478 Total 14194,990 103

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 14,33, sedangkan nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 3,07. Jadi, 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 14,33 > 3,07. Artinya, 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat satu model pembelajaran yang memberikan hasil pembelajaran yang berbeda. (Perhitungan dapat dilihat pada lampiran XXIII).

d. Setelah dalam keputusan uji hipotesis 𝐻0 ditolak, maka untuk menentukan model pembelajaran manakah yang paling tinggi, dilakukan uji perbandingan ganda (multiple comparison) dengan metode scheffe. Kriteria pengujian pada uji scheffe ini, yaitu :

1. Jika 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka kedua kelompok tersebut terdapat perbedaan secara signifikan.

2. Jika 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka kedua kelompok tersebut tidak terdapat perbedaan secara signifikan.

Berdasarkan hasil analisis uji scheffe maka diperoleh 3 keputusan uji, yaitu :

1) 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 1−3 = 28,65 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝐹 0,05:2,101 = 6,14

(10)

(kelas eksperimen I dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelas kontrol dengan pembelajaran ekspositori).

2) 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 2−3 = 7,33 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝐹 0,05;2,101 = 6,14

Disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara 𝜇2 dan 𝜇3 (kelas eksperimen II dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelas kontrol dengan pembelajaran ekspositori).

3) 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 1−2 = 6,80 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝐹 0,05;2,101 = 6,14

Disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara 𝜇1 dan 𝜇2 (kelas eksperimen I dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelas eksperimen II dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT).

Terdapat perbedaan yang signifikan pada kelas eksperimen I (model pembelajaran kooperatif tipe STAD) dengan kelas kontrol (pembelajaran ekspositori) dengan 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 28,65. Terdapat perbedaan yang signifikan pada kelas eksperimen II (model pembelajaran kooperatif tipe TGT) dengan kelas kontrol (pembelajaran ekspositori) dengan 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 7,33. Terdapat perbedaan yang signifikan pada kelas eksperimen I (model pembelajaran kooperatif tipe STAD) dengan kelas eksperimen II (model pembelajaran kooperatif tipe TGT) dengan 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 6,80 artinya terdapat hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

(11)

Tabel 4.9 Multiple Comparisons

Dependent Variable: nilai Scheffe (I) kelas (J) kelas Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

VIII3 VIII4 6,618 * 2,538 ,037 ,31 12,92 VIII5 13,392* 2,502 ,000 7,18 19,61 VIII4 VIII3 -6,618* 2,538 ,037 -12,92 -,31 VIII5 6,775* 2,502 ,029 ,56 12,99 VIII5 VIII3 -13,392* 2,502 ,000 -19,61 -7,18 VIII4 -6,775 * 2,502 ,029 -12,99 -,56

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Homogeneous Subsets

Tabel 4.10 Nilai

Kelas N Subset for alpha = 0,05

1 2 3

VIII5 36 68,17

VIII4 34 74,94

VIII3 34 81,56

Sig. 1,000 1,000 1,000

Berdasarkan hasil analisis uji scheffe dengan SPSS pada tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa:

1. Nilai signifikan terhadap hasil belajar peserta didik yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pembelajaran ekspositori adalah 0,000 (< 0,05). Hal ini berarti hasil belajar matematika peserta didik yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan pembelajaran ekspositori.

(12)

2. Nilai signifikan terhadap hasil belajar peserta didik yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pembelajaran ekspositori adalah 0,029 (< 0,05). Hal ini berarti hasil belajar matematika peserta didik yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan pembelajaran ekspositori.

3. Nilai signifikan terhadap hasil belajar peserta didik yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 0,037 (< 0,05). Hal ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar matematika peserta didik yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

B. Pembahasan

1. Secara umum yaitu :

Perbedaan hasil belajar yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT dan pembelajaran ekspositori.

Dua analisis penelitian yang dilakukan yaitu anova satu arah dan perbandingan ganda, dapat disimpulkan bahwa ketiga model pembelajaran tersebut memberikan hasil yang berbeda. Dari ketiganya, yang paling tinggi adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (kelas eksperimen I) dengan reratanya adalah 81,56. Disusul model pembelajaran kooperatif

(13)

tipe TGT (kelas eksperimen II) reratanya adalah 74,94, dan pembelajaran ekspositori (kelas kontrol) reratanya adalah 68,17. Untuk lebih jelasnya lihat di lampiran XXIV.

2. Secara rinci yaitu :

1) Hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan model pembelajaran koopertif tipe STAD dengan pembelajaran ekspositori.

Berdasarkan deskripsi dan analisis data terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kelas eksperimen I (model pembelajaran kooperatif tipe STAD) dengan kelas kontrol (pembelajaran ekspositori). Hal ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan berbeda pada kelas eksperimen I (VIII3) yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan dikelas kontrol (VIII5) dengan pembelajaran ekspositori.

Dilihat dari langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran terdiri dari 5 tahapan adalah peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri atas 4 sampai 5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan sebagainya) selanjutnya pendidik menyajikan pelajaran setelah pendidik menyajikan pelajaran, pendidik memberikan LKPD kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok dan mendiskusikannya, pada saat peserta didik mendiskusikan pokok masalah yang ada pada LKPD terlihat peserta saling bertanya tentang pokok masalah dan interaksi peserta

(14)

didik dengan peserta didik lainya lebih baik terlihat ketika diskusi kelompok peserta didik saling mengeluarkan pendapat satu sama lain, tugas yang diberikan oleh pendidik dikerjakan oleh semua anggota kelompok. Anggota yang sudah paham dapat menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu paham sehingga setiap anggota memahami LKPD yang diberikan pendidik kemudian pendidik meminta perwakilan dari kelompok untuk menjelaskan LKPD yang telah didiskusikan dan kelompok lain memberikan tanggapan. Pada akhir pembelajaran peserta didik diberikan kuis untuk mengevaluasi pemahaman peserta didik tentang materi yang telah mereka diskusikan. Pada saat menjawab kuis, pada peserta didik tidak diperbolehkan saling membantu. Setelah pelaksanaan kuis, pendidik bersama peserta didik membahas soal kuis dan memberikan skor pada rentang 0-100. Selanjutnya pendidik memberikan penghargaan atas keberhasilan kelompok yang memiliki nilai tertinggi.

Sedangkan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori, pendidik menyuruh peserta didik untuk mengamati materi pembelajaran hanya sebagian peserta didik yang mengamati terutama pada barisan depan. Sewaktu dibimbing untuk bertanya oleh pendidik, yang bertanya kepada pendidik hanya beberapa orang dan orang itu-itu saja. Hal ini yang menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik pada kelas kontrol ini adalah kurangnya keaktifan peserta didik

(15)

mengikuti pembelajaran dan apabila mereka mendapat kendala dalam mengamati materi pelajaran mereka tidak mau bertanya kepada teman ataupun pendidik.

Apabila ditinjau dari tes akhir, diperoleh bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen I lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Rata-rata pada kelas eksperimen I adalah 81,56 sedangkan kelas kontrol 68,17 Apabila ditinjau dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang dipakai di SMP N 28 Padang adalah 75, pada kelas eksperimen I terdapat 26 peserta didik sudah mencapai KKM (76%), sedangkan peserta didik di bawah KKM yaitu sebanyak 8 orang (24%), dan pada kelas kontrol terdapat 14 peserta didik sudah mencapai KKM (39%), sedangkan pesertadi bawah KKM sebanyak 22 orang (61%). Sehingga terlihat bahwa hasil belajar matematika peserta didik kelas eksperimen I lebih tinggi dibandingkan hasil belajar matematika peserta didik kelas kontrol.

Dilihat dari hasil uji hipotesis menggunakan uji scheffe, dengan kriteria pengujian 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka kedua kelompok terdapat perbedaan yang signifikan. Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 28,65 sedangkan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 3,07 dengan taraf kepercayaan 95%. Karena 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 28,65 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 6,14 sehingga disimpulkan hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori.

(16)

2) Hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pembelajaran ekspositori.

Berdasarkan deskripsi dan analisis data terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kelas eksperimen II (model pembelajaran kooperatif tipe TGT) dengan kelas kontrol (pembelajaran ekspositori). Hal ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan berbeda pada kelas eksperimen II (VIII4) yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sedangkan dikelas kontrol (VIII5) dengan pembelajaran ekspositori.

Dilihat dari langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran terdiri dari 5 tahapan adalah peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri atas 4 sampai 5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan sebagainya). Inti dari model ini adalah adanya game dan turmanen akademik. Sebelum memulai game dan turmanen akademik, pendidik terlebih dahulu menempatkan peserta didik dalam sebuah tim yang mewakili heterogenitas. Masing-masing peserta didik nantinya akan mewakili kelompoknya untuk bersaing dalam meja turnamen. Setelah peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, pendidik kemudian menyajikan materi dan selanjutnya peserta didik bekerja mengerjakan LKPD dalam kelompoknya masing-masing. Apabila ada anggota kelompok yang kurang mengerti dengan materi dan tugas yang diberikan, maka

(17)

anggota kelompok yang lain bertugas memberikan jawaban serta menjelaskannya sebelum pertanyaan tersebut diajukan kepada pendidik. Untuk memastikan apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, maka peserta didik akan bertanding dalam game dan turnamen akademik. Game hanya diikuti oleh perwakilan dari masing-masing kelompok, sedangkan turnamen diikuti oleh semua peserta didik. Ketika turmanen akademik, peserta didik akan dipisahkan dengan kelompok asalnya untuk ditemaptkan dalam meja-meja turnamen. Setiap meja turnamen terdiri dari beberapa peserta didik yang mewakili kelompoknya masing-masing. Penentuan dimana meja turmanen yang akan ditempati oleh peserta didik dilakukan oleh pendidik, yaitu dengan melihat homogenitas akademik. Maksudnya, peserta didik yang berada dalam satu meja turnamen adalah peserta didik dengan kemampuan akademiknya setara. Hal ini dapat ditentukan berdasarkan nilai yang diperoleh saat ulangan harian 1. Meja turnamen diurutkan dari tingkatan kemampuan tinggi ke rendah. Dirancang guru Meja 1 untuk peserta didik dengan kemampuan tinggi, meja 2 untuk peserta didik dengan kemampuan sedang. Meja 3 untuk peserta didik dengan kemampuan di bawah peserta didik di meja 2, dan seterusnya. Di meja turmanen tersebut peserta didik akan bertanding menjawab soal-soal yang disediakan mewakili kelompoknya. Soal-soal turnamen dirancang pendidik agar peserta didik dari semua tingkat kemampuan dapat menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Pendidik

(18)

membuat kartu soal yang sulit untuk peserta didik pintar, dan kartu dengan soal yang lebih mudah untuk peserta didik yang kurang pintar. Apabila turmanen telah berakhir, peserta didik mencata nomor yang telah mereka menangkan pada lembar skor permainan. Pemberian poin turmanen selanjutnya dilakukan oleh pendidik. Selanjutnya pendidik memberikan penghargaan atas keberhasilan kelompok yang memiliki nilai tertinggi.

Sedangkan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori, pendidik menyuruh peserta didik untuk mengamati materi pembelajaran hanya sebagian peserta didik yang mengamati terutama pada barisan depan. Sewaktu dibimbing untuk bertanya oleh pendidik, yang bertanya kepada pendidik hanya beberapa orang dan orang itu-itu saja. Hal ini yang menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik pada kelas kontrol ini adalah kurangnya keaktifan peserta didik mengikuti pembelajaran dan apabila mereka mendapat kendala dalam mengamati materi pelajaran mereka tidak mau bertanya kepada teman ataupun pendidik.

Apabila ditinjau dari tes akhir, diperoleh bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen II lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Rata-rata pada kelas eksperimen II adalah 74,94 sedangkan kelas kontrol 68,17 Apabila ditinjau dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang dipakai di SMP N 28 Padang adalah 75, pada kelas eksperimen II terdapat 17 peserta didik sudah mencapai KKM (50%),

(19)

sedangkan peserta didik di bawah KKM yaitu sebanyak 17 orang (50%), dan pada kelas kontrol terdapat 14 peserta didik sudah mencapai KKM (39%), sedangkan peserta di bawah KKM sebanyak 22 orang (61%).

Dilihat dari hasil uji hipotesis menggunakan uji scheffe, dengan kriteria pengujian 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka kedua kelompok terdapat perbedaan yang signifikan. Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 7,33 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 6,14 sehingga disimpulkan hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan pembelajaran ekspositori.

3) Hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Berdasarkan deskripsi dan analisis data terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kelas eksperimen I (model pembelajaran kooperatif tipe STAD) dengan kelas eksperimen II (model pembelajaran kooperatif tipe TGT). Hal ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan berbeda pada kelas eksperimen I (VIII3) yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan dikelas eksperimen II (VIII4) dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

(20)

Hal ini disebabkan langkah-langkah pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adanya evaluasi, peserta didik diberikan kuis individu sebagai penilaian dari proses pembelajaran, dan menjadi skor dari masing-masing kelompok, sehingga menjadikan peserta didik lebih semangat dalam mengulang kembali materi yang telah dipelajarinya atau telah didiskusikan didalam anggoat kelompok. Hal ini yang menjadikan peserta didik lebih memahami materi yang telah dipelajari, sehingga jika peserta didik diberikan pokok permasalahan (soal) yang lebih menantang peserta didik bisa menyelesaikannya, sedangkah langka-langkah pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT peserta didik tidak diberikan kuis sehingga peserta didik kurang termotivasi untuk memahami dan mengulang kembali materi yang telah didiskusikan bersama kelomponya karena tidak adanya evaluasi pembelajaran. Selain itu hal yang hasil belajar matematika peserta didik berbeda antara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan TGT ditemukan pada saat penelitian adalah ketika peserta didk dalam melaksanakan game dan turnamen akademik, yang mana peserta mengalami kesulitan dalam menjalankan pelaksanaannya dan peserta didik juga mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan, sehingga hal ini yang menjadikan peserta didik kurang termotivasi untuk melaksanakannya.

(21)

Apabila ditinjau dari tes akhir, diperoleh bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen I lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen II. Rata-rata pada kelas eksperimen I adalah 81,56 sedangkan kelas eksperimen II adalah 74,94. Apabila ditinjau dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang dipakai di SMP N 28 Padang adalah 75, pada kelas eksperimen I terdapat 26 peserta didik sudah mencapai KKM (76%), dan pada kelas eksperimen II terdapat 17 peserta didik sudah mencapai KKM (50%).

Dilihat dari hasil uji hipotesis menggunakan uji scheffe, dengan kriteria pengujian 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka kedua kelompok terdapat perbedaan yang signifikan. Karena 𝐹𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 6,80 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 6,14 sehingga disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian banyak terdapat kekurangan dan kelemahan penulis, antara lain :

1. Waktu yang dipakai untuk diskusi kelompok membahas LKPD sangat terbatas, sehingga terkadang tidak semua kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusinya.

(22)

2. Sulit menentukan materi soal yang cocok dengan tingkat kemampuan peserta didik pada saat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Gambar

Tabel 4.8  Anova  Sum of  Squares  Df  Mean  Square  F  Sig.  Between  Groups  3137,726  2  1568,863  14,330  ,000  Within  Groups  11057,265  101  109,478  Total  14194,990  103
Tabel 4.9  Multiple Comparisons

Referensi

Dokumen terkait

Perhatian terhadap pentingnya memperkuat pembangunan desa dengan strategi membangun Indonesia dari pinggiran atau dengan konsep desa membangun, adalah untuk

bahwa dengan berlakunya Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah maka Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 7 Tahun 2001

Table 1. Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan data curah hujan dasarian wilayah penelitian; 2) Memplotkan kedua jenis data dalam sebuah grafik. Tahapan ini

Namun belum sesuai dengan mekanisme pembagian kerja dengan proses dan prinsip-prinsip pengorganisasian mutu (4) Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu dalam pembinaan kompetensi

(20) Diisi nomor urut dari Buku Rekening Barang Kena Cukai Minuman yang Mengandung Etil Alkohol dalam angka.. (21) Diisi kantor yang mengawasi pengusaha pabrik minuman yang

Dan manfaat praktis dari penelitian ini adalah hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak yang berkepentingan dalam hal ini LPD Di

Adapun perkembangan populasi sapi perah dan produksi susu dari seluruh koperasi persusuan yang ada di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4 Berdasarkan tabel tersebut dapat

• Dan pada 1989, formasi International Council of Chemical Association (ICCA), badan dunia industri kimia yang mewakili produsen kimia dari seluruh dunia, tengah memimpin