commit to user
EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN
WAJIB PAJAK BADAN DAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Disusun Oleh:
ERVINA YULIANI OEY
F3409029
PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN
WAJIB PAJAK BADAN DAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA
ABSTRAK
ERVINA YULIANI OEY F3409029
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan, serta tingkat kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, yang berkaitan dengan kelengkapan berkas wajib pajak pada saat penyampaian SPT.
Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara, observasi, kepustakaan dan metode analisa data. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta, yaitu data jumlah wajib pajak baik badan maupun orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta serta data jumlah penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang diterima baik oleh KPP sendiri atau melalui Drop Box dan data jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan yang telah diteliti oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Dari data yang telah ada tersebut dapat dilihat seberapa besar tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan serta tingkat kepatuhan dan kesadaran wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, yang berkaitan dengan kelengkapan berkas wajib pajak pada saat penyampaian SPT.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan oleh penulis, hasil tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk menetapkan target tingkat kepatuhan Wajib Pajak ditahun yang akan datang.
commit to user
iii
THE EVALUTION OF OBEDIENCE
WAJIB PAJAK BADAN AND WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI IN KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA
ABSTRACT
ERVINA YULIANI OEY F3409029
The objectives of this study was to determine the obedience level of wajib
pajak badan and wajib pajak orang pribadi in submitting of Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), as well as the obedience and awareness level of wajib pajak in
the fulfillment of tax obligations, relating to the completeness of the wajib pajak
file at the time of SPT delivery.
This study was conducted by interview, observation, literature and data
analysis methods. Based on the data obtained from the Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Surakarta, the data of the wajib pajak badan and wajib pajak orang pribadi listed in Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta and the number
of delivery of Surat Pemberitahuan Tahunan was received by the KPP itself or via
the Drop Box and amount Surat Pemberitahuan Tahunan data that has been
investigated by Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta and existing
data can be seen how much the level of wajib pajak obedience in submitting Surat
Pemberitahuan Tahunan and awareness level of wajib pajak in the fulfillment of
tax obligations, relating to the completeness of the wajib pajak files during SPT
delivery.
Based on the results of data processing has been done by the authors,
these results can be used as a reference for setting a target of wajib pajak
obedience level in the year to come.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Tugas Akhir dengan judul “EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN WAJIB
PAJAK BADAN DAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA” telah disetujui oleh Dosen
Pembimbing untuk diujikan guna mencapai derajat Ahli Madya Program Diploma
III Perpajakan FE UNS.
Surakarta, Juni 2012
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
M. Syafiqurrahman, SE., MM., Ak.
commit to user
v
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji
Tugas Akhir Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi
Tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Perpajakan
Surakarta, Juni 2012
Tim Penguji Tugas Akhir
1. Christiyaningsih Budiwati, SE., M.Si., Ak. ( )
NIP. 19751103 200012 2 001
Dosen Penguji
2. M. Syafiqurrahman, SE., MM., Ak. ( )
NIP. 19800604 200502 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
§ Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari
kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali melakukan
dalam suatu cara yang berbeda. (Dale Carnegie)
§ Semakin dalam duka itu menggores ke dalam jiwa, maka semakin
mampulah jiwamu menampung bahagia. (Kahlil Gibran)
§ Bermimpilah seolah-olah anda hidup selamanya, hiduplah seakan-akan
inilah hari terakhir anda. (James Dean)
§ Berdoa, bersyukur dan berusaha (Penulis)
Penulis mempersembahkan Tugas Akhir ini
kepada:
1. Papa dan Mama tersayang, atas segala doa,
dukungan dan kasih sayangnya.
2. Kakak, abang, adik dan keponakan kecilku.
3. Seluruh saudara dan keluarga besarku.
4. Mr. Gengsiku YSR yang aku cintai.
5. Teman-temanku semua yang aku sayangi.
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang
berjudul “EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DAN
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA SURAKARTA”.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar
Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Perpajakan Falkutas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret. Kesuksesan dan keberhasilan bukan hanya berasal dari
kerja keras semata, melainkan kekuatan dan dukungan dari berbagai pihak.
Selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Allah SWT yang
selalu melimpahkan rahmat serta karunia-Nya.
2. Papa dan Mama dan keluarga yang telah memberikan doa, dukungan,
perhatian dan kasih sayang yang tidak ternilai kepada penulis baik moral
maupun materiil.
3. Bapak Dr. Wisnu
Untoro, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Bapak Drs. HanungTriatmoko, M.Si,Ak, selaku Ketua Program Diploma III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
5. Bapak M. Syafiqurrahman S.E., MM., Ak. Selaku dosen pembimbing dalam
penyusunan Tugas Akhir ini yang telah membimbing dan memberikan arahan
kepada penulis sehingga dapat menjadi bekal bagi penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Untuk kakak, abang, adik, keponakan kecilku, seluruh saudara dan keluarga
besarku terima kasih buat semangat, doa dan dukungannya.
7. Buat Yanuar terima kasih untuk semua dukungan, semangat, saran dan
waktunya selama ini yang sangat berkesan dan tidak akan terlupakan.
8. Buat sahabat-sahabatku, serta teman-teman Diploma III Akuntansi
Perpajakan ’09.
9. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
selama penyelesaian laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini belum
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun atas penulisan
laporan ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap agar penulisan laporan ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan siapa saja yang membacanya.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
B. Latar Belakang Masalah ... 8
C.Rumusan Masalah ... 13
D.Tujuan Penelitian ... 13
E. Manfaat Penelitian ... 13
F. Metode Penelitian ... 14
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A.TINJAUAN PUSTAKA ... 18
1. Pajak ... 18
a. Pengertian Pajak ... 18
b. Fungsi Pajak ... 19
c. Asas Pemungutan Pajak ... 20
d. Pengelompokan Pajak ... 20
e. Sistem Pemungutan Pajak ... 22
2. Wajib Pajak ... 23
a. Pengertian Wajib Pajak ... 23
b. Jenis-jenis Wajib Pajak ... 23
3. Surat Pemberitahuan (SPT) ... 25
a. Definisi Surat Pemberitahuan ... 25
b. Fungsi Surat Pemberitahuan ... 25
c. Jenis-jenis Surat Pemberitahuan ... 26
d. Batas Waktu Penyampaian SPT ... 28
e. Yang Perlu Dilampirkan Saat Menyampaikan SPT ... 28
commit to user
xi
g. Bukti Penyampaian Laporan Surat Pemberitahuan ... 30
4. Drop Box ... 31
a. Pengertian Drop Box ... 31
b. Fungsi Drop Box ... 32
c. Ukuran Drop Box ... 32
5. Pojok Pajak dan Mobil Pajak ... 32
a. Pengertian Pojok Pajak dan Mobil Pajak ... 32
b. Fungsi Pojok Pajak dan Mobil Pajak ... 33
6. Kepatuhan Perpajakan ... 34
7. Wajib Pajak Patuh... 35
a. Definisi Wajib Pajak Patuh ... 34
b. Syarat-syarat Wajib Pajak Patuh ... 35
c. Tata Cara Mendapatkan Status Wajib Pajak Patuh ... 36
d. Keuntungan Wajib Pajak Patuh ... 36
B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 37
1. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta ... 37
a. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menyampaikan SPT Pajak Penghasilan untuk tahun pajak 2008-2010 ... 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, yang
berkaitan dengan kelengkapan berkas wajib pajak
pada saat penyampaian SPT ... 51
BAB III TEMUAN
A.Kelebihan ... 54
B. Kelemahan ... 55
BAB IV PENUTUP
A.Simpulan ... 56
B. Rekomendasi ... 57
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
II.1. WP Badan KPP Pratama Surakarta Tahun 2008–2010 ... 40
II.2. WP OP KPP Pratama Surakarta Tahun 2008–2010 ... 41
II.3. WP Efektif KPP Pratama Surakarta Tahun 2008-2010 ... 41
II.4. SPT Badan yang diterima KPP Pratama Surakarta dan Drop Box
Tahun Pajak 2008–2010 ... 42
II.5. SPT OP yang diterima KPP Pratama Surakarta dan Drop Box
Tahun Pajak 2008–2010 ... 44
II.6. Tingkat Kepatuhan Penyampaian SPT Pajak Penghasilan KPP
Pratama Surakarta ... 47
II.7. SPT WP Badan dan WP OP yang diterima KPP Pratama Surakarta
Dan Drop Box Tahun Pajak 2010 ... 51
II.8. SPT WP Badan dan WP OP KPP Pratama Surakartayang telah diteliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pernyataan Tugas Akhir
2. Surat Pengantar Izin Magang
3. Surat Jawaban Dari Institusi Magang
4. Lembar Penilaian Magang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta telah ada sejak
dulu dengan berbagai nama. Sebelum tahun 1996, Kantor Palayanan Pajak
(KPP) Pratama Surakarta berstatus sebagai Kantor Dinas Luar Tingkat I
(KDL Tk.I) Surakarta dibawah wewenang wilayah kerja dari Kantor
Inspeksi Keuangan Yogyakarta.
Pada tahun 1966 dikarenakan semakin banyaknya jumlah Wajib
Pajak dan jumlah penerimaan pajak, Kantor Dinas Luar (KDL Tk.I)
Surakarta ditingkatkan menjadi Kantor Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta
yang membawahi diantaranya KDL Tk. I Klaten. Pada akhir tahun 1966
semua istilah Kantor Inspeksi Pajak Surakarta A berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29
Maret 1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja DJP, dengan wilayah kerja
meliputi Kotamadya Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten
Boyolali, Kabupaten Sragen, serta Kantor Penyuluhan Pajak (Kapenpa)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak, KPP Surakarta telah berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Surakarta.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yang terletak di Jalan
Kyai Haji Agus Salim No.1 Surakarta dibentuk berdasarkan keputusan
Direktur Jendral Pajak Kep-141/PJ/2007 yang ditetapkan tanggal 3 Oktober
2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai
Beroprasinya Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II dan Kantor Pelayanan,
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di lingkungan Kantor Wilayah DJP
Jawa Tengah I, Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II, Kantor Wilayah DJP
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Surakarta mulai beroprasi pada 30 Oktober 2007.
Pembentukan KPP Pratama merupakan bagian dari program
reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah
berjalan sejak tahun 2002, ditandai dengan terbentuknya Kantor Wilayah
(Kanwil) dan Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar. Pembentukan
KPP Pratama lanjutan dilandasi oleh terbitnya SE-19/PJ/2007 tanggal 13
April 2007 tentang Persiapan Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan
Modern pada Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak (DJP).
Pada umumnya perubahan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di
Seluruh Indonesia terjadi pada tahun 2007-2008. Perubahan yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
komunikasi, sarana dan prasarana serta manajemen sumber daya manusia.
Perbaikan dalam struktur DJP terefleksi pada karakter kantor modern antara
lain adanya Account Representative untuk pelayanan Kepada Wajib Pajak,
penerapan Kode Etik Pegawai yang diawasi oleh komite kode etik pagawai,
dan sistem penggajian yang lebih baik.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan penggabungan tiga
jenis unit kantor yang berbeda yakni gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak
(KPP), Kantor Pelayanan Bumi dan Bangunan (KPPBB) dan Karikpa
(Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak).
2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
a. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta sebagaimana visi
Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai berikut: Menjadi institusi
pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan
modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas
dan profesionalisme yang tinggi.
b.Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta sebagaimana visi
Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai berikut: Menghimpun
penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan
efisien.
3. Wilayah Kerja Kantor PelayananPajakPratama Surakarta
Sampai saat ini wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surakarta meliputi lima wilayah kecamatan:
a. Kecamatan Laweyan
b. Kecamatan Jebres
c. Kecamatan Serengan
d. Kecamatan Pasar Kliwon
e. Kecamatan Banjarsari
4. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
Berikut ini merupakan susunan struktur organisasi yang ada di
5
5
Gambar I.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Surakarta
Kepala Kantor Kelompok Fungsional Kepala Seksi Ekstensifikasi Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Pelayanan Kepala Seksi Penagihan Kepala Seksi Pemeriksaan Kepala Seksi Waskon IV Kepala Seksi Waskon III Kepala Seksi Waskon II Kepala Seksi Waskon I
Kepala Subbag Umum
AR AR AR
AR Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana
Pelaksana Juru Sita
Pelaksana Pelaksana
Pelaksana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
5. Deskripsi Jabatan
a. Kepala Kantor
Kepala kantor bertugas mengkoordinasi dan mengendalikan
kegiatan oprasional pelayanan perpajakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan, untuk meningkatkan kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan.
b. Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)
Secara umum memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak yang
berupa bimbingan atau penyuluhan, selain itu ada tugas pengawasan
yang berupa kepatuhan pembayaran dan pelaporan, juga melakukan
penggalian potensi berdasar hasil pengawasan dan bimbingan. Di KPP
Pratama Surakarta terdapat 4 seksi waskon dengan pembagian wilayah
kerja sebagai berikut:
1. Waskon I untuk wilayah Kecamatan Laweyan
2. Waskon II untuk wilayah Kecamatan Jebres
3. Waskon III untuk Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon
4. Waskon IV untuk wilayah Kecamatan Banjarsari
c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data,
pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan,
perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
d. Seksi Pelayanan
Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,
pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, peneriman dan
pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaaan surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta
melakukan kerjasama perpajakan.
e. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Merupakan peralihan dari Seksi Pendataan dan Penilaian pada
KPPBB, serta menindaklanjuti data yang belum memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) untuk dihimbau agar segera memiliki NPWP.
f.Seksi Pemeriksaan
Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan
pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat
Perintah Pelaksanaan Pajak (SP3), serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya.
g. Seksi Penagihan
Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan
angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang
pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
h. Sub Bagian Umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1) Bagian Kepegawaian
Bertugas melaksanakan urusan kepegawaian antara lain
menatausahakan surat masuk dan surat keluar, pengetikan, penataan/
penyusunan arsip dan dokumen serta membantu urusan lapangan.
2) Bagian Keuangan
Bertugas melaksanakan urusan pelayanan keuangan dengan cara
menyusun rencana kerja keuangan atau menyusun Daftar Usulan
Kegiatan dan memproses surat permintaan pembayaran.
3) Bagian Rumah Tangga
Bertugas melaksanakan urusan rumah tangga dan perlengkapan
kantor dengan cara merencanakan kebutuhan, mengatur pengadaan
dan menyalurkan perlengkapan kantor serta memelihara barang
inventaris.
B.Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan bangsa Indonesia seperti yang tertuang di dalam
Undang-undang Dasar 1945, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, salah satu caranya adalah
dengan melaksanakan pembangunan di seluruh Indonesia. Untuk itu setiap
Negara dituntut untuk memiliki sumber-sumber penerimaan yang digunakan
untuk menjalankan pemerintahannya. Begitu pula dengan pemerintah
Indonesia yang harus terus meningkatkan penerimaannya untuk kelangsungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
yang terbesar, oleh karena itu pengoptimalan penerimaan pajak sangat
diperlukan untuk menyediakan pendanaan yang memadai bagi pembangunan.
Mekanisme sistem perpajakan yang diterapkan di Indonesia saat ini
adalah Self Assesment System. Self a ssessment merupakan suatu sistem
perpajakan yang memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada Wajib
Pajak untuk berinisiatif mendaftarkan dirinya untuk mendapatkan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP), menghitung, memperhitungkan, membayar serta,
melaporkan penghitungan dan pembayaran pajaknya dengan media yang telah
disediakan untuk Wajib Pajak yaitu Surat Pemberitahuan Tahunan, disingkat
SPT ke Kantor Pelayanan Pajak, sehingga aparat pajak hanya mengawasi saja,
melakukan pelayanan dan penyuluhan kepada wajib pajak.
Sesuai dengan sistem Self Assesment System maka Wajib Pajak
mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib
Pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai identitas
Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Wajib pajak yang telah mempunyai NPWP berkewajiban untuk
melaksanakan 3M yaitu: menghitung pajak, menyetor/ membayar pajak, dan
melaporkan pajak. Pajak dilaporkan dengan menggunakan SPT, Surat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk melaporkan perhitungan dan/ atau pembayaran pajak, objek pajak dan/
atau harta kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Pengisian Surat Pemberitahuan harus benar, jelas dan lengkap
dengan lampiran-lampirannya dan harus disampaikan sesuai dengan batas
waktu yang telah ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yaitu Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan dalam pasal 3 tentang Penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan.
Selain Wajib Pajak tersebut dapat langsung menyampaikan SPT
Tahunannya ke KPP setempat dimana Wajib Pajak tersebut terdaftar. Saat ini
Direktorat Jenderal Pajak, dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Surakarta sebagai instansi dibawahnya juga telah memberikan suatu
kemudahan dalam penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan, yaitu dengan
memberikan sarana berupa Drop Box, yang telah ditempatkan di lokasi-lokasi
yang strategis. Hal tersebut sesuai dengan surat edaran yang telah diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Pajak, yaitu Surat Edaran No. SE-15/PJ/2009 tentang
Penggunaan Drop Box sebagai Media Penyampaian SPT Tahunan dan
Spanduk Sosialisasinya.
Drop Box adalah suatu kotak yang bisa digunakan untuk meletakkan
SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak. Kotak-kotak tersebut diletakkan
di tempat-tempat tertentu dan didampingi oleh petugas KPP, yang selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
memasukkan Laporan SPT Tahunan PPh ke dalam kotak tersebut. Konsep
Drop Box bisa dikatakan sebagai kelanjutan dari konsep Sunset Policy.
Sunset Policy sendiri merupakan pengampunan pajak yang diberikan
kepada Wajib Pajak yaitu dengan memberikan penghapusan sanksi
administrasi berupa bunga astas pembetulan SPT Tahunan untuk tahun pajak
2007 dan penghapusan sanksi administrasi atas pajak yang tidak atau kurang
bayar untuk tahun pajak sebelum diperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang mendaftarkan diri secara
sukarela untuk mendapatkan NPWP.
Dengan adanya Sunset Policy maka akan semakin banyak jumlah Wajib
Pajak yang mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP ataupun Wajib Pajak
yang membetulkan SPT Tahunan Pajak Penghasilannya. Oleh karena itu
Direktorat Jenderal Pajak memberikan sarana Drop Box sebagai antisipasi
melonjaknya jumlah pemegang NPWP yang baru akan menyerahkan SPT
Tahunan Pajak Penghasilan mereka untuk pertama kalinya.
Dan untuk memperluas akses penyerahan SPT Tahunan guna
menghindari terjadinya antrian yang panjang pada akhir-akhir penyerahan
batas waktu SPT maka muncul sebuah ide untuk memberikan kemudahan bagi
Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan yaitu melalui fasilitas
Pojok Pajak dan Mobil Pajak. Ketentuan mengenai Pojok Pajak dan Mobil
Pajak diatur oleh PER-18/PJ/2009 tentang Perubahan PER-43/PJ/2008 tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pojok Pajak merupakan sarana penyuluhan dan pelayanan perpajakan
bagi masyarakat dan/ atau Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya yang ditempatkan di pusat-pusat perbelanjaan, pusat-pusat
bisnis, pameran-pameran atau tempat-tempat tertentu lainnya di seluruh
Indonesia. Mobil Pajak (Mobile Ta x Unit) adalah kendaraan yang digunakan
sebagai sarana penyuluhan dan pelayanan perpajakan bagi masyarakat dan/
atau Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya yang
ditempatkan di tempat-tempat tertentu di seluruh Indonesia. Fungsi dari Pojok
Pajak dan Mobil Pajak ini antara lain menyediakan leaflet, brosur dan sarana
penyuluhan lainnya, konsultasi perpajakan, pendaftaran Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) Orang Pribadi, dan penerimaan SPT Wajib Pajak. SPT Tahunan
yang telah diterima melalui kegiatan Pojok Pajak maupun Mobil Pajak
nantinya akan melalui proses yang sama dengan proses Drop Box.
Namun dalam pelaksanaanya, tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam
pelaporan SPT dan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam pemenuhan
kewajiban perpajakannya yang berkaitan dengan kelengkapan berkas wajib
pajak pada saat penyampaian SPT, masih senantiasa dijumpai berbagai
permasalahan dan membutuhkan pendalaman untuk meningkatkan penerimaan
pajak dengan peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dalam penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan dan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang
berkaitan dengan kelengkapan berkas Wajib Pajak pada saat penyampaian SPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengangkat topik tersebut dalam laporan ini, dengan judul “Evaluasi Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi Di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta”.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
bahwa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana
tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP
Pratama Surakarta.
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan gambaran umum penelitian dan rumusan masalah di atas,
maka tujuan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang
Pribadi di KPP Pratama Surakarta.
E.Manfaat Penelitian
Dengan hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat memberikan
manfaat seluas-luasnya kepada semua pihak. Adapun manfaat yang ingin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1. Bagi KPP Pratama Surakarta
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan pikiran yang
bergunadalam meningkatkan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surakarta.
2. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan dapat
mengaplikasikan ilmu perpajakan yang diperoleh di bangku kuliah ke dalam
dunia nyata melalui karya ilmiah.
3. Bagi Mahasiswa dan Pembaca Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, referensi,
dasar bagi penelitian selanjutnya dan informasi khususnya bagi mahasiswa
Jurusan Perpajakan yang sedang menyusun Tugas Akhir dengan pokok
permasalahan yang sama.
F. Metode Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yang
beralamat di jalan Kyai Haji Agus Salim No. 1 Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan mulai dari tanggal 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara deskriptif,
yaitu menggambarkan suatu situasi dan kondisi yang berlangsung pada
suatu tempat, dalam hal ini adalah KPP Pratama Surakarta dan jumlah wajib
pajak yang terdaftar di KPP Pratama Surakarta sebagai operasionalnya.
4. Jenis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 jenis data, yaitu:
a. Data Primer
Adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti mengenai
data-data yang berhubungan langsung dengan peneliti. Data primer dapat
diperoleh melalui wawancara dengan sumber atau pihak yang terkait
yang mempunyai wewenang di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surakarta.
b. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dengan mempelajari
buku-buku, makalah, undang-undang perpajakan yang berlaku, studi
kepustakaan, dan lain-lainnya.
5. Teknik Pengumpulan Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Metode Penelitian Kepustakaan (libra ry research)
Metode penelitian kepustakaan merupakan metode dengan
mengumpulkan literature dan referensi sebagai pedoman dalam
menganalisa sebuah penelitian dan membantu penulis dalam
menyampaikan informasi yang berkaitan dengan penelitian tersebut.
b. Metode Observasi (field resea rch)
Metode observasi merupakan metode yang secara langsung dilakukan di
lapangan. Metode ini merupakan metode yang biasa digunakan, karena
peneliti dapat secara langsung mengamati objek penelitian dan dapat
memahami situasi dan kondisi lapangan. Metode observasi ini digunakan
penulis dalam mengamati dan mengumpulkan data serta informasi yang
berkaitan secara langsung di lapangan, yaitu di KPP Pratama Surakarta.
c. Metode Wawancara
Metode yang dilakukan dengan mewawancarai secara langsung
pihak-pihak yang berkaitan atau terlibat secara langsung dengan penelitian.
Metode jenis ini mungkin menghasilkan data yang lebih akurat karena
dihasilkan dari sumber yang berkaitan langsung dengan penelitian yang
dilakukan. Penulis melakukan wawancara atau tanya jawab secara
langsung dengan pihak-pihak di KPP Pratama Surakarta.
d. Metode Analisa Data
Dalam menganalisis data yang diperoleh, digunakan 2 analisis sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
1) Analisis Kualitatif
Proses penulisan data yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka atau
tidak menggunakan rumus-rumus statistik. Analisis ini digunakan
untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan Surat
Pemberitahuan Tahunan. Contohnya fungsi dari SPT, jenis-jenis SPT,
batas penyampaian SPT dan lain-lain.
2) Analisis Kuantitatif
Proses data menggunakan angka atau rumus. Hal ini digunakan untuk
mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak terhadap penyampaian SPT
Tahunan yang diterima di KPP Pratama Surakarta dan tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya
yang berkaitan dengan kelengkapan berkas wajib pajak pada saat
penyampaian SPT Tahunan.
a) Rumus untuk menghitung Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam
menyampaikan SPT
b) Rumus untuk menghitung tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya yang berkaitan dengan
kelengkapan berkas wajib pajak pada saat penyampaian SPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.TINJAUAN PUSTAKA
1. Pajak
a. Pengertian Pajak
Soemitro (1991) dalam Mardiasmo (2008) mendefinisikan pajak
sebagai iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 yang merupakan
Perubahan Kelima atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Definisi Dr. Soeparman Soemanhamidjaja dalam desertasinya yang
berjudul “Pajak Berdasarkan Azas Gotong Royong” dalam Ilyas dan
Burton (2008) menyatakan bahwa pajak adalah iuran wajib berupa uang
atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa
kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat
pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut:
1) Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang.
2) Iuran dari rakyat kepada Negara yang dapat dipaksakan.
3) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi dari Negara secara langsung.
4) Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah bagi
kepentingan masyarakat.
b. Fungsi Pajak
Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian
pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak (Waluyo
dan Ilyas, 2002) yaitu:
1) Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
2) Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user c. Asas Pemungutan Pajak
Asas pemungutan pajak menurut Sumardiyanti dan Suryo (2003)
adalah sebagai berikut:
1) Asas Menurut Falsafah Hukum
Pajak dipungut berdasarkan hukum, yang berarti pemungutan pajak
harus berdasarkan pada keadilan, selanjutnya keadilan ini sebagai
asas pemungutan pajak.
2) Asas Yuridis
Pemungutan pajak selalu dilandasi oleh hukum pemungutan pajak
Pasal 23, ayat (2) UUD 1945.
3) Asas Ekonomis
Pemungutan pajak selalu diupayakan untuk tidak menghambat
kegiatan ekonomi baik masyarakat secara individu maupun
ekonomi secara keseluruhan.
d. Pengelompokan Pajak
Pengelompokan pajak di Indonesia dalam Ilyas dan Burton (2008)
dibagi menjadi 3 yaitu menurut sifatnya, sasaran/ objeknya, dan lembaga
pemungutannya.
1) Menurut Sifatnya
a) Pajak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kepada orang lain serta dikenakan secara berulang-ulang pada
waktu-waktu tertentu, misalnya Pajak Penghasilan (PPh).
b) Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat
dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan pada
hal-hal tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu saja, misalnya
Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2) Menurut Sasarannya/ Obyeknya
a) Pajak Subjektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan
pertama-tama memerhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak
(subjeknya). Misalnya Pajak Penghasilan (PPh).
b) Pajak Objektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan
pertama-tama memperhatikan/ melihat objeknya baik berupa
keadaan perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan
timbulnya kewajiban membayar pajak. Misalnya Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
3) Menurut Lembaga Pemungutnya
a) Pajak pusat adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen
Keuangan
b) Pajak daerah adalah jenis pajak yamg dipungut oleh
pemerintah daerah yang dalam pelaksanaannya sehari-hari
dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda). Hasil dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bagian dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
e. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan
yaitu:
1) Officia l Assessment System
Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta
memungut pajak sepenuhnya berada ditangan aparatur perpajakan.
Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan
pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan (peranan
dominan ada pada aparatur perpajakan).
2) Self Assessment System
Dalam sistem ini, inisiatif dalam kegiatan menghitung serta
pelaksanaan pemungutan pajak berada ditangan wajib pajak. Wajib
pajak diberi kepercayaan untuk: menghitung sendiri pajak yang
terutang, memperhitungkan sendiri pajak yang terutang, membayar
sendiri jumlah pajak yang terutang, melaporkan sendiri jumlah
pajak yang terutang, dan mempertanggungjawabkan pajak yang
terutang. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan
pemungutan pajak banyak tergantung pada wajib pajak sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3) With Holding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang
kepada pihak ketiga. Penunjukan pihak ketiga ini dapat dilakukan
dengan Undang-Undang Perpajakan, Keputusan Presiden, dan
peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak,
menyetorkan dan mempertanggungjawabkan melalui sarana
perpajakan yang tersedia.
2. Wajib Pajak
a. Pengertian Wajib Pajak
Pasal 1, angka 2 Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 yang
merupakan Perubahan Kelima atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa
pengertian Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai
hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
b. Jenis-jenis Wajib Pajak
Pada dasarnya wajib pajak dibagi menjadi 3 (tiga), antara lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1) Wajib Pajak Orang Pribadi
Wajib Pajak Orang Pribadi adalah orang pribadi yang bertempat
tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia, dan
tidak melihat batasan umur dan juga jenjang sosial ekonomi,
dengan kata lain berlaku sama untuk semua (nondiscrimination).
2) Wajib Pajak Badan
Wajib Pajak Badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang
tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
3) Wajib Pajak Bendaharawan
Wajib Pajak Bendaharawan adalah Bendaharawan Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintahan,
Lembaga Negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia
di Luar Negeri, yang membayar gaji, upah tunjangan, honorarium
dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3. Surat Pemberitahuan (SPT)
a. Definisi Surat Pemberitahuan
Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Perubahan
Kelima atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum Perpajakan, Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib
Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/ atau pembayaran
pajak, objek pajak dan/ atau bukan objek pajak, dan/ atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
b. Fungsi Surat Pemberitahuan
Fungsi Surat Pemberitahuan menurut Ilyas (2001: 26), sebagai
berikut:
1) Bagi Wajib Pajak, Surat Pemberitahuan adalah sarana untuk
melaporkan dan untuk mempertanggungjawabkan perhitungan
jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan:
a) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
sendiri dan/ atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak
lain dalam Satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
b) Penghasilan merupakan obyek pajak dan/ atau bukan obyek
pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang
pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan
lain dalam 1 (satu) Masa Pajak, yang ditentukan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
2) Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi surat Pemberitahuan adalah
sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan
perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang sebenarnya terutang
dan untuk melaporkan tentang:
a) Pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran.
b) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/ atau melalui pihak
lain dalam 1 Masa Pajak, yang ditentukan oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
3) Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitahuan
adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung
jawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.
c. Jenis-jenis Surat Pemberitahuan
Surat Pemberitahuan dibedakan menjadi 2 (dua) jenis antara lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
1) SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan/ atau pembayaran pajak yang terutang
dalam suatu masa pajak atau pada suatu saat, seperti:
a) SPT Masa PPh Pasal 4 Ayat 2
b) SPT Masa PPh Pasal 15
c) SPT Masa PPh Pasal 21 dan Pasal 23
d) SPT Masa PPh Pasal 23 dan Pasal 26
e) SPT Masa PPH Pasal 25
f) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
g) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah bagi pemungut
2) SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang
dalam suatu tahun pajak, seperti:
a) SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan
bebas atau kegiatan usaha (1770)
b) SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang memberitahukan
perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh
wajib pajak orang pribadi (1770 Y)
c) SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Karyawan yang tidak
melakukan pekerjaan bebas atau kegiatan usaha tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penghasilan dalam negeri lainnya, dan menerima penghasilan
yang dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final (1770)
d) SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Karyawan yang tidak
melakukan pekerjaan bebas atau kegiatan usaha yang
penghasilan brutonya tidak melebihi Rp. 60 juta per tahun
(1770SS) sesuai SE-21/PJ/2009 dan PP/07/2009
e) SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan (1771)
f) SPT Tahunan PPh wajib pajak badan yang diijinkan untuk
menyelenggarakan pembukuan dalam Bahasa Inggris dan mata
uang Dollar Anmerika Serikat (1771 $)
g) SPT Tahunan PPh wajib pajak badan yang mengajukan
pemberitahuan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh
Wajib Pajak Badan (1771 Y)
d. Batas Waktu Penyampaian SPT
Sesuai Pasal 3 ayat (3) Undang-undang No. 16 Tahun 2009
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, batas waktu
penyampaian SPT diatur:
1) Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lambat 20 (dua puluh)
hari setelah akhir Masa Pajak;
2) Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan, paling lambat 3 (tiga) bulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
e. Yang Perlu Dilampirkan Saat Menyampaikan SPT
1) Untuk wajib pajak orang pribadi yang melakukan pencatatan perlu
dilampiri:
a) Surat setoran pajak atas pajak yang terutang
b) Surat peredaran bruto per bulan dalam setahun
c) Daftar yang menjadi tanggungan wajib pajak
2) Untuk wajib pajak orang pribadi yang melakukan pembukuan perlu
dilampiri:
a) Surat setoran pajak atas pajak yang terutang
b) Laporan laba-rugi
c) Laporan neraca
d) Daftar penyusutan dan amortisasi fiskal
3) Untuk wajib pajak badan perlu dilampiri:
a) Surat setoran pajak atas pajak yang terutang
b) Laporan laba-rugi
c) Laporan neraca
d) Daftar penyusutan dan amortisasi fiskal
e) Transip kutipan dari elemen-elemen keuangan
f) Daftar perhitungan kompensasi kerugian fiskal
g) Pernyataan transaksi dalam hubungan istimewa
h) Daftar fasilitas penanaman
i) Daftar cabang utama perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user k) Daftar kredit pajak luar negeri
f.SPT Tidak Lengkap Dianggap Tidak Disampaikan
Surat pemberitahuan tahunan dianggap tidak disampaikan apabila:
1) Surat pemberitahuan tidak ditandatangani
2) Surat pemberitahuan tidak sepenuhnya dilengkapai keterangan dan/
atau dokumen
3) Surat pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan
setelah tiga tahun sesudah berakhirnya masa pajak, bagian tahun
pajak atau tahun pajak dan wajib pajak telah ditegur secara tertulis
4) Surat pemberitahuan disampaikan setelah Direktorat Jenderal Pajak
melakukan pemeriksaan atau menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
(SKP)
g. Bukti Penyampaian Laporan Surat Pemberitahuan
Surat pemberitahuan yang disampaikan langsung oleh wajib pajak
ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak harus diberikan Bukti Penerimaan
surat kepada wajib pajak. Bukti penerimaan surat ini dijadikan bukti
tanda terima dan tanggal melaporkan Surat Pemberitahuan ke Kantor
Pelayanan Pajak. Penyampaian surat pemberitahuan dapat dikirimkan
melalui kantor pos dengan pos tercatat dan sebagai tanda bukti dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
pos dengan cara lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan sepanjang SPT tersebut tidak lengkap.
4. Drop Box
a. Pengertian Drop Box
Secara sederhana Drop Box dapat diartikan sebagai tempat dimana
SPT Tahunan dapat diterima. Dilihat dari kosa katanya sendiri, Drop Box
tersusun atas dua kata bahasa asing yakni Drop (jatuh) Box (kotak).
Secara fisik, Drop Box adalah kotak berlogo DJP berukuran cukup besar
dengan lubang seperti celengan diatasnya yang berfungsi untuk
menerima SPT Tahunan. Selain itu dapat diartikan bahwa Drop Box
adalah kotak khusus yang dapat dipergunakan untuk menerima Surat
Pemberitahuan Tahunan yang ditempatkan di Kantor Pelayanan Pajak,
pusat perbelanjaan dan tempat-tempat strategis lainnya.
SPT Tahunan yang diterima oleh Drop Box adalah SPT Tahunan
Orang Pribadi (1770SS. 1770S dan 1770) serta SPT Tahunan Badan
(1771 dan 1771S). Untuk SPT Tahunan Pasal 21 (1721) sendiri untuk
tahun pelaporan 2009 sudah dihapuskan karena sudah tercakup dalam
SPT Masa Pasal 21/26 bulan Desember. Jika WP juga hendak
melaporkan SPT Tahunan pembentulan untuk SPT Tahunan tahun-tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user b. Fungsi Drop Box
Drop Box mempunyai fungsi sebagai tempat untuk memudahkan
wajib pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan
Pajak Penghasilan.
c. Ukuran Drop Box
Dalam Surat Edaran No. SE-15/PJ/2009 tentang Penggunaan Drop
Box sebagai Media Penyampaian SPT Tahunan dan Spanduk
Sosialisasinya adalah panjang 50 cm, lebar 37 cm, dan tinggi 80 cm
dengan pembatas ditengahnya, bahan dapat dibuat dari kardus, triplek
atau bahan lain yang dapat membentuk kotak (box).
5. Pojok Pajak dan Mobil Pajak
a. Pengertian Pojok Pajak Dan Mobil Pajak
Untuk memperluas akses penyerahan SPT Tahunan guna
menghindari terjadinya antrian yang panjang pada akhir-akhir
penyerahan batas waktu SPT maka DJP memberikan kemudahan bagi
wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan yaitu melalui
fasilitas Pojok Pajak dan Mobil Pajak. Pada prinsipnya SPT Tahunan
yang diterima melalui fasilitas pojok pajak dan mobil pajak tersebut
nantinya akan melalui proses yang sama dengan proses Drop Box.
Pasal 1, angka 1 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER -
43/PJ/2008 Tentang Pojok Pajak dan Mobil Pajak menyebutkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
perpajakan bagi masyarakat dan/ atau Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya yang ditempatkan di pusat-pusat perbelanjaan,
pusat-pusat bisnis, pameran-pameran atau tempat-tempat tertentu lainnya
di seluruh Indonesia.
Dan dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No.
PER - 43/PJ/2008 Tentang Pojok Pajak dan Mobil Pajak menyebutkan
bahwa pengertian Mobil Pajak adalah kendaraan yang digunakan sebagai
sarana penyuluhan dan pelayanan perpajakan bagi masyarakat dan/ atau
Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya yang
ditempatkan di tempat-tempat tertentu di seluruh Indonesia.
b. Fungsi Pojok Pajak dan Mobil Pajak
Pojok Pajak dan Mobil Pajak mempunyai fungsi antara lain sebagai
berikut:
1) Penyediaan leaflet, brosur dan sarana penyuluhan lainnya.
2) Konsultasi perpajakan.
3) Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Orang Pribadi dan
4) Penerimaan SPT Wajib Pajak yang terdaftar pada Kantor Wilayah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6. Kepatuhan Perpajakan
Ismawan (2001) mengemukakan prinsip administrasi pajak yang
diterima secara luas menyatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah
kepatuhan sukarela. Kepatuhan sukarela merupakan tulang punggung self
a ssesment yang mana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri
kewajiban pajaknya dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar
dan melaporkan pajak tersebut.
Kepatuhan Perpajakan sebagai “suatu iklim” kepatuhan dan
kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan tercermin dalam situasi sebagai
berikut (Devano, 2006):
a.Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
c.Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
d. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Ada dua macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan
material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan di mana wajib pajak
memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam
undang-undang perpajakan. Kepatuhan material adalah suatu keadaan yang mana
wajib pajak memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai
dengan isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
7. Wajib Pajak Patuh
Berikut ini beberapa hal mengenai Wajib Pajak Patuh yang
bersumber dari www.pajakonline.com:
a. Definisi Wajib Pajak Patuh
Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak sebagai Wajib Pajak yang memenuhi kriteria
tertentu yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak.
b. Syarat-syarat Wajib Pajak Patuh
1) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
dalam 2 (dua) tahun terakhir.
2) Dalam tahun terakhir, penyampaian SPT Masa yang terlambat
tidak lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan
tidak berturut-turut.
3) SPT Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud dalam huruf b
telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT
Masa masa pajak berikutnya.
4) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak:
a) Kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak.
b) Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5) Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir.
6) Dalam hal laporan Keuangan diaudit oleh akuntan publik atau
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan harus dengan
pendapat wajar tanpa pengecualian atau dengan pendapat wajar
dengan pengecualian sepanjang pengecualian tersebut tidak
mempengaruhi laba rugi fiskal.
a) Dalam 2 (dua) tahun pajak terakhir menyelenggarakan
pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009.
b) Apabila dalam dua tahun terakhir terhadap Wajib Pajak
pernah dilakukan pemeriksaan pajak, maka koreksi fiskal
untuk setiap jenis pajak yang terutang tidak lebih dari 10 %
(sepuluh persen).
c. Tata Cara Mendapatkan Status Wajib Pajak Patuh
1) Ditetapkan oleh Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak
tersebut terdaftar.
2) Wajib Pajak mengajukan sendiri untuk ditetapkan sebagai Wajib
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
bulan sebelum tahun buku berakhir ke Kantor Pelayanan Pajak
tempat Wajib Pajak Terdaftar.
d. Keuntungan Wajib Pajak Patuh
Wajib Pajak Patuh berhak mendapatkan pengembalian
pendahuluan kelebihan pajak untuk jenis pajak:
1) Untuk Pajak Penghasilan (PPh) paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
permohonan diterima
2) Untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) paling lambat 1 (satu) bulan
sejak permohonan diterima
B.ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan
dan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surakarta
Mekanisme sistem perpajakan yang diterapkan di Indonesia saat ini
adalah self a ssesment system. Self a ssessment merupakan suatu sistem
perpajakan yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk:
menghitung sendiri pajak yang terutang, memperhitungkan sendiri pajak
yang terutang, membayar sendiri jumlah pajak yang terutang, melaporkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang terutang. Dengan adanya sistem ini, dalam diri wajib pajak diharapkan
tumbuh adanya:
a. Kejujuran
b. Ta x mindness/ hasrat untuk membayar pajak
c. Ta x discipline, yaitu disiplin wajib pajak terhadap pelaksanaan
peraturan-peraturan pajak sehingga pada waktunya wajib pajak dengan
sendirinya memenuhi kewajiban-kewajiban yang dibebankan
kepadanya oleh Undang-Undang, seperti memasukan Surat
Pemberitahuan pada waktunya, membayar pajak tanpa diperingatkan.
d. Ta x consciousness (kesadaran/ kepatuhan) yaitu kepatuhan dan
kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan yang tercermin dalam
situasi sebagai berikut:
1) Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
3) Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
4) Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Dari hasil penelitian, ternyata belum semua wajib pajak mematuhi
kewajiban perpajakannya, misalnya masih ada wajib pajak yang tidak
melaporkan Surat Pemberitahuannya, wajib pajak tidak menyetorkan pajak
dengan jumlah yang sebenarnya, wajib pajak tidak mengisi formulir pajak
dengan lengkap dan jelas, wajib pajak tidak membayar pajak yang terutang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
mendaftarkan dirinya, walaupun menurut ketentuan perundang-undangan
mereka seharusnya sudah memenuhi syarat menjadi wajib pajak.
Dalam hal ini penulis akan meneliti seberapa besar tingkat
kepatuhan Wajib Pajak baik Wajib Pajak Badan maupun Wajib Pajak Orang
Pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya antara lain:
a. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang
Pribadi dalam menyampaikan SPT Pajak Penghasilan untuk tahun
pajak 2008-2010.
Pada umumnya wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surakarta dibagi menjadi dua jenis wajib pajak, yaitu:
1) Wajib Pajak Efektif
Wajib pajak efektif adalah wajib pajak terdaftar dikurangi dengan
wajib pajak non efektif.
2) Wajib Pajak Non Efektif
Wajib pajak non efektif adalah wajib pajak yang tidak memenuhi
kewajiban perpajakannya berupa memenuhi kewajiban
menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa dan/ atau Surat
Pemberitahuan Tahunan. Sebagaimana telah ditegaskan dalam
Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-09/PJ.8/1998
tanggal 2 Oktober 1988 wajib pajak non efektif adalah:
a) Wajib pajak yang berturut-turut selama 2 (dua) tahun tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Wajib pajak yang sudah meninggal dunia/ bubar, tetapi belum
ada surat keterangan resminya.
c) Wajib pajak tidak ditemukan alamatnya, walaupun sudah
diusahakan pencariannya oleh dinas luar.
d) Wajib pajak yang secara nyata tidak menunjukkan kegiatan
usaha.
Berikut adalah data jumlah Wajib Pajak Badan yang ada di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta untuk periode tahun 2008 sampai
[image:55.595.167.516.214.501.2]dengan 2010:
Tabel II. 1
W P B a d an
KPP Pratama Surakarta Tahun 2008–2010
Sumber Da ta : Seksi Penga wa san da n Konsultasi
Pada dasarnya Wajib Pajak Efektif adalah Wajib Pajak yang wajib
untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunannya (SPT), namun
pada prakteknya tidak semua Wajib Pajak Efektif diwajibkan untuk
Tahun Terdaftar (a)
N E (b)
Efektif (a - b)
Cabang (d)
WP wajib SPT (a – b - d)
2008 5.972 375 5.597 588 5.009
2009 6.580 385 6.195 630 5.565
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
menyampaikan SPT Tahunannya, misalnya Wajib Pajak Badan untuk
cabang yang wajib untuk menyampaikan SPT Tahunan hanya Wajib
Pajak Badan induknya saja, selanjutnya Wajib Pajak Orang Pribadi Istri
yang menginduk pada Nomor Pokok Wajib Pajak suami (cabang) tidak
wajib untuk menyampaikan SPT Tahunan, yang wajib menyampaikan
SPT Tahunan hanya suami saja dan istri hanya perlu melampirkan bukti
potong pada SPT Tahunan yang akan dilaporkan oleh suaminya
tersebut.
Berikut adalah data jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang ada di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta untuk periode tahun 2008
[image:56.595.163.513.243.584.2]sampai dengan 2010:
Tabel II. 2
WP OP
KPP Pratama Surakarta Tahun 2008–2010
Tahun Terdaftar (a)
N E (b)
Efektif (a - b)
Cabang (d)
WP wajib SPT (a – b - d)
2008 40.159 1.755 38.404 1.101 37.303
2009 57.455 2.390 55.065 1.339 53.726
2010 67.018 2.572 64.446 1.588 62.858
Sumber Da ta : Seksi Penga wa sa n da n Konsulta si
Dari perhitungan dengan rumus diatas maka dapat dilihat jumlah
Wajib Pajak Efekif baik Badan maupun Wajib Pajak Orang Pribadi
yang wajib untuk menyampaikan SPT Tahunan di Kantor Pelayanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
[image:57.595.164.513.171.492.2]commit to user Tabel II. 3
WP Efektif
KPP Pratama Surakarta Tahun 2008-2010
Tahun Jenis Wajib Pajak Jumlah
Badan Orang Pribadi
2008 5.009 37.303 42.312
2009 5.565 53.726 59.291
2010 6.166 62.858 69.024
Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan merupakan salah satu
indikator dalam menentukan tingkat kepatuhan Wajib Pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Dalam penentuan ini Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta menetapkan target penyampaian
Surat Pemberitahuan Tahunan sebesar 50%, karena sesuai dengan target
yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak, yaitu sebesar 50% untuk
setiap wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
Untuk menghitung tingkat kepatuhan Wajib Pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta penulis membandingkan antara
jumlah Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan baik yang diterima oleh KPP Pratama Surakarta itu sendiri
dan SPT Tahunan yang diterima melalui drop box, pojok pajak dan
mobil pajak dengan jumlah Wajib Pajak Efektif yang wajib untuk
menyampaikan SPT Tahunan. Berikut ini adalah daftar penyampaian
SPT Pajak Penghasilan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surakarta untuk tahun pajak 2008 sampai dengan 2010:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
SPT Badan yang diterima KPP Pratama Surakarta dan Drop Box
Tahun Pajak 2008–2010
Tahun Pajak
Jenis SPT
Jumlah Kurang Bayar Lebih Bayar Nihil
2008 1.131 25 1.198 2.354
2009 1.209 28 1.263 2.500
2010 1.218 23 1.274 2.515
Sumber Da ta : Seksi Penga wa sa n da n Konsulta si
Jumlah penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan yang telah
diterima tersebut kemudian diteliti untuk digolongkan berdasarkan
jenis-jenis SPT yang telah ditentukan yaitu :
1) SPT Kurang Bayar: Surat Pemberitahan Tahunan yang isinya
menjelaskan bahwa jumlah pajak yang terutang lebih besar
daripada jumlah pajak yang telah dibayar sehingga memunculkan
utang pajak yang harus segara dibayarkan oleh wajib pajak
tersebut.
2) SPT Lebih Bayar: Surat Pemberitahuan Tahunan yang isinya
menjelaskan bahwa jumlah pajak yang telah dibayar lebih dari
jumlah pajak yang seharusnya terutang sehingga dapat diajukan
permohonan pengembalian pembayaran pajak atau
dikompensasikan ke tahun pajak selanjutnya.
3) SPT Nihil: Surat Pemberitahuan Tahunan yang isinya menjelaskan
bahwa jumlah pajak yang terutang dengan jumlah pajak yang telah
dibayarkan sama besarnya sehingga tidak memunculkan kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain data mengenai jumlah penyampaian SPT Tahunan untuk
Badan seperti tabel diatas berikut ini adalah daftar penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta u