• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KARAKTERISTIK RANTAI PASOK BUAH MANGGIS. Petani PKBT IPB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 KARAKTERISTIK RANTAI PASOK BUAH MANGGIS. Petani PKBT IPB"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Struktur Rantai Pasok Buah Manggis

Rantai pasok buah manggis untuk pasar ekspor di Kabupaten Bogor, Jawa Barat dibentuk pada tahun 2007. Koperasi Bina Usaha (KBU) Al-Ihsan merupakan lembaga yang merintis terbentuknya rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor. Tujuan awal KBU Al-Ihsan merintis terbentuknya rantai pasok buah manggis adalah untuk meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan ketrampilan petani dalam budidaya manggis sehingga kualitas dan kuantitas buah manggis dapat meningkat.

Suatu rantai pasok terdiri dari berbagai pihak, baik terlibat secara langsung maupun secara tidak langsung. Rantai pasok bersifat dinamis dan memiliki aliran informasi, produk, dan uang. Struktur rantai pasok menjelaskan mengenai pihak yang terlibat dan perannya serta aliran informasi, produk dan uang pada rantai pasok. Struktur rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Struktur rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor.

Peran masing-masing pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut:

Petani

Eksportir KBU Al-Ihsan

Aliran manggis

PKBT IPB

Aliran uang

Informasi

Teknologi, pengetahuan, dan ketrampilan

Kelompok Tani HPSP

Diperta

(2)

1. Petani

Petani manggis merupakan pelaku dalam rantai pasok yang berperan melakukan kegiatan budidaya manggis, mulai dari pembibitan pohon manggis, pemeliharaan, dan pemanenan. Pada saat ini, jumlah petani yang terlibat dalam rantai pasokan buah manggis segar untuk pasar ekspor baru 75 orang dan merupakan anggota KBU Al-Ihsan. Sebagian besar petani manggis merupakan pemilik kebun manggis dengan luas kebun yang ditanami pohon manggis rata- rata 0,5 hektar. Pohon manggis yang dibudidayakan di Kabupaten Bogor ini sebagian besar merupakan warisan yang sudah berusia lebih dari 25 tahun.

Pohon manggis sebagian besar ditanam pada lahan yang sama dengan pohon lain, seperti durian, belinjo, dan cempedak. Hanya sedikit petani yang melakukan budidaya manggis dengan jarak tanam yang teratur dan terpisah dengan budidaya tanaman lainnya. Pohon manggis yang dibudidayakan merupakan pohon manggis yang diperbanyak secara generatif. Pada umumnya, petani melakukan pembibitan sendiri atau membeli bibit dari petani lainnya.

Budidaya manggis yang dilakukan oleh para petani masih belum intensif.

Para petani tidak melakukan pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, sanitasi kebun, pemangkasan cabang/ranting, serta pembungkusan buah manggis. Sejak mendapat pembinaan dari Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor (PKBT IPB) yang didukung oleh Horticultural Partnership Supporting Program (HPSP) dalam budidaya manggis dan cara pemanenan yang dapat memghasilkan buah manggis segar yang lebih berkualitas, petani mulai melakukan budidaya manggis dengan intensif. Untuk mendukung petani melakukan budidaya manggis dengan intensif, para petani yang terlibat dalam rantai pasok ini diberi bantuan pupuk organik oleh eksportir melalui KBU Al-Ihsan. Kebun manggis yang terawat dan kebun manggis yang tidak terawat ditunjukkan pada Gambar 5.

Masa panen buah manggis di Kabupaten Bogor adalah bulan November hingga bulan April dengan puncak panen rayanya pada bulan Februari hingga bulan Maret. Kegiatan pemanenan buah manggis dilakukan dengan cara pemetikan langsung. Untuk buah manggis yang sulit dijangkau, pemetikan dilakukan dengan menggunakan alat berupa galah. Penggunaan alat bantu

(3)

pemetikan ini juga dilakukan setelah petani mulai dapat pembinaan dari PKBT IPB. Petani anggota KBU Al-Ihsan memperoleh bantuan alat pemetikan dari HPSP dan PKBT IPB. Pemetikan buah manggis dengan menggunakan alat tersebut bertujuan agar buah yang dipetik tidak mengalami kerusakan akibat terjatuh dari tempat yang tinggi di pohon manggis. Buah manggis yang sudah dipetik biasanya langsung dimasukkan ke dalam karung atau keranjang bambu sehingga hasil panen dari petani manggis ini masih dalam berbagai ukuran dan kualitas (tanpa proses sortasi dan grading).

a. Kebun manggis yang terawat b. Kebun manggis yang tidak terawat Gambar 5 Kebun manggis di Kabupaten Bogor.

2. Kelompok Tani

Kelompok tani berperan dalam mencatat seluruh kegiatan petani anggota dari kelompok tani tersebut, mulai dari pembibitan pohon manggis, pemeliharaan, dan pemanenan. Kelompok tani juga berperan dalam melakukan koordinasi terhadap anggotanya, terutama dalam pemeliharaan pohon manggis dan pemanenan buah manggis, misal: hasil panen para petani dicatat oleh petugas kelompok tani kemudian dikumpulkan dan dibawa ke gudang KBU Al-Ihsan, penjadwalan panen, penjadwalan pemupukan serta pemangkasan, dan sebagainya.

3. Koperasi Bina Usaha (KBU) Al-Ihsan

Koperasi Bina Usaha (KBU) Al Ihsan merupakan kelembagaan yang didirikan oleh beberapa orang petani manggis di Kampung Cengal.

Pada tahun 2001 berdiri Kopjamas (Koperasi Jamaah Masjid) Al Ihsan yang merupakan cikal bakal koperasi di Kampung Cengal selain Kelompok Tani Karya Mekar. Pembentukan Kopjamas berasal dari inisiatif salah satu pejabat di

(4)

wilayah Kabupaten Bogor. Kopjamas didirikan dengan tujuan untuk memberdayakan usaha dari para jamaah masjid di beberapa wilayah pedesaan Kabupaten Bogor, tetapi keberlangsungan usaha Kopjamas tidak berkembang karena masyarakat sekitar menganggap koperasi tersebut hanya digunakan bagi kepentingan politik beberapa orang. Pada tahun 2002 pembaruan dilakukan terhadap kelembagaan Kopjamas yang kemudian berganti nama menjadi Koperasi Bina Usaha Al-Ihsan. Pembentukan KBU Al-Ihsan diprakarsai oleh beberapa petani manggis yang merasa perlu memperbaiki sistem pemasaran manggis serta meningkatkan peran dari kelembagaan di tingkat petani. Dalam rantai pasok buah manggis ini, KBU Al-Ihsan berperan sebagai penghubung antara petani dan kelompok tani dengan pelaku lain yang terlibat dalam rantai pasok, yaitu eksportir, Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor (PKBT IPB), dan Horticultural Partnership Supporting Program (HPSP).

KBU Al-Ihsan melakukan sortasi dan grading pada buah manggis yang dikirim oleh kelompok tani kemudian menjual buah manggis kualitas ekspor kepada eksportir secara langsung. Buah manggis yang dihasilkann oleh petani anggota rantai pasokan terbagi menjadi empat grade, yaitu grade Super 1, grade Super 2, grade Super 3, serta kualitas lokal. Proses sortasi dan grading di KBU Al-Ihsan, serta pengangkutan buah manggis ke eksportir ditunjukkan pada Gambar 6, sedangkan standar kualitas buah manggis hasil sortasi dan grading KBU Al Ihsan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9.

Buah manggis hasil sortasi dan grading yang tidak memenuhi persyaratan kualitas ekspor dijual oleh KBU Al-Ihsan ke para pemasok pasar swalayan/pemasok pedagang pengecer atau dijual langsung ke pedagang pengecer. Harga jual buah manggis kualitas ekspor ditentukan berdasarkan harga jual buah manggis di negara tujuan ekspor. Pada saat ini, KBU Al-Ihsan merupakan pemasok buah manggis untuk diekspor ke negara Cina. Harga jual buah manggis yang berfluktuatif selalu diinformasikan oleh KBU Al-Ihsan kepada para petani anggotanya. KBU Al-Ihsan mengambil 25% dari hasil penjualan ke eksportir dan penjualan ke pasar domestik untuk keperluan biaya transportasi dan penanganan buah manggis pasca panen hingga terjual. Buah

(5)

manggis yang tidak memenuhi kualitas ekspor akan dijual oleh KBU Al-Ihsan ke pasar domestik.

a. Proses sortasi dan grading b. Pengangkutan buah manggis Gambar 6 Proses sortasi dan grading di KBU Al-Ihsan, serta pengangkutan

buah manggis ke eksportir.

Tabel 9 Standar kualitas buah manggis hasil sortasi dan grading Kelas /

Grade Spesifikasi Berat

(gram)

Diameter (mm)

Penampakan

Super 1

Warna hijau bintik-bintik merah, matang 20-30 %, tidak cacat, kulit mulus rata, cupat hijau dan lengkap

>125 >62

Super 2

Warna hijau kemerah- merahan, matang 30-50 %, tidak cacat, kulit buah agak mulus, cupat hijau lengkap

101 –

125 59 – 62

Super 3

Warna merah kehitaman, matang 60-80 %, cacat 1-

5 %, cupat lengkap 76 – 100 53 – 58

Lokal

Warna hitam burik, matang sampai 100 persen, cupat cacat

<76 <53 Sumber : Standar Nasional Indonesia SNI 01–3211-1992

KBU Al-Ihsan mengatur jadwal panen tiap kelompok tani. Koordinasi pemeliharaan pohon manggis juga dilakukan oleh KBU Al-Ihsan, misal:

pembagian pupuk bantuan eksportir, penentuan jadwal pemupukan, dan penentuan jadwal pemangkasan pohon manggis. Untuk meningkatkan ketrampilan petani anggotanya dalam budidaya dan usaha manggis, KBU Al-Ihsan memberi fasilitas kepada para petani anggotanya berupa pelatihan.

(6)

Pelatihan tersebut dilakukan bekerja sama dengan Dinas Pertanian (Diperta) Kabupaten Bogor, PKBT IPB, dan HPSP.

4. Eksportir

Eksportir merupakan pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis sebagai penghubung dengan konsumen di luar negeri. Pada saat ini, eksportir yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor dengan perjanjian secara tertulis adalah PT. Agung Mustika Selaras. Buah manggis yang diekspor oleh eksportir ini berasal dari Jawa Barat dan Sumatera Barat dengan sumber utama adalah Kabupaten Bogor, Tasikmalaya, Purwakarta, dan Subang.

Eksportir membeli buah manggis secara langsung dari KBU Al-Ihsan dan membayarnya secara kontan. Harga beli buah manggis disesuaikan dengan harga jual buah manggis di negara konsumen serta berdasarkan kualitas buah manggis tersebut. Antara eksportir dan importir di luar negeri tidak mempunyai kontrak kuantitas buah manggis yang harus dipenuhi dalam periode tertentu.

Eksportir akan mengirimkan buah maanggis ke importir di luar negeri jika kapasitas container sudah terpenuhi.

Kualitas buah manggis yang dijual oleh KBU Al-Ihsan ditentukan setelah dilakukan sortasi dan grading oleh pihak eksportir. Sebelum dikirim ke negara konsumen, buah manggis dipak agar kerusakan buah selama pengiriman dapat diminimumkan. Proses sortasi dan grading, serta pengemasan di gudang eksportir ditunjukkan pada Gambar 7

.

a. Sortasi dan grading b. Pengemasan

Gambar 7 Proses sortasi dan grading, serta pengemasan di gudang eksportir.

(7)

5. Pelaku Pendukung

a. Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor (PKBT IPB)

PKBT IPB merupakan lembaga pengelola Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) dengan melakukan penelitian untuk menghasilkan teknologi yang bercirikan keunggulan akademik, mempunyai nilai ekonomi, dan memberikan dampak sosial.

Dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor, PKBT IPB berperan dalam pembinaan kegiatan budidaya manggis melalui penerapan teknologi, pembinaan kemitraan usaha untuk meningkatkan daya saing usaha manggis, dan penguatan peran kelembagaan dalam pemasaran buah manggis segar untuk pasar ekspor. Rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor tersebut kemudian dijadikan sebagai kawasan percontohan laboratorium lapangan manggis oleh PKBT IPB.

b. Horticultural Partnership Supporting Program (HPSP)

HPSP merupakan salah satu program dari Indonesia-Benelux Chamber of Commerce (organisasi kamar dagang nirlaba di Jakarta yang memberikan layanan bagi pelaku usaha Indonesia, Belanda, Belgia, dan Luxemburg).

Dalam rantai pasok buah manggis di Bogor, HPSP berperan sebagai organisasi yang membantu dalam hal sarana dan prasarana, pembinaan kegiatan usaha tani, pelatihan ketrampilan pasca panen, dan penguatan peran kelembagaan dalam pemasaran buah manggis segar untuk pasar ekspor.

c. Dinas Pertanian (Diperta)

Diperta Kabupaten Bogor merupakan perwakilan dari pihak pemerintah yang memiliki kepentingan terhadap keberlangsungan sektor pertanian di Kabupaten Bogor. Dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor, Diperta berperan dalam pembinaan dan penyuluhan budidaya dan usaha manggis.

Secara keseluruhan, proses produksi pascapanen buah manggis segar untuk pasar ekspor pada rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan ditunjukkan pada Gambar 8.

(8)

Pemanenan buah manggis

Pelaku: Petani dan Kelompok Tani

Alat/mesin: Galah, keranjang bambu, karung Waktu: 1 hari

Pengangkutan ke KBU Al-Ihsan

Pelaku: Kelompok Tani

Alat/mesin: sepeda, sepeda motor Waktu: < 1 hari

Sortasi dan grading kasar

Pengangkutan ke eksportir

Pelaku: KBU Al-Ihsan

Alat/mesin: Keranjang plastik, timbangan Waktu: 1 hari

Penyusutan: 10%

Pelaku: Kelompok Tani Alat: mobil pick up Waktu: < 1 hari

Sortasi dan grading akhir serta pengemasan

Pengangkutan ke konsumen akhir

Pelaku: Eksportir

Alat/mesin: Keranjang plastik, timbangan, kardus, pengemas Waktu: < 3 hari

Penyusutan: 5%

Pelaku: Eksportir

Alat: container berpendingin, pesawat udara (menggunakan jasa transportasi) Waktu: < 1 hari

Konsumen akhir (importir di luar negeri)

Gambar 8 Proses produksi pascapanen buah manggis segar untuk pasar ekspor.

(9)

Sebelum tahun 2007, hubungan antar pelaku usaha buah manggis di Kabupaten Bogor, Jawa Barat hanya merupakan hubungan transaksi saja antara penjual dan pembeli yang membentuk suatu saluran pemasaran Hubungan tersebut pada saat ini masih terjadi pada para pelaku buah manggis yang tidak mau terlibat dalam rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Saluran pemasaran buah manggis di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Gambar 9.

Peran masing-masing pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut:

1. Petani

Petani manggis merupakan pelaku dalam rantai pasok yang berperan melakukan kegiatan budidaya manggis, mulai dari pembibitan pohon manggis, pemeliharaan, dan pemanenan.

Buah manggis yang sudah dipetik biasanya langsung dimasukkan ke dalam karung atau keranjang bambu sehingga hasil panen dari petani manggis ini masih dalam berbagai ukuran dan kualitas (tanpa proses sortasi dan grading).

Petani

Eksportir Pemasok

Aliran manggis Aliran uang

Informasi

Teknologi, pengetahuan, dan ketrampilan

Pengumpul Diperta

Gambar 9 Saluran pemasaran buah manggis di Kabupaten Bogor.

Pedagang Besar

(10)

2. Pengumpul

Pengumpul berperan sebagai penghubung antara petani dengan pedagang besar. Pengumpul membeli buah manggis hasil panen petani dengan harga rata- rata Rp2.500/kg tanpa membedakan kualitas buah manggis tersebut. Harga ditetapkan berdasarkan harga beli buah manggis pengumpul di daerah lain dan berdasarkan negosisasi antara pengumpul dengan petani.

Pembelian buah hasil panen petani biasanya dibayar oleh pengumpul secara kontan. Sebagian pengumpul membeli buah manggis dari kebun petani dengan sistem “ijon”, yaitu pembayaran dilakukan pada saat pohon berbunga dan harga total yang dibayarkan sebesar perkiraan hasil panen buah manggis per pohon. Buah manggis hasil panen petani diambil oleh pengumpul. Proses sortasi dan grading dilakukan oleh pengumpul sebelum buah manggis dibeli oleh pedagang besar

3. Pedagang besar

Dalam rantai pasok buah manggis ini, pedagang besar berperan sebagai penghubung antara pengumpul dengan eksportir. Pedagang besar menbeli buah manggis di tempat pengumpul. Harga beli buah manggis dari pengumpul tersebut dibedakan berdasarkan kualitas dan ditetapkan berdasarkan negosiasi antara pengumpul dan pedagang besar. Pembelian buah manggis ditempat pengumpul tersebut dibayar secara tunai oleh pedagang besar.

Pedagang besar melakukan sortasi dan grading pada buah manggis yang dibeli dari pengumpul kemudian menjual buah manggis kualitas ekspor kepada eksportir secara langsung. Buah manggis hasil sortasi dan grading yang tidak memenuhi persyaratan kualitas ekspor dijual oleh pedagang besar ke pasar swalayan atau ke pedagang pengecer.

4. Eksportir

Eksportir merupakan pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis sebagai penghubung dengan konsumen di luar negeri. PT. Agung Mustika Selaras merupakan salah satu eksportir yang membeli buah manggis dari saluran pemasaran di luar rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan ini.

Eksportir membeli buah manggis secara langsung dari pedagang besar jika kuantitas buah manggis kualitas ekspor yang diperolah dari rantai pasok

(11)

dengan kebun terdaftar (termasuk rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al- Ihsan) tidak memenuhi permintaan konsumen PT Agung Mustika Selaras di luar negeri. Pembayaran buah manggis yang dibeli dari pedagan besar dilakukan secara kontan.

Harga beli buah manggis dari pedagang besar ditetapkan berdasarkan negosiasi antara eksportir dan pedagang besar. Harga tersebut dibedakan berdasarkan kualitas buah manggis Kualitas buah manggis yang dijual oleh pedagang besar ditentukan setelah dilakukan sortasi dan grading oleh pihak eksportir. Sebelumm dikirim ke negara konsumen, buah manggis dipak agar kerusakan buah selama pengiriman dapat diminimumkan.

5. Dinas Pertania (Diperta)

Peran Diperta dalam rantai pasok ini sama dengan peran Diperta dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan, yaitu melakukan pembinaan dan penyuluhan budidaya dan usaha manggis.

4.2 Manajemen Rantai Pasok Buah Manggis 4.2.1 Struktur Manajemen

KBU Al-Ihsan merupakan penggerak rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor yang berperan mengelola seluruh kegiatan kelompok tani dan petani anggotanya. Seluruh kegiatan budidaya dan usaha manggis dikoordinasikan dengan eksportir, PKBT IPB, HPSP, dan Diperta. Sebagai rantai pasok yang kemitraan antar anggotanya baru terbentuk, seluruh proses bisnis belum dapat dilakukan sendiri secara penuh, misal: transportasi dari KBU Al-Ihsan ke eksportir masih menggunakan jasa transportasi dengan kontrak jangka pendek selama masa panen saja. Pasokan sarana produksi pertanian juga hanya sebagian yang baru dapat dipenuhi oleh KBU Al-Ihsan, sedangkan kekurangannya dibeli oleh petani dari pasar umum tanpa adanya keterikatan antara pemasok dengan pembeli.

Walaupun belum terlaksana secara teratur, semua proses bisnis yang telah dilaksanakan oleh rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor dikelola oleh pihak yang terlibat sesuai bidangnya, misal: pemanenan dan pengiriman buah manggis ke KBU Al-Ihsan dikendalikan oleh ketua kelompok tani, proses sortasi

(12)

awal dan pengiriman buah manggis ke eksportir dikendalikan oleh pengelola KBU Al-Ihsan, proses sortasi dan grading buah manggis di tempat eksportir dikendalikan oleh wakil dari KBU Al-Ihsan dan bagian penggudangan dari pihak eksportir, serta pemeliharaan kebun manggis dikendalikan dan dipantau oleh pihak pendukung yaitu PKBT IPB dan Diperta.

4.2.2 Pemilihan Mitra

Penguatan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor ini berkaitan langsung dengan kemampuan kerjasama antar mitra dalam rantai pasok tersebut. Oleh karena itu, kunci strategis yang harus dipertimbangkan dalam penguatan rantai pasok tersebut adalah penentuan mitra yang sesuai. Masing – masing pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor ini mempunyai kriteria tersendiri dalam memilih mitra, terutama mitra yang terkait dengan aliran uang dan aliran buah manggis, yaitu petani, KBU Al-Ihsan, dan eksportir.

Aspek yang diutamakan oleh KBU Al-Ihsan dalam memilih petani manggis sebagai mitranya adalah kemampuan petani tersebut menghasilkan buah manggis sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diinginkan serta kemauan petani untuk melakukan budidaya manggis sesuai dengan GAP. Syarat yang ditetapkan oleh KBU Al-Ihsan dalam memilih petani manggis sebagai mitranya adalah sebagai berikut:

1. Petani berstatus pemilik atau penggarap yang telah mendapat persetujuan dari pemilik dan berdomisili di Kabupaten Bogor

2. Petani memiliki sekurang-kurangnya 50 pohon manggis yang menghasilkan dan bersedia melakukan pelabelan untuk keperluan traceability. KBU Al-Ihsan menetapkan syarat minimum kepemilikan pohon manggis ini dengan maksud agar meminimumkan proses traceability jika diperlukan dan mengoptimalkan kuantitas buah manggis yang dipasok.

3. Petani tidak sedang menggadaikan pohon manggisnya kepada pihak lain 4. Petani sedang tidak memiliki sangkutan hutang piutang yang terkait dengan

pohon manggis miliknya

(13)

Bagi petani manggis, syarat utama mitranya adalah mitra yang bersedia membeli buah manggisnya dengan harga yang tinggi, terutama mitra tersebut dapat membayar pembeliannya di muka (sebelum panen dilakukan). Hal ini yang menyebabkan KBU Al-Ihsan kalah bersaing dengan pemasok buah manggis untuk pasar lokal dan pengumpul, tetapi KBU Al-Ihsan mempunyai keunggulan dengan membeli buah manggis para petaninya dengan harga tinggi sesuai kualitasnya.

KBU Al-Ihsan juga membantu para petani menambah ketrampilan dan pengetahuannya dalam budidaya dan usaha manggis melalui pembinaan dan pelatihan. Pada saat ini, KBU Al-Ihsan sedang berusaha mencari mitra yang mampu memberikan bantuan modal untuk melakukan pembayaran di muka dalam membeli buah manggis dari petani. KBU Al-Ihsan lebih mengutamakan modal tersebut dapat diperoleh dari eksportir yang telah menjadi mitranya.

KBU Al-Ihsan juga mempunyai beberapa kriteria dalam memilih eksportir sebagai mitranya, yaitu

1. Eksportir membeli buah manggis petani dengan harga yang menguntungkan petani

2. Eksportir terbuka dalam informasi, terutama informasi yang terkait dengan permintaan dan harga buah manggis

3. Eksportir memberikan jaminan keberlanjutan kemitraan dalam jangka waktu yang panjang

Dari pihak eksportir, kriteria yang diberikan dalam memilih mitra pemasok adalah pemasok dapat memenuhi kualitas dan kuantitas permintaan konsumen pasar ekspor. Konsumen pasar ekspor juga memberikan persyaratan traceability pada buah manggis yang dibelinya. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, maka kebun manggis pemasoknya harus terdaftar telah melakukan GAP.

4.2.3 Pengaturan Kontrak

Pengelolaan rantai pasok buah manggis secara terintegrasi yang melibatkan beberapa pihak membutuhkan suatu kesepakatan bersama dalam bentuk kontrak kerjasama antar pihak yang terlibat dalam rantai pasok tersebut.

Dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten

(14)

Bogor terdapat 2 kontrak kerjasama, yaitu kontrak kerjasama antara petani dan KBU Al-Ihsan dan kontrak kerjasama antara KBU Al-Ihsan dengan eksportir.

Kontrak kerjasama antara petani dan KBU Al-Ihsan didukung oleh HPSP dalam program peningkatan produktivitas manggis sebagai komoditas unggulan melalui pengelolaan kebun bersama. Kesepakatan kerjasama tersebut antara lain meliputi syarat petani sebagai peserta program, lingkup kegiatan, kriteria pohon, kewajiban petani dan ketua kelompok tani, alokasi pendanaan, modal untuk membayar pembelian buah manggis di muka, harga buah manggis, dan pengelolaan hasil panen.

Kontrak kerjasama antara KBU Al-Ihsan dan eksportir didukung oleh PKBT IPB. Kontrak kerjasama tersebut juga ditandatangani oleh Kabupaten Bogor dan Direktur Jendral Hortikultura, Kementrian Pertanian. Kontrak kerjasama tersebut berisi tentang penerapan teknologi dan kemitraan usaha untuk meningkatkan daya saing dan ekspor buah manggis. Dalam kontrak kerjasama tersebut disepakati bahwa KBU Al-Ihsan akan memasok buah manggis kepada eksportir dengan jumlah, harga, dan kriteria yang disepakati bersama, eksportir akan melakukan penanganan pasca panen dan pemasaran buah manggis kualitas ekspor, serta PKBT IPB akan melakukan upaya peningkatan produksi buah manggis yang layak ekspor melalui penerapan teknologi dan penelitian pengembangan manggis.

Kemitraan yang terjalin antara petani, KBU Al-Ihsan, eksportir, yang didukung oleh HPSP, PKBT IPB, serta pemerintah Kabupaten Bogor dan Diperta memberikan manfaat bagi petani berupa jaminan pasar buah manggis dengan harga yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Petani juga memperoleh tambahan pengetahun dalam mengelola kebun manggisnya sehingga buah manggis dapat dipanen dalam kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Selain petani, KBU Al-Ihsan juga memperoleh tambahan pengetahuan dari pembinaan HPSP dan PKBT IPB dalam mengelola dan mengembangkan bisnis manggis.

Bagi eksportir, kemitraan ini dapat memberikan manfaat jaminan pasokan buah manggis dengan kualitas dan kuantitas sesuai dengan permintaan konsumen.

Kemitraan ini juga memberikan manfaat bagi PKBT IPB dalam menerapkan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari tanggung jawab sosial sebuah lembaga penelitian

(15)

serta membuka peluang untuk dapat melakukan penelitian dan pengembangan manggsi lebih lanjut.

4.2.4 Sistem Transaksi

Transaksi yang terjadi dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor ini meliputi transaksi pembelian sarana produksi pertanian dan transaksi penjualan buah manggis. Petani dapat membeli sarana produksinya di KBU Al-Ihsan dengan sistem yarnen (dibayar panen), yaitu sarana produksi yang dibeli petani dibayar dengan hasil panen buah manggisnya. Sistem yarnen hanya berlaku bagi petani anggota KBU Al-Ihsan.

Untuk transaksi pembelian buah manggis, KBU Al-Ihsan masih menerapkan cara yang dilakukan oleh para pemasok buah manggis untuk pasar lokal dan pengumpul, yaitu pembelian buah manggis dibayar sebagian di muka.

Petani masih lebih memilih menjual buah manggisnya kepada pembeli yang sudah menjamin kepastian pendapatannya dengan cara membayar pembeliannya di muka walaupun harga pembeliannya rendah. Jika petani tidak menjual buah manggisnya ke KBU Al-Ihsan, maka kuantitas pasokan buah manggis ke eksportir akan berkurang. Oleh karena itu, KBU Al-Ihsan membayar di muka sebagian pembelian buah manggis dari petani. Hal ini menyebabkan KBU Al-Ihsan membutuhkan modal untuk sistem transaksi pembelian ini. Pada saat ini, KBU Al-Ihsan masih melakukan pendekatan kepada eksportir untuk memberikan modal ini dalam jumlah yang lebih besar demi kepentingan bersama.

KBU Al-Ihsan melunasi pembayaran buah manggis yang dibeli dari petani secara tidak tunai. Pembayaran tersebut dilakukan setelah KBU Al-Ihsan mengirim buah manggis ke eksportir. Harga beli buah manggis dari petani ditentukan setelah KBU Al-Ihsan mengetahui harga beli buah manggis tersebut dari eksportir. Harga beli buah manggis ditetapkan eksportir berdasarkan proses sortasi dan grading yang dilakukan di tempat eksportir serta berdasarkan harga buah manggis di pasar ekspor. Eksportir membayar pembelian buah manggis dari KBU Al-Ihsan secara kontan.

(16)

4.3. Proses Pendukung Bisnis Rantai Pasok Buah Manggis

4.3.1 Layanan Dukungan Mitra, Perencanaan dan Penelitian Bersama

Persaingan bisnis yang terjadi pada saat ini cenderung merupakan persaingan antar rantai pasok. Keberhasilan koordinasi, integrasi, dan pengelolaan proses bisnis pada seluruh pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor akan menentukan keberhasilan bersaing rantai pasok tersebut.

Agar proses bisnis dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor dapat dilakukan secara efektif dan efisien, maka KBU Al-Ihsan sebagai penggerak rantai pasok ini memberikan beberapa pelayanan kepada petani anggotanya berupa penyuluhan yang didukung oleh Diperta dan PKBT IPB, pelatihan untuk peningkatan ketrampilan budidaya manggis dan pengelolaan bisnis manggis yang didukung oleh PKBT IPB dan HPSP, pelayanan pemberian informasi mengenai harga buah manggis di pasar ekspor yang didukung oleh eksportir, serta penyediaan sarana produksi pertanian untuk mengelola kebun manggis petani dan alat bantu panen.

Berdasarkan permintan eksportir dan pengarahan dari PKBT IPB, target proses bisnis dan arah pelaksanaan untuk mencapainya ditetapkan bersama antara KBU Al-Ihsan dengan kelompok tani dan petaninya. Setiap 4 bulan, target dan pencapaiannya dievaluasi. Hasil evaluasi dilaporkan secara tertulis kepada semua pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor. PKBT IPB juga terus melakukan penelitian untuk perbaikan produksi secara kualitas dan kuantitas. Perkembangan budidaya dan bisnis manggis yang diperoleh dari PKBT IPB secara rutin diinformasikan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis dalam pertemuan yang diadakan 1 kali dalam sebulan.

4.3.2 Jaminan Identitas Merek

Pemberian label merek pada buah manggis dilakukan oleh eksportir..

Merek dagang buah manggis tersebut ditampilkan dalam bahasa mandarin yakni

“Tung”. Hal tersebut dilakukan atas permintaan pembeli buah manggis yakni importir yang berasal dari negara Cina.

Pada label produk manggis juga terdapat keterangan yang menyatakan bahwa produk tersebut berasal dari Indonesia dengan mencantumkan kalimat

(17)

“origin from Indonesia”. Pencantuman negara produsen menjadi suatu bentuk tuntutan konsumen terhadap keamanan pangan dan sistem traceability rantai pasok manggis. Keterangan dalam label tersebut juga dapat menjadi suatu bentuk promosi bagi Indonesia untuk lebih dikenal lagi oleh masyarakat dunia sebagai negara produsen manggis. Identitas merek dalam rantai pasokan manggis menjadi sangat penting untuk produk buah manggis karena persepsi konsumen terhadap kualitas produk akan diasosiasikan kepada merek/label yang tercantum.

4.3.3 Sistem Traceability

Sistem traceability diterapkan pada rantai pasok di Kabupaten Bogor dengan menggunakan kartu pengendali kegiatan pada kegiatan bisnisnya.

Pencatatan kegiatan budidaya manggis hingga panen buah manggis dilakukan oleh ketua kelompok tani. Kegiatan yang dicatat adalah pemupukan (tanggal pemupukan, nama kelompok tani, luas area yang diberi pupuk, jumlah pohon manggis yang diberi pupuk, usia pohon yang diberi pupuk, dosis dan jenis pupuk, dan orang yang bertanggung jawab pada proses pemupukan tersebut), pengendalian hama dan penyakit pada pohon manggis (tanggal pengendalian, nama kelompok tani, jumlah pohon manggis yang ditangani, jenis hama dan penyakit, bagian pohon yang terserang hama dan penyakit, bahan dan dosis yang digunakan untuk memberantas hama dan penyakit tersebut, dan orang yang bertangguna jawab melakukan kegiatan ini), serta pemanenan (tanggal pemanenan, nama kelompok tani, jumlah pohon yang dipanen, kuantitas buah manggis hasil panen, penanganan buah manggis, dan orang yang bertanggung jawab pada kegiatan tersebut). Sistem traceability ini didukung dengan pendaftaran kebun manggis yang sudah memenuhi syarat sebagai kebun penghasil buah manggis untuk pasar ekspor oleh Dinas Pertanian sehingga penelusuran sumber masalah jika terjadi keluhan dari konsumen dapat lebih mudah dilakukan.

Pencatatan kegiatan untuk sistem traceability juga dilakukan oleh pengelola KBU Al-Ihsan, yaitu pelatihan (tanggal pelatihan, tempat pelatihan, jenis pelatihan, instansi/lembaga/orang yang melatih, jumlah orang yang hadir dalam pelatihan, dan orang yang bertanggung jawab pada kegiatan tersebut), pelayanan terhadap petani dan kelompok tani (tanggal pelayanan, jenis pelayanan, nama kelompok tani/petani yang dilayani, jumlah kelompok tani/petani yang

(18)

dilayani, orang yang bertanggung jawab pada kegiatan ini), penjualan buah manggis (tanggal penjualan, kelompok tani asal buah manggis, kuantitas buah manggis yang diterima dari petani, kuantitas buah manggis yang diterima oleh eksportir, kuantitas buah manggis yang dikembalikan oleh eksportir, hasil penjualan, dan orang yang bertanggung jawab pada kegiatan ini). Hasil pencatatan kegiatan rantai pasok diinformasikan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam rantai pasok tersebut secara rutin.

4.3.4 Proses Membangun Kepercayaan Mitra

Kepercayaan antar mitra dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor dibangun melalui pertemuan yang dilakukan secara rutin dan dihadiri oleh wakil dari masing–masing pihak yang terlibat dalam rantai pasok tersebut.

Tujuan pertemuan tersebut adalah untuk mengevaluasi kegiatan bersama yang telah dilakukan dan target yang telah dicapai. Rencana kegiatan dan target berikutnya kemudian ditetapkan berdasarkan haril evaluasi tersebut.

Dengan melakukan pertemuan secara rutin, perbedaan kepentingan antar mitra dalam proses bisnis buah manggis diharapkan dapat diperkecil. Persetujuan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak tertulis menunjukkan bahwa antar mitra dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor telah terbangun kepercayaan untuk melakukan proses bisnis secara bersama sesuai dengan rencana kegiatan dan target yang telah ditetapkan bersama, tetapi pelanggaran terhadap kontrak tersebut masih dimungkinkan terjadi karena kemitraan antar anggota dalam rantai pasok ini baru terbentuk sehingga setiap anggota rantai pasok masih perlu melakukan adaptasi dalam melakukan bisnis manggis ini.

4.4 Sumberdaya Rantai Pasok Buah Manggis

Sumberdaya yang dimiliki oleh masing – masing pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut:

1. Petani dan Kelompok Tani

Jumlah petani yang terlibat dalam rantai pasok manggis di Kabupaten Bogor sebanyak 75 orang. Jumlah tersebut belum termasuk tenaga buruh tani

(19)

yang seringkali dipekerjakan untuk kegiatan pemanenan buah manggis, pemupukan, sortasi hasil panen, dan penyiangan. Sumberdaya manusia yang dimanfaatkan dalam kegiatan pemeliharaan dan pemanenan buah biasanya merupakan anggota keluarga petani. Tenaga kerja yang dimanfaatkan tersebut diupah setiap hari sesuai dengan jam kerja yang dilakukan. Pemanfaatan tenaga kerja tersebut tergantung pada luas lahan manggis yang dibudidayakan serta metode budidaya yang diterapkan.

Sebagian besar petani manggis (72%) merupakan pemilik kebun manggis dengan luas kebun yang ditanami pohon manggis rata-rata 0,5 hektar dari seluruh luas kebun yang dimilikinya (dengan luas rata-rata 1 hektar). Pohon manggis yang dibudidayakan di Kabupaten Bogor ini sebagian besar merupakan warisan yang sudah berusia lebih dari 25 tahun dan budidayanya belum dilakukan secara intensif. Setiap petani rata-rata memiliki 100 pohon manggis produktif. Modal yang digunakan petani manggis yang menjadi anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor merupakan modal sendiri serta modal yang berasal dari pinjaman. Pinjaman modal diperoleh anggota dari unit usaha simpan pinjam yang dimiliki oleh KBU Al-Ihsan atau Bank. Dalam melakukan budidaya manggis, hanya 28% petani yang melaksanakannya sesuai dengan pedoman GAP. Para petani manggis tersebut juga belum dapat memaksimalkan potensi sumberdaya alam untuk menghasilkan bibit pohon manggis yang unggul dan bersertifikat.

Secara umum, peluang pengembangan kebun manggis di Kabupaten Bogor adalah seluas 1.238 hektar, tetapi pengembangan manggis secara luas membutuhkan teknologi dan biaya yang cukup tinggi. Hal tersebut dikarenakan kondisi kepemilikan kebun manggis yang terbatas serta kondisi sebagian lahan di Kabupaten Bogor yang rentan terhadap bahaya erosi dan pH tanah yang rendah sehingga memerlukan biaya tinggi untuk perbaikan pH tanah dan atau pembuatan teras. Potensi pengembangan area kebun manggis di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Tabel 10.

Dukungan sarana dan prasarana untuk bisnis manggis di Kabupaten Bogor pada umumnya cukup memadai. Dalam satu kecamatan terdapat paling

(20)

tidak satu pasar lokal untuk pemasaran buah manggis, pembelian pupuk dan sarana pra panen lainnya. Dukungan infrastruktur jalan bagi sarana transportasi di Kabupaten Bogor sebagian besar dalam kondisi rusak, tetapi masih dapat dilalui kendaraan roda empat. Sarana prapanen yang dimiliki oleh para petani manggis dan kelompoknya di Kabupaten Bogor di antaranya adalah traktor, cangkul, pompa, dan fogger / sprayer, sedangkan sarana panen dan pasca panen yang dimiliki petani pada umumnya adalah karung plastik, pikulan, keranjang bambu, galah pasca panen, timbangan dan box plastik.

Sarana dan prasarana bisnis manggis di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Tabel 11.

Tabel 10 Potensi pengembangan kebun manggis di Kabupaten Bogor No Kecamatan

Luas Wilayah

(hektar)

Potensi Hortikultura

(hektar)

Pengusahaan Lahan (hektar)

Peluang Pengembangan

(hektar)

1 Jasinga 13.733 6.931 100 50

2 Cigudeg 8.869 1.857 185 312

3 Sukajaya 10.997 5.176 9 220

4 Leuwiliang 6.645 2.200 338 200

5 Leuwisadeng 4.013 1.807 190 216

6 Nanggung 7.977 2.938 85 60

7 Sukamakmur 9.669 4.003 191 180

Jumlah 61.903 24.372 1.098 1.238

Sumber : Profil Manggis Kabupaten Bogor 2007

Tabel 11 Sarana dan rasarana bisnis manggis di Kabupaten Bogor

Kecamatan

Sarana Prapanen Sarana Panen

dan Pasca Panen Traktor

(unit)

Cangkul (unit)

Pompa (unit)

Sprayer (unit)

Box plastik

(unit)

Galah (unit)

Timbangan (unit)

Jasinga 6 260 - 9 20 4 2

Cigudeg 8 200 - 10 - - -

Sukajaya 3 200 - 20 - - -

Leuwiliang - 4.050 - 4 10 12 5

Leuwisadeng 3 2.450 2 4 20 4 2

Nanggung 1 200 - 3 - - -

Sukamakmur 6 340 2 54 - - -

Sumber : Profil Manggis Kabupaten Bogor 2007

(21)

2. KBU Al-Ihsan

Anggota KBU Al-Ihsan sebanyak 150 orang petani manggis, tetapi hanya 75 petani yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor yang digerakkan oleh KBU Al-Ihsan ini. Petani manggis yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis terbagi menjadi 7 kelompok yang tersebar di beberapa wilayah. Masing-masing kelompok terdiri dari 8 hingga 13 orang petani manggis yang diketuai oleh seorang penanggung jawab kelompok

Fasilitas yang dimiliki oleh KBU Al-Ihsan dalam menjalankan proses bisnis manggis adalah gudang penampungan buah manggis, gedung KBU Al-Ihsan yang dapat digunakan untu berbagai kegiatan (pelatihan, pertemuan, sortasi buah manggis, dll.), dan sarana pengangkutan yang disewa dari penyedia jasa angkutan. Gudang yang berada di dekat KBU Al-Ihsan dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan alat-alat panen, sprayer, box plastik, dan penampungan buah manggis.

Petani anggota KBU Al-Ihsan telah mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari PKBT IPB dalam teknologi pasca panen teknologi pengolahan buah manggis, tetapi teknologi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Para petani tersebut telah mencoba mengolah buah manggis yang tidak memenuhi standar kualitas ekspor menjadi produk olahan yang memiliki nilai tambah. Pengolahan yang dilakukan antara lain pembuatan jus manggis dan bubur manggis yang dapat diawetkan di dalam freezer hingga beberapa bulan lamanya untuk dimanfaatkan sarinya, tetapi kegiatan ini belum dilaksanakan secara berkesinambungan karena mutu hasilnya masih perlu diperbaiki agar dapat diterima oleh konsumen.

Sarana teknologi informasi juga belum diperhatikan secara serius oleh semua pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. Teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui harga dan permintaan buah manggis secara online dari waktu ke waktu belum dimiliki oleh semua pelaku yang terlibat dalam rantai pasok ini. Kelancaran arus informasi sebenarnya sangat dibutuhkan untuk menciptakan transparansi yang lebih baik antara pihak yang

(22)

terlibat dalam rantai buah pasok manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor.

KBU Al-Ihsan masih mengalami kesulitan untuk memberikan kemudahan dalam hal akses permodalan usaha manggis kepada petani manggis anggotanya. KBU Al-Ihsan harus mampu bersaing dengan para tengkulak yang memiliki kemampuan memberikan modal atau dana talangan pemasaran yang lebih besar. Para tengkulak tersebut memiliki kemampuan memberikan modal karena didukung pula oleh eksportir lain. Walaupun akses dana yang diberikan lebih besar, sistem pembayaran yang dilakukan oleh tengkulak dalam pemasaran manggis masih seringkali merugikan petani.

Modal yang berasal dari unit usaha simpan pinjam KBU Al-Ihsan merupakan dana yang diperoleh KBU Al-Ihsan dari kegiatan usaha, bantuan dari HPSP, dan dana talangan pemasaran manggis dari eksportir. Dana talangan menjadi hal yang utama untuk menjamin agar manggis yang dihasilkan oleh petani disalurkan kepada pihak KBU Al-Ihsan untuk dipasarkan ke PT Agung Mustika Selaras sebagai eksportir dalam rantai pasok buah manggis tersebut. Oleh karena itu, kesinambungan pasokan buah manggis dari petani juga tergantung kepada ketersediaan dana talangan ini.

Pada saat merintis rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor, HPSP merupakan salah satu pihak yang mendorong rantai pasok tersebut berkembang melalui bantuan proyek berupa sarana dan prasarana bisnis manggis serta permodalan. Melalui proyek peningkatan produksi manggis, HPSP menyalurkan bantuan senilai Rp500 juta. Pada masa yang akan datang, KBU Al-Ihsan akan mencoba menjajaki kerjasama dengan Bank Jabar atau Bank Bukopin untuk membantu akses permodalan bisnis manggis di Kabupaten Bogor.

3. Eksportir

PT. Agung Mustika Selaras merupakan eksportir yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor. Bidang usaha utama perusahaan yang didirikan pada tahun 1985 ini adalah penjualan manggis dari 12 propinsi di Indonesia. Semua buah manggis diekspor ke Cina dengan volume ekspor rata-rata 2000 ton per tahun.

(23)

PT. Agung Mustika Selaras memiliki bangunan seluas 2.000m2 dengan gudang penampungan buah manggis yang dilengkapi pendingin dengan suhu 11-13oC sehingga mampu menjaga kesegaran buah manggis yang akan diekspor. Pada saat ini, PT. Agung Mustika Selaras mempunyai 14 ruangan cold storage dengan kapasitas total 1.050-1.400 ton. Teknologi penanganan buah manggis untuk ekspor yang dimiliki oleh PT. Agung Mustika Selaras ini memegang peranan yang sangat penting untuk menjaga kualitas buah manggis.

Jumlah sumberdaya manusia yang terlibat kegiatan ekspor buah di PT. Agung Mustika Selaras mencapai sekitar 100 orang. Jumlah tersebut merupakan keseluruhan sumberdaya manusia yang bekerja di PT Agung Mustika Selaras untuk kegiatan ekspor buah dari Indonesia.

Gambar

Tabel 9 Standar kualitas buah manggis hasil sortasi dan grading  Kelas /
Gambar 7 Proses sortasi dan grading, serta pengemasan di gudang eksportir.
Gambar 9 Saluran pemasaran buah manggis di Kabupaten Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan masalah yang diteliti di atas mengenai “Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial Distress ”, maka unit penelitian yang digunakan dalam

Sistem keamanan pada paper ini akan mengganti kunci konvensional dengan teknologi smartcard-RFID untuk masuk kedalam rumah melalui pengenalan pola tanda tangan

Pada perhitungan faktor median, kendaraan yang diperhitungkan pada Jalan yang dilengkapi dengan median berbentuk ditinggikan, pagar, dan garis adalah kendaraan

Model yang dibuat terdiri dari model perhitungan kebutuhan bahan, model penugasan mesin, dan model penjadwalan untuk semua workstation yang ada, sedang pengujian

a. bagian atas atau penimbunan di kaki lcreng. b. Pembuatan ~)erm, dilakukan dengan cara memolong bagian puncak lereng menjadi berundak-undak, hal ini bertujuan untuk

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan (2020) bahwa virus corona telah mewabah di beberapa kecamatan yang ada di Kota Medan, salah satunya adalah Kecamatan Medan

Kecepatan dan ketepatan siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut memungkinkan lebih meningkat hasil belajarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan penggunaan

UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu, Kendari