• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGAMBARAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA DALAM LIRIK LAGU ”ANDAI AKU GAYUS TAMBUNAN” (Studi Semiotik Penggambaran Penegakan Hukum di Indonesia dalam Lirik Lagu ”Andai Aku Gayus Tambunan” Oleh Bona Paputungan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGAMBARAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA DALAM LIRIK LAGU ”ANDAI AKU GAYUS TAMBUNAN” (Studi Semiotik Penggambaran Penegakan Hukum di Indonesia dalam Lirik Lagu ”Andai Aku Gayus Tambunan” Oleh Bona Paputungan)."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

Oleh :

RIZKY PUTRI WINASTITI NPM. 0743010181

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

PENGGAMBARAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

DALAM LIRIK LAGU “ANDAI AKU GAYUS TAMBUNAN”

(Studi Semiotik Penggambaran Penegakan Hukum di Indonesia dalam Lirik

Lagu “Andai Aku Gayus Tambunan Oleh Bona Paputungan) Disusun Oleh :

RIZKY PUTRI WINASTITI NPM 0743010181

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(3)

LIRIK LAGU “ANDAI AKU GAYUS TAMBUNAN”

(Studi Semiotik Penggambaran Penegakan Hukum di Indonesia dalam Lirik Lagu “Andai Aku Gayus Tambunan Oleh Bona Paputungan)

Disusun Oleh :

RIZKY PUTRI WINASTITI 0743010181

Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian skripsi

Menyetujui

Pembimbing Utama

DR. Catur Suratnoaji, M.Si NPT. 3 6804 94 0028 1

Mengetahui DEKAN

(4)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan

karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “PENGGAMBARAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA DALAM LIRIK LAGU “ANDAI AKU GAYUS TAMBUNAN” (Studi Semiotik Penggambaran Penegakan Hukum di Indonesia Dalam Lirik Lagu “Andai Aku Gayus Tambunan” Oleh Bona Paputungan) dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Catur

Surotnoadji, M.si selaku Dosen Pembimbing utama yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis.

Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu moril,

spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi. Dekan Fisip UPN “Veteran” Jawa TImur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, Msi. Ketua Program Studi Studi Ilmu Komunikasi.

4. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi. Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi.

5. Bapak Dr. Catur Suratnoaji, Msi. Selaku Dosen Pembimbing yamg selalu

memberikan dukungan, saran dan kritik untuk penulis.

6. Seluruh Staff dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu

(5)

10.Teman seperjuangan Tya, Novi, Dian ”Koming”, Mbak Cherry, Agnes

makasih atas saran dan memberikan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak memiliki

kekurangan. Penulis berharap kritik dan saran yang membangun agar Skripsi ini

dapat menjadi lebih baik.

Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi teman-teman Jurusan Ilmu

Komunikasi dan semua mahasiswa yang melakukan penelitian serta bagi penulis

khususnya.

Terima kasih

Surabaya, Mei 2011

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN MENGIKUTI UJIAN SKRIPSI... ii

HALAMAN PERSETUJUAN MENGIKUTI UIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAKSI... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 13

1.3. Tujuan Penelitian ... 13

1.4. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 14

2.1.1. Penegakan Hukum di Indonesia ... 14

2.1.2. Gayus Lumpuhkan Naluri Kepolisian ... 19

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional ... 30

3.1.1. Penggambaran Penegakan Hukum di Indonesia dalam Lirik lagu ”Andai Aku Gayus Tambunan”... 30

3.2. Unit Analisis dan Corpus ... 31

3.2.1. Unit Analisis ... 31

3.2.2. Corpus ... 31

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.2.4. Metode Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek ... 38

4.2. Lirik Lagu ”Andai Aku Gayus Tambunan” Menurut Teori Tanda Saussure... 40

4.3. Penyajian dan Pemaknaan Data... 41

4.3.1. Penyajian Data ... 41

4.3.2. Pemaknaan Lirik Lagu ”Andai Aku Gayus Tambunan” ... 44

(8)

4.4.1. Hukum Digambarkan Sebagai ”Barang Dagangan” .... 69

4.4.2. Penegakan Hukum di Indonesia... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 76

5.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(9)
(10)

ABSTRAKSI

Rizky Putri Winastiti, Penggambaran Penegakan Hukum Di Indonesia Dalam Lirik Lagu ”Andai Aku Gayus Tambunan” (Studi Semiotik Penggambaran Penegakan Hukum di Indonesia dalam Lirik Lagu ”Andai Aku Gayus Tambunan” Oleh Bona Paputungan).

Musik merupakan satu kata yang amat menarik untuk diperbincangkan, diperdebatkan dan diamati. Musik dalam hal ini telah menjadi fenomena, tidak bisa dipisahkan dari lingkar hidup manusia. Fenomena kebrobokan terhadap penegakan hukum di Indonesia membuat Bona Paputungan untuk membuat judul lagu ”Andai Aku gayus Tambunan”. Syair lagu ini merupakan salah satu kritik sosial. Betapa tidak adilnya perlakuan hukum di negeri ini digambarkan dua sosok yang kontras. Satunya bisa melenggang ke luar tahanan karena bisa menyuap aparat. Satunya lagi tidak bisa banyak berbuat karena tidak memiliki uang. Alasan peneliti memilih Bona Paputungan adalah karena kiprah maestro mafia pajak Gayus Tambunan yang telah menginjak-injak hukum Indonesia menginspirasi Bona Paputungan. Bona pun lantas menciptakan sebuah lagu khusus untuk Gayus. Lagu yang berjudul “Andai Aku Gayus Tambunan” tersebut di posting di situs Youtube, Jumat 14 Januari 2011.

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode Semiotik Saussure yaitu, dengan menghubungkan antara Signifier dan Signified dalam lirik lagu tersebut sehingga dapat diperoleh interprestasi data yang benar-benar berkualitas. Penggambaran penegakan hukum di Indonesia dalam lirik lagu “Andai Aku Gayus Tambunan” adalah untuk mengetahui bagaimana penggambaran penegakan hukum di Indonesia dalam lirik lagu. Sebagian orang memandang kritik tentang penegakan hukum di Indonesia sebagai suatu realitas yang wajar, namun tidak semua orang memiliki pemaknaan yang sama terhadap suatu realitas. Hal ini bersifat subyektif, tergantung dari latar belakang individu yang memaknainya.

Hasil ini menunjukkan bahwa Melalui larik kedua lirik lagu “Andai Aku Gayus Tambunan”, Hukum di Indonesia digambarkan seperti barang dagangan. Para aparat hukum memperjual-belikan hukum, karena memang sistem hukum di Indonesia sudah sedemikian korup. Hukum dapat dibeli dengan uang lalu masyarakat kecil yang tidak memiliki apapun harus menerima dengan pasrah situasi yang mendera mereka. Aparat hukum, baik polisi, jaksa, dan hakim, hanya berorientasi pada uang. Bukan menegakkan keadilan. Siapa yang kuat membayar, merekalah yang akan menang. Hukum sudah seperti barang dagangan yang diperjual-belikan oleh para polisi, jaksa, dan hakim. Biasanya, para pengacara yang akan jadi perantara antara terdakwa dengan para aparat hukum tersebut.

(11)

1.1. Latar Belakang Masalah

Musik merupakan satu kata yang amat menarik untuk diperbincangkan,

diperdebatkan dan diamati. Musik dalam hal ini telah menjadi fenomena, tidak

bisa dipisahkan dari lingkar hidup manusia. Musik bukan sekedar sebagai sarana

hiburan atau rekreasi, musik harus dipandang serta dipahami sebagai bagian

inheren dari proses perkembangan manusia atau masyarakat. Musik seringkali

dipakai saebagai alat upacara atau ceremony, pengungkapan perasaan, bahkan alat

politik. Dengan kata lain, keberadaan fungsi alat musik tidak bisa dilepaskan dari

konteks sosial dan politik dimana alat musik itu berasal.

Keberadaan musik senantiasa hadir dimanapun manusia berada. Hal ini

disebabkan karena musik disampaikan melalui berbagai macam media

komunikasi elektronik, misalnya radio, televisi, tape recorder, compact disc,

internet ataupun sarana yang lain seperti pada saat pagelaran, konser musik,

pertunjukkan, yang diiringi musik. Salah satu hal penting dalam sebuah musik

adalah keberadaan liriknya, karena melaui lirik lagu, pencipta lagu ingin

menyampaikan pesan yang merupakan pengekspresian dirinya terhadap

fenomena-fenomena yang terjadi di dunia sekitar, dimana dia berinteraksi di

dalamnya.

Dalam sebuah lagu selain kekuatan musik, unsur lirik yang dinyayikan

(12)

2

dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial

yang beredar dalam masyarakat. Lirik lagu dapat memilihnya bisa memiliki nilai

yang sama dengan ribuan kata atau peristiwa, juga secara individu mampu

memikat perhatian. Lirik lagu dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi dan

pelestarian terhadap sikap atau nilai.

Penegakan Hukum di Indonesia mempunyai gambaran yang ideal yaitu

mensyaratkan satu kondisi lain yang tidak bisa diabaikan, yakni dijalankannya

pembangunan hukum, terutama dalam aspek penegakan hukum (law enforcement)

yang menjadi dambaan masyarakat Indonesia. Ironisnya, fakta menunjukkan

potret penegakan hukum di tanah air condong dijalankan secara sendiri-sendiri

oleh setiap lembaga penegak hukum. Ada kesan, tidak ada koordinasi,

keterpaduan, dan kesamaan persepsi di antara aparat penegak hukum dalam

menyelesaikan persoalan-persoalan hukum. Bergandengan erat dengan itu,

perangkat perundang-undangan yang ada sudah sangat banyak dibuat, bahkan

secara substantif cenderung tumpang tindih antara satu peraturan dan

peraturan-peraturan lainnya.

(http://haripom.multiply.com/journal/item/16)

Sampai sejauh ini, penegakan hukum di Indonesia tergolong masih sangat

lemah. Hukum seringkali dipermainkan dan dicari celah-celah kelemahannya serta

dengan mudahnya untuk merubah suatu tatanan yang sudah di atur oleh

Pemerintah Pusat sehingga Negara ini dianggap seperti main ludruk/sandiwara.

Penegakan hukum yang baik mesti mampu memberikan dampak signifikan

(13)

pelanggaran, dan penyalahgunaan hukum di semua institusi baik di sipil maupun

di militer dapat dengan mudah dieliminasi. Oleh Karena itu, penegakan hukum

tidak boleh dijalankan secara parsial, melainkan secara menyeluruh, terpadu,

transparan, berkeadilan tanpa pandang bulu, dan bisa dipertanggungjawabkan.

Ada lagi petugas penegak hukum diluar kepolisian. seperti aparat kejaksaan,

selaku penyidik dalam tindak pidana korupsi. Belakangan, ada Komisi

Pemberantasan Korupsi yang berwenang menyidik kasus korupsi. Terakhir ada

lagi yang namanya Timtas Tipikor (Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi)

yang berfungsi penyidik, juga khusus untuk kasus korupsi.

(http://haripom.multiply.com/journal/item/16)

Setiap lembaga penegak hukum terkesan berjalan sendiri-sendiri,

bertumpang tindih wewenang, dan bahkan cenderung saling menyalahkan bila

terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Tak ayal, akibat dari semua itu, banyak

kasus korupsi yang menggantung, tidak terselesaikan dengan baik, atau bahkan

menguap begitu saja. Tragisnya, realitas justru berbicara lain. Dalam menangani

satu kasus korupsi, misalnya, yang namanya penyidik pegawai negeri sipil

(PPNS), Kepolisian Militer, Polri, kejaksaan, dan KPK bisa menyelidiki satu

kasus korupsi yang sama.

(http://haripom.multiply.com/journal/item/16)

Dilihat dari fenomena yang ada saat ini keseriusan aparat pun

dipertanyakan dalam memproses hukum orang-orang yang terlibat. Kebenaran

dan keadilan pun dipertanyakan dalam memproses hukum orang-orang terlibat.

(14)

4

hukum dibuat untuk menciptakan keteraturan dalam lingkungan sosial. Aturan

mencakup semua aspek kehidupan berdasarkan norma, etika, adat, dan pandangan

logis. Kenyataan di lapangan aparat penegak hukum seperti polisi, jaksa, hakim,

dan pengacara sering main mata. Keberadaan pengadilan hanya formalitas untuk

legalitas vonis yang sudah tidak murni lagi. Jatuhnya vonis pengadilan bisa diatur

sesuai imbalan yang berikan. Jangan heran bila banyak terdakwa yang terlibat

kasus kakap mendapat vonis ringan bahkan bebas. Hukum berlaku tegas, keras,

dan memaksa kepada masyarakat lemah yang buta hukum. Jauh dari itu aparat

sering menindas masyarakat dengan memanfaatkan faktor kebutaan pengetahuan

tentang hukum. Berbanding 180 derajat hukum melempem menghadapi orang

dengan kekuatan kekuasaan dan financial besar. Patokan palu hakim terdengar

manis bagi pembeli keputusan dan terdengar pahit bagi pencari kebenaran hakiki.

Karena itu, masyarakat sangat phobia berhubungan dengan hukum.

(http://kampus.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/12/24/95/287881/95/palu

-hakim-untuk-siapa)

Mereka menganggap mengurus suatu perkara sama dengan buang-buang

uang, tenaga, waktu, dan membuka pintu penjara sendiri. Palu meja hijau selalu

bermata hijau kepada limpahan uang sehingga uang adalah raja dan keadilan

keberpihakan kepada uang. Kerjasama antara polisi, jaksa, hakim dan pengacara

dalam bersandiwara di pengadilan sudah berlangsung lama. Mereka hidup disana,

mereka membawa nama besar institusi penegak hukum, dan mereka pula yang

mencoreng-coreng muka sistem peradilan. Imange kotor ini karena aparat tunduk

(15)

diabaikan. Keadilan telah bermetafosa menjadi barang langka dengan melawan

common sense (proses politik yang dipenuhi dengan hal-hal yang logis dan bisa dinalar secara sedehana oleh “subjek sadar” secara luas dan umum). Pengadilan

bahkan lebih banyak mengorbankan kebaikan dan fakta kebenaran, meringankan

timbangan kesalahan dan menghilangkan merupakan perilaku tercela yang

merendahkan martabat pengadilan.

(http://kampus.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/12/24/95/287881/95/palu

-hakim-untuk-siapa)

Hingga minggu ini masalah suap menyuap masih menjadi deretan pertama

dari perbincangan banyak kalangan. Sangatlah wajar jika ini terjadi, karena

sampai detik ini, tak satupun aktor intlektual yang sedang "bermain" dalam kasus

ini tersentuh oleh hukum. Bahkan kalau boleh dibilang, mereka sudah semakin

piawai dalam memainkan perannya. Meski banyak sosok sengaja di jadikan

tumbal dalam kasus ini.Banyak kasus sudah bergulir ke permukaan. Media juga

tak henti hentinya mem-blowup kasus suap menyuap yang makin hari makin

marak. Yang lebih dahsyat lagi, para pejabat negara juga sudah tidak malu lagi

menerima atau memberi suap meskipun terselubung. Bahkan jika ada rekannya

yang tertangkap mereka cenderung mengatakan bahwa pejabat tersebut apes.

Sepertinya budaya malu di negeri ini sudah tidak ada lagi.

(http://cybertech.cbn.net.id/cbprtl/Cybernews/detail.aspxx=Hot+Topic&y=Cybern

ews|0|0|12|283)

Dengan adanya reaksi yang seperti ini, tentulah pemberantasan korupsi

(16)

6

banyak pejabat yang menganggap suap sebagai hal biasa dalam kehidupan

mereka. Bahkan mungkin boleh dibilang seperti sudah menjadi bagian dari gaya

hidup mereka.Yang pasti, tertangkapnya Gayus Tambunan yang sempat

menghilang beberapa minggu itu tentulah menguak tabir betapa bobroknya

perangkat pemerintahan. Tak hanya dari aparat pemerintahan, penegak hukumpun

terlibat dalam kasus ini. Dan tentulah semua orang juga meyakini bahwa Gayus

tidak sendiri tapi banyak oknum yang juga terlibat di dalamnya. Bahkan orang

yang selama ini paling vokal dalam mengungkap kasus suap ini, mantan

Kabareskrim Komjen Susno Duadji, dengan lantan mengatakan bahwa mereka

yang telah ditangkap dalam kasus suap ini bukanlah sutradara. Tapi mereka

adalah pemain yang memang sengaja dipasang untuk memainkan arahan dari sang

sutradara.

(http://cybertech.cbn.net.id/cbprtl/Cybernews/detail.aspx?x=Hot+Topic&y=Cyber

news|0|0|12|283)

Bisa jadi apa yang dikatakan Susno ini benar. Melihat begitu

mengakarnya kasus ini hingga bertahun tahun, boleh dipastikan hampir semua

line telah terkena "virus" ini. Karena sudah begitu banyak oknum yang terlibat

dalam kasus ini, pastilah mereka mengamankan posisi mereka

masing-masing.Bahkan dari kalangan Peneliti Hukum Indonesia Corruption Watch Febri

Diansya, seperti yang diutarakan di salah satu media Indonesia menyebutkan

bahwa karakter kejahatan Gayus ini sangat terorganisasi dengan baik, sehingga

sudah bisa di pastikan dia tidak bekerja sendiri dalam melakukannya. Karena

(17)

untuk bisa memberantas sampai ke akar akarnya. Tidak cukup hanya di penjara

atau kewajiban mengembalikan hasil korupsinya. Tapi ketegasan untuk memberi

efek jerah, tak hanya bagi pelaku, tapi juga bagi mereka yang ingin coba coba

untuk melakukan kejahatan model ini. Yang pasti kasus suap ini harus di

tuntaskan secara serius.

(http://cybertech.cbn.net.id/cbprtl/Cybernews/detail.aspx?x=Hot+Topic&y=Cyber

news|0|0|12|283)

Rumah tahanan ternyata hanya sekadar alat untuk menyempurnakan

sandiwara hukum. Gedung pengisolasian tersangka atau terdakwa itu sebenarnya

bak gedung tanpa pintu, semua bisa keluar masuk, asal ada duit.Gayus Halomoan

Partahanan Tambunan kembali membuka borok penegak hukum di Indonesia.

Setelah membuka borok mengenai mafia perpajakan, mantan pegawai Direktorat

Perpajakan itu kemudian membuka aib mengenai adanya suap menyuap dengan

petugas hukum dalam hal penyelesaian perkara di pengadilan. Kini, dia kembali

membuka borok mengenai adanya suap-menyuap kepada petugas penjaga rumah

tahanan (Rutan) agar bisa keluar masuk dari rutan tanpa alasan yang diizinkan

hukum.

(http://beritaindonesia.co.id/hukum/rutan-tanpa-pintu)

Bukanlah hal yang luar biasa jika ada berita seperti terdakwa mafia pajak

Gayus Tambunan bisa bebas keluar masuk tahanan dengan menyuap aparat

penegak hukum. Yang luar biasa adalah bilamana tidak ada tahanan yang berani

keluar masuk penjara karena aparat menjaga ketat dan tidak doyan duit ‘haram’.

(18)

8

bisa bebas keluar masuk penjara seenaknya. Meski kasus ini terjadi berkali-kali

dan sudah menjadi rahasia umum, namun tidak terlihat ada upaya preventif dari

pemerintah yang berkuasa untuk melakukan perbaikan. Mestinya, setiap penjara

dilakukan inspeksi mendadak secara rutin.

(http://jakartapress.com/www.php/news/id/16639/Kasus-Gayus-Kekonyolan-Aparat-Hukum.jp)

Seperti publik dibuat kaget dadakan, terpidana Gayus Tambunan

diberitakan keluar rumah tahanan (Rutan) Mako Brimob Kelapa Dua dan diduga

pergi ke Bali nonton turnamen tennis intrernasional. Selama menjalani penahanan,

Oknum pegawai Ditjen pajak ini tercatat 68 kali meninggalkan selnya di Rutan

Brimob. Kabarnya, Gayus menyogok Rp790 juta kepada Kepala Rutan Brimob

Kopol Iwan Siswanto dan delapan penjaga Rutan, untuk bias melenggang bebas

keluar tahanan. Terlebih lagi, pada Jumat (5 /11/2010) lalu, Gayus diduga

‘pelesir’ Bali menonton turnamen tenis internasional. Dugaan tersebut muncul

setelah foto penonton tennis 99 persen ‘mirip’ Gayus beredar di media massa.

(http://jakartapress.com/www.php/news/id/16639/Kasus-Gayus-Kekonyolan-Aparat-Hukum.jp)

Gejala yang sama tidak hanya terjadi di lingkungan kepolisian, melainkan

juga merasuk di jajaran kejaksaan. Pengakuan Gayus bahwa ia telah memberikan

uang US$ 500.000 kepada petinggi di lingkungan Kejaksaan Agung seperti tidak

(19)

Seharusnya keterangan itu dijadikan sebagai modal dasar untuk membongkar

praktek mafia hukum di kejaksaan.

(http://www.bunyu-online.com/2011/01/gayus-dkk-telah-membeli-kebobrokan.html)

Fenomena kebrobokan terhadap penegakan hukum di Indonesia membuat

Bona Paputungan untuk membuat judul lagu ”Andai Aku gayus Tambunan”.

Syair lagu ini merupakan salah satu kritik sosial. Betapa tidak adilnya perlakuan

hukum di negeri ini digambarkan dua sosok yang kontras. Satunya bisa

melenggang ke luar tahanan karena bisa menyuap aparat. Satunya lagi tidak bisa

banyak berbuat karena tidak memiliki uang.

Upaya menyampaikan kritik terhadap sistem penegakan hukum di

Indonesia ini secara otomatis memerlukan media dalam sosialisasinya seperti

dalam tulisan, diskusi, atau symposium, film, dan salah satu media yang

digunakan untuk mempresentasikan gagasan atau pesan tentang sistem penegakan

hukum di Indonesia ini adalah melalui musik atau lagu.

Lirik lagu sebagaimana bahasa, dapat menjadi sarana atau media

komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat.

Lirik lagu dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi dan kelestarian terhadap

siakp atau nilai. Oleh karena itu ketika sebuah lirik lagu mulai diaransir dan

diperdengarkan kepada khalayak, juga mempunyai tanggung jawab besar atas

tersebar luasnya sebuah keyakinan, nilai-nilai atau bahkan prasangka tertentu.

Suatu lirik dapat menggambarkan realitas sosial yang menggambarkan kritik

(20)

10

Bagi James Lull (1998, 93-94), musik merupakan sebuah domain budaya

pop dimana kita dapat dengan mudah menemukan banyak contoh konkret tentang

bagaimana kekuasaan budaya dijalankan.

Musik juga memainkan peran dalam evolusi manusia, dibalik dan tindakan

manusia terdapat pikiran dan perkembangan diri dipengaruhi oleh musik.

Pemakaian bahasa pada sebuah karya seni berbeda dengan penggunaan bahasa

sehari-hari atau dalam kegiatan lain. Musik berkaitan erat dengan setting sosial

terhadap masyarakat tempat dia berada, sehingga mengandung makna yang

tersembunyi dan berbeda didalamnya.Realitas–realitas yang bertentangan dengan

nilai-nilai ideal tersebut, kemudian dicoba untuk diangkat oleh Bona Paputungan

dalam lirik lagunya.

Dalam lirik lagu “Andai Aku Gayus Tambunan” yang di populerkan oleh

Bona Paputungan ini menceritakan sebagian dari para pejabat pemerintah yang

sering dinilai melakukan penyimpangan-penyimpangan dan bertindak demi

kepentingan pribadi semata sebagai oknum yang berkuasa di negeri ini.

Karena itu dalam penelitian ini peneliti menaruh perhatian pada masalah

sosial, khususnya sesuatu yang berkenaan dengan sistem penegakan hukum di

Indonesia yang digambarkan oleh Bona Paputungan. Alasan peneliti memilih

Bona Paputungan adalah karena kiprah maestro mafia pajak Gayus Tambunan

yang telah menginjak-injak hukum Indonesia menginspirasi Bona Paputungan.

Bona pun lantas menciptakan sebuah lagu khusus untuk Gayus. Lagu yang

berjudul “Andai Aku Gayus Tambunan” tersebut di posting di situs Youtube,

(21)

Sejak itu, video sudah di upload berulang-ulang dan video aslinya sudah

dilihat 63.816 orang saat postingan ini dibuat. Video yang diunggah oleh akun

234mure ini berhasil meraih 26.120 klikers per Minggu (16/1/2011) dengan durasi

4:47 menit. Kekuatan lagu "Andai Aku Gayus Tambunan" ini jelas terletak pada

syair lagunya. Lagu yang cukup kontekstual dan membumi menjadi bagian kritik

sosial aktual.

(file://localhost/G:/DOWNLOAD%204/kritik-sosial-ala-bona paputungan.html)

Kini, lagu tersebut sudah banyak tersebar melalui telepon seluler (ponsel).

Bahkan, ada juga yang bangga memakai lagu tersebut sebagai nada dering di

ponselnya. Ia kemudian membuat video klip unik ini. Lagu ciptaannya itu juga

tengah hangat dibahas lewat situs-situs jejaring sosial, seperti Facebook dan

Twitter. Para pengguna akun jejaring pertemanan ini ramai-ramai menge-share

lagu "Andai Aku Gayus

Tambunan"(file://localhost/G:/DOWNLOAD%204/Gara-gara%20Lagu%20Gayus,%20Bona%20Paputungan%20Mendadak%20Tenar.htm

Jalur dunia maya memang saat ini menjanjikan sebagai jalur cepat untuk

mempopulerkan diri. Hal ini seperti yang tertangkap dengan jenaka oleh si

palantun sekaligus pencipta lagu ” Andai Aku Gayus Tambunan “. Sejak karyanya

beredar di internet ia pun sontak menjadi popular. Tak ada salahnya memang apa

yang menginspirasi beliau menciptakan lagu tersebut adalah sosok Gayus

Tambunan. Mungkin sang penyair saat itu sedang menyuarakan kecemburuannya

pada sang koruptor, karena ia pernah merasakan susahnya hidup dibalik terali

besi. Namun bagi sebagian besar masyarakat seakan terwakili opini mereka lewat

(22)

12

nakal menyentil para penegak hukum memang bisa membuat kuping panas bagi

mereka. Mereka yang sacara langsung maupun tak langsung menjadi bagian

institusi hukum. Lagu tersebut layak diberikan apresiasi karena lahir dari

ketidakpuasan masyarakat atas bobroknya penegakan hukum saat ini.

Lagu yang sangat ” easy listening ” ini begitu merebak secepat tumbuhnya

cendawan di musim penghujan. Begitu cepat tersebar dan menjadikan sang

penciptanya menjadi selebritas mendadak. Mengangkat peristiwa korupsi

terpopuler di masyarakat dan memadukannya dengan media internet yang begitu

mudah diakses sebagai publikasinya. Berlimpahnya oknum koruptor di negeri ini

mempunyai stok inspirator yang cukup banyak untuk menggali ide-ide. Dengan

mengutak-atik , corat coret dan menuangkan dalam sebuah syair, lagu, pantun,

puisi, atau sebuah film dan unggah melalui media internet.

(file://localhost/G:/DOWNLOAD%204/Hits%20lagu%20”%20Andai%20aku%20

Gayus%20Tambunan”.html)

Dari beberapa fenomena yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk

mengkaji lirik lagu “ Andai Aku Gayus Tambunan” yang dibawakan oleh Bona

Paputungan terhadap berbagai permasalahan yang sedang terjadi dalam

pemerintahan saat ini sehingga dapat mengetahui makna yang disampaikan dalam

lirik lagu tersebut. Dalam mengungkapkan bentuk komunikasi yang diungkapkan

oleh Bona Paputungan, peneliti menggunakan metode semiotik Saussure untuk

mengetahui makna pesan yang terdapat dalam lirik lagu “Andai Aku Gayus

(23)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang di uraikan di atas, maka yang

menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimanakah penggambaran penegakan hukum di Indonesia dalam lirik lagu

“Andai Aku Gayus Tambunan” oleh Bona Paputungan.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui penggambaran penegakan hukum di Indonesia

berdasarkan lirik lagu “Andai Aku Gayus Tambunan” oleh Bona Paputungan.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis, yaitu menambah literatur penelitian kualitatif Ilmu

Komunikasi, khususnya mengenai analisis studi semiotik.

2. Kegunaan Praktis, yaitu untuk membantu pendengar musik dalam

memahami makna tanda yang menggambarkan penegakan hukum di

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Penegakan Hukum di Indonesia

Secara konsepsional, inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan

menyerasiakan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah

yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran

nialai tahap akhir, untuk menciptakan memelihara dan mempertahankan

kedamaian pergaulan hidup (Surjono Sukanto (1983:2) dalam Bambang Sutiyoso,

2010:16)

Pola penegakan hukum dipengaruhi oleh tingkat perkembangan

masyarakat, tempat hukum tersebut berlaku atau diberlakukan. Dalam masyarakat

sederhana, pola penegakan hukumnya dilaksanakan melalui prosedur dan

mekanisme yang sederhana pula. Namun dalam masyarakat modern yang bersifat

rasional dan memiliki tingkat spesialisasi dan diferensiasi yang begitu tinggi,

pengorganisasian penegak hukumnya menjadi begitu kompleks dan sangat

birokratis. Semakin modern suatu masyarakat, maka akan semakin kompleks dan

semakin birokratis proses penegakan hukumnya. Sebagai akibatnya, yang

memegang peranan penting dalam proses penegakan hukum bukan hanya manusia

yang menjadi aparat penegak hukum, namun juga organisasi yang mengatur dan

mengelola operasionalisasi proses penegakan hukum. (Bambang Sutiyoso,

(25)

Penegakan hukum selalu melibatkan manusia didalamnya dan melibatkan

juga tingkah laku manusia. Hukum tidak dapat tegak dengan sendirinya, artinya

hukum tidak mampu mewujudkan sendiri janji-janji serta kehendak-kehendak

yang tercantum dalam (peraturan-peraturan) hukum. Janji dan kehendak tersebut,

misalnya untuk memberikan perlindungan kepada seseorang, mengenakan pidana

terhadap seorang yang memenuhi persyaratan tertentu.(Satjipto Rahardjo,2009:7).

Kita tidak dapat menutup mata terhadap kenyataan para penegak hukum,

sebagai kategori manusia dan bukan sebagai jabatan, akan cenderung memberikan

penafsiran sendiri terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan sesuai dengan

tingkat dan jenis pendidikan, kepribadian dan masih banyak faktor lain. Oleh

karena itu, menjadi tidak aneh apabila orang mengatakan bagaimana hukum

dijalankan sehari-hari merupakan satu mitos dan mitos itu setiap hari dibuktikan

kebohongannya (Chambliss & Seidman (1971:3) )

Untuk mewujudkan hukum dan sebagai ide-ide ternyata dibutuhkan suatu

oragnisasi yang cukup kompleks. Negara yang harus campur tangan dalam

perwujudan hukum yang abstrak ternyata harus mengadakan berbagai macam

badan untuk keperluan tersebut. Kita tidak mengenal adanya Jawatan Hukum atau

Kantor Hukum, melainkan: Pengadilan, Kejaksaan, Kepolisian, Pemasyarakatan

dan juga Badan Peraturan Perundang-undangan. Badan-badan yang tampak

sebagai organisasi yang berdiri sendiri-sendiri tersebut pada hakekatnya

mengemban tugas yang sama, yaitu mewujudkan hukum atau menegakkan hukum

dalam masyarakat. Dapat dikatakan tanpa organisasi-oragnisasi terssebut, hukum

(26)

16

tentunya dalam rangka membicarakan penegakan hukum, tidak dapat dilewatkan

pembicaraan mengenai segi keorganisasian tersebut. Tujuan-tujuan hukum hanya

dapat diwujudkan melalui pengorganisasian yang kompleks pula. Untuk

mewujudkan tujuan hukum diperlukan berbagai organisasi, sekalipun pada

hakekatnya bertugas untuk mengantarakan orang kepada tujuan-tujuan hukum,

namun masing-masing tetap berdiri sendiri-sendiri sebagai badan yang bersifat

otonom. (Satjipto Rahardjo, 2009:14)

Pada hakekatnya hukum mengandung ide atau konsep-konsep yang dapat

digolongkan sebagai sesuatu yang abstrak. Ke dalam kelompok abstrak termasuk

ide tentang keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial. (Radburch

(1961:36) )

Membicarakan hukum dalam konteks organisasi membuka pintu bagi

pengkajian tentang bagaimana lembaga hukum yang diserahi tugas untuk

mewujudkan dan menegakkan hukum itu bekerja. Bagaimanapun juga badan

tersebut menjalani kehidupannya sendiri. Kehidupannya sendiri yang dimaksud

kehidupan sebagai lembaga atau organisasi tersebut. Kehadiran lembaga-lembaga

hukum tersebut adalah untuk mewujudkan sesuatu yang abstrak menjadi

kenyataan, namun lembaga-lembaga itu sendiri diikat oleh kehidupan

kelembgaan. Dalam keadaan tersebut, maka alih-alih menegakkan hukum,

lembaga tersebut sibuk sendiri untuk mengatasi masalah-masalah yang

menyangkut bekerjanya suatu lembaga (Satjipto Rahardjo, 2009:18)

(27)

negara-negara lain di dunia ini. Penegakan dan penerapan hukum yang

berkenaaan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi disebut-sebut juga sudah

semakin parah, sudah sampai titik nadir. Banyak kasus menunjukkan bahwa saat

ini korupsi dan suap menyuap juga menimpa para penegak hukum itu sendiri,

seperti korupsi di kalangan advokat, polisi, kejaksaan, dan hakim-hakim di

pengadilan di berbagai tingkatannya, sehinggga apa yang namanya “mafia

peradilan” sebenarnya memang benar-benar ada dalam kenyataan. (Munir Fuady,

2010:172)

Andi Hamzah (2005:6) dalam Munir Fuady (2010:172) melukiskan

dengan jelas bagaimana parahnya wabah korupsi di Indonesia, jika dibandingkan

dengan apa yang terjadi di negara-negara tetangga, dengan menyatakan sebagai

berikut:

“Jika komisi pemberantasan korupsi di Australia dan Singapura berfungsi sebagai pengisap debu (vacuum

cleaner), di Malaysia dan Hongkong sebagai sapu

ijuk dalam rumah, di Thailand sebagai sapu lidi di pekarangan, maka di Indonesia diperlukan bulldozer

karena korupsinya sudah menggunung”.

Bahwa bobroknya penerapan hukum di Indonesia juga tidak terlepas

adanya bias dalam pembentukan hukum itu sendiri, sehinnga hukum yang

dihasilkannya tidak dapat diwujudkan dalam praktik. Seperti telah disebutkan

bahwa hukum (law) tidak dapat dipisahkan dengan kekuasaan (power), sehingga baik dalam pembentukan hukum maupun dalam penegakan hukum, senebarnya

tidak dapat dihindari dari proses tawar menawar politik. Akan tetapi, apa yang

(28)

18

proses pembuatan dan penerapan hukum. Sehingga konsekuensinya adalah kaidah

hukum tidak pernah dapat dirumuskan secara baik dan pelaksanaanya juga tidak

pernah dirumuskan secara baik dan pelaksanaanya juga tidak pernah benar.

Mestinya kekuasan tersebut dikontrol oleh hukum bukan sebaliknya. (Munir

Fuady, 2010: 179)

Kemudian Lili Rasjidi (1982:52) dalam Munir Fuady (2010:179)

menyatakan sebagai berikut:

“ Unsur pemegang kekuasaan merupakan faktor yang penting dalam hal digunakannya kekuasaan yang dimilikinya itu sesuai dengan kehendak masyarakat. Karena itu, disamping keharusan daya hukum sebagai alat pembatas, juga pemegang kekuasaan ini diperlukan syarat-syarat lainnya, seperti memilki watak yang jujur dan rasa pengabdian terhadap kepentingan masyarakat. Kesadaran hukum yang tinggi dari masyarakat juga merupakan pembatas yang ampuh bagi pemegang kekuasaan”.

Sebenarnya, Indonesia dapat dimasukkan sebagai negara paling aneh di

dunia, karena sebagai negara yang termasuk paling korup di dunia, justru paling

sedikit koruptor yang berhasil dijebloskan ke balik tirai penjara law enforcement

kita. Salah satu penyebab sulitnya diberantas di Indonesia adalah karena berbagai

putusan hakim yang mengadili berbagai kasus korupsi sudah terasing dari rasa

keadilan yang hidup di dalam masyarakatnya. Fenomena yang mencuat di dalam

law enforcement kita di Indonesia adalah kepenjaraan di dalam paradigma

legalistik, formalistik, dan prosedural belaka. (Achmad Ali, 2005:8)

Satjipto Rahardjo dalam Achmad Ali (2005:6) mengatakan sebagai

(29)

“ Sudah waktunya bangsa Indonesia mencanangkan bahaya korupsi sebagai keadaan darurat. Karena keadaan darurat, maka juga mesti ditangani dengan cara berpikir darurat, cara bertindak darurat, dan dengan petinggi hukum yang mampu melakukan terobosan yang bersifat darurat ”.

Semakin rendahnya tingkat kepercayaan warga masyarakat terhadap

hukum dan penegakan hukum, disebabkan warga secara kasat mata menyaksikan

dan mengetahui sendiri betapa “sandiwara hukum” dan lebih khusus lagi

“sandiwara peradilan” masih terus berlangsung. Sosok-sosok penegakan hukum

yang kini masih bergentayangan masihlah sosok lama dengan paradigma lama,

tetapi dengan “kemasan baru”. Konkretnya, “sosok-sosok sapu kotor” di

lingkungan penegakan hukum masih eksis dan semakin hari semakin

memperkokoh posisinya. (Achmad Ali, 2005:36)

2.1.2. Gayus Lumpuhkan Naluri Kepolisian

Gayus Halomoan Tambunan luar biasa saktinya. Pegawai golongan III

Direktorat Jenderal Pajak yang memiliki kekayaan lebih dari Rp100 miliar itu

adalah jawara suap-menyuap.

Dia menyuap hampir semua otoritas penegak keadilan untuk

membebaskannya dari jerat hukum. Di tahanan, dia melumpuhkan polisi dengan

kelihaian suapnya. Dia mengerti betul watak polisi yang mudah teler karena uang.

Gayus kembali menampar wajah penegakan hukum, terutama kepolisian,

dengan ulah terbarunya. Dengan kemampuan uangnya, Gayus mampu membeli

(30)

20

sembilan anggota polisi yang menjaganya menjadi tersangka, termasuk Kepala

Rumah Tahanan Mako Brimob Kelapa Dua Depok Komisaris Iwan Siswanto.

Gayus bahkan memperlihatkan kelasnya sebagai raja suap dengan

menonton pertandingan tenis internasional di Bali, dengan penyamaran seadanya.

Polisi seperti gagap untuk menjelaskan apakah Gayus benar berada di Bali sesuai

dengan foto yang direkam wartawan. Ketika polisi masih gelagapan, Gayus

mengaku bahwa dia memang berada di Bali.

Publik semakin jengkel terhadap kinerja kepolisian. Jengkel karena tidak

mau bergerak cepat menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental.

Ketika foto Gayus terungkap, polisi lebih sibuk menginterogasi penjaga

rutan Brimob mengapa Gayus diizinkan keluar. Padahal yang menjadi pertanyaan

publik adalah mengapa Gayus bisa ke Bali, bagaimana bisa, dan untuk apa?

Apakah benar dia sekadar menonton pertandingan tenis, olahraga yang bukan

kesukaannya?

Publik juga ingin tahu, dari mana Gayus memperoleh uang begitu banyak

untuk menyuap petugas rutan sehingga sebagian besar hidupnya berada di luar

tahanan? Kalau uang Gayus semuanya sudah disita, siapa yang membiayai Gayus

selama ini?

Juga, apakah seorang Komisaris Iwan yang memiliki pengalaman reserse

begitu mudah melepas Gayus tanpa mengetahui ke mana sang tahanan pergi?

Apakah Komisaris Iwan menjadi satu-satunya pejabat tertinggi di kepolisian yang

(31)

Kepolisian Republik Indonesia harus dibedah total. Argumen bahwa

lembaga itu sedang berbenah dan meminta publik untuk bersabar dimentahkan

kasus Gayus. Polisi, dalam kasus Gayus, ternyata mampu memisahkan siapa yang

boleh dihukum dan siapa yang tidak boleh. Buktinya, pemberi suap kepada Gayus

tidak pernah diperiksa atau didengar kesaksiannya.

Kalau kepolisian terus-menerus menampar wajah Indonesia dengan

perilaku manipulatif, ini bencana besar. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

harus mengambil langkah berani membenahi institusi kepolisian.

Kasus Gayus mempertegas bahwa naluri kepolisian telah lumpuh. Ibarat

macan yang terlalu lama dipiara di kandang emas, dia kehilangan naluri

kebinatangannya. Perlu latihan serius agar harimau memperoleh kembali naluri

membunuh.(file://localhost/G:/BOBROKNYA%20HUKUM%20DI%20INDONE

SIA/18.htm)

2.1.3. Lemahnya Penegakan Hukum Di Indonesia

Hasil survei Transparency International Indonesia (TII) menyebut

kejaksaan sebagai lembaga terkorup kedua setelah DPR. Presiden SBY pun

menyadari betapa lemahnya penegakan hukum di Tanah Air. "Presiden

menyambut baik penelitian yang dilakukan Todung Mulya Lubis dkk. Presiden

sejak awal pemerintahan sudah menyadari lemahnya penegakan hukum di

Indonesia," kata staf khusus presiden bidang hukum Sardan Marbun. Hal ini

disampaikan dia usai diskusi bertajuk "Reformasi lembaga peradilan" di

(32)

22

penegakan hukum selama SBY memerintah sudah lebih baik. Untuk reformasi

peradilan, itu tergantung dari yudikatif, bukan eksekutif. Pemerintah tidak boleh

campur tangan," ujarnya. Sementara anggota Komisi III DPR Nursjahbani

Katjasungkana menilai survei dari TII merupakan persepsi dari lembaga tersebut.

Praktek-praktek suap di peradilan saat ini masih ada dan dilakukan oleh semua

perangkat peradilan, seperti panitera, hakim, dan jaksa. "Saya pernah mendapat

laporan, ada seorang ibu yang membantu mengurus perceraian anaknya di

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Untuk mengambil putusan saja, panitera minta

uang Rp 1 juta. Padahal ada angka resminya, tidak sampai segitu," ketusnya.

Sedangkan anggota KY Zaenal Arifin berpendapat MA harus membuat survei

tandingan. Tujuannya untuk membuktikan peradilan bukan lembaga terkorup

kedua. "Tapi survei itu harus akurat dan mempunyai bukti. Selama tidak ada bukti

konkret, maka nantinya pengusutan oleh suatu badan yang berwenang tidak bisa

dilakukan," katanya. Pada 9 Desember 2006, TII mempublikasikan hasil survei

indeks korupsi 2006. DPR menempati peringkat pertama, disusul kejaksaan,

kemudian kepolisian.

(http://www.detiknews.com/read/2007/03/03/193745/749373/10/sby-sadari-lemahnya-penegakan-hukum-di-tanah-air)

2.1.4. Lirik Lagu

Sebuah lagu belum lengkap keberadaanya tanpa adanya lirik. Lirik lagu

diciptakan untuk melengkapi dan memperindah keberadaan sebuah lagu tersebut.

(33)

insting yang lebih, sehingga nantinya akan tercipta lirik demi lirik yang cukup

indah untuk diperdengarkan.

Lirik lagu dalam musik dapat menjadi sarana atau media komunikasi

untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat. Lirik lagu

dapat dipakai untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat.

Lirik lagu dapat diapakai sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap

suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik diaransir dan

diperdengarkan kepada khalayak juga mempunyai tanggung jawab yang besar atas

tersebar luasnya keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu. (Setianingsih,

2003:7-8).

Lirik lagu merupakan salah satu dari beragam karya seni yang ada. Ia pada

dasarnya sama dengan puisi. Puisi tergolong sebagai seni kata, oleh karena itu

lirik digolongkan sebagai seni kata, oleh karena itu lirik digolongkan sebagai seni

kata sebab mediumnya adalah kata dalam bahasa. Sebenarnya, lirik sebuah lagu

tak ubahnya dengan lirik sebuah puisi atau sajak. Yang membedakan hanyalah

cara membawakannya saja, puisi tau sajak dibawakan dengan cara membaca dan

menghafal dengan penuh penghayatan, sedangkan lirik lagu dibawakan dengan

irama alunan musik yang dipandu padankan oleh sebuah irama.

Dalam sebuah lagu selain kekuatan musik, unsur lirik yang dinyayikan

mempunyai peranan nyang sangat penting, karena lirik lagu sebagaimana bahsa

dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencermnkan realitas sosial

yang beredar dalam masyarakat. Lirik lagu bila tepat memilihnya bisa memiliki

(34)

24

memikat perhatian. Lirik lagu, dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi dan

pelestarian terhadap sikap atau nilai.

Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu mulai diaransir dan

diperdengarkan kepada khalayak, juga mempunyai tanggung jawab yang besar

atas tersebar luasnya keyakinan, nilai-nilai , bahkan prasangka tertentu. Suatu lirik

dapat menggambarkan realitas yang menggambarkan tentang

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di dalam pemerintahan sendiri.

2.1.5. Teori Semiotik

Semiotik adalah ilmu tanda, istilah tersebut berasal dari kata Yunani

semeion yang berarti “tanda”. Bidang kajian semiotik adalah mempelajari fungsi

tanda dalam teks, yaitu bagaimana memahami sistem tanda yang ada dalam teks

yang berperan membimbing pembacanya agar bisa menangkap pesan yang

terkandung di dalamnya. (Komaruddin dalam Sobur 2001:106). Tanda terdapat

dimana-mana kata adalah tanda, demikain pula gerak isyarat, lampu lalu lintas,

bendera dan sebagainya.

Pokok kajian Saussure tentang bahasa berbeda jauh dengan pendekatan

filolog abad ke-19. Bukannya mengkaji linguistik secara historis berdasarkan

garis diakronik, yaitu kajian yang melihat perubahan pada bahasa dalam satu

kurun waktu tertentu. Saussure justru mengembangkan linguistik sinkronik. Dia

mempresentasikan analisis bahasa secara umum, sebuah kajian tentang prasyarat

(35)

Saussure mendefinisikan tanda linguistik sebagai entitas dua sisi (dyad),

yaitu:

1. Penanda (signifier)

Penanda adalah aspekaterial dari sebauh tanda, sebagaimana kita

menangkap bunyi saat orang berbicara. Bunyi ini muncul dari getaran pita

suara (yang tentu saja bersifat material). Wilayah perhatian Saussure

hanya meliputi tanda linguistik. Dalam hal ini dia mengikuti tradisi

teorisasi tanda-tanda konvensional.

2. Petanda (signified)

Sisi kedua dari tanda yaitu sisi yang diwakili secara material oleh

penanda. Petanda merupakan konsep mental dari petanda tersebut.

Sign

Composed of

signification

Signifier Signified external reality of (phisical (mental concept)

meaning

existance of the sign)

Gb. 2.1.5. Diagram Semiotik Saussure (Fiske dalam Sobur, 2002:125)

(36)

26

Signified adalah gambaran mental. Yakni pikiran atau konsep aspek

mental dari bahasa. Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep

mental tersebut dinamakan signification. Dengan kata lain signification

adalah upaya dalam memberikan makna terhadap dunia (Fiske dalam

Sobur, 2002:125) Tegasnya, Saussure meyakini bahwa proses komunikasi

melalui bahasa juga melibatkan pemindahan isi kepala: tanda-tanda

membetuk kode sirkuit yang menghubungkan dua individu agar membuka

isi kepala masing-masing.

Selain itu Saussure juga meletakkan dasar perbedaan antara

Langue dan Parole sebagai dua pendekatan linguistik. (Sobur, 2002:111).

Langue adalah sistem pembendaan di antara tanda-tanda. Dapat

dibayangkan sebagai sebuah lemari besar yang menyimpan semua

kemungkinan tanda yang dapat digunakan oleh semua masyarakat. Kita

dapat mengambil tanda-tanda tersebut, satu demi satu, untuk

mengkonstruksikan sebuah parole (ekspresi kebahasaan, wicara) tertentu.

Ciri dasar lain dari Langue adalah terdapat dua bentuk di dalam

hubungan dan perbedaan antara unsur-unsur bahasa berdasarkan kegiatan

mental manusia. Di satu sisi, dalam satu wacana, kata-kata bersatu satu

demi suatu kesinambungan tertentu yang ditunjang oleh keluasa.

Hubungan demikian disebut sintagma (kumpulan tanda yang berurut

secara logis). Dalam suatu sintagma suatu istilah kehilangan valensinya

karena istilah itu dipertentangkan dengan istilah lain yang mendahului dan

(37)

yang memiliki kesamaan bersosiasi dalam ingatan yang membentuk

kelompok-kelompok tempat berbagai hubungan berkuasa. Hubungan ini

disebut oleh Saussure sebagai hubungan asosiatif atau paradigmatik.

Bahasa di mata Saussure tak ubahnya sebuah karya keutuhan karya musik.

Untuk memahamai sebuah simponi, kita harus memperhatikan keutuhan

karya musik secara keseluruhan dan bukan kepada permainan individual

dari setiap pemain musik. Untuk memahami bahasa, kita harus melihatnya

secara “sinkronis”, sebagai sebuah jaringan hubungan antara bunyi dan

makna.

Lagu merupakan sebuah dominan pop dimana kita dapat dengan

mudah menemukan banyak contoh konkret tentang bagaimana kekuasaan

budaya dijalankan. (James Lull dalam Sobur, 2003:147) Sistem tanda

musik adalah oditif, namun untuk mencapai pendegarnya, pencipta musik

mempersembahkan kreasinya dengan perantara pemain musik dalam

bentuk sistem tand aperantara tertulis, jadi visual.

Untuk menganalisis musik diperlukan disiplin lain, sebut saja

misalnya ethnomusicology dan antropologi. Mantle Hood, seorang pelopor ethnomusicology dar USA memberikan definisi tentang ethnomusicology

sebagai studi musik dari segi sosial dan kebudayaannya. (Sobur,

2003:148) Musik itu dipelajari melalui peraturan tertentu yang

dihubungkan dengan bentuk kesenian lainnya termasuk bahasa, agama dan

(38)

28

2.2. Kerangka Berpikir

Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam memaknai

sesuatu peristiwa atau objek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman

(Field of Experience) dan pengetahuan (Frame of Reference) yang berbeda-beda

pada setiap individu tersebut. Dalam menciptakan sebuah pesan komunikasi,

dalam hal ini pesan disampaikan dalam bentuk lagu, maka pencipta lagu juga

tidak terlepas dari dua hal di atas.

Begitu juga peneliti memaknai tanda dan lambang yang ada objek, juga

berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti. Dalam penelitian ini peneliti

melakukan pemaknaan terhadap tanda dan lambang berbentuk tulisan pada lirik

lagu “Andai Aku Gayus Tambunan” dalam hubungannya dengan penegakan

hukum di Indonesia dengan menggunakan metode semiotik Saussure, sehingga

akhirnya dapat diperoleh hasil dari interpretasi data mengenai penegakan hukum

di Indonesia.

Pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan metode semiotik Pierce

karena dalam lirik lagu “Andai Aku Gayus Tambunan” kata-kata yang digunakan

adalah kata-kata yang lugas atau kalimat langsung sehingga peneliti tidak banyak

menemukan adanya simbol-simbol yang bisa digunakan untuk memenuhi

kebutuhan analisis. Oleh karena itu peneliti menggunakan metode semiotik

Saussure menitikberatkan pada hubungan Penanda dan Petanda yang ada pada

lirik lagu tersebut.

Dari data-data berupa lirik lagu “ Andai Aku Gayus Tambunan”, kata-kata

dan rangkaian kata dalam lirik lagu tersebut kemudian dianalisis dengan

(39)

(penanda) dan aspek mental (petanda) yang pada akhirnya diperoleh signifikansi)

hingga menghasilkan suatu interpretasi bagaimana penegakan hukum di Indonesia

(40)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

3.1.1. Pengambaran Penegakan Hukum di Indonesia dalam Lirik Lagu

“Andai Aku Gayus Tambunan”.

Penegakan hukum (law enforcement) yang dapat dilakukan dengan baik dan efektif merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan suatu negara dalam

upaya mengangkat harkat dan martabat bangsanya dibidang hukum terutama

dalam memberikan perlindungan hukum terhadap warganya. Hal ini berarti pula

adanya jaminan kepastian hukum bagi rakyat, sehingga rakyat merasa aman dan

terlindungi hak-haknya dalam menjalani kehidupannya. Sebaliknya penegakan

hukum yang tidak berjalan sebagaimana mestinya merupakan indikator bahwa

negara yang bersangkutan belum sepenuhnya mampu memberikan perlindungan

hukum kepada warganya. (Satjipto Rahardjo, 2010:18)

Penggambaran penegakan hukum di Indonesia dalam lirik lagu “Andai

Aku Gayus Tambunan” adalah untuk mengetahui bagaimana penggambaran

penegakan hukum di Indonesia dalam lirik lagu. Sebagian orang memandang

kritik tentang penegakan hukum di Indonesia sebagai suatu realitas yang wajar,

namun tidak semua orang memiliki pemaknaan yang sama terhadap suatu realitas.

Hal ini bersifat subyektif, tergantung dari latar belakang individu yang

(41)

Lirik adalah susunan kata berupa nyanyian. Sementara lagu adalah ragam

suara yg berirama.Sehingga dapat diartikan lirik lagu adalah susunan kata berupa

nyanyian dengan ragam suara yang berirama. (www.artikata.com)

Dalam penelitian ini lirik lagu yang menjadi obyek adalah lirik pada lagu

milik Bona Paputungan yaitu lirik lagu “Andai Aku Gayus Tambunan”.

3.2. Unit Analisis dan Corpus

3.2.1. Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanda-tanda

berupa tulisan, terdiri atas kata-kata yang membentuk kalimat yang ada pada lirik

lagu “ Andai Aku Gayus Tambunan”.

3.2.2. Corpus

Corpus adalah sekumpulan bahan yang terbatas yang ditentukan pada

perkembangannya oleh analisis dengan semacam kesemenaan, bersifat homogen

mungkin (Kurniawan, 2001:70). Sifat yang homogen ini diperlukan untuk

memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat dianalisis sebagai

keseluruhan. Tetapi sebagai analisis, corpus itu bersifat terbuka pada konteks yang

beraneka ragam, sehingga memungkinkan untuk memahami banyak aspek dari

sebuah teks yang tidak dapat ditangkap atas dasar suatu analisis yang bertolak dari

unsur tertentu yang terpisah dan berdiri sendiri dari teks yang bersangkutan.

Kelebihannya adalah bahwa dalam mendekati teks kita tidak didahului oleh para

(42)

32

Corpus adalah kata lain dari sampel bertujuan khusus digunakan untuk

analisis semiotika dan analisis wacana. Corpus pada penelitian ini adalah lirik

lagu dengan judul “Andai Aku Gayus Tambunan”.

Alasan pengambilan lirik lagu di atas sebagai Corpus adalah karena dalam

lirik lagu tersebut, memuat tentang penggambaran penegakan hukum di

Indonesia. Selain itu dalam lirik lagu ini, pencipta lagu yaitu Bona Paputungan

memposisikan dirinya sebagai subyek dalam memberikan kritik didalam isi cerita

lirik dengan penggunaan kata “aku”. Dengan mengangkat dirinya sebagi subyek

dalam lirik lagu tersebut akan memudahkannya untuk melakukan penghayatan

dan mengekspresikan apa yang ingin digambarkan lirik lagu tersebut. Oleh karena

itu lah, dalam memaknai lirik pada lagu ini peneliti lebih menekankan dengan

melihat dari pencipta atau penulis lirik lagu tersebut. Lirik lagu “Andai Aku

Gayus Tambunan” yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

ANDAI AKU GAYUS TAMBUNAN

11 Maret

Diriku masuk penjara

Awal ku menjalani

Proses masa tahanan

Hidup di penjara

Sangat berat kurasakan

(43)

Karena beban pikiran

Kita orang yang lemah

Tak punya daya apa-apa

Tak bisa berbuat banyak

Seperti para koruptor

Andai Aku Gayus Tambunan

Yang bisa pergi ke Bali

Semua keinginannya

Pasti bisa terpenuhi

Lucunya di negeri ini

Hukuman bisa dibeli

Kita orang yang lemah

Pasrah akan keadaan

7 Oktober

Kubebas dari penjara

Menghirup udara segar

Lepaskan penderitaan

Wahai saudara

Dan para sahabatku

(44)

34

Jangan engkau salah arah

Andai Aku Gayus Tambunan

Yang bisa pergi ke Bali

Semua keinginannya

Pasti bisa terpenuhi

Lucunya di negeri ini

Hukuman bisa dibeli

Kita orang yang lemah

Pasrah akan keadaan

Biarlah semua menjadi kenangan

Kenangan yang pahit

Dalam hidup ini

Andai Aku Gayus Tambunan

Yang bisa pergi ke Bali

Semua keinginannya

Pasti bisa terpenuhi

Lucunya di negeri ini

Hukuman bisa dibeli

Kita orang yang lemah

(45)

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data

primer yaitu data diperoleh melaui pemahaman lirik lagu “Andai Aku Gayus

Tambunan”. Pada tahap pemahaman ini diperoleh data primer yaitu data lirik lagu

“Andai Aku Gayus Tambunan”.

3.2.4. Metode Analisis Data

Pemahaman terhadap lirik lagu ini menggunakan metode semiotik

Saussure yaitu, menghubungkan antara signifer dan signified atau penanda dan petanda dengan melihat dari kata-kata dan rangkaian kata yang membentuk

kalimat dalam lirik lagu tersebut. Kemudian menganalisis makna konotasi yang

terdapat dalam lirik lagu tersebut sehingga diperoleh makna sebenarnya dari suatu

kata (Sobur, 2002:128), sehingga diperoleh interpretasi data yang benar-benar

berkualitas.

Signifier atau penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang

bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau

dibaca. Sementara signified atau petanda adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep (aspek mental) dari bahasa (Bertens dalam sobur, 2003:46) kerangka

referensi pengguna tanda, melalui interaksi sosial yang dilakukan oleh pengguna

sebagai anggota masyarakat atau budaya tertentu. Contoh Signifier dalam lirik

(46)

36

Lucunya di negeri ini

Hukuman bisa dibeli

Kita orang yang lemah

Pasrah akan keadaan

Dalam lirik ini diperoleh kosep mental (Signified) sebagai berikut :

Andai Aku Gayus Tambunan

Yang bisa pergi ke Bali

Semua keinginannya

Pasti bisa terpenuhi

Saussure mendefinisikan bahwa bahasa sebagai suatu sistem tanda (sign)

dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian yaitu signifier (penanda) dan

signified (petanda). Signifier atau penanda adalah bunyi yang bermakna (aspek

material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca sedangkan

petanda gambran mental, yakni pikiran atu konsep (aspek mental) dari bahasa

(Kurniawan, 2001:30). Apabila penanda dan petanda ini digabungkan akan

menghasilkan konsep makna yang sebenarnya. Gabungan antra kedua unsur

tersebut menghasilkan suatu pemahaman yang dinamakan signification. Dengan kata lain signification adalah upaya untuk memberikan makna.

Dalam lirik lagu “Andai Aku Gayus Tambunan”, ketiga bagian dari teori

(47)

1. Signifiernnya adalah kata, fase dan kalimat yang terdapat dalam lagu Andai Aku Gayus Tambunan atau kata maupun kalimat dengan kata yang

sesungguhnya.

2. Signifiednya adalah makna atau konsep yang ada dalam kata-kata yang

digunakan oleh penulis lirik atau sang kreator, sehingga tercipta sebuah

pesan yang ingin disampaikan.

3. Significationnya adalah kata, fase dan kalimat yang terdapat dalam lagu

Andai Aku Gayus Tambunan atau kata maupun kalimat yang

sesungguhnya dan kata yang terkandung dalam lagu Andai aku Gayus

(48)

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek

Obyek dalam penelitian ini adalah lagu ”Andai Aku Gayus Tambunan” yang

dipopulerkan oleh Bona Paputungan, 32 tahun, yaitu seorang mantan narapidana

karena kasus kekerasan dalam rumah tangga di Lembaga Pemasyarakatan kelas II

A di Kota Gorontalo. Bona Paputungan meringkuk di terali besi sejak 11 Maret

2010 dan bebas pada 5 Januari 2011.

Selama meringkuk diterali besi sejak 11 Maret 2010 lalu, ia mengaku

mendapat perlakuan kasar dari sipir dalam penjara. Wajahnya babak belur akibat

dihantam bogem mentah dan pentungan salah seorang petugas. Belum lagi ia

harus menjalani ”ritual” hukuman dari sesama penghuni penjara. Berbeda dengan

tahanan yang terjerat kasus pidana korupsi, perlakuan mereka lebih baik dari

tahanan lainnya. Kondisi Bona yang babak belur di jeruji itu dituangkan dalam

bait-bait lagu. Salah satu yang menarik adalah berjudul ”Kisah aku dan Gayus

Tambunan” yang kemudian diganti menjadi “Andai Aku Gayus Tambunan”.

Lewat lagu dan video klip yang dipublikasikan di sebuah situs internet you

tube, penyanyi sekaligus pencipta lagu ”Andai Aku Gayus Tambunan” menjadi terkenal karena lagu ini banyak diakses oleh para pengguna internet. Selanjutnya

karena lagu tersebut banyak diminati masyarakat, maka lagu tersebut mulai

(49)

berjudul ”Andai Aku Gayus Tambunan” dan ”Markus”, video klipnya dibuat

didalam lembaga pemasyarakatan kelas II A Kota Gorontalo. Sementara delapan

lagu sisanya, video klipnya dibuat diluar penjara. Untuk produksi lagu di

albumnya itu, Bona dibantu oleh salah seorang anggota Dewan Perwakilan

Daerah (DPD) dari utusan Provinsi Gorontalo, dan seorang anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Gorontalo yang sempat mendekam

dalam penjara karena kasus korupsi.

Lagu ”Andai Aku Gayus Tambunan” terinspirasi seorang mafia pajak yaitu

Gayus Tambunan yang terjerat dalam kasus pajak bersama beberapa pejabat di

Indonesia. Namun dalam proses penahanannya, Gayus Tambunan membuat heboh

masyarakat Indonesia karena dengan mudahnya Gayus Tambunan keluar masuk

penjara dan bepergian ke Bali dengan cara menyuap aparat penegak hukum.

Lagu ”Andai Aku Gayus Tambunan” merupakan ungkapan hati pencipta

lagu yaitu Bona Paputungan yang juga seorang mantan narapidana di Gorontalo.

Dalam setiap liriknya, Bona ingin menggambarkan bahwa dalam penjarapun

masih terdapat perbedaan perlakuan antara narapidana yang kaya dan miskin. Hal

tersebut menggambarkan bahwa hukum di Indonesia masih lemah karena para

aparat penegak hukumnya dapat dengan mudah memberikan keleluasaan kepada

siapapun yang memiliki uang, baik fasilitas ataupun hak “kebebasan” yang tidak

seharusnya. Dalam video klip lagu tersebut, Bona Paputungan menyindir sipir

(50)

40

4.2. LirikLagu “Andai Aku Gayus Tambunan” menurut Teori Tanda

Saussure

Saussure mendefinisikan bahwa bahasa sebagai suatu sistem tanda (sign) dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian yaitu signifier (penanda) dan

signified (petanda). Signifier atau penanda adalah bunyi yang bermakna (aspek

material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca sedangkan

petanda adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep (aspek mental) dari

bahasa (Kurniawan, 2001:30). Apabila penanda dan petanda ini digabungkan akan

menghasilkan suatu konsep makna yang sebenarnya. Gabungan antara kedua

unsur tersebut menghasilkan suatu pemahaman yang dinamakan signification. Dengan kata lain signification adalah upaya untuk memberikan makna.

Dalam lirik lagu ”Andai Aku Gayus Tambunan”, ketiga bagian dari teori

tanda saussure adalah sebagai berikut :

1. Signifiernya adalah seluruh lirik kata yang tertuang atau kata-kata yang ada

dalam lirik lagu tersebut. Baik kata-kata, kalimat tersebut tertuang mulai bait

yang pertama sampai dengan bait yang terakhir.

2. Signifiednya adalah makna atau konsep yang ada dalam kata-kata yang

digunakan oleh penulis lagu tersebut, sehingga dapat diketahui pesan atau

maksud yang ingin disampaikan oleh sang penulis lagu.

3. Significationnya adalah seperti yang dijelaskan sebelumnya adalah

penggabungan antara penanda dan petanda yang menghasilkan sebuah

(51)

Melalui lirik dalam lagu “Andai Aku gayus Tambunan”, sang pencipta lagu

yaitu Bona Paputungan berusaha mencurahkan perasaannya atas kejadian nyata

yang dialami oleh dirinya dan juga teman-teman sesama napi yang tidak punya

apa-apa baik uang atau kekuasaaan, sehingga mereka harus rela menerima segala

perlakuan yang diberikan oleh penjara yang tentu saja kontras dengan perlakuan

yang diberikan kepada para napi yang kaya dan memiliki kekuasaan. Lirik lagu

”Andai aku Gayus Tambunan” juga ingin merepresentasikan gambaran penegakan

hukum di Indonesia yang masih lemah dan banyak dikendalikan oleh uang dan

kekuasaaan serta lemahnya mentalitas dari para aparat penegak hukumnya.

4.3. Penyajian dan Pemaknaan Data

4.3.1. Penyajian Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa lirik lagu dari lagu

”Andai Aku Gayus Tambunan” yang diciptakan sekaligus dinyanyikan oleh Bona

Paputungan. Berikut ini adalah lirik lagu ”Andai Aku Gayus Tambunan” :

”Andai Aku Gayus Tambunan”

11 Maret Diriku masuk penjara

Awal ku menjalani Proses masa tahanan

(52)

42

Karena beban pikiran

Kita orang yang lemah Tak punya daya apa-apa Tak bisa berbuat banyak Seperti para koruptor

Andai Aku Gayus Tambunan Yang bisa pergi ke Bali

Semua keinginannya Pasti bisa terpenuhi

Lucunya di negeri ini Hukuman bisa dibeli Kita orang yang lemah

Pasrah akan keadaan

7 Oktober Kubebas dari penjara Menghirup udara segar

Lepaskan penderitaan

(53)

Jangan engkau salah arah

Andai Aku Gayus Tambunan Yang bisa pergi ke Bali

Semua keinginannya Pasti bisa terpenuhi

Lucunya di negeri ini Hukuman bisa dibeli Kita orang yang lemah

Pasrah akan keadaan

Biarlah semua menjadi kenangan Kenangan yang pahit

Dalam hidup ini

Andai Aku Gayus Tambunan Yang bisa pergi ke Bali

Semua keinginannya Pasti bisa terpenuhi

Lucunya di negeri ini Hukuman bisa dibeli Kita orang yang lemah

Referensi

Dokumen terkait

karena hanya dengan rahmat dan ridho­Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang  berjudul  REPRESENTASI  NILAI­NILAI  BUDAYA  PATRIARKI  DALAM  LIRIK  LAGU 

Dari hasil penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa pesan dakwah yang terdapat dalam lirik lagu album Kuatkan Aku grup musik Vagetoz yaitu pesan akidah, pesan akhlak,

KRITIK POLITIK DALAM LAGU KARYA BAND EFEK RUMAH KACA (Analisis Semiotik dalam Lirik Lagu pada Album “Efek Rumah Kaca” dan..

Menurut penulis, berkaitan dengan penegakan hukum hak cipta, khususnya hak cipta lagu dan/atau musik, selain budaya hukum masyarakat Indonesia yang kurang memberikan

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya kepada peneliti sehingga proposal dengan judul “PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING

Sebagaimana teori semiotik Roland Barthes yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti mengambil keseluruhan lirik lagu Mafia Hukum karya Grup Band Navicula

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia- Nya kepada penulis sehingga laporan skripsi dengan judul Pemaknaan Lirik Lagu “Untuk Kita Renungkan”

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya telah memudahkan penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ‘’Penegakan Hukum Pertambangan