• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPINI BURUH TENTANG IKLAN LAYANAN MASYARAKAT JAMSOSTEK DI TELEVISI. (Studi Deskripstif Opini Buruh Yang Bekerja Di Kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut/SIER Tentang Iklan Layanan Masyarakat Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) Versi Pengusaha Bat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "OPINI BURUH TENTANG IKLAN LAYANAN MASYARAKAT JAMSOSTEK DI TELEVISI. (Studi Deskripstif Opini Buruh Yang Bekerja Di Kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut/SIER Tentang Iklan Layanan Masyarakat Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) Versi Pengusaha Bat"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Deskriptif Opini Buruh Yang Bekerja Di Kawasan Surabaya Industrial Esatate Rungkut/SIER Tentang Iklan Layanan Masyarakat Jamsostek (Jaminan

Sosial Tenaga Kerja) Versi Pengusaha Batik” Di Televisi )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

Oleh : ABDUR RAUF NPM : 0343010358

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PRODI ILMU KOMUNIKASI JAWA TIMUR

(2)

Alhamdulillaahirabil’aalamiin, segala puji bagi Allah SWT, sang

pemberi nafas hidup pada seluruh makhluk. Hanya kepadaNya-lah syukur

dipanjatkan atas selesainya skripsi ini. Sejujurnya penulis akui bahwa pendapat

sulit ada benarnya, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri

karena itu, kebanggaan penulis bukanlah pada selesainya skripsi ini melainkan

kemenangan dicapai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak selama proses

penyelesaian skripsi ini.

Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis

sampaikan kepada Bapak Zainal Abidin A, S.Sos, MSi selaku dosen

pembimbing yang telah meluangkan waktu dan perhatian untuk memberikan

bimbingan, pengarahan dan masukan yang berarti kepada penulis selama masa

penyusunan skripsi ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada berbagai pihak yang turut mendukung tersusunnya skripsi ini, antara

lain:

1. Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur,

Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, MSi Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, MSi Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

(3)

v kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu yang selalu berdoa untuk kesuksesan Penulis dalam

meraih cita-cita.

6. Terakhir namun sangat berarti bagi penulis, ucapan terima kasih kepada

teman angkatan 2003 Prodi Ilmu Komunikasi.

Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan

penuh keterbatasan. Dengan harapan bahwa skripsi ini akan berguna bagi

rekan-rekan di Prodi Ilmu Komunikasi, maka saran serta kritik yang

membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, Maret 2010

(4)

Gambar .1 Model Teori S-O-R……….... 28

Gambar .2 Kerangka Berpikir………... 33

(5)

ix

Tabel 1. Kelompok Usia Responden………. 61

Tabel 2. Jenis Kelamin Responden……… 63

Tabel 3. Pendidikan Responden………... 64

Tabel 4. Responden Dalam Menonton Televisi………. 66

Tabel 5. Responden yang menyaksikan tayangan iklan layanan masyarakat……… 67

Tabel 6. Responden yang menyaksikan tayangan iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi dalam satu hari………. 68

Tabel 7. Opini responden tentang heard word (kata-kata yang terdengar) “Punya usaha dan punya karyawan begini bikin jantung ndredek melulu, Lah wong kalo sakit duwite sopo sing gawe mbayar rumah sakit”……… 69

Tabel 8. Opini responden tentang heard word (kata-kata yang terdengar) “Untung ikut Jamsostek, ada jaminan hari tua, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan banyak untung-untung lainnya”……... 71

Tabel 9. Opini responden tentang Heard word (kata-kata yang terdengar) dalam tayangan iklan “Bisa buntung punya karyawan tapi gak punya Jamsostek”………. 72

Tabel 10. Opini responden tentang musik (jingle dan background) yang terdengar dalam tayangan iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi………. 74

Tabel 11. Opini responden tentang musik (jingle dan background) yang terdengar dalam tayangan iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi………. 75

Tabel 12. Opini responden tentang seen word (kata-kata yang terlihat) dalam tayangan iklan “Untung Ikut Jamsostek”……….. 76

Tabel 13. Opini responden tentang seen word (kata-kata yang terlihat) dalam tayangan iklan “JAMSOSTEK Hak Pekerja Kewajiban Pengusaha UU No 3 Tahun 1992”……… 77

Tabel 14. Opini responden tentang picture (visualisasi gambar) dalam tayangan iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi……….. 78

Tabel 15. Opini responden tentang movement (gerakan kinesik berupa gerakan tangan untuk memperkuat testimonial) dalam tayangan iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi………... 80

(6)

ABDUR RAUF. OPINI BURUH TENTANG IKLAN LAYANAN MASYARAKAT JAMSOSTEK DI TELEVISI. (Studi Deskripstif Opini Buruh Yang Bekerja Di Kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut/SIER Tentang Iklan Layanan Masyarakat Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) Versi Pengusaha Batik Di Televisi).

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui opini buruh yang bekerja di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut/SIER tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi “pengusaha batik” di televisi. Opini buruh dapat dilihat dari arah opininya, yaitu opini positif, opini negatif, atau opini netral terhadap iklan tersebut.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Stimulus-Organism-Response, Periklanan, Buruh Sebagai Pemirsa Televisi, Opini.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah buruh yang bekerja di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut/SIER yang pernah melihat iklan layanan masyarakat Jamsostek versi “pengusaha batik” dengan asumsi responden mengerti tentang apa yang sedang diteliti yang nantinya akan berpengaruh pada keakuratan data yang dihasilkan. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan tipe accidental

sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan buruh yang menjadi responden memberikan opini positif terhadap iklan layanan masyarakat Jamsostek versi “pengusaha batik” yang ditayangkan di televisi.

Kata kunci : Opini, Buruh, Iklan Televisi, Iklan Layanan Masyarakat Jamsostek Versi “Pengusaha Batik”

 

(7)

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan iklan di Indonesia semakin menemukan pijakan yang

mantap ketika televisi swasta mulai muncul. Hal ini merupakan era baru bagi

periklanan Indonesia yaitu dengan berkembangnya iklan televisi. Di dukung

dengan SK Menpen No. 111/90 yang mengharuskan iklan-iklan yang

ditayangkan di televisi adalah iklan yang diproduksi di dalam negeri dan oleh

orang-orang Indonesia, dunia periklanan semakin ramai dengan upaya-upaya

untuk menampilkan gaya periklanan yang khas Indonesia. Media televisi

sendiri dengan kekuatan audio visualnya yang memungkinkan dinamisasi

tampilan iklan, telah menjadi sebuah media iklan yang mampu merebut

dominasi dari keseluruhan iklan media. Dengan tampilan suara dan gambar

yang dinamis, iklan televisi memiliki kelebihan dalam menarik perhatian

khalayak di bandingkan media iklan lainnya seperti media cetak atau media

radio. (Noviani,2002:37)

Periklanan adalah fenomena bisnis modern, tidak ada perusahaan yang

ingin maju dan memenangkan kompetisi bisnis tanpa mengandalkan iklan.

Demikian pentingnya peran iklan dalam bisnis modern sehingga salah satu

bonafiditas perusahaan terletak pada berapa besar dana yang dialokasikan

untuk beriklan. Di samping itu, iklan merupakan jendela kamar dari sebuah

(8)

perusahaan. Keberadaannya menghubungkan perusahaan dengan masyarakat,

khususnya konsumen.

Periklanan selain merupakan kegiatan pemasaran juga merupakan

kegiatan komunikasi. Kegiatan pemasaran meliputi strategi pemasaran, yakni

logika pemasaran yang dipakai unit bisnis untuk mencapai tujuan pemasaran

(Kotler,1991:416). Menurut Liliweri (1991:20), kegiatan komunikasi adalah

penciptaan interaksi perorangan dengan mengunakan tanda-tanda yang tegas.

Komunikasi juga berarti pembagian unsur-unsur perilaku, atau cara hidup

dengan eksistensi seperangkat ketentuan dan pemakaian tanda-tanda. Dari segi

komunikasi, rekayasa unsur pesan sangat tergantung dari siapa khalayak

sasaran yang dituju, dan melalui media apa sajakah iklan tersebut sebaiknya

disampaikan. Karena itu, untuk membuat komunikasi menjadi efektif, harus

dipahami betul siapa khalayak sasarannya, secara kuantitatif maupun kualitatif.

Pemahaman secara kuantitatif akan menjamin bahwa jumlah pembeli, dan

frekuensi pembelian yang diperoleh akan sejalan dengan target penjualan yang

telah ditetapkan. Pemahaman secara kualitatif akan menjamin bahwa pesan

iklan yang disampaikan akan sejalan dengan tujuan pemasaran yang telah

ditetapkan.

Iklan adalah produk kebudayaan massa, produk kebudayaan masyarakat

industri yang ditandai oleh produksi dan konsumsi massal. Kepraktisan dan

pemuasan jangka pendek antara lain merupakan nilai-nilai kebudayaan massa

(9)

Hubungan antara produsen dan konsumen adalah hubungan komersial semata

saja. Interaksinya, tidak ada fungsi lain selain memanipulasi kesadaran, selera

dan perilaku konsumen. Pada dasarnya, periklanan dibagi menjadi dua.

Pertama, iklan komersial dan yang kedua adalah iklan nonkomersial atau biasa

disebut dengan istilah iklan layanan masyarakat (ILM).

Iklan bukan semata-mata pesan bisnis yang menyangkut usaha mencari

keuntungan secara sepihak. Iklan juga mempunyai peran yang sangat penting

bagi berbagai kegiatan nonbisnis. Di negara-negara maju, iklan telah dirasakan

manfaatnya dalam menggerakkan solidaritas masyarakat manakala menghadapi

suatu masalah sosial. Dalam iklan tersebut disajikan pesan-pesan sosial yang

dimaksud untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah

masalah yang harus dihadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keserasian

dan kehidupan umum. Iklan seperti itu menurut Kasali (1992:201) disebut

iklan layanan masyarakat (ILM).

Melalui iklan layanan masyarakat orang bisa diajak berkomunikasi

guna memikirkan sesuatu yang bersifat memunculkan kesadaran baru yang

bersumber dari nurani individual maupun kelompok. Di antaranya, hal-hal

yang berorientasi tentang lingkungan hidup, sosial kemasyarakatan dan

kebudayaan. Semuanya itu adalah fenomena yang ada di masyarakat yang

sebenarnya telah diketahui dan dirasakan individu-individu dalam masyarakat,

namun tak pernah terpikirkan karena mungkin tidak menyangkut secara

(10)

Iklan layanan masyarakat merupakan iklan bersifat sosial.

Keberadaannya bersifat independen dan bentuk fisiknya tidak berbeda dengan

iklan komersial, sebab keduanya merupakan media komunikasi visual yang

berperan untuk mempengaruhi khalayak luas sebagai target sasaran agar dapat

tergerak untuk melakukan sesuatu yang dianjurkan oleh pesan iklan layanan

masyarakat tersebut. Oleh karena itu, perencanaan sebuah iklan layanan

masyarakat harus mengacu pada konsep iklan komersial.

Tampilan iklan layanan masyarakat harus tepat pada sasaran yang

dituju. Karena pada dasarnya, iklan layanan masyarakat itu bertujuan

menggugah kesadaran terhadap pemecahan suatu masalah sosial yang sedang

aktual. Dalam sajiannya, iklan layanan masyarakat harus mampu bersaing di

antara program dan iklan komersial yang menawan dalam tampilan visualnya

di media televisi. Iklan layanan masyarakat merupakan aktivitas periklanan

yang berlandaskan gerakan moral. Iklan layanan masyarakat mengemban tugas

mulia membangun masyarakat melalui pesan-pesan sosial yang dikemas secara

kreatif dengan pendekatan simbolis. Namun, muatan pesan verbal dan pesan

visual yang dituangkan di dalam iklan layanan masyarakat biasanya terlalu

banyak. Secara visual, desain iklan layanan masyarakat yang disajikan pun

terkesan biasa, kurang komunikatif, kurang cerdas dan terkesan menggurui.

Akibatnya masyarakat luas yang diposisikan sebagai target sasaran dari iklan

layanan masyarakat dengan serta merta akan mengabaikan pesan sosial yang

(11)

pesan sosial yang ingin disampaikan menjadi tidak penting. Artinya, pesan

verbal dan pesan visual yang terkandung di dalam iklan layanan masyarakat

sangat lambat untuk ditindaklanjuti oleh target sasaran. Hal itu terjadi karena

frekuensi penayangan iklan layanan masyarakat di media massa khususnya

media televisi perlu diperbanyak dan lebih bersifat agresif. Sebab dengan

frekuensi penayangan yang sangat rendah, pesan-pesan sosial yang terkandung

di dalamnya tidak mudah untuk diposisikan dalam benak khalayak sasaran.

Dalam pembuatan iklan layanan masyarakat, terdapat beberapa

pertanyaan-pertanyaan mendasar yang harus dijawab; Apa masalah utamanya? Apakah

memang harus diselesaikan dengan cara beriklan? Hasil apa sajakah yang ingin

dicapai dengan ditayangkannya iklan ini? Sebaik apa pun iklan layanan

masyarakat, jika pesan yang disampaikan tidak menyentuh akar permasalahan,

iklan tersebut hanya membuang biaya dan tidak berdampak apa pun pada

masyarakat. (www.swa.co.id/advertising/details.php)

Dalam penelitian ini salah satu iklan layanan masyarakat yang

ditayangkan di televisi menarik untuk di teliti adalah iklan layanan masyarakat

Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) dengan versi yang di tayangkan

adalah versi pengusaha batik. Dalam tayangan tersebut menceritakan mengenai

pentingnya Jamsostek di lihat dari sudut pandang pengusaha, sehingga

memberikan kesan adanya tanggung jawab sosial pengusaha kepada para

pekerjanya. Penyelenggara program jaminan sosial (Jamsostek) merupakan

(12)

perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Pemerintah menerbitkan UU

Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang

berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 yang berbunyi : “Negara

mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan

martabat kemanusiaan”. Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa

aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan

motivasi maupun produktivitas kerja. Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Jamsostek) memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan

minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian

berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti

sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat resiko sosial.

Dari beberapa permasalahan mengenai Jamsostek, salah satunya adalah

banyaknya perusahaan yang tidak mendaftarkan karyawannya untuk menjadi

peserta Jamsostek. Sesuai Pasal 4 UU Jamsostek, setiap perusahaan wajib

mengadakan program Jamsostek bagi karyawan. Jaminan sosial itu di

antaranya jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan

pemeliharaan kesehatan. Jamsostek tidak diberi kewenangan untuk mengawasi

perusahaan, masih minimnya sosialisasi termasuk kesadaran perusahaan

pemberi kerja, krisis kepercayaan terhadap Jamsostek, keraguan pada

transparansi plus akuntabilitas Jamsostek. Jamsostek seharusnya diberi

(13)

negara-negara lain seperti Thailand, Malaysia, Filipina dan Hongkong. Namun yang

menjadi permasalahan adalah jumlah pengawas ketenagakerjaan (perusahaan)

kecil dibandingkan dengan jumlah perusahaan, dimana sampai saat ini jumlah

pengawas untuk seluruh Indonesia cuma 1.400 orang sementara jumlah

perusahaan sebanyak 207.613 buah. Idealnya, satu pengawas menangani 50

perusahaan dalam setahun. Demikian juga jumlah penyidik pegawai negeri

sipil (PPNS) hanya 400 orang untuk seluruh Indonesia. Idealnya, jumlah

penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) sama dengan jumlah pengawas yakni

kalau dibandingkan, satu penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) menangani

lima perusahaan dalam sebulan. Karena rendahnya jumlah pengawas dan

penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) ini maka banyak perusahaan tidak

diawasi, diberi peringatan kalau bersalah, atau tidak pernah diberi sosialisasi

mengenai banyak hal, terutama mengenai pentingnya tenaga kerja

diikutsertakan dalam program Jamsostek. Selain itu, banyak pula perusahaan

melakukan tindak pidana tidak diberi sanksi karena kurangnya penyidik

pegawai negeri sipil (PPNS) (http://www.jamsostek.co.id)

Banyaknya permasalahan-permasalahan mengenai Jamsostek di

masyarakat, maka salah satu strategi dalam membentuk awareness di

masyarakat adalah dengan beriklan. Iklan dapat menimbulkan beberapa

tahapan efek dimana menurut hierarchy of effects model, efek periklanan

terbagi atas beberapa tahapan yaitu mengenal (awarness), tahap memahami

(14)

meyakini (conviction) serta tahap mengeksekusi (action). Dalam peneletian ini

tahap mengeksekusi (action) adalah bentuk dari keikutsertaan individu maupun

kelompok di Jamsostek. Dari tahapan di atas tampak bahwa brand awareness

merupakan tahapan efek yang paling awal dari suatu iklan. Maka, tanpa adanya

brand awarness maka pesan tidak akan masuk sampai tahap selanjutnya. Jadi

apabila iklan tidak dapat membuat audiens aware akan suatu merek maka

adalah mustahil apabila iklan tersebut dapat mendorong perilaku untuk ikut

serta dalam Jamsostek. (Sulaksana,2005:58-59)

Jika dibandingkan dengan iklan komersial, ada beberapa aspek kreatif

yang membuat posisi iklan layanan masyarakat Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Jamsostek) versi pengusaha batik menjadi menarik, yaitu penggunaan daya

tarik iklan yang dikemas dengan gaya testimonial seorang pengusaha kerajinan

batik. Testimonial yang disampaikan adalah dengan menggunakan pendekatan

penyelesaian masalah, tujuannya adalah untuk menarik penonton ke dalam

situasi yang tengah digambarkan dalam iklan.

Tayangan iklan layanan masyarakat Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Jamsostek) versi pengusaha batik yang secara continue di media televisi

diharapkan akan membawa hasil tersendiri bagi masyarakat. Dalam artian,

masyarakat yang belum mengetahui, dan tahu tapi kurang memahami, maka

setelah melihat iklan tersebut diharapkan masyarakat menjadi mengerti,

(15)

perubahan pada penerimaan pesan di dalam masyarakat sesuai dengan tujuan

dari pengiklan yakni Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

Peneliti ingin melihat tanggapan atau opini dari buruh mengenai iklan

layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik yang ditayangkan di

televisi oleh PT. Jamsostek sehingga dapat dilihat tanggapan atau opini seperti

apa yang akan muncul. Buruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan

balasan berupa pendapatan baik secara jasmani maupun rohani. Yang pada

dasarnya buruh dibagi atas 2 klasifikasi besar yaitu: buruh profesional atau

mereka yang bekerja menggunakan kemampuan dalam berpikir dan buruh

kasar adalah mereka yang bekerja menggunakan tenaga secara fisik.

Buruh yang menjadi objek penelitian adalah buruh yang bekerja di

kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER). Surabaya Industrial

Estate Rungkut (SIER) merupakan perseroan milik Negara yang didirikan pada

tahun 1974, bertujuan untuk melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan

program pemerintah dalam bidang ekonomi dan pembangunan nasional

khususnya dalam bidang pembangunan dan pengelolaan Kawasan lndustri

dalam arti seluas-luasnya. PT. Surabaya lndustrial Estate Rungkut (Persero)

mengelola 3 Kawasan lndustri yang meliputi Surabaya lndustrial Estate

Rungkut (SIER) seluas 245 Ha, telah menampung sekitar 300 perusahaan. Di

Indonesia, khususnya Jawa Timur, Surabaya lndustrial Estate Rungkut (SIER)

(16)

oleh PT. SIER berdasarkan master plan yang rapi untuk memenuhi kebutuhan

yang nyata akan industri dan lingkungan hidup. Dikelola dengan baik untuk

meningkatkan efisiensi dan produktifitas termasuk fasilitas pengolahan air

limbah, kemudahan akses ke Pelabuhan Samudra Tanjung Perak dan Bandar

Udara Juanda. Berlokasi di Kotamadya Surabaya, kota terbesar ke-2 di

Indonesia dan merupakan pusat pertumbuhan ekonomi terpesat dengan

penduduk 2,8 juta jiwa. Menurut dinas catatan sipil dan kependudukan

Pemerintahan Kota Surabaya, pada tahun 2008 jumlah buruh kerja di Surabaya

tercatat sebesar 12.536 orang. (http://www.surabaya.go.id/dispenduk)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan

masalahnya adalah sebagai berikut: “Bagaimana opini buruh tentang iklan

layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi”

1.3 Tujuan Penelitian

Dari uraian latar belakang masalah dan perumusan masalah yang ada

maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jelas “Bagaimana opini

buruh yang bekerja di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER)

(17)

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis

Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi ilmu

komunikasi diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran,

informasi dan pengetahuan dalam pengembangan dan penerapan

teori-teori tentang penelitian dibidang ilmu komunikasi khususnya pada

kajian periklanan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Bagi peneliti sebagai kajian wacana pengetahuan tentang

bagaimana memproduksi sebuah iklan layanan masyarakat yang kreatif

dan bermanfaat. Melalui penelitian ini nantinya mahasiswa yang

mendalami dunia periklanan bisa lebih kritis dan tepat dalam

penyampaian pesan iklan sehingga sejalan dengan kreatifitas visual

(18)

2.1 Iklan Bagian Dari Komunikasi

Iklan bisa didefinisikan sebagai semua bentuk presentasi non personal

yang mempromosikan gagasan, barang dan jasa yang dibiayai pihak sponsor

tertentu. Sponsor iklan dalam hal ini tidak terbatas pada perusahaan, namun

mencakup semua pihak yang menyebarkan pesannya pada publik sasaran

termasuk sekolah, organisasi amal dan lembaga pemerintahan maupun partai

politik. Iklan merupakan cara yang efektif untuk menyebarkan pesan, apakah

itu bertujuan membangun preferensi merk atau mengedukasi masyarakat.

Secara garis besar iklan mempunyai 3 tujuan yaitu; (1) iklan

informative, iklan ini umumnya dianggap sangat penting untuk peluncuran

produk baru, dimana tujuannya adalah merangsang permintaan awal. (2) iklan

persuasive, iklan persuasive sangat penting apabila mulai tercipta tahap

persaingan, dimana tujuan iklan adalah membangun preferensi pada merek

tertentu. (3) iklan yang bertujuan mengingatkan (reminder advertising) lebih

cocok untuk produk yang sudah memasuki tahap kedewasaan lanjutan dari

iklan pengingat ini adalah reinforcement advertising yang bertujuan

menyakinkan konsumen atau calon konsumen bahwa mereka membeli produk

yang tepat. Tujuan iklan semestinya merupakan kelanjutan atau turunan dari

keputusan perusahaan sebelumnya tentang pasar sasaran, positioning dan

(19)

bauran pemasaran. Selain itu, tujuan iklan harus didasarkan pada analisa

mendalam situasi terkini. Jika produknya sudah masuk tahap kedewasaan,

perusahaan juga pemimpin pasar, tapi penggunaan merknya masih rendah,

maka tujuan yang lebih tepat adalah mendorong penggunaan (usage) lebih

besar lagi. (Sulaksana,2005:92-93)

Iklan menjadi wacana penting dalam bisnis, terutama dalam proses

membangun merek atau branding. Kegiatan periklanan yang efektif dipandang

mampu mempengaruhi kecenderungan mengkonsumsi dalam masyarakat.

Tindakan mengkonsumsi secara berulang (repeat buying) adalah salah satu

tujuan dalam pemasaran. Iklan yang efektif juga akan mengubah pengetahuan

publik mengenai ketersediaan dan karakteristik sebuah produk (product

knowledge), elastisitas permintaan produk akan sangat dipengaruhi aktivitas

periklanan. Iklan televisi sesungguhnya hanyalah bagian kecil dalam proses

branding. Masih banyak elemen-elemen lain dalam mencapai sebuah merek

yang kuat. Strategi dan program yang handal dan terpadu dengan

elemen-elemen pemasaran dan branding lainnya diperlukan untuk mencapai sebuah

merek yang kuat dan (diharapkan) mempunyai brand life cycle yang panjang

bahkan abadi. (http://www.makin.co.id)

Dalam membuat iklan yang cerdas, harus kreatif sekaligus menjual

artinya, dari segi pendekatan bahasa komunikasinya (visual atau verbal) iklan

tersebut mampu menarik target audience untuk melihat (stopping power),

(20)

cerdas bukan hanya tertanam kuat dalam benak konsumen (reminding) tetapi

juga mampu menggerakkan calon konsumen untuk mengambil keputusan

(action). Periklanan dipandang sebagai media yang paling lazim digunakan

suatu perusahaan (khususnya produk konsumsi/consumer goods) untuk

meng-arahkan komunikasi yang persuasif pada konsumen. Iklan ditujukan untuk

mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap dan citra

konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau merek. Tujuan ini

bermuara pada upaya mempengaruhi perilaku audiens. Meskipun tidak secara

langsung berdampak pada pembelian, iklan menjadi sarana untuk membantu

pemasaran yang efektif dalam menjalin komunikasi antara perusahaan ke

konsumen dan sebagai upaya perusahaan dalam menghadapi pesaing.

Kemampuan ini muncul karena adanya suatu produk yang dihasilkan suatu

perusahaan. Bagaimanapun bagusnya suatu produk, jika dirahasiakan dari

konsumen maka tidak ada gunanya. Konsumen yang tidak mengetahui

keberadaan suatu produk tidak akan menghargai produk tersebut.

Penggunaan televisi dalam mengkampanyekan iklan mempunyai

kemampuan dalam membangun citra, iklan televisi mempunyai cakupan,

jangkauan dan repetisi yang tinggi dan dapat menampilkan pesan multimedia

(suara, gambar dan animasi) yang dapat mempertajam ingatan. Biaya iklan

televisi per tampil relatif lebih murah dibanding iklan di majalah atau koran.

Meskipun demikian, biasanya biaya keseluruhan iklan televisi lebih besar dan

(21)

Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas dan

penyampai pesannya dibatasi oleh durasi (jam, menit, dan detik). Pesan dari

televisi tidak dapat diulang kecuali bila direkam. Di sisi lain, pesan di televisi

memiliki kelebihan tersendiri karena tidak hanya didengar tetapi juga dapat

dilihat dalam gambar yang bergerak (audio visual). Televisi merupakan media

yang paling disukai oleh para pengiklan. Hal tersebut disebabkan keistimewaan

televisi yang mempunyai unsur audio dan visual. Sehingga para pengiklan

percaya bahwa televisi mampu menambah daya tarik iklan dibanding media

lain. Televisi juga diyakini sangat berorientasi mengingatkan khalayak sasaran

terhadap pesan yang disampaikan (Kasali, 1992:172).

2.2 Strategi Dalam Merancang Iklan Televisi

Pertimbangan dalam strategi merancang iklan televisi adalah cerita atau

narasi iklan. Hal ini penting mengingat cerita bisa menjadi daya tarik sebuah

iklan. Pada era dimana iklan menjadi komoditas hiburan, maka unsur cerita

atau narasi akan semakin kuat. Memang tidak semua pengiklan membuat cerita

menjadi kekuatan iklan. Hal lain yang perlu di perhatikan adalah atribut-atribut

dalam iklan seperti logo, warna, slogan/tagline, suara, dan message. Kreatifitas

iklan memang benar-benar diuji saat semua atribut tersebut bisa ditangkap

dengan mudah oleh audiens dan kemudian di recall. Strategi yang lain yang

perlu diperhatikan adalah melihat perilaku/sikap audiens yang berhubungan

(22)

adalah melihat perilaku/sikap audiens pada tahap ini meliputi sense, feel dan

think. Beberapa iklan dibuat untuk menggelitik rasa tawa, membuat kita seolah

menjadi haus, membuat kita berpikir serius atau memunculkan gairah seks.

Tujuannya adalah agar audience bisa merespon iklan tersebut. Kemampuan

memberikan rangsangan ini perlu diperhatikan karena bisa membuat audiens

tidak jadi berpindah channel televisinya. Perilaku seseorang terhadap iklan

juga mencakup apa yang terlintas di otak pada saat melihat iklan ditayangkan

seperti rasa bangga, rasa percaya, kemegahan dan lain sebagainya. Hal ini

khususnya iklan yang ingin menancapkan image apa yang dipikirkan audience,

pada saat melihat iklan menjadi penting. Pertimbangan yang lain dalam strategi

merancang iklan televisi harus berdasarkan prinsip-prinsip dasar dengan

menggunakan teknik dalam membuat sebuah karya film. Beberapa

pertimbangan dalam membuat iklan televisi ;

a. Memahami penglihatan, suara dan gerakan. Masing-masing elemen

tersebut harus berhubungan dengan persepsi dari pesan yang diinginkan

penonton, yaitu membuat kepastian bahwa produk yang diiklankan

menampilkan audio yang sesuai dengan gambar yang ditampilkan.

b. Kata yang ditampilkan dalam iklan mengintepretasikan gambar dan

pemikiran selanjutnya.

c. Tampilan iklan televisi umumnya lebih efektif dalam penampilan

daripada perkataan. Untuk itu, kemampuan video untuk berkomunikasi dengan

(23)

d. Sejumlah adegan harus direncanakan secara hati-hati karena jika

adegan terlalu banyak akan membuat penonton binggung.

e. Tampilan iklan televisi harus merupakan acara yang mengalir sehingga

penonton akan mengikuti dengan mudah

f. Pada dasarnya televisi adalah media yang close-up. Layar televisi

umumnya terlalu kecil untuk mengungkapkan secara rinci adegan dalam iklan.

Long shot lebih efektif untuk membangun latar belakang, tetapi tidak efektif

untuk menampilkan keunggulan produk.

g. Waktu harus difungsikan dengan baik. Adegan dalam tampilan iklan

televisi membutuhkan lebih banyak waktu dari pada copy (narasi) oleh pengisi

suara secara langsung. Karena itu, iklan harus banyak menampilkan adegan

dibandingkan pembacaan naskah.

h. Menggunakan slogan/tagline sebagai tema dasar, sehingga penonton

melihat dan mendengar keunggulan produk yang diiklankan

i. Jika memungkinkan iklan dapat menampilkan nama merek dengan

menonjolkan bidikan kamera pada kemasan atau logo untuk membangun

identifikasi merek. (Suyanto, 2005:153-154)

2.3 Fungsi Iklan

Iklan mampu memiliki fungsi untuk memberikan informasi, yaitu

bahwa iklan memberikan informasi-informasi yang berharga bagi khalayaknya.

(24)

a. Pengenalan adanya produk,

b. Bagaimana cara menggunakan produk,

c. Manfaat tambahan atas produk,

d. Bagaimana cara menggunakan produk,

e. Manfaat tambahan atas produk,

f. Perkembangan produk, dimana dan kapan produk dapat dibeli dan

sebagainya.

Iklan mampu mengemban fungsi mempersuasi khalayak, yaitu

membujuk konsumen agar mengikuti apa yang disarankan dalam isi pesan

iklan. Wujud persuasi yang diperlihatkan dalam iklan dapat berupa;

a. Membujuk agar mencoba,

b. Membeli atau memakai,

c. Mempertahankan minat terhadap produk,

d. Beralih pada produk tertentu,

e. Menumbuhkan dan memelihara keyakinan terhadap produk,

f. Menciptakan, mengingatkan dan mengembangkan permintaan terhadap

produk,dsb.

2.4 Elemen Iklan

Elemen-elemen dalam iklan dapat mempengaruhi emosi seseorang

(25)

“creatives have a wide range or stimuli or element that they can include in add to elicit various emotions. They can be drawn from any six element types, color and movement”

Artinya, kreativitas mempunyai jangkauan yang luas atau

rangsangan-rangsangan atau elemen-elemen yang dapat dimasukkan dalam iklan agar dapat

mempengaruhi emosi. Secara umum, kreativitas dapat dijabarkan dalam enam

tipe elemen dimana tergantung pada media advertising yang digunakan yaitu

kata-kata yang terlihat, musik, gambar, warna dan gerakan.

Berkaitan dengan hal tersebut beberapa elemen-elemen dalam iklan adalah

sebagai berikut;

a. Heard word and sound effect (kata-kata yang terdengar dan efek suara

terdiri atas kata-kata yang terdengar dalam sebuah tulisan yang membuat

konsumen dapat mengerti apa yang dimaksud dalam iklan tersebut.

b. Music (Musik) : ilustrasi musik yang digunakan saat iklan di tayangkan.

Musik sebagai elemen iklan dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu jingle dan musik

sebagai latar belakang.

c. Seen word (kata-kata terlihat) : kata-kata yang terlihat pada tayangan

iklan untuk memperjelas tayangan tersebut kata-kata yang digunakan harus

mendukung manfaat produk yang dikomunikasikan dalam pikiran.

d. Picture (gambar) : meliputi gambar-gambar yang digunakan dalam

tayangan iklan yang berhubungan dengan objek yang diiklankan.

e. Colors (warna) : komposisi keserasian warna dan pengaturan

(26)

f. Movement (gerakan) : gerakan yang terlihat pada saat tayangan iklan

yang dapat mempengaruhi emosi seseorang untuk larut di dalamnya.

2.5 Televisi Sebagai Media Beriklan

Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas dan

penyampai pesannya dibatasi oleh durasi (jam, menit, dan detik). Pesan dari

televisi tidak dapat diulang kecuali bila direkam. Televisi merupakan media

yang paling disukai oleh para pengiklan. Hal tersebut disebabkan keistimewaan

televisi yang mempunyai unsur audio dan visual. Sehingga para pengiklan

percaya bahwa televisi mampu menambah daya tarik iklan dibanding media

lain. Televisi juga diyakini sangat berorientasi mengingatkan khalayak sasaran

terhadap pesan yang disampaikan (Kasali, 1992:172).

Bukti keefektifan televisi sebagai media beriklan terlihat pada

kepercayaan iklan yang kuat terhadapnya serta selalu menggunakannya secara

tetap. Penyebabnya antara lain karena kekuatan yang dimiliki televisi yaitu :

a. Efisiensi biaya yang merupakan keunggulannya mampu menjangkau

khalayak sasaran yang sangat luas. Televisi tidak hanya menjangkau khalayak

sasaran yang dapat dicapai oleh media lain tetapi juga khalayak yang tidak

terjangkau sekalipun. Jangkauan massal ini menimbulkan efisiensi biaya untuk

(27)

b. Memberikan dampak atau pengaruh yang kuat. Dalam hal ini televisi

mempunyai kemampuan kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak sasaran.

Karena sebagian besar masyarakat meluangkan waktunya di depan televisi.

c. Televisi mempunyai kemampuan menimbulkan tekanan pada dua

indera sekaligus, penglihatan dan pendengaran (Kasali,1992:121-122).

2.6 Opini

Ada beberapa pendapat yang dikeluarkan oleh para ahli mengenai

opini, Kruger Reckless dalam (Sunarjo,1997:31) mengatakan bahwa opini itu

bersifat relatif, artiya bahwa opini itu dapat benar tetapi dapat pula tidak benar,

akan tetapi oleh kebanyakan orang dianggap sebagai kebenaran. Karena itu

didalam bahasa Indonesia orang menyebut dengan berbagai macam istilah

antara lain, pendapat umum, anggapan orang ramai dan sebagainya.

Opini sendiri dapat berubah-ubah, perubahan itu dapat ditimbulkan dan

disalurkan oleh seseorang atau suatu lembaga. Alat yang umum dipakai untuk

menyalurkan adalah media massa (pers, radio, televisi dan film). Opini juga

dapat dikatakan sebagai pendapat, yang berasal dari sekumpulan hasil sikap

dari individu-individu (khalayak sebagai populasi) yang memberi respon

(tanggapan) kepada stimulus (rangsangan) dan dapat dinyatakan secara aktif

maupun secara pasif. Opini dapat dinyatakan secara verbal, terbuka dengan

kata-kata yang dapat ditafsirkan secara jelas, ataupun melalui pilihan-pilihan

(28)

dan opini sendiri dapat menghasilkan respon yang positif, yaitu dengan

memberikan tanggapan dengan baik (mendukung). Negatif memberikan

tanggapan dengan berlawanan atau tidak mendukung dan juga netral dengan

tidak memberikan tanggapan (Sunarjo, 1997:87)

Beberapa jenis opini yang harus diketahui adalah sebagai berikut:

a. Opini individual

Sesuai dengan makna dari istilah yang dikandungnya, opini individual

atau individual opinion adalah pendapat seseorang secara perseorangan

mengenai sesuatu yang terjadi dimasyarakat. Pendapatnya itu bias disetujui,

bisa juga tidak setuju. Baru diketahui bahwa orang-orang yang sependapat dan

ada yang tidak sependapat dengan dia, setelah ia memperbincangkannya

dengan orang lain. Maka sesuatu yang terjadi itu kini menjadi obyek opini

publik. Jadi, opini publik itu merupakan perpaduan dari opini-opini individual.

Pendapat menjadi opini karena sesuatu yang terjadi dalam masyarakat tadi

menimbulkan pertentangan, ada yang pro dan ada yang kontra.

b. Opini pribadi (private opinion)

Opini pribadi adalah pendapat asli seseorang mengenai suatu masalah

sosial. Pendapat seseorang belum tentu merupakan opininya pribadi, mungkin

ia ambil alih opini orang lain sebagai opininya sendiri, tetapi bukan opininya

pribadi. Opini pribadi timbul apabila seseorang, tanpa dipengaruhi orang lain,

menyetujui atau tidak menyetujui suatu masalah sosial, kemudian berdasarkan

(29)

masalah sosial tadi dan apabila ia dikomunikasikan kepada orang lain dalam

suatu pengujian, maka ia telah menyampaikan opini pribadinya.

c. Opini kelompok (group opinion)

Opini kelompok adalah pendapat sekelompok mengenai masalah sosial

yang menyangkut kepentingan banyak orang, termasuk sekelompok yang tadi.

Yang didalamnya ada yang pro dan ada yang kontra.

d. Opini mayoritas (majority opinion)

Sesuai dengan makna yang disandang oleh istilah itu, opini mayoritas

adalah pendapat orang-orang terbanyak dari mereka yang berkaitan dengan

suatu masalah yang pro, mungkin yang kontra, mungkin yang mempunyai

penilaian lain. Biasanya muncul opini mayoritas itu dibawa kepada suatu

forum terbuka dalam bentuk lembaga, misajnya parlemen, sehingga bisa

dihitung berapa jumlah yang pro, berapa yang kontra dan berapa pula yang

tidak termasuk pro dan kontra atau netral

e. Opini minoritas (minority opinion)

Opini minoritas adalah kebalikan dari opini mayoritas. Opini minoritas

adalah pendapat orang-orang yang relatif jumlahnya sedikit dibandingkan

dengan jumlah mereka yang terkait dengan suatu masalah sosial. Mungkin

yang sedikit ini adalah yang pro, mungkin yang kontra, mungkin yang punya

penelitian lain. Seperti halnya opini mayoritas, timbulnya istilah opini

minoritas ialah apabila masalah sosial yang dibicarakan itu berlangsung dalam

(30)

f. Opini massa (mass opinion)

Opini massa merupakan tahap kelanjutan dari opini publik. Opini

publik adalah pendapat sejumlah orang yang bersifat kontroversial atau

mengandung pertentangan sebagai hasil pergunjingan terbuka mengenai

masalah yang meyangkut kepentingan umum. Pendapat yang berbeda itu

kemudian berkembang menjadi pendapat yang sama, apakah seluruhnya pro

atau seluruhnya kontra. Dengan demikian opini publik itu menjadi opini massa.

Opini yang bersifat massa ini bisa beralih bentuk menjadi tindakan fisik dan

bersifat destruktif. Dapat disimpulkan bahwa opini massa adalah pendapat

seluruh masyarakat sebagai hasil perkembangan pendapat yang berbeda

mengenai masalah yang menyangkut kepentingan umum.

g. Opini umum (general opinion)

Opini umum adalah pendapat sama dari semua orang dalam suatu

masyarakat mengenai masalah yang menyangkut kepentingan umum. Dari

definisi tersebut jelas terdapatnya persamaan dengan opini massa, yaitu bahwa

pada kedua-duanya semua orang mempunyai pendapat yang sama.

Perbadaannya ialah, jika pada opini massa pendapat yang sama itu merupakan

hasil perkembangan dari opini publik yaitu pendapat yang kontroversial pada

opini umum tidak, ketika ditengah-tengah masyarakat muncul suatu masalah

yang menyangkut kepentingan umum, maka semua orang pro atau semua

(31)

Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan diatas, peneliti

mempunyai kesimpulan bahwa opini buruh industri merupakan tanggapan dari

sekumpulan individu-individu yang telah menonton tayangan iklan televisi

Jamsostek versi pengusaha batik mengenai suatu hal yang menarik perhatian

dan dijadikan suatu perdebatan yang dapat ditanggapi secara aktif, baik positif

dengan memberikan dukungan dan pasif sebagai tanggapan netral, negatif atau

tidak mendukung. Opini buruh industri yang bekerja di kawasan Surabaya

Rungkut Industrial Estate diharapkan nantinya akan membentuk suatu opini

dari menonton tayangan iklan Jamsostek versi pengusaha batik, apakah

tayangan tersebut dapat diterima dan direspon dengan baik dengan penyajian

yang berbeda atau tidak dapat diterima dengan baik karena keberadaannya

dianggap tidak merepresentasikan dari perusahaan-perusahaan yang

mempekerjakannya yang berada di kawasan Surabaya Industrial Estate

Rungkut.

2.7 Faktor Pembentuk Opini

Untuk mengetahui opini individu (personal) terhadap suatu objek, dapat

dilihat dari unsur pembentukan opininya. Setiap opini mempunyai 3 unsur

(32)

a. Kepercayaan (berkaitan dengan unsur kognitif)

Kepercayaan mengacu pada sesuatu yang diterima khalayak, benar atau

tidak berdasarkan pengalaman masa lalu, pengetahuan dan informasi sekarang

dan persepsi yang berkesinambungan.

b. Nilai (berkaitan dengan unsur afektif)

Melibatkan kesuka-ketidaksukaan, cinta dan kebencian, hasrat dan

ketakutan, bagaimana orang menilai sesuatu dan intensitas penilaiannya apakah

kuat, lemah ataukah netral.

c. Pengharapan

Mengandung citra seseorang tentang apa keadaannya setelah tindakan.

Pengaharapan di tentukan dari pertimbangan terhadap sesuatu yang terjadi

pada masa lalu, keadaan sekarang dan sesuatu yang kira-kira akan terjadi jika

dilakukan perbuatan tertentu

Menurut Djoenasih S Soenarjo, dalam buku opini publik menyatakan

bahwa ciri-ciri opini adalah : Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataannya,

Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat, Mempunyai

pendukung dalam jumlah besar.

Dari ciri-ciri diatas dapat disimpulkan opini bersifat terbuka dan

merupakan suatu kesatuan dari pernyataan-pernyataan yang ada serta memiliki

jumlah yang tidak kecil. Opini dapat dinyatakan melalui perilaku bahasa tubuh,

(33)

tanda-tanda lain yang tak terbilang jumlahnya, melalui referensi nilai-nilai

pandangan, sikap dan kesetiaan.

Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan ataupun strata, namun

mempunyai arah yaitu seperti dibawah ini:

a. Opini positif, jika individu memberikan pernyataan setuju.

b. Opini netral, jika individu memberikan pernyataan ragu-ragu.

c. Opini negatif, jika individu memberikan pernyataan tidak setuju

(Effendy, 1990:85)

2.8 Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response)

Awalnya teori ini berasal dari psikologi, karena adanya kesamaan

obyek material dari psikologi sama maka teori ini menjadi kajian teori ilmu

komunikasi. Yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen opini,

sikap, perilaku, afeksi, konasi, dan kognitif.

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Stimulus

sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan

komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang, dan

gambar kepada komunikan. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima

pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan

tanda, lambang maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara

memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya Response

(34)

proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif, dan

kognitif pada diri komunikan.

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap

stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan

kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 1993:254). Akibat

yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya

stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut :

Organism :

Teori S-O-R (Effendy, 1993:255)

Menurut gambar dari model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau

pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mungkin

diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila

komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan

memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan

yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan

untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses

(35)

2.9 Kerangka Berpikir

Iklan di media massa terutama seperti televisi bukanlah satu-satunya

pilihan untuk merebut calon konsumen maupun meningkatkan loyalitas

konsumen. Meski strategi untuk agresif beriklan di televisi mempunyai

kelebihan bisa menjangkau secara luas target sasaran pengiklan. Namun yang

tetap diperhatikan adalah bagaimana meningkatkan brand equity dari sebuah

nama sehingga beberapa strategi periklanan produk commercial sengaja di

benamkan dalam pembuatan iklan layanan masyarakat dengan harapan agar

awarness, trustworty audiens terhadap iklan akan meningkat dan pesan yang

dikomunikasikan akan segera di tindak lanjuti. Komunikan mengenal pesan

berupa informasi mengenai pentingnya jamsostek dan 4 program jamsostek

yang sangat menguntungkan bagi peserta jamsostek, setelah mendapatkan

stimulus dari komunikator melalui tahapan penerimaan, perhatian, dan

pengertian. Untuk kemudian direspon sebagai hasil dari proses komunikasi.

Respons itulah nantinya menimbulkan efek yang membawa perubahan dari

adanya pesan yang disampaikan dalam unsur-unsur iklan jamsostek versi

pengusaha batik di televisi. Dengan indikator seperti heard word and sound

effect (kata-kata yang terdengar dan efek suara), music (musik), seen word

(kata-kata terlihat), picture (gambar), colors (warna), movement (gerakan)

sehingga dari stimulus dalam hal ini terpaan iklan yang terus-menerus yang

(36)

mengerti, menyadari, dan mengingat kembali selanjutnya memberikan

penilaian dan memunculkan minat untuk beraksi.

Informasi atau pesan yang disampaikan oleh Jamsostek disebut sebagai

stimulus. Stimulus yang diterima oleh masyarakat akan menimbulkan opini.

Opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan. Opini mempunyai 3 unsur

yaitu: nilai, kepercayaan dan pengharapan. Opini dapat dinyatakan melalui dua

cara: secara verbal terbuka dengan kata-kata yang dapat ditafsirkan secara

jelas, ataupun pilihan-pilihan kata yang sangat halus dan tidak secara langsung

dapat diartikan (konotatif). Opini dapat pula dinyatakan melalui perilaku

bahasa tubuh, raut muka, symbol-simbol tertulis, pakaian yang dikenakan dan

oleh tanda-tanda lain yang tak terbilang jumlahnya, melalui referensi nilai-nilai

pandangan, sikap dan kesetiaan.

Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan ataupun strata, namun mempunyai

arah, yaitu seperti dibawah ini:

a. Opini positif, jika individu memberikan pernyataan setuju.

b. Opini netral, jika individu memberikan pernyataan ragu-ragu.

c. Opini negatif, jika individu memberikan pernyataan tidak setuju

(Effendy, 1990:85).

Dalam penelitian ini yang diteliti adalah opini buruh tentang iklan

layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi, yang

merupakan kategori opini personal para buruh yang bekerja di kawasan SIER

(37)

STIMULUS

Iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik

di televisi didalam nya terdapat unsur iklan yaitu;

a. Heard word and sound effect

ORGANISM

Buruh di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut

Kepercayaan (berkaitan dengan unsur kognitif)

Nilai (berkaitan dengan unsur afektif)

(38)

3.1 Defenisi Operasional

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, sehingga

penelitian ini tidak mencari atau membicarakan hubungan antar variabel.

Penelitian difokuskan untuk mengetahui opini buruh tentang iklan layanan

masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi, indikator opini dalam

penelitian ini adalah stimulus yang berupa unsur-unsur iklan layanan

masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik yang dikemas dalam visualisasi

iklan. Secara operasional opini dapat dikategorikan menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Positif adalah opini mendukung atau memberikan pernyataan yang

positif tentang unsur-unsur iklan layanan masyarakat Jamsostek versi

pengusaha batik di televisi.

b. Netral adalah opini yang tidak mendukung atau tidak memberikan

pernyataan negatif maupun positif tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek

versi pengusaha batik di televisi.

c. Negatif adalah opini yang bersifat tidak mendukung atau memberikan

pernyataan negatif tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi

pengusaha batik di televisi.

(39)

3.1.1. Iklan Layanan Masyarakat

Iklan layanan masyarakat adalah jenis periklanan yang dilakukan oleh

pemerintah, suatu organisasi komersial atau pun nonkomersial untuk mencapai

tujuan sosial atau sosio-ekonomis terutama untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Dalam penelitian ini pengiklan adalah sebuah organisasi penyelenggara

program jaminan sosial (Jamsostek). Jamsostek merupakan salah satu tanggung

jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi

kepada masyarakat. Pemerintah menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang berhubungan dengan

Amandemen UUD 1945 yang berbunyi : “Negara mengembangkan sistem

jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang

lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”.

Iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi

tersebut menceritakan bagaimana pentingnya jamsostek di lihat dari sudut

pandang seorang pengusaha kerajinan batik lokal yang sepenuhnya

mengandalkan kemampuan manusia sebagai penghasil produksi kain batik.

Banyaknya kendala dan masalah pemahaman mengenai jamsostek di

masyarakat yang menjadikan alasan mengapa Jamsostek memproduksi iklan

(40)

3.1.2 Unsur iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi terdiri dari :

a. Heard word and sound effect (kata-kata yang terdengar dan efek suara

terdiri atas kata-kata yang terdengar dalam sebuah tulisan yang membuat

konsumen dapat mengerti apa yang dimaksud dalam iklan tersebut.

Disampaikan oleh seorang talent wanita yang telah berusia tua berkarakter khas

jawa dan narasi yang disampaikan melalui voice over dalam Iklan layanan

masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik berbunyi: “Punya usaha dan

punya karyawan begini bikin jantung ndredek melulu, Lah wong kalo sakit

duwite sopo sing gawe mbayar rumah sakit, Tapi, Untung ikut jamsostek, ada

jaminan hari tua, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja,

jaminan kematian dan banyak untung-untung lainnya. Bisa buntung punya

karyawan tapi gak punya jamsostek”

b. Music (Musik) : ilustrasi musik yang digunakan saat iklan di tayangkan.

Musik sebagai elemen iklan dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu jingle dan musik

sebagai latar belakang. Untuk musik jingle adalah berupa penyebutan

Slogan/tagline “untung ikut jamsostek”.

c. Seen word (kata-kata terlihat) : kata-kata yang terlihat pada tayangan

iklan untuk memperjelas tayangan tersebut kata-kata yang digunakan harus

mendukung manfaat produk yang dikomunikasikan dalam pikiran. Kata-kata

yang terlihat adalah Untung ikut jamsostek, Jaminan hari tua, Jaminan

pemeliharaan kesehatan, Jaminan kematian, JAMSOSTEK Hak Pekerja

(41)

d. Picture (gambar) : meliputi gambar-gambar yang digunakan dalam

tayangan iklan yang berhubungan dengan objek yang diiklankan. Gambar

dalam tayangan iklan ini adalah sosok wanita pengusaha usia tua dengan

karakter yang di tonjolkan adalah karakter seorang pengusaha dari suku jawa,

dengan latar belakang beberapa para pekerja batik.

e. Colors (warna) : komposisi keserasian warna dan pengaturan

pencahayaan dengan objek yang diiklankan. Warna ditampilkan cenderung

gelap namun untuk sosok talent terlihat terang hal ini adalah untuk mendukung

kekuatan karakter talent dalam iklan.

f. Movement (gerakan) : gerakan yang terlihat pada saat tayangan iklan

yang dapat mempengaruhi emosi seseorang untuk larut di dalamnya. Gerakan

talent dalam tayangan iklan banyak dilakukan dengan gerakan kinesik, yaitu

gerakan tangan untuk memperkuat testimonial yang tengah disampaikan.

3.2 Opini

Tingkat pengetahuan dioperasionalkan pada apakah seseorang cukup

intens mengetahui informasi dari suatu isu tertentu sehingga ia dapat

menindaklanjuti isu tersebut. Pengetahuan yang dimaksud disini adalah

pengetahuan faktual (factual knowledge) yang menuntut seseorang mengetahui

informasi yang menurut mereka menarik, aktual atau penting. Menindak lanjuti

dari suatu informasi baik itu dalam bentuk sikap maupun pendapat tergantung

pada pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai informasi tersebut

(42)

3.3. Pengukuran Opini Buruh Di Surabaya Industrial Estate Rungkut Tentang Iklan Layanan Masyarakat Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) Versi “Pengusaha Batik” Di Televisi

Indikator opini dalam iklan tersebut berupa heartword/sound effect,

seen word, picture, color, movement dan ditunjukan melalui total skor dari

seluruh jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam

kuisioner. Terdapat dua pilihan jawaban pada kuisioner

yaitu:

A. Sangat Setuju Diberi skor 4

B. Setuju Diberi skor 3

C. Tidak Setuju Diberi skor 2

D. Sangat Tidak Setuju Diberi skor 1

dimana nantinya jawaban akan diberi skor pada semua pertanyaan dengan

menggunakan skala interval (tinggi, sedang, rendah). Jumlah skor yang

menjadi batasan skor untuk lebar interval tingkat rendah, sedang dan tinggi

menggunakan rumus:

Skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah Jenjang yang di inginkan

Dari rumus tersebut diperoleh lebar interval untuk mengetahui

bagaimana opini buruh di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut. Lebih

(43)

buruh tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di

televisi sebanyak 9 pertanyaan, sehingga :

Skor terendah = 9 x 1 = 9

Batasan skor untuk mengetahui arah opini buruh tentang iklan layanan

masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi adalah rendah, sedang,

tinggi :

Jumlah skor 9-17 dalam kategori penilaian rendah

Jumlah skor 18-26 dalam kategori penilaian sedang

Jumlah skor 27-36 dalam kategori penilaian tinggi

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah buruh yang bekerja di kawasan

Surabaya Industrial Estate Rungkut. Namun, dalam penelitian ini merujuk

kepada populasi, hingga tahun 2006 tercatat jumlah buruh yang bekerja di

kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut sebanyak 63.081 jiwa.

(www.sier-pier.com)

Maka jumlah sampel akan ditentukan dengan menggunakan rumus

(44)

Keterangan :

N = ukuran populasi

n = ukuran sampel

d = presisi

Dengan tingkat presisi ± 10% dan tingkat kepercayaan 90% dari

populasi buruh yang bekerja di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut

sebanyak 60.381 jiwa

Dengan perhitungan responden sebagai berikut :

 

0.1 1

3.5 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah accidental sampling

atau sampling kebetulan di wilayah dimana Surabaya Industrial Estate Rungkut

merupakan wilayah perindustrian yang cukup besar sehingga dalam

pengumpulan data dapat menghemat waktu dan biaya.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari

(45)

digunakan untuk pengumpulan data adalah kuisioner dengan teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

a. Data primer yaitu dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada

responden

b. Data sekunder yaitu melalui studi kepustakaan, referensi dan literatur

yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

3.7. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan tipe analisis

deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian dengan tanpa mencari atau menjelaskan

hubungan antar variabel, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi

(Rahmat,1999:24). Penelitian ini akan menjelaskan variabel-variabel tanpa

mencari korelasi satu sama lainnya. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner

selanjutnya akan diolah untuk mendiskripsikan data hasil penelitian.

Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari: mengedit dan

memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis

secara deskriptif berdasarkan tabel frekuensi dari setiap pertanyaan yang

(46)

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Jaminan Sosial Tenaga Kerja/JAMSOSTEK

Penyelenggara program jaminan sosial merupakan salah satu tangung

jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi

kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara,

Indonesia seperti halnya berbagai Negara berkembang lainnya,

mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security,

yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada

masyarakat pekerja di sektor formal.

Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang

panjang, dimulai dari UU No. 33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan

kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 48/1952 jo PMP No.8/1956

tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh,

PMP No. 15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP

No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS),

diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja, secara

kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.

Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut

landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada

(47)

tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya

Peraturan Pemerintah (PP) No. 33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program

asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi

kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit

pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu

Perum Astek.

Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No. 3 tahun 1992

tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP

No.36/1995 ditetapkannya PT. Jamsostek sebagai badan penyelenggara

Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan

dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya,

dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan

keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang,

akibat resiko sosial.

Selanjutnya pada akhir tahun 2004,Pemerintah juga menerbitkan UU

Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang

berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 dengan perubahan pada pasal 34

ayat 2, dimana Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mengesahkan

Amandemen tersebut, yang kini berbunyi : "Negara mengembangkan sistem

jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang

lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat

(48)

dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan motivasi maupun produktivitas

kerja.

Kiprah Perseroan yang mengedepankan kepentingan dan hak normative

Tenaga Kerja di Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT Jamsostek

(Persero) memberikan perlindungan 4 program, yang mencakup Program

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari

Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga

kerja dan keluarganya. Dengan penyelenggaraan yang makin maju, program

Jamsostek tidak hanya bermanfaat kepada pekerja dan pengusaha tetapi juga

berperan aktif dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian bagi

kesejahteraan masyarakat dan perkembangan masa depan bangsa.

4.1.2 Visi Jaminan Sosial Tenaga Kerja/JAMSOSTEK

Menjadi lembaga penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang

terpercaya dengan mengutamakan pelayanan prima dan manfaat optimal bagi

seluruh peserta.

4.1.3 Misi Jaminan Sosial Tenaga Kerja/JAMSOSTEK

a. Meningkatkan dan mengembangkan Mutu Pelayanan dan Manfaat

kepada peserta berdasarkan Prinsip Profesionalisme.

b. Meningkatkan jumlah kepesertaan program Jaminan Sosial Tenaga

(49)

c. Meningkatan Budaya Kerja melalui kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) dan penerapan Good Corporate Governance (GCG)

d. Mengelola dana peserta secara optimal dengan mengutamakan prinsip

kehati-hatian (prudent)

e. Meningkatkan Corporate Values dan Corporate Images.

4.1.4 Filosofi Jaminan Sosial Tenaga Kerja/JAMSOSTEK

a. JAMSOSTEK dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk

mengatasi resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung

orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan

dihari tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti

jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasihan

orang lain.

b. Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program

JAMSOSTEK dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda

membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang

berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah.

Motto Perusahaan : Pelindung Pekerja, Mitra Pengusaha

4.1.5 Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang

(50)

keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan

sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan

keluarganya akibat dari terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang

terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut

terbatas saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua

dan meninggal dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya

penghasilan tenaga kerja dan/atau membutuhkan perawatan medis

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan mekanisme

Asuransi Sosial.

4.1.5.1 Definisi Program Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya

penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan

diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua

memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat

tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.

Iuran Program Jaminan Hari Tua:

a. Ditanggung Perusahaan = 3,7%

b. Ditanggung Tenaga Kerja = 2 %

Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil

(51)

4.1.5.2 Manfaat Program Jaminan Hari Tua

Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang

terkumpul ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:

a. Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap

b. Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun

dengan masa tunggu 1 bulan

c. Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI.

4.1.5.3 Tata Cara Pengajuan Jaminan

a. Setiap permintaan JHT, tenaga kerja harus mengisi dan menyampaikan

formulir 5 Jamsostek kepada kantor Jamsostek setempat dengan

melampirkan:

1) Kartu peserta Jamsostek (KPJ) asli.

2) Kartu Identitas diri KTP/SIM (fotokopi).

3) Surat keterangan pemberhentian bekerja dari perusahaan atau

Penetapan Pengadilan Hubungan Industrial.

4) Surat pernyataan belum bekerja di atas materai secukupnya.

5) Kartu Keluarga (KK)

b. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang mengalami cacat

total dilampiri dengan Surat Keterangan Dokter

c. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggalkan

(52)

1) Pernyataan tidak bekerja lagi di Indonesia

2) Photocopy Paspor

3) Photocopy VISA

d. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggal dunia

sebelum usia 55 thn dilampiri:

1) Surat keterangan kematian dari Rumah

Sakit/Kepolisian/Kelurahan

2) Photocopy Kartu keluarga

e. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang berhenti bekerja

dari perusahaan sebelum usia 55 thn telah memenuhi masa kepesertaan

5 tahun telah melewati masa tunggu 1 (satu) bulan terhitung sejak

tenaga kerja yang bersangkutan berhenti bekerja, dilampiri dengan:

1) Photocopy surat keterangan berhenti bekerja dari perusahaan

2) Surat pernyataan belum bekerja lagi

f. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang menjadi Pegawai

Negeri Sipil/POLRI/ABRI.

Selambat-lambatnya 30 hari setelah pengajuan tersebut PT Jamsostek (persero)

melakukan pembayaran JHT

4.1.6 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja. JPK adalah salah satu

(53)

masalah kesehatan. Mulai dari pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan,

rumah sakit, kebutuhan alat bantu peningkatan fungsi organ tubuh, dan

pengobatan, secara efektif dan efisien. Setiap tenaga kerja yang telah mengikuti

program JPK akan diberikan KPK (Kartu Pemeliharaan Kesehatan) sebagai

bukti diri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Manfaat JPK bagi

perusahaan yakni perusahaan dapat memiliki tenaga kerja yang sehat, dapat

konsentrasi dalam bekerja sehingga lebih produktif.

Jumlah iuran yang harus dibayarkan:

Iuran JPK dibayar oleh perusahaan dengan perhitungan sebagai berikut:

a. Tiga persen (3%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk tenaga

kerja lajang

b. Enam persen (6%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk

tenaga kerja berkeluarga

c. Dasar perhitungan persentase iuran dari upah setinggi-tingginya Rp

1.000.000,-

Cakupan Program

Program JPK memberikan manfaat paripurna meliputi seluruh kebutuhan

medis yang diselenggarakan di setiap jenjang PPK dengan rincian cakupan

pelayanan sebagai berikut:

a. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama, adalah pelayanan kesehatan

yang dilakukan oleh dokter umum atau dokter gigi di Puskesmas,

Gambar

Gambar. 1 Teori S-O-R (Effendy, 1993:255)
Gambar 2. Kerangka berpikir opini buruh tentang iklan layanan
Tabel. 3 Pendidikan Terakhir Responden
Tabel. 4 Responden Dalam Menonton Televisi
+4

Referensi

Dokumen terkait

F hitung lebih besar dari pada F tabel (54,71> 3,92), maka hipotesis yang peneliti ajukan diterima atau konsep diri guru tentang pembelajaran benar-. benar

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah ada perbedaan sikap terhadap empty nest ditinjau dari jenis kelamin orangtua. Metode penelitian yang digunakan adalah

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan kualitatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu data-data yang diperoleh, dikumpulkan dan dianalisa

Agar pembahasan penelitian ini tidak meluas maka penelitian ini difokuskan pada Kontribusi Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan melalui Shalat Dhuha terhadap Akhlak

Konsep Pertanggungjawaban pidana dihubungkan dengan Politik hukum Pemberantasan tindak pidana korupsi dimasa yang akan datang bahwa Legal Policy Pemberantasan Tindak

Penelitian utama diantaranya karakterisasi bahan baku, uji organoleptik, pembuatan snack bar, dan pembandingan sifat fisik, kimia, dan organoleptik snack bar

harus sesuai dengan yang dibahas. 3) Memahami tinggkat persamaan dan pengetahuan orang lain. Yaitu pendapat yang diberikan tidak hanya mengandalkan logika tetapi juga

Berkat rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir dengan judul “Rancang Bangun Sistem E-Learning Program Studi Teknik Telekomunikasi Berbasis..