STUDI EKOLOGI BERINGIN (Ficus spp.) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER RESORT SEI BETUNG KECAMATAN BESITANG KABUPATEN
LANGKAT, SUMATERA UTARA
Oleh :
Darsimah Br Siahaan NIM 4101420001 Program Studi Biologi
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan berkahNYa yang memberikan kesehatan dan curahan nikmat kepada penulis sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuia dengan waktu yang direncanakan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini yang dilaksanakan sejak bulan Nopember 2013 ialah “Studi Ekologi Beringin (Ficus spp.) Di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Drs. Puji Prastowo, M.Si selaku dosen pembimbing yang memberikan kesempatan bagi penulis dalam memperoleh semua pembelajaran dan pengalaman serta atas semua curahan perhatian, waktu, ide, dan arahan selama ini, kepada bapak Drs. Zulkifli Simatupang, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa mendidik dan memotivasi penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan bapak Dr.rer.nat.Binari Manurung, M.Si, Drs. Nusyirwan, M.Si, Drs. Tri Harsono, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada direktur Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Center (YOSL-OIC) bapak Panut Hadisiswoyo S.S, M.A, M.Sc selaku Founding Director dan Mr. Gary sebagai Donatur yang telah memberikan bantuan dana penelitian serta kepada kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) bapak Drs. Andi Basrul yang telah memberi izin penulis untuk melaksanakan penelitian.
Ucapan terima kasih saya terkhusus kepada Ayah ,Ibu, abangku tersayang dan adik-adikku tercinta yang senantiasa memberikan dorongan semangat, doa, dan pengorbanan baik moral maupun material kepada penulis.
vi
yang berada di BBTNGL. Ucapan terimakasih kepada laboran bang Agus bang Domo yang juga turut membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.
Ucapan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan nondik 2010 terkhusus kepada Dmund, Habib, Irnis, atas canda dan kekompakan yang diberikan, kepada sahabat-sahabat penulis Ananda, Anggita, Astrid, Chairani, Elvina, Ebi, Juli dll yang telah memberi waktu – waktu yang berarti kepada penulis terkhusus kepada sohib terbaik penulis Sitti Kardina, dan spesial terbungkus rapi untuk sahabat penulis Indah Widiani yang telah banyak berkorban baik itu selama penelitian maupun diluar penelitian. Kepada kakak, teman-teman, dan adek yang berada di Alkhansa 3 yang senantiasa memberikan keceriaan, saudara/i yang sama-sama bergerak di UKM Islam Ar-Rahman, teman –teman dan adik-adik yang berada di FOSTIBI (forum Studi Islam Biologi), sahabat- sahabat yang berada di KIMBI (Komunitas Ilmuwan Muda Biologi) yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada penulis. Kepada murabbi dan teman – teman satu halaqah yang sering memberikan nasehat kepada penulis, dan juga kepada adek-adek kelompok mentoring penulis (Dewi, Diana, Isma, Lani, Emi dll). Kepada adek-adek Biologi nondik A dan B 2012 terkhusus kepada Marwan yang telah membantu penulis dalam melaksankan penelitian.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa mendatang. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kepada seluruh pembaca.
Medan, Maret 2014
iii
STUDI EKOLOGI BERINGIN (Ficus spp.) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER RESORT SEI BETUNG KECAMATAN BESITANG
KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA
Darsimah Br Siahaan (NIM 4101420001)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis- jenis beringin (Ficus spp.), mengkaji kerapatan jenis, dominansi spesies dan pola sebaran serta membandingkan keberadaan Ficus spp. yang hadir pada dua kawasan hutan di Resort Sei Betung. Penelitian ini bertempat di Resort Sei Betung kecamatan Besitang, pengambilan data dilakukan selama 1 bulan tepatnya pada bulan Januari 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan cara analisis vegetasi dengan metode jalur berpetak (plot), kemudian pengamatan secara langsung dilapangan agar mendapatkan data morfologi jenis beringin (Ficus spp.) untuk diidentifikasi.
Berdasarkan analisis data diperoleh 10 jenis Ficus spp.di hutan primer dengan indeks dominansi rendah (0,1) dan 4 jenis Ficus spp. di hutan sekunder dengan indeks dominansi tinggi (1,05) dan spesies yang mendominasi adalah Ficus fistulosa Reinw (0,8). Keanekaragaman Ficus spp. di hutan primer (H’= 2,3) dengan kategori sedang, sedangkan di hutan sekunder (H’ = 0,4) dengan kategori rendah, kerapatan Ficus spp. di hutan primer (15,6 individu/Ha), di hutan sekunder (67,15 individu/Ha) dengan kerapatan jenis tertinggi terdapat pada Ficus fistulosa Reinw (60,9 individu/Ha). Pola sebaran Ficus spp. di hutan primer seluruhnya acak, sedangkan di hutan sekunder terdiri dari mengelompok (Ficus fistulosa Reinw), seragam (Ficus hispida Linn), acak (Ficus benjamina Linn, Ficus heteropleura Blume) dan indeks kesamaan dari kedua kawasan hutan adalah rendah (28,5%) dan adanya perbedaan keanekaragaman yang signifikan (t hitung 27 dan t tabel 1,681).
iv
ECOLOGICAL STUDY OF FIG (Ficus spp.) IN GUNUNG LEUSER NATIONAL PARK RESORT SEI BETUNG BESITANG SUBDISTRICT
LANGKAT DISTRICT, NORTH SUMATERA
Darsimah Br Siahaan (NIM 4101420001)
ABSTRACT
The aims of this research are to know the species of Figs (Ficus spp.), species density, spesies dominance and distribution pattern and also to compare the presence of Ficus spp. at two forest locations at Resort Sei Betung. This research was located at Resort Sei Betung Besitang subdistrict. The reserach was done during one month, in January 2014. Data was collected by vegetation analysis with plot method and to identify the species morphologies of figs (Ficus spp.), observe the field directly was taken.
Based on data analysis, it is show that ten species of Ficus spp. in primary forest with low dominance index (0.1) and four species of Ficus spp. in secondary forest with high dominance index (1.05). Species which is dominanate was Ficus fistulosa Reinw (0.8). The diversity of Ficus spp. in primar forest (H’= 2.3) was in the middle category, and in the secondary forest (H’ = 0.4) was low. The density of Ficus spp. in primary forest (15,6 individu/Ha), in secondary forest (67.15 individu/Ha) with the highest species density was Ficus fistulosa Reinw (60.9 individu/Ha). The distribution pattern of Ficus spp. in primary forest, all was random, while in secondary forest consist of clumped (Ficus fistulosa Reinw), nearly uniform (Ficus hispida Linn), and random (Ficus benjamina Linn, Ficus heteropleura Blume). The similarity index both forest location was low (28.5%) and the differentiation of biodeversity was significant (t count 27 dan t tabel 1.681).
x
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1. Faktor Fisiko-Kimia Hutan Primer dan Hutan Sekunder 35 Tabel 4.2. Jenis – jenis beringin (Ficus spp.) di Hutan Primer dan
Hutan Sekunder
35
Tabel 4.3. Ciri spesifik jenis – jenis Beringin (Ficus spp.) 36 Tabel 4.4. Kerapatan Ficus spp. di Hutan Primer dan Hutan
Sekunder
37
Tabel 4.5. Dominansi Jenis –Jenis (Ficus spp.) di Hutan Primer dan Hutan Sekunder
38
Tabel 4.6. Pola Sebaran Jenis-Jenis Beringin (Ficus spp.) di Hutan Primer dan Hutan Sekunder
39
Tabel 4.7. Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi dan Indeks Kesamaan di Hutan Primer dan Hutan sekunder
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Morfologi bunga jantan dari 4 (empat) spesies Ficus 11 Gambar 2.2. Morfologi bunga betina dari 4 (empat) spesies Ficus 12 Gambar 2.3. Morfologi bunga gal dari 4 (empat) spesies Ficus 13 Gambar 2.4. Ilustrasi bagian – bagian dan karakter Ficus 16 Gambar 2.5. Penyerbukan Ficus dengan bantuan serangga 19 Gambar 2.6. Ficus drupacea Thunb. 21 Gambar 2.7. Ficus sagittata Koen. ex Vahl 22
Gambar 2.8. Ficus deltoidea Jack 23
Gambar 2.9. Ficus racemosa Linn 24
Gambar 3.1. Peta Taman Nasional Gunung Leuser dan lokasi penelitian 26 Gambar 3.2. Desain penentuan line transek sebaga titik pengamatan 28 Gambar 3.3. Desain penentuan plot pengamatan 29 Gambar 3.4. Skema tahapan – tahapan dalam penelitian 29
Gambar 1. Ficus annulata Blume 50
Gambar 2. Ficus benjamina Linn 51
Gambar 3. Ficus fistulosa Rein 53
Gambar 4. Ficus globosa Blume 54
Gambar 5. Ficus heteropleura Blume 55
Gambar 6. Ficus hispida Linn 56
Gambar 7. Ficus punctata Thunb 58
Gambar 8. Ficus recurva Blume 59
Gambar 9. Ficus sumatrana Miq 60
Gambar 10. Ficus sundaica Blume 61
Gambar 11. Ficus villosa Blume 62
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran1. Faktor fisiko-kimia hutan primer dan hutan
sekunder
49
Lampiran 2. Data jenis –jenis beringin (Ficus spp.) di hutan primer 49 Lampiran 3. Data jenis –jenis beringin (Ficus spp.) di hutan
sekunder
Lampiran 4. Deskripsi jenis-jenis beringin (Ficus spp.) di Resort Sei Betung
50
Lampiran 5. Kerapatan Ficus spp. di Hutan Primer 64 Lampiran 6. Kerapatan Ficus spp. di Hutan Sekunder 64 Lampiran 7. Indeks keanekaragaman dan dominansi jenis –jenis
beringin (Ficus spp.) di hutan primer
64
Lampiran 8. Indeks keanekaragaman dan dominansi jenis –jenis beringin (Ficus spp.) di hutan sekunder
65
Lampiran 9. Pola sebaran jenis –jenis beringin (Ficus spp.) di hutan primer
65 Lampiran 10. Pola sebaran jenis –jenis beringin (Ficus spp.) di hutan
sekunder
65
Lampiran11. Indeks Kesamaan jenis –jenis beringin (Ficus spp.) antara hutan primer dan hutan sekunder
66
Lampiran12. Uji t Hutcheson 66
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Hutan merupakan ekosistem alamiah yang keanekaragaman hayatinya sangat tinggi. Hutan di Indonesia dibedakan menjadi 5 jenis yaitu : hutan bakau, hutan rawa, hutan sabana, hutan musim, dan hutan hujan tropis Sudewa (2011). Hutan hujan tropis Indonesia dikenal sebagai hutan yang paling kaya akan jenis tumbuhan dan mempunyai ekosistem yang paling kompleks di dunia Whitmore, dalam Sidiyasa (2006).
Keberadaan hutan sangat berpengaruh bagi keberlangsungan hidup hewan dan satwa liar yang ada didalamnya , hutan dapat berperan sebagai tempat tinggal, sumber pakan serta untuk aktivitas hariannya. Hal ini didukung oleh pendapat Widianto dkk (2003) yang menyatakan salah satu fungsi hutan adalah sebagai habitat penting bagi beraneka ragam fauna dan flora, konversi hutan menjadi bentuk- bentuk lahan lainnya akan menurunkan populasi fauna dan flora yang sensitif sehingga tingkat keanekaragaman hayati atau biodiversitas berkurang.
2
reproduksi Ficus spp. dengan bantuan serangga dari ordo hymenoptera, famili Agaonidea biasa disebut tawon ara.
Beringin (Ficus spp.) berfungsi sebagai penjaga erosi tanah dan penyimpanan cadangan air. Pada pohon beringin terjadi interaksi biotik yang sangat kompleks. Interaksi tersebut merupakan hubungan simbiosis mutualisme antar sesama spesies yang ada disitu. Sehingga oleh beberapa ahli ekologi, pohon beringin dijadikan salah satu indikator bahwa hutan yang bevegetasikan tanaman dari jenis Ficus spp. adalah hutan dalam kondisi kilamaks atau dalam proses suksesi menuju klimaks Faris, 2013.
Ficus spp. merupakan bagian dari tanaman hutan yang berperan penting bagi kehidupan satwa liar, hal ini didukung oleh Corner dan Berg dalam Chaudhary et al (2012) yang menyatakan bahwa beringin (Ficus spp.) merupakan sumber pakan bagi beberapa jenis burung, serangga, reptil, aves dan mamalia. Lebih lanjut, Zuraida (2004) menyatakan bahwa Ficus spp. merupakan sumber pakan alami bagi orangutan karena dapat berbuah sepanjang tahun.
Orangutan (Pongo sp.) merupakan salah satu satwa liar dari kelas Mamalia yang sangat dilindungi karena penurunan populasi dari waktu kewaktu. Sehingga IUCN (International Union for Conservation of Nature) mengategorikan orangutan (Pongo sp.) termasuk critically endangered atau sudah sangat terancam punah. Berbagai faktor penyebab penurunan populasi orangutan (Pongo sp.) salah satunya adalah ketersediaan sumber pakan.
3
pohon yang diameter batangnya cukup besar Mitra (2009). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Manullang dalam Mitra (2009) di hutan ketambe, Sumatera, orangutan menggunakan liana sebanyak 13,55% dan sebanyak 6,78% adalah Ficus spp..
Resort Sei Betung merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yang berada di Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Resort Sei Betung memiliki 2 tipe hutan yang berbeda yaitu hutan primer dengan luas 3000 Ha, hutan sekunder dengan luas 500 Ha. Hutan primer (primary forest) adalah hutan yang telah mencapai umur lanjut dan ciri struktural tertentu yang sesuai dengan kematangannya; serta dengan demikian memiliki sifat-sifat ekologis yang unik. Pada umumnya hutan primer berisi pohon-pohon besar berumur panjang, berseling dengan batang-batang pohon mati yang masih tegak, tunggul, serta kayu rebah. Robohnya kayu-kayu tersebut biasa membentuk celah atau rumpang tegakan, yang memungkinkan masuknya cahayamatahari ke lantai hutan, dan merangsang pertumbuhan vegetasi lapisan bawah Anonim (2013).
Rona lingkungan hutan primer yaitu hutan yang heterogen dimana keanekaragaman hayatinya masih tinggi, hutan alami didominasi oleh Meranti (Shorea sp), Bulung ayam (Hopea blangeran), Kruing (Dipterocarpus sp), Munel (Drypetes langifolia), Medang (Litsea sp) dll. Pohon-pohon besar dan tinggi sangat mudah ditemui.Begitu juga dengan satwa liar seperti, Gajah(Elephas maximus),Siamang (Hylobates syndactilus), Kera (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestriana) dan Kedih (Presbytis thomasi), Beruang (Helarctos malayanus), Rusa (Cervus unicolor)dan tentu saja Orangutan Sumatera(Pongo pygmaeus abelii). Topografi hutan ini memiliki permukaan tanah yang
bergelombang, landai, dan bukit – bukit yang terjal dll.
4
digangguIrwanto (2006). Hutan sekunder ditandai dengan lapisan tajuk yang terputus-putus dan tajuk tegakannya menutupi 10% dari lahan yang ada Anonim (2012).
Rona lingkungan hutan sekundertermasuk hutan heterogen, namun keanekaragaman hayatinya lebih rendah dari hutan primer, karena hutan sekunder didominasi oleh tanaman pionir, yaitu cerme (Phylanthus sp), marak (Macaranga spp.), kandri (Breynia oblongifolia)untuk pohon – pohon besar masih jarang ditemukan, tumbuhan bawah yang mendominasi yaitu paku resam (Glichenia linearis). Sedangkan kawasan yang terdegradasi didominasi oleh Alang-alang
(Imperata cylindrica), Senggani (Melastoma malabathricum),Girdenia hirta,Graminae, Cyperaceae, Marak (Macarangaspp,) dan tanaman Kelapa sawit illegal, namun keragaman faunanya masih masih bagus terutama aneka jenis Burung, Athropoda, Babi Hutan (Sus scrofa), Kijang, Rusa (Cervus unicolor), Landak raya (Hystrix brachyura), dan beberapa jenis monyet masih sering terlihat. Topografi hutan ini memiliki permukan tanah landai, bergelombang, dan kebanyakan bukit-bukit rendah, namun ada juga yang terjal. Terdapat banyak aliran-aliran air. Hutan Sei Betung memiliki nilai penting selain memiliki keanekaragaman hayati yang masih tinggi , hutan Sei Betung juga menjadi salah satu lokasi yang merupakan habitat dari orangutan sumatera (Pongo abelii) sehingga kelestarian hutan ini akan sangat berpengaruh terhadap keberadaan orangutan sumatera yang terancam punah.
5
mengenai beringin (Ficus spp.) belum ada yang merupakan sumber pakan alami sepanjang tahun sehingga dibutuhkan Studi Ekologi Beringin(Ficus spp.) di Resort Sei Betung untuk menunjang pelestarian hutan dan konservasi orangutan.
1.2. Ruang Lingkup Penelitian
Orangutan (Pongo sp.) merupakan satwa yang sangat dilindungi karena keberadaannya yang terus menerus berkurang, sehingga IUCN (International Union for Conservation of Nature) mengategorikan orangutan (Pongo sp.) termasuk critically endangered atau sudah sangat terancam punah. Banyak faktor yang menyebabkan menurunnya tingkat populasi orangutan (Pongo sp.), yang paling utama adalah keberadaan hutan, yang berperan sebagai habitat asli orangutan. Kondisi hutan yang terus mengalami perubahan dari hutan hujan dikonversi menjadi perkebunan menyebabkan gangguan populasi orangutan (Pongo sp.). Hutan berperan dalam memenuhi kebutuhan orangutan diantaranya sumber pakan, tempat tinggal, besosialisasi, reproduksi dan aktivitas pergerakan lainnya. Yang berpengaruh besar dalam menjaga keberadaan orangutan (Pongo sp.) adalah ketersediaan sumber pakan.
Ficus spp. merupakan bagian dari tanaman hutan yang berperan penting bagi kehidupan orangutan sebagai sumber pakan alami karena dapat berbuah sepanjang tahun. Yang menjadi ruang lingkup penelitian ini meliputi identifikasi jenis Ficus spp. yang berada di hutan primer dan hutan sekunder Resort Sei Betung, selanjutnya mengkaji ekologinya mulai darikerapatan, dominansi, keanekaragaman, dan pola sebaran Ficus spp.
1.3. Batasan Masalah
Untuk menghindari masalah yang terlalu luas dalam penelitian ini, masalah dibatasi pada :
a. Jenis tumbuhan yang diteliti adalah jenis – jenis beringin (Ficus spp.)
6
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Bagaimanakah kerapatan jenis-jenis beringin (Ficus spp.) di hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?
b. Bagaimanakah kerapatanjenis-jenisberingin (Ficus spp.) di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?
c. Bagaimanakah keanekaragaman beringin (Ficus spp.) di hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?
d. Bagaimanakah keanekaragaman beringin (Ficus spp.) di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?
e. Bagaimanakah dominansi jenis-jenisberingin (Ficus spp.) di hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?
f. Bagaimanakah dominansi jenis-jenisberingin (Ficus spp.) di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?
g. Bagaimanakah pola sebaran jenis-jenisberingin (Ficus spp.) di hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?
h. Bagaimanakah pola sebaran jenis-jenisberingin (Ficus spp.) di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?
i. Bagaimanakah indeks kesamaan jenis-jenisberingin (Ficus spp.) antara hutan primer dan hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah :
a. Mengetahui kerapatan jenis-jenisberingin (Ficus spp.) dikawasan hutan primerTaman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung
b. Mengetahui kerapatan jenis-jenisberingin (Ficus spp.) dikawasan hutan sekunderTaman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung
7
d. Mengetahui keanekaragaman beringin (Ficus spp.) dikawasan hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung
e. Mengetahui dominansi jenis-jenisberingin (Ficus spp.) dikawasan hutan primerTaman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung
f. Mengetahui dominansi jenis-jenisberingin (Ficus spp.) dikawasan hutan sekunderTaman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung
g. Mengetahui pola sebaran jenis-jenisberingin (Ficus spp.) dikawasan hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung
h. Mengetahui pola sebaran jenis – jenis beringin (Ficus spp.) dikawasan hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung
i. Mengetahui indeks kesamaan jenis – jenis beringin (Ficus spp.)antara hutan primer dan hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat antara lain : a. Sebagai referensi untuk peneletian lanjutan mengenai beringin (Ficus spp. ) b. Bagi Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) dapat
memberikan informasi tentang jenis-jenis beringin (Ficus spp). dan ekologinya yang berguna dalam pelestarian jenis beringin (Ficus spp.)
c. Bagi Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) diharapkan dapat memberikan informasi tentang keberadaan beringin (Ficus spp.) sebagai bahan pertimbangan terkait lokasi yang dijadikan sebagai habitat orangutan sumatera (Pongo abelii)
8
1.7 Defenisi Operasional
Untuk menghindarkan perbedaan persepsi dari istilah – istilah yang digunakan berikut ini adalah defenisi operasional yang dipakai dalam penelitian :
a. Tumbuhan beringin (Ficus spp.) merupakan anggota famili dari Moraceae dapat berupa pohon, pemanjat, perdu dan jarang semak sangat kerap dengan getah. Mempunyai satu daun penumpu yang menggulung, sistem perbungaan bunga periuk yang dasar bunganya mengalami penebalan
b. Ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan makluk hidup dan lingkungannya
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 1.1.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :
1. Di hutan primer didapat 10 jenis Ficus spp. dan di hutan sekunder didapat 4 jenis Ficus spp.
2. Keanekaragaman Ficus spp. di hutan primer (H’= 2,3) dengan kategori sedang, sedangkan di hutan sekunder (H’ = 0,4) dengan kategori rendah
3. Kerapatan Ficus spp. di hutan primer (15,6 individu/Ha), di hutan sekunder (67,15 individu/Ha) dengan kerapatan jenis tertinggi terdapat pada Ficus fistulosa Reinw (60,9 individu/Ha)
4. Dominansi seluruh Ficus spp. di hutan primer rendah (0,1) sedangkan di hutan sekunder tinggi (1,05) dan dominansi spesies tertinggi pada Ficus fistulosa Reinw (0,8)
5. Pola sebaran Ficus spp. di hutan primer seluruhnya acak, sedangkan di hutan sekunder terdiri dari mengelompok (Ficus fistulosa Reinw), seragam (Ficus hispida Linn),acak (Ficus benjamina Linn, Ficus heteropleura Blume)
6. Indeks kesamaan dari kedua kawasan hutan tergolong rendah (28,5%), perbedaan kedua hutan signifikan (berarti)
1.2.SARAN
Terkait dengan hasil penelitian yang diperoleh, beberapa saran yang diajukan: 1. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai interaksi Ficus spp. dengan jenis
tumbuhan lainnya
2. Perlu adanya penelitian yang mengkaji jenis – jenis Ficus spp. yang menjadi sumber pakan satwa liar yang berada di Resort Sei Betung
46
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Ficus ,en.wikipedia.org/wiki/Ficus(Diakses tanggal 15 Nopember 2013) Anonim, (2010) , Ficus spdeltoidea,http://fr.wikipedia.org/wiki/Ficus_deltoidea,
(Diakses tanggal 6 Februari 2014)
Anonim, (2013), http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_primer(Diakses tanggal 28 Maret 2014)
Berg, C.C,dan E.J.H. Corner, (2005), Moraceae - Ficus, Flora Malesiana Series I,17: 1-70
Butler, R., (2012), Hutan Hujan Tropis, Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), Medan
Chaudary, LB, . (2012) . Synopsis of the Genus Ficus L.(Moraceae) in India. Taiwania 57 (2)
Cook, JM dan Segar,S., (2010) , Speciation in Fig Wasps,Ecological entomologi, 35 (1) : 54-66
Faris, AZ., (2013), Ekologi Beringin Ficus benjamina yang Berarti Ilmu Kehidupan,http://hatinyatanamanhias.blogspot.com/2013_07_29_archive.ht ml (Diakses tanggal 10 Nopember 2013)
Irwanto, (2006), Dinamika dan Pertumbuhan Hutan Sekunder.http://www.indonesiaforest.net/hutan_sekunder.pdf (Diakses tanggal 28 Maret 2014)
Kebler,P., (2000) ,Secondary Forest Trees of Kalimantan, Indonesia, MOPEC-Tropenbos- Kalimantan Project
Kurniawan, A dan Perikesit., (2008), Persebaran Jenis Pohon di Sepanjang Faktor Lingkungan diCagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat,
Biodiversitas9(4): 275-279
Laman dan Weiblen., (1998), Fig of Gunung Palung National Park (West Kalimantan, Indonesia),Tropical Biodiversity5 (3): 245 – 297
Manurung, B., Rosita, T dan Zulkifli, S., (2012) ,Panduan Teori Ekologi Tumbuhan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Medan
47
Mustaqim, (2009), Analisis Vegetasi Tumbuhan Sebagai Acuan Program Rehabilitasi Kawasan Taman Nasional Gununga Leuser Resort Sei Betung, Laporan survei, Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Center (YOL-OIC)
Noort, S dan Rasplus, J., (2008), Ficus drupacea,http://www.figweb.org/Ficus/Subgenus_Urostigma/Section_Urost
igma/Subsection_Conosycea/Ficus_drupacea.htm(Diakses tanggal 6
Februari 2014)
Noort, S dan Rasplus, J., (2008), Ficus racemosa http://www.figweb.org/Ficus/Subgenus_Sycomorus/Section_Sycomorus/Su bsection_Sycomorus/Ficus_racemosa.htm(Diakses tanggal 6 Februari 2014) Noort, S dan Rasplus, J., (2008), Ficus
sagittata,http://www.figweb.org/Ficus/Subgenus_Urostigma/Section_Urosti
gma/Subsection_Conosycea/Ficus_drupacea.htm(Diakses tanggal 6
Februari 2014)
Odum, P. E., 1993, Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Prastowo,P., (2011), Panduan Teori Ekologi Hewan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Medan
Putra,C.A.S., Solichin, M., Heriyanto, Charles S., (2011), Pohon – Pohon Hutan Alam Rawa Gambut Merang, Merang REDD Pilot Project, German International Cooperation-GIZ, Palembang
Shanahan, JM., (2000), Ficus Seed Dispersal Guild : Ecology, Evolution and Conservation Implication.,Thesis,The University of Leed Centre for Biodiversity and Conservation School of Biology
Sastrapadja,S., dan Afriastini,J.J., (1984), Kerabat Beringin, Lembaga Biologi Nasional-LIPI, Bogor
Sidiyasa,K., (2006) ,Hutan Desa Setulang dan Sengayan Malinau, Kalimantan
Timur (Potensi dan Identifikasi Langkah – Langkah Perlindungan dalam
Rangka Pengelolaannya Secara Lestari), Center for International Forestry
Research (CIFOR), Bogor
48
Sudewa,A., (2011) .5 Jenis Hutan di Indonesia, http://arisudev.wordpress.com/2011/07 13/5-jenis -hutan-yang-ada-di-indonesia/ (Diakses tanggal 7 Nopember 2013)
Suwarno,E., (2006),Studi Keanekaragaman Jenis Beringin (Ficus spp.) di Cagar Alam Telaga Warna, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.,Skripsi, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Syatiriah,H., (2012), Profil Bunga Ficus (Moraceae) Dioeceus dan Stabilitas Mutualisme Antara Ficus hispida dan Ficus septica dengan Tawon Penyerbuk (Agaoninae, Agaonidae) Kampus Universitas, Depok., Tesis, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok
Tjitrsoepomo, G., (2001), Morfologi Tumbuhan,Gadjha Mada University Press : Yogyakarta
Tjitrosoepomo, G., (2010), Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta), Gadjha Mada University Press : Yogyakarta
Widianto, Hairiah, K, Suharjito, J, Sardjono, A.M, (20 , Fungsi Dan Peran Agroforestri, World Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor
Zuhra, R., Perwitasari, D., Farajallah., Iskandar, E., (2009), Aktivitas Makan Orangutan (Pongo pygmaeus) di Pusat Primata Schmutzer, Jakarta, Jurnal Primatologi Indonesia6(2)