PHNGHMBANG/W Kl -RIKlil.liM l.HMBAGA PHNGAJIAN ANAK Di MMATHRASHl.ATAN
11 SIS
Diajukan Untuk Mcmcnuhi Salah Satu Syarat Mcmperolch Gclar Mauistcr Ilmu IVndidikan I'rouram Studi Pcnucmbanuan Kunkulum
'(, Oleh:
AMIRRl'SDI
NIM:00%72
program pasc asar.iana <pps)
universitas pendidikan indonesia (ipi)
PHNGHMBANGAN KURIKULUM LEMBAGA PENGAJIAK ANAK
DI SUMAIHRA SHLA!AN
TILS IS
Diajukan Untuk Mcmcnuhi Salah Satu Syarat Mcmperolch Gelar Magistcr Ilmu
Pcndidikan Prouram Studi Pcnucmbanuan Kurikulum
I**
K20
Oleh:
AMIR RUSDI
NIM:009672
PROGRAM PASCASAR.IANA (PPS)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (DPI)
DISETUJUl DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pcmbimbing I
Prof. Dr. H. Narta^SVaodih Sukmadinata NIP: 130143873
Pcmbimbing II
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum terpecahkannya masalah-masalah yang dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam dalam usaha menyampaikan ajaran agama Islam kepada anak usia sekolah dasar yang harus dipersiapkan dengan
pengetahuan. ketrampilan dan nilai-nilai ajaran Islam sebelum mereka memasuki usia akil baligh (Baca: usia menerima beban hukum Islam). Tulis Baca Huruf
Al-Quran dan pengetahuan dasar Agama Islam merupakan dua materi penting dalam usaha mempersiapkan anak memasuki usia akil baligh tersebut. Sementara
Lembaga-lembaga Pengajian Anak (LPA) masih memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam usaha pendidikannya.
Tujuan penelitian ini secara umum untuk mengembangkan kurikulum LPA sehingga sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan serta karakteristik masyarakat Sumatera Selatan. Dalam rangka penelitian ini, maka pendekatan yang digunakan adalah nset dan pengembangan (Research and Development) dengan mengacu kepada langkah-langkah penelitian yang dikemukakan oleh Borg dan Gall (1983 :
775).
Dengan tetap merujuk kepada prinsip penelitian dan pengembangan (Baca : ' ,R ,: D), maka prosedur penelitian ini sebagai berikut: Pertama, studi pendahuluan yang meliputi kegiatan : a. Kajian teoritis. b. Kajian praktis di beberapa Lembaga Pengajian Anak (LPA) dengan fokus kajian : 1) Kurikulum riil LPA, 2) Faktor-faktor pendukungpenghambat, 3) Tingkat ketcrcapaian kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAh di SD dan 4) Pcnilaian terhadap kebutuhan masyarakat bagi pengembangan kurikulum LPA. c. Penyusunan draf awal kurikulum LPA. d. Analisis dan vahdasi draf awal kurikulum LPA dengan menggunakan teknik Delphi d Revisi draf awal c Penyusunan kurikulum LPA bentuk akhir atau vang siap diujicobakan.
Penelitian pendahuluan membenkan lnformasi : Pertama, tujuan pendidikan di LPA agar anak dapat membaca huruf Alquran dan dapat melaksanakan sholat lima waktu dengan rangkaiannya (Baca: berwudhu\ gerakan sholat, bacaan sholat dan doa-doa) Kedua, materi pendidikarv pembelajaran adalah materi yang berhubungan dengan membaca dengan buku Iqro sebagai sumber utama dan maten yang
berhubungan dengan sholat dan rangkaiannya. Ketiga, sistem yang digunakan mayontas mengggunakan sistem khalaqoh private untuk pembelajaran tulis baca
Alquran dan sistem klasikal untuk pendidikan dan pembelajaran agama Islam. Metode yang digunakan dalam pembelajaran tulis baca huruf Alquran sebagian besar metode iqro, hanya sebagian kecil yang menggunakan metode tradisional. Keempat, bentuk evaluasi yang digunakan pada umumnya bersifat formatif, hanya sebagian kccil vang menggunakan bentuk evaluasi secara lengkap yaitu evaluasi formatif,
sub-sumatif dan sub-sumatif
lierdasarkan data hasil penelitian pendahuluan maka disusunlah kurikulum
LPA dimana komponcn tujuan pembelajaran Al-quran mencakup dua kemampuan, vaitu membaca dan menuhs Komponen tujuan pendidikan PAI mencakup aspek akidah, ibadah, akhlak, syanah dan muamalah. Kunkulum LPA hasil penelitian mi telah divahdasi dan siap untuk diujicobakan atau diterapkan di lapangan
«.
HAI.AMANJUDUL
PERNYATAAN ABTSRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
D A F T A R T A B E L D A F T A R B A G A N
DA FT A R IS I
i ii iii v x xii xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 7
C. Pembatasan Masalah 9
D. Pokok Masalah 10
E. Delinisi Opcrasional I |
F. Pertanyaan Penelitian p
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 13
1. Tujuan Penelitian 13
2 Manfaat Penelitian 14
BAB II DASAR DAN PROSES PENGEMBANGAN KURIKULUM 16
A. Pengembangan Kurikulum 16
1. Pengertian ]g
2 Model-Model Kurikulum 21
3 Proses Pengembangan Kurikulum 25
B.Kurikulum Pendidikan Islam 67
1 Tuiuan Pendidikan ^7
2.Materi Pendidikan 59
4.Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam 74
5.Lembaga Pengajian Anak 76
BAB III MFTODOLOGT PENELITIAN 81
A. Metode Penelitian 81
B. Populasi Dan Sampel 92
C. Teknik Pengumpulan Data 95
D. Rangkaian Pelaksanaan Penelitian Dan Pengembangan 97
BAB IV PENGEMBANGAN KURIKULUM LPA 101
A. Kondisi Objektif LPA 101
1.Kurikulum Riil LPA 101
2.Tuntutan dan Kebutuhan Masyarakat terhadap LPA 114 3.Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat 124
4. Ketercapaian Kurikulum PAI Di Sekolah Dasar 126
B. Pengembangan Kurikulum LPA 129
1. Desain Kurikulum LPA Hipotetik 129
2. Validasi Kurikulum LPA Hipotetik 155
3. Analisisdan Pembahasan 160
BABV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 191
A. Kcsimpulan 191
B Rekomendasi 200
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
rabel Halaman
1. Relationship Between Aims, Goals and Objectives 42 2. Program Pengajaran Hipotetik Lembaga Pengajian Anak (LPA) Sumsel 145 3. Program Pengajaran Lembaga Pengajian Anak (LPA) Sumsel 179
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
1. Peta Vanabel yang Teriibat Dalam Masalah 8
2. Paradigma Penelitian Dan Pengembangan Kurikulum LPA 10
3. Model Pengembangan Kurikulum Tyler 38
4. Proses Evaluasi Secara Hierarkis 63
5. Prosedur Penelitian dan Pengembangan Kurikulum LPA 84
6. Prosedur Validasi Draf Awal Kurikulum LPA 89
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Lembaga pendidikan sebagai agen pembaharuan dituntut untuk terus
melakukan usaha-usaha inovatif dalam semua aspek kependidikannya agar dapat
menambah kebennaknaannya di tengah masyarakat melalui produk dan kiprahnya
vang relevan dengan tuntutan. kebutuhan dan perkembangan masyarakat tersebut.
Salah satu aspek dari kegiatan pendidikan itu adalah pcnanaman nilai-mlai yang
bersumber dan ajaran Agama yang divakmi dapat itiembawa inaiuisia kepada
keselamatan dan kesejahteraan, baik yang bersifat lahiriyah maupun batiniyah.
Agama Islam sebagai sumber aturan dan nilai-nilai yang diinterpretasikan
dari nash-nash Alquran dan Al-Hadits perlu ditanamkan melalui kegiatan
pendidikan dan pembelajaran yang terarah. bertujuan, sistematis dan ditunjang
oleh sarana/fasilitas dan lingkungan yang kondusif.
Kebcradaan kunkulum sebagai suatu sub-sistem dan sistem pendidikan
vang lebth luas dan sebagai rencana tertulis yang mengarahkan aktivitas
ditatapkan, merupakan suatu yang penting dan strategis. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dan mengarahkan seluruh proses pendidikan serta merupakan suatu bidang studi yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan
(Syaodih, N. S, 1997 : 4). Dengan demikian eksistensi suatu kurikulum di suatu
lembaga pendidikan, apa pun betuknya, akan mempengaruhi keberhasilan lembaga itu dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
Usaha-usaha kearah perbaikan suatu kurikulum dalam rangka menjawab perubahan tuntutan dan kebutuhan masyarakat merupakan suatu yang mutlak dilakukan. Pakar pendidikan diantaranya Oliva menegaskan bahwa, "Change in
the form of responses to contemporary problems must be foremost in the minds of
curriculum developers" (Oliva : 1992 : 32). Dengan respon yang sistematis dan
terarah akan dapat menempatkan produk dari suatu kegiatan pendidikan dan pengajaran menjadi relevan.
Al Quran sebagai sumber hukum Islam yang pokok mengandung petunjuk
terhadap dinamika kehidupan manusia secara vertikal (hububungan dengan kholiknya) dan secara horizontal (hubungan sesama manusia dan alam sekitamva) sehingga menjadi tatanan kehidupan yang serasi Sebagai sumber petunjuk dalam
kehidupan manusia, maka nilai-nilai ajarannya perlu ditanamkan melalui usaha
pendidikan baik melalui kegiatan pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah
bahasa Al Quran yaitu Bahasa Arab yang memiliki sifat dan karakteristik yang
jauh berbeda dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu bagi anak di Indonesia.
Dengan kekhasan yang dimiliki Bahasa Arab sebagai bahasa Al Quran
membutuhkan usaha-usaha pendidikan yang khas pula dalam perencanaan, pendekatan dan metode yang digunakan agar memperoleh hasil atau produk
pendidikan yang dikehendaki.
Tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan Islam dirasakan
belum dapat dipenuhi oleh lembaga-lembaga pendidikan baik lembaga sekolah
maupun luar sekolah. Lembaga pendidikan jalur sekolah (SD, MI dan Pondok
Pesantren) sangat terbatas jangkauannya dalam menanamkan nilai-nilai ajaran
Islam baik secara kualitas maupun kuantitas. Penanaman ajaran Islam kepada
anak usia sekolah (Umur : 6 - 13 tahun) melalui jalur ini, terutama dalam
memberikan kemampuan tulis-baca hurufAl Quran dan materi ibadah khususiyah
belum dapat diharapkan sepenuhnya dengan hasil yang memadai
Keterbatasan jangkauan lembaga pendidikan jalur sekolah khususnya dalam
meningkatkan kemampuan tulis-baca huruf Al-Quran disebabkan oleh beberapa
taktor antara lain :
1 Sedikitnya alokasi waktu yang disediakan untuk Pendidikan Agama Islam
di sekolah dasar (hanya 2 jampel/minggu) dibandingkan dengan luasnya materi PAI yang harus diajarkan.
2 Khusus di daerah perkotaan, jangkauan Madrasah lbtidaiyah dan Pondok
Pesantren dalam menampung anak usia sekolah dasar sangat terbatas
karena jumlah sekolah sedikit dibandingkan dengan jumlah anak usia
sekolah.
3. Penerapan kurikulum Madrasah Ibtidaiyah dengan alokasi materi PAI
hanya 5 jampel/minggu semakin menambah keterbatasan itu.
Memperhatikan keterbatasan jalur pendidikan sekolah, seperti dijelaskan diatas, maka usaha-usaha inovatif pada lembaga-lembaga pendidikan Islam di luar sekolah dituntut untuk terus dilakukan oleh semua pihak yang berkompeten. Usaha-usaha inovatif tersebut diarahkan untuk lebih memfungsikan lembaga pendidikan Islam di luar sekolah yang mengkhususkan diri pada kegiatan pendidikan dan pembelajaran Tulis baca Huruf Al Quran serta pengetahuan dasar Agama Islam seperti: masalah-masalah yang berhubungan dengan aqUah, ibadah
khususiyah. akhlak, syariah dan muamalah.
Lembaga Pengajian Anak (LPA) yang diselenggarakan di mesjid dan
musholah sangat potensial dan strategis dalam membantu mengatasi keterbatasan jalur pendidikan sekolah tersebut. Khususnya di Kota Palembang. penyelenggaraan LPA di beberapa mesjid dan mushollah ini telah berlangsung sejak lama dan dengan kondisinya saat ini telah menunjukkan peranannva
tenitama dalam usaha mengatasi butahuruf Al Quran
Berdasarkan data hasil penelitian awal, penyelenggaraan LPA di Kota Palembang khususnya dan Sumatera Selatan pada umumnya belum tertata secara
sistematis berdasarkan prinsip-prinsip kependidikan tenitama dalam hubungan
dengan kunkulumnya serta belum diorientasikan kepada pemenuhan keNituhan
Dari empat buah LPA yang menjadi sampel penelitian awal, yang
difokuskan pada kurikulum dan proses pembelajarannya, dapat diidentifikasi
masalahnya sebagai berikut:
1 Keempat LPA tersebut belum memiliki kunkulum secara tertulis,
2. Secara tidak tertulis, tujuan pembelajaran di LPA-LPA tersebut adalah agar
anak dapat membaca huruf Al Quran dan menguasai hal-hal yang
berhubungan dengan sholat lima waktu.
3. Materi pembelajaran Membaca Al Quran hanya difokuskan pada materi-materi yang berkaitan dengan penguasaan kemampuan membaca saja. 4. Materi pelajaran agama Islam hanya difokuskan pada bacaan-bacaan dalam
sholat, latihan gerakan-gerakan sholat, hafalan surat/ayat pilihan dan
hafalan doa-doa.
5. Penyusunan materi pembelajaran di LPA-LPA yang ada hanya berdasarkan
wawasan, pandangan dan keinginan dan masing-masing ustadz. ustadzah
atau pengelola LPA, belum berdasarkan studi vang sistematis terhadap kebutuhan masyarakat Islam di lingkungan LPA tersebut khususnya dan
masyarakat Islam pada umumnya. Dengan praktek penyusunan kurikulum
yang demikian, diasumsikan telah menghasilkan kunkulum LPA yang
kurang aspiratif dengan kubutuhan masyarakat dan tuntutan substansial
ajaran Islam itu sendiri.
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan pendidikan agama
dorongan untuk meningkatkan usaha-usaha penyelenggaraan
LPA dan
pengembangan kurikulumnya
Rusdi, A(1988), dalam penelitian terhadap Jangkauan Lembaga Pendidikan
Nonformal Keagamaan Dalam Usaha Pemberantasan Butahuruf Al Quran Di
Kodya Palembang, dengan mengambil sampel penelitian di 6 Kelurahan (27 buah
LPA) menyimpulkan bahwa, secara kuantitas jangkauannya sangat signifikan,
namun secara kualitas hasil pembelajarannya masih perlu peningkatan, tenitama
pada aspek kemampuan menulis.
Laporan Panitia Penerimaan Murid Baru (PMB) MAN Sekayu Musi
Banyuasin Tahun Ajaran 1993/1994 mengenai hasil tes terhadap kemampuan
tulis-baca huruf Al Quran calon siswa yang berasal dari SMP menunjukkan
bahwa, kemampuan tulis-baca hunif Al Qurannya sangat memprihatinkan Dari
98 orang calon siswa, 63 % (62 orang) tidak bisa membaca dan menulis hunif Al
Quran. Dan hanya 27 %(36 orang) yang bisa membaca. tetapi tidak bisa menulis.
Dinn Wahyudin (19*>8), mengemukakan bahwa, partisipasi masyarakat pada
umumnya telah ada tetapi masih terbatas pada partisipasi orang tua dalam membantu pembiayaan, sedangkan bantuan yang bersifat akademik dan
kependidikan lain masih sangat terbatas
Kamil. M (2000) dalam penelitiannya mengenai Pengaruh Faktor-Faktor Kelompok Terhadap Partisipasi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah.
menyimpulkan bahwa. perlunya pemberian perhatian dan pembinaan terhadap
t
lembaga-lembaga pendidikan luar sekolah dalam bentuk kursus. penvuluhan dan/
Abdullah Syukur (2001) dalam penelitiannya berjudul : Da'wah Islam Al Qodhi Abd. Al Jabbar Berdasarkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar Dalam Ikhtiar Pengembangan Masyarakat Di Kota Bandar Lampung menyimpulkan bahwa lembaga dakwah/organisasi dakwah hams difungsikan dengan melibatkan peran
aktifpara da'i dari kalangan Umaro dan Ulama bersama masyarakat Islam dengan
meningkatkan kerjasama.
Siti Binti Az (2001), dalam penelitiannya mengenai Peranan Pemimpin
Informal Dalam Pembangunan Mental Spiritual (Studi kasus di dua desa
kecamatan Natar Lampung) mengemukakan bahwa, pada variabel potensi masyarakat dalam pengembangan pendidikan agama, 80 % dari responden menyatakan merasa bertanggungjawab dan berkewajiban terhadap pengembangan pendidikan agama serta bersedia menyumbang secara materiil dalam rangka
membangun sarana ibadah dan pendidikan.
B.Penimusan masalah
Pendidikan agama Islam, disamping di nunah tangga. dilakukan melalui
dua jalur pendidikan yaitu jalur sekolali (Baca SDMI. SMP/MTs,
SMI; SV1KN1A) dan jalur luar sekolah antara lain Majlis Tallin. TKA dan
TPA'l.PA. Namun sebagaimana diuraikan sebelumnya jalur sekolah sangat
terbatas jangkauannya, oleh karena itu usaha untuk lebih meningkatkan peranan
lembaga pendidikan jalur luar sekolah merupakan suatu yang strategis.
w ^ i
£Ks>\ ® its. '/o.
pembelajaran, proses dan hasil pembelajarannya, maka penyelenggaraan MP7^d^*\>
w ^^a: c'c -Kota Palembang dan di Sumatera Selatan pada umumnya membutuhkan upava^^^^upaya pembenahan dan pengembangan karena masih terdapat kesenjangan antarif kondisi riil LPA dengan kebutuhan masyarakat dan pnnsip-prinsip kependidikan.
Secara teoritis, banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan
penyelenggaraan suatu kegiatan pendidikan dan pembelajaran, termasuk dalam
penyelenggaraan Lembaga Pengajian Anak (LPA). seperti dapat dilihat pada
kerangka teoritis berikut ini:
GURU
i
MANAJEMEN
1r
SISWA KURIKULUM LPA •
^HASDL-i ^HASDL-i
SARANA/FASILITAS PENDIDIKAN
LINGKUNGAN
Gbr I Peta Variabel Yang Teriibat Dalam Fokus Masalah
Namun karena strategisnya fungsi kurikulum dalam rangka mcmbcnkan
arah dalam menggerakkan semua faktor pendidikan lainnya. maka kunkulum
C. Pembatasan Masalah
Diasumsikan bahwa, melalui pengembangan kurikulum LPA yang
merupakan inti dari seluruh kegiatan proses belajar mengajar akan dapat
mengeliminir kesenjangan yang ada. Oleh karena itu penelitian ini dibatasi kepada
pengembangan kurikulum LPA dengan fokus penelitian atau fokus masalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor pendidikan LPA yang mencakup :
a. Kurikulum riil LPA yang ada (Tujuan, isi, metode dan evaluasi),
b. Siswa atau santrinya,
c. Tenaga pengajar/ustadz,
d. Sarana fasilitas, e. Pengelol a,
f. Lingkungan
2. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap Lembaga Pengajian Anak (LPA)
3. Tingkat ketercapaian pelaksanaan kurikulum PAI di Sekolah Dasar
4 Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan LPA
5 Pengembangan kurikulum LPA yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat
Berdasarkan nimusan, pembatasan dan fokus masalah di alas, maka
Teori Pengembangan
Kurikulum
Kurikulum Riil LPA
(Komponen Kunkulum)
Pengembangan
Kurikulum LPA
Tuntutan dan Kebutuhan Masvarakat
Ketercapaian KurikuIuraPAI Di SD
Faktor -Faktor
Pendukung^Pengharnbat
LINGKUP MASALAH=> FOKUS PRODUK
Gbr 2 Paradigma Penelitian & Penuembanuan Kunkulum LPA
D. Pokok Masalah
Dari uraian tentang perumusan, pembatasan dan fokus masalali serta
paradigma penelitian di atas, maka dapat dikemukakan pokok masalali dalam
penelitian ini sebagai benkut :
1. Bagaimana kondisi objektif kurikulum Lembaga Pengajian Anak (LPA) di
Sumatera Selatan °
2 Bagaimana tuntutan dan kebutuhan masyarakat Sumatera Selatan terhadap
3. Bagaimana model kurikulum LPA yang sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat Sumatera Selatan ?
E. Definisi Operasional
Dalam rangka inempeijelas arah penelitian dan untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah yang digunakan dalam pokok masalah diatas,
maka perlu dikemukakan definisi operasionalnyasebagai berikut:
Kurikulum , dimaksudkan di sini adalah semua komponen kurikulum,
meskipun belum dalam bentuk desain tertulis, yang menjadi dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran di LPA meliputi komponen-komponen : Tujuan,
l
materi, proses atau metode dan strategi, dan evaluasi.
LPA (Lembaga Pengajian Anak) adalah suatu tempat pembelajaran
Tulis-baca huruf Al Quran dan pengetahuan dasar Agama Islam bagi anak usia antara
6 13 tahun yang diselenggarakan di mesjid dan musholah vang biasanya berlangsung sore atau malam hari.
Pengembangan Kurikulum, dalam penelitian ini diartikan sebagai proses
tersusunnya desain kurikulum yang mengandung elemen-elemen : a. Tujuan
(Tujuan Umum dan tujuan khusus), b. Materi atau pengalaman belajar, c Proses
atau metode dan strategi, d. F.valuasi.
Kebutuhan, adalah suatu yang diperlukan untuk dipenuhi tenitama yang
berhubungan dengan Tuhs-Baca Huruf Al-Quran dan penanaman nilai-nilai ajaran
Islam
•>,
**
K.. 1
Masyarakat, adalah orang yang membutuhkan, teriibat dan peduli terhadap
LPA. Masyarakat menurut definisi ini dapat dikelompokkan dan dirinci sebagai
berikut:
1 Orang yang membutuhkan yaitu : Orang tua santn, santri, guru agama di
SD dan SMTP.
2. Orang yang teriibat, yaitu : Tenaga pengajar di LPA, pengurus
mesjid/musholah, DepagTK I dan II.
3. Orang yang peduli, yaitu : Para pendidik, tokoh agama, tokoh masyarakat
dan organisasi kependidikan dan kemasyarakatan.
F. Pertanyaan Penelitian
Mengacu kepada tiga pokok masalah diatas. maka dapatlah dinimuskan
beberapa pertanyaan penelitian berikut mi :
1. Bagaimanakah kurikulum nil (real curriculum) lembaga Pengajian Anak
(LPA) yang ada di Sumatera Selatan '.'
2. Bagaimana tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap penyelenggaraan
Lembaga Pengajian Anak (LPA) ^
3 Faktor-faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan LPA di Sumatera Selatan ?
4. Bagaimana tingkat ketercapaian pelaksanaan kurikulum PAI di Sekolah
Dasar Sumatera Selatan ?
5. Model kunkulum yang bagaimana yang sesuai dengan karakteristik. tuntutan dan kebutuhan masvarakat Sumatera Selatan 9
*••
12
G.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan kunkulum Lembaga Pengajian Anak (LPA) yang sesuai dengan tuntutan, kebutuhan dan
karakteristik masyarakat Sumatera Selatan, meliputi pengembangan
komponen-komponen : Tujuan pendidikan dan pembelajarannya, materi pendidikan dan pembelajarannya, metode/strategi pembelajarannya dan bentuk evaluasi dalam menilai hasil pendidikan dan pembelajarannya. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
a. Memperoleh data tentang implementasi kurikulum (real Curriculum)
Lembaga Pengajian Anak (LPA) di wilayah Sumatera Selatan,
b. Mendapatkan data mengenai tuntutan dan kebutuhan masyarakat Sumatera Selatan terhadap LPA.
c. Memperoleh data tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan LPA di Sumatera Selatan,
d. Memperoleh data tentang tingkat ketercapaian pelaksanaan kurikulum
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar wilayah Sumatera Selatan.
e. Mengembangkan model kunkulum (Draf awal Kunkulum) LPA yang
sesuai dengan karakteristik, tuntutan dan kebutuhan masyarakat Sumatera
Selatan,
f. Mengkaji altematifimplementasi kunkulum yang dikembangkan dan hasil
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menemukan
prinsip-prinsip atau dalil-dalil yang berhubungan dengan pengembangan kurikulum,
tenitama dalam pengembangan kurikulum Lembaga pengajian anak (LPA). Suatu
yang secara teoritis diharapkan dapat ditemukan dari penelitian ini adalah bahwa,
kurikulum LPA yang dikembangkan berdasarkan tinjauan teoritis dan mengacu
kepada tinjauan praktis serta memperhatikan tuntutan dan kebutuhan masyarakat
dapat menghasilkan kurikulum LPA yang aspiratif dan realistik. Kemudian
setelah diimplementasikan dapat menghasilkan produk pendidikan yang relevan
dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta tuntutan substansi ajaran agama
Islam.
b Manfaat praktis
Manfaat praktis dari hasil penelitian ini secara umum dapat digunakan oleh
para pengelola, ustadz dan ustadzah dan mereka yang teriibat dalam kegiatan
pendidikan dan pembelajaran di LPA-LPA Sumatera Selatan sebagai bahan acuan
dalam pendidikan dan pembelajaran di LPA-LPA yang dikelolanya. Secara rinci manfaat praktis hasil penelitian antara lain :
1) Bagi Departemen Agama, dapat dijadikan kurikulum inti atau standard
pada LPA-LPA di Sumatera Selatan khususnya. Dengan demikian akan
menjadi bahan acuan bagi para ustadz/ustadzah dalam menyusun rencana pembelajaran, proses pembelajaran dan evaluasi pembelajarannya
2) Bagi para pengelola LPA, dapat dijadikan standar kualifikasi calon
ustadz/ustadzah (pre-service) dan ustadz/ustadzah (in-service) yang akan
mengajar di LPA yang dikelolanya
3) Menjadi bahan acuan bagi lembaga-lembaga, organisasi-organisasi
keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan (Baca: Fakultas Tarbiyah, BKPRMI dll) dalam menentukan kemampuan minimal (standard
competencies) bagi para mahasiswa dan peserta penataran calon guru/ustadz
LPA.
4) Menjadi bahan masukan dan bahan evaluasi bagi para ustadz, pengelola
LPA dan mereka yang berkepentingan terhadap penyelenggaraan LPA
i
f
untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan LPA di masa-masa yang
akan datang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan atau strategi penelitian dan pengembangan (Research and Development). Pendekatan atau strategi penelitian ini juga oleh beberapa ahli disebut dengan istilah Pengembangan Berbasis Penelitian (Research-Based Development) yaitu dengan mengacu kepada prinsip-prinsip dan langkah-langkah penelitian serta pengembangan yang dikemukakan oleh Walter R. Borg dan Gall (1983 .775). Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dikemukakannya terdiri dari sepuluh langkah, yaitu :
I Penelitian dan pengumpulan informasi (Baca : mereview literatur,
observasi kelas, dan bentuk persiapan lainnya),
2. Perencanaan (Baca: pendefmisian ketrampilan, penetapan tujuan,
penentuan urutan pelajaran dan uji fesibilitas dalam skala kecil),
3. Mengembangkan bentuk produk pengembangan awal (Baca: Penyiapan
materi pembelajaran, buku pegangan dan alat evaluasi),
4 Uji coba lapangan pendahuluan yang dilakukan di 1 - 3 sekolah dengan melibatkan <> sampai 12 orang subjek Data hasil interview, observasi
dan kuesioner dianalisis.
5. Merevisi bentuk produk pengembangan awal berdasarkan hasil-hasil uji
6. Uji coba lapangan utama yang dilakukan di 5 - 15 sekolah dengan
melibatkan 30 - 100 orang subjek. Data kuantitatif dari hasil uji coba ini
dikumpulkan dan dievaluasi disesuaikan dengan tujuan pelajaran dan
jika diperlukan dibandingkan dengan data kelompok kontrol,
7. Merevisi produk pengembangan operasional berdasarkan hasil-hasil
ujicoba lapangan utama,
8. Ujicoba lapangan operasional yang dilakukan di 10-30 sekolah
dengan melibatkan 40 - 200 orang subjek. Data hasil interview,
observasi dan kuesioner dianalisis,
9. Merevisi produk pengembangan akhir berdasarkan hasil-hasil ujicoba
lapangan operasional, 10. Diseminasi dan distribusi.
Dengan tetap merujuk kepada langkah-langkali di atas dan kemudian
disesuaikan dengan karakteristik penelitian serta keterbatasan-keterbatasan yang
ada (tennasuk waktu penelitian yang tersedia), maka langkah-langkali yang dilalui
dalam penelitian dan pengembangan kurikulum LPA ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian pendahuluan, yang meliputi kegiatan-kegiatan :
a Metevicw iitetatut (kajian teoritis) yang berhubungan dengan
pengembangan kunkulum LPA,
b Pengumpulan data lapangan (kajian praktis) yang berhubungan dengan penyelenggaraan I PA di beberapa LPA sampel dengan fokus :
a. Kurikulum riil LPA yang meliputi komponen-komponen tujuan, isi,
metode/proses dan evaluasi,
b. Faktor-faktor pendukung/penghambat pendidikan di LPA yang
berkaitan dengan tenaga pengajar, siswa, sarana fasilitas, pengelola dan
lingkungan pendidikan,
c. Penilaian terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat bagi
pengembangan kurikulum LPA (Pendekatan atau teknik yang digunakan
adalah Pendekatan atau Teknik Need Assessment)
d. Tingkat ketercapaian kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Dasar
2. Pengembangan atau penyusunan desain awal atau kurikulum I PA Hipotetik dengan merujuk kepada kajian teoritis dan kajian praktis pada penelitian
pendahuluan,
3. Analisis dan validasi desain awal kurikulum LPA Hipotetik berdasarkan
pendapat, pandangan dan saran-saran para pakar pendidikan. para guru, para
pengembang kurikulum, psikolog, sosiolog, ulama dan tokoh masyarakat
melalui metode/teknik Delphi,
4. Revisi desain awal atau Kurikulum LPA Hipotetik dengan menijuk kepada
rumusan hasil seminar delphi atau hasil validasi,
5. Penyusunan kurikulum LPA akhir atau yang siap diujicobakan/digunakan di
LPA-LPA yang ada di Sumatera Selatan
Secara skematis langkah-langkah atau prosedur penelitian dalam rangka
pengembangan kurikulum LPA di Sumatera Selatan ini adalah sebagai berikut:
STUDI PENDAHULUAN
PENGEMBANGAN
KURIKULUM LPA
DISEMINASI
Draf awal
Validasi/Se
minar Delphi
Revisi
Draf akhir
Kajian teoritis dan praktis
Kurikulum nil I.PA
Tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap LPA
Faktor-faktor pendukung/penghambat:
Tingkat ketercapaian kurikulum PAI di SD
Gbr. 5. Prosedur Penelitian Dan Pengembangan Kurikulum I.PA
1. Penelitian pendahuluan
Pada penelitian pendahuluan ini telah dilakukan pengkajian bersifat teoritis-terhadap sumber-sumber yang terkait erat dengan pengembangan kurikulum (Baca: buku-buku, dokumen-dokumen kurikulum, khususnya dokumen kunkulum
Pendidikan Agama Islam) dan yang bersifat praktis yang berhubungan dengan
program pembelajaran LPA atau kurikulum LPA yang ada yang tengah
diimplementasikan ( seperti : Tujuan pendidikan/pembclajarannya. materi dan strategi pembelajaran, proses pendidikan/pembelajaran dan bentuk evaluasi yang
digunakan) serta aspek-aspek lain yang berhubungan dengan kurikulum nil LPA
Pada lahap pendahuluan ini juga telah dilakukan penilaian kebutuhan (Need
Assessment) terutama terhadap tiga sumber utama, yaitu siswa, pengetaliuan
Agama Islam dan masyarakat muslim di wilayah penelitian (Tokoh masyarakat,
orang tua santri, guni-guru dan lainnya) atau penilaian mengenai tuntutan dan
kebutuhan masyarakat bagi pengembangan kurikulum LPA terutama untuk
pcnimusan tujuan pendidikan dan pembelajarannya. Pada tahap pra penelitian
telah dikumpulkan juga data mengenai faktor-faktor pendukung dan penghambat
dalam kegiatan penyelenggaraan LPA yang meliputi aspek-aspek : Tenaga
pengajar, santri, sarana/fasilitas, metode/proses, pengelolaan, pendanaan dan
lingkungan. Dan juga data mengenai tingkat ketercapaian kurikulum Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Dasar.
Data hasil penelitian pendahuluan ini menjadi titik awal. bahan acuan dan
bahan pciiimhangan dalam mengembangkan kurikulum LPA pada tahap-tahap
benkutnva.
2 Pengembangan Kunkulum LPA
Setelah studi pendahuluan dilakukan. maka data yang terkumpul diolah.
dianalisis dan disusun dalam bentuk narasi, tabel dan grafik. Data ini dijadikan
bahan acuan dan bahan pertimbangan dalam menyusun draf awal atau Kurikulum
1 l'\ Hipotetik
Penyusunan atau pengembangan draf awal atau Kunkulum LPA Ilipotetik
ini mengacu kepada model pengembangan kurikulum Tyler, meskipun dalam
beberapa hal diadakan modifikasi sesuai dengan kebutuhan lapangan dengan tetap
//& 1/ fro
mengacu kepada prinsip-prinsip model pengembangan
/**«sD,,!5uC'«-vv>'
-kurikulum ,j£r|'eljjtfk >&.^ -^ ',
Penggunaan model ini didasari oleh pertimbangan baliwa, model ini sesuaMe^gki ,. 7 /
karaktristik program yang akan dikembangkan dan sesuai dengan kebut>Aa%"P£RpoJ
penelitian ini. Adapun proses pengembangannya secara garis besar sebagai
berikut :
.1 Ylengadakan studi atau penilaian kebutuhan (Need Assessment) dengan mengacu kepada prinsip-prinsip dalam melakukan penilaian kebutuhan
seperti yang diuraikan pada bab II,
b. Penyusunan tujuan pendidikan dan pembelajaran LPA, yaitu tujuan secara
umum dan tujuan khusus (Aims, Goals, Objectives),
c. Penseleksian materi dan strategi atau pengalaman belajar, baik yang berhubungan dengan materi tulis baca huruf Al Quran maupun yang
berhubungan dengan matcn atau pengetaliuan dasar pendidikan agama
Islam,
d. Pengorganisasian materi dan strategi atau pengalaman belajar,
e Penentuan bentuk evaluasi dalam menilai hasil proses pembelajaran.
l.'raian lebih rinci mengenai model pengembangan kurikulum Tyler ini dapat
dilihat dalam pembahasan mengenai landasan teori (Bab 11).
Setelah itu draf awal kurikulum LPA ini divalidasi melalui Teknik Delphi
\ang melibatkan para fakar pendidikan. pakai kunkulum. psikolog, sosiolog,
ulama. tokoh masyarakat. pengelola dan gum LPA. Guru Agama Islam di SD orang tua santn dan orang-orang yang terkait langsung dengan penyelenggaraan
LPA
Metode atau teknik Delphi dapat didefinisikan sebagai suatu metode untuk
membangun suatu proses komunikasi secara kelompok (baca: para ahli dan orang yang berkompeten) sehingga dengan proses tersebut secara efektif memberikan kesempatan kepada setiap individu yang teriibat dalam kelompok tersebut untuk memecahkan masalah yang kompleks sehingga menghasilkan konsensus. Hal ini
sejalan dengan definisi yang dikemukakan Linstone dan Toroff (1975 : 3) bahwa. "Delphi may be characterized as a method for structuring a group communication process so that the process is effective in allowing a group of individuals, as a whole, to deal with a complex problem". Dari definisi diatas dapat diambil pengertian bahwa, melalui proses/prosedur komunikasi yang intensif dan bersiklus (Baca: baik melalui seminar, wawancara langsung, maupun melalui
kuesioner atau lembar penilaian yang dikirim) dari para ahli dan orang yang
berkompeten dalam suatu bidang tertentu, maka akan dihasilkan suatu gagasan
dan konsensus dalam memecahkan suatu masalali atau dalam melaksanakan
kebijakan-kebijakan di masa yang akan datang.
Adapun secara konseptual seperti yang dikemukakan oleh Linstone dan Turoff (1975 : 88), langkah-langkah validasi dengan metode Delphi kebijakan
(777e PolicyDelphi) adalah sebagai berikut:
a. Memformulasikan isu-isu atau masalah-masalah yang akan
dipertimbangkan,
b. Menyusun pilihan-pilihan kebijakan yang berhubungan dengan isu-isu
tersebut,
c. Menentukan rumusan pendapat awal mengenai isu-isu penting tersebut,
kemudian mengidentifikasi ketidaksepakatan atau pertentangan yang ada
diantara responden,
d. Meneliti alasan-alasan ketidaksepakatan dan mengklarifikasi pandangan
dan asumsi yang digunakan oleh para responden,
e. Melakukan evaluasi terhadap alasan-alasan yang mendasari
pandangan-pandangan kelompok untuk mendukung pendapat tersebut,
f. Mengevaluasi kembali pilihan-pililian kebijakan atas dasar suatu penilaian
terhadap bukti-bukti yang mendasarinya (Linstone & Turoff, 1975 : 88).
Dalam kaitannya dengan penelitian dan pengembangan kurikulum Lembaga
Pengajian Anak (LPA), maka langkali-langkah dasar metode Delphi Kebijakan
diatas dimodifikasi dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Memfonnulasikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
bagaimanakah penilaian para responden terhadap komponen-komponen
dalam Draf Awal Kurikulum LPA (Tujuan, Isi, sistem dan metode serta
bentuk evaluasi) yang dibuat dalam bentuk Lembar Penilaian,
b. Mengirimkan/memberikan secara langsung Draf Awal/Desain Kurikulum LPA Hipotetik tersebut kepada para responden (Tokoh masyarakat, Tokoh
Agama, Dosen sejawat, sosiolog, psikolog, ahli kurikulum, gum LPA. gum
PAI di SD dan orang tua santri) yang telah ditentukan sebelumnya untuk
diminta penilaiannya terhadap draf Awal kurikulum LPA.
c. Mengumpulkan kembali Lembar penilaian dari para responden untuk
diolali pada tahap berikutnya,
d. Mengolah, menganalisis dan menimuskan jawaban-jawaban responden
(benipa pendapat. pemyataan-pernyataan, argumen-argumen dan komentar
sena saran-saran) kemudian dijadikan bahan pertimbangan dalam
penvempurnaan Draf awal atau Kunkulum I PA Hipotetik,
e. Merevisi draf awal kurikulum LPA, dengan menijuk kepada rumusan hasil
validasi atau hasil penilaian responden, menjadi Desain kurikulum LPA
Bentuk Akhir.
Untuk lebih memudahkan pemahaman tentang proses atau prosedur yang
dilalui dalam memvalidasi draf awal kurikulum LPA ini, maka secara skematis
langkah-langkahnva ditampilkan sebagai berikut :
DRAF AWAL KURIKULUM LPA
KOMI'OSIS
It Jl \ \
mati-:ri
PROSES
EVALUASI
MI MIOKMt 1 AS1KAN ASPEK
VANG DIM!..\l K
U R I K I L V M L P • LEMBAR PENILAIAN (Lembar Pertanyaan) •
PENG1R1MAN DRAI DAN LEMBAR PENILAIAN
•
PERUMUSAN HASIL PENILAIAN
•
<•
Rl \ ISl DK \l AW M KURIKl'Ll MI.PA
\
Gbt (. Prosedur Validasi Oral" \\\al Kunkulum LPA
1 Prosedur Seminar Delphi a. Draf Awal Kurikulum LP A
Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa, penyusunan Draf Awal
Kurikulum LPA ini didasari oleh hasil kajian teoritis dan dan kajian praktis
melalui studi pendahuluan. Untuk memperoleh produk kurikulum LPA yang teruji
secara ilmiah maka salah satu tahapan yang hams dilalui adalah tahap validasi
dengan melibatkan para ahli dan orang-orang yang berkompeten serta banyak
teriibat dalam kegiatan Pendidikan Agama Islam. Salah satu teknik dalam
memvalidasi suatu gagasan, dalam hal ini adalah Draf Awal Kurikulum LPA yang
akan diterapkan di LPA-LPA Sumatera Selatan, adalah dengan menggunakan
teknik Delphi,
b Mcmfonnulasikan Aspek Yang Dinilai
Dalam rangka meminta penilaian dan para ahli dan orang yang berkompeten
dalam pengembangan kurikulum LPA, maka langkah awal yang dilakukan adalah
menimuskan aspek-aspek yang menjadi fokus penilaian.
Untuk draf Awal
Kurikulum I.PA mi aspek pokok yang menjadi fokus penilaian adalah : Pertama,
komponen tujuannya. Kedua. komponen materinya. Ketiga. komponen strategi
pendidikan dan pembelajarannya. Keempat, komponen evaluasi. Meskipun
demikian tidak menutup kemungkinan bagi para responden unnik memberikan
penilaian (Baca. Pendapat saran dan kntik) di luai kc empat komponen
kurikulum tersebut.
c Lcmbar Penilaian
Setelah aspek-aspek yang akan dinilai dinimuskan, maka dibuat Lembar
Penilaian yang berisi sejumlah pertanyaan kepada para responden yang
berhubungan dengan aspek/komponen-komponen kurikulum yang akan dinilai
seperti yang disebutkan diatas (Lembar Penilaian Terlampir). Dan pada lembar
penilaian tersebut disediakan niang jawaban (Baca: Saran, pendapat, kritik dan
Iain-lain).
d. Pengiriman Draf Dan Lembar Penilaian
Satu berkas yang dilengkapi dengan surat pengantar, Draf Awal Kurikulum
dan Lembar penilaian dikirim atau diberikan secara langsung kepada para
responden yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah melewati jangka waktu
yang telah disepakati, maka lembar penilaian yang telali diisi/dijawab oleh para responden diminta atau dikumpulkan kembali.
e. Perumusan Hasil Penilaian
Jawaban-jawaban dalam lembar penilaian (Baca : Saran, pendapat, pemikiran dan kritik) dibaca, diteliti, diolah, diklasifikasikan, ditabulasikan dan dianalisis serta dirumuskan menjadi suatu rumusan hasil penilaian. Pada tahap ini mungkin ditemukan keraguan dan ketidakjelasan pendapat, saran dan pemikiran dari para responden oleh karena itu dilakukan pertemuan ulang berupa wawancara untuk memperoleh rumusan penilaian yang tepat sesuai dengan keinginan para
responden tersebut.
Idealnya hasil rumusan penilaian awal ini dikirim kembali kepada para
responden untuk diminta lagj penilaiannya mengenai rumusan tersebut, lalu
dikumpulkan kembali sampai melewati paling sedikit empat kali penilaian hingga
mencapai konsensus atau bentuk kurikulum LPA akhir yang siap
diterapkan/diujicobakan. Sebagaimana dijelaskan oleh Borg dan Gall (1983 :414) baliwa,:
Based on responses to the initial questionnaire is then circulated. If ratings or rankings were obtained on the initial questionnaire, the median score for each item is given in the second questionnaire. This questionnaire is then returned to the same respondents, who are asked to compare their original
ratings with the median score and to revise their original evaluations as they
see fit. This procedure is repeated for at least four rounds an in effort to obtain a well-thought-out consensus.
Namun karena keterbatasan-keterbatasan yang ada, maka rangkaian validasi/penilaian ini dilakukan satu kali dengan catatan ketika ada sesuatu yang perlu penjelasan dari para responden, maka kontak terhadap responden telah dilakukan kembali. Dalam rangka menyempurnakan penilaian terhadap Draf Awal Kurikulum LPA ini, maka penilaian dari para pembimbing secara intensif tenis
dilakukan sehingga Draf Awal Kurikulum ini menjadi semakin baik.
f. Revisi Draf Awal Menjadi Kurikulum LPA Bentuk Akhir
Dengan menijuk kepada rumusan hasil penilaian dari para responden dan pembimbing ( dengan cara membandingkan, mengkontradiksikan dengan draf awal kurikulum LPA), maka dimulailah analisis dan revisi draf awal kurikulum
tersebut sampai menghasilkan Kurikulum LPA Bentuk Akhir seperti yang dapat
dilihat pada Bab IV tesis ini.
B.Populasi dan Sampel Penelitian
1.Populasi Penelitian
Hasil pengembangan kurikulum LPA ini diproyeksikan untuk menjadi kurikulum standar bagi Lembaga-Lembaga Pengajian Anak (LPA) di Sumatera
Selatan. Dengan demikian agar penelitian ini memperoleh hasil pengembangan
yang representatif sehingga dapat digunakan di semua lembaga pengajian yang
ada, maka penelitian dan pengembangan kurikulum LPA ini diusahakan
sedemikian nipa sehingga mencakup karakteristik-karakteristik lembaga
pengajian anak yang ada di Sumatera selatan.
IX*ngan memperhatikan pnnsip-prinsip diatas, maka Populasi penelitian ini,
secara kelembagaan, mencakup semua lembaga pengajian anak umur 6-13 tahun
(Umur Sekolah Dasar) yang diselenggarakan di mesjid dan musholah di delapan
Daerali Tingkat II (7 Kabupaten dan 1Kota Propinsi) Sumatera Selatan. Adapun
daerali tingkat II tersebut yaitu :
a. Kota Palembang,
b Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKI'). c Kabupaten <'gan Komering llir (OKI),
d. Kabupaten Muara Lnim,
e. Kabupaten Lahat,
f. Kabupaten Musi Rawas(MURA).
g. Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA),
h. Kabupaten Banyasin
2.Sampel Pencliuan
Sembari
tetap
mempertimbangkan
karakteristik-karakteristik
dan
homogenitas serta heterogenitas Lembaga Pengajian Anak (LPA) yang ada. dan
juga memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada (Baca
waktu vang
tersedia dan pendanaaii). maka penelitian ini difokuskan pada enam puluh enam LPA (Daftar terlampir) yang mewakili Kota Palembang dan Empat Kabupaten
yang ada di Sumatera Selatan dan subjek (responden) yang terdapat di wilayah
sampel. Adapun sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kota Palembang. Untuk wilayah Kota Palembang diambil tujuh belas LPA
vang berasal dari tiga belas kecamatan yang ada.
b. Kabupaten Ogan Komering Ilir. Untuk wilayah ini dijadikan sampel sebanyak sepuluh Lembaga Pengajian Anak (LPA),
c. Kabupaten Muara Enim, diambil sampel sebanyak sepuluh Lembaga
Pengajian Anak (LPA),
d. Kabupaten Musi Banyuasin, diambil sampel sebanyak sebelas Lembaga
Pengajian Anak (LPA).
e Kabupaten Banyuasin diambil sebanyak delapan belas Lembaga Pengajian
Anak (LPA).
Adapun proses penentuan sampel menggunakan teknik sampel banyak tahap
(Multi Stage Sampling), dengan langkah-langkah sebagai benkul
1) Wilayah penelitian dipilih secara acak dengan mengambil satu Kota
Propinsi dan empat Kabupaten
2) Pengelompokan I PA dan masing-masing kola dan kabupaten menjadi 2
kategori, yaitu LPA yang berlokasi di pedesaan dan perkotaan dan dari
masing-masing lokasi ini dipilih LPA yang tergolong maju dan belum maju dengan memperhatikan jumlah santri dan lama hctdirinya.
3) Selanjutnya dipilih beberapa LPA dari masing-masing kabupaten sesuai
dengan kriteria diatas sehingga sampel tersebut berjumlah enam puluh enam
Lembaga Pengajian anak.
C.Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian pendahuluan dilakukan pengumpulan data atau informasi
yang berhubungan dengan : Pertama, mengenai kurikulum riil LPA yang sedang
diimplementasikan di enam puluh enam lembaga Pengajian anak (Baca : Tujuan pendidikan dan pembelajarannya, materi/isi, proses dan evaluasi). Kedua, mengenai harapan, tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap penyelenggaraan LPA. Ketiga, mengenai faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
penyelenggaraan LPA terutama pada aspek-aspek : Tenaga pengajar, santri,
sarana/fasilitas, pengelolaan, pendanaan dan lingkungannya. Keempat, mengenai
tingkat ketercapaian pelaksanaan kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Dasar. Untuk keperluan tersebut, maka ada beberapa teknik pengumpulan data
yang digunakan, yaitu:
1. Kuesioner
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data atau inforamasi yang
berhubungan dengan aspirasi, harapan, persepsi dan kebutuhan masyarakat (orang
tua santri, santri, para pendidik, tokoh agama dan lainnya) bagi pengembangan
kurikulum atau penyelenggaraan LPA. Dan juga untuk menjaring data dari para responden (Gum-guru SD, Ustadz/Ustadzah, santri, pengelola dan lainnya) yang
berhubungan dengan kurikulum LPA yang sedang diterapkan, terutama mengenai
tujuan pembelajaranya, isi pembelajarannya, strategi belajar-mengajar dan bentuk
evaluasi. Disamping itu untuk menjaring data yang berhubungan dengan
faktor-faktor pendukung dan pengliambat penyelenggaraan LPA serta data mengenai
tingkat ketercapaian pelaksanaan kurikulum PAI di Sekolah Dasar.
2. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi seperti yang disebutkan diatas yang kemungkinan belum terjaring, karena satu dan lain hal
oleh teknik kuesioner.
3. Dokumentasi
Digunakan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan kurikulum
LPA dan penyelenggaraannya yang terdapat dalam dokumen-dokumen, baik
dokumen di LPA itu sendiri maupun institusi lain yang berhubungan dengan
penyelenggaraan LPA.
4. Observasi
Digunakan untuk mengungkap data atau infonnasi yang berhubungan dengan proses pembelajaran di kelas, atau dalam kegiatan praktis di LPA antara
gum dan santrinya. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi dan
checklist.
Dengan keempat teknik pengumpulan data diatas, melalui instmmen dari
masing-masing teknik yang telali dipersiapkan sebelumnya, sudah dapat
mengungkap semua data yang diperlukan dalam penelitian ini.
1) Rangkaian Pelaksanaan Penelitian Dan Pengembangan
I Persiapan penelitian
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah penyelesaian hal-hal yang bersifat teknis dan administratis antara lain : a. Pengurusan Surat izin penelitian. b. Pembuatan instmmen penelitian yang mencakup kegiatan penyusunan kisi-kisi
penelitian, penyusunan instrumen dan uji keterbacaan instrumen. d. Hal-hal lain
vang berhubungan dengan kebutuhan penelitian ini, baik yang bersifat teknis
maupun non-teknis
2. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan ini berlangsung dari tanggal : 20 Oktober 2002
sampai dengan tanggal : 20 IX-sember 2002 (enam puluh hari kerja). Penelitian ini
berlangsung di satu kota propinsi (Palembang) dan empat kota kabupaten (Baca:
Kayu
agung, Muara Enim, Sekayu dan Pangkalan Balai) serta di beberapa Desa
dari empat Kabupaten pada daerah sampel seperti yang disebutkan sebelumnya.
Dan masing-masing kota dan desa tersebut ditcliti enam puluh enam Lembaga
Pengajian Anak (LPA) sesuai dengan sampel yang telah ditetapkan.
Kegiatan yang dilalui dalam penelitian pendahuluan im adalah : Pertama,
Menghubungi para responden yang berada di semua daerali sampel (Ka. Kanwil
Depag, Ka. Kandepag, Tokoh masyarakat, pengelola mesjid/musolah, ustadz,
santri, guru-gum SD, orang tua) dengan kegiatan wawancara, pembagian
kuesioner, dan penelusuran dokumen-dokumen yang berhubungan dengan data
penelitian. Kedua, Mengadakan observasi kelas dalam rangka memperoleh data
mengenai proses belajar mengajar di beberapa LPA yang menjadi sampel
penelitian. Ketiga. Pengeumpulan kembali kuesioner yang telah dibagikan kepada
responden. Keempat, Pengolahan data yang sudah terkumpul. Kelima analisis
data.
3. Analisis Data
Setelah data dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis
desknptif (statistika Deskriptif) seperti teknik persen, modus, median, mean, tabel
gralik dan diagram. Prosedur analisis data dilakukan dengan langkah-langkali
sebagai berikut : a. Pemeriksaan data,
b. Klasifikasi data, c.Tabulasi data
berdasarkan klasifikasi yang telah dibuat sebelumnya, d. Menghitung frekuensi
jawaban atau data. e. Perhitungan data dengan menggunakan teknik statistika
vang dipilih (jika diperlukan), f Memvisualisasikan data melalui grafik, tabel dan
lainnya, g.Menganalisis dan menafsirkan data sesuai dengan pertanyaan
penelitian.
4. Pengembangan draf awal kurikulum LPA
IXngan mengacu kepada hasil pengkajian teori-teori kurikulum yang telah
dilakukan dan menijuk kepada data hasil penelitian pendahuluan, maka pada
tahap ini mulai disusun desain kurikulum LPA yang merupakan draf awal atau
Desain Kurikulum LPA Hipotetik yang akan dikaji dan dianalisis pada rangkaian kegiatan berikutnya. Kegiatan ini dimulai dari : Pertama, Pemmusan tujuan
pendidikan, baik yang bersifat jangka panjang maupun jangka pendek. Kedua,
Penseleksian dan pengorganisasian maten. Ketiga, Penseleksian dan pengorganisasian metode dan strategi belajar mengajar. Keempat, Penentuan
bentuk-bentuk evaluasi.
5. Seminar Delphi
Desain atau draf awal kurikulum LPA yang terdiri dari
komponen-komponen pokok kurikulum yaitu : Pertama, Tujuan-tujuan pendidikan dan
pembelajaran yang akan dicapai. Kedua, Susunan materi yang akan dipelajari,
baik materi tulis baca huruf Alquran dan pengetahuan dasar Agama Islam. Ketiga.
Rumusan metode dan strategi belajar mengajar. Keempat, Rumusan yang berhubungan dengan bentuk-bentuk evaluasi, dicetak beberapa eksamplar dan dibagikan kepada para pakar kurikulum, posikolog, sosiolog, orang yang
berkompeten dibidang pendidikan, ulama, tokoh masyarakat, para guru, orang tua santri dan lainnya yang telah ditentukan sebelumnya untuk dipelajari, dianalisis,
kemudian dimintai saran, pendapat dan koreksi terhadap draf tersebut secara tertulis pada lembar yang telah disediakan/Lisan. Hasil seminar ini (Baca : saran,
pendapat, koreksi) dirumuskan menjadi suatu rumusan yang jelas dan sistematis.
6. Penyempurnaan/Revisi Desain Awal
Draf awal yang sudah disusun sebelumnya ditinjau kembali untuk diadakan
revisi/penyempumaan secara menyelurah dengan mengacu kepada nimusan hasil
seminar delphi. Setelah itu desain kurikulum LPA yang sudah disempumakan
dikonsultasikan kepada pembimbing untuk diadakan pcninjauan ulang. analisis dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
7. Pelaporan
Hasil penelitian ini dibuat dalam bentuk tesis dan diajukan ke sidang
munaqosah melalui tiga tahap, yaitu : Pertama, Sidang Progres, yang merupakan
bimbingan bersama oleh beberapa gum besar. Kedua, Sidang tahap I Ketiga,
Sidang tahap II.
Disamping untuk kepentingan akademik, hasil penelitian dalam bentuk
Desain Kurikulum LPA ini akan di kirim ke : Pertama, Lembaga-lembaga
Pengajian Anak di Sumatera Selatan, untuk dijadikan pedoman atau kurikulum
standar dalam penyelenggaraan LPA di masa yang akan datang Kedua. Ke Kanwil Diknas Sumatera Selatan. Ketiga, ke Kanwil Departemen Agama Ptopinsi Sumatera Selatan. Keempat, Lembaga pendidikan tinggi Islam, khususnya IAIN Raden Fatah Palembang sebagai bahan kajian akademik di kalangan dosen dan mahasiswa. Kelima, Orang-orang yang teriibat dalam seminar Delphi baik
bersifat individu, maupun mewakili suatu lembaga.
BABV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, analisis dan uraian mengenai penelitian pendahuluan
(Kurikulum riil LPA, Tuntutan dan kebutuhan masyarakat, faktor pendukung/
penghambat dan tingkat ketercapaian kurikulum PAI di Sekolah Dasar) proses dan
hasil pengembangan kurikulum Lembaga Pengajian Anak (LPA) di Sumatera
Selatan, maka hasil penelitian secara keseluruhan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kurikulum Riil LPA Di Sumatera Selatan ' \ a. Tujuan Penyelenggaraan LPA
Pada umumnya penyelenggaraan LPA di Sumatera Selatan bertujuan agar para santri memiliki kemampuan dalam membaca Huruf Al-Quran dan memiliki
kemampuan menjalankan ibadah, khususnya sholat lima waktu dengan rangkaian
pelaksanaan sholat lainnya (Baca : Berwudu, hafalan surat pendek dan doa-doa)
b Materi Pelajaran
Materi pelaiaran yang diberikan di LPA Sumatera Selatan adalah materi yang
berhubungan dengan membaca huruf Al-Quran dan materi-materi yang berkaitan
dengan pelaksanaan sholat lima waktu seperti : Materi tentang berwudhu,
doa-doa sehari-hari. Dalam pembelajaran membaca huruf Al-Quran sumber materi
utama adalah Buku Iqro dan Al-Quran.
c. Stratetegi pembelajaran
Kegiatan pendidikan dan pembelajaran di LPA Sumatera Selatan, khususnya belajar membaca huruf Al-Quran. dilaksanakan dengan menggunakan sistem
'Private' atau sistem Khalaqoh (Sistem Individual). Dan untuk Pendidikan Agama
Islam pada umumnya menggunakan sistem klasikal.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran membaca huruf Al-Quran pada
umumnya menggunakan metode Iqro dan hanya sebagian kecil yang masih menggunakan metode tradisional (Baca: Metode Alif Ba Ta). Dan metode yang
digunakan dalam Pendidikan Agama Islam pada umumnya menggunakan
metode-metode antara lain Metode Ceramah, Pemberian Tugas, Drill (Pembiasaan) dan
metode Demonstrasi.
d. Bentuk Evaluasi
Jenis evaluasi vang digunakan oleh para ustadz/ustadzah dalam menilai hasil
pendidikan dan pembelajarannya pada umumnya bersifat formatif (Penilaian diakhir
suatu materi/sub-pokok bahasan/pokok bahasan) dan dilakukan secara lisan (Oral
Test). Ada beberapa LPA (sebagian kecil) yang menilai hasil pendidikan dan pembelajarannya dengan melakukan evaluasi formatif. sub-sumatif dan sumatif serta memasukkannya ke dalam Buku Laporan Kemajuan belajar Santri (Buku Raport)
e. Manajemen LPA
Model pengelolaan/kepengurusan LPA di Sumatera selatan terdiri dari tiga
model : Pertama, dikelola secara individual. Kedua, dikelola oleh Pengurus mesjid.
Ketiga, dikelola oleh individu atau pengurus mesjid dan bekerjasama dengan
LPPTK/TPA BKPRMI Sumatera Selatan.
Dana LPA sebagian besar bersumber dari masyarakat (Baca: luran Santn, Z1S
dan Donatur). Ada sebagian kecil yang mendapatkan dana dari pemerintah (baca:
Depag dan Pemda) melalui dana honor penyuluh dan Honor Pemerintah Daerah. Administrasi LPA di wilayah pedesaan pada umumnya belum menerapkan
administrasi kependidikannya secara memadai. Dan untuk LPA-LPA di wilayah
perkotaan (Kota/Kabupaten), pada umumnya administrasi kependidikannya telah dijalankan cukup baik seperti : Registrasi, absensi. Laporan Kemaiuan Belajar dan
lainnya.
2. Tuntutan Dan Kebutuhan Masyarakat Terhadap LPA
a. Pada aspek tujuan pendidikan dan pembelajaran
Pada aspek tujuan masyarakat menginginkan agar LPA dapat mendidik
anak-anak mereka sehingga memiliki kemampuan menulis dan membaca Huruf Al-quran
sertamemiliki pengetahuan dasar mengenai ajaran Islam lalu menjalankannya dalam
kehidupan sehari-hari
b. Pada aspek materi pendidikan dan pembelajaran
Materi pendidikan dan pembelajaran yang diajarkan di LPA yaitu : Pertama, Bidang studi Tulis-Baca Huruf Al-Quran yang meliputi materi yang dapat
meningkatkan kemampuan membaca dan kemampuan menulis Huruf Al-Quran.
Kedua, bidang Pendidikan Agama Islam mencakup materi Akidah, Akhlaq, Ibadah,
syariah dan muamalah.
c. Aspek Strategi Pembelajaran
Sistem yang diterapkan di LPA semestinya sistem Klasikal seperti yang
berlangsung di sekolah formal meskipun sarana fisiknya tidak menggunakan ruang
kelas, bangku dan kursi. Metode pengajaran Tulis-Baca HurufAl-Quran seharusnya
dikembangkan dari metode yang hanya menekankan kemampuan membaca, kepada
metode yang secara bersamaan dapat meningkatkan kemampuan menulis Huruf
Al-Quran Santri.
d. Aspek evaluasi
Dalam hubungannya dengan jenis dan alat evaluasi, secara tehnis diserahkan
kepada para ustadz/ustadzah dan pengelola LPA. Khusus untuk Pendidikan Agama
Islam mereka mengharapkan agar penekanan penilaian lebih difokuskan kepada
aspek tingkah laku para santri sehari-hari, disamping aspek pengetahuannya.
e. Aspek pengelolaan LPA
1) Pembinaan LPA, baik yang berhubungan dengan pengawasan, teknis
pendidikan maupun manajerial LPA, diharapkan melibatkan pemerintah secara
penuh khususnya departemen Agama dan badan-badan otonom lain (Baca :
Pengurus mesj id/musholah dan LPPTK/TKA).
2) Sumber dana utama adalah masyarakat (orang tua para santri) disamping
potensi sumber dana lain (Baca: Donatur, ZIS dan pemerintah).
3) Penyiapan tenaga pengajar melalui tiga cara, yaitu : Pertama, melalui
pemanfaatan lulusan IAIN fakultas Tarbiyah (SO/SI) atau tenaga pendidik
yang memiliki kemampuan Tulis-Baca Huruf Al-Quran. Kedua, melalui
penataran kependidikan guru LPA bagi lulusan Mts, MA, Pondok Pesantren
dan LPA. Ketiga, melalui pendidikan formal setingkat SO (D1/D2 Guru LPA)
yang diselenggarakan oleh lembaga yang berkompeten dalam hal ini IAIN
Raden Fatah Palembang.
3. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat
a. Faktor-faktor pendukung
Faktor pendukung penyelenggaraan LPA adalah : Pertama, tingginya keinginan masyarakat untuk mendidik anak-anaknya di LPA. Kedua, tersedianya calon tenaga pengajar untuk diangkat menjadi guru LPA. Ketiga, tersedianya prasarana pendidikan (Mesjid dan Musholah) untuk penyelenggaraan LPA. Keempat, Adanya lembaga-lembaga yang bergerak dibidang pembinaan dan pengembangan LPA (Depag dan LPPTK/TPA BKPRMI). Kelima, adanya perhatian pemerintah daerah
melalui pencanangan Gerakan Sumatera Selatan Bebas Buta-Huruf Al-Quran 2003.
b Faktor-faktor penghambat
Faktor-faktor utama penghambat penyelenggaraan LPA adalah : Pertama, faktor pendanaan, baik dana untuk honor ustadz/ustadzah, pengelola maupun sarana/fasilitas LPA. Kedua. faktor pemahaman dan pandangan masyarakat tentang
konsep 'Ikhlas' sehingga penetapan pungutan uang atau iuran dalam kegiatan
pendidikan Agama masih dipandang sebagai suatu yang tidak seharusnya. Ketiga,
•r. . " 1
faktor sulitnya mengatur waktu belajar yang tepat (Baca: Pagi, sore, atau malamf|fcRj7,
[? //
yang dapat memberikan peluang kepada semua anak yang belajar di ap^^h '* ;>^
membantu pekerjaan orang tua.
4. Tingkat Ketercapaian Kurikulum PAI di Sekolah Dasar
a. Pada umumnva guru Agama Islam di wilayah-wilayah sampel mengalami
kesulitan untuk menyelesaikan target kurikulum secara kesluruhan.
b. Dari ketujuh pokok materi PAI (Keimanan, Ibadah, Al-Quran, Akhlak, Muamalah, Syariah dan Tarekh) yang secara kurikuler sulit diselesaikan yaitu
materi Ibadah, Al-Quran dan Syariah. Penyebabnya adalah
ketidakberimbangan antara luas dan dalamnya bahasan materi tersebut dengan
alokasi waktu yang ada
c. Sub-Pokok Maten Ibadah vang tingkat ketercapaiannya rendah adalah :
Hafalan bacaan sholat, Doa-doa sesudah dan sebelum sholat, hukum yang
berhubungan dengan sholat. praktek sholat, lima waktu dan sholatjumat.
d. Sub-Pokok Materi Syariah yang tingkat ketercapaiannya rendah adalah
:Thoharoh, Zakat, Haji, Puasa dan hukum-hukumnya.
e. Sub-Pokok materi Al-Quran yang tingkat ketercapaiannya rendah atau sulit
diselesaikan secara kurikuler adalah : Hafalan Surat-Surat Pilihan. Membaca
(kemampuan membaca), Membaca (Kemampuan membaca),
Menulis/menyalin kalimat (Kemampuan menulis) dan Ilmu Tajwid.
5. Pengembangan Kurikulum LPA
a. Desain Kurikulum LPA Hipotetik disusun berdasarkan tinjauan teoritis dan hasil
analisis terhadap kurikulum riil LPA, tuntutan dan kebutuhan masyarakat, faktor pendukung dan penghambat penyelenggaraan LPA serta tingkat ketercapaian pelaksanaan kurikulum di Sekolah Dasar. Kurikulum LPA Hipotetik disusun
dengan komponen-komponen sebagai berikut:
1) Pengertian Lembaga Pengaj ian Anak (LPA)
2) Landasan Penyelenggaraan LPA
3) Tujuan Pendidikan LPA
4) Kompetensi Dasar Lulusan LPA
5) Rambu-Rambu Dan Petunjuk Pelaksanaan Kurikul um
6) Program Pengajaran LPA Hipotetik yang mengandung aspek-aspek lujuan.
Materi, Sumber Materi dan Masa belajar di LPA
b. Kurikulum LPA Hipotetik di validasi melalui Seminar Delphi dengan hasil
validasi sebagai berikut:
1) Berhubungan dengan Tujuan (Umum maupun Khusus) para responden sepakat
dengan rumusan yang tercantum dalam Kurikulum LPA Hipotetik
2) Materi dalam Kurikulum Hipotetik dibagi ke dalam tiga pokok maten vaitu
AL-quran, Ibadah dan Syariah. Hasil validasi merekomendasikan agar
memasukkan pokok materi Akidah dan Akhlak.
3) Sub-Pokok Materi Hafalan direkomendasikan untuk dimasukkan sebagai suatu
bagian materi di dalam kurikulum LPA
4) Dari enam mata pelajaran Bidang Studi Tulis-Baca Huruf Al-Quran (Baca:
Tulis Baca Huruf Quran Dasar, Khat, Bacaan Quran Dasar, Bacaan
Al-Quran Bertajwid, Seni Baca Al-Al-Quran dan Kaligrafi) direkomendasikan agar mata pelajaran Seni Baca Al-Quran dan Kaligrafi belum dimasukkan ke dalam
kurikulum LPA.
5) Masa belajar LPA dikurangi dari dua tahun (6 Cawu) menjadi satu tahun (3
Cawu)
6) Sistem dan metode yang diterapkan dipandang sudah sesuai, namun direkomendasikan agar para ustadz dan ustadzah diberi peluang untuk
sosialisasi sistem dan metode yang akan diterapkan
7) Bahasa Pengantar Tulisan dalam materi terjemahan dan materi PAI
direkomendasikan agar menggunakan Tulisan Arab Melayu
8) Penekanan evaluasi pada aspek tingkah laku sehari-hari (Aspek afektif dan
psikomotorik) disamping aspek pengetahuan
6. Hasil Pengembangan Kurikulum
a. Tujuan pembelajaran Tulis Baca Huruf Al-quran di LPA diarahkan dalam
rangka mencapai kemampuan menulis dan kemampuan membaca Huruf
Al-Quran para santri,
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) diarahkan kepada penguasaan
pengetahuan dasar agama Islam yang mencakup aspek akidah, Ibadah, Akhlaq, syariah dan muamalah serta pengamalan aspek-aspek tersebut dalam kehidupan
sehari-hari,
c. Sehubungan dengan tujuan di atas, maka materi-materi yang disusun dalam
kurikulum LPA adalah materi yang dapat menunjang pencapaian tujuan
tersebut, baik yang berhubungan dengan Tulis Baca Huruf Al-quran, maupun
materi yang berhubungan dengan Pendidikan Agama Islam.
d. Sistem yang dipandang sesuai dengan karakteristik materi yang akan diajarkan adalah sistem klasikal seperti yang diterapkan pada kegiatan belajar mengajar
di sekolah formal,
e. Metode pembelajaran Tulis Baca Huruf Al-Quran yang diterapkan adalah
metode Tubahural yang penekanan pembelajarannya pada dua kemampuan
yaitu kemampuan membaca dan kemampuan menulis.
f. Bahasa Pengantar Tulisan yang harus digunakan adalah Tulisan Arab Melayu yang berfungsi sebagai bahasa pengantar tulisan dan sekaligus sebagai alat/sarana latihan menulis serta membaca Huruf Al-Quran.
g. Bentuk evaluasi yang diterapkan mencakup : evaluasi formatif, sub-sumatif
dan sumatif. Alat evaluasi yang digunakan adalah Tes Lisan, tes tertulis dan
observasi
7. Model Kurikulum LPA
Dengan memperhatikan rumusan hasil validasi dan analisis, maka Kurikulum
LPA Hipotetik direvisi menjadi Kurikulum LPA Bentuk Akhir dengan beberapa perubahan-perubahan antara lain : Pertama, dalam kurikulum LPA Akhir materi tulis Baca Huruf Al-Quran yang berhubungan dengan Bacaan Al-quran berirama dan kaligrafi dihilangkan. Kedua, materi PAI di dalam Kurikulum Hipotetik hanya terdiri dari materi syariah dan ibadah ditambah atau dilengkapi dengan materi yang
berhubungan dengan Akidah, Akhlak dan muamalah. Ketiga, penjenjangan atau
masa belajar pada kurikulum hipotetik selama dua tahun, maka di dalam kurikulum LPA akhir menjadi satu tahun. Keempat, di dalam kurikulum hipotetik Bahasa pengantar tulisan menggunakan Bahasa Indonesia, sedangkan di dalam kurikulum
LPA Akhir, Bahasa PengantarTulisan Menggunakan Tulisan Arab Melayu
B. Rekomendasi
Desain kurikulum LPA yang dihasilkan dari penelitian ini baru dikembangkan pada tahap validasi para ahli, tokoh masyarakat, guru, ustadz dan ustadzah serta orang tua santri. Dengan demikian masih memberikan peluang untuk dikembangkan
melalui tahap ujicoba lapangan secara lebih luas dalam rangka penyempumaan
desain kurikulum tersebut. Meskipun demikian desain kurikulum ini terbuka untuk
diterapkan secara langsung di LPA yang ada. Oleh karena itu saya sebagai
pengembang awal desain kurikulum LPA ini merekomendasikan khususnya kepada :
1. Pihak Departemen Agama propinsi Sumatera Selatan agar dapat menjadikan
Desain Kurikulum LPA hasil penelitian ini sebagai suatu kurikulum standard bagi
Lembaga-Lembaga Pengajian Anak (LPA) di wilayah Sumatera Selatan, sebagai
salah satu bentuk dukungan terhadap program Sumatera Selatan Bcbas Buta
Huruf Al-Quran 2003.
2. Para guru Pendidikan Agama Islam di sekolah (SD, SMTP dan SMU),
3. Para pimpinan atau ustadz/ustadzah di Lembaga-Lembaga Pengajian Anak
(LPA) Sumatera Selatan,
4. Para peneliti pendidikan Islam (Dosen dan mahasiswa IAIN tingkat akhir,
Litbang Departemen Agama),
agar dapat menerapkan dan mengujicobakan desain kurikulum LPA ini di
Lembaga-Lembaga Pengajian Anak (LPA) yang ada, baik dalam lingkup terbatas, maupun
dalam cakupan yang lebih luas. Dengan ujicoba tersebut diharapkan dapat
menemukan kelemahan dan kekurangan dari desain kurikulum LPA ini untuk diperbaiki atau direvisi sehingga dihasilkan suatu kurikulum LPA yang layak diterapkan (Feasible) dan aspiratif terhadap kebutuhan pendidikan Agama Islam di
tengah masyarakat.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdullah, M. (2000). Al-Qirooatul Ashriyyah. Surabaya : Al-Maktabatul 'Ashriyyah
Al-Quran dan Terjemahan. Depag. (1991). Jakarta : Departemen Agama Republik
lndonseiaAly, H. N. (1999). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta :PT. LOGOS Wacana Ilmu
Amstrong, D. G. (1993). Secondary education. New York : Macmillan Publishing
Co., Inc.
An-Nahlawi, A. (1995). Pendidikan Islam : Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat.
(Terj.). Jakarta : Gema Insani Press
Aufa, Shiddiq, M.N. (1998). Tuntiman Belajar : Tahsiinul Khoth. Kudus : Menara
Kudus
Blank. William, E. (1982). Handbook For Developing Competency-Based Training
Programs. New Jersey : Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs
Bloom, B. S. (1971). Handbook on Formative and Summative Evaluation ofStudent
Learning. New York : McGraw-Hill
Bogdan. R., & Biklen, S.K. (1982). Qualitative Research For Education : An
Introduction To Theory And Method. Boston : Allyn An Bacon
Borg, Walter R, & Gall, Meredith, D. (1983). Educational Research : An
~ Introduction. (4th ed.). New York : Longman Inc.
Brady, Laurie. (1990). Curriculum Development. Victoria : Prentice Hall of Australia
Ptv Ltd, Burwood
Bybee, Rodger, W. &Sund, Robert, B. (1982). Piaget Lor Educators. Ohio: Charles
E. Merrill Publishing Co.
Cronbach, Lee J., et. al. (1980). Toward Reform Of Program Evaluation. London:
Jossey-Bass Inc.. Publishers.Danim, S. (1997). Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. Jakarta : Bumi Aksara
_, at. Al. (1996). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Bumi
Aksara
Daugherty, R. (1995). National Curriculum Assessment A Review of Policy
1987-1994. Washington, DC. : The Falmer Press,
Depag RI. (1984) Ftlsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Direktur Jenderal Bimbingan
Islam
Dcpdikbud. (1994) Kurikulum Pendidikan Dasar : Garis-Garis Besar Program
Pengajaran (GBPI'j Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Dirjen Dikdasmen,
Direktorat Dikdas
Doll, R. C. (1989). Curriculum Improvement : Decision Making And Process.
Boston : Allyn And Bacon
Guba, Egon G. (1981). Effective Evaluation (Improving The Usefullness Of
Educational Results Through Responsive And Natural Approach. California:
Jossey-Bass Inc.. Publishers
Hamalik, Oemar. (1995). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Harlock. Elizabeth. B ( 1980). Developmental Psycologv : A Life-Span Approach.
(5th ed ) New York : MacGraw-Hill, Inc.
Harrow, A. (1972). A Taxonomy ofthe Psychomotor Domain. New York : McKay Hasan, S. Hamid. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti,
Proyek Pengembangan LPTK
Havelock G. Ronald. (1995). The Change Agent's Guide. New Jersey : Educational
Technology Publications, Inc., Engleewood Cliffs
Humam, As'ad