PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
MATERI MACAM-MACAM ZAKAT Mariamah
Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : [email protected]
ABSTRAK
Rendahnya hasil belajar peserta didik dapat disebabkan oleh beberapa masalah yang sering muncul dari kegiatan pembelajaran di kelas. Salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru hanya sebatas ceramah saja, hal ini mengakibatkan kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan kebanyakan peserta didik tidak aktif dan terlihat bosan dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan masalah tersebut maka diupayakan perbaikan melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi macam-macam zakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi macam-macam zakat. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data melalui lembar observasi untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dan lembar soal untuk mengetahui hasil belajar siswa.
Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan rumus teknik analisis kuantitatif deskriptif dengan rumus statistik presentasi. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi macam- macam zakat. Peningkatan dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai ujian dari pre test ke siklus 1 dan 2.
Kata Kunci : model pembelajaran, Problem Based Learning, hasil belajar
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah bagian dari proses sosial, dan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Sebagai kebutuhan dasar, pendidikan sama pentingnya dengan kebutuhan makan-minum. Tapi pendidikan di era modern memerlukan sebuah sistem kerja interaktif yang meliputi banyak bidang,
meskipun dalam sistem itu masih menyisakan celah untuk improvisasi. Jadi, bukan sebuah sistem baku yang kaku, yang tidak melihat kenyataan di lapangan dan cepatnya masyarakat berkembang dan berubah.
Secara etimologi, pendidikan berasal dari kata “paedagogie” dari bahasa Yunani, terdiri dari kata “paes” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Jadi paedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.
Dalam bahasa Romawi pendidikan berasal dari kata “educate” yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada dari dalam. Sedangkan dalam bahasa Inggris pendidikan di istilahkan dengan kata “to educate” yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak (Hidayat, Abdillah.2019).
Dalam konteks Indonesia, tujuan dan misi pendidikan telah dirumuskan dengan sangat indah dalam bentuk Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Pendidikan Nasional ini dirancang untuk memayungi dan mengorganisasikan proses belajar mengajar yang ideal, penerapan kurikulum sebagai satuan unit pendidikan, guru, murid dan staf atau karyawan lembaga pendidikan
Di dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pasal 1.
“ pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri, serta akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.
Hakikatnya pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru, peserta didik dan lingkungan sebagai aspek untuk menciptakan lingkungan belajar. Kegiatan ini bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan positif di dalam diri anak didik yang sedang menuju kedewasaan, sejauh berbagai perubahan itu dapat diusahakan melalui usaha belajar.
Keaktifan peserta didik merupakan salah satu prinsip utama dalam proses pembelajaran. Belajar adalah berbuat, oleh karena itu tidak ada belajar tanpa aktivitas, dimana aktivitas peserta didik memiliki peran penting dalam proses pembelajaran, pengalaman belajar hanya dapat diperoleh jika peserta didik aktif berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Menurut Yamin (2007: 77) keaktifan peserta didik merupakan proses pembelajaran yang dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang
dimilikinya, berpikir kritis, dan dapat memecahkan masalah yang ia hadapi dalam kehidupannya.
Pembelajaran saat ini sering menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru, tetapi berdasarkan kurikulum yang berlaku sekarang pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning) dituntut untuk mengubahnya menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Pembelajaran yang berpusat pada guru sangat mengurangi tanggung jawab siswa atas tugas belajarnya sehingga menyebabkan siswa kurang aktif dan akhirnya mempengaruhi hasil belajarnya.
Trianto (2008) menyatakan bahwa pembelajaran yang berpusat pada guru kurang meningkatkan aktivitas siswa, sehingga menyebabkan hasil belajar rendah. Hal ini diindikasikan dari metode yang digunakan di kelas dalam proses pembelajaran konvensional. Selain itu model pembelajaran yang kurang konstruktivis tidak mendorong siswa untuk membangun pengetahuan awal yang dimilikinya. Siswa kurang berpartisipasi aktif secara langsung dalam proses belajar mengajar. Hal itu juga faktor penyebab rendahnya hasil belajar dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Sebelum menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning proses pembelajaran berjalan tidak efektif dan peserta didik terlihat pasif.
Kemudian berdasarkan data hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI materi macam-macam zakat di kelas VI SD Negeri Pualamsari 3 masih dalam kategori rendah. Hasil belajar peserta didik pada materi ini masih belum memenuhi nilai KKM yang sudah ditentukan yakni 70. Dari 17 orang siswa, 3 orang siswa dengan nilai di atas KKM, 3 orang siswa dengan nilai dibatas KKM, dan 11 orang siswa dengan nilai di bawah KKM. Berdasarkan data tersebut dapat dijabarkan bahwa dari 17 orang siswa, yang tuntas hanya 6 orang dan yang tidak tuntas sebanyak 11 orang dengan persentasi ketuntasan sebesar 35,29%. Menurut analisa peneliti, rendahnya hasil belajar peserta didik diantaranya disebabkan oleh tingkat penguasaan materi siswa yang masih rendah karena pengetahuan yang dimiliki oleh siswa hanya diperoleh melalui penjelasan dari guru, dalam pembelajaran masih berpusat pada guru (Teacher Centered). Guru masih mendominasi proses pembelajaran sehingga beberapa siswa masih nampak pasif. Guru masih banyak menggunakan metode ceramah dan teks book pada setiap penyampaian materi tanpa menerapkan model pembelajaran yang tepat sehingga peserta didik merasa jenuh dan bosan pada saat proses pembelajaran karena kurang variatifnya metode yang digunakan dan kurangnya guru memberikan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah.
Uraian di atas menunjukkan bahwa perlunya model pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga memungkinkan terjadinya sharing pengetahuan antar siswa dan guru dengan waktu yang relatif singkat, peserta didik menjadi
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, siswa perlu diberikan kesempatan untuk belajar bekerjasama dengan teman dalam mengembangkan pemahaman terhadap konsep dan prinsip-prinsip penting. Salah satu model pembelajaran yang diprediksi mampu mengatasi hal tersebut adalah model pembelajaran Problem Based Learning.
Menurut Sofyan, dkk (2017) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini.
Berdasarkan beberapa fakta di atas, peneliti ingin melakukan upaya perbaikan hasil belajar peserta didik dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Macam-macam Zakat”
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dimana penelitian tindakan kelas ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan tujuan pokok penelitian, yaitu untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi macam-macam zakat.
Subyek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas VI SD Negeri Pualamsari 3 yang berjumlah 17 orang. Sedangkan objek pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning materi macam-macam zakat pada kelas VI SD Negeri Pualamsari 3.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu yang pertama tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk mengukur hasil belajar pada ranah kognitif berupa tes sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) pembelajaran dalam Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Yang kedua yaitu dokumentasi, Metode ini penulis gunakan untuk
mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa melalui buku harian (dokumentasi nilai) termasuk juga sejarah berdirinya sekolah, jumlah guru dan karyawan, jumlah siswa dan data-data lain yang berkaitan. Dan yang ketiga adalah pengamatan atau observasi, Metode ini digunakan untuk melihat dan menilai kegiatan pembelajaran yang berlangsung agar dapat dengan mudah mencari solusi dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi saat pembelajaran.
HASIL PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi macam-macam zakat pada kelas VI SD Negeri Pualamsari 3. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pada aktivitas siswa dan pada hasil belajar peserta didik. Dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi beberapa tahapan yaitu :
1. Perencanaan
Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 20 tentang Standar Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.
Sanjaya (2010) menyatakan bahwa “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan pada proses pembelajaran”.
Sedangkan menurut Daryanto dan Dwicahyono (2014) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada dasarnya merupakan satu bentuk prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam standar isi (standar kurikulum).
Dalam implementasi kurikulum 2013, penyusunan RPP dapat mengacu pada pedoman penyusunan RPP yang terkandung dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Standar Proses Pembelajaran yaitu yang mencakup sembilan komponen : a). identitas sekolah/ nama satuan pendidikan, mata pelajaran, dan kelas/ semester; b). alokasi waktu; c). KI, KD, Indikator Pencapaian Kompetensi; d). tujuan pembelajaran; e). materi pembelajaran; f).
pendekatan, model dan metode; g). media/alat, bahan, dan sumber belajar; h).
langkah-langkah pembelajaran dan i). penilaian pembelajaran.
Pada tahap perencanaan ini, peneliti telah menyusun RPP secara lengkap dan sistematis yang mengacu pada Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014
tentang Standar Proses Pembelajaran agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.
2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I maupun pada siklus II, peneliti melaksanakan setiap tahapan yang telah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada kegiatan inti pembelajaran.
Menurut Tan (2009) menyatakan bahwa Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan pengetahuan (knowledge) baru. Problem Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar dengan cara berpikir kritis dan keterampilan dalam memecahkan masalah dan untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Menurut Sofyan,dkk (2017) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini.
Dalam tahapan pelaksanaan ini, sudah dilakukan sejalan dengan beberapa pendapat di atas. Pada model pembelajaran Problem Based Learning ini, peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikannya dibawah petunjuk fasilitator (guru). Peserta didik disarankan untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Problem Based Learning memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru, proses pembelajaran berpusat kepada siswa sehingga siswa lebih aktif sementara pada pembelajaran tradisional pembelajaran berpusat pada guru, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Dari hasil proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1
Rekapitulasi peningkatan hasil belajar materi macam-macam zakat melalui model pembelajaran Problem Based Learning
No Pencapaian hasil belajar Tes awal Siklus I Siklus II 1. Siswa yang tuntas 6 8 14 2. Nilai rata-rata 55,88 63,5 80,58 3. Presentasi ketuntasan 35% 47% 82%
Dari petunjuk tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada tes awal siswa yang tuntas hanya berjumlah 6 orang dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal hanya sebesar 35%, ini berarti masuk kategori kurang dan belum mencapai tahap ketuntasan secara klasikal yang telah ditetapkan yaitu 75%.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan tindakan pada tahap selanjutnya yaitu tindakan siklus I.
Dari hasil tindakan pada siklus I dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada post test yaitu sebesar 47% masih termasuk dalam kategori kurang dengan ketuntasan siswa yang memperolehnya yaitu 8 siswa. Berdasarkan hasil post test pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 12%. Meskipun demikian hasil belajar siswa pada siklus I belum dapat mencapai tahap ketuntasan secara klasikal yang telah ditetapkan yaitu sebesar 75% sehingga perlu dilakukan tindakan selanjutnya yaitu dengan melakukan tindakan ke siklus II.
Kemudian pada siklus II dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada post test yaitu sebesar 82% tergolong baik dengan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 14 orang. Dan berdasarkan hasil tes pada Siklus I maka terjadi peningkatan sebesar 47% sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar sudah berhasil karena terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan.
3. Pengamatan (Observasi)
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman atau lembar observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku atau aspek yang diamati(Kunandar,2013).
a. Dari hasil pengamatan aktivitas guru selama melakukan kegiatan pembelajaran pada siklus I memperoleh nilai 85,52. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah baik.
Selanjutnya pada siklus II memperoleh nilai sebesar 86,84. Menurut hasil pada siklus II ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran sudah baik sekali. Guru melakukan perbaikan-perbaikan terhadap kegiatan proses pembelajaran sehingga berjalan dengan baik dan aktivitas semakin meningkat.
b. Dari hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus I masuk dalam kriteria baik dengan nilai 72,5. Selanjutnya dilakukan perbaikan pada siklus II dan aktivitas siswa meningkat menjadi 87,5 dan masuk dalam kriteria baik sekali.
4. Refleksi
Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus 1 dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning termasuk dalam kategori kurang yaitu siswa yang tuntas berjumlah 8 orang dengan persentasi 47% dan siswa yang belum tuntas berjumlah 9 orang. Hasil belajar siswa belum dapat mencapai tingkat ketuntasan secara klasikal yaitu sebesar 75%. Selanjutnya hasil observasi guru pada siklus 1 sudah baik. Sedangkan untuk hasil observasi siswa sudah baik, namun belum terpenuhi dengan maksimal sehingga harus dilakukan observasi dan penelitian kembali yaitu siklus II.
Dari hasil analisis data pada hasil belajar siswa yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan di siklus II dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning sudah termasuk dalam kriteria baik sekali yaitu siswa yang tuntas berjumlah 14 orang dan siswa yang tidak tuntas berjumlah 3 orang dengan rata-rata kelas 80,58. Hasil belajar siswa pun sudah mencapai tingkat ketuntasan secara klasikal yakni 82,35%, melewati batas minimum 75%.
Demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pencapaian hasil belajar siswa dari tes awal, Siklus I, dan Siklus II pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi macam-macam zakat.
Penjabaran di atas membuktikan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik dari jumlah siswa yang tuntas, nilai rata-rata maupun persentasi ketuntasan klasikal.
Menurut peneliti keunggulan dari model pembelajaran Problem Based Learning ini memang benar adanya, karena telah terbukti dari hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II meningkat secara signifikan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil observasi awal terhadap proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri Pualamsari 3 diperoleh bahwa siswa tidak aktif dan pembelajaran tidak efektif yang berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa terhadap materi dan nilai yang mereka capai belum dapat mencapai
tingkat KKM. Hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Pualamsari 3 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi macam-macam zakat sebelum diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning masih sangat kurang yaitu siswa yang tuntas hanya berjumlah 6 orang atau dengan persentasi ketuntasan klasikal sebesar 35% dengan nilai rata-rata 55,88.
2. Melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi macam-macam zakat di kelas VI SD Negeri Pualamsari 3 terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Peningkatan hasil belajar siswa mencapai tingkat ketuntasan belajar secara klasikal berhasil pada siklus II.
3. Hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Pualamsari 3 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi macam-macam zakat setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning yaitu pada siklus I siswa yang tuntas berjumlah 8 orang atau dengan persentasi ketuntasan klasikal sebesar 47% dengan nilai rata-rata 63,5. Selanjutnya pada siklus II siswa yang tuntas berjumlah 14 orang dengan persentasi ketuntasan klasikal sebesar 82% dengan nilai rata-rata sebesar 80,58.
Dari penjabaran diatas diperoleh kesimpulan bahwa penelitian ke siklus selanjutnya tidak perlu dilakukan karena sudah tercapainya ketuntasan klasikal sebesar 82% yang telah melampaui batas ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu 75%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa semakin meningkat dan tergolong pada kategori baik.
DAFTAR PUSTAKA
Yamin, Martinis.2007.Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP.Jakarta:
Gaung Persada Press.
Rusman. 2011. Model-model pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru. Rajawali Pers.
Aziz, Amka Abdul.2018.Mutiara Pendidikan Karakter.Sidoarjo:Nizamia Learning Center
Hidayat, Rahmat dan Abdillah.2019.Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan Aplikasinya.Medan:LPPPI.
Undang-Undang RI.No. 2o Tahun 2003 tentang SISDIKNAS
Sofyan,Herminanto,dkk.2017.Problem Based Learning dalam Kurikulum 2013.Yogyakarta: UNY Press
Kunandar.2013.Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013).Jakarta:Rajawali Pers
Sanjaya, Wina.(2010).Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta:Prenada Media Group
Daryanto, Aris Dwi Cahyono (2014).Pengembangan Perangkat Pembelajaran:Silabus,RPP,Phb,Bahan Ajar.Yogyakarta:Gava Media.
Khosyula, A. M. (2022). PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MATERI AYO MEMBAYAR ZAKAT KELAS VI SDN 2 DAHIRANG. Prosiding Pendidikan Profesi Guru Agama Islam (PPGAI), 2(2).
Rouf, A. (2020). Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Model Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Fiqih Bab Zakat di Kelas VIII MTs Darul Hikam Semester 1 Tahun Pelajaran 2020/2021. Salimiya:
Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam, 1(4), 171-188.
Ismi, Y. (2022). Penerapan model problem based learning untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa dalam pembelajaran pendidikan agama islam pada materi Zakat Mal di Kelas X MIA-3 SMAN 1 Praya Timur (Doctoral dissertation, UIN Mataram).
Fatimatuzzahro, F. (2021). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN FIQIH MATERI SHALAT JUM’AT KELAS VI MI SABILUL HUDA PATEGUHAN. ITTIHAD, 5(2).