• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Modal Intelektual di Universitas (Studi Kasus pada Universitas Kristen Maranatha).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Modal Intelektual di Universitas (Studi Kasus pada Universitas Kristen Maranatha)."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

This study was conducted to determine how is the process of control management system, intellectual capital existence the relationship between the implementation of management control systems on intellectual capital at Maranatha Christian University.

This study was conducted to investigate the feasibility system management control, the implementation, the effectiveness of the management control system enacted at Maranatha Christian University and it’s relationship with intellectual capital at Maranatha Christian University . The elements of the management control system used in this study, such as: organizational structure, network information, the system rewards strategic formulation, strategic planning, programming, budget planning.

This research is used a qualitative methods research. Research conducted through field research and library research. Data were collected by distributing questionnaires to 100 samples of Maranatha Christian University staff/employees and alumni.

Hypothesis testing is performed Simple Regression Method. Result shelved that there is a strong positive relationship between the operating system management of intellectual capital of test results obtained mark was 88.36%, which means that the influence of the variable Y (Intellectual Capital) as much as 88.36% influenced by changes in the variables X (Operating System Management), while 11.64% is influenced by other factors that were not examined in this study.

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses sistem pengendalian manajemen, modal intelektual, bagaimana hubungan antara pelaksanaan sistem pengendalian manajemen terhadap modal intelektual melalui studi kasus Universitas Kristen Maranatha.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki kelayakan desain sitem pengendalian manajemen, menganalisis implementasi sistem pengendalian manajemen dan menyelidiki efektivitas sistem pengendalian manajemen yang di berlakukan di Universitas Kristen Maranatha dan dampaknya terhadap modal intelektual di Universitas. Adapun elemen-elemen sistem pengendalian manajemen yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : Struktur organisasi, jejaring informasi, sistem penghargaan perumusan strategik, perencanaan strategik, penyusunan program, perencanaan anggaran.

Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kualitatif dengan metode penelitian riset. Riset yang dilakukan terdiri dari riset lapangan dan riset pustaka. Dokumentasi merupakan metode yang dilakukan dalam pengumpulan data, sedangkan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif analitik.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan Regresi Sederhana. Dari hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa terdapat hubungan positif dan kuat antara sistem pengendalian manajemen dengan modal intelektual sebesar 88,36% yang berarti bahwa pengaruh pada variabel Y (Modal Intelektual) sebesar 88,36% dipengaruhi oleh perubahan variabel X (Sistem Pengendalian Manajemen) sedangkan 11,64% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kata kunci : Sistem Pengendalian Manajemen, Modal Intelektual, Regresi Linear Sederhana

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... ii

KATA PENGANTAR... iii

ABSTRACT... vi

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 22

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 22

1.4 Kegunaan Penelitian... 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS……...……... 24

2.1 Pengertian Sistem... 24

(4)

2.2 Definisi Pengendalian... 25

2.2.1 Elemen-Elemen Proses Pengendalian... 26

2.3 Definisi Manajemen... 27

2.3.1 Fungsi – Fungsi Manajemen... 32

2.4 Definisi Pengendalian Manajemen... 40

2.5 Definisi Sistem Pengendalian Manajemen... 41

2.5.1 Struktur Sistem Pengendalian Manajemen... 41

2.5.2 Proses Sistem Pengendalian Manajemen... 43

2.6 Sistem Pengendalian Manajemen di Universitas... 44

2.7 Pengertian Modal... 45

2.8 Pengertian Intelektual... 46

2.9 Definisi Modal Intelektual... 47

2.9.1 Komponen Modal Intelektual... 48

2.9.2 Pengukuran Modal Intelektual... 55

2.10 Modal Intelektual di Universitas... 56

2.11 Penggunaan Sistem Pengendalian Manajemen dan Modal Intelektual di Universitas... 58

2.12 Teori Resource-Based View... 59

2.13 Kerangka Pemikiran... 60

2.14 Hipotesis... 63

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN... 64

3.1 Objek Penelitian... 64

(5)

3.1.2 Visi, Misi & Nilai Universitas... 69

3.1.3 Penjabat Struktural... 70

3.1.4 Metode Penelitian... 71

3.2 Jenis Penelitian...………...……...……... 72

3.3 Definisi Variabel dan Operasional Variabel... 72

3.3.1 Definisi Variabel dan pengukurannya... 72

3.3.2 Definisi Operasional Variabel... 73

3.4 Populasi dan Sampel... 77

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 78

3.5.1 Sumber Data... 78

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data... 78

3.5.3 Pengembangan Instrumen... 81

3.6 Analisis Data... 81

3.6.1 Uji Validitas... 82

3.6.2 Uji Realibilitas... 83

3.7 Metode Analitis ... 85

3.7.1 Analisis Korelasi... 85

3.7.2 Analisis Regresi Linear Sederhana... 86

3.7.3 Koefisien Determinasi... 87

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 89

4.1 Hasil Penelitian... 89

4.1.1 Karakteristik Koresponden... 89

(6)

4.1.3 Profil Responden Berdasarkan Posisi Saat Ini... 89

4.1.4 Profil Responden Berdasarkan Umur... 90

4.2 Pembahasan ... 91

4.2.1 Analisis Sistem Pengendalian Manajemen... 91

4.2.1.1 Struktur Sistem Pengendalian manajemen... 93

4.2.1.2 Proses Sistem Pengendalian Manajemen... 95

4.2.2 Analisis Modal Intelektual... 96

4.2.2.1 Modal Manusia... 97

4.2.2.2 Modal Struktural... 99

4.2.2.3 Modal Relasi... 100

4.2.3 Uji Validitas dan Reliabilitas... 101

4.2.3.1 Hasil Uji Validitas... 101

4.2.3.2 Hasil Uji Reliabilitas... 103

4.2.4 Analisis Koefisien Korelasi... 105

4.2.5 Analisis Regresi Linear Sederhana... 109

4.2.6 Koefisien Determinasi... 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 113

5.1 Kesimpulan... 113

5.2 Saran... 114

DAFTAR PUSTAKA... 115

LAMPIRAN... 122

(7)

DAFTAR GAMBAR

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel II-1 Fungsi-fungsi Manajemen... 28

Tabel II-2 Klasifikasi Elemen Modal Intelektual ……….……… 54

Tabel III-3 Operasional Variabel X ……..………. 74

Tabel III-4 Operasional Variabel Y ………..………. 75

Tabel III-5 Skor Atas Jawaban Kuesioner ... 81

Tabel III-6 Interval Koefesien... 86

Tabel IV-7 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 89

Tabel IV-8 Profil Responden Berdasarkan Posisi Saat Ini... 90

Tabel IV-9 Profil Responden Berdasarkan Umur... 90

Tabel IV-10 Jawaban responden Mengenai Sistem Pengendalian Manajemen Universitas Kristen Maranatha... 92

Tabel IV-11 Jawaban responden Mengenai Struktur Sistem Pengendalian Manajemen Universitas Kristen Maranatha... 94

Tabel IV-12 Jawaban responden Mengenai Proses Sistem Pengendalian Manajemen Universitas Kristen Maranatha... 95

Tabel IV-13 Jawaban responden Mengenai Modal Intelektual Universitas Kristen Maranatha... 96

Tabel IV-14 Jawaban responden Mengenai Modal Manusia Universitas Kristen Maranatha... 98

Tabel IV-15 Jawaban responden Mengenai Modal Struktural Universitas Kristen Maranatha... 99

Tabel IV-16 Jawaban responden Mengenai Modal Relasi Universitas Kristen Maranatha... 100

(9)

Tabel IV-18 Uji Validitas Variabel Y... 103

Tabel IV-19 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X... 104

Tabel IV-20 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y... 104

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ekonomi pada era globalisasi ditunjukan dengan munculnya industri baru berbasis pengetahuan (Saleh et al., 2007) dimana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan sangat pesat diberbagai bidang kehidupan. Globalisasi ini menurut Brodjonegoro (2008) membawa resiko bagi negara berkembang termasuk Indonesia, dimana Indonesia harus menghadapi masa peralihan yang sangat sulit terhadap sistem pasar yang semakin kompetitif dan transparan. Salah satu kunci strategi menghadapi masa peralihan ini adalah melalui peningkatan kualitas pendidikan.

(11)

Pada era globalisasi, sektor pendidikan harus diberdayakan setiap saat, berkelanjutan dan tersistem. Pendidikan seharusnya mampu menghasilkan generasi yang memiliki tingkat keunggulan kompetitif yang tinggi, yakni generasi kreatif dan inovatif namun tetap memiliki moralitas dan jati diri sehingga menjadi bangsa yang berharkat dan bermartabat dalam kancah percaturan global. Agar menghasilkan keluaran yang memiliki keunggulan kompetitif diperlukan inovasi dalam pengembangan sektor pendidikan. Tanpa ada inovasi yang signifikan, pendidikan kita hanya akan menghasilkan lulusan yang tidak mandiri atau memiliki ketergantungan pada pihak lain.

Pendidikan sebenarnya mampu melahirkan generasi yang kreatif dan inovatif, serta memiliki pemahaman kebangsaan secara komprehensif, integritas dan kredibilitas tinggi, berkepribadian, moderat serta peduli terhadap kehidupan bangsa dan Negara. Secara umum, kompetensi yang dimiliki generasi inovatif dan kreatif imn terkait dengan kemampuan membuat solusi terhadap suatu risiko; mengaplikasikan bidang keahliannya secara kreatif; membaca, menganalisis dan memberdayakan sumber daya secara efektif dan inovatif dan hal ini dapat terwujud melalui sistem pendidikan tinggi yang berkualitas.

(12)

semakin lebar pula. Sayangnya, banyak pendapat keliru tentang kreatifitas misalnya kreatifitas itu hanya dimiliki segenlintir orang berbakat dan lebih salah kaprah lagi kreatifitas itu bawaan sejak lahir,. John Kao pengarang buku Jamming: the art and discipline in business creativity membantah pendapat ini. Menurutnya, semua orang

memiliki kreatif yang mengagumkan, dan kreatifitas itu dapat diajarkan dan dipelajari (Kao, 2006).

Selain itu, kreatifitas hanya dimiliki oleh orang berkemampuan akademik dan kecerdasan yang tinggi juga merupakan pendapat yang keliru. Berbagai penelitian membuktikan, sekalipun kreatifitas bisa dirangsang dan ditingkatkan dengan latihan namun tidak berarti orang cerdas dan berkemampuan akademik tinggi secara otomatis bisa kreatif. Untuk menjadi kreatif ternyata tidak cukup berakal keterampilan dan kemampuan kreatif belaka. Kreatifitas jga membutuhkan kemauan atau motivasi. Mengapa? Karena memiliki keterampilan, bakat dan kemampuan kreatif tidak otomatis membuat seseorang melakukan aktivitas yang menghasilkan keluaran yang kreatif. Dorongan atau motivasi terutama dari pimpinan universitas untuk melakukan kegiatan kratif merupakan faktor penting.

(13)

penting dalam mempercepat dan meningkatkan keberhasilan pembangunan nasional atau anggaran yang terseda diprioritaskan untuk program-program yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan rakyat yang lebih mendasar seperti pangan, sandang dan energi. Karena alokasi anggran untuk membangun infrastruktur dan untuk melakukan pengembangan sainstek cukup besar, keterbatasan anggaran yang tersedia tidak jarang menyebabkan kebijakan menentukan program prioritas antara dua pilihan tersebut merupakan persoalna dilematis (Ali, 2003).

Selain persoalan yang terkait dengan anggaran dan ketersediaan infrastruktur yang diperlukan untuk penguasaan dan pengembangan sainstek, tidak jarang dihadapi Negara berkembang adalah persoalan yang terkait dengan ketersediaan SDM yang menguasai dan memiliki kemampuan dalam pengembangan sainstek. Ketersediaan SDM dengan kualitas dan kuantitas merupakan salah satu faktor penting. Apabila ini tidak dilakukan maka keberlanjutan pembangunan dalam jangka panjang dapat menghadapi masalah, terutama mana kala sumber daya alam yang tak terbarukan sudah terkuras habis.

(14)

dan sainstek. Terbatasnya sumberdaya sainstek tercermin dalam kualitas SDM dan kesenjangan pendidikan di bidang sainstek yang dihasilkan universitas. Guna menerapkan pembangunan ekonomi berbasis sainstek, pendidikan harus diarahkan pada perluasan akses dan peningkatan kualitas pendidikan.

Investasi yang terkait dengan sainstek mencakup peningkatan kemampuan kelembagaan dan tenaga di berbagai perguruan tinggi, dan pembangunan berbagai lembaga dan laboratorium penelitian dan pengembangan serta perpustakaan yang modern. Tentu saja selain investasi ini juga diperlukan alokasi anggaran biaya yang memadai untuk melakukan berbagai upaya penguasaan dan pengembangan sainstek itu sendiri. Ini semua merupakan kondisi minimal yang harus tersedia bagi terciptanya iklim kondusif penguasaan dan pengembangan sainstek tersebut. Menurut Ali (2003), dalam pelaksanaannnya diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah. Perguruan tinggi dan industri dengan memperhatikan berbagai kebutuhan teknologi, sumber daya dan berbagai kebutuhan kebutuhan yang bersifat praktis.

(15)

kompetensi, pendidikan membekali manusia dengan kahlian yang relevan dengan dunia usaha (baik bisnis dan industri). Pendidikan juga diorentasikan untuk menumbuhkan kreatifitas dan inovasi sehingga pendidikan juga diharapkan mampu mencetak pewirausaha yang baru yang mempercepat peningkatan kesejahteran dan pertumbuhan ekonomi Negara.

Kompetensi SDM yang dipersiapkan melalui pendidikan semestinya didasarkan pada peningkatan daya saing (kompetisi) bangsa di era globalisasi. Dalam kontek ini, pada taraf tertentu (khususnya pada jenjang pendidikan tinggi) pendidikan harus mampu mendorong berkembangnya riset, inovasi dan rekayasa teknologi.

Pendidikan sebagai sumber riset, inovasi dan rekayasa teknologi memerlukan reformasi (educational reform) sejak level pradigma, kebijakan, hingga pada level metode pembelajaran (Wallace dan Pcklington, 2002). Pendidikan dan proses pembelajaran harus mengembangkan tiga ranah tujuan yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Dalam konteks penguasan sainstek, ketiganya diorientasikan untuk membangun masyarak berbasis pengetahuan (knowledge-based society) sebagai fondasi membangun keunggulan bangsa. Pendidikan dan pembelajaran pada ranah kognitif harus mengembvangkan kemapuan berpikir, kemampuan memahami masalah (analitis) dan kemampuan memecahkannya melalui cara-cara yang tepat. Pada ranah psikomotorik, harus mendorong daya juang tinggi, energi, dan penuh vitalitas dalam berkarya ilmiah. Dalam ranah afektif, harus mampu mengembangkan nilai-nilai dan disiplin ilmiah sehingga mampu mengembangkan inovasi sainstek.

(16)

harus semakin kaya bukan saja dari buku, tetapi juga melalui proses eksplorasi pengetahuan, wawasan, dan pengalaman serta melalui proses interaktif dialogis antara mahasiswa dan pendidik sehingga memungkinkan terjadinya eksplorasi (penemuan baru) dan rekayasa ilmiah.

Secara universal, perguruan tinggi atau universitas sebagia lembaga pendidikan tinggi mempunyai tiga fungsi utama yaitu untuk 1) pengembangan SDM (human resource development); 2) pengembangan sains dan teknologi (science and technology development); 3) sebagai agen perubahan sosial (social change). Ketiga

fungsi ini dapat dikaitkan dengan tiga peran pendidikan tinggi di Indonesia yang dikenal dengan tridharma PT yaitu: 1) pendidikan dan pengajaran; 2) penelitian dan; 3) pengabdian kepada masyarakat.

Keterkaitan antara tiga fungsi perguruan tinggi yang dipahami secara universal dan tridharma perguruan tinggi itu adalah pada muatan substansialnya, yaitu 1) muatan terbesar dari dharma pendidikan dan pengajaran adalah pada pengembangan SDM, 2) muatan terbesar dari dharma penelitian adalah pengembangan sainstek dan 3) muatan terbesar dari dharma pengabdian kepada masyarakat adalah upaya melakukan perubahan sosial menuju perbaikan sesuai dengan arah pembangunan masyarakat yang diinginkan. Atas dasar ini maka perguruan tinggi seharusnya berperan aktif dalam upaya penguasaan serta pengembangan sainstek, baik dari sisi manusia, substansi sainstek itu sendiri maupun pemanfaatannya dalam melakukan perubahan sosial menuju kehidupan kebangsaan yang mandiri.

(17)

Persaingan produk perekonomian di pasar dunia tidak lagi bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, tenaga kerja murah, atau keunggulan komparatif lainnya, akan tetapi semakin ditentukan oleh inovasi teknologi dan atau kreatifitas memanfaatkan sainstek. Dalam pemahaman tersebut, perguruan tinggi dapat memainkan peranan yang sejalan dan relevan, yaitu 1) menghasilkan SDM yang berkualitas tinggi dan mampu beradaptasi terhadap perubahan sainstek, 2) secara berkesinambungan melahirkan pengetahuan dan teori-teori sains baru, 3) selalu meningkatkan akses dan adaptasi terhadap ilmu pengethahuan dunia (HELTS, 2003-2010).

Dalam rangka penguasaan tersebut universitas atau perguruan tinggi menghadapi tantangan eksternal dan internal. Secara eksternal terjadi kompetisi global dalam muatan dan metode pendidikan. Globalisasi dengan kemajuan teknologi informasi, misanya telah menumbuhkan metode pendidikan yang baru lintas Negara melalui belajar jarak jauh (distance learning). Dalam pelaksaaan jarak jauh ini, peranna teknologi informasi dan komunikasi sangat penting. Dengan memanfaatkan teknologi ini dapat dikembangkan dan digunakan modus pembelajaran (learning). Dari segi muatan pendidikan, perguruan tinggi juga dihadapkan pada tantangan akselerasi substansi pendidikan dan penelitian yang selain harus relevan dengan dunia usaha, dunia bisnis dan industri maju, juga harus senantiasa mengikuti perkembangan sainstek di tingkat global. Muatan pendidikan yang kurang relevan dapat menyebabkan hasil belajar yang diperoleh kurang bermanfaat untuk kepentingan yang bersifat aplikatif. Untuk ini, substanbsi yang menjadi muatan harus secara terus menerus disesuaikan dengan kebutuhan itu.

(18)

Indonesia, sangat epnting bagi suatu perguruan tinggi untuk menetapkan kemampuan utamanya untuk menciptakan keunggulan dalam pendidikan atau riset serta memilih unggulan (niche) dan fokus pengembangan. Perguruan tinggi dituntut untuk mengembangkan sainstek yang relevan dan meningkatkan kerjasama dengan industri dalam pengembangan pendidikan dan riset sehingga produk sainstek perguruan tinggi menunjang industri dan pada gilirannya memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi Negara (Ali, 2003).

Untuk menjawa tantangan tersebut, perguruan tinggi dituntut untuk mengembangkan kapasitas institusi dengan melaksanakan penjaminan kualitas (quality assurance) secara konsisten (Ali, 2007). Pendidik dan tenaga pendidikan lain serta seluruh staf di PT harus semakin professional. Dalam penjaminan mutu ini kinerja akademik maupun administratif dalam memberi layanan harus bersifat prima dan berorientasi pada efisiensi dan produktivitas, kecepatan dan ketepatan. Untuk itu, diperlukan dukungan profesionalisme dan kompetensi yang memadai dari SDM yang terlibat dalam proses pemberian layanan pendidikan baik akademik maupun administratif.

(19)

universitas yang akurat dan terpercaya, diantaranya The Times Higher Education Supplement (THES), Shanghai Jiao Tong World University Rangking (ARWU), dan

Webometrics Ranking of World Universities.

Dalam melaksanakan penilaian, the Times Higher Education Supplement (THES) menggunakan empat kriteria utama dalam menentukan skor rangking universitas di dunia, yaitu:1) kualitas penelitian (Research Quality) memiliki bobot yang paling tinggi (605) dengan dua indikator yang dinilai, yaitu hasil peer Review (40%) dan Citations per Faculty (20%); 2) kesiapan kerja lulusan (Graduate Employability) memiliki bobot 10% dengan indikator penilaian Recruiter Review; 3)

pandangan internasional (International Outlook) memiliki bobot 10% dengan dua indikator yaitu, jumlah fakultas yang menyediakan internasional program (5%) dan jumlah mahasiswa internasionalnya (5%); 4) kualitas pengajaran (Teaching Quality) dinilai dari indikator rasio jumlah mahasiwa dan fakultasnya (Student-Faculty ratio) dengan bobot penilaian mencapai 20% (www.THES.co.uk).

Sistem pemeringkatan perguruan tinggi ARWU (www.ARWU.org) dilakukan oleh Institue of Higher Education, Shanghai Jiao Tong University (IHE-SJTU), Shanghai, China. Sistem ini termasuk salah satu sistem pemeringkatan universitas yang cukup valid, dengan teknik dan metodologi yang diakui oleh dunia akademik internasional. Kerja dari tim AWU ini melahirkan study group bernama International Rangkings Expert Group serta konfrensi bertaraf internasional bernama

Internasional Conference on World-Class Universities. ARWU mulai

(20)

pemenang nobel (20%); hasil riset staf dikutip dalam 21 bidang (20%); artikel dalam nature dan science (20%); artikel dalam jurnal internasional (20%); kinerja

akademik relatif terhadap ukuran institusi (10%).

Sementara Webometrics (www.webometrics.com) melihat pemanfaatan ICT sebagai proxy dengan indicator; 1) ukuran website (20%); 2) link atau jumlah sambungan yang diterima dari luar (50%0; 3) jumlah Rich Files (15%); 4) Scholars, yakni kandungan publikasi ilmiah, laporan, jumlah sitasi, dsb (15%). Meskipun banyak sistem dalam pemeringkatan perguruan tinggi yang berkelas dunia, namun ukuran yang sering dipakai untuk menentukan peringkat pergurua tinggi di dunia adalah survei yang dikenal dengan The Times Higher Education Supplement (THES). Setidaknya 13.000 perguruan tinggi masuk dalam survei ini.

Hasil survey THES tahun 2008, menempatkan tiga universitas di Indonesia pada peringkat 500 besar top universitas di dunia (dengan peningkatan dari tahun sebelumnya) dan beberapa universitas di peringkat di atas 500. Selengkapnya sebagai berikut.

1) Universitas Indonesia peringkat 287 ( sebelumnya 395) 2) Universitas ITB peringkat ke 315 ( sebelumnya 369) 3) Universitas UGM peringkat ke 316 ( sebelumnya 360) 4) Universitas Airlangga peringkat 502

5) IPB peringkat 510

6) Universitas Brawijaya peringkat ke 511 7) Universitas Diponogoro peringkat 529.

(21)

100 dan atau 200 besar. Bahkan Thailand mampu menembus peringkat 200 besar. Sementara peringkat 10 besar masih ditempati universitas-universits Amerika dan Eropa (khususnya Inggris).

Dalam upaya mengejar WCU sebagaimana parameter yang diberlakukan, perguruan tinggi di Indonesia harus menyiapkan SDM dan kualitas pendidikan menjadi outward looking, senantiasa melakukan mutu dan daya saing lulusan menjadi fokus proses pendidikan. Selain itu, hendaknya upaya ini tidak terhenti pada sekeder menjadi universitas yang diakui secara internasional, tetapi harus lebih dikembangkan jejaring (networking) penempatan pada lulusan didunia kerja baik di tingkat lokal, nasional, regional, maupun internasional mutu akademik khususnya hasil riset secara bertahap juga harus siap dipasarkan dalam kancah internasional.

Universitas berbasis riset (Research-base University) yang disebut juga dengan universitas riset (research university) adalah suatu institusi pendidikan tinggi yang lebih mengutamakan kegiatan akademiknya pada riset dan pendidikan pascasarjana (Steffensen et al., 2000). Di amerika serikat, universitas riset yang pertama adalah John Hopkins University yang didirikan pada tahun 1876 yang mengambil model penyelenggaraannya dari Universitas Gottingen di Jerman. Setelah riset seperti MIT (Massachussetts Institute of Tehnology), dan lain-lain. Dewasa ini telah muncul sejumlah unversitas seperti ini di berbagai Negara Eropa, Amerika, maupun Asia.

(22)

dan SDM memungkinkan sebuah universitas riset untuk melakukan berbagai kegiatan riset dan pengembangan, yang biasanya berbentuk kerjasama atau kolaborasi yang memungkinkan kedua belah pihak saling memperoleh keuntungan dan manfaat. Menurut Ali (2003), kerja sama ini bersifat saling menguntungkan, karena disatu sisi perguruan tinggi dapat memperoleh dana, sedangkan pada sisi lain lembaga pemerintah ataupun industri dapat memperoleh prototipe teknologi tanpa harus membangun infrastruktur, menyediakan fasilitas, maupun SDM yang bisanya jauh lebih mahal.

Dalam pembangunan nasional kebutuhan akan penelitian dan pengembangan sainstek yang serius harus menjadi agenda utama dalam pembangunan dan pengembangan perguruan tinggi. Dalam hal setiap perguruan tinggi dituntut untuk dapat memfokuskan diri pada keunggulan masing-masing sehingga riset dan pengembangan dapat dilakukan secara terfokus dan terencana. Menurut zuhal (2008), pengembangan perguruan tinggi menjadi universitas riset memiliki tujuan:

1) Melaksanakan eksplorasi dan rintisan penemuan penting di bidang sainstek yang relevan dengan kebutuhan bangsa

2) Memahami bahwa dalam mengembangkan ekonomi berbsis pengetahuan saat ini telah terjadi perpendekan rentang waktu antara penemuan teoritis dengan aplikasi teknik produksinya, artinya, perguruan tinggi harus mampu memilih jenis riset aplikatif yang diperlukan oleh industri.

(23)

and the ends at the beginning). Hal ini perlu dilakukan karena terbatasnya

sumber daya (manusia, modal, dan prasarana).

(24)

Dengan dua tujuan universitas riset tersebut seharusnya diperoleh pemahaman bahwa perguruan tinggi, masyarakat, dan industri harus dapat hidup berdampingan dan saling mendukung satu sama lain, dan antar ketiganya harus ada hubungan kemitraan. Perguruan tinggi saat ini harus lebih memainkan peran, bukan hanya sebagai sumber pemenuhan SDM, tetapi harus dapat mengembangankan hubungan kemitraan dengan lingkungannya melalui program dan kegiatan yang komprehensif, terencana, dan terukur dalam memajukan dan menyejahterakan masyarakat, minimal di tempat domisilinya.

Indonesia perlu mencontoh desain universitas terkemuka dalam sainstek seperti ITB, ITS, dan sebagainya, harus didorong agar dapat mengembangkan satu wilayah industry yang terkait dengan hasil hasil risetnya. Demikian juga kehadiran Universitas Indonesia di Depok, harus dapat memacu atau menstimulasikan perkembangan, kemajuan, dan kesejahteraan masyarakat minimal di Depok. Konsep dan embrio kea rah sana sebnernya sudah muncul beberapa tahun lalu dengan konsep Bnadung High Tech Valley, Bogor cybertech Valley, Multimedia Farm, namun konsep ini masih terus harus dikembangkan dan direncanakan matang meliputi berbagai aspek komprehensif. Tentu saja hal ini membutuhkan dukungan (political will) pemerintah dan peran serta swasta untuk menstimulasi lahirnya

entrepreneurship dan menanamkan investasi. Dengan konsep ini diharapkan keberadaan universitas riset dapat berdaya guna bagi pembagunan dan pertumbuhan ekonomi bangsa.

(25)

property, human dan infrastructure assets) (Brooking, 1996). Seperti diketahui, saat

ini universitas mengalami berbagai perubahan dibandingkan jaman sebelumnya, dimana saat ini universitas tidak lagi bergantung sepenuhnya pada dana dari pemerintah (Naeve dan Van Vught, 1991, 1994; Jongbloed et al., 1999; kogan et al, 2000) sehingga persaingan untuk mendapatkan dana melaksanakan tri dharma perguruan tinggi semakin meningkat (Slipersleter et al., 2005).

Pengaruh globalisasi dan meningkatnya mobilitas mahasiswa internasional (OECD, 2002; Tremblay, 2002; Moguerou, 2005) juga menekan universitas untuk lebih menunjukan kualitasnya dibanding universitas lain. Saat ini mahasiswa dan calon mahasiswa baru berlomba untuk masuk perguruan tinggi atau universitas yang terakreditasi baik oleh lembaga akreditasi DIKTI maupun lembaga akreditasi luar negeri, untuk mendapat akreditasi yang baik ada persyaratan mutu yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, universitas harus menganalisis kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang ada kemudian menetapkan rencana pemanfaatan dan pemerolehan sumber dayanya dengan efesien dan efektif (Newman et al., 2004), untuk meningkatkan kualitas output dari pengajaran dan penelitian serta pengabdian masyarakat (Biggs, 2003). Dengan begitu, universitas akan siap untuk menghadapi inspeksi dari berbagai stakeholder mengenai pertanggungjawaban atas aktivitas tri dharma perguruan tinggi termasuk dari badan pemerintah, mitra peneliti eksternal, staf akademis atau administratif, perkumpulan dan sponsor profesional lainnya.

(26)

yang efesien dan efektif sehingga pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi yang berkualitas dan keunggulan kompetitif tercapai sesuai dengan teori resource-based view (Wenerfelt, 1984).

Teori resource-based view (RBV) sering menjadi alat bagi sebuah organisasi dalam mengidentifikasi kesuksesan dibanding pesaingnya dengan berfokus pada konsep atribut organisasi yang difficult-to-imitate sebagai kinerja yang unggul dan keunggulan kompetitif (Barnery, 1986; Hamel dan Prahalad, 1996). Astuti, (2005) mengemukakan bahwa sumber daya organisasi adalah heterogen, tidak homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya organisasi yang memberikan karakter unik di dalam organisasi sehingga menyebabkan organisasi tersebut menjadi berharga dimata konsumennya (Grant, 1991; Kraaijenbrink et al., 2010).

RBV menurut Madhani (2009) mengatakan secara umum didefinisikan untuk memasukan asset, proses, organisasi, atribut organisasi, informasi, atau pengetahuan yang dikendalikan oleh suatu organisasi untuk memahami dan menerapkan strategi mereka (Learned, Christensen, Andrews, Guth, 1969; Daft, 1983; Barney, 1991; Mata et al., 1995) dan sumber daya yang menghasilkan daya saing pada jaman berbasis pengetahuan saat ini adalah modal intelektual (Wenerfelt, 1994) yang akan menjadi konsep di dalam penelitian skripsi ini selanjutnya.

(27)

dengan kinerja organisasi. Beda halnya dengan penelitian Chen et al (2005), Tan et al., (2007), Iswati dan Anshori (2007), Ulum (2008) dan Zeghal et al (2010); penelitian mereka menunjukan adanya pengaruh besar antara modal intelektual dengan kinerja organisasi. Asni (2007) menyatakan bahwa modal intelektual memegang peranan penting, sama halnya seperti modal fisik (physical capital) dan modal keuangan (financial capital).

Modal intelektual mencakup pengetahuan , informasi , modal intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan dalam penciptaan nilai (Stivart, 1999) modal intelektual mengacu pada semua aset pengetahuan yang tersedia dalam suatu organisasi melalui yang dapat menjamin kegiatan permanen serta memperoleh keunggulan kompetitif (Anderson, 2004). Setiap individu melakukan tugas atau mengambil keputusan sesuai dengan perannya di dalam organisasi yang relevan dengan keahlian, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki (Alwi, 2001).

Untuk menjaga bakat dari setiap individu, universitas perlu memotivasi setiap individu dalam melibatkan keahlian dan kepintaran mereka demi pencapaian tujuan organisasi, individu bisa terus mengembangkan dirinya melalui belajar, baik atas dasar tugas formal ataupun karena termotivasi untuk melakukan peningkatan kemampuan intelektualnya (Yusup, 2012) Seringkali sumber daya pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan, proses atau teknologi yang mana organisasi dapat menggunakannya dalam proses penciptaan nilai bagi organisasi (Bukh et al., 2005).

(28)

struktural meliputi modal organisasi seperti: modal intelektual, modal budaya, inovasi, proses, dan juga mencakup inovasi dan ekspansi modal seperti: mengambil hak paten pada produk dan pelatihan usaha. Sedangkan modal relasi berarti penggunaan yang tepat dari informasi pasar dalam rangka untuk menarik dan mempertahankan pelanggan. Bahkan, jenis investasi ini meliputi lingkungan internal dan eksternal organisasi, dan juga hubungan organisasi dengan pelanggan, pesaing, pemasok, asosiasi perdagangan dan pemerintah (Benetis, 2004). Tanpa modal intelektual, tidak ada inovasi dalam produk, jasa dan proses komersial (Balkauie, 2003). Dengan kata lain, modal intelektual mencakup pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan staf organisasi yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah organisasi dan mencapai tujuan organisasi.

(29)

diimplementasi oleh manajemen universitas untuk mengendalikan pekerjaan melalui pengamatan dan pemantauan perilaku dan output (Merchant, 1989). Segala yang terjadi dalam proses mencapai tujuan diperlukan pengelolaan dan manajemen untuk mengatur segala proses didalam universitas dan manajemen memerlukan sistem yang digunakan oleh manajemen untuk menjaminnya proses yang dikelola secara efektif dan efesien dalam menjalankan strateginya, sistem tersebut dikenal dengan istilah sistem pengendalian manajemen.

Sistem pengendalian manajemen adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa anak sistem yang berkaitan, yaitu pemograman, penganggaran, akuntansi, pelaporan dan pertanggungjawaban untuk membantu manajemen mempengaruhi orang lain dalam sebuah organisasi agar dapat mencapai tujuan organisasi melalui strategi tertentu secara efektif dan efesien (Suadi, 1996). Manajemen universitas juga membutuhkan informasi akuntansi manajemen guna untuk menyusun perencanaan pengambilan keputusan yang meliputi kegiatan perumusan masalah, penentuan berbagai alternatif untuk memecahkan masalah, penganalisa konsekuensi tiap alternatif tindakan yang mungkin akan dijalankan, dan pembanding tindakan alternatif sehingga dapat dilakukan pemilihan alternatif terbaik yang akan dilaksanakan dimasa mendatang (Anthony, 1983).

(30)

pengendalian manajemen dan pengembangan pengetahuan intelektual dengan tujuan yang diinginkan universitas.

Di dalam segi sistem pengendalian manajemen untuk menentukan segi kualitas di universitas di lihat dari jabatan ekonomiknya, berapa banyak guru besar yang dimiliki, berapa banyak doktor yang dimiliki, seberapa sering universitas melakukan publikasi knowledge mereka sebagai pembicara seminar, konferensi dan memiliki HAKI. Demikian halnya dengan Universitas Kristen Maranatha sebagai salah satu perguruan tinggi di Jawa Barat, dalam sistem pengendalian manajemen terhadap modal intelektual didalam struktur pengendalian manajemen dan penulis juga ingin melihat lebih jauh perkembangan sistem pengendalian manajemen terhadap modal intelektual yang dimiliki oleh Universitas Kristen Maranatha.

Atas latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna menyusun skripsi dalam rangka menyelesaikan tugas akhir Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maranatha dengan judul : “Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Modal Intelektual (Studi Kasus Pada

Universitas Kristen Maranatha).”

1.2 Identifikasi Masalah

Berkaitan dengan latar belakang penelitian diatas dapat diidentifikasi pokok masalah sebagai berikut :

1) Bagaimana Sistem Pengendalian Manajemen di Universitas Kristen Maranatha? 2) Bagaimana Modal Intelektual di Universitas Kristen Maranatha?

(31)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis bermaksud untuk memberikan maksud dan tujuan penelitian sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui Sistem Pengendalian Manajemen di Universitas Kristen Maranatha.

2) Untuk mengetahui Modal Intelektual di Universitas Kristen Maranatha.

3) Untuk mengetahui Bagaimana pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap komponen modal Intelektual di Universitas Kristen Maranatha.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian diatas, diharapkan akan mendapatkan manfaat sebagai berikut:

1) Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan sistem pengendalian manajemen universitas terhadap modal intelektual beserta komponen modal intelektual universitas dalam ilmu akuntansi yang berpengaruh terhadap kualitas universitas ataupun organisasi bersifat profit, dimana modal intelektual merupakan modal terpenting didalam menjalankan suatu sistem organisasi.

2) Bagi Universitas

(32)

3) Bagi Pihak Lain

(33)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa “Sistem Pengendalian Manajemen berpengaruh terhadap Modal Intelektual (Studi Kasus Pada Universitas Kristen Maranatha).”. Hal ini sesuai dengan hasil analisis data sebagai berikut :

1) Struktur Sistem Pengendalian Manajemen dan Proses Sistem Pengendalian Manajemen

Struktur universitas berjalan sesuai visi dan misi universitas hal ini bisa dilihat dari tanggapan responden, dimana dari 8 pernyataan yang diberikan kepada semua responden semua menilai sangat baik, berdasarkan perhitungan skor aktual dan skor ideal responden, tanggapan responden untuk analisis struktur sistem pengendalian internal adalah sebesar 92,27% dan 98,46% untuk proses sistem pengendalian manajemen. Angka tersebut sudah menjelaskan mengenai jabatan yang sudah sesuai dengan pendidikan, hubungan atasan dan bawahan sudah berjalan baik, sistem manajemen di Universitas Kristen maranatha sudah sesuai dengan visi dan misi. 2) Modal Intelektual

(34)

mendukung pengambilan keputusan. Hubungan sosial dengan mahasiswa/pegawai lainnya berjalan dengan baik, juga dengan adanya peningkatan dalam pertambahan pelanggan/customer (mahasiswa, orangtua mahasiswa, pihak luar yang bekerja sama dengan

universitas) yang baru dari tahun sebelumnya. Ini menunjukan bahwa modal intelektual yang

diterapkan oleh Universitas sudah berjalan sangat baik.

3) Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Modal Intelektual

Pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan Korelasi Pearson Product Moment membuktikan bahwa hipotesis Ho yang dikemukakan oleh penulis

ditolak dan H1 diterima, dengan menghasilkan korelasi uji validitas. Dari korelasi tersebut terlihat bentuk hubungan yang kuat, signifikan dan searah antara besarnya auditor Sistem Pengendalian Manajemen dengan Modal Intelektual, yang dapat diartikan bahwa setiap perubahan sistem pengendalian manajemen sebesar satu persen (%) akan diikuti dengan perubahan risiko bisnis sebesar (0,940), maka sangat jelas menunjukan bahwa besarnya pengaruh variabel X (Sistem Pengendalian Manajemen) terhadap variabel Y (Modal Intelektual) adalah 88,36%, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.

5.2 Saran

(35)

1) Semua jajaran Universitas dari mulai dosen, pegawai, alumni dan mahasiswa bisa menjaga sistem pengendalian manajemen yang sudah berjalan sangat baik di Universitas Kristen Maranatha.

2) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat lebih mengembangkan penelitian yang telah dilakukan ini, yaitu dengan meneliti variabel lain selain dari sistem pengendalian manajemen yang diduga memiliki pengaruh terhadap modal intelektual. Selain itu peneliti menyarankan untuk peneliti selanjutnya agar dapat memperbanyak sampel agar hasil yang didapatkan lebih baik lagi.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Abeysekera, I. (2006). The Project of intellectual caital disclosure:researching the research. Journal of Intellectual Capital. Vol. 7 No. 1.pp 66-71.

Alavi. (2001). Review: Knowledge Management and Knowledge Management Systems:Conceptual Foundations and Research Issues. MIS Quarterly, 25,1 107-36.

Ali, Muhammad. (2003). Penelitian Pendidikan. Pustaka Aman, Jakarta.

Arikunto. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.

Alwi, Syafaruddin. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia, Strategi, Keunggulan. BPFE, Yogyakarta.

Anderson, S.E. (2004). School District-Wide Reform Policies in Education, in Bascia N. International Handbook of Educational Policy. Vol. 13. Published by Springer.

Anthony, R.N., Govindarajan, V. (1995). Management Control System, 10th edn. McGraw-Hill, New York.

Anthony, R.N., Govindarajan, V. (2005). Management Control System. Salemba Empat, Jakarta.

Amtu. (2011). Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah:Konsep, Strategi, dan Implementasi. Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, Yuliyana. (2008). Manajemen Pendidikan. Aditya Media & FIP UNY, Yogyakarta.

Astuti, P.D dan Sabeni. (2005). Hubungan Intellectual Capital dan Buiness Performance. Proceeding SNA VII. Solo. pp. 697-707.Atmosudirjo, (2005). Sistem Informasi Manajemen.

Atmosudirdjo. (2005). Sistem Informasi Manajemen.

(37)

Barney. (1991). Firm Resources and Sustained Competitive Advantage. Journal of Management, 17, 1, 99-120.

Bigg, J. (2003). Teaching for Quality Learning at University: What The Student Does, 2nd edn. Berkshire: Open University Press.

Benowitz, E.A. (2001). Cliffs Quick Review Principles of Management. Published by Hungry Minds, Inc. New York.

Bukh, P.N., Nielsen, C., Gormsen, P., Mouritsen, J. (2005). Disclosure of Intellectual Capital Indicators in Danish IPO Prospectuses. Accounting, Auditing & Accountability Journal.

Burrows, J. (1999). Going Beyond Labels: a Framework For Profiling Institutional Stakeholders. Contemporary Education.

Boekestein, B. (2006). The relation between intellectual capital and intngible assets of pharmaceutical companies. Journal of Intellectual Capital. Vol. 7 No. 2. pp. 241-253.

Bonaccorsi, A., Daraio, C. (2007). Universities and Strategic Knowledge creation: Specialization and Performance in Europe. Cheltenham/Northampton, MA: Edward Elgar Publishing.

Bontis, N. (1998). Intellectual capital questionnaire. Available online at: www.bontis.com. (accessed November 2006).

Bontis, N. (2002). Intellectual Capital Disclosure in Canadian Corporations. Journal of Human Costing and Accounting.

Bouwens, H.P., Munandar, H. Viaene, J.M. (1997). The Limiting Distribution Production in Integrated Economics, Tinbergen Institute. Discussion Paper 05-045/2.

Bowman. . The Forgotten Minority: Examining Religius Affiliation and University Satisfaction. Higher Education.

Brinker, B.J. (1997). Integrated Cost Management:a Company Wide Prescription for Higher Profits and Lowr Costs. Journal of Cost Management, March/April, 4-5.

Brinker, B.J. (1998). Intellectual capital: tomorrow’s asset, today’s challenge. Available online at: http//www.cpavision.org/vision/wpaper05b.com. (accessed November 2000).

(38)

Brooking. (1996). Intellectual Capital. Core Asset for The Third Millennium Enterprise. Thompson Bussines Press, London, United Kingdom.

Burton-Jones. (1999). Knowledge Capitalism. New York: Oxford University Press. Viii, 248.

Campbell, D.J. (2000). Legitimacy theory or manajerial reality construction? Corporate sosial disclosure in Marks & Spencer plc corporate reports, 1969-1997. Accounting Forum. Vol.24. No.1. pp. 80-100.

Cole. (1998). Sistem Penyusunan Prosedur dan Metode Sistem.

Daft, Richard. (2002). Manajemen. Edisi Kelima Jilid Satu. Erlangga, Jakarta.

Edvinsson, L. (1997). Developing intellectual capital at skandia. Long range planning. Vol. 30. No. 3. pp. S266-373.

Edvinsson, L., & Malone, M.S. (1998). Intellectual capital. The proven way to establish your company’s real value by measuring its hidden brainpower. London, United Kingdom: Judy Piatkus (Publishers) Limited.

Edvinsson, L., & Sullivan. (1996). Developing a Model for Managing Intellectual Capital. European Management Journal, 14, 4, 365-64.

Fahy, J. (2000). Strategic Marketing and the Resources Based View of the Firm, University of Limerick, Ireland.

Fatah, N. (2006). Landasan Manajemen Pendidikan. Remaja Rosdakarya, Bandung. Gunarsa. (1991). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Gunung Mulia,

Jakarta.

Grant. (1991). The Resources-Based Theory of Competitive Advantage: Implication for Strategic Formulation. California Management Review, Spring. 114-135. Guthrie, J., Petty, R. (2000). Intellectual capital: Australian annual reporting

practices. Journal of Intellectual Capital. Vol. 1. No. 3. pp. 241-251.

Hartono, B. (2001). Intellectual Capital: Sebuah Tantangan Akuntasi Masa Depan. Media Akuntansi. Edisi 21/Otober, h. 65-72.

Hasibuan, M. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. (edisi revisi). Bumi Aksara, Cet. Keduabelas, Jakarta.

(39)

Herlina. (2007). Akses Internet dengan Komputer dan HP. Yrama Widya.

Hiriyappa, B. (2009). Organizational Behavior. New Age International (P) Ltd., Publishers.

Hsiu-Yueh (Sonya) Hsu, (2006). Knowledge Management and Intellectual Capital. A Dissertation Submitted in Partial Fulfillment of the Requirements for the Doctoral of Philosophy Departement of Management in the Graduate School Southern Illinois University Carbondale.

Iqbal, Hasan. (2004). Pokok-Pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Itami, H. (1987). Mobilizing Invisible Assets. London, United Kingdom: Harvard University Press.

Jogianto. (2005). Sistem Teknologi Informasi. ANDI, Jakarta.

Johanson, U. (1999). Measuring and managing intangibles: 11 Swedish exploratory case studies. Paper presented at the International Symposium Measuring and Reporting Intellectual Capital: Experience, Issues and Prospects. June, Amsterdam.

Jongbloed, B., Enders, J. and Salerno, C. (2008). Higher Education and its Communities: Interconnections, Interdependencies and Research Agenda. Higher Education.

Knight, D. (1999). Performance Measures for Increasing Intellectual Capital. Strategy & Leadership 27 (12), 22-27.

Kao. (1996). Jamming: The Art and Discipline of Business Creativity. HarperCollins. ISBN0-88730-864-3Koontz., O’Donnell. (1972). Principles of Management: an Analysis of Managerial Functions, edn. McGraw-Hill.

Law, Shiling., MC. Gahran. (1993).Accounting a Management Approach.

Luthy, D.H. (1998). Intellectual capital and it’s measurement. Utah State University, Logan, UT. Available online at: http://www.bus.osaka-ca.ac.jp/aapira98/archive/htmls/25.htm. (accessed December 2006).

Mandhani, P. (2009). Resource Based View of Competitive Advantage.

(40)

Miller, M. et al (1999). Measuring and reporting intellectual capital from a diverse Canadian industry perspective. Paper presented at the International symposium Measuring and Reporting Inttelctual Capital: Experience, Issues and prospects. June, Amsterdam.

Mubyarto. (1973). Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi & Sosial.

Mulyadi. (2001). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, eds. Kedua. Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi. (2007). Sistem Akuntansi. Salemba Empat, Jakarta. Mulyadi. (2008). Sistem Akuntansi. Salemba Empat, Jakarta.

Narimawati. (2008). Metedologi Penelitian Kualintatif dan Kuantitatif, teori dan Aplikasi. Agung Media, Bandung.

Nasution. (1998). Metodologi Penelitian Naturalistik. PN. TARSITO, Bandung. Nazir. (2005). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.

OECD. (2002). Frascati Manual. Proposed Standard Practice for Surveys on Research and Experimental Development. Paris. Internet device: http://www.oecd.org/publications/e-book/9202081E.PDF.

Peraturan Pemerintahan Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Purwanto. (1997). Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosda Karya, Bandung.

Rivai, Murni. (2009). Education Management: Analisis teori dan Praktik. Rajawali Pers.

Robbins, S. (2000). Management. Prentice Hall, New Jersey

Rohiat. (2008). Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik. PT. Refika Aditma, Bandung.

Roos, J., G. Roos, N.C. Dragonetti and L. Edvinsson. (1997). Intellectual Capital; navigating in the new business landscape. Macmilan Business, Houndsmills. Roslender, R., Fincham, R. (2004). Intellectual Capital: Who Counts, Controls?.

(41)

Sawarjuwono, T. (2003). “Intellectual capital: Perlakuan, Pengukuran, dan Pelaporan (sebuah library research)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 5 No. 1. pp. 35-57.

Schultz, T.W. (1961). Investments in Human Capital. American Economic Review. Shiling Law., Gahran, M.C. (1993). Accounting a management approach.

Siagian. (2007). Manajemen Keuangan, Jilid 1. Gramediana, Bandung.

South, S. (1981). Competitive Advantage:the Cornerstone of Strategic Thinking. Journal of Bussiness Strategy, Spring, 1, 15-25Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D, Edisi 4. Alfabeta, Bandung.

Sukmadinata., Nana, S. (2007). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Steiner, G.A. (2006). Bussiness, Goverment and Society: a Managerial perspective edn. 10. Mc-Graw Hill, New York.

Stewart, T.A. (1997). Intellectual Capital. Nicholas Brealey Publishing, London. Stewart, T.A. (1997). Intellectual Capital:The New Wealth of Organizations.

London, United Kingdom: Nicholas Brealey Publishing.

Stoner, et all. (1996). Manajemen. Jilid-I Edisi Bahasa Indonesia. Prenhallindo, Jakarta.

Suadi. (1996). Sistem Pengendalian manajemen, BPFE, Yogyakarta.

Sveiby, K.E. (1988). Managing Knowhow. Bloomsbury Publishing Limited, 2 Soho Square, London.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, Edisi 4. Alfabeta, Bandung.

Sukmadinata,. Nana, S. (2007). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sullivan Jr., P.H. and P.H. Sullivan Sr. (2000). “Valuing intangible companies, an intellectual capital approach”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 1 No. 4. pp. 328-340.

(42)

Suwardjono. (1986). Seri Teori Akuntansi: No. 1 Pokok-pokok Pikiran Paton & Littleton Tentang Prinsip Akuntansi Untuk Perseroan. BPFE, Yogyakarta. Tan et al. (2007). Intellectual Capital and Financial Returns of Companies. Journal

of Intellectual Capital Vol. 8 No. 1, 2007 pp. 76-95.

Ulum, I. (2009). Analisis inter-relasi antar komponen intellectual capital dan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian dasar keilmuan DPP-UMM, Malang.

Umar, H. (2005). Metode Penelitian. Salemba Empat, Jakarta.

Usman, H. (2008). Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan, ed. Kedua. Bumi Aksara, Jakarta.

Von Alberti, L. (2003). The Value Chain in Higher Education, Unpublished Master Dissertation, Uiversity of Southhampton, UK Zuhal. (2008). Kekuatan daya saing Indonesia. Buku Kompas, Jakarta

Wallace, M., Pcklington. (2002). Managing Complex Educational Change; large-Scale Reorganisation of School. London, Uk: Routledge Falmer.

Watts, R.L., Zimmerman. (1986). Positive Accounting Theory. Prentice Hall. Englewood Cliffs. NJ.

Wenerfelt, B. (1984). Resource-Based View of the Firm. Strategic Management Journal, 5,171-180.

Weiss, W., Wysocki, R.K. (1992). 5-phase Project management:a Pratical Planning & Implementation Guide. Addison-Wesley.

Widiyanigrum, A. (2004). Modal Intelektual, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.

Yusup, P. (2012). Perspektif Manajemen Pengetahuan Informasi, Komunikasi, Pendidikan, dan Perpustakaan. Rajawali Pers, Jakarta .

Zuhal. (2008). Kekuatan Daya saing Indonesia. Buku Kompas, Jakarta. http://www.businessintelligence.co.uk/report/knowledge.

www.THES.co.uk.

www.ARWU.org

Referensi

Dokumen terkait

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha

Proses penelitian dan pengembangan memiliki prosedur dan langkah- langkah sebagai berikut: (a) produk yang dikembangkan diperoleh dari hasil penelitian yang relevan,

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa keseragaman paling besar terjadi pada Lateral 1 sebesar 66,27% dan yang terkecil pada Lateral 2 sebesar 12,64% dengan rata-rata sebesar

Bagi pengelola PKBM, disarankan agar dapat menerapkan model. pembelajaran dan pengembangannya sesuai dengan

Judul Skripsi : Respon Berbagai Tingkatan Mikoriza terhadap Produktivitas RumputSetaria sphacelata, Brachiaria humidicoladanPanicum maximum Nama : Taufik Ardiansyah.. NIM

Sahabat MQ/ meski banyak yang menginginkan Pilpres hanya berlangsung satu putaran/ diprediksikan hal tersebut akan sulit terjadi// Sebab persaingan antara SBY/ JK/ dan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dua aspek dari Dendang Siti Fatimah, nyanyian tradisi Melayu yang digunakan pada upacara mengayunkan anak, yaitu: (a) struktur melodi;

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP