• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kepercayaan diri, dan teman sebaya terhadap kecurangan akademik. ( Studi kasus pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh kepercayaan diri, dan teman sebaya terhadap kecurangan akademik. ( Studi kasus pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI, DAN TEMAN SEBAYA

TERHADAP KECURANGAN AKADEMIK

( Studi Kasus pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Dasanta Anggara Sahadewa NIM : 131334059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

ALLAH S.W.T as The Real Creator in My Life

Kedua Orangtuaku Drs. Sugeng Rijanto, dan Almh. Yekti Handayani

Kedelapan kakakku yang selalu mendukung adik terkecilmu ini selama studi

Om Setya Raharja dan Bulik Dyah yang senantiasa membantuku

Sahabatku “Blacklist Family”: Arif, Fauzi, Hafidz, Ivi, Heni, Satee, Nindha, Septi,

Koko, Faiz, Imam, Dicky, Udin.

Sahabat SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta (BBÇ) Angkatan 2013

Sahabatku Grilia IP 4,01 dan Koplak’s Family Pendidikan Akuntansi 2013

Delta Fotocopy Familia Mrican Baru yang telah membagi tawa bersama

Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

dan

Kamu yang dulu senang ngomelin, memotivasi dan menyadarkanku akan

(5)

v MOTTO

“Don’t compare your life to others. There’s no comparison between the sun and

the moon. They shine when it’s their time”

“If you want a thing done well, do it your self”

-Napoleon Bonaparte-

“The 3 C’s of life: Chances, Choices, and Change. You must take a chance, make

a choice and change your life”

-@thegoodquote-

“Some people wanted to break me, but they only make my stronger. The others

wanted to exploit me, they only made me smarter. I’mnot like you, because I’m

not you”

-Zlatan Ibrahimovic-

“When i win me learn, but when i lose me learn too”

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Juli 2017 Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Dasanta Anggara Sahadewa

Nomor Mahasiswa : 131334059

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:

PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI, DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP KECURANGAN AKADEMIK

(Studi Kasus pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikanya di internet atau media lain, untuk kepentingan akademiks tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama telah mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 28 Juli 2017

(8)

viii ABSTRAK

PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI, DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP KECURANGAN AKADEMIK

Studi Kasus pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Dasanta Anggara Sahadewa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2017

Penelitian ini bertujuan menguji: (1) pengaruh kepercayaan diri terhadap kecurangan akademik, dan (2) pengaruh teman sebaya terhadap kecurangan akademik.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif studi kasus yang dilakukan pada bulan Maret 2017. Sampel sejumlah 161 mahasiswa diambil dengan teknik strata proporsional. Data penelitian dikumpulkan menggunakan kuesioner, dianalisis dengan korelasi spearman.

Hasil uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa kepercayaan diri tidak berhubungan secara signifikan dengan kecurangan akademik (Sig-2 tailed=0,102 >α=0,05). Hasil uji hipotesis kedua menunjukkan bahwa teman sebaya berhubungan signifikan dengan kecurangan akademik (Sig-2 tailed=0,026 <α=0,05).

(9)

ix

ABSTRACT

THE IMPACT OF SELF CONFIDENCE, AND PEER TOWARD ACADEMIC DISHONESTY

A Study Case on Students of Accounting Education, Sanata Dharma University Yogyakarta

Dasanta Anggara Sahadewa Sanata Dharma University Yogyakarta

The aim of this research is to find out: (1) the impact of self confidence toward academic dishonesty, and (2) the impact of peer toward academic dishonesty.

The type of this research is a descriptive study case research, it was conducted on March 2017. The samples of this research are 161 students taken by using proportional level technique. Data were collected by the questionnaires, and analyzed by using spearman correlation.

The result of the first hypothesis shows that self confidence is not significant related with academic dishonesty (Sig-2 tailed=0,102>α=0,05). The result of the second hypothesis shows that peer is significant related with academic dishonesty (Sig-2 tailed=0,026<α=0,05).

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan PS Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta;

4. Bapak Dr. S. Widanarto. P., S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

5. Staf dosen pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan;

6. Ibu Aris selaku tenaga administrasi Prodi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini;

7. Bapak Drs. Sugeng Rijanto, dan Ibunda Almh. Yekti Handayani, kedua orang tuaku yang selalu membimbingku, mendoakanku yang terbaik selama ini. 8. Kakak-kakaku, Mas Nono, Mbak Wiwik, Mbak Uci, Mas Cahyo ‘Jojon’, Mbak

Daning, Mas Tanto, Mas Sambung, dan Mbak Nuzul yang telah memberikan semangat, dan bantuan selama ini.

9. Sahabat-sahabatku ‘Blacklist’: Arif ‘Gay’, Hafidz ‘Ompong’, Fauzi, Faiz

‘Gombong’, Imam ‘Simbah’, Udin, Dicky, Koko ‘Tantot’, Heni, Ivi, Satee,

(11)

xi

10. Sahabat-sahabatku BBC dan Delayota 2013 yang tidak dapat kusebutkan satu persatu, yang sudah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

11. Teman seperguruan bimbingan skripsi Pak Wid: Teti, Dessy, Garnis, Nona, Anas, Kiki, Novan, Ika, Tika, Paul, Gian, dan Bang Ali. Terimakasih atas masukan yang diberikan selama pembuatan skripsi.

12. Mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi 2013, 2014 dan 2015 yang tidak dapat kusebutkan satu-persatu, yang telah bersedia membantu menjadi responden pada skripsi ini.

13. Sahabatku Pendidikan Akuntansi 2013: Yohanes ‘Cino’, Yovita, Oza, Yudha, Bagas, Della Onicong, Desty, Mandala, Dorus, dan Lauren yang telah bersedia berdinamika, berteman, susah seneng bareng.

14. Teman-teman PPL USD di SMA Negeri 1 Cangkringan, Toni, Anton, Al, Gita, Putri, Emi, Yohan, Widya, Dela, Tia, dan Felis yang sudah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

(13)

xiii

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Teori yang Relevan ... 9

1. Kecurangan Akademik... 9

a. Pengertian Kecurangan Akademik ... 9

b. Penyebab Kecurangan Akademik ... 10

c. Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik ... 11

d. Tindakan Preventif pada Kecurangan Akademik ... 14

2. Kepercayaan Diri ... 22

a. Pengertian Kepercayaan Diri ... 22

b. Karakteristik Kepercayaan Diri ... 23

3. Teman Sebaya ... 31

a. Karakteristik Interaksi dengan Teman Sebaya ... 32

B. Kerangka Berpikir ... 35

1. Pengaruh Kepercayaan Diri terhadap Kecurangan Akademik ... 35

2. Pengaruh Teman Sebaya terhadap Kecurangan Akademk ... 36

C. Hipotesis ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 40

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 40

(14)

xiv

1. Populasi ... 41

2. Sampel... 42

3. Teknik Penarikan Sampel ... 43

E. Operasionalisasi Variabel ... 44

1. Variabel Kepercayaan Diri ... 44

2. Variabel Teman Sebaya ... 46

3. Variabel Kecurangan Akademik ... 48

4. Penilaian Operasionalisasi Variabel ... 51

F. Teknik Pengumpulan Data ... 54

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 55

1. Uji Validitas ... 55

2. Uji Reliabilitas ... 61

H. Teknik Analisis Data... 65

1. Deskripsi Data ... 65

2. Uji Prasyarat... 69

a. Uji Normalitas ... 69

b. Uji Linearitas ... 70

3. Uji Hipotesis ... 71

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat ... 77

B. Visi dan Misi Prodi ... 80

1. Visi ... 80

(15)

xv

C. Tujuan ... 81

D. Struktur Organisasi ... 82

E. Kurikulum ... 84

F. Proses Pembelajaran ... 86

G. Sumber Daya Manusia ... 86

H. Sarana dan Prasarana ... 88

I. Beasiswa ... 89

J. Kemahasiswaan... 89

1. Organisasi Kemahasiswaan Tingkat Program Studi ... 89

2. Kegiatan-Kegiatan Prodi PE ... 89

K. Profil Lulusan... 90

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 91

1. Deskripsi Data Penelitian Variabel Kepercayaan Diri ... 91

2. Deskripsi Data Penelitian Variabel Teman Sebaya ... 92

3. Deskripsi Data Variabel Kecurangan Akademik ... 94

B. Pengujian Hipotesis ... 95

1. Prasyarat Analisis... 95

2. Uji Hipotesis ... 97

C. Pembahasan... 100

1. Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Kecurangan Akademik ... 100

(16)

xvi BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1. Populasi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta ... 42

Tabel 3.2. Proporsi Sampel Penelitian ... 44

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Kepercayaan Diri ... 44

Tabel 3.4. Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Teman Sebaya ... 46

Tabel 3.5. Kisi-Kisi Variabel Kecurangan Akademik ... 49

Tabel 3.6. Skor Skala Likert ... 53

Tabel 3.7. Uji Validitas Variabel Kepercayaan Diri (Tahap Pertama) ... 56

Tabel 3.8. Uji Validitas Variabel Kepercayaan Diri (Tahap Kedua) ... 57

Tabel 3.9. Uji Validitas Variabel Kepercayaan Diri (Tahap Ketiga) ... 57

Tabel 3.10. Uji Validitas Variabel Teman Sebaya (Tahap Pertama) ... 58

Tabel 3.11. Uji Validitas Variabel Teman Sebaya (Tahap Kedua) ... 58

Tabel 3.12. Uji Validitas Variabel Teman Sebaya (Tahap Ketiga) ... 59

Tabel 3.13. Uji Validitas Variabel Kecurangan Akademik (Tahap Pertama) .... 59

Tabel 3.14. Uji Validitas Variabel Kecurangan Akademik (Tahap Kedua) ... 60

Tabel 3.15. Batasan Skor Reliabilitas Cronbach’s Alpha ... 62

Tabel 3.16. Uji Reliabilitas Variabel Kepercayaan Diri ... 63

Tabel 3.17. Uji Reliabilitas Variabel Teman Sebaya ... 63

(18)

xviii

Tabel 3.19. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 65

Tabel 3.20. Skor Maksimal pada Instrumen Penelitian ... 66

Tabel 3.21. Rentang Variabel Kepercayaan Diri ... 67

Tabel 3.22. Rentang Variabel Teman Sebaya ... 68

Tabel 3.23. Rentang Variabel Kecurangan Akademik ... 69

Tabel 3.24. Pedoman Koefisien Korelasi ... 72

Tabel 4.1. Pejabat Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi ... 79

Tabel 4.2. Dosen Tetap Prodi Pendidikan Ekonomi ... 86

Tabel 4.3. Tenaga Administrasi Tetap Prodi Pendidikan Ekonomi ... 88

Tabel 5.1. Deskripsi Data Penelitian Variabel Kepercayaan Diri ... 91

Tabel 5.2. Nilai-Nilai Statistik Variabel Kepercayaan Diri ... 92

Tabel 5.3. Deskripsi Data Penelitian Variabel Teman Sebaya ... 92

Tabel 5.4. Nilai-Nilai Statistik Variabel Teman Sebaya ... 93

Tabel 5.5. Deskripsi Data Penelitian Variabel Kecurangan Akademik ... 94

Tabel 5.6. Nilai-Nilai Statistik Variabel Kecurangan Akademik ... 94

Tabel 5.7. Uji Normalitas Variabel Kepercayaan Diri dan Teman Sebaya ... 96

Tabel 5.8. Analisis Korelasi Spearman Uji Hipotesis I ... 97

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Surat Ijin Penelitian ... 112

Lampiran II Kuesioner Penelitian (Uji Coba) ... 114

Lampiran III Tahap-Tahap Skoriing Likert ... 122

Lampiran IV Uji Validitas ... 132

Lampiran V Kuesioner Penelitian ... 139

Lampiran VI Hasil Penelitian ... 146

Lampiran VII Uji Normalitas ... 164

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Universitas sebagai lembaga pendidikan tinggi bertanggung jawab mencetak lulusan yang memilki karakter dan kualitas baik dari segi akademik maupun non akademik. Terciptanya lulusan yang memiliki karakter dan berkualitas melibatkan banyak pihak. Pihak-pihak yang terlibat seperti dosen, mahasiswa, tenaga administrasi, lingkungan akademik yang tersedia, dan teman sebaya. Tuntutan akan menyediakan lulusan yang baik menjadi pekerjaan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan seperti dosen dan mahasiswa.

Mahasiswa merupakan generasi muda penerus bangsa yang baik apabila memiliki bekal kualitas akademik dan karakter yang baik. Mahasiswa memperoleh karakter dan kualitas akademik dari pembelajaran, atau aktivitas di luar pembelajaran yang dilakukan saat di universitas. Karakter yang diperoleh mahasiswa selama menuntut ilmu di perguruan tinggi yaitu sikap disilplin, jujur, tanggung jawab, dan tepat waktu dalam mengerjakan tugas maupun berangkat kuliah. Karakter-karakter ini dapat diperoleh apabila proses pembelajaran berjalan dengan baik sesuai dengan kaidah, peraturan, dan norma akademik yang berlaku di universitas.

(22)

diukur dengan menggunakan IPK (Indeks Prestasi Komulatif atau Grade Point Average). Indeks Prestasi Komulatif (IPK atau Grade Point Average) adalah indeks prestasi suatu program pendidikan lengkap pada akhir semster kedua dan seterusnya untuk seluruh mata kuliah yang pernah ditempuh yang dinyatakan dalam rentangan angka 0,00-4,00. Indeks prestasi mahasiswa di perguruan tinggi turut menentukan kesempatan kerja yang lebih baik sekaligus menentukan masa depannya. Mahasiswa dalam mendapatkan kualitas akademik dan karakter yang baik selama perkuliahan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi diperolehnya kualitas akademik dan karakter yaitu kepercayaan diri, dan teman sebaya yang dimiliki oleh mahasiswa

Kepercayaan diri adalah keberanian menghadapi tantangan karena memberi kesadaran akan sebuah pengalaman yang tumbuh apabila ada pengakuan dari lingkungan (Sri Marjanti, 2015:2). Lingkungan yang dijalani oleh mahasiswa selama perkuliahan salah satunya adalah lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan lingkungan yang mendukung mahasiswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran, dalam lingkungan ini terdapat teman sebaya sebagai pendukung aktivitas belajar mahasiswa. Kepercayaan diri mahasiswa dapat tumbuh apabila memiliki teman sebaya yang mendukung jalannya akademik.

(23)

yang dimiliki siswa. Hal itu dikarenakan teman sebaya terkadang memberikan motivasi, kepercayaan diri, tempat berbagi mahasiswa saat menjalani kegiatan di universitas. Teman sebaya terkadang menjadi panutan dari mahasiswa selama menjalani perkuliahan di universitas.

Mahasiswa berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh IPK atau kualitas akademiknya, karena untuk menunjukkan kompetensi yang dimilikinya selama mengikuti perkuliahan. Kualitas akademik dan karakter yang dimiliki oleh mahasiswa tidak diperoleh dengan mudah, sehingga mahasiswa menghalalkan segala cara untuk memperoleh IPK yang bagus. Cara-cara yang ditempuh mahasiswa biasanya bersifat tidak sportif atau melanggar aturan seperti menyontek, copy-paste tanpa menyertakan sumber, atau memalsukan hasil penelitian. Tindakan-tindakan tersebut merupakan sebagian dari fenomena kecurangan akademik yang terjadi selama perkuliahan.

(24)
(25)

menjadikan dirinya sebagai sumber daya manusia yang buruk. Jika lulusan yang terbiasa melakukan kecurangan tersebut membawa karakter itu di dunia kerja, maka dapat menyebabkan tindak kejahatan di dunia pekerjaan. Tindak kejahatan di dunia pekerjaan yang dilakukan seperti pemalsuan laporan keuangan, penyelewengan dana, atau mengambil karya orang lain tanpa izin. Hal tersebut tentunya tidak diinginkan oleh semua pihak. Program Studi di sebuah Universitas memiliki visi dan misi untuk menyediakan sumber daya manusia yang unggul dan kompeten.

(26)

Universitas Sanata Dharma tidak hanya cerdas secara intelektual, melainkan juga cerdas secara emosional,dan sikap sehingga dapat mengetahui perbuatan mana yang baik dan buruk dan dapat menghindar dari perbuatan kecurangan akademik.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi juga dianjurkan untuk mengikuti kegiatan organisasi atau kepanitiaan baik itu di tingkat prodi, fakultas, maupun universitas. Kegiatan – kegiatan kepanitiaan seperti panitia pekan kekraban PAK-PE, kunjungan pasar atau perusahaan, dll memberikan pengalaman bagi mahasiswa dan menambah relasi teman sebaya yang positif. Relasi teman sebaya yang positif memberikan pengaruh terhadap lingkungan belajar, maupun cara belajar dari mahasiswa, seperti mahasiswa beda angkatan maupun program studi saling bertukar wawasan, pengalaman baik di bidang akademik maupun non akademik.

(27)

B. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu peneliti hanya fokus pada vairabel kepercayaan diri dan teman sebaya. Pada variabel teman sebaya, peneliti hanya membahas teman sebaya yang terdiri dari teman sebaya diluar universitas, dan teman sebaya di universitas. Studi kasus penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Angkatan 2013,2014, dan 2015

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang tertulis di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara kepercayaan diri terhadap kecurangan akademik?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara teman sebaya terhadap kecurangan akademik?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang tertulis diatas, maka tujuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara kepercayaan diri terhadap kecurangan akademik.

(28)

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan, peneliti berharap dapat memberikan manfaat. Manfaat penelitian yang diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi oleh pemakai atau peneliti selanjutnya, dalam meneliti pengaruh kepercayaan diri, dan teman sebaya terhadap kecurangan akademik.

2. Bagi Dosen

Dosen sebagai pembimbing diharapkan dapat memberikan masukan dan arahan yang positif sehingga mahasiswa dapat meningkatkan kepercayaan dirinya dan meminimalisir kecurangan akademik.

3. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan dapat menggunakan kepercayaan dirinya, dan memilih teman yang positif, dan meminimalisir kecurangan akademik. 4. Bagi penulis

(29)

9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Teori yang Relevan

1. Kecurangan Akademik

a. Pengertian Kecurangan Akademik

(30)

b. Penyebab Terjadinya Kecurangan Akademik

Penyebab terjadinya kecurangan akademik dibagi tiga jenis oleh Whitely (Whitley, Bernard E., 2002:22-25; Tricia,B.G, et al, 2009:67-83). Selanjutnya Whitley menggolongkan penyebab kecurangan akademik menjadi tiga yaitu: 1) faktor motivasi melakukan kecurangan akademik, 2) alasan melakukan kecurangan akademik, dan 3) dasar kebenaran melakukan tindakan kecurangan akademik. Lebih lanjut Whitley menjabarkan faktor motivasi melakukan kecurangan akademik ada enam yaitu: 1) kekhawatiran-kekhawatiran akan prestasi, 2) tekanan-tekanan eksternal (akademik dan non akademik), 3) profesor atau dosen yang tidak adil, 4) kurangnya suatu usaha, 5) kesetiaan kepada teman, dan 6) tantangan.

(31)

5) meminimalisir keseriusan, 6) kebutuhan, dan 7) ketidakjujuran sebagai sebuah kebiasaan.

Selanjutnya Tricia B.G,dkk menggolongkan penyebab kecurangan akademik menjadi tiga yaitu 1) stress dan tekanan dari luar, 2) faktor eksternal, dan 3) 1disposisi. Stress dikarenakan mahasiswa dituntut untuk memperoleh Indeks Prestasi memuaskan pada setiap semester maupun secara komulatif. Lebih lanjut Tricia B.G,dkk menyebutkan faktor eksternal penyebab kecurangan akademik yaitu: 1) kelas terlalu ramai, dan 2) ujian dengan jenis soal pilihan ganda, sedangkan untuk faktor disposisi yang meyebabkan terjadinya kecurangan akademik yaitu: 1) jenis kelamin, 2) kecerdasan (intelligence), 3) pengembangan moral dan etika dalam bekerja,

4) motivasi, 5) kebutuhan utuk diterima di lingkungannya, 6) presepsi, 7) risiko, dan 8) prokrastinasi dan tanggung jawab. Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab terjadinya bentuk kecurangan akademik. c. Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik

Bentuk kecurangan akademik yang terjadi dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis (Pavela,G. dalam Whitley, Bernard E., 2002:17) yaitu 1) menyontek, 2) pemalsuan, 3) plagiat, dan 4) memfasilitasi kecurangan akademik. Menyontek adalah aktivitas menjiplak hasil dari mahasiswa lain selama ujian yang merupakan tindakan tidak terpuji dalam instutisi

(32)

pendidikan (Wilkinson.J, 2009:98). Bentuk perilaku menyontek digolongkan menjadi dua jenis yaitu: 1) menyontek secara terencana, dan sistematis, dan 2) perilaku menyontek saat ada peluang (Donald Chisholm, 1992:266). Lebih lanjut Donald Chisholm menggolongkan perilaku menyontek secara terencana dan sistematis menjadi empat jenis yaitu: 1) menyontek saat ujian di ruang kelas, 2) menyontek saat ujian take home, 3) menyontek saat pembuatan paper, dan 4) perilaku menyontek lainnya (seperti menyabotase komputer, mencuri hasil eksperimen orang lain, sedangkan perilaku menyontek saat ada peluang digolongkan menjadi dua macam yaitu: 1) mencuri artikel milik mahasiswa lain, dan melirik-lirik saat ujian berlangsung. Kecurangan-kecurangan akademik lainnya yang dilakukan mahasiswa di perkuliahan adalah pemalsuan.

(33)

sedikit penyesuaian membuat data terlihat realistis. Mahasiswa mungkin melakukan pemalsuan lainnya seperti pemalsuan tanda tangan dosen, atau memalsukan jumlah pembayaran suatu acara. Kecurangan akademik yang dilakukan mahaiswa yaitu plagiat.

Plagiat adalah pengambilan karangan karangan orang lain dan dipublikasikan sebagai hasil karya sendiri (KBBI,2008:1193). Bentuk plagiat yang dilakukan mahasiswa dibagi menjadi tiga jenis (Susan,D.B, 2009:27) yaitu plagiat untuk memperdaya, sesaat, dan tidak diberitahukan. Lebih lanjut Susan menggolongkan bentuk plagiat untuk memperdaya menjadi tiga yaitu: 1) membeli artikel, 2) menggunakan artikel atau makalah dari pemberian seseorang, dan

3) mengimpor sebuah artikel dari negara lain. Mahasiswa memiliki berbagai prespektif menyikapi tindakan-tindakan plagiat tersebut. (Sambara, J.S,2015:42) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sambara, J.S pada 79 mahasiswa menunjukkan bahwa 23% mahasiswa memiliki sikap sangat negatif, 55% mahasiswa memiliki sikap negatif, 3% mahasiswa memiliki sikap kurang negatif, dan tidak ada mahasiswa yang memiliki sikap sangat kurang negatif. Mahasiswa melakukan plagiat bisa ditengarai karena ingin mencari jalan pintas dalam menyelesaikan tugasnya. Usaha-usaha curang yang dilakukan mahasiswa ini terkadang difasilitasi oleh temannya.

(34)

melakukan tidakan kecurangan akdemik (Whitley, Bernard E., 2002:22-25. Lebih lanjut Whitley berpendapat bahwa mahasiswa membantu temannya melakukan tindakan kecurangan akademik dikarenakan rasa loyalitas terhadap kelompoknya, pengawas ujian meninggalkan ruangan saat ujian berangsung, dan ingin membantu temannya dengan tidak menutupi lembar jawabnya saat ujian. Tindakan kecurangan akademik dapat difasilitasi dengan perkembangan teknologi seperti kepemilikan smartphone yang terhubung dengan media sosial (seperti Facebook, Instagram, Blackberry Messenger, Whatsapp,dll) (Peggy J.Parks,2015:38), dan mengirim pesan singkat menggunakan telepon genggam kepada temannya saat ujian untuk meminta jawaban Tricia,B.G, et al, 2009:110). Mahasiswa menggunakan media sosial untuk membagi photo jawaban kepada temannya melalui pesan singkat. Mahasiswa memfasilitasi kecurangan akademik karena rasa kesetiakawanan terhadap temannya. Uraian-uraian mengenai kepercayaan diri, teman sebaya, perilaku menyontek, dan kecurangan akedemik dijadikan kajian oleh peneliti dalam membentuk kerangka berpikir.

d. Tindakan Preventif pada Kecurangan Akademik

(35)

akademik menjadi dua yaitu mendeteksi, dan mencegah berdasarkan peristiwa dan jenis tindakan kecurangan akademik yang dilakukan. Cara mencegah dan mendeteksi terjadinya kecurangan akademik dapat dilakukan pada pekerjaan rumah dan laporan-laporan praktikum, tugas paper berkala, dan saat aktivitas ujian.

(36)

menyalin jawaban dari buku panduan (modul) milik dosen). Tindakan preventif yang dapat dilakukan yaitu dosen jangan mengunakan soal atau pertanyaan yang bersumber dari modul. Tindakan mendeteksi yang dapat dilakukan adalah dengan dosen membandingkan jawaban tugas yang dikumpulkan dengan modul milik dosen, dan dosen melihat jawaban-jawaban yang dikumpulkan mahasiswa dengan teliti.

Selanjutnya, untuk mencegah dan mendeteksi pada bentuk kecurangan akademik menyalin jawaban dari mahasiswa lain menggunakan tiga cara untuk tindakan preventif dan satu cara untuk mendeteksi pada bentuk kecurangan. Tindakan preventif yang dapat dilakukan yaitu: 1) dosen menjelaskan ukuran atau batas kerjasama yang diperbolehkan, 2) dosen melihat absensi saat mengumpulkan tugas, dan 3) dosen melarang mahasiswa mengumpulkan tugas dengan komputer yang terhubung pada komputer lain. Cara mendeteksi yang dilakukan yaitu dosen membandingkan antar jawaban dikumpulkan mahasiswa.

Whitley memberikan satu cara preventif dan satu cara mendeteksi bentuk kecurangan menyalin jawaban dari tugas sebelumnya. Cara preventif yang dilakukan ialah dosen mengganti pertanyaan atau soal yang digunakan. Cara mendeteksi dilakukan dengan dosen melihat kesalahan pada jawaban yang terbaru dengan jawaban yang benar pada tugas sebelumnya.

(37)

Tindakan preventif yang dilakukan yaitu: 1) dosen menjelaskan tentang siapa yang dapat memberikan bantuan, dan jenis bantuan apa yang diperbolehkan untuk mahasiswa, dan 2) dosen menginformasikan batasan bantuan yang diperbolehkan untuk mahasiswa. Cara mendeteksi yang dapat dilakukan yaitu dosen melihat kualitas jawaban yang dikumpulkan mahasiswa. Lebih lanjut, Whitley memberikan beberapa cara mencegah dan mendeteksi dalam berbagai bentuk kecurangan pada tugas paper berkala.

(38)

mahasiswa menggunakan format yang tepat pada paper dan menolak apabila terjadi kesalahan, 8) dosen memberikan soal dalam pembuatan paper, 9) dosen mewajibkan laporan lisan pada setiap paper yang dikumpul mahasiswa, dan 10) dosen melarang mahasiswa untuk tidak menyimpan pekerjaanya didalam komputer yang terhubung pada jaringan. Cara untuk mendeteksi yang digunakan adalah dosen menyimpan salinan-salinan paper berkala sebelumnya.

Selanjutnya, Whitley memberikan sebuah tindakan preventif dan beberapa tindakan untuk mendeteksi bentuk kecurangan plagiat pada tugas paper berkala. Tindakan preventif yang dilakukan yaitu dosen mengajarkan kepada mahasiswa bagaimana membuat parafrase dan mengutip kalimat yang benar. Lebih lanjut Whitley memberikan empat cara untuk mendeteksi yaitu 1) frase kata yang dibuat terlalu baik untuk ukuran mahasiswa, 2) dosen melihat inkonsistensi gaya menulis mahasiswa, 3) membandingkan paper dengan tugas merangkum dikelas, dan 4) mencari kata kunci atau kalimat yang mencurigakan pada artikel dengan internet.

(39)

menggunakan internet (semisal www.google.com) (C.Park,2010:482). Tindakan deteksi dan preventif juga dilakukan pada bentuk kecurangan membeli artikel berkala secara masal.

Whitley berpendapat sebuah cara dapat dilakukan untuk mendeteksi dan mencegah mahasiswa membeli artikel secara berkala. Tindakan preventif yang dapat dilakukan yaitu dosen mewajibkan mahasiswa mengetahui persoalan atau topik artikel. Tindakan mendeteksi yang dilakukan yaitu dosen melihat kualitas hasil artikel yang dikumpulkan sesuai untuk ukuran mahasiswa. Tindakan preventif dan mendeteksi kecurangan akademik juga diperlukan saat ujian berlangsung.

(40)

peserta ujian, 7) pengawas membagikan kertas ujian berdasarkan urutan presensi, 8) pengawas melarang peserta ujian untuk saling meminjam alat tulis, dan 9) pengawas memindah peserta ujian yang ketahuan melakukan kerjasama dengan peserta lain, sedangkan tindakan preventif pada kecurangan akademik yang melibatkan peran dosen yaitu: 1) dosen melarang mahasiswa untuk menggandakan soal ujian, 2) dosen menyimpan soal ujian pada CD atau flashdisk¸ bukan hard drive komputer yang dapat diakses oleh umum, 3) dosen menyimpan cetakan asli soal sujian selama penggandaan soal berlangusng, 4) dosen membuat kisi-kisi materi soal ujian, 5) dosen mewajibkan mahasiswa menyerahkan kertas ujian kepada pengawas apabila peserta meninggalkan ruangan, 6) dosen menggunakan alternatif pilihan jawaban yang berbeda pada pilihan ganda, 7) dosen lebih baik menggunakan soal essay daripada soal pilihan ganda,

8) dosen menginformasikan kepada mahasiswa untuk menggandakan lembar jawabnya ketika melakukan post test review, 9) dosen menandai jawaban benar pada lembar jawab mahasiswa, 10) dosen mengganti soal ujian secara berkala, dan 11) dosen menghitung jumlah soal ujian yang digandakan dengan jumlah soal yang dikembalikan ketika selesai berlangsungnya tes.

(41)

mengawas ujian di belakang ruangan sehingga peserta ujian tidak dapat melihat pengawas tanpa membalikkan badannnya, dan 2) pengawas mengidentifikasi peserta ujian saat ujian berlangsung. Cara mendeteksi terjadinya kecurangan akademik saat ujian dengan melibatkan peran dosen yaitu: 1) dosen melihat kualitas jawaban mahasiswa, 2) dosen melihat persamaan letak kesalahan jawaban peserta ujian, dan 3) dosen membandingkan jawaban peserta ujian yang meninggalkan ruangan dengan peserta ujian lain di sebelahnya. Tindakan preventif pada kecurangan akademik juga dapat dilakukan dengan sanksi hukum.

(42)

Penyebab

Gambar 2.1 Peta Konsep Kecurangan Akademik

2. Kepercayaan Diri

a. Pengertian Kepercayaan Diri

(43)

memperoleh tujuan yang ia harapkan. Situasi, dan tantangan yang dihadapi seperti tuntutan mengumpulkan tugas tepat waktu, menjawab pertanyaan dengan benar, atau mengemukakan pendapat di depan umum. Situasi dan tantangan tersebut dihadapi guna memperoleh tujuan seperti nilai akademik, atau kepuasan saat berhasil mengemukakan pendapat. Kepercayaan diri yang dimiliki oleh mahasiswa sangat berperan saat menghadapi tantangan untuk mencapai tujuan.

Mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri dapat dilihat melalui tingkah lakunya sehari-hari dalam menghadapi situasi atau tantangan. Cara menghadapi situasi atau tantangan dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat melalui karakteristik kepercayaan diri yang dimiliki oleh mahasiswa. Karakteristik kepercayaan diri dapat digolongkan menjadi dua jenis (Liedenfield,1997:4-11). Selanjutnya Liedenfield menggolongkan karakteristik kepercayaan diri menjadi kepercayaan diri lahir dan kepercayaan diri batin.

b. Karakteristik Kepercayaan Diri

(44)

Cinta diri adalah perasaan mencintai dan peduli terhadap diri sendiri (Okti:2016). Cinta diri merupakan bentuk apapun dari cinta pada dirinya sendiri yang ekstrem (Kamus Psikologi,2010:874). Rasa cinta diri yang dimiliki mahasiswa yaitu mengetahui bagaimana dirinya, dan peduli terhadap apa yang ia butuhkan. Kepemilikan rasa cinta diri yang baik dapat berujung kepada kemampuan pemahaman diri.

Pemahaman diri (comprehension) adalah tindakan atau kemampuan untuk memahami sesuatu terutama maksud dari sebuah komunikasi (APA Dictionary of Psychology, 2015:224), sebuah perasaan memahami akan dirinya dengan cara mau menerima kritik atau saran dari orang lain (Okti:2016). Mahasiswa yang memiliki pemahaman diri yang baik dapat memahami maksud dari sebuah komunikasi yang terjadi antara dirinya dengan orang lain. Kemampuan memahami maksud dari komunikasi sangatlah diperlukan mahasiswa. Mahasiswa yang dapat memahami maksud dari komunikasi dengan seseorang dapat menerima saran, kritik yang membangun guna memperoleh tujuan hidup yang jelas.

(45)

(goal object) yang dicapai guna mencapai tujuan hidupnya. Tercapainya serangkaian tujuan kecil hingga tujuan utama dibutuhkan pikiran yang positif dari seorang mahasiswa.

Berpikir positif berarti melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang sehingga menjadikan suatu pemikiran yang jelas (Okti:2016), sebuah cara berpikir dengan melihat hasil terbaik dari sebuah keadaan terburuk (Peale,N.V, 1987:1). Berpikir positif mengajarkan mahasiswa untuk memperoleh hasil yang baik di situasi apapun. Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir positif dapat terlihat bagaimana ia menghadapi tantangan. Mahasiswa yang menghadapi tantangan penuh dengan sikap optimis akan memperoleh hasil yang baik merupakan mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir positif. Mahasiswa yang menghadapi tantangan dengan cara demikian bisa dikatakan ia memiliki kepercayaan diri lahir di dalam dirinya. Liedenfield menggolongkan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri lahir digolongkan menjadi empat macam, yaitu: 1) terampil berkomunikasi, 2) tegas, 3) penampilan diri dan 4) pengendalian perasaan.

(46)

selama 10-15 menit yang berisi tentang opini mengenai sebuah topik, atau 2anekdot pribadi. Hasil penelitian Montserrat Mir menunjukkan bahwa mahasiswa mahasiswa lebih percaya diri dalam berkomunikasi untuk mengungkapkan targetnya. Kepercayaan diri untuk berkomunikasi juga dapat dilihat dengan bagaimana seseorang saat menyampaikan pendapat. Seseorang menyampaikan sebuah pendapat dengan nada perlahan, atau dengan bahasa yang lugas disertai penyampaian yang tegas.

Tegas merupakan jelas, dan terang benar; nyata; tentu dan pasti (KBBI,2008:1650), sikap jelas yang dapat diamati tanpa menggunakan instrumen atau keahlian (APA Dictionary of Psychology, 2015:751). Sikap-sikap tersebut digunakan mahasiswa saat berproses untuk mencapai sebuah tujuan. Mahasiswa menggunakan sikap tegas pada saat berkomunikasi, berkomitmen, menentukan tujuan. Mahasiswa yang memiliki sikap tegas dapat dilihat dari penampilan diri saat ia berinteraksi dengan orang lain.

Penampilan diri adalah macam-macam tingkah laku yang berniat untuk menyampaikan sebuah kesan atau informasi khusus, tentang dirinya sendiri atau orang lain (APA Dictionary of Psychology, 2015:957). Penampilan diri seperti gaya bicara, bersikap, dan gaya berpenampilan mahasiswa saat berinteraksi dengan orang lain. Interaksi yang dilakukan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain.

(47)

Penampilan diri mahasiswa saat berinteraksi dengan orang lain memerlukan pengendalian perasaan.

Pengendalian perasaan adalah mahasiswa mampu mengelola perasaan yang ia miliki dalam kehidupan sehari-hari. Perasaan merupakan mengalami, mencerap, memahami atau memiliki suatu proses yang disadari, impresi inderawi memaknai seubah sensai hangat atau sakit, merasakan kenyamanan, depresi, dan hasrat (Kamus Psikologi, 2010:358). Perasaan yang dikelola adalah rasa senang, sedih, marah, malu, takut dll. Perasaan-perasaan tersebut terkadang berpengaruh terhadap kepercayaan diri mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri atau tidak dapat dilihat dari karakteristik individunya.

(48)

akan diri sendiri yang didasarkan pada pujian terhadap talenta, kemampuan dan nilai umum yang unik dari seseorang (Kamus Psikologi,2010:870). Mahasiswa yang memiliki rasa percaya akan kompetensi diri tidak terdorong untuk melakukan sikap konformitas.

Mahasiswa tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformitas demi diterima oleh orang lain atau kelompok. Konformitas merupakan perilaku yang dilakukan secara sukarela karena orang lain melakukannya. (Taylor, Shelley E., et al, 2009:253), sebuah jenis pengaruh sosial pada seseorang sehingga ia mengubah sikap atau tingkah laku untuk mematuhi norma sosial yang berlaku (Baron dan Bryne, 1996:319). Konformitas dilakukan oleh seseorang karena dia harus menyesuaikan dengan norma yang berlaku di lingkungannya. Mahasiswa yang tidak melakukan konformitas berarti dia berani menerima dan menghadapi penolakan dari orang lain.

(49)

kebersamaan sebuah kelompok pada seseorang. Penolakan yang diterima individu dapat menyebabkan rasa emosi. Emosional yang ditimbulkan karena penolakan sebaiknya dikendalikan dengan baik.

Mahasiswa diharapkan memiliki pengendalian diri yang baik (emosional stabil). Pengendalian diri atau self control merupakan kemampuan mengontrol 3impulsivitas dengan menghambat hasrat-hasrat jangka pendek yang muncul spontan (Kamus Psikologi,2010:871). Mahasiswa diharapkan untuk mengendalikan diri dari tindakan jangka pendek. Tindakan jangka pendek dilakukan mahasiswa seperti menyontek saat ujian. Mahasiswa menyontek saat ujian karena ia putus asa tidak bisa menjawab soal yang diujikan. Mahasiswa dituntut untuk bertanggung jawab atas tindakan baik ataupun buruk saat mengikuti perkuliahan. Mahasiswa yang memenuhi tuntutan tersebut termasuk pribadi yang memiliki internal locus of control.

Internal Locus of Control merupakan skala untuk mengukur lokus kontrol yang dimulai dari sangat eksternal hingga sangat interal (locus of control) (Kamus Psikologi,2010:535). Lokus kontrol dinilai internal bila seseorang menunjukan ciri-ciri bertanggung jawab, atas tindakannya, berkemauan keras mencapai suatu tujuan, dan melihat dirinya mengendalikan arah hidupnya sendiri (Kamus

(50)

Psikologi,2010:535), beranggapan bahwa keberhasilan atau kegagalan bergantung pada usaha diri sendiri, tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan, tidak putus asa, serta tidak mengharapkan bantuan orang lain (Okti:2016). Lokus kontrol internal dan eksternal menjadi skala untuk mengukur lokus kontrol yang dimiliki oleh seseorang. Lokus kontrol (locus of control) merupakan sumber pengendali perilaku seseorang (Kamus Psikologi,2010:535). Mahasiswa yang memiliki lokus kontrol yang baik akan mempunyai cara pandang yang positif terhadap dirinya.

Cara pandang yang positif terhadap diri sendiri merupakan menerima kualitas positif diri sendiri dimanapun ia berada yang melangkah kepada penghargaan diri sendiri (self-esteem) (Schab. L.M, 2013:9). Self-Esteem merupakan taraf/derajat/ukuran seseorang menilai dirinya sendiri (Kamus Psikologi, 2010:872). Mahasiswa yang memiliki self-esteem yang bagus dapat megetahui kemampuan, dan keterbatasan dalam dirinya. Mahasiswa yang mengetahui kemampuan dan keterbatasan memiliki harapan yang realistis akan sebuah tujuan.

(51)

yang dimiliki. Tekanan yang dirasakan seperti waktu pengerjaan tugas terlalu singkat, tugas yang diberikan terlalu rumit, atau sumber belajar yang digunakan susah untuk dipahami. Tekanan-tekanan inilah terkadang membuat mahasiswa menjadi tidak percaya diri, tetapi tekanan ini dapat berkurang dengan bantuan orang lain seperti teman sebaya (Schab. L.M, 2013:172). Teman sebaya sangatlah berguna sebagai rekan dalam mencapai tujuan akademik mahasiswa.

3. Teman Sebaya

(52)

Teman sebaya merupakan seseorang yang memiliki kesamaan atau kematangan usia dengan individu lain yang bersama-sama menggapai sebuah tujuan. Tujuan akan dicapai apabila terjadi interaksi antara mahasiswa dengan teman sebayanya dengan memberikan manfaat satu sama lain. Interaksi yang dilakukan mahasiswa dengan teman sebaya memiliki berbagai macam karakteristik. Karakteristik interaksi mahasiswa dengan teman sebaya dapat digolongkan berdasarkan intensitas waktu interaksi, popularitas, maupun pertemanan. Karakteristik interaksi mahasiswa dengan teman sebaya akan diulas lebih jelas di dalam sub bab karakteristik interaksi dengan teman sebaya.

a. Karakteristik interaksi dengan teman sebaya

(53)

(Desmita,2007:184). Intensitas waktu interaksi yang digunakan oleh setiap fase usia tersebut berbeda-beda.

Intensitas interaksi seseorang usia 2, 4,dan 7-11 tahun menghabiskan 10%, 20%, dan lebih dari 40% waktu siangnya untuk berinteraksi dengan teman sebayanya (Desmita,2007:184). Intensitas waktu interaksi seseorang meningkat seiring bertambahnya usia seseorang. Meningkatnya intensitas waktu interaksi diikarenakan bertambahnya teman sebaya. Anak usia 2 tahun mungkin hanya memiliki teman sebaya di sekitar tempat tinggal saja, anak usia 4 tahun memiliki teman sebaya baru di tingkat kelompok bermain (playgroup), lalu anak usia 7-11 tahun memiliki teman sebaya yang berasal dari lingkungan rumah, playgroupnya dahulu, lingkungan sekolahnya, dan seseorang yang memiliki kesamaan usia dan minat dengannya. Seseorang akan memiliki karakteristik interaksi yang berbeda pada usia remaja.

(54)

pertemanannya cenderung menjadi kelompok kontroversial yang dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi guru, dan teman sebaya sebagai sisi pandang lainnya. Mahasiswa yang berprestasi dipandang oleh teman sebayanya sebagai individu yang antisosial dan agresif tetapi juga sebagai pemimpin. Mahasiswa yang berprestasi tidak dipandang sebagai individu yang kontroversial oleh guru (dosen). Popularitas yang dimiliki seseorang menjadikan dia sebagai faktor diterimanya dalam pertemanan.

Pertemanan merupakan interaksi seseorang dengan orang lain atas dasar pilihan dan komitmen, dan lebih 4egalitarian dibanding hubungan keluarga, dan hubungan pertemanan tidak stabil layaknya hubungan keluarga (Papalia, et al, 2008:619). Papalia berpendapat bahwa ketidakstabilan hubungan dikarenakan perbedaan karakteristik pertemanan, sikap, dan memberikan tempat mengemukakan pendapat, pengakuan kelemahan, dan mendapatkan bantuan saat memiliki masalah harus dilakukan untuk mempertahankan pertemanan. Sikap yang dilakukan untuk mempertahankan pertemanan seperti mengurangi ego, toleransi, dan menghormati pemikiran teman. Mengemukakan pendapat seperti menjawab pertanyaan saat presentasi di kelas, pengakuan kelemahan seperti mengakui kekurangan atau keterbatasan saat memahami materi, dan membantu mendapatkan bantuan dari

(55)

masalah adalah teman membantu kita menyelesaikan tugas atau soal yang susah.

B. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh Kepercayaan Diri terhadap Kecurangan Akademik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa dirinya benar. Kepercayaan diri sangatlah berpengaruh dalam terjadinya kecurangan akademik. Mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang baik jarang melakukan tindakan kecurangan akademik, dikarenakan ia lebih memilih bekerja sendiri guna mencapai target pribadi, walaupun terkadang target tersebut sulit untuk tercapai. Mahasiswa yang memiliki tingkat kepercayaan diri rendah akan cenderung melakukan tindakan kecurangan akademik. Mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri rendah cenderung tidak yakin akan hasil yang ia kerjakan baik itu saat ujian maupun mengerjakan tugas. Mahasiswa tersebut lebih percaya akan hasil pekerjaan temannya yang ia nilai lebih baik daripada pekerjaannya sendiri.

(56)

tidak percaya diri dalam perilaku menyontek. Perasaan kurang percaya diri akan hasil pekerjaanya tersebut menjadi alasan mengapa mahasiswa lebih memilih copy – paste saat mengerjakan tugas, membuat kertas kecil saat ujian, atau mencari bocoran soal ujian. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian tentang pengaruh kepercayaan diri terhadap kecurangan akademik.

2. Pengaruh Teman Sebaya terhadap Kecurangan Akademik

(57)
(58)

kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa. Kerangka konseptual penelitian, dapat digambarkan dari uraian–uraian kerangka berpikir diatas.

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian C. Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis merupakan perumusan jawaban atas dugaan sementara terhadap pernyataan yang diajukan dalam rumusan masalah, sehingga hipotesis ini harus dibuktikan kebenarannya berdasarkan kerangka berpikir diatas melalui pengumpulan data dan analisis data. Oleh karena itu, peneliti merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan antara kepercayaan diri terhadap kecurangan akademik

H01 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kepercayaan diri terhadap kecurangan akademik.

2. Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan antara teman sebaya terhadap kecurangan akademik.

Kepercayaan Diri (X1)

Teman Sebaya (X2)

Kecurangan Akademik (Y1)

r1

(59)
(60)

40 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penulis melakukan penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Penelitian deskriptif merupakan suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala pada saat penelitian dilakukan, sedangkan penelitian studi kasus adalah penelitian dilakukan untuk mencermati individu secara mendalam (Suharsimi Arikunto, 2009:234-238). Keadaan gejala yang ada yaitu pertama, meja yang di ruang kelas terdapat coretan-coretan materi untuk berbagai mata kuliah yang digunakan saat ujian. Gejala kedua mahasiswa terkadang melakukan kecurangan akademik berupa tindakan copy – paste saat mengerjakan tugas.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penulis akan melakukan penelitian di Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tempat Penelitian tersebut beralamatkan di Jalan Affandi Tromol Pos 29, Mrican, Catur Tunggal, Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55002. Peneliti akan melakukan penelitian ini pada bulan Maret 2017.

C. Subjek dan Objek Penelitian

(61)

Dharma Yogyakarta. Penulis memilih subjek penelitian ini dikarenakan mahasiswa Pendidikan Akuntansi sangatlah rawan terhadap tindakan kecurangan akademik. Kecurangan akademik yang terjadi seperti menyontek saat ujian, mengerjakan tugas mata kuliah, copy-paste sumber dari internet tanpa menyertakan sumber saat mengerjakan tugas presentasi, mencari bocoran soal ujian, atau meminta file presentasi mahasiswa lain.

Objek penelitian ini adalah pengaruh kepercayaan diri, teman sebaya (sebagai variabel bebas) terhadap kecurangan akademik (sebagai variabel terikat). Objek penelitian ini dipilih untuk mencapai tujuan penelitian ini. Tujuan penelitian ini dapat tercapai dengan meneliti pada sebagian populasi penelitian. Populasi, sampel dan teknik penarikan sampel akan dijelaskan pada sub bab bagian D.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi

(62)

Tabel 3.1 Populasi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Angkatan Jumlah Populasi Presentase

2013 101 Mahasiswa 38 %

2014 80 Mahasiswa 31 %

2015 80 Mahasiswa 31 %

Total Populasi 261 Mahasiswa 100%

Sumber : Sekretariat Pendidikan Akuntansi, USD 2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh sebuah populasi (Sugiyono, 2012:120). Teknik yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel adalah dengan rumus Slovin sebagai berikut:

� = + ��2

Keterangan : N = Populasi n = Sampel

e = Perkiraan tingkat kesalahan sebesar 5%

Jumlah sampel penelitian ini apabila dihitung menggunakan rumus slovin adalah sebagai berikut :

� = + . , 2

� = , →

(63)

eror pada perhitungan sampel. Nilai margin eror dapat diketahui pada perhitungan jumlah sampel dibawah ini:

� = + ��2

= + �2

+ �2 =

+ . �2 =

. �2 =

. �2 =

�2

= .

� = √ . � = , � = ,

3. Teknik Penarikan Sampel

(64)

Tabel 3.2 Proporsi Sampel Penelitian Angkatan Presentase Jumlah Sampel

2013 38 % 60 Mahasiswa

2014 31 % 49 Mahasiswa

2015 31 % 49 Mahasiswa

Total 100% 158 Mahasiswa

E. Operasionalisasi Variabel 1. Variabel Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri merupakan keyakinan pada diri manusia mengenai kemampuannya untuk menghadapi berbagai situasi, tantangan, dalam memperoleh tujuan yang ia harapkan. Dimensi, indikator, dan nomor item soal, dan soal dalam operasional variabel kepercayaan diri merujuk kepada konstruk penelitian Okti (2016:44) sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuisioner Variabel Kepercayaan Diri

(65)

Dimensi Indikator atau artikel, meskipun teman akan memusuhi berbuat curang ketika memeriksa jelek meskipun sudah belajar keras.

(66)

2. Variabel Teman Sebaya

Teman sebaya merupakan seseorang yang memiliki kesamaan atau kematangan usia dengan individu lain yang bersama-sama menggapai sebuah tujuan. Mahasiswa menempuh kegiatan akademis di universitas memiliki teman sebaya sebagai rekannya dalam mencapai tujuan. Mahasiswa yang berada di lingkungan pertemanan positif memiliki perilaku kecurangan akademik yang rendah, sedangkan mahasiswa yang berada di lingkungan pertemanan negatif memiliki perilaku kecurangan akademik yang tinggi. Tingginya perilaku kecurangan akademik dikarenakan mahasiswa cenderung meniru keberhasilan temannya saat melakukan tindak kecurangan akademik. Dimensi, indikator, dan nomor item dalam operasional variabel teman sebaya merujuk dalam teori Papalia, et al (2008:618-619) sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Teman Sebaya Dimensi Indikator Nomor Item

(67)

Dimensi Indikator Nomor Item

berinteraksi teman yang terkenal di lingkungan kampus karena ia ketua sebagai seorang trouble maker di kelas, akan tetapi saya tetap berteman dan berinteraksi dengannya. 6. Teman saya dipandang

oleh orang lain memiliki kepribadian, atau

kebiasaan yang buruk (seperti pemarah, keras kepala, gemar merokok, atau mabuk), akan tetapi saya tetap berteman dan bertukar pemikiran dengan dia.

Pertemanan Egalitarian 7 8 7. Saya memilih berteman atau berinteraksi dengan seseorang yang memiliki kesamaan sifat atau derajat.

8. Saya memilih untuk berteman atau

berinteraksi dengan siapa saja tidak memandang kesamaan sifat, atau derajat.

Komitmen 9,10 9. Saya memilih untuk berteman atau berinteraksi dengan seseorang yang memiliki kesamaan prinsip atau komitmen dengan saya. 10. Saya memiliki komitmen

(68)

Dimensi Indikator Nomor Item

Pernyataan

+ -

mempertahankannya ketika berteman atau berinteraksi dengan siapapun yang seusia dengan saya. memiliki pendapat yang berbeda pada sebuah hal.

3. Variabel Kecurangan Akademik.

(69)

Tabel 3.5. Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Kecurangan Akademik Dimensi Indikator Nomor Item

Pernyataan

+ -

(70)

Dimensi Indikator Nomor Item laporan studi lapangan (semisal study tour, atau kuliah lapangan) karena dosen tidak terlalu memperhatikan. Memalsukan data

saat mengikuti perkuliahan.

10,11 10. Saya melakukan absen palsu saat kuliah. 11. Saya memalsukan data

atau hasil pengamatan ketika kegiatan

perkuliahan semisal praktikum.

Plagiat Membeli artikel atau makalah.

12 12. Saya membeli artikel yang relevan,

kemudian saya ganti halaman judulnya ketika dosen memberi tugas membuat artikel, artikel atau makalah milik orang lain daripada saya

membuat makalah sendiri.

(71)

Dimensi Indikator Nomor Item relevan ketika dosen memberikan tugas menyontek saat ujian berlangsung.

4. Penilaian pada Operasionalisasi Variabel

(72)

sikap (Suryabrata, 2005:183-190). Peneliti memberikan empat alternatif opsi jawaban yaitu “Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak

Setuju”. Pemberian alternatif opsi jawaban dengan jumlah genap

mencerminkan kekhawatiran responden memberikan jawaban ‘netral’ guna

menghindari untuk memberikan jawaban yang benar. Pemberian opsi jawaban genap pada skala likert memaksa responden untuk memilih jawaban antara sangat setuju dan sangat tidak setuju pada objek pernyataan mengenai sikap (Anderson, dalam Walberg, 1990:335). Selanjutnya, Suryabrata memaparkan pemberian skor untuk setiap alternatif pernyataan kuesioner dilakukan dengan metode summated rating. Pemberian skor untuk setiap alternatif pernyataan kuesioner dengan metode summated rating melalui beberapa tahap sebagai berikut:

a. Peneliti menghitung frekuensi untuk masing-masing kemungkinan jawaban pada masing-masing pernyataan.

b. Peneliti menghitung persentase masing-masing frekuensi jawaban. c. Peneliti menghitung persentil komulatif untuk masing-masing jawaban. d. Peneliti menghitung nilai tengah persentil komulatif.

e. Peneliti mengkonversikan nilai tengah persentil komulatif kedalam harga Z dengan melihat tabel z.

f. Peneliti menghilangkan tanda negatif pada hasil konversi menjadi Zc, dengan menambahkan harga mutlak pada nilai Z terkecil.

(73)

Proses penskoran masing-masing pernyataan dengan menggunakan metode summated rating secara detail dapat dilihat pada lampiran tahap-tahap skoring likert halaman 120. Penskoran menggunakan metode summated rating menghasilkan skor untuk setiap opsi jawaban pada setiap pernyataan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(74)

Butir

F. Teknik Pengumpulan Data

(75)

G. Pengujian Instrumen Penilitan 1. Uji Validitas

Peneliti melakukan uji validitas untuk mengukur validitas pada instrumen penelitian yang digunakan. Validitas merupakan kemampuan suatu instrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur (Uhar.S, 2014:98-103). Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas empiris. Validitas empiris merupakan uji validitas yang membandingkan (untuk mencari kesamaan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang ada di lapangan (Sugiono,2014:353-354). Lebih lanjut Uhar.S berpendapat bahwa validitas eksternal dapat diuji menggunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut :

� = � ∑ − ∑ ∑

√{� ∑ 2− ∑ 2} {� ∑ 2 − ∑ 2}

Keterangan :

rxy = Koefisien validitas butir Σ = Jumlah

N = Banyaknya mahasiswa X = Skor tiap butir

Y = Skor total tiap mahasiswa XY = Hasil perkalian antara X dan Y

(76)

nilai rhitung <0,3. Berdasarkan pendapat dari Nunally, butir pernyataan pada instrumen penelitian ini dinyatakan valid apabila nilai rhitung >0,3.

a. Uji Validitas Variabel Kepercayaan Diri

Lebih lanjut uji validitas untuk variabel kepercayaan diri dapat dilihat pada Tabel 3.7 di bawah ini.

Tabel 3.7. Uji Validitas Variabel Kepercayaan Diri (Tahap Pertama)

Nomor Butir Pernyataan Rhitung

1. 0,523

2. 0,391

3. 0,331

4. 0,210

5. 0,307

6. 0,349

7. 0,450

8. 0,527

9. 0,173

10. 0,205

(77)

perlu dilakukan pengujian validitas lagi. Hasil uji validitas setelah butir pernyataan nomor sembilan dihapus dapat dilihat pada Tabel 3.8 di bawah ini.

Tabel 3.8 Uji Validitas Variabel Kepercayaan Diri (Tahap Kedua) Nomor Butir Pernyataan Rhitung

1. 0,582

2. 0,466

3. 0,409

5. 0,216

6. 0,387

7. 0,491

8. 0,458

Berdasarkan hasil uji validitas kedua pada variabel kepercayaan diri, item pernyataan nomor lima tidak valid karena memiliki nilai rhitung<0,3 sehingga perlu dihapus. Setelah item pernyataan nomor lima dihapus dilakukan uji validitas kembali. Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Uji Validitas Variabel Kepercayaan Diri (Tahap Ketiga) Nomor Butir Pernyataan Rhitung

1. 0,595

2. 0,465

3. 0,351

6. 0,426

7. 0,496

8. 0,480

(78)

b. Uji Validitas Variabel Teman Sebaya

Tabel 3.10 Uji Validitas Variabel Teman Sebaya (Tahap Pertama) Nomor Butir Pernyataan Rhitung

1. 0,243

Hasil uji validitas pada variabel teman sebaya dapat dilihat pada Tabel 3.10 di atas. Berdasarkan hasil uji validitas menunjukkan bahwa item pernyataan nomor dua dan delapan bernilai negatif, maka item-item tersebut harus dihapus terlebih dahulu, dan dilakukan uji validitas kembali. Hasil uji validitas tahap kedua pada variabel teman sebaya dapat dilihat pada Tabel 3.11 di bawah ini.

Tabel 3.11 Uji Validitas Variabel Teman Sebaya (Tahap Kedua) Nomor Butir Pernyataan Rhitung

(79)

Tabel 3.11 menunjukkan bahwa item pernyataan nomor lima, enam, sepuluh, sebelas, dan dua belas tidak valid, maka perlu dihapus dan di uji kembali. Hasil uji validitas tahap ketiga variabel teman sebaya dapat dilihat pada Tabel 3.12 di bawah ini.

Tabel 3.12 Uji Validitas Variabel Teman Sebaya (Tahap Ketiga) Nomor Butir Pernyataan Rhitung

1. 0,547

3. 0,718

4. 0,527

7. 0,587

9. 0,617

Berdasarkan hasil uji validitas pada Tabel 3.12 di atas, item pernyataan nomor satu, tiga, empat, tujuh dan sembilan telah valid. Item-item pernyataan operasionalisasi variabel teman sebaya dikatakan valid karena memiliki rhitung>0,3. Item pernyataan operasionalisasi variabel teman sebaya nomor satu, tiga, empat, tujuh, dan sembilan layak digunakan untuk penelitian.

c. Uji Validitas Variabel Kecurangan Akademik

Tabel 3.13 Uji Validitas Variabel Kecurangan Akademik (Tahap Pertama)

Nomor Butir Pernyataan Rhitung

(80)

Nomor Butir Pernyataan Rhitung

Hasil uji validitas variabel kecurangan akademik dapat dilihat pada Tabel 3.13 di atas. Berdasarkan hasil uji validitas menunjukkan bahwa item pernyataan nomor empat memiliki nilai rhitung negatif, sedangkan item nomor lima belas, dan sembilan belas memiliki nilai rhitung<rtabel. Kedua item tersebut dinyatakan tidak valid, maka perlu dihapus dan dilakukan uji validitas kembali. Hasil uji validitas yang kedua setelah item pernyataan nomor empat dan lima belas dihapus dapat dilihat pada Tabel 3.14.

Tabel 3.14 Uji Validitas Variabel Kecurangan Akademik (Tahap Kedua)

Nomor Butir Pernyataan Rhitung

(81)

Nomor Butir Pernyataan Rhitung

10. 0,681

11. 0,596

12. 0,662

13. 0,595

14. 0,636

16. 0,371

17. 0,410

18. 0,432

20. 0,500

21. 0,553

Berdasarkan hasil uji validitas yang kedua pada Tabel 3.14 di atas menunjukkan bahwa item-item pernyataan telah valid dan layak digunakan untuk penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Realibilitas merupakan tingkat seberapa besar instrumen mengukur dengan stabil dan konsisten (Jogiyanto,2008:41-52). Lebih lanjut, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha, kemudian diinterpretasikan sesuai dengan batasan skor reliabilitas cronbach’s alpha. Batasan skor cronbach’s alpha yang digunakan oleh peneliti merujuk kepada teori Nunnally, dan dapat dilihat pada Tabel 3.15. Rumus dan batasan reliabilitas cronbach’s alpha sebagai berikut:

� =� −� −∑ �22�

Keterangan:

� : Cronbach’s coefficient alpha k : jumlah pecahan

∑ �2� : total dari varian masing-masing pecahan

(82)

Tabel 3.15 Batasan Skor Reliabilitas Cronbach’s Alpha

Nilai Koefisien Reliabilitas Interpretasi

<0,6 Sangat Rendah

0,61-0,7 Rendah

0,71-0,8 Cukup

0,81-0,90 Tinggi

0.91-1.00 Sangat Tinggi

Sumber: Nunnally (1994:228, 264-265)

Nilai reliabilitas setiap variabel penelitian diperoleh menggunakan program SPSS versi 17.0 for Windows. Peneliti membandingkan hasil perhitungan reliabilitas, dengan batasan skor reliabilitas pada Tabel 3.15, kemudian menginterpretasikannya.

a. Uji Reliabilitas Variabel Kepercayaan Diri

(83)

bahwa item pernyataan memiliki nilai reliabilitas yang cukup dan layak digunakan untuk penelitian.

Tabel 3.16 Uji Reliabilitas Variabel Kepercayaan Diri Uji Reliabilitas

b. Uji Reliabilitas Variabel Teman Sebaya

(84)

reliabilitas ketiga untuk variabel teman sebaya dapat disimpulkan bahwa item pernyataan memiliki nilai reliabilitas yang tinggi dan layak untuk digunakan penelitian.

c. Uji Reliabilitas Variabel Kecurangan Akademik

Tabel 3.18 Uji Reliabilitas Variabel Kecurangan Akademik Uji Reliabilitas

(85)

H. Teknik Analisis Data 1. Deskripsi Data

Deskripsi data merupakan gambaran yang diberikan untuk objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono,2014:29). Deskripsi data digunakan oleh peneliti untuk memberikan gambaran melalui data sampel dengan variabel kepercayaan diri, teman sebaya terhadap kecurangan akademik. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II digunakan untuk pengujian statistik deskriptif. Tabel distribusi frekuensi pada setiap variabel digunakan untuk mendeskripsikan data. Peneliti memilih menggunakan PAP Tipe II karena PAP Tipe II memiliki batas passing score yang rendah yaitu 56%. Pencapaian skor dan kategori kecenderungan variabel dengan menggunakan PAP Tipe II dapat dilihat pada tabel 3.9 di bawah ini.

Tabel 3.19 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II Pencapaian Skor Kategori Kecenderungan

Variabel

<46% Sangat Rendah

46%-55% Rendah

56%-65% Cukup

66%-80% Tinggi

81%-100% Sangat Tinggi

Sumber: Prijowuntato, S.W (2015:187)

(86)

penelitian. Skor maksimal untuk item valid pada instrumen penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.20 dibawah ini

Tabel 3.20 Skor Maksimal pada Instrumen Penelitian Variabel Nomor Item

Gambar

Gambar 2.1 Peta Konsep Kecurangan Akademik
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian
Tabel 3.1 Populasi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi, Universitas
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuisioner Variabel Kepercayaan Diri
+7

Referensi

Dokumen terkait