• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aksi Nyata Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Aksi Nyata Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Aksi Nyata Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

Sudomo, S.Pt. _ CGP Angkatan 2 Lombok Barat

I. Rancangan Aksi Nyata A. Rancangan Tindakan

Nama Program

Peningkatan Kepemimpinan Murid dalam Literasi Berdiferensiasi di Kelas Latar Belakang

Kepemimpinan murid dapat dibentuk melalui pelibatan murid untuk merancang dan melaksanakan kegiatan. Kegiatan yang dilaksanakan terlebih dahulu di dalam kelas sesuai dengan kebutuhan murid. Untuk mengetahui kebutuhan tersebut perlu adanya pemetaan terlebih dahulu. Berdasarkan pemetaan di kelas 7C1 SMP Negeri 3 Lingsar, semua murid menginginkan adanya ketersediaan bahan bacaan nonteks di kelas. Berangkat dari keinginan tersebut, tercetuslah keinginan mereka untuk mengadakan kegiatan literasi berdiferensiasi di kelasnya. Terlebih ada salah seorang murid yang menyatakan siap menjadi koordinator kegiatan. Pihak sekolah pun menyambut positif dengan memberikan izin kepada guru dan wali kelas untuk mengarahkan.

Tujuan

1. Meningkatkan kompetensi kepemimpinan murid di dalam kelas;

2. Menumbuhkan budaya positif membaca secara berdiferensiasi di dalam kelas.

Tolok Ukur

1. Tersampaikannya motivasi membaca kepada murid dari komunitas literasi sekitar sekolah;

2. Tersusunnya Tim Pelaksana Kegiatan literasi membaca secara berdiferensiasi di dalam kelas dengan murid sebagai unsur utama serta guru dan wali kelas selalu pengarah;

3. Tersusunnya jadwal penanggung jawab harian dan penyediaan buku di dalam kelas;

4. Tersedianya beragam bahan bacaan nonteks pelajaran di dalam kelas berupa buku cetak dan digital;

5. Terselenggaranya monitoring pelaksanaan kegiatan oleh Tim Pelaksana Kegiatan melalui Lembar Monitoring yang telah disiapkan;

6. Terselenggaranya evaluasi pelaksanaan kegiatan oleh Tim Pelaksana Kegiatan berdasarkan lembar baca yang diisi secara manual atau digital lewat blog kelas oleh murid.

Linimasa Tindakan

1. B-uat Pertanyaan: Mingg ke-2 Oktober 2021 2. A-mbil Pelajaran: Minggu ke-2 Oktober 2021 3. G-ali Mimpi: Minggu ke-3 Oktober 2021 4. J-abarkan Rencana: Minggu ke-4 Oktober 2021 5. A-tur Eksekusi: Minggu ke-1 November 2021

▸ Baca selengkapnya: contoh aksi nyata menyelenggarakan pelaporan belajar oleh murid

(2)

Dukungan yang Dibutuhkan

1. Dukungan kepala sekolah terkait izin pelaksanaan dan penyiapan Surat Keputusan bagi Tim Pelaksana Literasi Berdiferensiasi;

2. Dukungan dari pihak sekolah terutama terkait pengadaan sarana dan prasarana berupa pengadaan laptop, rak buku atau meja kecil untuk tempat buku serta kertas kado, double tape, gunting, dan lain-lain;

3. Dukungan dari sekolah terkait penyediaan buku bahan bacaan berbagai jenis;

4. Dukungan dari sejawat dalam komunitas praktisi di sekolah untuk pelaksanaan literasi berdiferensiasi di kelas;

5. Dukungan dari pihak murid untuk pengadaan kardus sebagai tempat menaruh buku sekaligus pengerjaan membentuk dan menghiasnya;

6. Dukungan orang tua dalam memberikan dorongan kepada anaknya agar aktif mengikuti kegiatan literasi berdiferensiasi di kelas;

7. Dukungan dari komunitas literasi sekitar untuk memberikan penguatan arti penting membaca sekaligus berbagi pengalaman membaca.

B. Tahapan BAGJA

Nama Program: Peningkatan Kepemimpinan Murid dalam Literasi Berdifierensiasi di Kelas

Tahapan BAGJA Panduan Tahapan Hasil Tahapan

B-uat Pertanyaan Buatlah pertanyaan untuk mengarahkan kita kepada penelusuran hal-hal yang akan kita lakukan

Bagaimana menumbuhkan kepemimpinan murid melalui budaya positif membaca secara berdiferensiasi di kelas?

A-mbil Pelajaran Ceritakan dan tuliskan pengalaman/kegiatan baik, prestasi yang pernah terjadi yang berhubungan dengan topik bahasan (kepemimpinan siswa (murid) di sekolah)

Murid yang suka membaca mengajak beberapa temannya ke perpustakaan untuk

membaca.

(3)

G-ali Mimpi Buat gambaran rinci kondisi ideal atau mimpi kita terkait topik bahasan:

− Kepemimpinan seperti apa yang dibayangkan ada dalam diri siswa (murid)

− Perilaku apa saja yang ada pada siswa (murid) dengan kepemimpinan yang baik

− Perilaku guru seperti apa yang mendorong

kepemimpinan siswa

− Perilaku kepala sekolah seperti apa yang mendorong kepemimpinan siswa

− Perilaku orang tua seperti apa yang mendorong kepemimpinan siswa

− Hal apa saja yang perlu dimiliki untuk meningkatkan

kepemimpinan siswa

Cita-cita/ mimpi:

● Murid yang memiliki jiwa kepemimpinan dalam membaca adalah murid yang

mampu menjadi

teladan dan

menggerakkan murid lain dalam kegiatan membaca;

● Guru mempunyai kebiasaan membaca serta mengarahkan murid untuk rajin membaca;

● Kepala sekolah mendukung jiwa kepemimpinan dalam membaca murid dengan memberikan kepercayaan terhadap langkah perbaikan dan pengembangan guru dan murid;

● Orang tua memotivasi untuk selalu menjadi pemimpin dalam membaca pada keluarga di rumah

● Komunitas literasi sekitar sekolah memberikan dukungan dan terlibat dalam literasi membaca di sekolah;

● Alumni memberikan kontribusi dalam kegiatan

(4)

Tahapan BAGJA Panduan Tahapan Hasil Tahapan

J-abarkan Rencana Membuat cara/strategi mencapai mimpi-mimpi yang sudah kita tuliskan:

− Rencana/strategi apa yang perlu dilakukan (siapa melakukan apa)?

− Bagaimana memonitor dan mengevaluasi rencana tersebut (bisa melihat format kerangka Monev)

Rencana Program:

● Program ini dapat berjalan dengan baik dengan keterlibatan semua komunitas sekolah, seperti kepala sekolah sebagai penanggung jawab, para guru sebagai pengarah dan murid sebagai tim pelaksana (koordinator, penanggung jawab harian, penanggung jawab buku). Murid yang menjadi pelaksana kegiatan mempunyai kebebasan untuk membuat jadwal petugas harian siapa

yang memimpin dan

menyiapkan buku untuk kegiatan membaca sesuai petunjuk dan arahan dari guru/wali kelas. Orang tua dan komunitas literasi sekitar memberikan dukungan dan motivasi.

● Monitor dilakukan oleh murid kepada murid dan untuk murid sendiri. Evaluasi melibatkan guru/wali kelas, kepala sekolah, dan

masyarakat/orang tua.

(5)

Tahapan BAGJA Panduan Tahapan Hasil Tahapan

A-tur Eksekusi Menentukan tim inti program:

− Siapa

koordinator/penanggung jawab pelaksanaan program

− Siapa yang bertugas memonitor dan mengevaluasi jalannya program

− Siapa yang bertugas membuat laporan program

− Bagaimana cara

komunikasi/koordinasi yang dilakukan tim (melalui pertemuan (diskusi), rapat mingguan/bulanan dll) untuk memberi kabar satu sama lain tentang jalannya program

o Penanggung Jawab: Kepala sekolah

o Pengarah: guru o Koordinator kegiatan:

Murid 1

o Penanggung Jawab kegiatan harian: Murid 2 (sesuai jadwal) yang bertugas memastikan semua murid membaca dan mencatat proses selama kegiatan membaca berlangsung dalam buku jurnal pelaksanaan.

o Penanggung Jawab sie penyiapan buku : Murid 3 (sesuai jadwal) yang bertugas menyiapkan buku bacaan dan memastikan semua murid mendapatkan buku, baik dari perpustakaan atau dibawa sendiri.

o Laporan dibuat oleh Koordinator kegiatan.

Koordinasi dilakukan dengan rapat internal tim seminggu sekali.

o Hasil rapat internal dilaporkan kepada guru sebagai pengarah kegiatan. Evaluasi dapat dilakukan melalui rapat koordinasi dengan guru/wali kelas dan kepala sekolah.

(6)

C. Format Kerangka Monitoring, Evaluasi, dan Pembelajaran

a. Pertanyaan Kunci

Pertanyaan Kunci Evaluasi Program (Diisi dengan pertanyaan utama yang menjadi tujuan evaluasi)

1. Sejauh apa program literasi berdiferensiasi yang telah berjalan sesuai dengan tujuan utama program?

2. Seberapa banyak hambatan yang ditemui selama pelaksanaan program literasi

berdiferensiasi ini? Mengapa terjadi demikian?

b. Fokus Monitoring

Fokus Monitoring Pertimbangan Pemilihan Pertanyaan Utama Monitoring Diisi dengan pilihan aktivitas- Diisi dengan alasan Diisi dengan pertanyaan

aktivitas atau tujuan antara pemilihan aktivitas atau untuk menggali fokus program (outcomes) yang akan tujuan antara (outcomes) monitoring yang

dipantau/dimonitor sepanjang progra m

berpengaruh pada pelaksanaan program, hal ini

yang akan digunakan sebagai

tujuan program data untuk evaluasi program

Bagaimana kegiatan literasi berdiferensiasi yang dipimpin oleh ketua kelas berjalan?

Untuk memastikan kegiatan berjalan dengan baik: murid mengikuti petunjuk ketua kelasnya.

Bagaimana sikap murid terhadap ketua kelas saat dipandu dalam literasi berdiferensiasi?

(7)

c. Metode Penggalian Data

Pertanya an Monitori ng

Sumber Informasi

Metode Kapan/

Bagaiman a

Diisi dengan pertanyaan Utama

Monitoring

Diisi dengan pihak/aktor yang berkaitan dengan

pertanyaan monitoring

Diisi dengan metode untuk penggalian data kepada

sumber informasi Contoh: kajian evaluasi,

observasi, wawancara, kuesioner/survey

Diisi dengan

waktu penggalian

informasi

Apakah ketua kelas sebagai pemimpin literasi berdiferensiasi

Guru, murid Wawancara/observasi Dalam

proses berjalan dapat menjalankan

perannya?

Bagaimana respons murid di kelas saat dipandu literasi berdiferensiasi oleh ketua kelasnya?

Bagaimana

kemampuan ketua kelas mengelola tim dan bahan bacaan yang ada?

Apakah bahan bacaan yang disiapkan tim mengakomodir minat murid?

(8)

d. Strategi Pengolahan Data

Pertanya an Monitori ng

Data yang terkump ul

Kesimpulan Catatan Khusus,

Pengecualian,d ll

Diisi dengan pertanyaan monitoring dan

pertanyaan tambahan tentang

tim pengelola program

Diisi dengan data dan informasi yang menjawab

pertanyaan monitoring tersebut, dari berbagai metode

Diisi kesimpulan yang dapat ditarik untuk menjawab pertanyaan

monitoring dari data dan informasi yang ada

pada kolom kedua

Bila ada catatan khusus yang memberikan nuansa atas kesimpulan yang

ditarik, catat di kolom ini

Bagaimana pembagian peran dalam tim? Apakah semua orang dalam tim melaksanakan perannya dengan baik?

Murid berkumpul bersama di rak baca kelas sesuai minat masing- masing dengan arahan dari ketua kelas dan semua orang dalam tim melaksanakan perannya dengan baik.

Kegiatan literasi berdiferensiasi berjalan lancar sesuai rencana

e. Pembelajaran Program

Faktor-Faktor Pendukung

Pelaksanaan Program

Faktor-Faktor Penghambat

Pelaksanaan Program

Pembelajaran

Diisi dengan hal-hal yang mendukung keberhasilan

program

Diisi dengan hal-hal yang menghambat pencapaian

program

Diisi dengan hasil refleksi dan temuan-

temuan signifikan selama pelaksanaan

program

Koordinasi tim yang baik;

tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung; ketersediaan bahan bacaan yang variatif

Beberapa murid

berkeliaran dari rak satu ke rak lainnya, sehingga mengganggu konsentrasi murid yang lain

Refleksi: untuk murid yang berkeliaran dipanggil kemudian diberikan pengarahan terkait minatnya

(9)

f. Pelaporan Program

LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM

Gambaran Umum Program:

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa yang bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat. GLS merupakan upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah baik guru, peserta didik, orang tua/wali murid, dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan sehingga membutuhkan dukungan kolaboratif berbagai elemen.

Salah satu bentuk implementasi GLS ini adalah Program Literasi Berdiferensiasi. Program ini pada dasarnya sama dengan program literasi lainnya, yaitu berupa kegiatan maksimal 15 menit membaca. Perbedaannya terletak pada pembagian bahan bacaan berdasarkan minat murid.

Tujuannya selain sebagai upaya diferensiasi proses, juga sekaligus memenuhi kebutuhan murid terhadap bacaan. Dengan adanya literasi berdiferensiasi, murid akan lebih senang karena bahan bacaan sesuai dengan minat mereka. Selain itu, juga untuk menghindari kerumunan saat membaca.

Dalam pelaksanaan berkolaborasi dengan urusan kurikulum, wali kelas, dan guru yang mengajar di kelas terkait pelaksanaan literasi berdiferensiasi di kelas. Program ini akan dijalankan sepenuhnya oleh murid di kelas. Struktur tim pelaksana program terdiri dari ketua kelas selaku koordinator tim. Koordinator akan dibantu penanggung jawab harian dan penyediaan buku sesuai jadwal yang disepakati. Penanggung jawab harian mememastikan semua murid membaca dan mencatat proses selama kegiatan membaca berlangsung. Penanggung jawab penyediaan buku bertugas menyiapkan buku bacaan dan memastikan semua murid mendapatkan buku, baik dari perpustakaan atau dibawa sendiri.

Ke depannya program ini akan dikembangkan ke arah diferensiasi produk. Diferensiasi tersebut diawali dengan pelatihan pemanfaatan blog bagi murid. Dengan memanfaatkan blog, murid bisa menuliskan hasil dari membacanya. Murid juga disiapkan pilihan lain menuliskan hasil baca secara manual dalam buku jurnal membaca. Bisa juga dalam bentuk gambar sesuai minat masing- masing murid.

Deskripsi Pelaksanaan Program:

- Waktu Pelaksanaan: Oktober - November 2021 - Strategi Pelaksanaan Program

- Melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah

- Melibatkan murid sebagai pelaksana program kegiatan literasi berdiferensiasi. Dewan guru sebagai pengarah;

- Memberikan pembekalan awal terhadap sekelompok murid yang memiliki minat di bidang literasi dan ketua kelas terkait arti penting literasi dan bentuk-bentuk kegiatan literasi yang bisa dilakukan;

- Menyampaikan gambaran keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan komunitas lain;

- Menggali minat dan potensi murid untuk memimpin gerakan literasi berdiferensiasi di tingkat kelas contoh;

- Melakukan kolaborasi dengan sejawat dalam komunitas praktisi sekolah terkait rencana pelaksanaan program;

(10)

- Melakukan pemetaan kebutuhan murid di kelas berdasarkan minat, yaitu agama, olahraga, fiksi, sains, keterampilan, dan sebagainya;

- Melakukan pengambilan kesepakatan kelas terkait pelaksanaan pembiasaan membaca dalam literasi berdiferensiasi;

- Melakukan kolaborasi dengan orang tua untuk memberikan dukungan kepada anaknya yang memiliki kompetensi kepemimpinan berupa pengadaan buku bacaan yang variatif dan dorongan kepada anaknya bahwa anaknya mampu melaksanakan tugas dengan baik;

- Melakukan kolaborasi dengan komunitas literasi sekitar untuk terlibat dalam pelaksanaan program;

- Melakukan promosi pelaksanaan program ke komunitas/masyarakat sekitar melalui media sosial milik sekolah;

- Menyiapkan beberapa rak buku yang diletakkan di sudut-sudut kelas dengan masing- masing rak untuk satu jenis bahan bacaan sesuai minat murid di kelas.

- Faktor Pendukung dan Penghambat Program - Faktor Pendukung:

- Koordinasi tim yang kuat;

- Dukungan dari pihak sekolah terutama terkait pengadaan sarana dan prasarana berupa pengadaan rak buku;

- Dukungan orang tua dalam memberikan dorongan kepada anaknya untuk maju sebagai pemimpin;

- Jaringan dengan komunitas literasi yang memudahkan mendapatkan buku pengayaan dengan lebih bervariasi;

- Ketersediaan buku bacaan di perpustakaan yang beragam sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan bacaan di kelas;

- Adanya perangkat komputer di sekolah yang bisa digunakan sebagai pengembangan program ke depannya.

- Faktor Penghambat

- Literasi membaca di kalangan murid masih rendah. Hal ini membutuhkan waktu untuk mengenalkan pentingnya membaca dan menjadikannya sebagai budaya membutuhkan usaha lebih keras;

- Murid masih belum mampu memahami diri sendiri terkait minatnya pada jenis bacaan;

- Pembelajaran Tatap Muka Terbatas membuat guru harus lebih kreatif mengatur dan memanfaatkan waktu untuk kegiatan khusus literasi;

- Hasil Pelaksanaan Program

- Murid aktif memimpin murid lainnya dalam literasi berdiferensiasi mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan;

- Murid kelas contoh aktif membaca sesuai minat masing-masing pada waktu yang telah disepakati;

(11)

Evaluasi Program:

Secara umum program berjalan dengan baik, sehingga tujuan dapat tercapai. Murid sebagai panitia dapat menjalankan tugas sesuai perannya masing-masing. Ketua kelas mampu menjadi pemimpin yang baik dalam pelaksanaan program literasi berdiferensiasi ini. Kerjasama tim sudah terjalin dengan baik. Komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait berjalan sesuai rencana.

Hambatan-hambatan kecil dapat diselesaikan sehingga program dapat berjalan. Perlu perbaikan terutama pada penyediaan jumlah dan ketersediaan bahan bacaan agar lebih beragam.

Membutuhkan dukungan dan kerjasama dengan komunitas baca di sekitar sekolah untuk aktif terlibat dalam kegiatan.

Pembelajaran Program:

Dalam pelaksanaan program pelibatan orang tua dan komunitas sekitar masih sebatas tahap perencanaan. Perlu adanya pendekatan sehingga orang tua dan komunitas sekitar dapat terlibat secara penuh selama proses berlangsungnya program.

II. Artikel Refleksi A. Peristiwa

Dalam pelaksanaan aksi nyata banyak terjadi peristiwa. Hampir sebagian peristiwa merupakan implementasi dari rancangan yang dilakukan sebelumnya. Beberapa peristiwa melahirkan perasaan, memberikan pembelajaran, dan menguatkan perubahan.

1. Koordinasi dengan Kepala Sekolah

Situasi yang ada di sekolah, yaitu telah terbentuknya koordinasi pelaksanaan program sebagai sebuah kebiasaan positif. Berbagi informasi secara formal maupun informal berusaha disampaikan untuk memberikan gambaran terkait pelaksanaan program. Hal ini juga dilakukan sebagai upaya memperoleh dukungan demi kelancaran pelaksanaan kegiatan.

Pada tahap ini Calon Guru Penggerak (CGP) berinisiatif melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah. Sebagai bekal koordinasi, CGP telah lebih dulu menyiapkan proposal pelaksanaan kegiatan. Alasan utama aksi ini adalah demi tersampaikannya informasi terkait pelaksanaan kegiatan dan upaya memperoleh dukungan dari sekolah.

Hasil utama dari aksi ini adalah sebagai berikut:

1. Tersampaikannya informasi pelaksanaan kegiatan secara detail kepada Kepala Sekolah;

2. Diperolehnya dukungan dari pihak sekolah terkait pelaksanaan program.

(12)

2. Kolaborasi dengan Sejawat dalam Komunitas Praktisi di Sekolah

Situasi yang ada di sekolah saat ini adalah telah dirintisnya komunitas praktisi di sekolah. Komunitas ini merupakan salah satu bentuk kolaborasi dengan sejawat. Dalam komunitas ini ada peristiwa belajar dan berbagi. Kolaborasi yang dilakukan selain belajar dan berbagi bersama juga biasanya dalam hal pembentukan tim pendukung.

Adanya tim pendukung yang solid akan memudahkan dalam pelaksanaan program. Hal inilah yang menjadi alasan utama yang mendasari kolaborasi.

Terlebih adanya pembagian tugas bersama akan memudahkan dalam keterlibatan dalam program. Keterlibatan tersebut dengan menjadi bagian dalam pelaksanaan. Baik secara langsung dalam proses dokumentasi, juga sebagai pengamat proses. Pengamat proses pada akhirnya akan berperan pada saat melakukan refleksi kegiatan.

Hasil utama dari aksi ini adalah sebagai berikut:

1. Terbentuknya tim pendukung dalam implementasi program;

2. Disepakatinya pembagian tugas dan jadwal pelaksanaan program.

3. Kolaborasi dengan Komunitas Literasi Sekitar

Saat ini telah marak adanya komunitas literasi yang aktif bergerak menumbuhkan budaya membaca dan menulis. Tidak terkecuali komunitas yang ada di sekitar sekolah. Adanya kedekatan dengan komunitas merupakan sumber daya yang layak untuk dikembangkan. Kolaborasi dengan komunitas literasi akan memberikan pengalaman berbeda kepada murid terkait membaca.

Adanya kolaborasi ini menjadi awal bagi pengembangan komunitas serupa di sekolah.

Alasan utama kolaborasi ini adalah agar murid bisa belajar dari pengalaman yang dibagi. Pengalaman-pengalaman baik yang dialami langsung oleh komunitas merupakan kunci terbukanya pemahaman murid terhadap arti penting membaca. Terbukanya pemahaman akan mendorong murid untuk mau melakukan hal serupa di kelasnya.

Hasil utama aksi ini adalah sebagai berikut:

1. Tersampaikannya materi terkait motivasi membaca murid;

2. Meningkatnya minat membaca di kalangan murid;

3. Tumbuhnya motivasi dalam diri murid untuk terlibat aktif dalam pengembangan literasi sekolah.

(13)

4. Persiapan Awal Kegiatan Literasi Berdiferensiasi di Kelas

Semenjak diberlakukannya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas, kondisi kelas terasa kurang menyenangkan. Hal ini membuat murid kurang bergairah mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pemetaan, seluruh murid menyatakan setuju untuk bersama-sama menciptakan lingkungan kelas yang menyenangkan. Salah satu impian mereka adalah tersedianya bahan bacaan nonteks pelajaran di dalam kelas. Hal ini merupakan awal yang bagus untuk mulai menciptakan budaya membaca. Hal lainnya, yaitu adanya antusiasme murid untuk terlibat dalam Tim Pelaksana Literasi di Kelas.

Aksi ini diambil untuk mengakomodasi keinginan dan kebutuhan murid terhadap bacaan. Hal ini yang mendasari pelaksanaan literasi berdiferensiasi di kelas. Pada tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan yang menunjang kegiatan utama. Di antaranya, yaitu adanya inisiatif seorang murid yang mengajukan diri menjadi koordinator tim pelaksana literasi di kelas. Tentu ini menjadi sinyal positif bagi tumbuhnya sosok pemimpin literasi di kelas.

Berawal dari kesiapan seorang murid ini, proses persiapan pun selanjutnya dipimpin oleh murid selaku koordinator tim.

Pelaksanaan persiapan yang dipimpin oleh murid dengan arahan guru dan wali kelas pun berjalan lancar. Mereka lantas melanjutkan kegiatan, yaitu menyusun jadwal penanggung jawab harian dan penyiapan buku. Selain itu, koordinator tim mengajak temannya berdiskusi terkait waktu pelaksanaan literasi berdiferensiasi. Dalam diskusi tersebut dihasilkan kesepakatan bersama terkait waktu pelaksanaan, persiapan tempat buku, penyiapan buku bacaan, peminatan bacaan oleh murid serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi.

Hasil utama dari aksi ini adalah sebagai berikut:

1. Terpilihnya koordinator tim atas inisiatif mengajukan diri dari salah seorang murid;

2. Terbentuknya tim pelaksana literasi yang disusun oleh murid sebagai koordinator tim;

3. Dipahaminya tugas pokok dan fungsi penanggung jawab harian dan penyiapan buku;

4. Disepakatinya jadwal persiapan lanjutan berupa pengadaan tempat buku dan bahan bacaan nonteks pelajaran;

5. Tersusunnya pembagian jadwal penanggung jawab harian dan penyiapan buku;

6. Tersusunnya lembar monitoring dan evaluasi yang akan digunakan oleh murid untuk perbaikan ke depannya.

(14)

5. Persiapan Lanjutan Kegiatan Literasi Berdiferensiasi di Kelas

Setelah terbentuk, Tim Pelaksana Literasi Berdiferensiasi di kelas pun kembali bergerak. Tim yang seluruhnya terdiri dari murid dengan guru sebagai pengarah itu pun mulai melakukan persiapan lanjutan. Persiapan lanjutan ini juga melibatkan seluruh anggota kelas. Guna kelancaran, Koordinator terlebih dahulu membagi anggotanya menjadi tiga kelompok. Hal ini untuk memudahkan kerja dari masing-masing anggota. Pembagian tugas berdasarkan kesepakatan murid di kelas. Pembagian tugas tersebut meliputi, bagian digital, pembuatan tempat buku, dan penyiapan buku. Bagian digital merupakan murid yang bisa dan terbiasa memanfaatkan komputer. Pembuatan tempat buku dilakukan oleh penanggung jawab harian. Sedangkan penyiapan dan pemilahan buku dilakukan oleh penanggung jawab penyiapan buku.

Aksi ini dilakukan untuk menyiapkan materi terkait pelaksanaan literasi berdiferensiasi di kelas. Hal ini terlihat dari kesiapan dan minat murid dalam memanfaatkan komputer. Pemanfaatan ini pun dikembangkan menjadi pelatihan pembuatan blog kelas. Ke depannya blog ini akan dimanfaatkan oleh kelas untuk memperbarui informasi terkait kegiatan yang telah dilakukan.

Pelatihan pembuatan blog dilakukan oleh guru yang pernah mengikuti pelatihan pemanfaatan blog.

Pembuatan tempat buku sendiri mengandalkan pemanfaatan barang bekas berupa kardus air mineral. Proses pembuatannya dilakukan oleh murid dengan arahan guru prakarya. Murid diberikan kebebasan dalam mempercantik tampilan tempat buku. Sementara pemilahan buku dilakukan oleh murid dengan arahan dari guru Bahasa Indonesia. Guna kelancaran, Koordinator berperan sebagai pengatur dalam proses pelaksanaan.

Pelaksanaan persiapan yang dipimpin oleh murid dengan arahan guru dan wali kelas pun berjalan lancar. Mereka lantas melanjutkan kegiatan, yaitu membuat blog kelas, membuat tempat buku, dan memilah buku bahan bacaan. Selain itu, koordinator tim mengajak temannya berdiskusi terkait waktu pelaksanaan simulasi literasi berdiferensiasi di kelas.

Hasil utama dari aksi ini adalah sebagai berikut:

1. Tersedianya blog kelas berupa google sites yang dimanfaatkan sebagai media informasi terkait kegiatan literasi berdiferensiasi di kelas. Selain itu, nantinya blog ini berfungsi sebagai sarana monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan. Blog tersebut dapat dikunjungi di sini;

2. Tersedianya tempat buku dengan memanfaatkan kardus bekas sebagai bahan dasarnya yang siap digunakan dalam kegiatan literasi berdiferensiasi;

3. Terpilihnya buku koleksi berdasarkan jenis buku bahan bacaan yang ada.

(15)

Diskusi Pembagian Tugas Dipimpin Koordinator Tim Pelaksana Kegiatan (I Dede Jirna)

Pelatihan Pembuatan Blog Kelas Pembuatan Tempat Buku dari Kardus Bekas

Pemilahan Jenis Buku Bahan Bacaan

6. Pelaksanaan Simulasi Kegiatan Literasi Berdiferensiasi di Kelas

Kegiatan ini merupakan rangkaian program peningkatan kepemimpinan murid dalam literasi berdiferensiasi di kelas. Tahap pelaksanaan terbagi menjadi dua, yaitu simulasi dan implementasi. Pada tahap simulasi, guru dan wali kelas mengarahkan koordinator tim pelaksana untuk memimpin kegiatan. Tahap ini diperlukan untuk mengenalkan tugas koordinator, penanggung jawab harian dan penyiapan buku serta murid sebagai anggota. Pada tahap ini juga melibatkan wali kelas dan sejawat lainnya sebagai pengamat. Melalui pelibatan sejak awal ada harapan wali kelas bisa mereplikasi kegiatan serupa di kelasnya masing-masing ke depannya.

Aksi ini dilakukan untuk memberikan gambaran teknis pelaksanaan literasi berdiferensiasi di kelas. Dengan adanya gambaran awal, murid di kelas dapat menjalankan perannya masing-masing pada saat implementasi. Tujuan lainnya juga untuk memberikan gambaran kepada warga sekolah tentang langkah-langkah yang akan dilakukan bersama-sama ke depannya

Hasil utama dari aksi ini adalah sebagai berikut:

1. Koordinator dan tim pelaksana memperoleh gambaran terkait pelaksanaan literasi berdiferensiasi di kelas;

2. Koordinator dan tim pelaksana kegiatan dapat melakukan simulasi pelaksanaan literasi berdiferensiasi di kelas dengan baik sesuai kesepakatan;

3. Koordinator mampu memimpin anggotanya melaksanakan simulasi literasi berdiferensiasi dengan baik.

(16)

Penjelasan Umum Pelaksanaan Program

Pembagian Buku Jurnal Membaca Pengisian Data Buku Jurnal Membaca

7. Pelaksanaan Kegiatan Literasi Berdiferensiasi di Kelas

Pandemi telah mengubah banyak hal. Bukan saja terkait pembiasaan, melainkan juga pengetahuan. Proses pembelajaran secara daring menyebabkan terjadinya learning loss. Bukan saja pada pemahaman terkait materi pembelajaran.

Melainkan juga pada kemampuan literasi membaca murid. Hal ini tentunya menjadi tugas besar bagi guru untuk mengembalikan apa yang telah hilang.

Melalui penumbuhan kembali budaya positif, murid akan kembali menemukan apa yang selama ini hilang. Baik itu kemampuan membaca maupun memahami bacaan. Program kepemimpinan murid dalam literasi berdiferensiasi di kelas diharapkan menjadi salah satu langkah tepat untuk membantu murid. Melalui program kepemimpinan, murid akan kembali menemukan kepercayaan diri untuk terus belajar. Melalui literasi berdiferensiasi, murid akan memiliki kesempatan menentukan sendiri jenis bacaan sesuai minat. Kesesuaian bacaan dengan minat ini tentu akan mempercepat murid memahami isi bacaan.

Guna mempermudah pencapaian hal tersebut, koordinator tim pelaksana kegiatan dengan arahan guru dan wali kelas menyiapkan materi untuk monitoring dan evaluasi. Proses monitoring harian akan dilakukan oleh kordinator dan penanggung jawab harian melalui buku jurnal pelaksanaan literasi berdiferensiasi.

Sedangkan proses evaluasi salah satunya akan dilihat melalui jurnal membaca yang dibagikan kepada seluruh murid. Dengan kedua buku ini, koordinator tim pelaksana akan berkoordinasi dengan guru dan wali kelas mendiskusikan capaian dan hambatan dalam pelaksanaan. Hasil diskusi akan digunakan sebagai dasar melaksanakan kegiatan ke depannya.

Tujuan utama program ini adalah menciptakan jiwa kepemimpinan murid dalam literasi berdiferensiasi untuk merencanakan dan mengelola program. Kemampuan ini akan memberikan dampak besar ke depannya. Murid akan lebih percaya diri untuk menjadi pemimpin dalam membaca. Bukan saja di sekolah, melainkan juga di rumah dan bahkan di mana pun. Murid juga secara tidak langsung akan belajar tentang cara mengelola waktu untuk membaca dalam kehidupan sehari-hari.

(17)

Hasil utama dari program ini adalah sebagai berikut:

1. Koordinator mampu memimpin tim dan anggotanya dalam melaksanakan literasi berdiferensiasi di kelas;

2. Penanggung jawab harian mampu menuliskan hasil monitoring pelaksanaan kegiatan harian;

3. Penanggung jawab penyediaan buku mampu bertanggung jawab terhadap penyiapan dan penyediaan buku bacaan;

4. Murid di kelas mencatat hasil membacanya dalam jurnal membaca untuk mengetahui perkembangan kemajuan membaca bukunya.

Aktivitas Membaca Kelompok Pengetahuan Aktivitas Membaca Kelompok Fiksi

Aktivitas Membaca Kelompok Muatan Lokal Sasak Aktivitas Membaca Kelompok Digital

Pengisian Jurnal Membaca oleh Murid Pengisian Jurnal Pelaksanaan oleh Koordinator

B. Perasaan

Kekhawatiran adalah perasaan yang pertama kali muncul. Perasaan itu muncul ketika membayangkan tentang hambatan dan kendala yang mungkin muncul.

Kekhawatiran paling utama terkait dengan partisipasi murid dalam program ini mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembelajaran. Hal ini mengingat kepemimpinan dalam literasi berdiferensiasi di kelas merupakan program baru di sekolah. Ditambah lagi dengan belum pernah munculnya seorang pemimpin membaca di kalangan murid. Hal ini menimbulkan pertanyaan dalam benak, “Kira-kira ada tidak murid yang sanggup menjadi koordinator tim pelaksana tanpa ditunjuk?”

(18)

Sebuah pertanyaan yang menjadi pembuka saat ide program hendak diwujudkan. Bukan tanpa alasan pertanyaan itu lahir. Salah satunya adalah pelibatan murid dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang belum menjadi budaya di sekolah. Ini menjadi tantangan tersendiri. Tantangan yang harus bisa ditundukkan. Belajar dari manajemen risiko, akhirnya tercetuslah langkah alternatif jika tidak ada murid yang mau mengajukan diri sebagai koordinator, yaitu pemilihan secara langsung oleh murid.

Berangkat dari kekhawatiran, akhirnya sedikit demi sedikit terkikis menjadi sebuah optimisme. Adanya alternatif sebagai pilihan untuk memilih koordinator adalah penyebabnya. Ide memancing murid untuk menggerakkan literasi berdiferensiasi di kelas adalah tercetus ketika melakukan pemetaan kebutuhan murid terhadap lingkungan kelas yang menyenangkan. Sebagian besar menginginkan adanya bahan bacaan selain buku pelajaran di kelas. Dari sanalah optimisme beradu dengan kekhawatiran. Keduanya berusaha menjadi pemenang. Namun, akhirnya optimisme menjadi pemenangnya saat di kelas contoh ada seorang murid yang mengajukan diri siap menjadi koordinator.

Seperti ada hangat mengalir dalam dada demi mendengarnya. Tanpa membuang kesempatan, strategi bimbingan pun dijalankan. Mulai dari meyakinkannya bisa melaksanakan tugas sebagai koordinator sampai pada mengarahkan membentuk tim pelaksana, penyusunan jadwal, dan teknik monitoring evaluasi. Awal yang bagus untuk implementasi setelah sebelumnya mereka mendapat cerita pengalaman baik dalam membaca dari komunitas literasi sekitar sekolah.

Optimisme pun semakin tumbuh menjadi bunga-bunga kebahagiaan yang bermekaran. Dukungan demi dukungan dari Kepala Sekolah dan sejawat terus mengalir. Bermodalkan kekuatan sumber daya yang ada, program percontohan ini pun berhasil dijalankan. Seiring perjalanan waktu, rasa bahagia tumbuh menjadi tertantang. Melebarkan sayap untuk bisa menjadikan program sebagai prioritas untuk dikembangkan. Terutama untuk lingkup komunal sekolah.

Perasaan ini lahir setelah melihat keberhasilan pelaksanaan di tingkat contoh untuk bisa diterapkan di setiap kelas. Hingga akhirnya akan bisa menjadi jawaban ketika ada yang mempertanyakan program unggulan di sekolah.

C. Pembelajaran

Banyak peristiwa terjadi. Beragam perasaan campur aduk menjadi satu.

Semua mewarnai sebuah perjalanan program baru. Dari setiap langkah yang dilalui, ada pembelajaran positif menyertai. Tentang kesalahan seorang guru yang kadang terlalu menganggap remeh kemampuan murid untuk menjadi seorang pemimpin. Tidak seharusnya guru memiliki pemikiran seperti itu.

Pemikiran itu harus mulai dikikis. Selanjutnya menggantinya dengan pikiran positif, bahwa sejatinya setiap murid memiliki potensinya masing-masing.

Tugas guru adalah menemukannya melalui proses pendekatan dan coaching berkelanjutan. Dengan demikian guru akan memperoleh gambaran terkait potensi melalui pemetaan kebutuhan murid. Sebab demikian cara terbaik untuk memberikan murid ruang yang luas bertumbuh sesuai kodrat alam dan zaman melalui kreativitas.

Selain itu, pembelajaran lainnya adalah tentang arti penting koordinasi dan kolaborasi. Koordinasi internal dengan Kepala Sekolah dan sejawat guru

(19)

merupakan kunci sukses agar program diterima dengan baik. Penerimaan program merupakan kunci keberlangsungan dan keberlanjutan program ke depannya. Tidak terkecuali kolaborasi optimal juga merupakan kunci keberhasilan lainnya. Optimalisasi kolaborasi dengan semua pihak internal maupun eksternal sekolah menjadi jaminan program akan berjalan. Kolaborasi dengan sejawat dalam komunitas praktisi di sekolah, komunitas sekitar sekolah, dan orang tua merupakan pilihan yang harus dijalankan.

Kuncinya adalah kepercayaan terhadap semua pihak terkait bisa melakukan tugasnya dengan baik. Hal ini akan membentuk tim yang solid. Tim dalam komunitas praktisi yang siap jatuh bangun bersama-sama untuk kemudian bangkit dan maju bersama.

D. Perubahan

Perubahan dalam diri ke depannya adalah menjaga semangat untuk terus menumbuhkan dan mengembangkan literasi berdiferensiasi di sekolah.

Perubahan lainnya adalah meningkatnya komitmen untuk terus berkolaborasi dengan komunitas praktisi di sekolah. Selain itu, komitmen untuk bisa melahirkan ide-ide baru untuk memajukan sekolah. Tidak terkecuali adanya keinginan untuk terus bisa berbagi praktik baik selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak melalui integrasi dengan pelatihan blog bagi guru.

Ke depannya juga perlu menyusun rencana perbaikan berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan. Masukan-masukan dari pihak terlibat sangat dibutuhkan. Terutama terkait dengan upaya menjadikannya sebagai program komunal sekolah. Masih membutuhkan perjuangan dan perjalanan panjang untuk menciptakan ekosistem literasi berdiferensiasi yang menyenangkan di sekolah. Perjuangan dan perjalanan yang hanya akan bisa mendapatkan hasil terbaik dengan adanya dukungan dari semua warga sekolah dan masyarakat sekitar sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

belajar mengajar. Pedoman wawancara akan digunakan untuk melakukan wawancara kepada kepala sekolah, penanggung jawab program PBKL, dan guru-guru pengampu mata

Terkait dengan pendidikan dan pelatihan, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai penanggung jawab dan pelaksana program, kepala sekolah, bendahara, dan guru

Dokumen ini berisi panduan bagi Calon Guru Penggerak untuk melaksanakan tahapan Buat Pertanyaan dan Ambil Pelajaran dari model Prakarsa Perubahan B-A-G-J-A dalam aksi

Dokumen ini membahas tentang proses pembelajaran di kelas dan bagaimana guru dapat menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan dan perkembangan peserta

A-mbil Pelajaran Siapakah yang pernah berhasil meningkatkan pemahaman siswa dalam memanfaatkan perangkat digital dan jaringan dalam pembelajaran  Mencari profil sekolah, orang /

Sesudah mempelajari materi pengelolaan program yang berdampak positif pada murid, saya semakin sadar bahwa tugas guru adalah membimbing dan menuntun murid agar mereka mampu memimpin

PROGRAM KELIHAIAN MENINGKATKAN MINAT MURID BERKREASI DENGAN BAHAN BEKAS PRAKTEK KELIHAIAN Program KELIHAIAN adalah program intrakurikuler yang bertujuan untuk melatih ketrampilan murid

Perundungan di sekolah cenderung terjadi karena pengawasan guru yang kurang baik, ketidakpedulian siswa, peraturan yang kurang kuat, dan pihak pemegang otoritas tidak tegas terhadap