DI SURABAYA PUSAT
SKRIPSI
Oleh :
WAHYUNINGTIAS 0613010251/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI, DAN
KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT
PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK
DI SURABAYA PUSAT
yang diajukan :
WAHYUNINGTIAS 0613010251/FE/EA
disetujui untuk ujian lisan oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. H. Tamadoy Thamrin, MM Tanggal : ………. NIP. 030.194.434
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh
Keahlian Audit, Independensi dan Kompetensi Terhadap Kualitas Audit Pada
Kantor Akuntan Publik di Surabaya Pusat“, dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian
persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di
Surabaya.
Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak. Drs. Ec. H. Tamadoy Thamrin, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama
yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan,
pengarahan, dorongan dan saran untuk penulis.
5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur
sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi
dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan
kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah
mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan,
memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada
kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan
sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.
Surabaya, November 2010
Penulis
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
ABSTRAKSI ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah... 6
1.3. Tujuan Penelitian... 6
1.4. Manfaat Penelitian... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1. Auditing ... 11
2.2.1.1. Pengertian Auditing ... 11
2.2.1.2. Standar Auditing ... 12
2.2.1.3. Standar Profesional Akuntan Publik ... 13
2.2.1.4. Tahap – Tahap Pelaksanaan Audit... 15
2.2.2. Keahlian Audit... 16
2.2.3. Independensi ... 18
2.2.4. Kompetensi ... 20
2.2.5. Kualitas Audit ... 23
2.3. Kerangka Pikir ... 29
2.4. Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 31
3.1.1. Definisi Operasional ... 31
3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel ... 32
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 35
3.2.1. Populasi... 35
3.2.2. Sampel... 35
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.3.1. Jenis dan Sumber Data... 37
3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 37
3.4. Uji Kualitas Data ... 38
3.4.1. Uji Validitas ... 38
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 38
3.4.3. Uji Normalitas... 38
3.5. Uji Asumsi Klasik... 39
3.6. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 40
3.6.1. Teknik Analisis ... 40
3.6.2. Uji Hipotesis ... 41
3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model... 41
3.6.2.2. Uji Parsial... 42
4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 49
4.3.1. Uji Analisis Data... 49
4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 49
4.3.1.1.1. Uji Validitas... 49
4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 50
4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... 51
4.3.2. Uji Asumsi Klasik... 52
4.3.3. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda... 55
4.3.4. Uji Hipotesis ... 56
4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model... 56
4.3.4.2. Uji t ... 58
4.4. Pembahasan ... 59
4.4.1. Implikasi ... 59
4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 64
4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat... 65
4.4.4. Keterbatasan Penelitian... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 66
5.2. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Halaman
Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Keahlian Audit (X1) 46
Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Independensi (X2) 47
Tabel. 4.3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kompetensi (X3).. 48
Tabel. 4.4 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kualitas Audit (Y) 49 Tabel. 4.5 Hasil Uji Validitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows. 50 Tabel. 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows 51 Tabel. 4.7 Hasil Uji Normalitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows 52 Tabel. 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 53
Tabel. 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 54
Tabel. 4.10 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 55
Tabel. 4.11 Hasil Analisis Hubungan Kesesuaian Model …... 57
Tabel. 4.12 Koefisien Determinasi (R Square / R2) …... 57
Tabel. 4.13 Hasil Analisis Varians Hubungan Secara Parsial … ... 58
Tabel. 4.14 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang... 64
Halaman
Gambar. 2.1. Diagram Kerangka Pikir... 30
viii
DI SURABAYA PUSAT
Oleh :
WAHYUNINGTIAS
Abstrak
Perubahan dan perkembangan iklim dunia usaha secara global pada saat ini telah mengakibatkan terjadinya perkembangan pada perubahan strategi usaha, praktek bisnis antar negara serta jumlah investasi yang mengakibatkan transaksi yang terjadi menjadi semakin kompleks dan rumit, hal ini akan mengakibatkan bertambahnya kebutuhan terhadap pelayanan jasa yang dilakukan oleh para auditor. (Anonim, 2007) Para pengguna jasa KAP sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan opini yang tepat, namun dalam praktik masih kerap kali terjadi pemberian opini akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP. Dalam pelaksanaan praktik jasa auditing yang dilakukan oleh Akuntan Publik, sebagian masyarakat masih ada yang meragukan tingkat keahlian, kompetensi serta independensi yang dimiliki oleh para auditor KAP yang selanjutnya berdampak pada keraguan masyarakat terhadap pemberian pendapat akuntan publik. Indikasi dari adanya keraguan ini karena banyak sekali kasus-kasus hukum manipulasi akuntansi yang melibatkan akuntan publik baik di luar maupun di dalam negeri beberapa tahun terakhir. Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas auditor KAP. Pada sisi lainnya para auditor senantiasa dituntut untuk mentaati standart dan berperilaku sesuai dengan kode etik. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku tersebut dan seberapa kuat pengaruh-pengaruh itu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari keahlian audit, independensi, dan kompetensi terhadap kualitas audit.
Sampel yang digunakan dalam penelitan ini 25 Auditor yang bekerja selama 3 tiga tahun pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Pusat, Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 25 responden dan kuesioner tersebut terdiri dari 17 pernyataan yang dibagi menjadi 4 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh keahlian audit, independensi dan kompetensi terhadap kualitas, teruji kebenarannya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perubahan dan perkembangan iklim dunia usaha secara global pada
saat ini telah mengakibatkan terjadinya perkembangan pada perubahan
strategi usaha, praktek bisnis antar negara serta jumlah investasi yang
mengakibatkan transaksi yang terjadi menjadi semakin kompleks dan rumit,
hal ini akan mengakibatkan bertambahnya kebutuhan terhadap pelayanan jasa
yang dilakukan oleh para auditor. (Anonim, 2007)
Peningkatan kebutuhan jasa auditor ini terlihat dari meningkatnya
jumlah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang sekarang beroperasi di Indonesia.
Di sisi lain, Pemerintah, yang dalam hal ini adalah Depkeu dan Bapepam,
juga telah mengeluarkan peraturan rotasi audit yang memperketat
independensi seorang auditor. Selain itu juga dituntut adanya review mutu
terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh auditor agar bekerja sesuai dengan
kode etik dan standar yang telah ditetapkan. (Anonim, 2007)
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat.
Akuntan publik berfungsi sebagai pihak yang menilai atas kewajaran laporan
keuangan perusahaan apakah sudah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku
Umum (PABU). Akuntan publik akan melaksanakan audit menurut ketentuan
yang ada pada standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Profesi Akuntan
Publik. Standar Auditing yang ada meliputi (1) Standar Umum, (2) Standar
pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya.
Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan criteria dan ukuran mutu
kinerja akuntan publik dalam melakukan pelaporan (Anonim, Standar
Profesional Akuntan Publik, 2001). Dari hasil auditnya tersebut kemudian
auditor akan menyampaikan penilaian atas kewajaran laporan keuangan
melalui opini atau pendapat yang disajikan dalam “Laporan Auditor
Independen”.
Pemberian opini akuntan harus didukung oleh bukti audit kompeten
yang cukup, dimana dalam mengumpulkan dan menganalisa bukti audit,
auditor harus mempunyai keahlian audit dan kompetensi yang baik agar
diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan sebagai dasar dalam pemberian opini
akuntan (Suraida, 2005)
Libby (1985) dalam artikel Koroy (2005 : 917) dalam Eka dan
Ratnadi (2007 : 6), menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan
yang melibatkan keahlian (expert) Semakin berpengalaman seorang auditor
maka semakin mampu dia mengahasilkan kinerja yang lebih baik dalam
tugas-tugas yang semakin kompkeks, termasuk dalam melakukan
pemeriksaan.
Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian
tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor
lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Penelitian yang
dilakukan oleh Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2003 : 26)
menemukan bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman
penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan
keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan
audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari, kemudian Tubbs
(1990) dalam artikel yang sama berhasil menunjukkan bahwa semakin
berpengalamannya auditor, mereka semakin peka dengan kesalahan
penyajian laporan keuangan dan semakin memahami hal-hal yang terkait
dengan kesalahan yang ditemukan tersebut, sehingga pemberian opini
akuntan yang akan diberikan akan berkualitas
Menurut Christiawan (2002) kualitas audit ditentukan oleh dua hal
yaitu kompetensi dan independensi, kompetensi berkaitan dengan pendidikan
dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang
auditing dan akuntansi, sedangkan independensi berkaitan dengan masalah
etika akuntan publik yang tidak mudah dipengaruhi.
Seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi terlebih
dahulu sebelum ia dapat menjadi independen, karena seorang auditor yang
tidak kompeten maka ia tidak mungkin dapat bertindak independen dalam
menyelesaikan tugas-tugas auditnya. Auditor yang tidak kompeten cenderung
bergantung pada pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
auditnya, karena sangat terbatas pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
Menurut Agoes (2004 : 33) Independensi akuntan publik merupakan
dasar utama kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa
audit. Akuntan publik tidak dapat memberikan opini yang objektif jika ia
masyarakat tidak akan percaya jika mereka tidak independen, oleh karena itu
cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan laporan audit yang
berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Penelitian yang
dilakukan oleh Alim (2007) menemukan bukti empiris bahwa independensi
dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hasil ini
konsisten dengan penelitian Shockly (1981), De Angelo (1981), Knapp
(1985), Deis dan Giroux (1992), Mayangsari (2003).
Pertanyaan tentang kualitas audit yang dilakukan akuntan publik oleh
masyarakat bertambah besar setelah terjadi beberapa kasus yang berkaitan
dengan hasil audit para akuntan publik.
Seperti kasus yang terjadi pada tahun 2009, yaitu adanya sanksi
pembekuan yang diberikan oleh Menteri Keuangan terhadap beberapa KAP
dalam beberapa tahun terakhir. Menteri Keuangan Sri Mulyani membekukan
izin dua akuntan publik (AP) dan satu kantor akuntan publik (KAP). Mereka
adalah KAP Atang Djaelani, dan AP Muhamad Zen serta AP Rutlat Hidayat.
Izin KAP Atang Djaelani dikenai pembekuan izin selama 3 bulan melalui
KMK Nomor 877/KM. 1/2008 terhitung mulai tanggal 17 Desember 2008.
KAP tersebut telah dikenai sanksi peringatan sebanyak 3 kali dalam jangka
waktu 48 bulan terakhir, pelanggaran yang telah dilakukan yaitu tidak
menyampaikan laporan kegiatan usaha dan laporan keuangan KAP tahun
takwim 2004 dan 2007, sehingga berpengaruh cukup signifikan terhadap
Kualitas audit yang diberikan oleh KAP Atang Djaelani.
Muhamad Zen selaku pemimpin rekan KAP Drs.Muhamad Zen dan
896/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 22 Desember 2008. Sanksi terhadap
Muhamad Zen disebabkan karena yang bersangkutan telah melakukan
pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam
pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT Pura Binaka Mandiritahun tahun
2007, sehingga berpengaruh signifikan terhadap laporan auditor independen.
Sementara izin AP Rutlat Hidayat dibekukan selama 9 bulan melalui
Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 866/KM 1/2008 terhitung
mulai tanggal 15 Desember 2008. Rutlat telah melakukan pelanggaran
terhadap Standar Auditing (SA) saat melakukan audit umum atas laporan
keuangan PT Serasi Tunggal Mandiri, Tbk. untuk tahun yang berakhir 31
Desember 2006, sehingga berpengaruh signifikan terhadap laporan auditor
independen (www.detikfinance.com).
Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas
integritas auditor KAP. Pengguna jasa KAP mengharapkan agar auditor
dapat memberikan pendapat yang tepat, tetapi dalam praktik masih kerap kali
terjadi pemberian pendapat akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan dalam SPAP (Suraida, 2005). Untuk itu para auditor
senantiasa dituntut untuk mentaati standart auditing dan Stand Profesional
Akuntan Publik (SPAP), serta berperilaku sesuai dengan kode etik, sehingga
laporan audit yang diberikan akan lebih berkualitas
Berdasarkan dari fenomena tersebut di atas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul :“Pengaruh Keahlian Audit,
Independensi dan Kompetensi Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
maka perumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu
“Apakah keahlian audit, independensi dan kompetensi berpengaruh
terhadap kualitas audit ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah
diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini,
yaitu untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari
keahlian audit, independensi dan kompetensi terhadap kualitas audit
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Kantor Akuntan Publik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang
bermanfaat bagi kantor akuntan publik dalam meningkatkan kualitas
audit
2. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi bagi peneliti lain dengan materi yang berhubungan dengan
3. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
gambaran untuk menambah pengalaman dan pengetahuan praktis
masalah audit. sehingga dapat diperoleh pemecahan masalah yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait
dengan penelitin ini, telah dilakukan oleh
1. Mayangsari (2003)
a Judul
“Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat
Audit : Sebuah Kuasieksperimen”
b Permasalahan
1) Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan
independen dengan auditor yang hanya memiliki salah satu
karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki
kedua karakteristik tersebut?
2) Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan
sebagai dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor
yang ahli dan auditor yang tidak ahli?
c Kesimpulan
1) Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat
perbedaan antara auditor yang ahli dan independen dengan
auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau sama sekali
karena pada kelompok auditor yang ahli dan independen,
rata-rata pendapat yang diberikan lebih mengarah kepada lemahnya
kelangsungan hidup perusahaan tersebut sedangkan pada
kelompok yang lain cenderung memberikan pendapat bahwa
perusahaan yang dianalisis tidak mengalami kesulitan dalam
kelangsungan hidupnya. Jadi auditor pada kelompok ini
mempunyai tingkat prediksi yang lebih baik dibandingkan
dengan kelompok lain.
2) Selanjutnya dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
auditor yang ahli ternyata memiliki perbedaan perhatian
terhadap jenis informasi yang digunakan sebagai dasar
pemberian pendapat audit. Jenis auditor ahli lebih
memperhatikan atypical, sebaliknya auditor yang non ahli lebih
memperhatikan informasi typical.
2. Alim (2007)
a Judul
“Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit
dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”
b Permasalahan
1) Apakah Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit?
2) Apakah Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit?
c Kesimpulan
1) Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa
ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor
memiliki kompetensi yang baik dimana kompetensi tersebut
terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Hal
ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Libby
(1989), Ashton (1991), Choo dan Trootman (1991), dalam
Mayangsari (2003).
2) Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa
independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Hasil ini konsisten dengan penelitian Shockly (1981), De
Angelo (1981), Knapp (1985), Deis dan Giroux (1992),
Mayangsari (2003).
3. Mardisar dan Sari (2007)
a Judul
“Pengaruh Akuntanbilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas Hasil
Kerja Auditor”
b Permasalahan
Apakah Akuntanbilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas
Hasil Kerja Auditor?
c Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa
Akuntanbilitas dan pengetahuan memiliki hubungan yang positif
terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor, hal ini berarti dengan
Akuntanbilitas dan tingkat pengetahuan yang tinggi dapat
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Auditing
2.2.1.1. Pengertian Auditing
Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan publik dengan
mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih
dahulu.
Menurut Arens dan Loebbecke (1997: 1) auditing sebagai proses
pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang
yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan
kesesuaian informasi dimaksudkan dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen
dan kompeten.
Sedangkan menurut Mulyadi (2002 : 11) ditinjau dari sudut
profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan secara objektif atas
laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan
untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan atau organisasi tersebut.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa auditing
adalah suatu proses yang sistematik untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti-bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi yang
bertujuan memberikan tingkat kesesuaian antara informasi dengan
2.2.1.2. Standar Auditing
Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik
(IAI, 2009 : 150.2) yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia sebagai berikut :
1 Standar Umum
a Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor.
b Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
c Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama.
2 Standar Pekerjaan Lapangan
a Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit.
3 Standar Pelaporan
a Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
b Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya
prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
periode sebelumnya.
c Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
d Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keungan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan
dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk
yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat
tanggung jawab yang dipikulnya.
2.2.1.3. Standar Profesional Akuntan Publik
Ada lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu pekerjaan
akuntan publik (Mulyadi, 2002 : 34), yaitu :
1 Standar Auditing
Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis
yang terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan
Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan
utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan
2 Standar Atestasi
Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan
publik yang mencakup tingkat keyakinan tertingggi yang lebih rendah
dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan
dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).
3 Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar ini memberikan kerangka fungsi non atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar ini
dirinci dalam bentuk pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review.
4 Standar Jasa Konsultasi
Memberikan panduan bagi akuntan publik didalam
penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada
hakikatnya berbeda dari Jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi
pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu
kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi
tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asseres). Dalam jasa
konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan
rekomendasi. Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan
untuk kepentingan klien.
5 Standar Pengendalian Mutu
Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam
melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh
kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika
Kopartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen
2.2.1.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Audit
Menurut Mulyadi (2002 : 121) tahap audit atas laporan keuangan
meliputi:
1 Penerimaan Perikatan Audit
Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa
pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak penugasan
audit dari klien. 6 (Enam) langkah yang perlu ditempuh oleh auditor
didalam mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon
kliennya, yaitu:
a Mengevaluasi integritas manajemen.
b Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa.
c Menilai kompetensi untuk melakukan audit.
d Menilai independensi.
e Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan.
f Membuat surat perikatan audit.
2 Perencanaan Audit
Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah
berikutnya adalah perencanaan audit. Ada 7 (tujuh) tahap yang harus
ditempuh, yaitu:
a Memahami bisnis dan industri klien
b Melaksanakan prosedur analitik
c Mempertimbangkan tingkat meterialitas awal
d Mempertimbangkan risiko bawaan
e Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun
f Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
g Memahami pengendalian intern klien.
3 Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan
utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas
struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan
klien. Secara garis besar pengujian audit dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu:
a Pengujian analitis (analytical tests).
b Pengujian pengendalian (tests of control).
c Pungujian substantive (substantive tests).
4 Pelaporan Audit
Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah
penerbitan laporan audit. Oleh karena itu, auditor harus menyusun
laporan keuangan auditan (audited financial statement), penjelasan
laporan keuangan (notes to financial statement) dan pernyataan
pendapat auditor.
2.2.2. Keahlian Audit
Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi
operasional yang tepat. Trotter (1986) dalam Mayangsari (2003)
mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya
mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau
Hayes-Roth et.al (1983) dalam Mayangsari (2003: 4) keahkian
sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu,
pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan
ketrampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Selanjutnya pengertian keahlian audit menurut Hiro Tugiman dalam
Qudus (2004) adalah keahlian pemeriksaan internal dalam menerapkan
standar, prosedur dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam
melaksanakan pemeriksaan. Selain itu keahlian sendiri berarti kemampuan
yang menerapkan pengetahuan pada persoalan yang umumya dihadapi dan
menyelesaikan persoalan tersebut tanpa perlu belajar kembali secara luas
dan bantuan berarti dari pihak lain.
Menurut Tan dan Libby dalam Mayangsari (2003), keahlian audit
dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu : keahlian teknis dan
keahlian non teknis. Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang
auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya
dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan keahlian
non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seseorang auditor yang
banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman.
Penelitian Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan
bahwa komponen keahlian auditor di Indonesia, yaitu
1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam
suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap
fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kafer dan Acreman (1989)
juga mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam
2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas
kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Gibbins dan larocque’s
(1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, dan
kemampuan untuk bekerja sama adalah unsur penting bagi keahlian
audit.
Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya,
keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain:
merencanakan program pemeriksaan, menyusun program kerja
pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas
kerja, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan.
Dari keterangan diatas maka kesimpulan yang dapat diambil dari
pengertian keahlian audit adalah seseorang yang memiliki tingkat
kemahiran dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan menerapkan
standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan akuntansi secara tepat
sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.
2.2.3. Independensi
Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar
auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang
menyatakan bahwa dalam semua yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
Sesuai dengan Standar Profesi Akunatan Publik 2001 seksi 220 PSA
No.04 Alinea 2, dijelaskan bahwa Independensi itu berarti tidak mudah
(dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian,
ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana
tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia
miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru paling penting
untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.
Mulyadi (2002: 26) menjelaskan bahwa independensi berarti sikap
mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan
tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya
kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya
pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam
merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan
masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor
yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. Independensi akuntan
publik mencakup dua aspek, yaitu: (1) independensi sikap mental, (2)
independensi penampilan. Independensi sikap mental berarti adanya
kejujuran di dalam diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan
adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak di dalam diri akuntan
dalam menyatakan pendapatnya. Sedangkan independensi penampilan
berarti adanya kesan masyarakat bahwa akuntan publik bertindak
independen sehingga akuntan publik harus menghindari faktor-faktor yang
dapat mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya. Independensi
penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap
Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam
bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap
auditor. Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen
dari pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang diauditnya. Dalam
kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan
sikap mental independen. Keadaan yang seringkali mengganggu sikap
mental independen auditor adalah sebagai berikut:
1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor
dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut.
2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan
untuk memuaskan keinginan kliennya.
3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat
menyebabkan lepasnya klien.
Berdasarkan keterangan-keterangan yang ada dapat diambil
kesimpulan bahwa independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk
bertindak secara objektif dan dengan integritas yang tinggi. Integritas
berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan sedangkan objektifitas
secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam pelaksanaan tugas
pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditan.
2.2.4. Kompetensi
Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai
yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam
melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang
Definisi kompetensi menurut Mitrani (1995) dalam Rahamawati
(2004) adalah sebagai suatu sifat dasar seseorang yang dengan sendirinya
berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan secara efektif atau sangat
berhasil.
Selanjutnya menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam
Alim (2007) mendefinisikan kompetensi adalah sebagai aspek-aspek
pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai
kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif,
system nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan dimana kompetensi akan
mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan
kinerja. Susanto (2000) dalam Alim (2007 : 6) mendefinisikan tentang
kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik yang mendasari
individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan
pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan
yang non-rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering
diukur dengan pendidikan dan pengalaman (Mayangsari, 2003).
Adapun Suraida (2005) menyatakan, kompetensi adalah keahlian
profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal,
ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar,
simposium dan lain-lain seperti:
1. Untuk luar negeri (AS) ujian CPA (Certified Public Accountant)
2. Dalam negeri (Indonesia) USAP (Ujian Sertifikat Akuntan Publik)
4. Pelatihan-pelatihan intern dan ekstern
5. Keikutsertaan dalam seminar, simposium dan lain-lain
Kompetensi auditor diukur melalui banyaknya ijasah/sertifikat yang
dimiliki serta jumlah/banyaknya keikutsertaan yang bersangkutan dalam
pelatihan-pelatihan, seminar atau simposium. Semakin banyak sertifikat
yang dimiliki dan semakin sering mengikuti pelatihan atau
seminar/simposium diharapkan auditor yang bersangkutan akan semakin
cakap dalam melaksanakan tugasnya
Berdasarkan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Publik,
kompetensi dapat diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.
Kompetensi professional dapat dibagi menjadi dua fase yang terpisah :
1. Pencapaian Kompetensi Profesional
Pencapaian kompetensi professional pada awalnya memerlukan
standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus,
pelatihan dan ujian professional dalam subyek-subyek yang relevan,
dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang
normal untuk anggota.
2. Pemeliharaan Kompetensi Profesional
a Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk
belajar dan melakukan peningkatan professional secara
berkesinambungan selama kehidupan professional anggota.
b Pemeliharaan kompetensi professional memerlukan kesadaran
untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, auditing
dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang
c Anggota harus menetapkan suatu program yang dirancang untuk
memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa
professional yang konsisten dengan standar nasional dan
internasional.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan
pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang
memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan
kemudahan dan kecerdikan. Dalam penugasan profesional melebihi
kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi
atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap
anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing-masing
atau menilai apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangan yang
diperlukan memadai untuk tanggung jawab yang harus dipenuhinya
(Mulyadi, 2002: 58).
2.2.5. Kualitas Audit
Auditor sangat berkepentingan dengan kualitas jasa yang diberikan.
Kualitas jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik diatur dan
dikendalikan melalui berbagai standar yang diterbitkan oleh organisasi
profesi tersebut. Untuk mengukur kualitas audit maka diperlukan suatu
criteria. Standat auditing merupakan salah satu ukuran kualitas audit.
Standar ini harus diterapkan dalam setiap audit atas laporan keuangan yang
dilakukan oleh auditor independen. Standar ini dapat diterapkan tanpa
memandang besar kecilnya usaha klien, bentuk organisasi bisnis, jenis
Kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit akan menjadi lebih
tinggi jika profesi akuntan publik menerapkan standar mutu yang tinggi
terhadap pelaksanaan pekerjaan audit, dalam SPAP seksi 161 paragraf 1,
dinyatakan bahwa dalam penugasan audit, auditor bertanggung jawab untuk
mematuhi standar auditing yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia.
Menurut Christiawan (2002: 83) kualitas audit ditentukan oleh dua
hal yaitu kompetensi dan independensi. Good quality audits require both
competence (expertise) and independence. These qualities have direct effects on actual audit quality, as well as interactive effects. In addition, financial statementuser’s perception of audit quality are function oftheir perceptions of both auditor independence and expertise (AAA Finansial
Accounting Standard Committee 2000). Maksud dari pernyataan ini adalah
bahwa Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai
yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi,
sedangkan independensi berkaitan dengan masalah etika akuntan publik
yang tidak mudah dipengaruhi.
Perlu diketahui bahwa standar auditing berbeda dengan prosedur
auditing, hal ini dinyatakan dalam SPAP seksi 150 paragraf 1, yaitu
:“Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, yaitu prosedur
berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar
berkaitan dengan criteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut, dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur
berkaitan dengan tidak hanya kualitas professional auditor namun juga
berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan
auditnya dan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya”.
Auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan suatu
perusahaan harus didasarkan pada standar auditing yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar auditing tersebut merupakan ukuran
mutu (kualitas) dari kualitas audit yang dihasilkannya. Sedangkan
kompetensi dan independensi merupakan faktor-faktor penentu dari kualitas
audit seorang akuntan publik dalam pelaksanaan audit sesuai dengan
standar auditing tersebut.
2.2.6. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Kualitas Audit
Seorang Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam
tugasnya, keahlian ini meliputi merencanakan, menyusun dan
melaksanakan program kerja pemeriksaan, serta menyusun kertas kerja,
berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan dengan menerapkan
standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan akuntansi secara tepat
sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.(Qudus, 2004)
Libby (1985) dalam artikel Koroy (2005 : 917) menyatakan bahwa
pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert)
Semakin berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia
mengahasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin
kompkeks, termasuk dalam melakukan pemeriksaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Frederick (1990) dalam
mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan. Mereka
juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas
kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan-kesalahan
berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang
mendasari.
Kemudian Tubbs (1990) dalam artikel yang sama berhasil
menunjukkan bahwa semakin berpengalamannya auditor, mereka semakin
peka dengan kesalahan penyajian laporan keuangan dan semakin
memahami hal-hal yang terkait dengan kesalahan yang ditemukan tersebut.
dan Harhinto (2004) menghasilkan temuan bahwa pengalaman auditor
berhubungan positif dengan kualitas audit, demikian juga dengan Kartika
(2006) yang memperkuat penelitian tersebut dengan menghasilkan temuan
bahwa semakin berpengalamannya auditor maka semakin tinggi tingkat
kesuksesan dalam melaksanakan audit, sehingga dapat disimpulkan bahwa
keahlian audit berpengaruh terhadap kualitas audit, hal ini sesuai dengan
Teori dua faktor (two factors) dari Fredrick Herzberg yang mengatakan
bahwa sejumlah kondisi intrinsik pekerjaan, yang apabila kondisi tersebut
ada dapat berfungsi sebagai motivator yang dapat menghasilkan prestasi
kerja yang baik. (Indriyo dan I Nyoman, 2000 : 28)
2.2.7. Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit
Tugasnya, akuntan publik harus selalu mempertahankan sikap
mental independen didalam memberikan jasa professional sebagaimana
Indonesia. Independensi akuntan publik merupakan dasar utama
kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan salah
satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. (Agnes,
2004 : 33).
Akuntan publik tidak dapat memberikan opini yang objektif jika ia
tidak independen. Meskipun auditor memiliki kemampuan teknis yang
cukup, masyarakat tidak akan percaya jika mereka tidak independen. Oleh
karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan laporan audit
yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika
auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan
tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Dapat disimpulkan, bahwa seorang akuntan publik harus selalu
mempertahankan sikap mental independennya dalam setiap melaksanakan
audit, dengan pelaksanaan audit yang sesuai dengan standar auditing yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia maka akuntan publik dapat
memberikan kualitas audit yang dapat dipercaya sesuai dengan harapan
para pemakai laporan keuangan, hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Alim (2007) yang menemukan bukti empiris bahwa
independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil ini
konsisten dengan penelitian Shockly (1981), De Angelo (1981), Knapp
(1985), Deis dan Giroux (1992), Mayangsari (2003). Selain itu hal ini juga
sesuai dengan Teori Pengharapan (Expectancy Theory) Teori ini telah
dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurth Levin dan Edward Tolman
seseorang mengenai suatu tingkah laku, dengan yang ingin diperolehnya
sebagai harapan, hal ini berarti dengan adanya sikap independensi yang
tinggi diharapkan kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik (Indriyo
dan I Nyoman, 2000 : 30)
2.2.8. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit
Auditor selain harus ahli di bidang auditing juga harus punya
kompetensi yang memadai sehingga ia mampu melaksanakan audit dan
dapat mengumpulkan bukti kompeten dimana bukti yang kompeten
digunakan auditor sebagai dasar dalam pemberian opini audit. Setiap
auditor bertanggung jawab menilai kemampuan mereka, mengevaluasi
apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangannya cukup untuk suatu
bentuk tanggung jawab yang dimaksudkan. (Suraida, 2005)
Semua penugasan dan dalam semua tanggung jawab, setiap akuntan
publik harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang
akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan
profesionalisme yang disyaratkan oleh Prinsip Etika.
Akuntan publik dalam mempertahankan kompetensi professional
harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan
terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten
dengan standar nasional dan internasional (Mulyadi, 2002: 58).
Menurut Christiawan (2002: 85) pendidikan formal, pelatihan dan
pengalaman merupakan komponen dasar kompetensi akuntan publik yang
menyebutkan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki
kompetensi yang baik, dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi
yaitu pengalaman dan pengetahuan, hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Libby (1989), Ashton (1991), Choo dan Trootman (1991)
dalam Mayangsari (2003). Selain itu hal ini juga sesuai dengan Teori
Keseimbangan (Equity Theory) yang dikembangkan oleh Adam
(Mangkunegara, 2005 : 120-121) yang menyebutkan bahwa semua nilai
yang diterima oleh karyawan akan dapat menunjang pelaksanaan kerja yang
artinya jika seorang auditor memiliki sikap kompetensi yang tinggi maka
kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnya, untuk
memudahkan analisis, serta untuk pendukung hasil penelitian, maka diajukan
beberapa premis, sebagai berikut :
Premis 1 : Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak
sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing
(Christiawan, 2002: 83).
Premis 2 : Semakin berpengalamannya auditor, maka semakin tinggi
tingkat kesuksesan dalam melaksanakan audit, sehingga
kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik (Kartika,
2006)
Premis 3 : Kompetensi dan Independensi berpengaruh positif terhadap
Premis 4 : Independensi akuntan publik merupakan salah satu faktor yang
sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. (Agnes, 2004).
Premis 5 : Pendidikan formal, pelatihan dan pengalaman merupakan
komponen dasar kompetensi akuntan publik yang memiliki
pengaruh positif terhadap kualitas audit. (Christiawan, 2002)
Untuk memudahkan analisis dan menguji hipotesis, maka dapat
digambarkan dalam suatu diagram kerangka pikir, ynag disajikan pada
gambar 2.1 sebagai berikut.
Keahlian Audit
(X1)
Kompetensi (X3) Independensi
(X2)
Kualitas Audit. (Y)
Regresi Linier Berganda
Gambar. 2.1 : Diagram Kerangka Pikir
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
“Diduga keahlian audit, independensi dan kompetensi berpengaruh
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional
Penelitian ini mengunakan 3 (tiga) variabel bebas (X) yaitu
Keahlian Audit (X1), Independensi (X2), dan Kompetensi (X3), Sedangkan
variabel terikatnya yaitu kualitas audit (Y).
Adapun definisi operasional dari masang – masing variabel tersebut,
yaitu sebagai berikut :
1. Variabel bebas (X), yang terdiri dari :
a. Keahlian Audit (X1)
Merupakan keahlian yang dimiliki oleh seorang auditor
dalam melaksanakan tugas pemeriksaan internal, dalam
menerapkan standar, prosedur dan teknik pemeriksaan yang
diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan.
b. Independensi (X2)
Merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain.
c. Kompetensi (X3)
Merupakan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor
sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun
2. Variabel Terikat (Y)
Kualitas Audit
Yaitu merupakan ukuran pelaksanaan audit apakah telah
dilaksanakan sesuai dengan Standar Auditing yang telah ditetapkan
oleh Ikatan Akutansi Indonesia, dalam hal ini Standar Auditing
merupakan penentuan mutu (kualitas) kinerja serta seluruh tujuan yang
harus dicapai dalam audit laporan keuangan.
3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel
Adapun teknik pengukuran variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Keahlian Audit (X1)
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik
Semantik Differential, yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak
setuju dengan pernyataan mengenai Keahlian Audit yang dimiliki oleh
Auditor dalam melaksanakan tugas audit, nilai 4 merupakan nilai
tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan
yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat
setuju dengan pernyataan mengenai Keahlian Audit yang dimiliki oleh
Auditor dalam melaksanakan tugas audit.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian Setianingsih (2009). dan Variabel ini diukur dengan
menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.
2. Independensi (X2)
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik
Semantik Differential, yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak
setuju dengan pernyataan mengenai sikap independensi dalam
melaksanakan tugas audit, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat
tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan,
jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan
pernyataan mengenai sikap independensi dalam melaksanakan tugas
audit.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian Setianingsih (2009) dan Variabel ini diukur dengan
menggunakan 5 (lima) item pertanyaan
3. Kompetensi
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik
Semantik Differential, yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak
setuju dengan pernyataan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh
Auditor dalam melaksanakan tugas audit, nilai 4 merupakan nilai
tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan
yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat
setuju dengan pernyataan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh
Auditor dalam melaksanakan tugas audit.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian Setianingsih (2009) dan Variabel ini diukur dengan
menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.
Sangat tidak setuju Sangat setuju
4. Kualitas Audit (Y)
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik
Semantik Differential, yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak
setuju dengan pernyataan mengenai Kualitas Audit, nilai 4 merupakan
nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan
pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti
cenderung sangat setuju dengan pernyataan mengenai Kualitas Audit.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian Bumiarini (2005) dan Variabel ini diukur dengan
menggunakan 2 (dua) item pertanyaan.
.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tetentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2006: 90).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Auditor yang
bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Pusat minimal
selama 3 (tiga) tahun, dengan alasan bahwa semakin berpengalaman
seorang auditor, maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik dan
tercatat 34 Auditor.(sesuai dengan data dari www.iapi.or.id).
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari junlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
Teknik pengambilan sampel merupakan bagian dalam
melaksanakan suatu penelitian, Untuk itu teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling (penarikan
sampel secara acak) yaitu setiap anggota populasi memiliki peluang yang
besarnya sudah diketahui untuk terpilih sebagai sampel dan peneliti bisa
memperkirakan besarnya kesalahan penarikan sampel (sampling error).
Sedangkan metode yang digunakan adalah sampel random sampling yaitu
setiap populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai
sampel (Sumarsono, 2004 : 46).
Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel
digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :
n = 2
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan
(e = 10%).
Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005: 109).
Sumber Data primer dalam penelitian ini berasal dari jawaban
Kuesioner yang disebar pada 25 Auditor yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Pusat dan dijadikan sampel
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara. (Ikhsan dan Ishak, 2005
: 109).
Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
Directory Kantor Akuntan Publik mengenai jumlah Kantor Akuntan
Publik (KAP) di Surabaya yang masih aktif dan terdaftar pada tahun
2009
3.3.2. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu dengan memberikan Anket (Kuisioner) kepada responden. Menurut
Nazir (2005 : 246) Anket (Kuisioner) yaitu teknik pengumpulan data
dengan cara pembagian lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden
3.4. Uji Kualitas Data
3.4.1. Uji Validitas Data
Menurut Arikunto dalam Riduwan (2004 : 109) menjelaskan bahwa
validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau
kesahihan suatu alat ukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2002 : 135)
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > rtabel dan nilai
r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah valid (Ghozali,
2002 : 135)
3.4.2. Uji Reliabilitas
Menurut Riduwan (2004 : 128) reliabilitas digunakan untuk
mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu (Ghozali, 2002 : 132).
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah reliabel (Ghozali,
2002 : 133)
3.4.3. Uji Normalitas
Merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari
variabel – variabel yang digunakan dalam model regresi berdistribusi
normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi
Dasar analisis yang digunakan yaitu nilai signifikansi atau nilai
probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) > 5%, maka butir atau item
pertanyaan tersebut adalah berdistribusi normal(Sumarsono, 2004 :40)
3.5. Asumsi Klasik
Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji regrasi ini tidak bias (Sesuai dengan tujuan Untuk mengambil keputusan BLUE, maka
harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh
persamaan tersebut, yaitu (Gujarati, 1999 : 153)
1. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Salah satu
cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan cara uji
Durbin-Watson (DW test), dengan ketentuan, yaitu sebagai berikut :
(Santoso, 2001 : 218)
a. Angka D-W di bawah - 2, hal ini berarti ada Autokolerasi positif.
b. Angka D-W diantara -2 sampai +2, hal ini berarti tidak ada
Autokolerasi.
2. Multikolineritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.
Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikoliniaritas adalah
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas
Multikolinieritas (Ghozali, 2002 : 57-59)
3. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi
ada atau tidak adanya heteroskedastisitas adalah dengan uji korelasi rank spearman
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Sig (2-tailed) > 0,05, maka hal ini berarti dalam model regresi tidak terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya atau bebas Heteroskedastisitas (Santoso, 2001 : 161)
3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.6.1. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda
dengan model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
(Anonim, 2009: L-21)
Keterangan :
Y = Kualitas Audit
X1 = Keahlian Audit
X2 = Independensi
X3 = Kompetensi
β1…3 = Koefisien regresi
e = Standart Error
3.6.2. Uji Hipotesis
3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model
Uji F ini digunakan untuk mengetahui sesuai tidaknya model
regresi yang dihasilkan guna melihat pengaruh keahlian audit,
independensi dan kompetensi terhadap kualitas audit (Anonim, 2009:
L-21)
Hipotesis Statistik
1. Ho : β1 = 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan tidak cocok
guna melihat pengaruh keahlian audit, independensi
dan kompetensi terhadap kualitas audit
H1 : β1 ≠ 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan cocok guna
melihat pengaruh keahlian audit, independensi dan
kompetensi terhadap kualitas audit
2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05.
3. Kriteria keputusan
i. Jika nilai probabilitas > 0,05,, maka H0 diterima dan H1 ditolak
yang berarti model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna
melihat pengaruh keahlian audit, independensi dan kompetensi
tensi
kualitas audit
ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat
pengaruh keahlian audit, independensi dan kompetensi terhadap
kualitas audit
3.6.2.2. Uji Parsial
Uji t ini digunakan untuk mengetahui dan membuktikan secara
empiris pengaruh keahlian audit, independensi dan kompetensi secara
parsial terhadap kualitas audit (Anonim, 2009: L-21)
Hipotesis Statistik
1. Ho : β1 = 0, menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan
keahlian audit, independensi dan kompe
secara parsial terhadap
H1 : β1 ≠ 0, menunjukkan ada pengaruh yang signifikan keahlian
audit, independensi dan kompetensi secara parsial
terhadap kualitas audit
2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05.
3. Kriteria keputusan
i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak
yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan keahlian audit,
independensi dan kompetensi secara parsial terhadap kualitas
audit
ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti ada pengaruh yang signifikan keahlian audit,
independensi dan kompetensi secara parsial terhadap kualitas
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik
Profesi akuntan di Indonesia ada seiring dengan keluarnya lulusan
pertama dalam pendidikan akuntan pada tahun 1957. Akuntan merupakan
suatu gelar profesi yang dilindungi oleh Undang – Undang No. 34 Tahun
1954, didalamnya terdapat hal-hal yang perlu diketahui diantaranya, yaitu
seperti:
1. Akuntan harus sarjana lulusan fakultas Ekonomi perguruan tinggi
negeri atau mempunyai ijazah yang disamakan.
2. Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register Negara yang
diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh ijin
mempergunakan gelar Akuntan dari departemen tersebut.
3. Menjalankan pekerjaan akuntan dengan memakai nama kantor
akuntan, biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama akuntan atau
akuntansi hanya diijinkan jika pemimpin kantor atau biro tersebut
dipegang oleh seorang atau beberapa orang akuntan.
Profesi akuntan publik timbul, disebabkan karena pihak luar
perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang tidak memihak untuk
menilai keandalan atas pertanggung jawaban laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen perusahaan didalam menyajikan laporan
4.1.2. Ketentuan dan Peraturan
Pemberian ijin praktek kepada akuntan public di Indonesia yang
dikeluarkan pemerintah pada tahun 1986, yang dituangkan dalam
kep.Menkeu RI No. 763/ KMK.01/1986 tentang akuntan public, dalam
surat keputusan tersebut terdapat persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi untuk mendapatkan ijin praktek sebagai akuntan public.
Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut
1. Memiliki ijazah akuntan sebagaimana diatur dalam UU No.34 Tahun
1954 serta memiliki register Negara.
2. WNI dan bertempat tinggal di Indonesia.
3. Telah menyelesaikan wajib kerja sarjana sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku tanpa cacat, atau dinyatakan bebas
dari kewajiban kerja sarjana.
4. Memiliki surat keterangan dari pimpinan instansi, badan usaha yang
berwenang yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah
menjalani ikatan dinas tanpa cacat apabila yang bersangkutan bekerja
atas dasar ikatan dinas.
5. Telah mempunyai pengalaman kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun
sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang pemeriksaan akuntan,
hal ini dibuktikan dengan surat dari pimpinan Kantor Akuntan Publik
atau kepala BPKP3 dalam hal pengalaman kerja yang diperoleh dalam
lingkungan pemerintahan atau BUMN.
6. Tidak merangkap sebagai pegawai instansi pemerintahan, atau