Rizky Susilowati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai hubungan antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika siswa kelas V sekolah dasar. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika. Responden dalam penelitian ini adalah 60 siswa SD Negeri Demangan Yogyakarta kelas V. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala kecemasan terhadap matematika dan teknik dokumentasi berupa nilai pelajaran matematika. Reliabilitas skala kecemasan terhadap matematika diuji dengan menggunakan metode reliabilitas Alpha Cronbach dan diperoleh hasil sebesar 0,901 dari
34 item. Data analisis menggunakan teknik korelasi Spearman’s rho pada program SPSS for Windows versi 23.
Hasil analisis data menunjukkan nilai korelasi (r) sebesar -0,247 dengan taraf signifikansi 0,028 (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika, diterima.
Rizky Susilowati ABSTRACT
This study aimed to find out the relationship between mathematics anxiety and mathematics achievement in fifth grader of an elementary school.The hypothesis proposed in this study was there a negatif relationship between mathematic anxiety and mathematics achievement. The respondents in this study was 60 students in fifth grade of SD Negeri Demangan Yogyakarta. Collection data in this study used mathematics anxiety scales and documentations method of mathematics mark. Reliability of mathematics anxiety scales tested uisng Alpha Cronbach reliability and obtained result as much as 0,901 of 34 items. Data were analyzed using Spearman’s rho correlation technique in SPSS for Windows version 23 program. The data analysis shows the correlation (r) of -0,247 and 0,028 level of significance (p<0,05). According to the result, the hypothesis that were was a negatif relationship between mathematics anxiety and matehmatics achievement, was accepted.
HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN TERHADAP MATEMATIKA DAN PRESTASI MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Progam Studi Psikologi
Oleh: Rizky Susilowati
129114113
PROGAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
v
HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN TERHADAP MATEMATIKA DAN PRESTASI MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Rizky Susilowati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai hubungan antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika siswa kelas V sekolah dasar. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika. Responden dalam penelitian ini adalah 60 siswa SD Negeri Demangan Yogyakarta kelas V. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala kecemasan terhadap matematika dan teknik dokumentasi berupa nilai pelajaran matematika. Reliabilitas skala kecemasan terhadap matematika diuji dengan menggunakan metode reliabilitas Alpha Cronbach dan diperoleh hasil sebesar 0,901 dari 34 item. Data analisis menggunakan teknik korelasi Spearman’s rho pada program SPSS for
Windows versi 23. Hasil analisis data menunjukkan nilai korelasi (r) sebesar -0,247 dengan taraf
signifikansi 0,028 (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika, diterima.
vi
THE RELATIONSHIP BETWEEN MATHEMATICS ANXIETY AND MATHEMATICS ACHIEVEMENT IN THE FIFTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL
Rizky Susilowati ABSTRACT
This study aimed tofind out the relationship between mathematics anxiety and mathematics achievement in fifth grader of an elementary school.The hypothesis proposed in this study was there a negatif relationship between mathematic anxiety and mathematics achievement. The respondents in this study was 60 students in fifth grade of SD Negeri Demangan Yogyakarta. Collection data in this study used mathematics anxiety scales and documentations method of mathematics mark. Reliability of mathematics anxiety scales tested uisng Alpha Cronbach reliability and obtained result as much as 0,901 of 34 items. Data were analyzed using Spearman’s rho correlation technique in SPSS for Windows version 23 program. The data analysis shows the correlation (r) of -0,247 and 0,028 level of significance (p<0,05). According to the result, the hypothesis that were was a negatif relationship between mathematics anxiety and matehmatics achievement, was accepted.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam mengerjakan skripsi ini dari awal
sampai akhir. Karya ini memang jauh dari kata sempurna, namun karya ini
penulis kerjakan dengan sepenuh hati dan dapat terselesaikan dengan bantuan dan
doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang selalu membimbing agar tidak pernah menyerah dan
selalu berada di jalan-Mu.
2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi.
3. Bapak P. Edi Suhartanto, M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi
4. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi selaku dosen pembimbing skripsi atas
segala waktu dan dukungannya kepada penulis.
5. Bapak Prof. A. Supratiknya, Ph.D. dan Ibu P. Henrietta PDADS., M.A
selaku dosen penguji skripsi atas bimbingannya selama ujian skripsi
dan revisi skripsi.
6. Teman Skripsi “payung Prestasi Matematika” Olivia Christina Dewi
(Olips) dan Agnes Fitisia Bella Krisdia (Bella) atas segala bantuan,
dukungan, teman galau, alarm, dan kesediaan untuk selalu direpotkan.
7. Teman bimbingan skripsi Clara, Jeje, Rere, Nona, Rio, Indri, Igan,
Dira, Anggi, Devita, Ivy, Monic, Ken, Desi, Kak Lia, dan Kak Flo atas
ix
8. D’Chamiky... Dhian Wulandari, S.Pd, Chresensia Apriliana E.P., S.Pd,
Woro Kumolo Diah Izmi, Anissa Yuliyanti, S.H. Terima kasih atas
semangat, canda tawa, tangisan, dukungan yang selalu kalian berikan
kepada penulis.
9. Kedua orang tuaku Bapak Bedjo Susilo dan Ibu Jemilah, Kakakku
Inung yang selalu memberi semangat dan doa.
10.Teman-temanku Resti, Sukma, Yusma, Enok atas bantuan dan juga
kesediaan untuk mendengar keluh kesahku.
11.Abangku Izan atas segala dukungan, doa, dan kesediaannya untuk
membantuku. Terima kasih banyak.
12.Kepala SDN Perumnas Congcat dan siswa kelas V A, B, C serta
Kepala SDN Demangan dan siswa kelas A dan B atas ijin dan
kesediaan dalam keperluan penyebaran skala.
13.Teman-temanku Ingga, Devi, Karina, BM (Fany) dan seluruh angkatan
2012 atas bantuan dan kebersamaanya.
14.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan doa.
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... . i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
ABSTRAK... . v
ABSTRACT... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vii
KATA PENGANTAR... viii
1. Definisi Prestasi Matematika... 9
2. Komponen –Komponen Prestasi Matematika... 10
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Matematika... 11
B. Kecemasan Terhadap Matematika... 15
1. Definisi Kecemasan Terhadap Matematika... 15
2. Aspek dalam Kecemasan terhadap Matematika... 16
3. Faktor yang Memengaruhi Kecemasan... 18
Terhadap Matematika C. Siswa Sekolah Dasar... 19
xi
2. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar... 20
D. Dinamika Hubungan antara Kecemasan Terhadap ... 20
Matematika dan Prestasi Matematika E. Hipotesis... 25
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 26
A. Jenis Penelitian... 26
B. Indentifikasi Variabel Penelitian... 26
C. Definisi OperasionalVariabel Penelitian... 26
D. Responden Penelitian... 27
xii
B. Keterbatasan Penelitian ... 52
C. Saran ... 52
1. Bagi Guru ... 52
2. Bagi Siswa ... 53
3. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blueprint Skala Kecemasan terhadap Matematika... 31
Tabel 2. Daftar Pertanyaan dan Tujuan FGD... 32
Tabel 3. Bobot Nilai Item... 34
Tabel 4. Blueprint Skala... 35
Tabel 5. Blueprint Skala Setelah Uji Coba... 39
Tabel 6. Blueprint Skala Setelah Uji Coba... 40
dengan Penyesuaian Nomor Tabel 7. Data Responden Penelitian... 44
Tabel 8. Deskripsi Data Penelitian Kecemasan terhadap Matematika... 44
Tabel 9. Deskripsi Data Penelitian Prestasi Matematika... 45
Tabel 10. Reliabilitas Data Penelitian... 45
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas... 46
Tabel 12. Hasil Uji Linearitas... 47
Tabel 13. Hasil Korelasi Spearman’s rho... 47
Tabel 14. Hasil Uji Aspek Kecemasan terhadap Matematika ... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Penghitungan Skala Setelah Uji Coba ... 59
Lampiran 2. Materi Matematika Semester 2 ... 55
Lampiran 3. Penilaian Validitas Isi Item ... 56
Lampiran 4. Hasil Penghitungan IVI-I Skala ... 65
Lampiran 5. Daftar Nilai Kelas V SD N Demangan ... 66
Lampiran 6. Reliabilitas Penelitian ... 67
Lampiran 7. Uji Hipotesis ... 68
Lampiran 8. Uji Asumsi ... 69
Lampiran 9. Uji Per Aspek Kecemasan terhadap Matematika dengan Prestasi Matematika ... 70
Lampiran 10. Uji One Sample t-test ... 71
Lampiran 11. Skala Sebelum Uji Coba ... 72
Lampiran 12. Skala Setelah Uji Coba ... 75
1 BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting
untuk dipelajari. Materi pada pelajaran matematika dapat diaplikasikan
sebagai dasar dalam bidang ilmu lainnya, seperti contoh materi fungsi
dalam matematika dapat diterapkan dalam ilmu ekonomi ketika
mempelajari fungsi permintaan dan fungsi penawaran. Matematika
merupakan mata pelajaran yang diajarkan sejak dari tingkat sekolah yang
paling dasar. Matematika perlu diajarkan kepada seluruh peserta didik
untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Peraturan
Mendiknas, 2006).
Melalui pembelajaran matematika, siswa terbiasa dengan urutan
angka yang teratur. Hal ini akan membuat siswa terbiasa juga untuk
berpikir secara sistematis, sehingga akan lebih mudah dalam memecahkan
masalah dalam kehidupan hari. Selain itu, dalam kehidupan
sehari-hari tentunya tidak dapat lepas dari melakukan penghitungan, baik dalam
menghitung nominal uang maupun dalam memperkirakan jarak tempuh
ketika akan berkunjung ke suatu tempat.
Pada jenjang sekolah dasar, secara umum materi matematika yang
masalah, materi pecahan, serta materi pecahan desimal dan bangun ruang.
Tingkat kesuksesan pada mata pelajaran matematika ditentukan oleh
prestasi siswa dan tampak dalam nilai yang diperoleh ketika
menyelesaikan soal-soal dalam ulangan maupun ujian akhir. Nilai dalam
suatu mata pelajaran menjadi ukuran mutlak yang harus diperoleh siswa
agar dapat dikatakan lulus pada mata pelajaran yang diujikan. Berdasarkan
manfaat dan pentingnya matematika pada pendidikan di sekolah, maka
peneliti bermaksud ingin meneliti tentang prestasi matematika.
Berdasarkan penelitian dari Trend in International Mathematics
and Science Study (TIMSS), pembelajaran matematika di Indonesia berada
di peringkat rendah. TIMSS merupakan suatu kegiatan untuk menguji
kemampuan matematika dan sains pada siswa Sekolah Dasar dan siswa
Sekolah Menengah Pertama. Skor rata-rata prestasi matematika di
Indonesia berdasarkan TIMSS tahun 2015 menduduki peringkat 45 dari 50
negara (timss2015.org).
Salah satu faktor yang memengaruhi prestasi matematika adalah
kecemasan terhadap matematika, sehingga dalam penelitian ini peneliti
memilih untuk mengkaji tentang kecemasan terhadap matematika. Alasan
pemilihan variabel kecemasan terhadap matematika dikarenakan peneliti
melihat adanya ketidaksamaan hasil penelitian tentang pengaruh
kecemasan pada matematika terhadap prestasi matematika. Ramirez,
Guderson, Levine dan Beilock (2013) menemukan bahwa faktor
matematika. kecemasan matematika dapat berdampak negatif pada prestasi
akademik dan masa depan anak dalam prospek pekerjaan. Penelitian ini
melibatkan sampel yang terdiri 256 anak pada kelas satu (139 perempuan)
dan 308 anak pada kelas dua (167 perempuan). Sampel 564 anak dalam
sekolah dasar tradisional tetapi bukan anak yang berkebutuhan khusus.
Untuk mendapatkan data tentang kecemasan terhadap matematika
digunakan Child Math Anxiety Questionnaire (CMAQ-R) yang didesain
untuk siswa pada kelas satu dan dua dengan jumlah item sebanyak 16
pernyataan. Untuk mendapatkan data tentang prestasi matematika,
digunakan Woodcock-Johnson III. Di dalam penelitian ini juga
menggunakan variabel mediator yaitu working memory. Working memory
diukur dengan menggunakan subtest rentangan angka pada test Wechsler
Intelligence Scale for Children (WISC). Dari penelitian ini didapatkan
hasil bahwa anak-anak yang memiliki kapasitas working memory lebih
tinggi, maka anak-anak akan lebih mudah untuk menemukan strategi
dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan matematika. Ketika
anak bisa memecahkan permasalahan tersebut, maka dapat dipastikan anak
tersebut akan berhasil dalam matematika serta dapat menemukan cara
untuk mengurangi kecemasan ketika terlibat dalam pemikiran matematis.
Ma dan Xu (2004) juga menemukan bahwa kecemasan terhadap
matematika memiliki pengaruh terhadap prestasi matematika. Penelitian
yang dilakukan melibatkan 3116 siswa (1626 laki-laki dan 1490
indikator untuk mengukur kecemasan terhadap matematika, keduanya
adalah ketika mengerjakan matematika sering merasa gelisah dan sering
merasa ketakutan ketika membuka buku matematika. Kedua indikator ini
diukur dengan menggunakan model skala Likert. Untuk mengukur prestasi
matematika, digunakan subtest kemampuan dasar, aljabar, geometri, dan
kemampuan dalam berhitung. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil
bahwa kecemasan matematika yang dialami oleh siswa kelas 7 akan
memberikan kontribusi pada prestasi matematika pada kelas selanjutnya.
Sebagai contoh, nilai yang lebih rendah dalam prestasi matematika di
kelas 7 dikaitkan dengan nilai yang lebih tinggi pada kecemasan
matematika di kelas 8.
Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Sherman dan Wither
(2003) menemukan bahwa faktor kecemasan terhadap matematika tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi matematika.
Penelitian ini melibatkan siswa yang berumur antara 6 sampai dengan 10
tahun di Australia. Waktu dalam penelitian ini adalah dengan melakukan
observasi dua kali dalam setahun dengan masing-masing rentang waktu
adalah setiap lima tahun. Untuk mendapatkan data tentang prestasi
matematika, digunakan tes PATHMATH. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bahwa kecemasan terhadap matematika tidak secara signifikan
memiliki pengaruh terhadap prestasi matematika. Dari penelitian tersebut
yang memiliki pengaruh terhadap kecemasan matematika dan prestasi
matematika.
Berdasarkan uraian tentang adanya inkonsistensi hasil penelitian
hubungan antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika
yang telah dijabarkan sebelumnya, peneliti mencoba untuk menguji ada
atau tidaknya hubungan antara kecemasan matematika dan prestasi
matematika di Indonesia. Kecemasan matematika berpengaruh pada
bagaimana siswa memahami pembelajaran matematika di sekolah. Siswa
yang memiliki kecenderungan merasa cemas dalam matematika akan
berusaha untuk menghindari kelas matematika. Lebih parahnya, siswa
akan sering melakukan absen agar tidak mengikuti pembelajaran
matematika. Penelitian yang telah ada di Indonesia kebanyakan
mengambil subjek siswa Sekolah Menengah Pertama (Anita, 2014;
Indiyani & Listiara, 2006). Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti
mengambil subjek dari siswa Sekolah Dasar karena di Indonesia masih
belum banyak dilakukan penelitian dengan responden siswa Sekolah
Dasar. Selain itu, matematika penting dipelajari di sekolah dasar karena
materi pada tingkat sekolah dasar masih sederhana dan mempersiapkan
para siswa untuk mendapatkan materi yang lebih sulit pada jenjang
selanjutnya.
Kecemasan terhadap matematika dapat diartikan sebagai ketakutan
yang menghasilkan respon negatif ketika seseorang dihadapkan pada
performansi dalam matematika. Kecemasan matematika merupakan
perwujudan dari dua bentuk kecemasan, yaitu: trait anxiety (kecemasan
dasar) dan state anxiety (kecemasan sesaat). Kecemasan dasar
digambarkan sebagai kerentanan terhadap stres yang individu berikan pada
situasi tertentu, sedangkan kecemasan sesaat dijelaskan sebagai situasi
yang nyata berkaitan dengan pengalaman stres pada lingkungan yang tidak
menyenangkan (Miller & Bischel, dalam Whyte & Anthony 2012).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ma dan Xu (2004)
dinyatakan bahwa kecemasan matematika berhubungan dengan berbagai
kekhawatiran dan masalah dalam pembelajaran matematika. Siswa yang
memiliki kecemasan terhadap matematika cenderung akan menghindari
kelas matematika. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Maloney dan
Beilock (2012) menemukan bahwa kecemasan dalam matematika diakui
sebagai faktor yang signifikan dalam pembelajaran matematika,
performansi matematika, dan kemampuan berhitung di kelas.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih subjek pada siswa kelas V
sekolah dasar dengan pertimbangan bahwa siswa kelas V sekolah dasar
berada pada puncak tahapan operasional konkret. Pada tahap ini, siswa
dituntut untuk dapat berpikir logis serta mampu memecahkan
permasalahan yang bersifat konkret. Kemampuan ini berguna dalam
pembelajaran matematika di sekolah, khususnya pada siswa kelas V
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dapat
diketahui pentingnya prestasi matematika. Rendahnya prestasi matematika
di sekolah dasar diduga disebabkan oleh rasa tidak suka terhadap pelajaran
matematika. Beranjak dari masalah tersebut, peneliti merasa perlu untuk
mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi prestasi matematika, terutama
kecemasan terhadap matematika. Dengan demikian, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat hubungan antara kecemasan
terhadap matematika dan prestasi matematika?”.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini yaitu menguji ada atau tidaknya
hubungan antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis
Melengkapi dan menguatkan penelitian sebelumnya di bidang
psikologi pendidikan, khususnya mengenai hubungan antara
kecemasan matematika dan prestasi matematika. Selain itu,
menambah pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi
prestasi matematika di sekolah, terutama faktor kecemasan
2. Manfaat Praktis
Siswa dan guru dapat memahami tanda-tanda kecemasan terhadap
matematika di sekolah, sehingga dapat meminimalkan dampaknya
9 BAB II
LANDASAN TEORI
A. PRESTASI MATEMATIKA 1. Definisi Prestasi Matematika
Susanto (2013) mendefinisikan matematika sebagai disiplin ilmu
yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir, berargumentasi,
memberi kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam
dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Reys (2002) mengatakan bahwa
matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir
dengan strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat
untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis. Berdasarkan
beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah ilmu yang mempelajari tentang pola dan hubungan, cara
berpikir dengan strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, dan
bahasa yang dapat memberikan kontribusi dalam kehidupan serta
dalam pemecahan masalah.
Sugihartono (2007) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil
pengukuran perubahan tingkah laku siswa setelah menghayati proses
belajar yang berwujud angka ataupun pernyataan yang mencerminkan
tingkat penguasaan materi belajar. Senada dengan pendapat di atas
diperoleh sebagai pengaruh dari proses belajar. Prestasi dapat
disimpulkan sebagai hasil yang didapatkan oleh siswa karena adanya
proses belajar.
Berdasarkan uraian tentang prestasi dan matematika, maka dapat
disimpukan bahwa prestasi matematika adalah hasil yang dicapai oleh
siswa karena proses belajar matematika. Prestasi matematika dapat
diketahui dari hasil belajar matematika siswa dalam mengerjakan soal
matematika dan pemecahan masalah dalam mata pelajaran
matematika.
2. Komponen-Komponen Prestasi Matematika
Komponen prestasi matematika dilihat dari nilai ujian tengah
semester dua, dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata
pelajaran Matematika adalah 70. Materi yang diujikan pada ujian
tengah semester dua adalah materi pecahan, dengan kompetensi dasar
yaitu:
2.1. Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta
sebaliknya.
2.2. Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan.
2.3. Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan.
3. Faktor- faktor yang Memengaruhi Prestasi Matematika
Secara umum, faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar
matematika dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu faktor
internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar (Syah, 2008).
Faktor tersebut yaitu:
3.1.Faktor Internal
Merupakan faktor yang ada dalam diri siswa, meliputi aspek
fisiologis, aspek psikologis, dan aspek kemampuan.
3.1.1.Aspek fisiologis
Aspek ini meliputi kondisi umum jasmani dan fungsi
organ tubuh yang berperan dalam proses belajar
matematika siswa. Dalam proses belajar matematika,
siswa menggunakan sebagian besar organ maupun anggota
tubuhnya. Adanya gangguan pada bagian tubuh tertentu
akan mengakibatkan proses belajar matematika menjadi
terganggu, misalnya dapat menurunkan kualitas ranah
cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya
menjadi tidak berbekas.
3.1.2.Aspek psikologis
3.1.2.1.Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
secara positif maupun negatif. Sikap positif dari
siswa terhadap guru dan materi pelajaran
matematika menunjukkan kesuksesan awal dalam
proses belajar matematika.
3.1.2.2.Minat siswa
Minat adalah kecenderungan dan keinginan yang
besar terhadap sesuatu. Siswa yang memiliki minat
terhadap matematika akan menaruh perhatian lebih
pada hal tersebut, sehingga siswa akan berusaha
untuk mencari tahu banyak tentang hal yang
berkaitan dengan matematika.
3.1.2.3.Motivasi siswa
Motivasi dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Sumber yang berasal dari diri
siswa disebut dengan motivasi instrinsik dan
sumber yang berasal dari luar diri siswa disebut
motivasi ekstrinsik. Motivasi yang berasal dari diri
siswa atau motivasi instrinsik lebih memiliki
pengaruh positif terhadap prestasi matematika
daripada sumber yang berasal dari luar diri siswa.
3.1.2.4. Kecemasan siswa
Kecemasan akan berpengaruh pada pemecahan
Tingkat kecemasan siswa menentukan keberhasilan
siswa dalam belajar matematika. Semakin rendah
kecemasan yang dimiliki oleh siswa, maka
semakin berhasil dalam proses belajar matematika
(Cavanagh & Sparrow, 2009).
3.1.3. Aspek Intelektual
3.1.3.1. Inteligensi Siswa
Inteligensi dapat dartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tepat.
Tingkat inteligensi siswa sangat menentukan
tingkat keberhasilan siswa dalam belajar
matematika. Semakin tinggi tingkat inteligensi
siswa, maka semakin berhasil dalam proses
belajar matematika.
3.1.3.2. Bakat siswa
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada
masa yang akan datang. Setiap siswa memiliki
bakat atau potensi untuk mencapai prestasi sesuai
dengan kemampuannya. Ketika siswa berbakat
akan menjadi siswa yang berprestasi dalam
bidang tersebut.
3.2.Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar siswa meliputi faktor lingkungan
sosial dan faktor nonsosial.
3.2.1.Faktor lingkungan sosial
Lingkungan sosial yang terdiri dari guru, teman sekelas,
orang tua, keluarga dan orang-orang di sekitar tempat
tinggal siswa dapat memengaruhi proses belajar siswa.
Orang tua dan keluarga merupakan lingkungan sosial yang
paling berpengaruh terhadap kegiatan belajar matematika
siswa. Ketika orang tua memberikan tekanan dan harapan
yang kuat dalam pelajaran matematika, maka siswa akan
berusaha untuk memenuhi harapan tersebut. Namun,
apabila siswa tidak mampu untuk memenuhi harapan
tersebut, maka dapat menimbulkan adanya kecemasan
dalam belajar matematika. Di samping itu, seorang siswa
juga belajar dari lingkungan sekitarnya. Ketika lingkungan
memberikan pengaruh yang baik, maka siswa juga akan
mempelajari sesuatu yang baik pula.
3.2.2.Faktor lingkungan nonsosial
Faktor lingkungan nonsosial terdiri dari kondisi dan lokasi
cuaca, serta waktu belajar siswa. Ketika semua faktor
tersebut dapat mendukung proses belajar matematika siswa,
maka dapat dipastikan siswa akan berhasil dalam
belajarnya.
3.3.Faktor pendekatan belajar
Pendekatan belajar adalah cara atau strategi yang digunakan siswa
dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari
materi matematika. Faktor ini berpengaruh pada keberhasilan
siswa dalam proses belajar matematika, misalnya ketika siswa
mengaplikasikan pendekatan belajar deep (mendalam), maka
mungkin sekali siswa berpeluang untuk meraih prestasi belajar
matematika daripada siswa yang menerapkan pendekatan surface
(permukaan/bersifat lahiriah) atau reproductive (menghasilkan
kembali fakta dan informasi).
Dari berbagai faktor yang telah dijabarkan sebelumnya, peneliti
memilih faktor internal yang memengaruhi prestasi matematika, yaitu
kecemasan terhadap matematika.
B. KECEMASAN TERHADAP MATEMATIKA
1. Definisi Kecemasan terhadap Matematika
Ashcraft (2002) meyatakan bahwa kecemasan terhadap matematika
adalah perasaan ketegangan, ketakutan, atau takut yang mengganggu
menjelaskan bahwa, “mathematics anxiety, considered a fear or
phobia, produces ‘a negative response specific to the learning, or
doing, of mathematical activities that interferes with performance”.
Maksudnya adalah kecemasan matematika dianggap sebagai ketakutan
atau fobia, menghasilkan hal negatif yang spesifik dalam pembelajaran
atau aktivitas matematika serta mengganggu performansi. Suinn dan
Winston (dalam Wang dkk, 2015) menyatakan bahwa kecemasan
matematika adalah perasaan ketegangan, menggelisahkan, dan
ketakutan dalam situasi yang berhubungan dengan matematika.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas, kecemasan matematika
dapat diartikan sebagai ketakutan yang menghasilkan respon negatif
ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang berhubungan dengan
matematika dan mengganggu performansi dalam matematika.
2. Aspek dalam Kecemasan Terhadap Matematika
Aspek kecemasan terhadap matematika terdiri dari aspek
fisiologis, aspek kognitif, aspek afektif (Whyte, dalam Whyte &
Anthony, 2012) dan aspek perilaku (Aschraft, 2002). Aspek tersebut
yaitu:
2.1. Aspek fisiologis merupakan aspek yang meliputi kondisi
jasmani serta fungsi tubuh. Aspek fisiologis meliputi: badan
dengan matematika, perut mual, meningkatnya denyut jantung,
serta mengalami ketegangan.
2.2. Aspek kognitif merupakan aspek yang berkaitan dengan pola
pikir siswa dalam belajar matematika. Aspek kognitif meliputi:
munculnya pikiran-pikiran negatif yang berkaitan dengan
matematika dan pikiran menjadi kosong (blank). Ketika siswa
dihadapkan dengan hal yang berkaitan dengan matematika,
siswa tidak mampu untuk berkonsentrasi dengan baik. Siswa
hanya berpikir negatif tentang kegagalan-kegagalan dalam
belajar matematika.
2.3. Aspek afektif merupakan aspek yang berasal dari dalam diri
siswa dan bersifat emosional. Aspek afektif meliputi: takut
apabila terlihat bodoh, ragu akan kemampuan sendiri, serta
kehilangan harga diri. Hal ini berkaitan dengan hubungan siswa
dengan teman di kelasnya. Ketika tidak mampu mengerjakan
soal matematika, siswa akan merasa memiliki kemampuan yang
rendah dibandingkan teman-temannya yang lain.
2.4. Aspek perilaku merupakan aspek yang berkaitan dengan
aktivitas dan kegiatan siswa. Aspek perilaku meliputi: perilaku
menghindar dari kegiatan yang berhubungan dengan
matematika. Siswa akan memilih absen atau bolos untuk
3. Faktor yang Memengaruhi Kecemasan terhadap Matematika Trujillo dan Hadfield (Peker, 2009) menyatakan bahwa penyebab
kecemasan matematika dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu
sebagai berikut :
3.1. Faktor kepribadian (psikologis atau emosional)
Faktor kepribadian merupakan faktor yang muncul dari dalam
diri siswa. Contoh dari faktor kepribadian ini misalnya,
perasaan takut siswa akan kemampuan yang dimilikinya
(self-efficacy belief), rendahnya kepercayaan diri yang menyebabkan
rendahnya nilai harapan siswa (expectancy value), motivasi diri
siswa yang rendah dan sejarah emosional seperti pengalaman
tidak menyenangkan di masa lalu yang berhubungan dengan
matematika yang menimbulkan trauma.
3.2. Faktor lingkungan atau sosial
Faktor lingkungan atau sosial merupakan faktor yang berasal
dari luar diri siswa. Faktor ini meliputi kondisi saat proses
belajar mengajar matematika di kelas yang tegang diakibatkan
oleh cara mengajar guru di kelas, model dan metode mengajar
guru matematika, rasa takut dan cemas terhadap matematika dan
kurangnya pemahaman yang dirasakan para guru matematika
dapat diturunkan kepada para siswanya. Faktor lingkungan yang
berasal dari keluarga terutama orang tua siswa juga memberikan
terkadang memaksakan anak-anaknya untuk pandai dalam
matematika. Hal ini membuat anak merasa tertekan dan merasa
harus selalu menjadi apa yang diharapkan oleh orang tua.
3.3. Faktor intelektual
Faktor intelektual terdiri atas pengaruh yang bersifat kognitif.
Faktor ini lebih mengarah pada bakat dan tingkat kecerdasan
yang dimiliki siswa. Ketidakmampuan siswa dalam mempelajari
konsep matematika, ragu-ragu akan kemampuan diri, serta
proses belajar matematika yang salah memiliki pengaruh pada
kecemasan terhadap matematika.
C. SISWA SEKOLAH DASAR
1. Pengertian Siswa Sekolah Dasar
Santrock (2014) menyebutkan bahwa siswa sekolah dasar berada
dalam tahapan anak usia tengah dan akhir, dimulai dari usia sekitar 6
tahun sampai dengan 11 tahun. Siswa kelas lima sekolah dasar
termasuk dalam usia antara 10 sampai dengan 11 tahun. Dalam usia
ini, anak-anak menguasai keterampilan dasar dalam membaca, tulisan,
matematika, prestasi menjadi tema yang lebih utama, dan pengendalian
diri meningkat. Dalam tahapan ini, anak berinteraksi dengan dunia luar
yang lebih luas dari keluarga mereka, seperti dalam masyarakat dan
2. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Santrock (2014) menjelaskan bahwa karakteristik anak usia 6
sampai 11 tahun adalah sebagai berikut:
2.1 Perkembangan kognitif mulai berkembang. Siswa mampu
berpikir logis, memahami konsep percakapan, mengorganisasikan
objek ke dalam klasifikasi, mampu mengingat, memahami dan
memecahkan masalah yg bersifat konkret. Hal ini masuk dalam
tahapan operasional konkret menurut Piaget.
2.2 Pertumbuhan fisik ditandai dengan lebih berat, kuat, dan tinggi.
Sistem tulang dan sistem otot mulai berkembang yang ditandai
dengan meningkatnya kemampuan dalam gerakan.
2.3 Perkembangan bahasa ditandai dengan meningkatnya
kemampuan membaca dan juga bertambahnya kosa kata serta
perbendaharaan kata. Siswa perempuan akan lebih banyak
berbicara daripada anak laki-laki.
2.4 Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan siswa untuk
memahami aturan dan norma yang ada di dalam masyarakat.
Siswa akan belajar bagaimana berperilaku dari teman sebayanya.
D. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN TERHADAP MATEMATIKA DAN PRESTASI MATEMATIKA
Kecemasan terhadap matematika dapat diartikan sebagai perasaan
berhubungan dengan matematika dan mengganggu performansi dalam
matematika. Secara umum, kecemasan terhadap matematika memiliki
empat aspek, yaitu aspek fisik, aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
perilaku.
Aspek yang pertama adalah aspek fisik yang meliputi reaksi tubuh
berkeringat, mual, meningkatnya denyut jantung, serta mengalami
ketegangan. Adanya gangguan pada bagian tubuh tertentu akan
mengakibatkan proses belajar matematika menjadi terganggu. Ketika
siswa mengalami ketegangan ataupun perut terasa mual, kemampuan
untuk berkonsentrasi ketika menerima pelajaran juga akan terganggu. Hal
ini akan mengakibatkan materi pelajaran matematika yang diterima tidak
akan maksimal, sehingga prestasi matematika menjadi rendah.
Dalam aspek kognitif meliputi munculnya pikiran-pikiran negatif
dan pikiran menjadi kosong (blank). Gangguan dalam aspek kognitif ini
juga akan berpengaruh dalam menerima materi pelajaran matematika yang
diajarkan oleh guru. Materi yang seharusnya dapat diterima siswa dengan
baik akan menjadi hilang begitu saja ketika kualitas ranah cipta (kognitif)
mengalami penurunan. Hal ini akan mengakibatkan prestasi matematika
siswa menjadi rendah.
Aspek yang selanjutnya adalah aspek afektif yang meliputi
perasaan takut apabila terlihat bodoh, ragu akan kemampuan sendiri, serta
kehilangan harga diri. Setiap siswa memiliki bakat untuk mencapai
tersebut muncul, maka akan menghambat siswa ketika belajar matematika
di sekolah. Ketika diberikan tugas oleh guru, siswa tidak memiliki
kepercayaan diri untuk mengerjakan soal tersebut, sehingga karena takut
apabila terlihat bodoh maka siswa tersebut akan berusaha mencari jawaban
yang benar dengan mencontek teman yang dianggap pintar matematika.
Hal ini akan mengakibatkan siswa semakin tidak memiliki rasa percaya
diri dengan kemampuannya sendiri. Siswa tersebut juga akan semakin
memiliki perasaan takut apabila terlihat bodoh di depan teman-teman
sekelasnya. Apabila hal ini dialami siswa Sekolah Dasar, maka akan
mengakibatkan prestasi matematika siswa tersebut menjadi rendah.
Aspek yang terakhir adalah aspek perilaku yang meliputi reaksi
siswa yang akan menghindari kegiatan yang berhubungan dengan
matematika. Bolos atau absen dari pelajaran matematika menjadi tanda
bahwa siswa mulai menghindari kegiatan yang berhubungan dengan
matematika. Siswa akan lebih memilih untuk menghindari pelajaran
matematika daripada harus mengikuti pelajaran matematika yang akan
membuat dirinya menjadi tertekan. Ketika siswa sudah memiliki tanda
tersebut, akan berpengaruh dalam kinerja siswa dalam matematika.
Akibatnya, prestasi matematika siswa menjadi rendah.
Individu yang memiliki kecemasan matematika tinggi
menunjukkan performansi yang buruk dalam memecahkan permasalahan
matematika yang sulit. Kecemasan matematika berhubungan dengan
juga merupakan tolak ukur yang positif terhadap kemampuan matematika
(Gunderson et.al, dalam Ferguson et.al, 2015).
Kecemasan matematika memiliki pengaruh yang negatif terkait
dengan pencapaian matematika karena mengarah pada menghindari
matematika. Kecemasan terhadap matematika akan mengganggu memori
kerja siswa yang digunakan untuk memecahkan masalah matematika
(Ashcraft, 2002; Lyons & Beilock, 2012; Park, Ramirez, & Beilock,
2014). Siswa yang memiliki kecemasan terhadap matematika cenderung
menunjukkan rasa ketidaksukaannya terhadap hal-hal yang ada kaitannya
dengan matematika. Faktanya, dalam usia yang relatif masih muda, siswa
sekolah dasar banyak yang mengalami kecemasan terhadap matematika.
Banyak siswa yang merasa bahwa pelajaran matematika adalah mata
pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Pemikiran seperti ini akan
meningkatkan kecemasan siswa pada hal-hal yang berkaitan dengan
perhitungan. Secara lebih ringkas, hubungan antara kecemasan terhadap
Bagan 1. Hubungan antara kecemasan terhadap matematika dengan prestasi prestasi matematika, yang tercermin dalam nilai matematika dengan kompetensi dasar, yaitu: -Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya.
-Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan.
E. HIPOTESIS
Berdasarkan uraian dalam dinamika antara kecemasan terhadap
matematika dan prestasi matematika yang telah dituliskan sebelumnya,
peneliti merumuskan suatu hipotesis penelitian yaitu ada hubungan negatif
yang signifikan antara kecemasan terhadap matematika dengan prestasi
26 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan metode
korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara kecemasan
terhadap matematika dan prestasi matematika pada siswa kelas V sekolah
dasar.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Varibel bebas (x) : kecemasan terhadap matematika.
Variabel tergantung (y) : prestasi matematika.
C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN 1. Kecemasan terhadap Matematika
Kecemasan terhadap matematika adalah ketakutan yang menghasilkan
respon negatif ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang
berhubungan dengan matematika dan mengganggu performansi dalam
matematika yang diukur dengan skala kecemasan terhadap
matematika. Aspek-aspek dalam kecemasan matematika adalah
sebagai berikut: aspek fisiologis, aspek kognitif, aspek afektif, dan
aspek perilaku. Aktivitas matematika yang diteliti dalam penelitian ini
soal matematika, ketika guru menjelaskan pelajaran matematika,
ketika ulangan matematika, ketika pelajaran matematika berlangsung,
dan ketika mengingat rumus-rumus matematika. Skor total pada skala
kecemasan terhadap matematika diperoleh dari total jawaban subjek
dari rentang angka 1 sampai dengan 4.
2. Prestasi Matematika
Prestasi matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa
karena proses belajar matematika. Prestasi matematika dapat diketahui
dari nilai-nilai siswa dalam mengerjakan soal matematika dan
pemecahan masalah dalam mata pelajaran matematika, yang dilihat
dari dokumentasi yang berupa nilai ujian tengah semester dua.
D. RESPONDEN PENELITIAN
Responden dalam penelitian ini dipilih dengan teknik purposive
sampling, yaitu siswa dan siswi kelas lima Sekolah Dasar dengan umur
antara 10 sampai dengan 11 tahun yang memiliki kemampuan kognitif
sesuai dengan tahapan operasional konkret yang ditunjukkan dengan
pemilihan siswa dari sekolah yang sama dan berdomisili di Yogyakarta.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala
1. BLUEPRINT
a. Kecemasan terhadap Matematika
Sebelum menyusun alat ukur, maka terlebih dahulu disusun
blueprint skala kecemasan terhadap matematika. Blueprint dibuat
berdasarkan aspek fisik, kognitif, afektif, dan perilaku. Blueprint
skala kecemasan terhadap matematika dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.
Blueprint Skala Kecemasan terhadap Matematika
Aspek Indikator Item
Favorable Unfavorable
2. FGD (Focus Group Discussion)
FGD dilakukan untuk memahami konteks calon responden dan
mengidentifikasi bentuk-bentuk tingkah laku yang dianggap sebagai
indikator, baik yang favorabel maupun unfavorabel dari kecemasan
terhadap matematika dari calon responden penelitian. FGD
dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2016 di SD Kanisius
Condongcatur dengan responden dari kelas V sebanyak delapan orang.
Delapan orang responden tersebut dipilih berdasarkan kriteria tingkat
prestasi matematikanya. Sebanyak tiga orang siswa memiliki prestasi
matematika tinggi, tiga orang memiliki prestasi matematika sedang,
dan dua orang memiliki prestasi matematika rendah. Daftar pertanyaan
FGD dapat dilihat dalam tabel 2.
Tabel 2.
Daftar Pertanyaan dan Tujuan FGD
ASPEK INDIKATOR PERTANYAAN
Fisik
Berkeringat Bagaimana kondisi fisik
kalian saat ada pelajaran
Pikiran negatif Apa yang kalian pikirkan ketika ada pelajaran matematika?
Pikiran kosong
Afektif
Takut terlihat bodoh Bagaimana perasaan
Setelah melakukan FGD, peneliti membuat verbatim dari hasil
FGD sebagai acuan dalam penyusunan butir aitem pada skala
kecemasan terhadap matematika. Hasil FGD pada aspek fisik
menunjukkan bahwa pada saat pelajaran matematika siswa
menganggap kondisi fisiknya biasa saja. Hal ini dikarenakan siswa
menganggap matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan.
Di sisi lain, ketika guru matematika masuk kelas, siswa biasanya akan
mengalami ketegangan dan jantungnya berdegup kencang. Selain itu,
ketika diminta mengerjakan soal di papan tulis dan berhadapan dengan
materi matematika yang sulit, empat siswa akan mengalami
ketegangan dan mengeluarkan keringat dingin.
Hasil FGD pada aspek pada aspek kognitif menunjukkan bahwa
para siswa berpikir matematika merupakan pelajaran yang lumayan
susah untuk dipelajari. Terlebih lagi ketika pelajaran matematika
berlangsung dan diganggu oleh teman-teman maka akan lebih sulit lagi
untuk berkonsentrasi. Selain itu, siswa juga takut apabila tidak
mendapatkan nilai bagus dan ketinggalan materi matematika yang
dianggap sulit.
Hasil FGD pada aspek afektif menunjukkan bahwa siswa merasa
senang pada pelajaran matematika. Di sisi lain, siswa merasa ragu-ragu
dan takut ketika mendapatkan soal matematika yang sulit. Selain itu,
membosankan dan memilih pelajaran lain yang lebih menyenangkan,
seperti pelajaran Bahasa Indonesia.
Berdasarkan hasil FGD pada aspek perilaku menunjukkan bahwa
perilaku siswa ketika berada di kelas matematika adalah
memperhatikan penjelasan dari guru matematika dan bertanya ketika
ada materi yang tidak dipahami. Di sisi lain, siswa menunjukkan
perilaku negatif, yaitu ijin ke kamar kecil agar bisa keluar kelas. Selain
itu, siswa akan pura-pura diam agar tidak ditunjuk oleh guru
matematika.
Dari hasil FGD, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas V sekolah
dasar menunjukkan indikator dari kecemasan terhadap matematika.
Hal ini tampak pada jawaban-jawaban yang diberikan oleh siswa
ketika diberikan pertanyaan terkait dengan kecemasan terhadap
matematika.
3. PENULISAN ITEM
Peneliti menyusun item kecemasan terhadap matematika
berdasarkan kondisi responden untuk mengukur kecemasan terhadap
matematika pada siswa kelas V sekolah dasar. Pemahaman tentang
kondisi dan konteks responden ini diperoleh dari hasil FGD. Skala
kecemasan terhadap matematika terdiri dari 50 butir aitem, yaitu 27
aitem favorable dan 23 aitem unfavorable. Pembagian aitem favorable
Skala ini memiliki empat kategori jawaban yang didasarkan pada
metode Likert (1932), yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), J (Jarang),
dan TP (Tidak Pernah). Alternatif jawaban dibuat menjadi empat
kategori dengan maksud agar responden mampu memberikan respon
yang benar-benar diyakini oleh responden dan tidak memberikan
respon netral atau ragu-ragu (Azwar, 2012). Bobot penilaian skala
kecemasan terhadap matematika ditampilkan pada tabel 3.
Tabel 3.
Bobot Nilai Item
Jawaban Bobot Nilai
STS (Sangat Tidak Setuju) 1
TS (Tidak Setuju) 2
S (Setuju) 3
SS (Sangat Setuju) 4
Semakin tinggi skor pada responden pada skala ini
menunjukkan semakin tinggi kecemasan responden terhadap
pelajaran matematika. Sebaliknya, semakin rendah skor
menunjukkan semakin rendah kecemasan responden terhadap
matematika. Blueprint skala kecemasan terhadap matematika dengan
Tabel 4.
Afektif Takut bila terlihat bodoh
4. REVIEW DAN REVISI ITEM
Review item skala kecemasan terhadap matematika dilakukan oleh
dosen pembimbing skripsi. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah
item-item yang disusun oleh peneliti sudah sesuai dengan definisi
yang disusun oleh peneliti masih belum sesuai, maka peneliti perlu
melakukan revisi guna mengevaluasi masukan yang diberikan oleh
dosen pembimbing skripsi terkait item-item yang telah disusun agar
dapat mencerminkan variabel yang akan diukur.
5. PENGHITUNGAN VALIDITAS ISI
Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian validitas isi secara
kuantitatif. Indeks validitas yang dihitung adalah Indeks Validitas Isi
Item (IVI-I) dan Indeks Validitas Isi Skala (IVI-S). Kedua
penghitungan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
5.1. Indeks Validitas Isi Item (IVI-I)
Indeks Validitas Isi Item (IVI-I) adalah indeks validitas isi
pada taraf item yang menunjukkan taraf relevansi item dengan
atribut psikologis atau komponen atribut psikologis yang diukur.
Kategori penilaian item ini dibagi menjadi dua, yaitu apabila
mendapatkan penilaian 1 dan 2 maka dapat dikatakan item
tersebut “tidak relevan”, sehingga diberi skor 0. Selanjutnya,
apabila item mendapatkan penilaian 3 dan 4 maka dapat
diartikan item tersebut “relevan”, sehingga diberi skor 1. Setelah
diberikan skor, maka dilakukan penghitungan untuk menentukan
indeks validitas isi item. Penghitungan dilakukan dengan
(Jumlah penilai yang memberikan skor 3 atau 4) IVI-I =
(Jumlah total penilai)
Item dipandang relevan jika mencapai skor ≥ 0,78. Jika
item memiliki skor kurang dari angka tersebut, maka item perlu
direvisi atau digugurkan. Setelah medapatkan skor tersebut,
maka langkah selanjutnya item diberikan tindakan sesuai dengan
hasil penilaian dari penyusun skala. Tindakan tersebut adalah:
dipakai, dipakai dengan perbaikan, digugurkan, dan diganti
dengan item baru (Supratiknya, 2016).
5.2. Indeks Validitas Isi Skala (IVI-S)
Indeks Validitas Isi Skala (IVI-S) adalah indeks validitas isi
skala, yaitu rerata proporsi item-item yang mendapatkan
penilaian 3 atau 4 (atau skor baru 1) oleh semua peneliti.
Penghitungan IVI-S adalah sebagai berikut:
(Jumlah IVI-I) IVI-S =
(Jumlah item)
46,333
= = 0,926666 50
Sebuah skala dipandang memiliki validitas isi yang baik jika
nilai IVI-S ≥ 0,90. Pada penghitungan diatas, didapatkan hasil IVI
-S yaitu 0, 926666. Hal ini dapat dikatakan bahwa skala kecemasan
terhadap matematika memiliki validitas isi yang baik (0,926666 ≥
6. UJI COBA ALAT UKUR
Uji coba dilakukan pada sekelompok responden yang memiliki
karakteristik yang relatif sama dengan responden penelitian. Kelompok
yang menjadi responden uji coba adalah siswa kelas V SD N Perumnas
Condong Catur sebanyak 79 orang. Responden diminta untuk mengisi
skala yang diberikan oleh peneliti. Pelaksanaan uji coba pada tanggal 6
Maret 2017. Peneliti melakukan uji coba untuk menentukan apakah
item-item dapat digunakan sebagai alat ukur untuk penelitian, yaitu
dengan melihat taraf reliabilitas dan korelasi tiap item dengan skor
total melalui analisis item.
Setelah uji coba dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan
analisis item dengan bantuan program SPSS for Windows versi 23. Hal
ini dilakukan untuk melihat item-item mana saja yang mampu
membedakan responden yang memiliki kecenderungan dan responden
yang tidak memiliki kecenderungan sesuai variabel yang hendak
diukur. Analisis item dilakukan dengan memperhatikan angka pada
korelasi item-total (rix). Apabila angka
r
ix ≥ 0,30 maka item dapatdipertahankan. Pada tabel 5 ditampilkan item-item yang dipakai dan
Tabel 5.
Blueprint Skala Setelah Uji Coba
Aspek Indikator Item yang
Dipakai
Afektif Takut bila terlihat bodoh
skala penelitian perubahan nomor dilakukan supaya ada keselarasan
dan kesinambungan. Perubahan nomor aitem ini ditampilkan pada
Tabel 6.
Blueprint Skala Setelah Uji Coba dengan Penyesuaian Nomor
Aspek Indikator Item Total
F. PEMERIKSAAN RELIABILITAS ALAT UKUR PENELITIAN Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan analisis Alpha
Cronbach dengan bantuan program SPSS 23.0 for Windows. Koefisien
reliabilitas ditentukan dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00.
dapat dikatakan apabila pengukuran tersebut semakin reliabel (Azwar,
2012). Hasil analisis menunjukkan, dari 34 item didapatkan reliabilitas
sebesar 0,926. Hal ini dapat dikatakan bahwa alat ukur yang digunakan
reliabel.
G. METODE ANALISIS DATA 1. Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik korelasi product moment.. Teknik ini digunakan untuk menguji
hubungan antara kecemasan terhadap matematika dan prsetasi
matematika. Uji hipotesis dilakukan bantuan program SPSS 23.0 for
Windows. Teknik pengujian product moment memiliki dua asumsi,
yaitu: normalitas dan linearitas. Kedua asumsi tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
2. Uji Asumsi Data Penelitian 2.1.Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah
data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal atau
tidak (Santoso, 2010). Uji normalitas dilakukan dengan bantuan
program SPSS 23.0 for Windows.
2.2.Uji Linieritas
Uji liniearitas adalah uji yang dilakukan untuk menyatakan
lurus atau tidak (Santoso, 2010). Uji linearitas dilakukan dengan
41 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2017 di SD N
Demangan Yogyakarta, dengan cara membagikan skala kepada siswa
kelas V A dan V B. Pada saat penelitian berlangsung, peneliti dibantu
oleh satu orang asisten peneliti yang bertugas untuk membantu
membagikan skala. Penelitian dilakukan pada saat jam pelajaran
Bahasa Inggris dimulai dari kelas V B, kemudian dilanjutkan ke kelas
V A. Peneliti membagikan skala pada masing-masing kelas dengan
jumlah pernyataan sebanyak 34 butir. Siswa kelas V A dan V B dapat
menyelesaikan pengisian skala dengan waktu ± 15 menit. Siswa kelas
V A dan V B dapat mengerjakan skala dengan baik dan sesuai dengan
petunjuk yang diberikan. Namun, ada beberapa kata yang sulit
dipahami oleh siswa, sehingga peneliti harus memberikan penjelasan
lebih lanjut, seperti kata minder dan kata antusias. Peneliti juga
meminta nilai ujian tengah semester Matematika kepada guru
2. DESKRIPSI RESPONDEN DAN DATA PENELITIAN
Siswa kelas V SD N Demangan dibagi menjadi dua kelas, yaitu V
A dan V B. Siswa kelas V A berjumlah 32 anak dengan rincian
sebanyak 18 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Siswa kelas V B
berjumlah 28 anak dengan rincian sebanyak 15 siswa laki-laki dan 13
siswa perempuan. Data responden penelitian dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel. 7
Data Responden Penelitian
Kelas Laki-laki Perempuan
V A 18 14
V B 15 13
Total 33 27
Pada tabel 8 dan 9 disajikan deskripsi data penelitian dari
kedua variabel, yaitu variabel kecemasan terhadap matematika dan
variabel prestasi matematika. Pada tabel 8 dijelaskan bahwa
responden pada variabel kecemasan terhadap matematika sebanyak 60
responden dengan mean teoritis sebesar 85, mean empiris sebesar
64,73, SD sebesar 13,386, Xmin sebesar 34 dan Xmax sebesar 136.
Tabel 8.
Deksripsi Data Penelitian Kecemasan terhadap Matematika
Kecemasan terhadap Matematika
N Mean SD
Sig. Xmin Xmax Teoritik Empiris
Selanjutnya, pada tabel 9 dijelaskan bahwa responden pada
prestasi matematika sebanyak 60 responden dengan mean teoritik
sebesar 50, mean empiris sebesar 66,65, SD sebesar 11,763, Xmin
sebesar 0 dan Xmax sebesar 100.
Tabel 9.
Deksripsi Data Penelitian Prestasi Matematika
Prestasi Matematika
Berdasarkan uji data dari one sample t-test variabel kecemasan
terhadap matematika dan prestasi matematika menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,000. Hasil data tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara mean teoritik dan mean
empiris antara kedua variabel.
3. RELIABILITAS DATA PENELITIAN
Dalam penelitian ini, didapatkan reliabilitas sebesar 0,901. Hal ini
dapat diartikan bahwa alat ukur dalam penelitian ini, yaitu skala
kecemasan terhadap matematika adalah reliabel. Hasil penghitungan
reliabilitas disajikan pada tabel 10.
Tabel 10.
Realiabilitas Data Penelitian
Variabel Jumlah aitem Alpha Cronbach
Kecemasan terhadap Matematika
4. HASIL UJI ASUMSI
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan
uji asumsi, yaitu uji normalitas dan uji linearitas. Kedua uji tersebut
adalah sebagai berikut:
4.1.Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov. Hasil
penghitungan menunjukkan signifikansi pada kecemasan terhadap
matematika sebesar 0,200, sedangkan signifikansi pada prestasi
matematika sebesar 0,001. Hal ini dapat diartikan bahwa
distribusi sebaran pada variabel kecemasan terhadap matematika
bersifat normal (p>0,05) dan distibusi sebaran pada prestasi
matematika bersifat tidak normal (p<0,05). Penghitungan uji
normalitas disajikan pada tabel 11.
Tabel 11.
Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov –Smirnova
Variabel df Sig.
Kecemasan terhadap
Matematika 60 0,200
Prestasi Matematika 60 0,001
4.2.Uji Linearitas
Dari uji linieritas didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,041. Hal
ini dapat diartikan bahwa hubungan antara variabel kecemasan
lurus, karena koefisien signifikansi linearity lebih kecil daripada
0,05 (p>0,05). Penghitungan uji linearitas disajikan pada tabel 12.
Tabel 12.
Hasil Uji Linearitas
Variabel Signifikansi Kesimpulan
Kecemasan terhadap
Matematika 0,041 Data linier
Prestasi Matematika
5. HASIL UJI HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hubungan
antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika. Uji
hipotesis dilakukan dengan teknik Spearman’s rho karena data tidak
normal. Berdasarkan hasil penghitungan, didapatkan hasil korelasi
antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika
sebesar -0,247 dengan signifikansi sebesar 0,028 (p<0,05). Hal ini
dapat diartikan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara
kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika.
Penghitungan dengan teknik Spearman’s rho disajikan pada tabel 13.
Tabel 13.
6. ANALISIS TAMBAHAN
Analisis tambahan dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat
hubungan antara aspek dalam kecemasan terhadap matematika dengan
prestasi matematika. Kecemasan terhadap matematika memiliki empat
aspek, yaitu: aspek fisik, aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
perilaku. Hasil penghitungan korelasi antara aspek-aspek kecemasan
terhadap matematika dengan prestasi matematika disajikan dalam tabel
14.
Tabel 14.
Hasil Uji Aspek Kecemasan terhadap Matematika dengan Prestasi Matematika
Variabel Aspek r Sig.
Prestasi Matematika
Aspek Fisik -0,268* 0,019
Aspek Kognitif -0,185 0,079
Aspek Afektif -0,231* 0,038
Aspek Perilaku 0,001 0,496
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Dari penghitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa
korelasi antara aspek fisik dengan prestasi matematika adalah sebesar
-0,268 dengan signifikansi sebesar 0,019 (p<0,05). Hal ini dapat
diartikan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara aspek
fisik pada kecemasan terhadap matematika dengan prestasi
matematika. Selanjutnya, hasil uji korelasi antara aspek kognitif
dengan prestasi matematika adalah sebesar -0,185 dengan signifikansi
sebesar 0,079 (p>0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara aspek kognitif pada kecemasan
Hasil uji korelasi antara aspek afektif dengan prestasi matematika
didapatkan hasil sebesar -0,231 dengan signifikansi sebesar 0,038
(p<0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa ada hubungan negatif yang
signifikan antara aspek afektif pada kecemasan terhadap matematika
dengan prestasi matematika. Uji yang terakhir dilakukan untuk
melihat korelasi antara aspek perilaku dengan prestasi matematika.
Dari penghitungan yang telah dilakukan didapatkan hasil korelasi
sebesar 0,001 dengan signifikansi sebesar 0,496 (p>0,05). Hal ini
dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
aspek perilaku pada kecemasan terhadap matematika dengan prestasi
matematika.
B. PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ada
hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan terhadap matematika
dan prestasi matematika. Dengan demikian, hipotesis penelitian yang
mengatakan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara
kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika dapat diterima.
Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi kecemasan terhadap
matematika yang dimiliki oleh responden, maka semakin rendah prestasi
matematikanya. Sebaliknya, semakin rendah kecemasan terhadap
matematika yang dimiliki oleh responden, maka prestasi matematikanya
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ho et al. (2000) yang menyatakan bahwa kecemasan terhadap matematika
memiliki pengaruh pada prestasi matematika, terutama faktor afektif dan
faktor kognitif. Kedua faktor ini berpengaruh pada performansi
matematika siswa di sekolah. Ramirez et al. (2016) menemukan bahwa
kecemasan terhadap matematika memberikan dampak negatif terhadap
prestasi matematika dan peluang untuk mendapatkan pekerjaan di masa
mendatang.
Kecemasan terhadap matematika berkorelasi negatif terhadap
prestasi matematika. Siswa yang memiliki kecemasan matematika tinggi
akan menunjukkan performansi yang buruk dalam hal matematika. Ketika
performansinya buruk, kemampuan matematika juga akan rendah. Selain
itu, siswa yang memiliki kecemasan terhadap matematika akan
menunjukkan rasa kurang berminatnya terhadap pelajaran matematika.
Siswa akan cenderung untuk menghindari pelajaran matematika tersebut.
Baik dengan cara tidak memperhatikan pelajaran maupun dengan cara
bercanda dengan teman selama pelajaran matematika berlangsung. Hal ini
tentu saja akan sangat berpengaruh dengan kemampuan siswa dalam
memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru matematika.
Materi yang seharusnya dipelajari akhirnya tidak dapat terserap oleh otak,
sehingga pada akhirnya nilai matematikanya menjadi rendah.
Kecemasan terhadap matematika merupakan ketakutan yang
yang berhubungan dengan matematika dan mengganggu performansi
dalam matematika. Kecemasan terhadap matematika memiliki empat
aspek, yaitu: aspek fisik, aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek perilaku
Keempat aspek ini memiliki peran dalam kecemasan terhadap matematika.
Aspek yang pertama adalah aspek fisiologis, merupakan aspek
yang meliputi kondisi jasmani serta fungsi tubuh. Dari penelitian yang
telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa aspek fisiologis memiliki
hubungan yang signifikan dengan prestasi matematika. Siswa mengalami
keringat dingin, ketegangan, dan meningkatnya denyut jantung ketika
berada di kelas matematika. Ketika siswa mengalami hal tersebut, maka
konsentrasi dan fokus belajarnya menjadi terganggu, sehingga prestasi
matematikanya menjadi menurun.
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa aspek kognitif tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi matematika, demikian
juga dengan aspek perilaku. Aspek kognitif merupakan aspek yang
berkaitan dengan pola pikir siswa dalam belajar matematika, seperti
pikiran-pikiran negatif tentang pelajaran atau situasi matematika.
Sedangkan aspek perilaku merupakan aspek yang berkaitan dengan
aktivitas dan kegiatan siswa. Meskipun siswa memiliki pikiran-pikiran
negatif terkait dengan pembelajaran matematika serta berusaha untuk
menghindar dari kelas matematika, rupanya hal tersebut tidak berkorelasi
dengan prestasi matematika. Hal ini kemungkinan disebabkan karena