• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kecemasan siswa SMA menghadapi ulangan umum akhir semester antara siswa yang bertempat tinggal bersama orang tua dan siswa yang bertempat tinggal di Kos.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat kecemasan siswa SMA menghadapi ulangan umum akhir semester antara siswa yang bertempat tinggal bersama orang tua dan siswa yang bertempat tinggal di Kos."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KECEMASAN SISWA SMA MENGHADAPI ULANGAN UMUM AKHIR SEMESTER ANTARA SISWA YANG BERTEMPAT TINGGAL BERSAMA ORANG TUA DAN SISWA YANG BERTEMPAT

TINGGAL DI KOS

Karina Prabawati

ABSTRAK

Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan siswa SMA menghadapi ujian akhir semester antara siswa kos dengan siswa yang tinggal dengan orang tua. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan, sedangkan variabel bebas adalah tempat tinggal. Hipotesis menyatakan ada perbedaan tingkat kecemasan antara siswa kos dengan yang tinggal bersama orang tua. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 222 orang. Subjek dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu siswa SMA yang kos dan siswa yang tinggal dengan orang tua. Metode pengumpulan data dengan penyebaran tes dan skala yang dikembangkan oleh peneliti.

Reliabilitas tes kecemasan sebesar α = 0,960 dengan jumlah 49 item. Teknik analisis data pada

penelitian ini adalah teknik Mann Whitney U Test karena sebaran data tidak normal. Hasil perhitungan menggunakan Mann Whitney U Test menunjukkan perbedaan tingkat kecemasan antara siswa kos dengan yang tinggal dengan orang tua dengan nilai signifikansi 0,000. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian ini diterima. Maka siswa kos dan siswa yang tinggal bersama orang tua memiliki tingkat kecemasan yang secara signifikan berbeda.

(2)

THE ANXIETY LEVEL OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS WHILE HAVING FINAL EXAMINATION BETWEEN STUDENTS LIVING IN BOARDING HOUSES AND STUDENTS LIVING WITH

THEIR PARENTS

Karina Prabawati

ABSTRACT

This research aimed to the anxiety level differences of senior high school students while having final examination between students living in boarding houses and students living with their parent. Dependent variable in this research was anxiety, while the independent variable was residence. The proposed hypothesis was that there was different level anxiety between students living in boarding houses and students living with their parents. Subject of this research were 222 students. Subject were chosen by purposive sampling method. They were senior high school students that living in boarding houses and students living with their parents. Data were gained by using psychological testing and scale which was developed by researcher. Reliability for anxiety test

was α = 0,960 with 49 items. Mann Whitney U Test correlation technique was chosen to analyze the data because of the abnormal data distribution. The result of Mann Whitney U Test showed different level of anxiety between students that living in boarding houses and students that living with their parents with significant score 0,000. The result meant that the research hypothesis was received. Therefore, students who living in boarding houses and students who living with their parents have different level of anxiety.

(3)

Tingkat Kecemasan Siswa SMA Menghadapi Ulangan Umum

Akhir Semester Antara Siswa Yang Bertempat Tinggal Bersama

Orang Tua Dan Siswa Yang Bertempat Tinggal Di Kos

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh : Karina Prabawati NIM : 119114126

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

GOD IS GOOD ALL THE TIME

GOD GIVES YOU WHAT YOU NEED AND SOMETIMES IT’S NOT WHAT YOU WANT

Kepuasan itu terletak pada usaha bukan

pada pencapaian hasil. Berusaha keras

adalah kemenangan terbesar .

- Mahatma Gandhi -

Satu-satunya cara melakukan sebuah

pekerjaan yang luar biasa adalah dengan

mencintai apa yang saat ini tengah anda

kerjakan.

- Steve Jobs -

Entah berkarir atau menjadi ibu rumah

tangga, seorang wanita wajib berpendidikan

tinggi karena ia akan menjadi ibu. Ibu yang

cerdas akan menghasilkan anak yang cerdas

pula.

(7)

v

Karya ini saya persembahkan untuk:

Allah SWT yang selalu memberkatiku

Bapak dan Ibu tercinta

Adik-adikku tercinta

Sahabat-sahabatku terkasih dan

tercinta

(8)
(9)

vii

TINGKAT KECEMASAN SISWA SMA MENGHADAPI ULANGAN UMUM AKHIR SEMESTER ANTARA SISWA YANG BERTEMPAT TINGGAL BERSAMA ORANG TUA DAN SISWA YANG BERTEMPAT

TINGGAL DI KOS

Karina Prabawati

ABSTRAK

Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan siswa SMA menghadapi ujian akhir semester antara siswa kos dengan siswa yang tinggal dengan orang tua. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan, sedangkan variabel bebas adalah tempat tinggal. Hipotesis menyatakan ada perbedaan tingkat kecemasan antara siswa kos dengan yang tinggal bersama orang tua. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 222 orang. Subjek dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu siswa SMA yang kos dan siswa yang tinggal dengan orang tua. Metode pengumpulan data dengan penyebaran tes dan skala yang dikembangkan oleh peneliti.

Reliabilitas tes kecemasan sebesar α = 0,960 dengan jumlah 49 item. Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik Mann Whitney U Test karena sebaran data tidak normal. Hasil perhitungan menggunakan Mann Whitney U Test menunjukkan perbedaan tingkat kecemasan antara siswa kos dengan yang tinggal dengan orang tua dengan nilai signifikansi 0,000. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian ini diterima. Maka siswa kos dan siswa yang tinggal bersama orang tua memiliki tingkat kecemasan yang secara signifikan berbeda.

(10)

viii

THE ANXIETY LEVEL OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS WHILE HAVING FINAL EXAMINATION BETWEEN STUDENTS LIVING IN BOARDING HOUSES AND STUDENTS LIVING WITH

THEIR PARENTS

Karina Prabawati

ABSTRACT

This research aimed to the anxiety level differences of senior high school students while having final examination between students living in boarding houses and students living with their parent. Dependent variable in this research was anxiety, while the independent variable was residence. The proposed hypothesis was that there was different level anxiety between students living in boarding houses and students living with their parents. Subject of this research were 222 students. Subject were chosen by purposive sampling method. They were senior high school students that living in boarding houses and students living with their parents. Data were gained by using psychological testing and scale which was developed by researcher. Reliability for anxiety test was α = 0,960 with 49 items. Mann Whitney U Test correlation technique was chosen to analyze the data because of the abnormal data distribution. The result of Mann Whitney U Test showed different level of anxiety between students that living in boarding houses and students that living with their parents with significant score 0,000. The result meant that the research hypothesis was received. Therefore, students who living in boarding houses and students who living with their parents have different level of anxiety.

(11)
(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan anugerah yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi

yang berjudul ”Tingkat kecemasan siswa sma menghadapi ulangan umum akhir semester antara siswa yang bertempat tinggal bersama orang tua dan siswa yang bertempat tinggal di kos” ini terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pemilihan topik ini berawal dari fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar penulis, dimana penulis melihat bahwa saat ini banyak anak SMA yang telah memilih untuk kos. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi banyak orang. Selain itu, penulis berharap dengan adanya skripsi ini memunculkan lebih banyak penelitian mengenai topik yang sama sehingga dapat lebih tergali tentang masalah yang ada.

Penulis menyelesaikan tulisan ini berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

(13)
(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ...viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 6

C. TUJUAN PENELITIAN ... 6

D. MANFAAT PENELITIAN ... 7

1. Teoritis ... 7

2. Praktis ... 7

(15)

xiii

A. KECEMASAN ... 8

1. Pengertian Kecemasan ... 8

2. Gejala-Gejala Kecemasan ... 10

3. Aspek-Aspek Kecemasan ... 11

B. TINGGAL BERSAMA ORANG TUA ... 14

1. Pengertian Tinggal Bersama Orang Tua ... 14

2. Dampak Positif dan Negatif Tinggal Bersama Orang Tua ... 15

C. KOS ... 16

1. Pengertian Kos ... 16

2. Dampak Positif dan Negatif Menghuni Kos... 17

D. REMAJA ... 19

1. Pengertian Remaja ... 19

2. Tugas-Tugas Perkembangan ... 20

3. Masa Sekolah Menengah Atas ... 22

4. Kecemasan Remaja Pada Akademik ... 22

E. TINGKAT KECEMASAN SISWA SMA DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER ANTARA SISWA KOS DENGAN YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA ... 25

F. HIPOTESIS ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 31

A. JENIS PENELITIAN ... 31

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN ... 31

(16)

xiv

1. Tingkat Kecemasan ... 32

2. Tempat Tinggal Siswa ... 33

D. SUBJEK PENELITIAN ... 33

E. METODE DAN INSTRUMEN PENELITIAN ... 34

F. KREDIBILITAS INSTRUMEN PENELITIAN ... 36

1. Uji Validitas ... 36

2. Analisis Item ... 37

3. Uji Reliabilitas ... 39

G. METODE ANALISIS DATA ... 40

1. Uji Asumsi ... 40

a) Uji Normalitas ... 40

b) Uji Homogenitas ... 41

2. Uji Hipotesis ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. PELAKSANAAN PENELITIAN ... 42

B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN ... 43

C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN ... 44

D. HASIL ... 45

1. Uji Normalitas ... 45

2. Uji Homogenitas ... 47

3. Uji Hipotesis ... 48

4. Hasil Tambahan ... 50

(17)

xv

BAB V ... 56

A. KESIMPULAN ... 56

B. KETERBATASAN PENELITIAN ... 56

C. SARAN ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Penelitian Skala Kecemasan ... 35

Tabel 2. Blue-print Skala Kecemasan Sebelum Try-out ... 36

Tabel 3. Blue-print Skala Kecemasan Sesudah Try-out ... 38

Tabel 4. Blue-print Skala Kecemasan Final ... 39

Tabel 5a. Data Statistik Reliabilitas Sebelum Seleksi Item ... 40

Tabel 5b. Data Statistik Reliabilitas Sesudah Seleksi Item ... 40

Tabel 6a. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Tempat Tinggal ... 43

Tabel 6b. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Kelas ... 43

Tabel 6c. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

Tabel 7. Deskripsi Data Variabel Kecemasan ... 44

Tabel 8. Test of Normality Skala Kecemasan ... 45

Tabel 9. Uji Homogenitas ... 47

Tabel 10. Uji Mann-Whitney Kecemasan Antara Siswa Kos dan Siswa Yang Tinggal Dengan Orang Tua ... 48

Tabel 11. Mean Uji Mann-Whitney Test Kecemasan Antara Siswa Kos dan Siswa Yang Tinggal Dengan Orang Tua ... 49

Tabel 12. Kategorisasi Skor Kecemasan ... 50

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Uji Coba ... 62

Lampiran 2 Hasil Reliabilitas dan Seleksi Item ... 76

Lampiran 3 Skala Final ... 82

Lampiran 4 Statistik Deskriptif ... 92

Lampiran 5 Uji Normalitas ... 93

Lampiran 6 Uji Homogenitas ... 94

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan meningkatkan kualitas serta mengembangkan potensi dari sumber daya masunia. Sekolah merupakan salah satu tempat untuk memperoleh pendidikan. Selain tempat untuk memperoleh pendidikan, sekolah juga menjadi sumber masalah bagi siswa yang memicu stress pada anak (Fimian dan Cross, dalam Desmita, 2009). Para siswa dihadapkan pada banyak tuntutan dan perubahan yang cepat, sehingga membuat mereka mengalami masa-masa yang penuh stress. Salah satu faktor yang membuat siswa menjadi stress adalah ujian.

(22)

SMP di Banjarnegara mengalami kecemasan dalam menghadapi ulangan harian (Permanasari, 2013).

Bagi siswa SMA, kecemasan menghadapi ujian akhir karena semua nilai raport dari semester satu hingga semester lima digunakan untuk menentukan kelulusan dan digunakan untuk masuk ke perguruan tinggi negeri. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 97 Tahun 2013 mengenai Ujian Akhir Nasional yang salah satu isinya tentang standar minimal nilai kelulusan dan syarat kelulusan siswa. Pada peraturan tersebut dijelaskan bahwa nilai raport memiliki bobot 40% dalam penentuan kelulusan. Nilai raport juga digunakan untuk masuk perguruan tinggi. Berdasarkan peraturan pendaftaran SNMPTN terbaru bahwa SNMPTN merupakan pola seleksi nasional berdasarkan hasil penelusuran prestasi akademik dengan menggunakan nilai rapor semester 1 (satu) sampai dengan semester 5 (lima) bagi SMA/MA dan SMK/MAK dengan masa belajar 3 (tiga) tahun atau semester 1 (satu) sampai dengan semester 7 (tujuh) bagi SMK/MAK dengan masa belajar 4 (empat) tahun, dan portofolio akademik. Sehingga, banyak siswa yang ingin memperoleh nilai yang tinggi agar mampu masuk ke perguruan tinggi yang diinginkan tanpa melalui jalur tes. Berdasarkan laporan beberapa siswa, mereka merasa khawatir dan cemas menghadapi ujian semester karena hal-hal di atas.

(23)

pada beberapa situasi, tetapi kecemasan akan menjadi reaksi emosional yang tidak normal pada beberapa situasi lain (Nevid, 2005). Berdasarkan PPDGJ (2001) kecemasan disebabkan oleh situasi yang jelas dan sebenarnya tidak membahayakan. Perasaan bimbang dan gugup dalam menghadapi sesuatu yang penting seperti ujian atau ketidaksiapan individu untuk melakukan sesuatu seperti menghadapi ujian memicu perasaan cemas (Safaria, 2009).

Kecemasan yang dialami oleh siswa mengganggu proses belajar dan mengajar. Menurut Sudrajat (dalam Purwadi, 2014) kecemasan menghadapi ujian menjadi penghambat belajar yang mengganggu kinerja fungsi-fungsi psikologis seseorang, seperti konsentrasi, mengingat, takut akan kegagalan, pembentukan konsep dan pemecahan masalah. Pada tingkat kecemasan yang kronis dan akut, seseorang akan mengalami gangguan fisik (somatik), seperti gangguan pencernaan, sering buang air, gangguan jantung, sesak di dada, gemetar bahkan pingsan. Penelitian lain menunjukan bahwa kecemasan menjadi faktor penghambat dalam belajar (Hill dalam Pratiwi, 2014). Kecemasan menghadapi ujian disebabkan oleh kurang persiapan dari siswa (Astuti, 2015). Persiapan menghadapi ujian atau ulangan merupakan hal penting untuk menentukan kesiapan mengerjakan semua soal yang tersedia (Olivia, 2011). Salah satu bentuk persiapan yang dilakukan siswa dalam rangka menghadapi ujian adalah dengan belajar.

(24)

Belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi belajar adalah faktor jasmani, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor dari luar yang mempengaruhi belajar adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat (Slameto, 2010). Faktor-faktor tersebut tidak hanya mempengaruhi semangat belajar, namun faktor-faktor tersebut membuat siswa menjadi malas belajar.

Kegiatan belajar siswa yang tinggal bersama orang tua akan terganggu oleh beberapa hal seperti sikap orang tua. Sikap orang tua terhadap anak merupakan salah satu faktor belajar yang membuat anak menjadi malas untuk belajar. Orang tua yang kurang memberikan perhatian dalam belajar dan bahkan orang tua yang terlalu berlebihan dalam memberikan perhatian kepada anak membuat anak tersebut malas untuk belajar (Khairani, 2014).

Hal lain yang mengganggu belajar siswa yang tinggal bersama orang tua adalah suasana belajar yang membuat siswa menjadi malas untuk belajar. Fasilitas yang berlebihan yang tersedia di rumah seperti CD, VCD, dan barang elektronik lain yang berisi games menimbulkan rasa malas (Khairani, 2014). Faktor jasmani seperti kondisi fisik yang sedang lelah membuat seseorang menjadi malas belajar (Slameto, 2010).

(25)

Menurut Astuti (2015) cara untuk belajar dan menanggulangi kecemasan adalah dengan menghindari hal-hal yang mengganggu aktivitas belajar. Beberapa siswa menjadikan kos sebagai pilihan untuk menghindari gangguan-gangguan tersebut. Mereka mengatakan bahwa ketersediaan fasilitas seperti VCD, TV, DVD dan games di rumah menjadi salah satu alasan mereka untuk memilih kos. Selain itu, menurut Dana (2013) salah satu keuntungan dari kos adalah jarak antara kos dengan sekolah yang relatif dekat. Hal yang sama diungkapkan oleh Soemantri (dalam Prianggono, 2013) yang mana alasan seseorang memilih kos adalah mempersingkat waktu perjalanan. Hal ini mengurangi resiko kelelahan pada diri siswa. Kelelahan merupakan salah satu faktor yang membuat siswa menjadi malas untuk belajar (Slameto, 2010).

(26)

Selain itu kos memiliki dampak buruk untuk seseorang. Efendi (2013) mengungkapkan bahwa anak kos merupakan komunitas yang rentan terhadap pergaulan bebas, karena mereka memiliki kebebasan dalam mengatur hidupnya. Kebebasan tersebut berdampak negatif pada perilaku remaja yang kos (Wahidah, 2014). Kebebasan hidup di tempat kos menjadi faktor penting yang mempengaruhi cara belajar anak yang kos (Efendi, 2013). Berdasarkan uraian di atas, tempat tinggal mempengaruhi fokus belajar guna mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian akhir semester.

Saat ini beberapa siswa SMA telah memilih untuk kos meskipun mereka berasal dari kota yang sama dengan sekolah. Siswa kos rata-rata berasal dari kota yang sama dengan sekolah. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melihat apakah anak yang kos memiliki tingkat kecemasan yang berbeda dengan siswa yang tinggal bersama orang tua.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini:

Apakah siswa kos memiliki tingkat kecemasan yang berbeda dengan siswa yang tinggal dengan orang tua.

C. Tujuan penelitian

(27)

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmu terutama bidang psikologi pendidikan untuk mengkaji tentang keadaan psikologis siswa dalam menghadapi ujian akhir semester serta mengkaji tentang pilihan tinggal bersama orang tua atau kos yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada diri siswa dalam menghadapi ujian akhir semester.

2. Manfaat praktis

(28)

8 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kecemasan

1. Pengertian

Setiap orang di dunia ini tentu saja pernah mengalami perasaan cemas, namun yang membedakan antara individu satu dengan yang lain adalah cara masing-masing menghadapinya. Perasan bimbang dan gugup dalam menghadapi sesuatu yang penting, atau ketidaksiapan individu untuk melakukan sesuatu yang penting terkadang memicu rasa cemas (Safaria, 2009).

(29)

Menurut PPDGJ (2001) kecemasan dicetuskan oleh suatu situasi yang jelas (dari luar diri seseorang), yang sebenarnya tidak berbahaya. Perasaan bimbang dan gugup dalam menghadapi sesuatu yang penting seperti ujian atau ketidaksiapan individu untuk melakukan sesuatu seperti menghadapi ujian akan memicu perasaan cemas (Safaria, 2009). Menurut Priest (dalam Lubis, 2009) kecemasan ditimbulkan oleh beberapa hal, seperti ujian. Banyak penelitian yang meneliti mengenai kecemasan dalam menghadapi ujian nasional. Pada penelitian ini, peneliti lebih memilih untuk meneliti mengenai kecemasan dalam menghadapi ujian akhir semester. Hal ini karena masih banyak siswa yang mengalami kecemasan akibat tuntutan dari orangtua, guru, ataupun teman yang harus mereka hadapi (Pratiwi, 2014). Menurut Tresna (2011) kecemasan menghadapi ujian adalah suatu kondisi psikologi dan fisiologis siswa yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan pikiran, perasaan dan perilaku motorik yang tak terkendali yang menimbulkan kecemasan dalam menghadapi ujian.

(30)

psikologi dan fisiologis siswa yang tidak menyenangkan sehingga menimbulkan kecemasan.

2. Gejala-Gejala Kecemasan

Menurut Priest (dalam Lubis, 2009) jika seseorang mengalami kecemasan, maka tubuh mereka akan mengadakan reaksi fisik seperti:

a. Berdebar-debar

Saat seseorang sedang dipengaruhi stres, maka mereka akan merasakan jantung berdetak lebih kencang.

b. Gemetar

Saat mengalami kecemasan, tangan atau lutut gemetar saat berusaha melakukan sesuatu dan terhuyung-huyung.

c. Ketegangan

Ketegangan merupakan tanda paling utama dari kecemasan. Saraf di belakang leher akan terasan kencang dan tegang sehingga akan membuat seseorang menjadi tersiksa. Selain itu, saraf dikulit kepala akan terasa tegang sehingga menimbulkan pusing yang akan mengantarkan pada keresahan. Ketegangan yang dirasakan akan mengakibatkan tubuh menjadi tidak rileks. d. Gelisah atau sulit tidur

(31)

yang menakutkan, sehingga keesokan hari akan bangun dengan perasaan lelah dan kurang sehat.

e. Keringat

Orang yang cemas akan mengeluarkan keringat lebih banyak dari biasanya.

f. Tanda-tanda fisik yang lain

Tanda fisik yang lain adalah gatal-gatal pada tangan dan kaki, buang air kecil lebih sering daripada biasanya.

3. Aspek-aspek kecemasan

Menurut Colhun dan Acocella (dalam Safaria, 2009) terdapat tiga reaksi yang merupakan aspek-aspek dari kecemasan, yaitu:

a. Reaksi emosional, yaitu komponen kecemasan yang berkaitan dengan persepsi individu terhadap pengaruh psikologis dari kecemasan, seperti perasaan keprihatinan, ketegangan, sedih, mencela diri sendiri atau orang lain.

b. Reaksi kognitif, yaitu ketakutan dan kekhawatiran yang berpengaruh terhadap kemampuan berpikir jernih sehingga mengganggu dalam memecahkan masalah dan mengatasi tuntutan lingkungan sekitarnya.

(32)

otot dan kelenjar tubuh sehingga menimbulkan reaksi dalam bentuk jantung berdetak lebih keras, nafas yang lebih cepat, tekanan darah menjadi meningkat.

Menurut Tresna (2011) aspek-aspek kecemasan yang terjadi saat menghadapi ujian atau tes dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

a. Manifestasi kognitif

Manifestasi kognitif yang tak terkendali adalah munculnya kecemasan sebagai akibat dari cara berpikir siswa yang tak terkondisi seperti memikirkan hal-hal buruk yang akan terjadi pada ujian atau tes. indikator dari manifestasi kognitif yaitu sulit berkonsentrasi dan mental blocking. Kesulitan dalam konsentrasi ditunjukan dengan kesulitan dalam memahami materi yang akan diujikan. Mental blocking merupakan hambatan secara mental atau psikologis yang menyelubungi pikiran siswa saat ujian atau tes sehingga siswa tidak mampu berfikir dengan tenang. Mental blocking ditunjukan dengan cara saat membaca materi ulangan kenaikan kelas tiba-tiba pikiran menjadi kosong dan mungkin tiba-tiba tidak mengerti apa yang sedang dipelajari.

b. Manifestasi afektif

(33)

atau tes terutama pada mata pelajaran yang dianggap sulit. Indikator kondisi afektif kecemasan menghadapi ujian atau tes, yaitu bingung, takut, khawatir, dan gelisah.

c. Manifestasi fisik

Manifestasi fisik merupakan gangguan fisik yang berlebihan sebagai akibat dari kecemasan yang dihadapi seseorang. Kecemasan tersebut ditunjukan dengan gangguan-gangguan fisik seperti gemetar, berkeringat, dan gangguan-gangguan pencernaan. Indikator manifestasi fisik adalah gemetar, berkeringat, dan gangguan pencernaan.

(34)

seperti detak jantung yang lebih keras, nafas yang menjadi lebih cepat atau bahkan menjadi sulit bernafas, tekanan darah menjadi meningkat.

B. Tinggal Bersama Orang Tua 1. Pengertian Orang Tua

(35)

2. Dampak Positif dan Negatif Tinggal Bersama Orang Tua Keluarga merupakan lembaga pendidikan paling utama dan pertama (Sutjipto, dalam Slameto 1988). Oleh karena itu orang tua memiliki peran dalam kegiatan belajar anak. Orang tua memberikan dampak yang baik bagi proses belajar siswa seperti kegiatan dan jam belajar siswa menjadi mudah terawasi oleh orang tua (Arsandy, 2011). Selain itu, tinggal bersama orang tua membuat siswa menjadi lebih terawat dan terlindungi (Arini, dalam Puspitarini, 2014).

Tinggal bersama orang tua membuat siswa memperoleh dukungan emosional dan penghargaan dari orang tua secara langsung (Arsandy, 2011). Tingkah laku orang tua yang ditunjukan kepada anak mampu memotivasi anak untuk belajar (Rosdiana, 2008).

(36)

penelitian Attaway (dalam Arsandy, 2011) menunjukan bahwa pengendalian yang tinggi dari orang tua berpengaruh pada prestasi belajar siswa yang rendah.

Pengaruh negatif yang lain adalah tinggal bersama orang tua akan membatasi siswa untuk melakukan modeling dan persuasi verbal karena orang tua memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda dengan siswa sehingga mereka tidak memperoleh model perilaku dan arahan secara langsung tentang materi pelajaran yang dipelajari (Arsandy, 2011). Kegiatan belajar siswa yang tinggal bersama orang tua di rumah akan cenderung terganggu oleh fasilitas yang tersedia seperti TV, CD, VCD, dll (Khairani, 2014).

C. Kos

1. Pengertian

(37)

2. Dampak positif dan negatif menghuni kos

Kehidupan anak kos sangatlah bervariasi. Kehidupan tersebut memiliki dampak positif dan negatif untuk diri anak kos. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Lebeharia (2012), terdapat beberapa dampak positif dan negatif dari hidup di tempat kos, yaitu:

a. Dampak positif

i. Anak yang kos menjadi lebih mandiri karena melakukan semua hal sendiri tanpa orang tua.

ii. Mampu mengatur keuangan sehari-hari dan lebih mampu menghargai kiriman uang dari orang tua.

iii. Mampu menghargai waktu yang dimiliki karena harus membagi waktu dengan banyak kegiatan.

b. Dampak negatif

i. Menghabiskan sebagian waktu untuk bersenang-senang dengan teman.

ii. Menghabiskan uang untuk hal yang tidak penting.

(38)

lingkungan kos memberikan rangsangan pada individu untuk berpartisipasi dan mengikuti bila sesuai dengan dirinya. Menurut Arsandy (2011) lingkungan kos memungkinkan siswa melakukan modeling dan persuasi verbal karena siswa yang tinggal dengan siswa lain yang memiliki kesamaan untuk melakukan kegiatan belajar, dalam hal ini siswa mencari model yang dianggap sesuai dengan diri untuk mengadopsi perilaku belajar yang mendukung mencapai tujuan belajar mereka.

Dampak positif yang lain adalah waktu yang longgar dan fleksibel untuk melakukan belajar kelompok (Hidayatullah, dalam Arsandy, 2011). Selain itu, siswa kos cenderung melakukan adaptasi dengan lingkungan baru termasuk adaptasi belajar. Menurut Waas (Arsandy, 2011) adaptasi yang dilakukan siswa kos membuat mereka mencari cara untuk menghadapi tantangan dan masalah termasuk dalam hal akademik. Adaptasi yang dilakukan oleh siswa membuat siswa menjadi memiliki kemampuan untuk menetapkan tujuan belajar yang jelas dan didasarkan pada kesadaran diri dan memiliki efikasi diri yang tinggi untuk menyelesaikan tugas akademik sehingga mereka menggunakan seluruh kemampuan untuk mengatur proses belajar mereka (Arsandy, 2011).

(39)

dan lebih menghargai waktu. Siswa yang tinggal di kos akan cenderung terpengaruh oleh teman sebaya yang berkaitan dengan kegiatan belajar. Kos memungkinkan siswa melakuka modeling dan persuasi verbal. Kos membuat siswa memiliki kesadaran diri untuk belajar dan efikasi diri yang tinggi. Kos membuat siswa lebih longgar dalam melakukan belajar kelompok. Namun kos memiliki dampak negatif terhadap seseorang seperti menjadi lebih boros, menjadi lebih malas, dan banyak menghabiskan waktu untuk bersenang-senang.

D. Remaja

1. Pengertian

(40)

Hurlock (1991) dan Papalia & Olds (2009) menyebutkan bahwa bagian masa kanak-kanak yang masih terjadi di masa remaja adalah pertumbuhan biologis. Sedangkan masa dewasa yang terjadi di masa remaja adalah kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka disimpulkan bahwa remaja memiliki definisi sebagai masa transisi perkembangan dari anak-anak menuju masa dewasa. Berada di masa transisi, seseorang masih merasakan sebagian masa kanak-kanak namun telah mencapai sebagian masa dewasa.

2. Tugas-tugas perkembangan remaja

Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan manusia, dan merupakan masa transisi yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Jahja, 2011). Menurut Desmita (2009) remaja memiliki tugas-tugas perkembangan sebagai berikut:

a. Menerima keadaan fisik dan menggunakan secara efektif

b. Memiliki hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita

(41)

d. Memiliki harapan dan pencapaian dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua ataupun orang yang lebih dewasa lainnya

f. Memiliki persiapan dalam karier ekonomi g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan dalam berperilaku

(42)

3. Masa sekolah menengah atas

Seseorang duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA), individu tersebut berada pada periode remaja. Hal ini didasarkan pada pembagian masa remaja menurut Konopka (dalam Hartinah, 2008), yaitu remaja awal dengan rentang usia 12 hingga 15 tahun. Kemudian remaja madya dengan rentang usia 15 hingga 18 tahun. Terakhir adalah masa remaja akhir dengan rentang usia 19 hingga 22 tahun. Berdasarkan pembagian tersebut maka siswa SMA berada pada remaja madya. Usia remaja madya mulai tumbuh dorongan untuk hidup dari dalam diri, kebutuhan akan teman yang mampu memahami dan menolongnya, teman yang mampu merasakan suka dan duka bersama. Pada usia ini, remaja mulai mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja. Proses pembentukan pendirian atau pandangan hidup ataupun cita-cita disebut dengan penemuan nilai-nilai kehidupan (Jahja, 2011).

4. Kecemasan remaja pada akademik

(43)

Perkembangan fisik memiliki arti penting dalam kegiatan belajar. Kegiatan fisik tidak hanya sebagai penopang dalam kegiatan belajar, tetapi memiliki peran untuk memperoleh keterampilan-keterampilan tertentu (Djamarah, 2011). Aspek perkembangan yang mempengaruhi belajar tidak hanya aspek fisik, aspek perkembangan kognitif mempengaruhi belajar siswa. Kognitif memiliki arti perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Anak yang memiliki struktur kognitif yang baik, maka penguasaan anak atas bahan pelajaran yang telah dikuasai baik (Djamarah, 2011). Hal ini berkaitan dengan ingatan siswa. Pengetahuan yang telah dikuasai tersebut dibutuhkan, maka seseorang yang memiliki kognitif yang baik akan lebih mudah untuk mengingat kembali (Djamarah, 2011). Kondisi tersebut sering dijumpai saat seorang siswa menghadapi tes atau ujian. Saat tes seorang siswa diminta untuk mengingat kembali pengetahuan yang telah dipelajari untuk menjawab pertanyaan.

(44)

(Slameto, 1988). Salah satu hal yang membuat seorang siswa dilanda kecemasan adalah situasi tes yang diadakan oleh sekolah (Slameto, 1988).

Kirkland (dalam Slameto, 1988) menyebutkan bahwa siswa menjadi semakin cemas menghadapi sebuah tes jika tes tersebut digunakan untuk menentukan tingkat-tingkat siswa. Saroson (dalam Slameto, 1988) melaporkan hasil penelitian yang dia lakukan bahwa siswa dengan tingkat kecemasan tinggi tidak berprestasi sebaik siswa yang memiliki tingkat kecemasan yang rendah dalam beberapa tugas yang ditandai dengan tantangan, kesulitan, penilaian prestasi, dan memiliki batas waktu.

(45)

dalam persaingan yang ketat sehingga siswa dituntut untuk meningkatkan kemampuan akademiknya.

E. Tingkat kecemasan siswa SMA dalam menghadapi ujian akhir semester antara siswa kos dengan yang tidak kos

Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan dari anak-anak menuju masa dewasa. Berada di masa transisi, seseorang masih merasakan sebagian masa kanak-kanak namun telah mencapai sebagian masa dewasa. Siswa SMA berada pada periode remaja madya menurut pembagian masa remaja oleh Konopka (dalam Hartinah, 2008) dengan rentang usia 15 tahun hingga 18 tahun. Perkembangan remaja tidak hanya berhubungan dengan potensi-potensi dasar remaja, namun berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang mereka alami serta perlakuan yang mereka terima dari keluarga, sekolah, dan masyarakat (Rifai, 1984).

(46)

Tinggal bersama orang tua tidak hanya memberikan dampak yang positif bagi proses belajar siswa namun juga memberikan dampak negatif seperti perhatian dan sikap orang tua membuat siswa malas belajar. Menurut Khairani (2014) orang tua yang kurang memberikan perhatian terhadap anak karena kesibukan mereka serta orang tua yang terlalu perhatian terhadap anak membuat anak menjadi malas untuk belajar. Pengawasan yang dilakukan oleh orang tua membuat anak menjadi ketergantuangan dalam belajar sehingga tujuan belajar atas kemauan sendiri menjadi kurang kuat (Arsandy, 2011). Hasil penelitian Attaway (dalam Arsandy, 2011) menunjukan bahwa pengendalian yang tinggi dari orang tua berpengaruh pada prestasi belajar siswa yang rendah.

(47)

Saat siswa akan menghadapi ujian diperlukan persiapan, salah satu bentuk persiapan adalah belajar, namun belajar terhambat dengan perasaan malas. Malas belajar membuat siswa kurang semangat untuk belajar sehingga siswa tersebut kurang mempelajari materi yang akan diujikan. Hal tersebut membuat siswa menjadi kurang memiliki persiapan ujian akhir semester dan memicu kecemasan pada diri siswa dalam menghadapi ujian. Astuti (2015) menyebutkan bahwa kurang persiapan siswa dalam menghadapi tes atau ujian menyebabkan kecemasan. Kecemasan menghadapi ujian adalah suatu kondisi psikologis dan fisiologis siswa yang tidak menyenang yang ditandai dengan pikiran, perasaan dan perilaku motorik yang tak terkendali yang menimbulkan kecemasan (Tresna, 2011).

(48)

siswa mengurangi kecenderungan konflik dengan orang tua. Menurut Sullivan dan Sullivan (dalam Santrock, 2002) relasi orang tua dengan anak remaja semakin positif bila remaja tinggal jauh dari rumah daripada mereka tinggal di rumah.

(49)

Gambar 1. Skema Konsep Penelitian

Tugas Perkembangan:

Kemandirian → orang tua wajib mengasuh anak remaja, namun remaja harus lepas dari orang tua

agar mencapai kemandirian

Siswa yang kos Siswa yang tinggal

bersama orang tua

apakah tingkat kecemasan siswa yang kos dan siswa yang tinggal dengan orang tua berbeda dalam menghadapi ujuan

(50)

F. Hipotesis

(51)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif. Menurut Sugiyono (2011) penelitian komparatif merupakan merupakan penelitian yang memiliki tujuan untuk membandingkan keberadaan satu variabel pada dua sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Penelitian ini bersifat expost-facto yang berarti data dikumpulkan setelah semua fenomena atau kejadian yang diteliti berlangsung, atau tentang hal-hal yang telah terjadi sehingga tidak terdapat yang dikontrol (Yusuf, 2014). Pada penelitian ini, peneliti ingin membandingkan variabel tingkat kecemasan siswa menghadapi ujian akhir semester pada siswa kos dan siswa yang tinggal bersama orang tua.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulan (Sugiyono, 2011). Penelitian ini memiliki variabel-variabel, antara lain: 1. Variabel Tergantung : Tingkat kecemasan

(52)

C. Definisi Operasional 1. Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan merupakan tingkat emosi yang tidak menyenangkan yang dialami oleh seseorang dan ditandai dengan perasaan khawatir dan ketakutan akan terjadi hal yang buruk atau hal yang tidak menyenangkan. Tingkat kecemasan pada penelitian ini diukur dengan menggunakan skala kecemasan yang dibuat oleh peneliti. Pengukuran kecemasan mencakup aspek-aspek sebagai berikut:

a. Kognitif

Aspek ini merupakan bentuk reaksi kognitif individu terhadap ketakutan dan kekhawatiran yang disebabkan oleh cara berfikir yang tak terkondisi seperti berpikir hal buruk akan terjadi sehingga berdampak pada kemampuan untuk berpikir jernih dalam memecahkan masalah dan mengatasi masalah yang dihadapi. Reaksi yang ditimbulkan berupa sulit berkonsentrasi dan mental

blocking.

b. Afektif atau emosional

(53)

c. Fisik atau fisiologis

Aspek ini merupakan reaksi fisiologis seseorang terhadap sumber ketakutan dan kekhawatiran. Reaksi yang ditimbulkan berupa gangguan fisik yang berlebihan seperti detak jantung yang lebih keras, nafas yang menjadi lebih cepat atau bahkan menjadi sulit bernafas, tekanan darah menjadi meningkat.

2. Tempat Tinggal Siswa

Pada penelitian ini terdapat dua kelompok tempat tinggal yang menjadi tempat tinggal siswa yaitu, kos dan tinggal dengan orang tua. Kos merupakan rumah yang disewakan dan digunakan oleh seseorang untuk menumpang tinggal dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan tinggal bersama orang tua berarti siswa tinggal dalam satu rumah dengan orang tua mereka. Aspek ini memiliki indikator gemetar, berkeringat, dan gangguan pencernaan.

D. Subjek Penelitian

(54)

dimiliki oleh sebuah populasi (Noor, 2011). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA yang kos dan tinggal bersama orang tua.

E. Metode dan Instrumen Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan skala tingkat kecemasan. Skala tersebut disusun berdasarkan aspek yang telah disebutkan di atas. Skala ini menggunakan metode penskalaan Likert. Skala Likert meminta subjek untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan pada sebuah kontinum respon setiap pernyataan atau item soal untuk mengukur atribut psikologis tertentu (Supratiknya, 2014). Respon jawaban terhadap pernyataan-pernyataan dalam skala ini terdiri atas empat repon yaitu, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Setiap item yang mewakili aspek dibagi dalam dua jenis pernyataan, yaitu pernyataan yang bersifat favorable dan pernyataan yang bersifat

unfavorable. Pernyataan yang bersifat favorable merupakan pernyataan

yang jika disetujui maka menunjukan bahwa subjek mendukung atribut yang diukur. Pernyataan yang bersifat unfavorable merupakan pernyataan yang jika disetujui maka menunjukan bahwa subjek menolak atribut yang diukur (Supratiknya, 2014).

Pemberian skor dalam pilihan jawaban untuk item favorable adalah 4

untuk respon “Sangat Setuju” (SS), skor 3 untuk respon “Setuju” (S), skor

(55)

Tidak Setuju” (STS). Sedangkan untuk item unfavorable, pemberian skor

adalah sebagai berikut skor 1 untuk respon “Sangat Setuju” (SS), skor 2

untuk respon “Setuju” (S), skor 3 untuk respon “Tidak Setuju” (TS), dan

skor 4 untuk respon “Sangat Tidak Setuju” (STS).

Tabel 1. Skor Penilaian Skala Kecemasan.

Respon Jawaban Favorable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

(56)
(57)

yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas tersebut merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes (Azwar, 2003). Pengembangan isi dari skala dilakukan dengan analisis rasional melalui profesional judgement (Azwar, 2003). Pengujian validitas isis pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan Dosen Pembimbing Skripsi.

2. Analisis Item

Menurut Azwar (2013) analisis item perlu dilakukan guna menguji kualitas sebuah skala yang dilihat dari setiap item yang ada dan untuk mendukung validitas skala tersebut. Analisis item bertujuan untuk untuk memilih item-item yang akan membentuk sebuah skala yang bersifat homogeny atau memiliki daya diskriminasi yang baik (Supratiknya, 2014).

Batasan koefisien korelasi yang digunakan untuk menyeleksi item pada penelitian ini adalah rix ≥ 0,30. Hal tersebut berarti item

yang memiliki koefisien korelasi ≥ 0,30 maka daya pembeda dianggap memuaskan dan digunakan, sedangkan item yang memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,30 maka item tersebut dianggap memiliki daya diskriminasi yang rendah dan kurang baik jika digunakan (Azwar, 2013).

(58)

46 orang. Analisis item dalam penelitian ini menggunakan SPSS For

Windows 22.0 dengan melihat Corrected Item-Total Correlation pada

Reliability Statistics. Berdasarkan data yang diperoleh dari 72 item

yang disajikan, terdapat 23 item yang tidak memenuhi syarat. Keduapuluhtiga item tersebut digugurkan karena memiliki nilai koefisien korelasi kurang dari 0,30. Berdasarkan hal tersebut dari 72 dua item, terdapat 49 yang dinyatakan memenuhi syarat.

Tabel 3. Blue-print skala kecemasan setelah try-out

No. Aspek indikator Nomor Item Jumlah Bobot

(59)

Tabel 4. Blue-print skala kecemasan final

(60)

memiliki reliabilitas yang baik. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Alfa Cronbach dengan program SPSS For Windows

22.0.

Berdasarkan data statistik, koefisien skala sebelum seleksi item sebesar 0,942 dan setelah dilakukan seleksi item, nilai koefisien skala menjadi 0,960. Berdasarkan data tersebut maka dinyatakan bahwa skala penelitian ini reliabel.

Tabel 5.

Tabel 5a. Data Statistik Reliabilitas Sebelum Seleksi Item

Cronbach's Alpha N of Items

.942 72

Tabel 5b. Data Statistik Reliabilitas Sesudah Seleksi Item

Cronbach's Alpha N of Items

.960 49

G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

(61)

normalitas sebaran (Santoso, 2010). Pada penelitian ini, pengujian normalitas dilakukan dengan teknik Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian terhadap normalitas adalah apabila nilai signifikansi lebih besar daripada 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal (Priyatno, 2014).

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui varian populasi data apakah antara dua kelompok atau lebih data memiliki varian yang sama atau berbeda (Priyatno, 2014). Uji homogenitas perlu dilakukan karena uji ini merupakan prasyarat dalam uji hipotesis

independent sample t-test (Priyatno, 2014). Kriteria pengambilan

keputusan pada uji homogenitas adalah apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka data tersebut tidak memiliki perbedaan varian atau dengan kata lain data tersebut sama (Priyatno, 2014).

2. Uji Hipotesis

(62)

42 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

(63)

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Penelitian ini melibatkan 222 siswa. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah anak SMA dari kelas X hingga XII yang kos dan tidak kos. Peneliti tidak memilih sekolah secara khusus sehingga peneliti memilih sekolah secara acak. Berikut rincian subjek dalam penelitian ini.

Tabel 6.

Tabel 6a. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Tempat Tinggal

Tempat Tinggal Total

Kos Tidak Kos

111 111 222

Tabel 6b. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Kelas Kelas

Total

X XI XII

83 75 64 222

Tabel 6c. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin

Total Perempuan Laki-laki

(64)

C. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian berisi informasi tentang jumlah subjek pada setiap kelompok sampel, nilai minimum dan nilai maksimum yang diperoleh subjek, rerata dan standar deviasi. Deskripsi data dikelompokan sesuai dengan kelompok subjek.

Tabel 7. Deskripsi Data Variabel Kecemasan

Deskripsi Kelompok Subjek

Tingkat kecemasan siswa menghadapi ujian akhir semester dilihat dari nilai rerata pada kelompok subjek. Nilai rerata setiap kelompok subjek merupakan nilai rerata empirik. Nilai rerata empirik tersebut kemudian akan dibandingkan dengan nilai rerata teoritis, jika nilai rerata empirik lebih besar daripada nilai rerata teoritis maka disimpulkan bahwa kelompok subjek tersebut memiliki tingkat kecemasan yang termasuk dalam kategori tinggi. Rerata teoritis diperoleh dengan perhidungan manual dan menggunakan rumus sebagai berikut.

μ = ½ [(Imaks + Imin)Σk]

Keterangan:

μ = Mean Teoritik

(65)

Σ k = Jumlah item soal

Berdasarkan perhitungan secara manual, diperoleh nilai rerata teoritis sebesar 122,5. Hal tersebut menunjukan bahwa nilai rerata empirik (M = 124,14) lebih tinggi daripada nilai rerata teoritik (M = 122,5). berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan bahwa tingkat kecemasan siswa kos dan siswa yang tidak kos tergolong tinggi.

D. Hasil

1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan terhadap data sampel peneltitian yaitu, skor skala kecemasan. Pengujian normalitan menggunakan one sample kolmogorov-smirnov test dengan nilai signifikansi atau probabilitas ditetapkan 0,05 dan jika nilai signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05 maka menggunakan Mann-Whitney Test.

Tabel 8. Tests of Normality Skala Kecemasan

Siswa

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistik df Sig. Statistik df Sig. kecemasan tidak kos .093 111 .020 .949 111 .000

kos .081 111 .067 .960 111 .002

(66)

sedangkan data penelitian siswa kos tergolong normal. Maka distribusi populasi data mahasiswa pada penelitian ini adalah tidak normal.

Gambar 2. Plot Skala Kecemasan Pada Siswa yang Tidak Kos

Gambar 3. Plot Skala Kecemasan Pada Siswa kos

(67)

garis atau bahkan menempel di garis, maka data dikatakan normal. Grafik skala kecemasan pada anak kos menunjukan bahwa banyak data yang berada dan bahkan menempel pada garis, sehingga data tersebut dikatakan normal. Sedangkan pada grafik skala kecemasan siswa yang tinggal bersama orang tua menunjukan bahwa sebagian data tidak berada di garis dan bahkan menyebar, sehingga data tersebut dikatakan tidak normal. Berdasarkan hal tersebut, maka disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi tidak normal.

1. Uji Homogenitas

Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan terhadap skor skala kecemasan. Peneliti menggunakan analisis Levene’s Test For Equality of

Variances untuk menguji homogenitas data penelitian. Nilai signifikansi

ditentukan sebesar 0,05, apabila nilai p lebih besar dari 0,05, maka data penelitian dikatakan homogen (Priyatno, 2014).

Tabel 9. Uji Homogenitas

Levene’s Test for

Equality of Variances

F Sig.

Kecemasan Equal variances assumed

1.995 .159

(68)

Hasil analisis Levene menunjukan bahwa angka signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,159 maka menunjukan bahwa data tersebut homogen atau berasal dari varian yang sama.

2. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan dan diperoleh hasil pengujian terhadap penyebaran data atau distribusi data diketahui bahwa data penelitian memiliki distribusi yang tidak normal. Berdasarkan hasil tersebut peneliti melakukan analisis data untuk uji hipotesis menggunakan metode non-parametrik. Metode non-parametrik yang digunakan adalah Mann Whitney

U Test, yaitu Two-independent sampel T test melalui program SPSS versi

22.0 for windows.

Tabel 10. Uji Mann-Whitney Kecemasan Antara Siswa Kos dan Siswa yang Tinggal dengan Orang Tua

kecemasan

Mann-Whitney U 1020.000

Wilcoxon W 7236.000

Z -10.748

(69)

Berdasarkan hasil perhitungan Mann-Whitney test skala kecemasan antara siswa kos dan siswa yang tinggal bersama orang tua terlihat bahwa pada kolom asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,000; dengan kata lain probabilitas dibawah 0,05 atau 0,000 < 0,05. Santoso (2012) menyebutkan bahwa jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, dan jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak. Berdasarkan data di atas menunjukan bahwa probabilitas 0,000; dengan kata lain probabilitas lebih kecil dari 0,05 yang berarti terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara siswa kos dan siswa yang tidak kos atau tinggal dengan orang tua.

Tabel 11. Mean Mann-Whitney Test Skala Kecemasan antara Siswa kos dan Siswa Tidak Kos

siswa N Mean Rank Sum of Ranks kecemasan tidak kos 111 157.81 17517.00

kos 111 65.19 7236.00

Total 222

Hal ini didukung dengan perbedaan mean pada tingkat kecemasan antara siswa kos 65,19 dan siswa yang tidak kos 157,81. Hal tersebut menunjukan bahwa siswa yang tidak kos atau tinggal bersama orang tua lebih cemas dalam menghadapi ujian akhir semester daripada siswa kos.

(70)

3. Hasil Tambahan

Skala kecemasan pada penelitian ini terdiri dari 49 item dengan skor masing-masing item 1 hingga 4. Berdasarkan hal tersebut maka diperoleh skor minimum 1x49 = 49 dan skor maksimum 49x4 = 196, sehingga jarak sebaran (range hipotetik) sebesar 196-49 = 147.

Berdasarkan hasil tersebut maka diperoleh standar deviasi sebesar σ = 147

: 6 = 24,5 dan mean teoritis sebesar μ = (49 + 196) : 2 = 122,5.

Hasil perhitungan di atas digunakan untuk menentukan kategorisasi skor kecemasan. Kontinum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Norma pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Kategorisasi Skor Kecemasan

Norma Rentang Nilai Keterangan

X < (μ –1.0σ) X < 98 Rendah

(μ –1.0σ) ≤ X < (μ +

1.0σ)

98 ≤ X < 147 Sedang

(71)

Norma yang diperoleh di atas menunjukan kategori kecemasan, sebagai berikut:

Tabel 13. Kategori Skor Kecemasan Pada Siswa SMA Yang Tinggal Dengan Orang Tua dan Kos Dalam Menghadapi Ujian Akhir

Semester

(72)

Hasil perhitungan menunjukan bahwa rerata tingkat kecemasan antara siswa kos 65,19 dan siswa yang tidak kos 157,81. Hal tersebut menunjukan bahwa siswa yang tidak kos atau tinggal bersama orang tua lebih cemas dalam menghadapi ujian akhir semester daripada siswa kos. Perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh pengaruh teman sebaya dan lingkungan kos. Menurut Arisandy (2011) teman sebaya memberi pengaruh penting dalam kegiatan belajar siswa. Teman sebaya memberikan dukungan instrumental dan dukungan informatif sehingga siswa kos mendapat feedback secara langsung dari teman sebaya mengenai hasil pekerjaan atau masalah mereka (Arisandy, 2011). Menurut Hidayatullah (dalam Arisandy, 2011) siswa kos memiliki waktu yang lebih longgar dan fleksibel untuk belajar dan membentuk kelompok belajar. Menurut Soejanto (1981) berdiskusi dengan teman membantu menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh seseorang. Belajar kelompok menurunkan kecemasan pada diri siswa karena belajar kelompok memotivasi siswa untuk belajar (Adeyuniati, dalam Olivia, 2011).

(73)

tugas akademik sehingga mereka menggunakan seluruh kemampuan untuk mengatur proses belajar mereka.

Lingkungan kos berpotensi untuk melakukan modeling. Menurut Sudrajat (dalam Arisandy, 2011) lingkungan kos memungkinkan siswa untuk melakukan modeling, karena lingkungan kos memberikan rangsangan pada individu untuk berpartisipasi dan mengikuti bila sesuai dengan dirinya. Menurut Arisandy (2011) selain memiliki potensi untuk melakukan modeling, lingkungan kos memberikan persuasi verbal karena siswa tinggal dengan siswa lain yang memiliki kesamaan untuk melakukan kegiatan belajar, dalam hal ini siswa mencari model yang dianggap sesuai dengan diri untuk mengadopsi perilaku belajar yang mendukung mencapai tujuan belajar mereka.

(74)

Attaway (dalam Arisandy, 2011) menunjukan bahwa pengendalian yang tinggi oleh orang tua berpengaruh terhadap rendah prestasi akademik siswa.

Rasa malas belajar di rumah dipengaruhi oleh beberapa hal seperti fasilitas dan kondisi fisik. Menurut Khairani (2014) fasilitas yang disediakan di rumah mampu membuat siswa menjadi malas untuk belajar seperti CD, VCD, dan barang elektronik lain yang berisi games. Faktor jasmani mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Kondisi fisik yang sedang lelah membuat siswa menjadi malas belajar (Slameto, 2010). Jarak antara rumah dan sekolah yang cukup jauh merupakan salah satu pemicu kelelahan bagi siswa yang memiliki rumah yang cukup jauh dari sekolah.

Malas belajar dan motivasi belajar siswa yang rendah membuat siswa kurang memiliki semangat untuk belajar sehingga siswa tersebut kurang mempelajari materi yang akan diujikan sehingga siswa menjadi kurang memiliki persiapan ujian akhir semester dan memicu kecemasan pada diri siswa dalam menghadapi ujian. Astuti (2015) menyebutkan bahwa kurang persiapan siswa dalam menghadapi tes atau ujian menyebabkan kecemasan. Kecemasan menghadapi ujian adalah suatu kondisi psikologis dan fisiologis siswa yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan pikiran, perasaan dan perilaku motorik tak terkendali menimbulkan kecemasan (Tresna, 2011).

(75)
(76)

56 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data pada penelitian ini diperoleh hasil nilai t = 0,000 (p < 0,05) sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara siswa SMA yang kos dengan siswa SMA yang tinggal bersama orang tua dalam menghadapi ujian akhir semester. Hasil analisa menunjukan bahwa siswa yang tinggal bersama orang tua memiliki kecemasan lebih tinggi dalam menghadapi ujian akhir semester daripada siswa yang tinggal di kos. Siswa SMA yang tinggal bersama orang tua memiliki kecemasan yang tergolong sedang (91,89%) dan tinggi (8,11%) dalam menghadapi ujian akhir semester. Sedangkan siswa SMA yang tinggal di kos memiliki kecemasan yang rendah (6,31%), sedang (92,79%), dan tinggi (0,9%).

B. Keterbatasan Penelitian

(77)

C. Saran

a. Bagi peneliti lain

(78)

58 Daftar Pustaka

Arisandy, Melinda Santi. 2011. Perbedaan Self Regulated Learning Pada

Mahasiswa Yang Bertempat Tinggal Di Kos Dan Di Rumah Bersama Orang Tua. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Astuti, Dina. 2015. Gaul OK! Belajar OK! (Cerdas Gak Berarti Kuper). Diakses 12 Juni 2015. Google e-Book.

Azwar, Saifuddin. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka pelajar. ---. 2013. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka

pelajar.

Baharuddin. 2009. Pendidikan & Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Baihaqi, dkk. 2005. Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan. Bandung: Refika Aditama.

Corey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Eresco.

Dana, I Putu B K. 2013. Dampak Positif Dan Negatif Menghuni Kos-Kosan Bagi

Kaum Pelajar Dan Kalangan Umum. Badung: Universitas Dhyana Pura.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan Bagi Orang

Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP Dan SMA.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta. Efendi, Jaswir, dkk. 2013. Pengaruh Lingkungan Kos Terhadap Prestasi Belajar

Mahasiswa Pedidikan Geografi. Sumatera Barat: STKIP PGRI.

Gunarsa. 1996. Psikologi Olahraga: Teori dan Praktek. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Gusniarti, Uly. 2002. Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Tuntutan dan Harapan Sekolah dengan Derajat Stres Siswa Sekolah Plus. Jurnal

(79)

Hartanti & Dwijayanti, J.E. 1970. Hubungan Antara Konsep Diri dan Kecemasan Menghadapi Masa Depan dengan Penyesuaian Sosial Anak-anak Madura.

Jurnal Anima Vol XII No. 46.

Hartinah, Sitti. 2008. Pengembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama. Hidayat, Dede R & Herdi. 2013. Bimbingan Konseling. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Hurlock, Elizabeth B. 1991. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Khairani, Makmun. 2014. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Lebeharia, Usman Taufiq. 2012. Iptek Dalam Lingkungan Kos (Makalah

On-line). http://dokumen.tips/documents/iptek-dalam-lingkungan-kos.html

(diunduh tanggal 24 Agustus 2015)

Lubis, Namora L. 2009. Depresi:Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana.

Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Maslim, Rusdi (editor). 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari

PPDGJ – III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

Nevid, Jeffrey S. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Noor, Juliansyah. 2011. Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya

Ilmiah. Jakarta: Kencana.

Olivia, Femi. 2011. Teknik Ujian Efektif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Papalia, dkk. 2009. Human Development edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika. Permanasari, Dhian. 2013. Tingkat Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian

Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013 dan Aplikasinya Terhadap usulan Topik-Topik Bimbingan Pengelolaan Kecemasan. Yogyakarta: Universitas Sanata

(80)

Pratiwi. Melani Dian. 2014. Upaya Meminimalisir Tingkat Kecemasan Menjelang

Ulangan Kenaikan Kelas Melalui Bimbingan Belajar Menggunakan Teknik Relaksasi Progresif (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa VIID SMP Negeri 2 Sambirejo, Sragen Tahun Ajaran 2013/2014). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Prayoga, Lia. 2013. Pengaruh Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas V MI Al Maarif 02 Singosari Kabupaten Malang (Makalah

On-line).

http://liaelrahma.blogspot.co.id/2013/07/pengaruh-lingkungan-belajar-terhadap.html (diunduh tanggal 26 Oktober 2015).

Prianggono, Hudi Wahyu. 2013. Interaksi Sosial Mahasiswa Kos Dengan

Lingkungannya di Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Priyatno, Duwi. 2014. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: PT Andi Offset.

Purwadi, Andri. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Siswa

Kelas XII Otomotif dan Mesin Dalam Menghadapi Ujian Nasional SMK Bina Patria 2 Sukoharjo. Surakarta: STIKES PKU Muhammadiyah.

Puspitarini, Deneisha Kartika. 2014. Perbedaan Motivasi Belajar Pada

Mahasiswa Pendidikan Dokter Tahun Pertama Yang Bertempat Tinggal Dengan Orang Tua Dan Kost Di Fakultas Kedokteran UNS. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Rifai, Melly S S. 1984. Psikologi Perkembangan Remaja dari Segi Kehidupan

Sosial. Bandung: Penerbit Bina Aksara.

Rosdiana, Neneng. 2008. Motivasi Belajar Siswa Ditinjau Dari Kecemasan Akan

Kegagalan Dalam Belajar Dan Perang Orangtua. Semarang: Universitas

Katolik Soegijapranata.

Safaria, Triantara & Saputra, Nofrans E. 2009. Manajemen Emosi: Sebuah

Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda.

Jakarta: Bumi Aksara.

Santoso, Agung. 2010. Statistik Untuk Psikologi dari Blog Menjadi Buku. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.

Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Non Parametrik. Jakarta: PT. Gramedia.

Santrock, John W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup

(81)

---. 2007. Remaja Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. Slameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT

Bina Aksara.

---. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Edisi

Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Soejanto, Agoes. 1981. Bimbingan Kearah Belajar Yang Sukses. Jakarta: Aksara Baru.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D. Bandung: Alfabeta.

Supratiknya, A. 2014. Pangukuran Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tresna, I Gede. 2011. Efektifitas Konseling Behavioral dengan Teknik

Desensitisasi Sistematis untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahidah, Rabiatul. 2014. Pengaruh Hunian Kos Terhadap Indeks Prestasi Mahasiswa (Makalah on-line).

http://wahidahwawa27.blogspot.co.id/2014/02/makalah-pengaruh-hunian-kos-terhadap.html (diunduh tanggal 20 Agustus 2015).

Winda P, Uswatun H I. 2014. Pengaruh Tempat Tinggal dan Fasilitas Belajar

Terhadap Prestasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas IV MI Muhammadiyah Ngasem Tahun Pelajaran 2013/2014 (Naskah Publikasi).

Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wisnu I, Fx. Johan. 2011. Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Kecemasan

Pada Siswa Kelas XII SMA Yang Akan Menghadapi Ujian Nasional.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian

Gabungan Ed. 1. Jakarta: Prenadamedia Group.

Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

(82)

Lampiran 1 Skala Uji Coba

SKALA PENELITIAN

Disusun oleh: Karina Prabawati

(119114126)

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(83)

Salam sejahtera,

Saya, Karina Prabawati, adalah mahasiswa tingkat akhir dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Saat ini saya sedang melakukan sebuah penelitian untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana. Saya memohon kesedian Anda untuk membantu saya dengan cara mengisi skala penelitian ini.

Sebelum Anda mengisi skala ini, Anda akan diminta untuk mengisi beberapa data diri yang terkait dengan kepentingan penelitian ini. Kemudian, Anda diharapkan mengisi skala penelitian sesuai dengan apa yang Anda alami, rasakan, maupun pikirkan ketika Anda menghadapi ujian akhir semester. anda tidak perlu ragu-ragu dalam menjawab semua pertanyaan dalam skala ini, karena tidak ada jawaban benar dan salah. Selain itu, jawaban Anda akan dirahasiakan sehingga tidak ada seorang pun yang mengetahui jawaban Anda selain saya dan Anda. Saya akan sangat menghargai apabila Anda bersedia untuk mengisi skala ini dengan sejujur-jujurnya.

Gambar

Gambar 3. Plot Skala Kecemasan Pada Siswa kos ...................................................
Gambar 1. Skema Konsep Penelitian
Tabel 1. Skor Penilaian Skala Kecemasan.
Tabel 2. Blue-print Skala Kecemasan sebelum try-out.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ukuran yang menjadi pertimbangan konsumen ialah merek harus memiliki kesan positif dan mudah dikenali, kualitas menyatakan tingkat kemampuan suatu produk dalam

biaya, titik impas, periode kembali modal secara benar berupa analisis biaya, titik impas, periode kembali modal berupa analisis biaya, titik impas berupa analisis

Penulis membuktikan bahwa Kebijakan yang dibuat oleh Uni Eropa tidak fleksibel dalam arti mengikuti situasi spesifik dalam memenuhi kebutuhan negaranya, melainkan menyediakan

Berdasarkan pemikiran bahwa manajer yang sekaligus pemegang saham akan melakukan dan mengambil keputusan bisnis yang berbeda dengan manajer yang bukan sekaligus pemegang saham

(2) Setelah mengadakan penelitian yang cukup mengenai bidang usaha yang terbuka, lokasi proyek yang dibuktikan dengan surat konfirmasi pencadangan tanah dari Gubernur

Selain itu, penelitian Prastiya (2016) memperlihatkan tingkat kepuasan pemustaka perlu untuk diukur dengan melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar manfaat

Pada siklus 2 kegiatan lebih terfokus pada kelompok-kelompok (3 siswa/ kelompok). Pada siklus 2 ini suasana lebih meriah. Siswa memperoleh kesempatan lebih banyak untuk

Dari permasalahan di atas, ternyata ditemui seorang mahasiswa yang kemudian mengajukan pertanyaan lebih lanjut, ”Bagaimana bila sebuah segitiga akan dibagi menjadi dua bagian