(Studi Deskriptif Opini Buruh Yang Bekerja Di Kawasan Surabaya Industrial Esatate Rungkut/SIER Tentang Iklan Layanan Masyarakat Jamsostek (Jaminan
Sosial Tenaga Kerja) Versi Pengusaha Batik” Di Televisi )
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur
Oleh : ABDUR RAUF NPM : 0343010358
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PRODI ILMU KOMUNIKASI JAWA TIMUR
Alhamdulillaahirabil’aalamiin, segala puji bagi Allah SWT, sang
pemberi nafas hidup pada seluruh makhluk. Hanya kepadaNya-lah syukur
dipanjatkan atas selesainya skripsi ini. Sejujurnya penulis akui bahwa pendapat
sulit ada benarnya, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri
karena itu, kebanggaan penulis bukanlah pada selesainya skripsi ini melainkan
kemenangan dicapai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak selama proses
penyelesaian skripsi ini.
Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada Bapak Zainal Abidin A, S.Sos, MSi selaku dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu dan perhatian untuk memberikan
bimbingan, pengarahan dan masukan yang berarti kepada penulis selama masa
penyusunan skripsi ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang turut mendukung tersusunnya skripsi ini, antara
lain:
1. Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur,
Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP
2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, MSi Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos, MSi Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
v kepada penulis.
5. Bapak dan Ibu yang selalu berdoa untuk kesuksesan Penulis dalam
meraih cita-cita.
6. Terakhir namun sangat berarti bagi penulis, ucapan terima kasih kepada
teman angkatan 2003 Prodi Ilmu Komunikasi.
Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan
penuh keterbatasan. Dengan harapan bahwa skripsi ini akan berguna bagi
rekan-rekan di Prodi Ilmu Komunikasi, maka saran serta kritik yang
membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.
Surabaya, Maret 2010
Gambar .1 Model Teori S-O-R……….... 28
Gambar .2 Kerangka Berpikir………... 33
ix
Tabel 1. Kelompok Usia Responden………. 61
Tabel 2. Jenis Kelamin Responden……… 63
Tabel 3. Pendidikan Responden………... 64
Tabel 4. Responden Dalam Menonton Televisi………. 66
Tabel 5. Responden yang menyaksikan tayangan iklan layanan masyarakat……… 67
Tabel 6. Responden yang menyaksikan tayangan iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi dalam satu hari………. 68
Tabel 7. Opini responden tentang heard word (kata-kata yang terdengar) “Punya usaha dan punya karyawan begini bikin jantung ndredek melulu, Lah wong kalo sakit duwite sopo sing gawe mbayar rumah sakit”……… 69
Tabel 8. Opini responden tentang heard word (kata-kata yang terdengar) “Untung ikut Jamsostek, ada jaminan hari tua, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan banyak untung-untung lainnya”……... 71
Tabel 9. Opini responden tentang Heard word (kata-kata yang terdengar) dalam tayangan iklan “Bisa buntung punya karyawan tapi gak punya Jamsostek”………. 72
Tabel 10. Opini responden tentang musik (jingle dan background) yang terdengar dalam tayangan iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi………. 74
Tabel 11. Opini responden tentang musik (jingle dan background) yang terdengar dalam tayangan iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi………. 75
Tabel 12. Opini responden tentang seen word (kata-kata yang terlihat) dalam tayangan iklan “Untung Ikut Jamsostek”……….. 76
Tabel 13. Opini responden tentang seen word (kata-kata yang terlihat) dalam tayangan iklan “JAMSOSTEK Hak Pekerja Kewajiban Pengusaha UU No 3 Tahun 1992”……… 77
Tabel 14. Opini responden tentang picture (visualisasi gambar) dalam tayangan iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi……….. 78
Tabel 15. Opini responden tentang movement (gerakan kinesik berupa gerakan tangan untuk memperkuat testimonial) dalam tayangan iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi………... 80
ABDUR RAUF. OPINI BURUH TENTANG IKLAN LAYANAN MASYARAKAT JAMSOSTEK DI TELEVISI. (Studi Deskripstif Opini Buruh Yang Bekerja Di Kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut/SIER Tentang Iklan Layanan Masyarakat Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) Versi Pengusaha Batik Di Televisi).
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui opini buruh yang bekerja di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut/SIER tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi “pengusaha batik” di televisi. Opini buruh dapat dilihat dari arah opininya, yaitu opini positif, opini negatif, atau opini netral terhadap iklan tersebut.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Stimulus-Organism-Response, Periklanan, Buruh Sebagai Pemirsa Televisi, Opini.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah buruh yang bekerja di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut/SIER yang pernah melihat iklan layanan masyarakat Jamsostek versi “pengusaha batik” dengan asumsi responden mengerti tentang apa yang sedang diteliti yang nantinya akan berpengaruh pada keakuratan data yang dihasilkan. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan tipe accidental
sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan buruh yang menjadi responden memberikan opini positif terhadap iklan layanan masyarakat Jamsostek versi “pengusaha batik” yang ditayangkan di televisi.
Kata kunci : Opini, Buruh, Iklan Televisi, Iklan Layanan Masyarakat Jamsostek Versi “Pengusaha Batik”
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan iklan di Indonesia semakin menemukan pijakan yang
mantap ketika televisi swasta mulai muncul. Hal ini merupakan era baru bagi
periklanan Indonesia yaitu dengan berkembangnya iklan televisi. Di dukung
dengan SK Menpen No. 111/90 yang mengharuskan iklan-iklan yang
ditayangkan di televisi adalah iklan yang diproduksi di dalam negeri dan oleh
orang-orang Indonesia, dunia periklanan semakin ramai dengan upaya-upaya
untuk menampilkan gaya periklanan yang khas Indonesia. Media televisi
sendiri dengan kekuatan audio visualnya yang memungkinkan dinamisasi
tampilan iklan, telah menjadi sebuah media iklan yang mampu merebut
dominasi dari keseluruhan iklan media. Dengan tampilan suara dan gambar
yang dinamis, iklan televisi memiliki kelebihan dalam menarik perhatian
khalayak di bandingkan media iklan lainnya seperti media cetak atau media
radio. (Noviani,2002:37)
Periklanan adalah fenomena bisnis modern, tidak ada perusahaan yang
ingin maju dan memenangkan kompetisi bisnis tanpa mengandalkan iklan.
Demikian pentingnya peran iklan dalam bisnis modern sehingga salah satu
bonafiditas perusahaan terletak pada berapa besar dana yang dialokasikan
untuk beriklan. Di samping itu, iklan merupakan jendela kamar dari sebuah
perusahaan. Keberadaannya menghubungkan perusahaan dengan masyarakat,
khususnya konsumen.
Periklanan selain merupakan kegiatan pemasaran juga merupakan
kegiatan komunikasi. Kegiatan pemasaran meliputi strategi pemasaran, yakni
logika pemasaran yang dipakai unit bisnis untuk mencapai tujuan pemasaran
(Kotler,1991:416). Menurut Liliweri (1991:20), kegiatan komunikasi adalah
penciptaan interaksi perorangan dengan mengunakan tanda-tanda yang tegas.
Komunikasi juga berarti pembagian unsur-unsur perilaku, atau cara hidup
dengan eksistensi seperangkat ketentuan dan pemakaian tanda-tanda. Dari segi
komunikasi, rekayasa unsur pesan sangat tergantung dari siapa khalayak
sasaran yang dituju, dan melalui media apa sajakah iklan tersebut sebaiknya
disampaikan. Karena itu, untuk membuat komunikasi menjadi efektif, harus
dipahami betul siapa khalayak sasarannya, secara kuantitatif maupun kualitatif.
Pemahaman secara kuantitatif akan menjamin bahwa jumlah pembeli, dan
frekuensi pembelian yang diperoleh akan sejalan dengan target penjualan yang
telah ditetapkan. Pemahaman secara kualitatif akan menjamin bahwa pesan
iklan yang disampaikan akan sejalan dengan tujuan pemasaran yang telah
ditetapkan.
Iklan adalah produk kebudayaan massa, produk kebudayaan masyarakat
industri yang ditandai oleh produksi dan konsumsi massal. Kepraktisan dan
pemuasan jangka pendek antara lain merupakan nilai-nilai kebudayaan massa
Hubungan antara produsen dan konsumen adalah hubungan komersial semata
saja. Interaksinya, tidak ada fungsi lain selain memanipulasi kesadaran, selera
dan perilaku konsumen. Pada dasarnya, periklanan dibagi menjadi dua.
Pertama, iklan komersial dan yang kedua adalah iklan nonkomersial atau biasa
disebut dengan istilah iklan layanan masyarakat (ILM).
Iklan bukan semata-mata pesan bisnis yang menyangkut usaha mencari
keuntungan secara sepihak. Iklan juga mempunyai peran yang sangat penting
bagi berbagai kegiatan nonbisnis. Di negara-negara maju, iklan telah dirasakan
manfaatnya dalam menggerakkan solidaritas masyarakat manakala menghadapi
suatu masalah sosial. Dalam iklan tersebut disajikan pesan-pesan sosial yang
dimaksud untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah
masalah yang harus dihadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keserasian
dan kehidupan umum. Iklan seperti itu menurut Kasali (1992:201) disebut
iklan layanan masyarakat (ILM).
Melalui iklan layanan masyarakat orang bisa diajak berkomunikasi
guna memikirkan sesuatu yang bersifat memunculkan kesadaran baru yang
bersumber dari nurani individual maupun kelompok. Di antaranya, hal-hal
yang berorientasi tentang lingkungan hidup, sosial kemasyarakatan dan
kebudayaan. Semuanya itu adalah fenomena yang ada di masyarakat yang
sebenarnya telah diketahui dan dirasakan individu-individu dalam masyarakat,
namun tak pernah terpikirkan karena mungkin tidak menyangkut secara
Iklan layanan masyarakat merupakan iklan bersifat sosial.
Keberadaannya bersifat independen dan bentuk fisiknya tidak berbeda dengan
iklan komersial, sebab keduanya merupakan media komunikasi visual yang
berperan untuk mempengaruhi khalayak luas sebagai target sasaran agar dapat
tergerak untuk melakukan sesuatu yang dianjurkan oleh pesan iklan layanan
masyarakat tersebut. Oleh karena itu, perencanaan sebuah iklan layanan
masyarakat harus mengacu pada konsep iklan komersial.
Tampilan iklan layanan masyarakat harus tepat pada sasaran yang
dituju. Karena pada dasarnya, iklan layanan masyarakat itu bertujuan
menggugah kesadaran terhadap pemecahan suatu masalah sosial yang sedang
aktual. Dalam sajiannya, iklan layanan masyarakat harus mampu bersaing di
antara program dan iklan komersial yang menawan dalam tampilan visualnya
di media televisi. Iklan layanan masyarakat merupakan aktivitas periklanan
yang berlandaskan gerakan moral. Iklan layanan masyarakat mengemban tugas
mulia membangun masyarakat melalui pesan-pesan sosial yang dikemas secara
kreatif dengan pendekatan simbolis. Namun, muatan pesan verbal dan pesan
visual yang dituangkan di dalam iklan layanan masyarakat biasanya terlalu
banyak. Secara visual, desain iklan layanan masyarakat yang disajikan pun
terkesan biasa, kurang komunikatif, kurang cerdas dan terkesan menggurui.
Akibatnya masyarakat luas yang diposisikan sebagai target sasaran dari iklan
layanan masyarakat dengan serta merta akan mengabaikan pesan sosial yang
pesan sosial yang ingin disampaikan menjadi tidak penting. Artinya, pesan
verbal dan pesan visual yang terkandung di dalam iklan layanan masyarakat
sangat lambat untuk ditindaklanjuti oleh target sasaran. Hal itu terjadi karena
frekuensi penayangan iklan layanan masyarakat di media massa khususnya
media televisi perlu diperbanyak dan lebih bersifat agresif. Sebab dengan
frekuensi penayangan yang sangat rendah, pesan-pesan sosial yang terkandung
di dalamnya tidak mudah untuk diposisikan dalam benak khalayak sasaran.
Dalam pembuatan iklan layanan masyarakat, terdapat beberapa
pertanyaan-pertanyaan mendasar yang harus dijawab; Apa masalah utamanya? Apakah
memang harus diselesaikan dengan cara beriklan? Hasil apa sajakah yang ingin
dicapai dengan ditayangkannya iklan ini? Sebaik apa pun iklan layanan
masyarakat, jika pesan yang disampaikan tidak menyentuh akar permasalahan,
iklan tersebut hanya membuang biaya dan tidak berdampak apa pun pada
masyarakat. (www.swa.co.id/advertising/details.php)
Dalam penelitian ini salah satu iklan layanan masyarakat yang
ditayangkan di televisi menarik untuk di teliti adalah iklan layanan masyarakat
Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) dengan versi yang di tayangkan
adalah versi pengusaha batik. Dalam tayangan tersebut menceritakan mengenai
pentingnya Jamsostek di lihat dari sudut pandang pengusaha, sehingga
memberikan kesan adanya tanggung jawab sosial pengusaha kepada para
pekerjanya. Penyelenggara program jaminan sosial (Jamsostek) merupakan
perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Pemerintah menerbitkan UU
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang
berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 yang berbunyi : “Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan”. Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa
aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan
motivasi maupun produktivitas kerja. Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek) memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan
minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti
sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat resiko sosial.
Dari beberapa permasalahan mengenai Jamsostek, salah satunya adalah
banyaknya perusahaan yang tidak mendaftarkan karyawannya untuk menjadi
peserta Jamsostek. Sesuai Pasal 4 UU Jamsostek, setiap perusahaan wajib
mengadakan program Jamsostek bagi karyawan. Jaminan sosial itu di
antaranya jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan
pemeliharaan kesehatan. Jamsostek tidak diberi kewenangan untuk mengawasi
perusahaan, masih minimnya sosialisasi termasuk kesadaran perusahaan
pemberi kerja, krisis kepercayaan terhadap Jamsostek, keraguan pada
transparansi plus akuntabilitas Jamsostek. Jamsostek seharusnya diberi
negara-negara lain seperti Thailand, Malaysia, Filipina dan Hongkong. Namun yang
menjadi permasalahan adalah jumlah pengawas ketenagakerjaan (perusahaan)
kecil dibandingkan dengan jumlah perusahaan, dimana sampai saat ini jumlah
pengawas untuk seluruh Indonesia cuma 1.400 orang sementara jumlah
perusahaan sebanyak 207.613 buah. Idealnya, satu pengawas menangani 50
perusahaan dalam setahun. Demikian juga jumlah penyidik pegawai negeri
sipil (PPNS) hanya 400 orang untuk seluruh Indonesia. Idealnya, jumlah
penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) sama dengan jumlah pengawas yakni
kalau dibandingkan, satu penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) menangani
lima perusahaan dalam sebulan. Karena rendahnya jumlah pengawas dan
penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) ini maka banyak perusahaan tidak
diawasi, diberi peringatan kalau bersalah, atau tidak pernah diberi sosialisasi
mengenai banyak hal, terutama mengenai pentingnya tenaga kerja
diikutsertakan dalam program Jamsostek. Selain itu, banyak pula perusahaan
melakukan tindak pidana tidak diberi sanksi karena kurangnya penyidik
pegawai negeri sipil (PPNS) (http://www.jamsostek.co.id)
Banyaknya permasalahan-permasalahan mengenai Jamsostek di
masyarakat, maka salah satu strategi dalam membentuk awareness di
masyarakat adalah dengan beriklan. Iklan dapat menimbulkan beberapa
tahapan efek dimana menurut hierarchy of effects model, efek periklanan
terbagi atas beberapa tahapan yaitu mengenal (awarness), tahap memahami
meyakini (conviction) serta tahap mengeksekusi (action). Dalam peneletian ini
tahap mengeksekusi (action) adalah bentuk dari keikutsertaan individu maupun
kelompok di Jamsostek. Dari tahapan di atas tampak bahwa brand awareness
merupakan tahapan efek yang paling awal dari suatu iklan. Maka, tanpa adanya
brand awarness maka pesan tidak akan masuk sampai tahap selanjutnya. Jadi
apabila iklan tidak dapat membuat audiens aware akan suatu merek maka
adalah mustahil apabila iklan tersebut dapat mendorong perilaku untuk ikut
serta dalam Jamsostek. (Sulaksana,2005:58-59)
Jika dibandingkan dengan iklan komersial, ada beberapa aspek kreatif
yang membuat posisi iklan layanan masyarakat Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek) versi pengusaha batik menjadi menarik, yaitu penggunaan daya
tarik iklan yang dikemas dengan gaya testimonial seorang pengusaha kerajinan
batik. Testimonial yang disampaikan adalah dengan menggunakan pendekatan
penyelesaian masalah, tujuannya adalah untuk menarik penonton ke dalam
situasi yang tengah digambarkan dalam iklan.
Tayangan iklan layanan masyarakat Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek) versi pengusaha batik yang secara continue di media televisi
diharapkan akan membawa hasil tersendiri bagi masyarakat. Dalam artian,
masyarakat yang belum mengetahui, dan tahu tapi kurang memahami, maka
setelah melihat iklan tersebut diharapkan masyarakat menjadi mengerti,
perubahan pada penerimaan pesan di dalam masyarakat sesuai dengan tujuan
dari pengiklan yakni Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).
Peneliti ingin melihat tanggapan atau opini dari buruh mengenai iklan
layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik yang ditayangkan di
televisi oleh PT. Jamsostek sehingga dapat dilihat tanggapan atau opini seperti
apa yang akan muncul. Buruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan
balasan berupa pendapatan baik secara jasmani maupun rohani. Yang pada
dasarnya buruh dibagi atas 2 klasifikasi besar yaitu: buruh profesional atau
mereka yang bekerja menggunakan kemampuan dalam berpikir dan buruh
kasar adalah mereka yang bekerja menggunakan tenaga secara fisik.
Buruh yang menjadi objek penelitian adalah buruh yang bekerja di
kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER). Surabaya Industrial
Estate Rungkut (SIER) merupakan perseroan milik Negara yang didirikan pada
tahun 1974, bertujuan untuk melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan
program pemerintah dalam bidang ekonomi dan pembangunan nasional
khususnya dalam bidang pembangunan dan pengelolaan Kawasan lndustri
dalam arti seluas-luasnya. PT. Surabaya lndustrial Estate Rungkut (Persero)
mengelola 3 Kawasan lndustri yang meliputi Surabaya lndustrial Estate
Rungkut (SIER) seluas 245 Ha, telah menampung sekitar 300 perusahaan. Di
Indonesia, khususnya Jawa Timur, Surabaya lndustrial Estate Rungkut (SIER)
oleh PT. SIER berdasarkan master plan yang rapi untuk memenuhi kebutuhan
yang nyata akan industri dan lingkungan hidup. Dikelola dengan baik untuk
meningkatkan efisiensi dan produktifitas termasuk fasilitas pengolahan air
limbah, kemudahan akses ke Pelabuhan Samudra Tanjung Perak dan Bandar
Udara Juanda. Berlokasi di Kotamadya Surabaya, kota terbesar ke-2 di
Indonesia dan merupakan pusat pertumbuhan ekonomi terpesat dengan
penduduk 2,8 juta jiwa. Menurut dinas catatan sipil dan kependudukan
Pemerintahan Kota Surabaya, pada tahun 2008 jumlah buruh kerja di Surabaya
tercatat sebesar 12.536 orang. (http://www.surabaya.go.id/dispenduk)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan
masalahnya adalah sebagai berikut: “Bagaimana opini buruh tentang iklan
layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi”
1.3 Tujuan Penelitian
Dari uraian latar belakang masalah dan perumusan masalah yang ada
maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jelas “Bagaimana opini
buruh yang bekerja di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER)
1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis
Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi ilmu
komunikasi diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran,
informasi dan pengetahuan dalam pengembangan dan penerapan
teori-teori tentang penelitian dibidang ilmu komunikasi khususnya pada
kajian periklanan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Bagi peneliti sebagai kajian wacana pengetahuan tentang
bagaimana memproduksi sebuah iklan layanan masyarakat yang kreatif
dan bermanfaat. Melalui penelitian ini nantinya mahasiswa yang
mendalami dunia periklanan bisa lebih kritis dan tepat dalam
penyampaian pesan iklan sehingga sejalan dengan kreatifitas visual
2.1 Iklan Bagian Dari Komunikasi
Iklan bisa didefinisikan sebagai semua bentuk presentasi non personal
yang mempromosikan gagasan, barang dan jasa yang dibiayai pihak sponsor
tertentu. Sponsor iklan dalam hal ini tidak terbatas pada perusahaan, namun
mencakup semua pihak yang menyebarkan pesannya pada publik sasaran
termasuk sekolah, organisasi amal dan lembaga pemerintahan maupun partai
politik. Iklan merupakan cara yang efektif untuk menyebarkan pesan, apakah
itu bertujuan membangun preferensi merk atau mengedukasi masyarakat.
Secara garis besar iklan mempunyai 3 tujuan yaitu; (1) iklan
informative, iklan ini umumnya dianggap sangat penting untuk peluncuran
produk baru, dimana tujuannya adalah merangsang permintaan awal. (2) iklan
persuasive, iklan persuasive sangat penting apabila mulai tercipta tahap
persaingan, dimana tujuan iklan adalah membangun preferensi pada merek
tertentu. (3) iklan yang bertujuan mengingatkan (reminder advertising) lebih
cocok untuk produk yang sudah memasuki tahap kedewasaan lanjutan dari
iklan pengingat ini adalah reinforcement advertising yang bertujuan
menyakinkan konsumen atau calon konsumen bahwa mereka membeli produk
yang tepat. Tujuan iklan semestinya merupakan kelanjutan atau turunan dari
keputusan perusahaan sebelumnya tentang pasar sasaran, positioning dan
bauran pemasaran. Selain itu, tujuan iklan harus didasarkan pada analisa
mendalam situasi terkini. Jika produknya sudah masuk tahap kedewasaan,
perusahaan juga pemimpin pasar, tapi penggunaan merknya masih rendah,
maka tujuan yang lebih tepat adalah mendorong penggunaan (usage) lebih
besar lagi. (Sulaksana,2005:92-93)
Iklan menjadi wacana penting dalam bisnis, terutama dalam proses
membangun merek atau branding. Kegiatan periklanan yang efektif dipandang
mampu mempengaruhi kecenderungan mengkonsumsi dalam masyarakat.
Tindakan mengkonsumsi secara berulang (repeat buying) adalah salah satu
tujuan dalam pemasaran. Iklan yang efektif juga akan mengubah pengetahuan
publik mengenai ketersediaan dan karakteristik sebuah produk (product
knowledge), elastisitas permintaan produk akan sangat dipengaruhi aktivitas
periklanan. Iklan televisi sesungguhnya hanyalah bagian kecil dalam proses
branding. Masih banyak elemen-elemen lain dalam mencapai sebuah merek
yang kuat. Strategi dan program yang handal dan terpadu dengan
elemen-elemen pemasaran dan branding lainnya diperlukan untuk mencapai sebuah
merek yang kuat dan (diharapkan) mempunyai brand life cycle yang panjang
bahkan abadi. (http://www.makin.co.id)
Dalam membuat iklan yang cerdas, harus kreatif sekaligus menjual
artinya, dari segi pendekatan bahasa komunikasinya (visual atau verbal) iklan
tersebut mampu menarik target audience untuk melihat (stopping power),
cerdas bukan hanya tertanam kuat dalam benak konsumen (reminding) tetapi
juga mampu menggerakkan calon konsumen untuk mengambil keputusan
(action). Periklanan dipandang sebagai media yang paling lazim digunakan
suatu perusahaan (khususnya produk konsumsi/consumer goods) untuk
meng-arahkan komunikasi yang persuasif pada konsumen. Iklan ditujukan untuk
mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap dan citra
konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau merek. Tujuan ini
bermuara pada upaya mempengaruhi perilaku audiens. Meskipun tidak secara
langsung berdampak pada pembelian, iklan menjadi sarana untuk membantu
pemasaran yang efektif dalam menjalin komunikasi antara perusahaan ke
konsumen dan sebagai upaya perusahaan dalam menghadapi pesaing.
Kemampuan ini muncul karena adanya suatu produk yang dihasilkan suatu
perusahaan. Bagaimanapun bagusnya suatu produk, jika dirahasiakan dari
konsumen maka tidak ada gunanya. Konsumen yang tidak mengetahui
keberadaan suatu produk tidak akan menghargai produk tersebut.
Penggunaan televisi dalam mengkampanyekan iklan mempunyai
kemampuan dalam membangun citra, iklan televisi mempunyai cakupan,
jangkauan dan repetisi yang tinggi dan dapat menampilkan pesan multimedia
(suara, gambar dan animasi) yang dapat mempertajam ingatan. Biaya iklan
televisi per tampil relatif lebih murah dibanding iklan di majalah atau koran.
Meskipun demikian, biasanya biaya keseluruhan iklan televisi lebih besar dan
Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas dan
penyampai pesannya dibatasi oleh durasi (jam, menit, dan detik). Pesan dari
televisi tidak dapat diulang kecuali bila direkam. Di sisi lain, pesan di televisi
memiliki kelebihan tersendiri karena tidak hanya didengar tetapi juga dapat
dilihat dalam gambar yang bergerak (audio visual). Televisi merupakan media
yang paling disukai oleh para pengiklan. Hal tersebut disebabkan keistimewaan
televisi yang mempunyai unsur audio dan visual. Sehingga para pengiklan
percaya bahwa televisi mampu menambah daya tarik iklan dibanding media
lain. Televisi juga diyakini sangat berorientasi mengingatkan khalayak sasaran
terhadap pesan yang disampaikan (Kasali, 1992:172).
2.2 Strategi Dalam Merancang Iklan Televisi
Pertimbangan dalam strategi merancang iklan televisi adalah cerita atau
narasi iklan. Hal ini penting mengingat cerita bisa menjadi daya tarik sebuah
iklan. Pada era dimana iklan menjadi komoditas hiburan, maka unsur cerita
atau narasi akan semakin kuat. Memang tidak semua pengiklan membuat cerita
menjadi kekuatan iklan. Hal lain yang perlu di perhatikan adalah atribut-atribut
dalam iklan seperti logo, warna, slogan/tagline, suara, dan message. Kreatifitas
iklan memang benar-benar diuji saat semua atribut tersebut bisa ditangkap
dengan mudah oleh audiens dan kemudian di recall. Strategi yang lain yang
perlu diperhatikan adalah melihat perilaku/sikap audiens yang berhubungan
adalah melihat perilaku/sikap audiens pada tahap ini meliputi sense, feel dan
think. Beberapa iklan dibuat untuk menggelitik rasa tawa, membuat kita seolah
menjadi haus, membuat kita berpikir serius atau memunculkan gairah seks.
Tujuannya adalah agar audience bisa merespon iklan tersebut. Kemampuan
memberikan rangsangan ini perlu diperhatikan karena bisa membuat audiens
tidak jadi berpindah channel televisinya. Perilaku seseorang terhadap iklan
juga mencakup apa yang terlintas di otak pada saat melihat iklan ditayangkan
seperti rasa bangga, rasa percaya, kemegahan dan lain sebagainya. Hal ini
khususnya iklan yang ingin menancapkan image apa yang dipikirkan audience,
pada saat melihat iklan menjadi penting. Pertimbangan yang lain dalam strategi
merancang iklan televisi harus berdasarkan prinsip-prinsip dasar dengan
menggunakan teknik dalam membuat sebuah karya film. Beberapa
pertimbangan dalam membuat iklan televisi ;
a. Memahami penglihatan, suara dan gerakan. Masing-masing elemen
tersebut harus berhubungan dengan persepsi dari pesan yang diinginkan
penonton, yaitu membuat kepastian bahwa produk yang diiklankan
menampilkan audio yang sesuai dengan gambar yang ditampilkan.
b. Kata yang ditampilkan dalam iklan mengintepretasikan gambar dan
pemikiran selanjutnya.
c. Tampilan iklan televisi umumnya lebih efektif dalam penampilan
daripada perkataan. Untuk itu, kemampuan video untuk berkomunikasi dengan
d. Sejumlah adegan harus direncanakan secara hati-hati karena jika
adegan terlalu banyak akan membuat penonton binggung.
e. Tampilan iklan televisi harus merupakan acara yang mengalir sehingga
penonton akan mengikuti dengan mudah
f. Pada dasarnya televisi adalah media yang close-up. Layar televisi
umumnya terlalu kecil untuk mengungkapkan secara rinci adegan dalam iklan.
Long shot lebih efektif untuk membangun latar belakang, tetapi tidak efektif
untuk menampilkan keunggulan produk.
g. Waktu harus difungsikan dengan baik. Adegan dalam tampilan iklan
televisi membutuhkan lebih banyak waktu dari pada copy (narasi) oleh pengisi
suara secara langsung. Karena itu, iklan harus banyak menampilkan adegan
dibandingkan pembacaan naskah.
h. Menggunakan slogan/tagline sebagai tema dasar, sehingga penonton
melihat dan mendengar keunggulan produk yang diiklankan
i. Jika memungkinkan iklan dapat menampilkan nama merek dengan
menonjolkan bidikan kamera pada kemasan atau logo untuk membangun
identifikasi merek. (Suyanto, 2005:153-154)
2.3 Fungsi Iklan
Iklan mampu memiliki fungsi untuk memberikan informasi, yaitu
bahwa iklan memberikan informasi-informasi yang berharga bagi khalayaknya.
a. Pengenalan adanya produk,
b. Bagaimana cara menggunakan produk,
c. Manfaat tambahan atas produk,
d. Bagaimana cara menggunakan produk,
e. Manfaat tambahan atas produk,
f. Perkembangan produk, dimana dan kapan produk dapat dibeli dan
sebagainya.
Iklan mampu mengemban fungsi mempersuasi khalayak, yaitu
membujuk konsumen agar mengikuti apa yang disarankan dalam isi pesan
iklan. Wujud persuasi yang diperlihatkan dalam iklan dapat berupa;
a. Membujuk agar mencoba,
b. Membeli atau memakai,
c. Mempertahankan minat terhadap produk,
d. Beralih pada produk tertentu,
e. Menumbuhkan dan memelihara keyakinan terhadap produk,
f. Menciptakan, mengingatkan dan mengembangkan permintaan terhadap
produk,dsb.
2.4 Elemen Iklan
Elemen-elemen dalam iklan dapat mempengaruhi emosi seseorang
“creatives have a wide range or stimuli or element that they can include in add to elicit various emotions. They can be drawn from any six element types, color and movement”
Artinya, kreativitas mempunyai jangkauan yang luas atau
rangsangan-rangsangan atau elemen-elemen yang dapat dimasukkan dalam iklan agar dapat
mempengaruhi emosi. Secara umum, kreativitas dapat dijabarkan dalam enam
tipe elemen dimana tergantung pada media advertising yang digunakan yaitu
kata-kata yang terlihat, musik, gambar, warna dan gerakan.
Berkaitan dengan hal tersebut beberapa elemen-elemen dalam iklan adalah
sebagai berikut;
a. Heard word and sound effect (kata-kata yang terdengar dan efek suara
terdiri atas kata-kata yang terdengar dalam sebuah tulisan yang membuat
konsumen dapat mengerti apa yang dimaksud dalam iklan tersebut.
b. Music (Musik) : ilustrasi musik yang digunakan saat iklan di tayangkan.
Musik sebagai elemen iklan dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu jingle dan musik
sebagai latar belakang.
c. Seen word (kata-kata terlihat) : kata-kata yang terlihat pada tayangan
iklan untuk memperjelas tayangan tersebut kata-kata yang digunakan harus
mendukung manfaat produk yang dikomunikasikan dalam pikiran.
d. Picture (gambar) : meliputi gambar-gambar yang digunakan dalam
tayangan iklan yang berhubungan dengan objek yang diiklankan.
e. Colors (warna) : komposisi keserasian warna dan pengaturan
f. Movement (gerakan) : gerakan yang terlihat pada saat tayangan iklan
yang dapat mempengaruhi emosi seseorang untuk larut di dalamnya.
2.5 Televisi Sebagai Media Beriklan
Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas dan
penyampai pesannya dibatasi oleh durasi (jam, menit, dan detik). Pesan dari
televisi tidak dapat diulang kecuali bila direkam. Televisi merupakan media
yang paling disukai oleh para pengiklan. Hal tersebut disebabkan keistimewaan
televisi yang mempunyai unsur audio dan visual. Sehingga para pengiklan
percaya bahwa televisi mampu menambah daya tarik iklan dibanding media
lain. Televisi juga diyakini sangat berorientasi mengingatkan khalayak sasaran
terhadap pesan yang disampaikan (Kasali, 1992:172).
Bukti keefektifan televisi sebagai media beriklan terlihat pada
kepercayaan iklan yang kuat terhadapnya serta selalu menggunakannya secara
tetap. Penyebabnya antara lain karena kekuatan yang dimiliki televisi yaitu :
a. Efisiensi biaya yang merupakan keunggulannya mampu menjangkau
khalayak sasaran yang sangat luas. Televisi tidak hanya menjangkau khalayak
sasaran yang dapat dicapai oleh media lain tetapi juga khalayak yang tidak
terjangkau sekalipun. Jangkauan massal ini menimbulkan efisiensi biaya untuk
b. Memberikan dampak atau pengaruh yang kuat. Dalam hal ini televisi
mempunyai kemampuan kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak sasaran.
Karena sebagian besar masyarakat meluangkan waktunya di depan televisi.
c. Televisi mempunyai kemampuan menimbulkan tekanan pada dua
indera sekaligus, penglihatan dan pendengaran (Kasali,1992:121-122).
2.6 Opini
Ada beberapa pendapat yang dikeluarkan oleh para ahli mengenai
opini, Kruger Reckless dalam (Sunarjo,1997:31) mengatakan bahwa opini itu
bersifat relatif, artiya bahwa opini itu dapat benar tetapi dapat pula tidak benar,
akan tetapi oleh kebanyakan orang dianggap sebagai kebenaran. Karena itu
didalam bahasa Indonesia orang menyebut dengan berbagai macam istilah
antara lain, pendapat umum, anggapan orang ramai dan sebagainya.
Opini sendiri dapat berubah-ubah, perubahan itu dapat ditimbulkan dan
disalurkan oleh seseorang atau suatu lembaga. Alat yang umum dipakai untuk
menyalurkan adalah media massa (pers, radio, televisi dan film). Opini juga
dapat dikatakan sebagai pendapat, yang berasal dari sekumpulan hasil sikap
dari individu-individu (khalayak sebagai populasi) yang memberi respon
(tanggapan) kepada stimulus (rangsangan) dan dapat dinyatakan secara aktif
maupun secara pasif. Opini dapat dinyatakan secara verbal, terbuka dengan
kata-kata yang dapat ditafsirkan secara jelas, ataupun melalui pilihan-pilihan
dan opini sendiri dapat menghasilkan respon yang positif, yaitu dengan
memberikan tanggapan dengan baik (mendukung). Negatif memberikan
tanggapan dengan berlawanan atau tidak mendukung dan juga netral dengan
tidak memberikan tanggapan (Sunarjo, 1997:87)
Beberapa jenis opini yang harus diketahui adalah sebagai berikut:
a. Opini individual
Sesuai dengan makna dari istilah yang dikandungnya, opini individual
atau individual opinion adalah pendapat seseorang secara perseorangan
mengenai sesuatu yang terjadi dimasyarakat. Pendapatnya itu bias disetujui,
bisa juga tidak setuju. Baru diketahui bahwa orang-orang yang sependapat dan
ada yang tidak sependapat dengan dia, setelah ia memperbincangkannya
dengan orang lain. Maka sesuatu yang terjadi itu kini menjadi obyek opini
publik. Jadi, opini publik itu merupakan perpaduan dari opini-opini individual.
Pendapat menjadi opini karena sesuatu yang terjadi dalam masyarakat tadi
menimbulkan pertentangan, ada yang pro dan ada yang kontra.
b. Opini pribadi (private opinion)
Opini pribadi adalah pendapat asli seseorang mengenai suatu masalah
sosial. Pendapat seseorang belum tentu merupakan opininya pribadi, mungkin
ia ambil alih opini orang lain sebagai opininya sendiri, tetapi bukan opininya
pribadi. Opini pribadi timbul apabila seseorang, tanpa dipengaruhi orang lain,
menyetujui atau tidak menyetujui suatu masalah sosial, kemudian berdasarkan
masalah sosial tadi dan apabila ia dikomunikasikan kepada orang lain dalam
suatu pengujian, maka ia telah menyampaikan opini pribadinya.
c. Opini kelompok (group opinion)
Opini kelompok adalah pendapat sekelompok mengenai masalah sosial
yang menyangkut kepentingan banyak orang, termasuk sekelompok yang tadi.
Yang didalamnya ada yang pro dan ada yang kontra.
d. Opini mayoritas (majority opinion)
Sesuai dengan makna yang disandang oleh istilah itu, opini mayoritas
adalah pendapat orang-orang terbanyak dari mereka yang berkaitan dengan
suatu masalah yang pro, mungkin yang kontra, mungkin yang mempunyai
penilaian lain. Biasanya muncul opini mayoritas itu dibawa kepada suatu
forum terbuka dalam bentuk lembaga, misajnya parlemen, sehingga bisa
dihitung berapa jumlah yang pro, berapa yang kontra dan berapa pula yang
tidak termasuk pro dan kontra atau netral
e. Opini minoritas (minority opinion)
Opini minoritas adalah kebalikan dari opini mayoritas. Opini minoritas
adalah pendapat orang-orang yang relatif jumlahnya sedikit dibandingkan
dengan jumlah mereka yang terkait dengan suatu masalah sosial. Mungkin
yang sedikit ini adalah yang pro, mungkin yang kontra, mungkin yang punya
penelitian lain. Seperti halnya opini mayoritas, timbulnya istilah opini
minoritas ialah apabila masalah sosial yang dibicarakan itu berlangsung dalam
f. Opini massa (mass opinion)
Opini massa merupakan tahap kelanjutan dari opini publik. Opini
publik adalah pendapat sejumlah orang yang bersifat kontroversial atau
mengandung pertentangan sebagai hasil pergunjingan terbuka mengenai
masalah yang meyangkut kepentingan umum. Pendapat yang berbeda itu
kemudian berkembang menjadi pendapat yang sama, apakah seluruhnya pro
atau seluruhnya kontra. Dengan demikian opini publik itu menjadi opini massa.
Opini yang bersifat massa ini bisa beralih bentuk menjadi tindakan fisik dan
bersifat destruktif. Dapat disimpulkan bahwa opini massa adalah pendapat
seluruh masyarakat sebagai hasil perkembangan pendapat yang berbeda
mengenai masalah yang menyangkut kepentingan umum.
g. Opini umum (general opinion)
Opini umum adalah pendapat sama dari semua orang dalam suatu
masyarakat mengenai masalah yang menyangkut kepentingan umum. Dari
definisi tersebut jelas terdapatnya persamaan dengan opini massa, yaitu bahwa
pada kedua-duanya semua orang mempunyai pendapat yang sama.
Perbadaannya ialah, jika pada opini massa pendapat yang sama itu merupakan
hasil perkembangan dari opini publik yaitu pendapat yang kontroversial pada
opini umum tidak, ketika ditengah-tengah masyarakat muncul suatu masalah
yang menyangkut kepentingan umum, maka semua orang pro atau semua
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan diatas, peneliti
mempunyai kesimpulan bahwa opini buruh industri merupakan tanggapan dari
sekumpulan individu-individu yang telah menonton tayangan iklan televisi
Jamsostek versi pengusaha batik mengenai suatu hal yang menarik perhatian
dan dijadikan suatu perdebatan yang dapat ditanggapi secara aktif, baik positif
dengan memberikan dukungan dan pasif sebagai tanggapan netral, negatif atau
tidak mendukung. Opini buruh industri yang bekerja di kawasan Surabaya
Rungkut Industrial Estate diharapkan nantinya akan membentuk suatu opini
dari menonton tayangan iklan Jamsostek versi pengusaha batik, apakah
tayangan tersebut dapat diterima dan direspon dengan baik dengan penyajian
yang berbeda atau tidak dapat diterima dengan baik karena keberadaannya
dianggap tidak merepresentasikan dari perusahaan-perusahaan yang
mempekerjakannya yang berada di kawasan Surabaya Industrial Estate
Rungkut.
2.7 Faktor Pembentuk Opini
Untuk mengetahui opini individu (personal) terhadap suatu objek, dapat
dilihat dari unsur pembentukan opininya. Setiap opini mempunyai 3 unsur
a. Kepercayaan (berkaitan dengan unsur kognitif)
Kepercayaan mengacu pada sesuatu yang diterima khalayak, benar atau
tidak berdasarkan pengalaman masa lalu, pengetahuan dan informasi sekarang
dan persepsi yang berkesinambungan.
b. Nilai (berkaitan dengan unsur afektif)
Melibatkan kesuka-ketidaksukaan, cinta dan kebencian, hasrat dan
ketakutan, bagaimana orang menilai sesuatu dan intensitas penilaiannya apakah
kuat, lemah ataukah netral.
c. Pengharapan
Mengandung citra seseorang tentang apa keadaannya setelah tindakan.
Pengaharapan di tentukan dari pertimbangan terhadap sesuatu yang terjadi
pada masa lalu, keadaan sekarang dan sesuatu yang kira-kira akan terjadi jika
dilakukan perbuatan tertentu
Menurut Djoenasih S Soenarjo, dalam buku opini publik menyatakan
bahwa ciri-ciri opini adalah : Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataannya,
Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat, Mempunyai
pendukung dalam jumlah besar.
Dari ciri-ciri diatas dapat disimpulkan opini bersifat terbuka dan
merupakan suatu kesatuan dari pernyataan-pernyataan yang ada serta memiliki
jumlah yang tidak kecil. Opini dapat dinyatakan melalui perilaku bahasa tubuh,
tanda-tanda lain yang tak terbilang jumlahnya, melalui referensi nilai-nilai
pandangan, sikap dan kesetiaan.
Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan ataupun strata, namun
mempunyai arah yaitu seperti dibawah ini:
a. Opini positif, jika individu memberikan pernyataan setuju.
b. Opini netral, jika individu memberikan pernyataan ragu-ragu.
c. Opini negatif, jika individu memberikan pernyataan tidak setuju
(Effendy, 1990:85)
2.8 Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response)
Awalnya teori ini berasal dari psikologi, karena adanya kesamaan
obyek material dari psikologi sama maka teori ini menjadi kajian teori ilmu
komunikasi. Yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen opini,
sikap, perilaku, afeksi, konasi, dan kognitif.
Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Stimulus
sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan
komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang, dan
gambar kepada komunikan. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima
pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan
tanda, lambang maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara
memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya Response
proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif, dan
kognitif pada diri komunikan.
Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 1993:254). Akibat
yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya
stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut :
Organism :
Teori S-O-R (Effendy, 1993:255)
Menurut gambar dari model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau
pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mungkin
diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila
komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan
memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan
yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan
untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses
2.9 Kerangka Berpikir
Iklan di media massa terutama seperti televisi bukanlah satu-satunya
pilihan untuk merebut calon konsumen maupun meningkatkan loyalitas
konsumen. Meski strategi untuk agresif beriklan di televisi mempunyai
kelebihan bisa menjangkau secara luas target sasaran pengiklan. Namun yang
tetap diperhatikan adalah bagaimana meningkatkan brand equity dari sebuah
nama sehingga beberapa strategi periklanan produk commercial sengaja di
benamkan dalam pembuatan iklan layanan masyarakat dengan harapan agar
awarness, trustworty audiens terhadap iklan akan meningkat dan pesan yang
dikomunikasikan akan segera di tindak lanjuti. Komunikan mengenal pesan
berupa informasi mengenai pentingnya jamsostek dan 4 program jamsostek
yang sangat menguntungkan bagi peserta jamsostek, setelah mendapatkan
stimulus dari komunikator melalui tahapan penerimaan, perhatian, dan
pengertian. Untuk kemudian direspon sebagai hasil dari proses komunikasi.
Respons itulah nantinya menimbulkan efek yang membawa perubahan dari
adanya pesan yang disampaikan dalam unsur-unsur iklan jamsostek versi
pengusaha batik di televisi. Dengan indikator seperti heard word and sound
effect (kata-kata yang terdengar dan efek suara), music (musik), seen word
(kata-kata terlihat), picture (gambar), colors (warna), movement (gerakan)
sehingga dari stimulus dalam hal ini terpaan iklan yang terus-menerus yang
mengerti, menyadari, dan mengingat kembali selanjutnya memberikan
penilaian dan memunculkan minat untuk beraksi.
Informasi atau pesan yang disampaikan oleh Jamsostek disebut sebagai
stimulus. Stimulus yang diterima oleh masyarakat akan menimbulkan opini.
Opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan. Opini mempunyai 3 unsur
yaitu: nilai, kepercayaan dan pengharapan. Opini dapat dinyatakan melalui dua
cara: secara verbal terbuka dengan kata-kata yang dapat ditafsirkan secara
jelas, ataupun pilihan-pilihan kata yang sangat halus dan tidak secara langsung
dapat diartikan (konotatif). Opini dapat pula dinyatakan melalui perilaku
bahasa tubuh, raut muka, symbol-simbol tertulis, pakaian yang dikenakan dan
oleh tanda-tanda lain yang tak terbilang jumlahnya, melalui referensi nilai-nilai
pandangan, sikap dan kesetiaan.
Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan ataupun strata, namun mempunyai
arah, yaitu seperti dibawah ini:
a. Opini positif, jika individu memberikan pernyataan setuju.
b. Opini netral, jika individu memberikan pernyataan ragu-ragu.
c. Opini negatif, jika individu memberikan pernyataan tidak setuju
(Effendy, 1990:85).
Dalam penelitian ini yang diteliti adalah opini buruh tentang iklan
layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi, yang
merupakan kategori opini personal para buruh yang bekerja di kawasan SIER
STIMULUS
Iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik
di televisi didalam nya terdapat unsur iklan yaitu;
a. Heard word and sound effect
ORGANISM
Buruh di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut
Kepercayaan (berkaitan dengan unsur kognitif)
Nilai (berkaitan dengan unsur afektif)
3.1 Defenisi Operasional
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, sehingga
penelitian ini tidak mencari atau membicarakan hubungan antar variabel.
Penelitian difokuskan untuk mengetahui opini buruh tentang iklan layanan
masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi, indikator opini dalam
penelitian ini adalah stimulus yang berupa unsur-unsur iklan layanan
masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik yang dikemas dalam visualisasi
iklan. Secara operasional opini dapat dikategorikan menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Positif adalah opini mendukung atau memberikan pernyataan yang
positif tentang unsur-unsur iklan layanan masyarakat Jamsostek versi
pengusaha batik di televisi.
b. Netral adalah opini yang tidak mendukung atau tidak memberikan
pernyataan negatif maupun positif tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek
versi pengusaha batik di televisi.
c. Negatif adalah opini yang bersifat tidak mendukung atau memberikan
pernyataan negatif tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi
pengusaha batik di televisi.
3.1.1. Iklan Layanan Masyarakat
Iklan layanan masyarakat adalah jenis periklanan yang dilakukan oleh
pemerintah, suatu organisasi komersial atau pun nonkomersial untuk mencapai
tujuan sosial atau sosio-ekonomis terutama untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Dalam penelitian ini pengiklan adalah sebuah organisasi penyelenggara
program jaminan sosial (Jamsostek). Jamsostek merupakan salah satu tanggung
jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi
kepada masyarakat. Pemerintah menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang berhubungan dengan
Amandemen UUD 1945 yang berbunyi : “Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang
lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”.
Iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi
tersebut menceritakan bagaimana pentingnya jamsostek di lihat dari sudut
pandang seorang pengusaha kerajinan batik lokal yang sepenuhnya
mengandalkan kemampuan manusia sebagai penghasil produksi kain batik.
Banyaknya kendala dan masalah pemahaman mengenai jamsostek di
masyarakat yang menjadikan alasan mengapa Jamsostek memproduksi iklan
3.1.2 Unsur iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi terdiri dari :
a. Heard word and sound effect (kata-kata yang terdengar dan efek suara
terdiri atas kata-kata yang terdengar dalam sebuah tulisan yang membuat
konsumen dapat mengerti apa yang dimaksud dalam iklan tersebut.
Disampaikan oleh seorang talent wanita yang telah berusia tua berkarakter khas
jawa dan narasi yang disampaikan melalui voice over dalam Iklan layanan
masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik berbunyi: “Punya usaha dan
punya karyawan begini bikin jantung ndredek melulu, Lah wong kalo sakit
duwite sopo sing gawe mbayar rumah sakit, Tapi, Untung ikut jamsostek, ada
jaminan hari tua, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja,
jaminan kematian dan banyak untung-untung lainnya. Bisa buntung punya
karyawan tapi gak punya jamsostek”
b. Music (Musik) : ilustrasi musik yang digunakan saat iklan di tayangkan.
Musik sebagai elemen iklan dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu jingle dan musik
sebagai latar belakang. Untuk musik jingle adalah berupa penyebutan
Slogan/tagline “untung ikut jamsostek”.
c. Seen word (kata-kata terlihat) : kata-kata yang terlihat pada tayangan
iklan untuk memperjelas tayangan tersebut kata-kata yang digunakan harus
mendukung manfaat produk yang dikomunikasikan dalam pikiran. Kata-kata
yang terlihat adalah Untung ikut jamsostek, Jaminan hari tua, Jaminan
pemeliharaan kesehatan, Jaminan kematian, JAMSOSTEK Hak Pekerja
d. Picture (gambar) : meliputi gambar-gambar yang digunakan dalam
tayangan iklan yang berhubungan dengan objek yang diiklankan. Gambar
dalam tayangan iklan ini adalah sosok wanita pengusaha usia tua dengan
karakter yang di tonjolkan adalah karakter seorang pengusaha dari suku jawa,
dengan latar belakang beberapa para pekerja batik.
e. Colors (warna) : komposisi keserasian warna dan pengaturan
pencahayaan dengan objek yang diiklankan. Warna ditampilkan cenderung
gelap namun untuk sosok talent terlihat terang hal ini adalah untuk mendukung
kekuatan karakter talent dalam iklan.
f. Movement (gerakan) : gerakan yang terlihat pada saat tayangan iklan
yang dapat mempengaruhi emosi seseorang untuk larut di dalamnya. Gerakan
talent dalam tayangan iklan banyak dilakukan dengan gerakan kinesik, yaitu
gerakan tangan untuk memperkuat testimonial yang tengah disampaikan.
3.2 Opini
Tingkat pengetahuan dioperasionalkan pada apakah seseorang cukup
intens mengetahui informasi dari suatu isu tertentu sehingga ia dapat
menindaklanjuti isu tersebut. Pengetahuan yang dimaksud disini adalah
pengetahuan faktual (factual knowledge) yang menuntut seseorang mengetahui
informasi yang menurut mereka menarik, aktual atau penting. Menindak lanjuti
dari suatu informasi baik itu dalam bentuk sikap maupun pendapat tergantung
pada pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai informasi tersebut
3.3. Pengukuran Opini Buruh Di Surabaya Industrial Estate Rungkut Tentang Iklan Layanan Masyarakat Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) Versi “Pengusaha Batik” Di Televisi
Indikator opini dalam iklan tersebut berupa heartword/sound effect,
seen word, picture, color, movement dan ditunjukan melalui total skor dari
seluruh jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam
kuisioner. Terdapat dua pilihan jawaban pada kuisioner
yaitu:
A. Sangat Setuju Diberi skor 4
B. Setuju Diberi skor 3
C. Tidak Setuju Diberi skor 2
D. Sangat Tidak Setuju Diberi skor 1
dimana nantinya jawaban akan diberi skor pada semua pertanyaan dengan
menggunakan skala interval (tinggi, sedang, rendah). Jumlah skor yang
menjadi batasan skor untuk lebar interval tingkat rendah, sedang dan tinggi
menggunakan rumus:
Skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah Jenjang yang di inginkan
Dari rumus tersebut diperoleh lebar interval untuk mengetahui
bagaimana opini buruh di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut. Lebih
buruh tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di
televisi sebanyak 9 pertanyaan, sehingga :
Skor terendah = 9 x 1 = 9
Batasan skor untuk mengetahui arah opini buruh tentang iklan layanan
masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi adalah rendah, sedang,
tinggi :
Jumlah skor 9-17 dalam kategori penilaian rendah
Jumlah skor 18-26 dalam kategori penilaian sedang
Jumlah skor 27-36 dalam kategori penilaian tinggi
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah buruh yang bekerja di kawasan
Surabaya Industrial Estate Rungkut. Namun, dalam penelitian ini merujuk
kepada populasi, hingga tahun 2006 tercatat jumlah buruh yang bekerja di
kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut sebanyak 63.081 jiwa.
(www.sier-pier.com)
Maka jumlah sampel akan ditentukan dengan menggunakan rumus
Keterangan :
N = ukuran populasi
n = ukuran sampel
d = presisi
Dengan tingkat presisi ± 10% dan tingkat kepercayaan 90% dari
populasi buruh yang bekerja di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut
sebanyak 60.381 jiwa
Dengan perhitungan responden sebagai berikut :
0.1 13.5 Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah accidental sampling
atau sampling kebetulan di wilayah dimana Surabaya Industrial Estate Rungkut
merupakan wilayah perindustrian yang cukup besar sehingga dalam
pengumpulan data dapat menghemat waktu dan biaya.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari
digunakan untuk pengumpulan data adalah kuisioner dengan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
a. Data primer yaitu dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada
responden
b. Data sekunder yaitu melalui studi kepustakaan, referensi dan literatur
yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.
3.7. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan tipe analisis
deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian dengan tanpa mencari atau menjelaskan
hubungan antar variabel, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi
(Rahmat,1999:24). Penelitian ini akan menjelaskan variabel-variabel tanpa
mencari korelasi satu sama lainnya. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner
selanjutnya akan diolah untuk mendiskripsikan data hasil penelitian.
Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari: mengedit dan
memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis
secara deskriptif berdasarkan tabel frekuensi dari setiap pertanyaan yang
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1 Jaminan Sosial Tenaga Kerja/JAMSOSTEK
Penyelenggara program jaminan sosial merupakan salah satu tangung
jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi
kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara,
Indonesia seperti halnya berbagai Negara berkembang lainnya,
mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security,
yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada
masyarakat pekerja di sektor formal.
Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang
panjang, dimulai dari UU No. 33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan
kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 48/1952 jo PMP No.8/1956
tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh,
PMP No. 15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP
No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS),
diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja, secara
kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.
Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut
landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada
tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah (PP) No. 33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program
asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi
kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit
pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu
Perum Astek.
Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No. 3 tahun 1992
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP
No.36/1995 ditetapkannya PT. Jamsostek sebagai badan penyelenggara
Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan
dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya,
dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan
keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang,
akibat resiko sosial.
Selanjutnya pada akhir tahun 2004,Pemerintah juga menerbitkan UU
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang
berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 dengan perubahan pada pasal 34
ayat 2, dimana Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mengesahkan
Amandemen tersebut, yang kini berbunyi : "Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang
lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat
dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan motivasi maupun produktivitas
kerja.
Kiprah Perseroan yang mengedepankan kepentingan dan hak normative
Tenaga Kerja di Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT Jamsostek
(Persero) memberikan perlindungan 4 program, yang mencakup Program
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari
Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga
kerja dan keluarganya. Dengan penyelenggaraan yang makin maju, program
Jamsostek tidak hanya bermanfaat kepada pekerja dan pengusaha tetapi juga
berperan aktif dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian bagi
kesejahteraan masyarakat dan perkembangan masa depan bangsa.
4.1.2 Visi Jaminan Sosial Tenaga Kerja/JAMSOSTEK
Menjadi lembaga penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang
terpercaya dengan mengutamakan pelayanan prima dan manfaat optimal bagi
seluruh peserta.
4.1.3 Misi Jaminan Sosial Tenaga Kerja/JAMSOSTEK
a. Meningkatkan dan mengembangkan Mutu Pelayanan dan Manfaat
kepada peserta berdasarkan Prinsip Profesionalisme.
b. Meningkatkan jumlah kepesertaan program Jaminan Sosial Tenaga
c. Meningkatan Budaya Kerja melalui kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) dan penerapan Good Corporate Governance (GCG)
d. Mengelola dana peserta secara optimal dengan mengutamakan prinsip
kehati-hatian (prudent)
e. Meningkatkan Corporate Values dan Corporate Images.
4.1.4 Filosofi Jaminan Sosial Tenaga Kerja/JAMSOSTEK
a. JAMSOSTEK dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk
mengatasi resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung
orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan
dihari tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti
jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasihan
orang lain.
b. Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program
JAMSOSTEK dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda
membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang
berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah.
Motto Perusahaan : Pelindung Pekerja, Mitra Pengusaha
4.1.5 Jaminan Hari Tua
Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang
keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan
sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan
keluarganya akibat dari terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang
terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.
Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut
terbatas saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua
dan meninggal dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya
penghasilan tenaga kerja dan/atau membutuhkan perawatan medis
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan mekanisme
Asuransi Sosial.
4.1.5.1 Definisi Program Jaminan Hari Tua
Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya
penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan
diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua
memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat
tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.
Iuran Program Jaminan Hari Tua:
a. Ditanggung Perusahaan = 3,7%
b. Ditanggung Tenaga Kerja = 2 %
Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil
4.1.5.2 Manfaat Program Jaminan Hari Tua
Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang
terkumpul ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:
a. Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap
b. Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun
dengan masa tunggu 1 bulan
c. Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI.
4.1.5.3 Tata Cara Pengajuan Jaminan
a. Setiap permintaan JHT, tenaga kerja harus mengisi dan menyampaikan
formulir 5 Jamsostek kepada kantor Jamsostek setempat dengan
melampirkan:
1) Kartu peserta Jamsostek (KPJ) asli.
2) Kartu Identitas diri KTP/SIM (fotokopi).
3) Surat keterangan pemberhentian bekerja dari perusahaan atau
Penetapan Pengadilan Hubungan Industrial.
4) Surat pernyataan belum bekerja di atas materai secukupnya.
5) Kartu Keluarga (KK)
b. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang mengalami cacat
total dilampiri dengan Surat Keterangan Dokter
c. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggalkan
1) Pernyataan tidak bekerja lagi di Indonesia
2) Photocopy Paspor
3) Photocopy VISA
d. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggal dunia
sebelum usia 55 thn dilampiri:
1) Surat keterangan kematian dari Rumah
Sakit/Kepolisian/Kelurahan
2) Photocopy Kartu keluarga
e. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang berhenti bekerja
dari perusahaan sebelum usia 55 thn telah memenuhi masa kepesertaan
5 tahun telah melewati masa tunggu 1 (satu) bulan terhitung sejak
tenaga kerja yang bersangkutan berhenti bekerja, dilampiri dengan:
1) Photocopy surat keterangan berhenti bekerja dari perusahaan
2) Surat pernyataan belum bekerja lagi
f. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang menjadi Pegawai
Negeri Sipil/POLRI/ABRI.
Selambat-lambatnya 30 hari setelah pengajuan tersebut PT Jamsostek (persero)
melakukan pembayaran JHT
4.1.6 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja. JPK adalah salah satu
masalah kesehatan. Mulai dari pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan,
rumah sakit, kebutuhan alat bantu peningkatan fungsi organ tubuh, dan
pengobatan, secara efektif dan efisien. Setiap tenaga kerja yang telah mengikuti
program JPK akan diberikan KPK (Kartu Pemeliharaan Kesehatan) sebagai
bukti diri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Manfaat JPK bagi
perusahaan yakni perusahaan dapat memiliki tenaga kerja yang sehat, dapat
konsentrasi dalam bekerja sehingga lebih produktif.
Jumlah iuran yang harus dibayarkan:
Iuran JPK dibayar oleh perusahaan dengan perhitungan sebagai berikut:
a. Tiga persen (3%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk tenaga
kerja lajang
b. Enam persen (6%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk
tenaga kerja berkeluarga
c. Dasar perhitungan persentase iuran dari upah setinggi-tingginya Rp
1.000.000,-
Cakupan Program
Program JPK memberikan manfaat paripurna meliputi seluruh kebutuhan
medis yang diselenggarakan di setiap jenjang PPK dengan rincian cakupan
pelayanan sebagai berikut:
a. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama, adalah pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh dokter umum atau dokter gigi di Puskesmas,