ABSTRAK
STUDI DESKRIPTIF SIKAP WANITA DEWASA DINI MENIKAH TERHADAP WANITA LAJANG
Natalia Dian Pratiwi 029114089
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana sikap wanita dewasa dini yang sudah menikah terhadap wanita lajang. Wanita yang memilih untuk hidup melajang akan dinilai oleh sesama wanita dewasa yang sudah menjalankan tugas perkembangannya untuk mencari pasangan, memilih pasangan, dan menikah.
Subjek dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dini yang berstatus menikah dan berusia antara 28-33 tahun, dengan jumlah subjek keseluruhan adalah 80 orang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang dibuat untuk mengetahui dan menggambarkan secara umum mengenai sikap wanita dewasa dini yang menikah terhadap wanita lajang berdasarkan skor item pada skala sikap yang disusun oleh peneliti. Data yang diperoleh dari skala sikap ini akan diolah secara statistik dengan menggunakan SPSS for windows 13.00. Uji reliabilitas menggunakan tehnik Cronbach Alpha, koefisien reliabilitas yang dihasilkan sebesar 0,926.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa secara umum wanita dewasa dini yang sudah menikah memiliki sikap yang positif terhadap wanita lajang. Hal ini tampak dari hasil penelitian yang menunjukkan subjek memiliki sikap dalam kategorisasi tinggi yaitu 47,5 % (38 subjek). Apabila dilihat berdasarkan komponen sikap kognitif, afeksi, dan konasi, subjek juga berada pada kategorisasi tinggi.
ABSTRACT
THE ATTITUDE OF THE MARRIED YOUNG-ADULT WOMAN TOWARD SINGLE WOMAN
Natalia Dian Pratiwi 029114089
The aims of this research are to find out and to describe the attitude of the married young-adult woman toward single woman. Young-adult woman who choose to be single woman will be graded by young-adult woman who already undergo their development task to find and choose partners, and get married.
The subjects of this research were young-adult woman of 28 to 33 years old who are married. The number of the subject was 80 subject. The research was a quantitative descriptive research which was made to find out and to describe, in general, the attitude of the married young-adult woman toward single woman based on the item score in the attitude scale that was designed by the researcher. The data gathered from the attitude scale was processed using SPSS for Windows 13.00. The reliability test used The Cronbach Alpha technique, and the result of the reliability coefficient was 0,926.
Based on the data analysis result, it can be concluded that, in general, young-adult woman who are married have a positive attitude toward single woman. It can be seen from the result of the research which shows that the subject have an attitude in high category which is 47,5 % (38 subject). If it is seen based on the components of cognitive, affective, and conative attitude, the subject also have category.
STUDI DESKRIPTIF
SIKAP WANITA DEWASA DINI MENIKAH
TERHADAP WANITA LAJANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Natalia Dian Pratiwi
NIM : 029114089
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Segala sesuatu berasal dari
Allah, segala sesuatu hidup oleh
kuasa-Nya dan segala sesuatu itu
untuk kemulian-Nya (Roma 11:36)
Segala sesuatu yang kulakukan saat ini dan yang
akan datang, akan selalu kupersembahkan
untuk-Nya....
Bapa, Putra, dan Roh Kudus, pemberi nafas dan talenta
Bunda Perawan Maria, ibu dari segala ibu
Serta mereka yang menghiasi hidupku...
Silvester Purwidyanto, sosok raja ku
Catharina Enny Indriany, ibu peri ku
Frederikus Rhesa Yanitra, saudara lelaki ku
Aku tak kan pernah jadi seperti saat ini
Jika tak ada orang-orang disamping,
didepan, dan dibelakangku….
Saat ku memalingkan wajahku,,
Selalu ada orang-orang yang siap ‘tuk diriku
Tak kan pernah lupa,,
Dan tak kan pernah cukup jika diucapkan
dengan kata terima kasih
Aku tahu,,
Aku tidak bisa memberikan apapun kepada kalian
selain ucapan terima kasih
dan,,,
aku percaya kisah kita tak akan sampai disini saja
karena ku yakin bahwa
perpisahan tidak akan pernah abadi
Terima kasih….
‘tuk kalian yang pernah ada dan selalu ada
Penuh sayang dan cinta ku..
Natalia Dian Pratiwi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan
daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Juni 2007
Penulis
ABSTRAK
STUDI DESKRIPTIF SIKAP WANITA DEWASA DINI MENIKAH TERHADAP WANITA LAJANG
Natalia Dian Pratiwi 029114089
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana sikap wanita dewasa dini yang sudah menikah terhadap wanita lajang. Wanita yang memilih untuk hidup melajang akan dinilai oleh sesama wanita dewasa yang sudah menjalankan tugas perkembangannya untuk mencari pasangan, memilih pasangan, dan menikah.
Subjek dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dini yang berstatus menikah dan berusia antara 28-33 tahun, dengan jumlah subjek keseluruhan adalah 80 orang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang dibuat untuk mengetahui dan menggambarkan secara umum mengenai sikap wanita dewasa dini yang menikah terhadap wanita lajang berdasarkan skor item pada skala sikap yang disusun oleh peneliti. Data yang diperoleh dari skala sikap ini akan diolah secara statistik dengan menggunakan SPSS for windows 13.00. Uji reliabilitas menggunakan tehnik Cronbach Alpha, koefisien reliabilitas yang dihasilkan sebesar 0,926.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa secara umum wanita dewasa dini yang sudah menikah memiliki sikap yang positif terhadap wanita lajang. Hal ini tampak dari hasil penelitian yang menunjukkan subjek memiliki sikap dalam kategorisasi tinggi yaitu 47,5 % (38 subjek). Apabila dilihat berdasarkan komponen sikap kognitif, afeksi, dan konasi, subjek juga berada pada kategorisasi tinggi.
ABSTRACT
THE ATTITUDE OF THE MARRIED YOUNG-ADULT WOMAN TOWARD SINGLE WOMAN
Natalia Dian Pratiwi 029114089
The aims of this research are to find out and to describe the attitude of the married young-adult woman toward single woman. Young-adult woman who choose to be single woman will be graded by young-adult woman who already undergo their development task to find and choose partners, and get married.
The subjects of this research were young-adult woman of 28 to 33 years old who are married. The number of the subject was 80 subject. The research was a quantitative descriptive research which was made to find out and to describe, in general, the attitude of the married young-adult woman toward single woman based on the item score in the attitude scale that was designed by the researcher. The data gathered from the attitude scale was processed using SPSS for Windows 13.00. The reliability test used The Cronbach Alpha technique, and the result of the reliability coefficient was 0,926.
Based on the data analysis result, it can be concluded that, in general, young-adult woman who are married have a positive attitude toward single woman. It can be seen from the result of the research which shows that the subject have an attitude in high category which is 47,5 % (38 subject). If it is seen based on the components of cognitive, affective, and conative attitude, the subject also have category.
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur yang tak terhingga kepada
Bapa, Putra, dan Roh Kudus atas rahmat, berkat, dan anugerah-Nya selama saya
diberikan nafas, kesempatan berdinamika dengan kehidupan yang sebenarnya
sangat indah ini.
Ucapkan puji dan syukur yang tak terhingga kembali kepada Bapa, Putra,
dan Roh Kudus atas segala yang dilakukan untuk saya. Biarkan skripsi ini
menjadi bukti kasih-Nya kepada saya, karena Dia telah menghadirkan
orang-orang berikut sebagai perpanjangan tangan-Nya saat saya mengerjakan skripsi
sebagai karya terindah pertama :
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi. M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian ini.
2. Ibu P. Henrietta PDADS., S.Psi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membantu saya untuk mengerjakan skripsi ini, memberikan
masukan-masukan, memberikan dukungannya baik secara fisik maupun psikis, serta
suasana yang sangat nyaman sehingga saya bisa menjadi diri saya sendiri
selama proses pembuatan skripsi ini. Terima kasih karena dengan ucapan
dan tulisannya menjadikan skripsi ini sebagai hasil karya terbaik yang
3. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi. M.Si selaku dosen penguji yang telah
menguji skripsi ini, sehingga menghasilkan karya ilmiah yang memenuhi
syarat kelulusan.
4. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji yang
telah menguji skripsi ini, sehingga menghasilkan karya ilmiah yang
memenuhi syarat kelulusan.
5. Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi. dan Ibu MM. Nimas Eki., S.Psi., Psi. selaku
dosen pembimbing akademik yang telah banyak membimbing dan
membantu saya selama menjalani studi. Terima kasih juga karena telah
menyediakan waktu untuk sesekali mendengar keluh kesah saya.
6. Ibu Dra. L. Pratidarmanstiti. MS yang telah memberikan arti dan makna
hidup sebagai seorang wanita, informasi yang sangat dalam mengenai
wanita membuat keingintahuan saya mengenai wanita sangat tinggi.
Mungkin karena ibu, saya bisa melihat fenomena wanita lajang menjadi
sesuatu yang sangat menarik dan layak untuk diangkat menjadi topik skripsi
ini. Terima kasih pula atas kesediaan ibu berdiskusi dengan saya sehingga
membuat pola berpikir saya mengenai topik skripsi ini menjadi lebih
matang.
7. Terima kasih kepada Ibu ML. Anantasari, S.Psi., M.Si. yang telah berbagi
ilmu tentang perkembangan wanita, serta masukan-masukan saat pengolahan
topik skripsi saya, sehingga membuat saya bisa memandang dari sudut
8. Bapak Herry Widodo, S.Psi. yang telah memberikan informasi mengenai
buku, jurnal, dan tesis yang ada di perpustakaan S2 Psikologi UI, juga
pinjaman kartu perpustakannya. Terima kasih juga atas waktu yang
diberikan selama saya di Jakarta. Mungkin karena bapak juga, keinginan
saya untuk melanjutkan S2 Psikologi sempat muncul kembali. Dan ”selamat
sudah lulus S2, pak!”
9. Terima kasih untuk semua dosen tetap maupun tidak tetap di Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan saya banyak
informasi baru, membantu saya lebih luas melihat dan memaknai segala
sesuatu yang ada disekitar, serta membantu saya untuk mendapatkan gelar
Sarjana Psikologi.s
10.Terima kasih untuk Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Gandung, Mas Donny, Pak
Gie, dan karyawan lain yang telah membantu kelancaran selama saya
menjalani studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Saya kembali mengucapkan puji dan syukur yang sangat tak terhingga
kepada Bapa, Putra, dan Roh Kudus atas segala yang telah dilakukan untuk saya.
Biarkan hidup saya menjadi bukti kasih-Nya kepada saya, karena Dia telah
menghadirkan orang-orang yang dengan senantiasa memberikan kasih,
kesempatan, bantuan, masukan, dan dukungan. Saya yakin orang-orang berikut
1. Terima kasih yang tak terhingga untuk Papanda dan Mamanda yang telah
berdoa dan selalu mendukung Lia dalam segala hal, serta memberikan
banyak kesempatan untuk menjadi orang yang lebih baik.
2. Adik laki-lakiku, terima kasih untuk kasih dan sayang yang tak pernah
terucap dari bibirmu. Tetapi segala bentuk dorongan selama pembuatan
skripsi ternyata membuat dirimu berbicara.
3. Eyang-eyang, tante-tante, om-om, sepupu-sepupu, terima kasih untuk doa
dan dukungannya selama ini. Lontaran-lontaran kalimat “sudah lulus? atau
”kapan lulus?” menjadi sebuah motivasi yang sangat luar biasa untuk Lia.
4. Terima kasih untuk Tante Nuek dan Om Iong, sudah menjadi “second
home”. Maaf juga karena Lia selalu dan suka sekali merepotkan.
5. Terima kasih untuk Sendy, karena kesediannya mendengarkan keluh kesah
sepanjang pembuatan skripsi dan menyediakan waktu luangnya untuk
mengantarkan ke perpustakaan-perpustakaan.
6. Sahabatku sekaligus saudara perempuanku “9erombolan si Berat” Yusi,
Lita, Yuli, Ani, Ayu, Dwitya, Tzu2, dan Icha. Terima kasih untuk
kenyamanan, kehangatan, kebahagian, dan semangat cepat lulusnya. Dengan
kebersamaan kita, aku bisa menjadi diri sendiri dan bisa belajar menghargai
dan memaknai hidup.
7. Sahabatku dan keluarga pertama di saat ku beranjak dewasa “3ple-X” Dewi,
May, (dan si kecil Deron). Terima kasih untuk kisah kasih yang kalian
kehidupan yang sebelumnya tidak pernah kutemui. Tak lupa untuk keluarga
Dewi dan May, terima kasih untuk segalanya.
8. Michael Hendarman, terima kasih yang sangat besar untuk perasaan yang
telah Natnat rasakan selama ini. Denganmu Nat tahu bagaimana rasa itu bisa
menjadi suatu yang menyenangkan dan menyakitkan.
9. Anak-anak kostku Rhesa Dewi, Wibi, Astrid (+Cyrill), dan Edo. Terima
kasih atas semangat untuk segera cepat jadi Sarjana Psikologi, serta
ledekan-ledekan yang pada akhirnya menjadi sebuah motivasi besar untukku.
10.Terima kasih untuk dukungan teman-teman angkatan 2002 Psikologi,
angkatan yang tidak pernah mengenal kata menyerah dan munafik. Harapan
kita untuk menjadi Sarjana Psikologi yang ”baik” hingga bisa merubah
dunia ini dengan telapak tangan kita harus selalu ada, teman!
11.My best friends Teguh, Tetra, Baim, P-Yank, Bronto, Hafiz Undip, Curex,
Avie, Letoy, Lepi, Angga, Simin, Denny cewek, Ge’Oon, Teh’ Inna (untuk
detik-detik terakhir yang sangat berharga), Vera, Dini, Ellenora, Tyas,
Ladyane, Ira, Aree, Esa, Linda, Agus, Mas Adri, Joe, Doddy, Tisa, Winda,
Aan Pak’e, Tanti ’03, Raniy, Nicey, Benny, Adip, Piwi, dan Eik Losari.
Terima kasih sudah menjadi teman yang berarti, terima kasih untuk apapun
yang kalian berikan hingga aku sekarang menjadi seorang Sarjana Psikologi
(pada akhirnya, amin).
12.Teman-teman Insadha 2002, AKSI 2002 (special kelompok Horney & tutor
dan High School Ambassador 2003 MTV SKY Yogya, penyiar Masdha FM
angkatan 2002 beserta kakak angkatan, panitia AKSI 2004, panitia
Psychology Art Performance 2004, panitia La Festa Della Gioa 2004,
panitia AKSI 2005, PSF (Angel’s Voice), anak KKN USD 31 Gedogan
Bantul, relawan gempa Yogya USD, relawan gempa Yogya lokasi RS.
Sardjito, Asisten dosen Inventori 2006, Les Jepang Omatsuri. Terima kasih
atas pengalaman yang sangat indah, kebersamaan kita membuatku menjadi
lebih dewasa dan mengerti arti kedewasaan.
13.Teman-teman angkatan 1997-2006 Fakultas Psikologi dan fakultas lain di
Universitas Sanata Dharma. Terima kasih untuk kehumanisannya.
14.Terima kasih untuk subjek-subjek yang bersedia membantu meluangkan
wanktu untuk mengisi angket-angketku.
15.Teman-teman seperjuanganku di bulan Juli 2007, akhirnya kita menjadi
Sarjana Psikologi sekaligus bebas biaya UKD. Untuk Ipoet, Pita, Meme,
Mba’ Willis, There, Mia, Lita, Lia, Mas Kobo, Ajeng, Ko’ Khrisna, Obet,
dan Andre terima kasih untuk support di detik-detik penerimaan 4 digit di
belakang nama ku. ”Ternyata membuat skripsi dan ujian skripsi itu sangat
indah ya?”
Dan pihak-pihak yang tidak dapat saya tuliskan diatas, kerena keterbatasan
ingatan dan tempat penulisan, saya ucapkan terima kasih dan mohon maaf
sebesar-besarnya. Tanpa kalian yang saya tuliskan atau tidak, tidak akan pernah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... ...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v
ABSTRAK...vi
ABSTRACT...vii
KATA PENGANTAR...viii
DAFTAR ISI...xiv
DAFTAR TABEL...xvii
DAFTAR LAMPIRAN...xviii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan...1
B. Rumusan Masalah...7
C. Tujuan Penelitian...7
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis...7
2. Manfaat Praktis...7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2. Ciri-ciri Sikap ...11
3. Struktur Sikap...12
4. Fungsi Sikap... .13
5. Faktor-faktor Sikap...15
B. Wanita di Masa Dewasa Dini 1. Masa Dewasa Dini...18
2. Wanita di Masa Dewasa Dini...19
C. Wanita Lajang 1. Pengertian Wanita Lajang...20
2. Alasan Wanita Melajang...22
3. Tipe-tipe Wanita Lajang...26
D. Sikap Wanita Dewasa Dini Menikah Terhadap Wanita Lajang...27
E. Kerangka Penelitian...30
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...31
B. Identifikasi Variabel Penelitian...31
C. Definisi Operasional...32
D. Subjek Penelitian...33
E. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data...33
F. Validitas dan Reliabilitas... 35
1. Validitas Isi...36
G. Metode dan Analisis Data... ...38
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian... 40
1. Validitas Isi... 40
2. Uji Coba Alat Penelitian... 40
3. Hasil Uji Coba Alat Penelitian... 41
4. Estimasi Reliabilitas... 44
B. Pelaksanaan Penelitian... 45
C. Deskripsi Subjek Penelitian... 47
D. Hasil Penelitian... ... 49
1. Deskripsi Data Penelitian...49
2. Hasil Penelitian Kategorisasi Sikap Wanita Dewasa Dini Menikah Terhadap Wanita Lajang...51
3. Deskripsi Masing-masing Komponen Sikap Wanita Dewasa Dini Menikah Terhadap Wanita Lajang... ..53
4. Deskripsi Sikap Wanita Dewasa Dini Menikah Terhadap Tipe Tipe Wanita Lajang...58
E. Pembahasan Hasil Penelitian...64
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...72
B. Saran...73
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Item Untuk Uji Coba Penelitian………35
Tabel 2. Distribusi Item Setelah Uji Coba yang Sahih Dan Gugur...42
Tabel 3. Distribusi Item Skala yang Sahih...43
Tabel 4. Distribusi Item Skala Penelitian...44
Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian………..46
Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian………...48
Tabel 7. Kategori Norma………..51
Tabel 8. Kategorisasi Sikap………..51
Tabel 9. Kategori Norma………53
Tabel 10. Kategorisasi Sikap………..53
Tabel 11. Kategori Norma………..54
Tabel 12. Kategorisasi Sikap………..55
Tabel 13. Kategori Norma………..56
Tabel 14. Kategorisasi Sikap………..57
Tabel 15. Kategori Norma………..59
Tabel 16. Kategorisasi Sikap………..59
Tabel 17. Kategori Norma………..60
Tabel 18. Kategorisasi Sikap………..61
Tabel 19. Kategori Norma………..62
Tabel 20. Kategorisasi Sikap………..62
DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabulasi Data Try Out...77
a. Hasil Data Try Out...78
b. Uji Reliabilitas...90
c. Reliabilitas Item-item Sahih...92
2. Tabulasi Data Penelitian...93
a. Hasil Data Penelitian...94
b. Reliabilitas...102
c. Deskripsi Data Sikap Wanita Dewasa Dini Menikah Terhadap Wanita Lajang…………...104
d. Katergorisasi Subjek Penelitian………...106
3. Soal-soal Try Out dan Penelitian... 108
a. Soal Try Out...109
b. Soal Penelitian...115
4. Keterangan Penelitian...121
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Belakangan ini sering muncul beberapa istilah-istilah baru dalam
kalangan masyarakat kita. Salah satu istilah yang muncul dan sepertinya
sudah sering kali muncul adalah istilah lajang. Istilah tersebut digunakan
sebagai sebutan untuk individu yang memilih untuk membujang, atau
individu yang tidak menikah, atau belum menikah, atau pernah menikah
namun kemudian menjalani kehidupan sendiri karena proses perceraian atau
pasangannya meninggal dunia (Bird, G. & Melville, K., 1994). Adapula yang
mengatakan bahwa individu yang belum menikah atau tidak pernah menikah
dalam ikatan lembaga perkawinan apapun, juga status janda atau duda, baik
cerai ataupun ditinggal mati suami atau istrinya disebut sebagai lajang
(Barkas, 2001). Dan secara khusus, lajang dibagi ke dalam 4 tipe yaitu tipe
Ambivalent yang merupakan tipe lajang karena keinginannya sendiri, tipe
Wishfull merupakan tipe yang melajang karena belum dapat pasangan, tipe
Resolved merupakan tipe yang melajang karena pilihan hidup untuk
selamanya, dan tipe Regretful merupakan tipe yang melajang karena
menyerah pada nasibnya. Jadi jika ada seorang wanita yang memilih untuk
membujang, atau tidak menikah, atau belum menikah, atau pernah menikah
Menjadi wanita lajang sepertinya adalah sebuah pilihan dari wanita itu
sendiri, dan pilihan itu ada karena ada berbagai macam alasan di dalamnya.
Alasan-alasan tersebut salah satunya karena keinginan untuk meraih karier
yang lebih tinggi, trauma dengan hubungan sebelumnya, memiliki persepsi
negatif mengenai bentuk fisiknya, atau bahkan karena lesbian yaitu mencintai
sesama wanita (Hurlock 1991, dalam Meiyuntarini, Tatik, Dwi Sarwendah &
Pudji Astutiek. 2001).
Wanita yang masih atau memutuskan atau memilih untuk hidup
melajang ini semakin hari semakin pesat saja peningkatannya (Zainuddin,
1998). Bahkan belakangan ini, hidup melajang seolah menjadi trend baru di
kalangan wanita karir dan di kalangan selebritis (Lis, 2002). Keputusan
wanita lajang sepertinya semakin menarik perhatian masyarakat,
perbincangan tidak hanya muncul di lingkungan masyarakat kita saja,
melainkan sudah masuk menjadi perbincangan di dalam media cetak dan
media elektronik. Salah satunya terbukti dari sebuah majalah terbitan dari luar
Indonesia yang melakukan sebuah riset, riset ini dilakukan oleh majalah Asia
Week edisi Juni tahun 1997 kemudian diangkat menjadi sebuah topik dalam
majalah Femina 20-26 November 1997, salah satu majalah wanita di
Indonesia. Subjek dari riset tersebut adalah wanita yang berasal dari
Hongkong, Jepang, Korea, dan Philipina. Sebagian besar dari mereka
mengatakan bahwa menikah bukan merupakan prioritas utama karena
“Bagi saya pria adalah hadiah, seperti memenangkan undian. Dengan atau tanpa pria, saya sudah hidup puas.” (Endang, 1997).
Dengan adanya salah satu pernyataan tersebut sepertinya bisa dikatakan hidup
melajang itu bukan berarti hidup dengan rasa kesepian, karena hidup bahagia
tidak selalu berorientasi kepada pernikahan seperti yang dikatakan oleh
Santrock (1995). Tetapi mereka masih bisa memiliki kebahagiaan dengan
karier, teman-teman, dan keluarganya.
Di dalam kehidupan, individu memiliki tahap-tahap perkembangan
yang akan dijalani (Santrock, 1995). Tahap-tahap perkembangan tersebut
harus dijalani secara bertahap tanpa boleh ada yang terlewati. Ada beberapa
masa yang harus dilewati oleh setiap individu, yaitu masa kanak-kanak,
remaja, dan dewasa. Setiap masa-nya terdapat tahap-tahap perkembangan, dan
tahap-tahap perkembangan di setiap masa pun akan berbeda satu sama lain.
Pada usia 18 atau 21 sampai 40 tahun, individu akan memasuki tahap
perkembangan yang dinamakan masa dewasa dini (Santrock, 1995). Di masa
ini, kita akan dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan seperti mencari dan
menemukan calon pasangan hidup, belajar membina kehidupan rumah tangga
bersama pasangannya, mulai hidup berkeluarga, belajar mengasuh anak-anak,
mengelola urusan rumah tangga, meniti karier dalam rangka memantapkan
kehidupan ekonomi rumah tangga (Havinghurst 1965, dalam Mappiare,
1997).
Pada budaya tradisional yang menganggap bahwa pernikahan sebagai
individu itu berjenis kelamin wanita, tentu akan menjadi sasaran kritik
masyarakat, dan biasanya akan muncul juga pembicaraan mengenai peran
gender. Dimana wanita selalu dianggap sebagai individu yang identik dengan
ruang lingkup domestik, yaitu menjadi ibu rumah tangga dan mengurus rumah
tangga (Kartono, 1992). Bahkan saat ini sudah muncul sebuah ideologi
ibuisme, dengan asumsi awal bahwa bagaimanapun juga seorang wanita
dipandang, ia takkan terlepas sepenuhnya dari peran dan fungsi sebagai istri
dan ibu (Nurrachman, 1993).
Terlebih di dalam masyarakat yang menggunakan paham patriarki
yaitu paham dimana laki-laki memegang kuasa atas peran penting dalam
masyarakat, pemerintahan, pendidikan, industri, seperti di Indonesia (Tukiran,
2001). Bisa dikatakan pada paham ini akan ada perbedaan dalam memandang
pria dan wanita yang melajang. Terlihat dari kecenderungan masyarakat
Indonesia yang lebih memperhatikan wanita yang belum menikah daripada
pria (Prisanti, 1997). Walaupun sudah terdapat kemajuan pola berpikir
masyarakat seiring dengan meningkatnya pendidikan, tetap saja wanita lajang
belum dapat diterima oleh masyarakat kita. Dan tampaknya masyarakat Timur
lebih bisa menerima wanita dewasa yang telah menikah daripada wanita yang
lajang (Wogner, 2002).
Wanita dewasa dini yang sudah menikah tentu tidak perlu merasa
resah lagi oleh pertanyaan yang selalu dilontarkan oleh masyarakat saat
ingat kamu umur berapa?”. Wanita dewasa dini yang berstatus menikah ini
tentu memiliki opini tentang sesama jenisnya yang berada pada masa dewasa
dini juga. Opini yang muncul pun berbeda setiap individunya, ada yang
mendukung dan ada juga yang tidak mendukung menjadi wanita lajang. Ada
yang menuliskan dalam http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/027, opini
yang berasal dari salah satu wanita ini adalah bahwa ia akan menerima para
wanita lajang, karena mereka juga memiliki nilai plus, yaitu memiliki waktu
lebih banyak dan waktu lebih banyak untuk dicurahkan sesuai dengan
keinginannya. Seorang wanita yang sudah menikah selama 4 tahun,
menuliskan opininya mengenai menikah atau tidak menikah dalam situs
Jawaban.com, dalam tulisannya ia mengatakan bahwa menikah tidak seperti
cerita Cinderlella, Putri Salju, maupun Putri Tidur yang menceritakan bahwa
menikah adalah puncak dari sebuah kebahagiaan. Menurutnya pernikahan
adalah sebuah pintu awal, ada yang menjadikan pintu itu adalah awal menuju
kebahagiaan, ada pula yang menjadikannya sebagai awal ketidakbahagiaan.
Ketidakbahagiaan muncul karena masih banyak tuntutan yang muncul dalam
sebuah kehidupan pernikahan, dan tidak semua orang bisa melewatinya. Jadi
sebenarnya buat apa menikah, hanya mengubah nama panggilan saja dari
Miss. menjadi Mrs. (jika didalam kebudayaan Amerika). Oleh karena itu
kemudian ia berpendapat kembali bahwa sebenarnya wanita menikah dengan
wanita lajang sama saja, hanya beberapa bagian berbeda saja, misalnya saat
Di sini juga ada contoh yang tidak mendukung dengan fenomena
wanita lajang. Salah satunya muncul dari pasangan menikah bernama Greg
Ethridge dan Shannon Ethridge mengeluarkan buku yang berjudul “Every
Woman’s Marriage”. Di dalam buku itu, kedua pasangan ini memberikan
sebuah pandangan bahwa sebuah pernikahan itu tidak selamanya berisikan
kekerasan, keegoisan atau segala sesuatu berunsurkan ketidakbahagiaan yang
biasanya terjadi dalam kekerasan rumah tangga. Mereka bahkan memberikan
beberapa tips untuk para suami-istri agar pernikahannya bisa bahagia (
Elliott-CBN, 2001, dalam http.// www. Jawaban. com). Bisa dikatakan bahwa
Shannon Ethridge mendukung bahwa seorang wanita haruslah menikah,
terlihat dari judul yang mereka ambil untuk salah satu bukunya. Shannon
sepertinya memberikan pandangan kepada para wanita agar tidak perlu takut
dengan kehidupan menikah, dan mengajak wanita yang lajang untuk menikah
sesuai dengan tugas perkembangannya. Ibu dari seorang penulis terkenal Ayu
Utami juga berpendapat bahwa seorang wanita itu harusnya menikah, karena
jika menikah maka tidak akan kesepian di hari tuanya (Utami, 2005).
Timbulnya pro dan kontra yang terjadi pada fenomena wanita lajang
ini membuat peneliti tertarik untuk mengangkat fenomena tersebut menjadi
topik penelitian. Ketertarikan tersebut kemudian berkembang menjadi
keingintahuan peneliti untuk melihat bagaimana sikap wanita dewasa dini
yang sudah menikah terhadap wanita lajang. Sikap yang muncul pun akan ada
penelitian ini, peneliti ingin melihat sikap wanita dewasa dini yang sudah
menikah khususnya, terhadap teman-temannya yang berada pada masa
perkembangan yang sama, tetapi masih atau memilih untuk melajang.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sikap wanita
dewasa dini yang sudah menikah terhadap wanita lajang?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap wanita dewasa dini
yang sudah menikah terhadap wanita lajang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan
informasi dalam bidang psikologi, khususnya psikologi wanita dan
psikologi sosial. Selain itu peneliti juga berharap agar penelitian ini
bisa dijadikan sebagai literatur tambahan yang mengangkat fenomena
wanita lajang dan membicarakan mengenai sikap wanita dewasa dini
2. Manfaat Praktis
Bagi subjek dari penelitian, semoga dengan adanya penelitian ini
subjek bisa menyesuaikan diri saat berada pada lingkungan yang
berbeda dengan dirinya. Dan bisa membantu memberikan informasi
atau pemahaman mengenai wanita lajang terhadap orang-orang
disekitar subjek.
Peneliti juga berharap penelitian ini bisa menambah khasanah
penelitian dan membuka peluang munculnya penelitian baru di bidang
psikologi secara umum bagi para praktisi, mahasiswa, dan semua
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai attitude ini
diperkenalkan pertama kali oleh Herbert Spencer pada tahun 1862.
Beberapa tahun kemudian muncul berbagai macam definisi dari sikap
yang sifatnya mendukung pendapat Herbert Spencer, tetapi tidak
ditemukan secara jelas sebenarnya apa pendapat dari Herbert Spencer itu
sendiri mengenai sikap. Berikut adalah beberapa definisi sikap yang
muncul tersebut (Ahmadi, 2002) :
a. L. L Thurstone mendefinisikan sikap sebagai tingkat kecenderungan
yang bersifat positif atau negatif terhadap sebuah objek psikologi.
Seseorang dikatakan memiliki sikap positif apabila menyukai sebuah
objek psikologi dan akan dikatakan memiliki sikap negatif jika tidak
menyukai objek psikologi tersebut. Yang dimaksud dengan objek
psikologi di sini dapat berupa simbol, kata-kata, slogan, orang,
lembaga, ide, dan sebagainya.
b. Zimbardo dan Ebbesen mendefinisikan sikap sebagai suatu keadaaan
yang mudah terpengaruh dengan seseorang atau objek yang berisi
c. John H. Harvey dan William P. Smith mendefinisikan sikap sebagai
sebuah kesiapan seseorang dalam merespon secara konsisten dalam
bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi
Dari beberapa definisi diatas, salah satu ahli Psikologi bernama
W. J. Thomas memberikan batasan terhadap definisi sikap. W. J Thomas
kemudian mendefinisikan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang
menentukan perbuatan-perbuatan yang sudah atau mungkin akan terjadi
dalam keadaan-keadaan sosial (Ahmadi, 2002).
Berbeda dengan pendapat Judd (Baron. A.Robert & Donn Byrne,
1997), ia mengatakan bahwa sikap adalah evaluasi terakhir dari
bermacam-macam aspek dalam lingkungan sosial, dan evaluasi tersebut
berada dalam memori seseorang. Olson dan Maio (Baron, A.Robert &
Donn Byrne, 2003) juga memiliki pendapat yang serupa dengan Judd,
mereka berpendapat bahwa sikap itu untuk menunjukkan evaluasi
seseorang dalam penggambaran aspek-aspek di lingkungan sosialnya.
Jadi bisa disimpulkan bahwa sikap merupakan evaluasi yang
dilakukan individu saat melihat objek di lingkungan sosialnya. Objek
tersebut bentuknya bisa bermacam-macam, ada yang seperti simbol,
kata-kata, orang, atau keadaan sosial. Sikap yang akan muncul pun akan
berbeda-beda, ada yang positif dan ada pula yang negatif, tergantung
Sikap yang telah dikatakan sebagai suatu kesadaran seseorang
untuk menentukan perbuatan dalam keadaan sosial ini menyebabkan
sikap terbagi menjadi dua macam (Ahmadi, 2002). Dua macam sikap
tersebut, adalah :
a. Sikap sosial yang berarti kesadaran seseorang yang menentukan
perbuatan yang nyata, berulang-ulang terhadap objek sosial. Sikap
sosial ini tidak dinyatakan oleh seseorang saja, melainkan
diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Misalnya sikap
berkabung mahasiswa Psikologi Sanata Dharma karena
meninggalnya seorang dosen.
b. Sikap individuil yaitu sikap yang hanya dimiliki oleh perseorangan
saja. Misalnya sikap seseorang yang sangat menggemari makanan
coklat.
2. Ciri-ciri Sikap
Untuk mengetahui sikap atau bukan, maka muncul beberapa
pendapat bahwa sikap memiliki ciri-ciri. Menurut Adi (1995), ciri-ciri
dari sikap adalah sebagai berikut :
a. Sikap selalu berhubungan dengan objek. Objek bisa berupa benda,
orang, ideologi, nilai-nilai sosial lembaga masyarakat, dll.
c. Sikap dapat berubah meskipun relatif sulit berubah.
d. Sikap tidak hilang walau kebutuhan sudah dipenuhi.
e. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat beragam
sesuai dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya.
f. Sikap mencakup faktor motivasi dan perasaan, hal inilah yang
membedakan antara sikap dengan pengetahuan.
Sedikit berbeda dengan Adi, Ahmadi (2002) mengatakan bahwa ciri-ciri
dari sikap, yaitu :
a. Sikap itu dipelajari
b. Sikap memiliki kestabilan
c. Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dengan orang lain, juga
antara orang dengan barang atau situasi.
d. Sikap berisi komponen kognisi dan afeksi.
e. Approach-avoidance directionality, yang berarti bahwa jika
seseorang memiliki sikap yang favorabel terhadap sesuatu maka
mereka akan mendekatinya dan membantunya. Tetapi jika
unfovarabel maka mereka akan menghindarinya.
3. Struktur sikap
Azwar (1995) berpendapat bahwa sikap memiliki struktur, dan
merupakan gabungan dari unsur-unsur definisi sikap secara umum, oleh
karena itu struktur ini saling menunjang. Stuktur sikap tersebut, yaitu :
a. Komponen kognitif, terdiri dari seluruh pikiran yang dimiliki
seseorang mengenai objek sikap tertentu atau fakta, pengetahuan,
dan keyakinan tentang sebuah objek. Jadi komponen ini berupa apa
yang dipercayai oleh subjek pemilih sikap.
b. Komponen afektif, terdiri dari seluruh perasaan atau emosi
seseorang terhadap objek, terutama dalam hal penilaian. Jadi
komponen ini merupakan komponen perasaan yang menyangkut
aspek emosional, seperti kedengkian, simpati, ketakutan, dan
lain-lain.
c. Komponen konatif, terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi
atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. Jadi komponen
ini adalah aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan
sikap yang dimiliki oleh subjek, seperti kecenderungan memberikan
pertolongan, kecenderungan menjauhkan diri dari orang lain, dan
lain-lain.
4. Fungsi Sikap
Saat seseorang ingin bersikap, maka akan ada fungsi dari sikap
ini sehingga seseorang ingin untuk melakukannya. Fungsi sikap menurut
Sikap bisa dikatakan sesuatu yang mudah menjalar, sehingga
dengan mudah juga menjadi milik bersama. Misalnya sebuah
anggota A yang memiliki kepentingan dan pengalaman bersama,
akan ditandai dengan sikap anggota yang sama terhadap suatu objek
tertentu.
b. Sebagai alat pengatur tingkah laku.
Tingkah laku pada binatang terjadi karena spontanitas, artinya
langsung bereaksi terhadap stimulus. Berbeda dengan manusia yang
akan selalu ada pertimbangan, proses yang dilakukan secara sadar ini
dilakukan sebelum melakukan respon.
c. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.
Dalam kehidupan, seseorang akan selalu mendapatkan
pengalaman-pengalaman, dan orang akan menerima pengalaman itu
secara aktif. Seseorang akan menerima pengalaman tersebut juga
dengan bersikap memberi penilaian kemudian bersikap memilih.
d. Sebagai pernyataan kepribadian.
Dikatakan demikian karena sikap sering mencerminkan pribadi
dari orang tersebut. Oleh karena itu dengan melihat sikap dari
seseorang, kita bisa secara tidak langsung mengetahui bagaimana
5. Faktor-faktor Sikap
Azwar (1995) mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
sikap, yaitu :
a. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dikatakan dapat mempengaruhi sikap
karena apa yang telah atau sedang kita alami akan ikut membentuk
dan mempengaruhi kita dalam merepson stimulus-stimulus sosial.
Middlebrook (1974, dalam Azwar 1995) mengatakan bahwa saat
kita tidak memiliki pengalaman sama sekali maka kita akan
cenderung memiliki sikap negatif terhadap objek psikologi
tersebut.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang-orang disekitar kita merupakan salah satu yang ikut
mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting atau
berarti khusus yang kita jadikan sebagai pengaruh saat kita
bersikap.
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup mempunyai pengaruh yang
kuat terhadap pembentukan sikap kita. Misalnya bila kita hidup
dalam kehidupan sosial yang bernorma kuat tidak mendukung
pergaulan seks bebas, maka kemungkinan besar kita akan memiliki
d. Pengaruh media massa
Media massa bisa dikatakan tidak memiliki pengaruh yang
besar jika dibandingkan dengan interaksi individual secara
langsung, tetapi tidak bisa dikatakan juga kalau media massa
memiliki peranan yang kecil dalam bersikap. Media massa
merupakan sarana dalam berkomunikasi, dalam menyampaikan
informasi tentunya media massa akan membawa pula pesan-pesan
yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Disinilah peran media massa dalam mempengaruhi seseorang
dalam bersikap.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Dalam lembaga pendidikan dan lembaga agama diberikan
dasar pengertian dan konsep moral kedalam diri individu.
Pemahaman yang baik dan buruk, boleh atau tidak boleh dilakukan
diberikan di lembaga ini. Konsep-konsep tersebut yang nantinya
akan berperan saat individu menentukan untuk berikap. Oleh
karena itu seringkali ajaran moral yang diberikan di kedua lembaga
ini dijadikan sebagai determinan tunggal yang menentukan sikap.
f. Emosional
Sikap tidak hanya ditentukan oleh situasi lingkungan atau
pengalaman pribadi saja, tetapi terkadang ada sikap yang muncul
menjadi sikap yang sementara dan berlalu begitu saja atau bisa
juga akan bertahan lama.
Sedangkan menurut Ahmadi (2002), ada dua faktor yang
mempengaruhi sikap dari individu, yaitu :
a. Faktor intern
Faktor ini terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri, yang
berupa selektif individu untuk menerima dan mengolah
pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Biasanya pilihan
terhadap pengaruh dari luar itu disesuaikan dengan sikap di
dalam diri manusia terutama yang sudah menjadi minatnya.
Misalnya jika kita sedang lapar, maka akan lebih memperhatikan
perangsang yang dapat membuat rasa lapar daripada perangsang
lainnya.
b. Faktor eksternal
Merupakan faktor yang terdapat di luar pribadi individu,
faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok.
Beberapa faktor yang telah disebutkan diatas akan mempengaruhi
sikap karena sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap timbul karena
adanya suatu stimulus, dan stimulus yang banyak mempengaruhi adalah
B. Wanita di Masa Dewasa Dini
1. Masa Dewasa Dini
a. Pengertian Masa Dewasa Dini
Masa dewasa dini dimulai saat individu menginjak usia 18 atau
21 tahun, dan berlangsung hingga individu menginjak usia 40 tahun
(Santrock, 1999). Havinghurst (dalam Santrock 1999) dan Gunarsa
(2001) juga sependapat bahwa batas usia dewasa dini adalah 21-40
tahun. Berbeda dengan Levinson (dalam Monks, 2002) yang
mengatakan bahwa masa dewasa dini saat individu berusia 17-45
tahun. Secara umum bisa dikatakan bahwa individu akan memasuki
masa dewasa dini berkisar usia 20-40 tahun.
Pada masa ini individu sudah dianggap dewasa untuk menjalani
kehidupannya, yang berarti individu dianggap sudah mampu untuk
bertanggung jawab secara penuh terhadap dirinya sendiri, baik dalam
pengambilan keputusan, menentukan nilai-nilai diri, maupun dalam
menentukan pola kehidupan yang sesuai diri sendiri (Kartono, 1992).
b. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Dini
Setiap fase perkembangan, individu akan dituntut untuk melewati
fase tersebut dengan menjalani tugas-tugas perkembangan yang
berbeda di setiap fasenya. Havinghurst (dalam Mappiare, 1997)
mengemukakan tugas-tugas perkembangan dari fase masa dewasa dini,
2) Belajar membina kehidupan rumah tangga bersama pasangannya.
3) Mulai hidup berkeluarga.
4) Belajar mengasuh anak-anak.
5) Mengelola urusan rumah tangga.
6) Meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi
rumah tangga.
7) Menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
8) Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai
pahamnya.
Tugas-tugas perkembangan ini haruslah dipenuhi oleh seseorang
yang melewati masa dewasa dini. Tugas-tugas ini bisa dikatakan
sebagai dasar dari penguasaan tugas-tugas perkembangan dalam
usia-usia selanjutnya atau saat masa dewasa madya dan masa dewasa lanjut
nanti (Mappiare, 1997). Dengan demikian saat seseorang bisa
menjalankan dan menguasai tugas-tugas perkembangan ini dengan
utuh, maka akan mempermudah ia untuk menjalankan dan menguasai
tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
2. Wanita di Dewasa Dini
Berdasarkan penjelasan diatas, wanita pada masa dewasa dini ini
mempunyai anak. Hal ini ditegaskan dengan munculnya pendapat bahwa
wanita memiliki peran (Gunarsa, 2001), peran wanita adalah :
a Sebagai anggota masyarakat, wanita memiliki beberapa peran seperti
wanita karier, wanita bekerja, atau wanita yang mengikuti organisasi.
b Sebagai anggota keluarga. Saat ini pun wanita memiliki peran ganda
yang berarti wanita berperan sebagai anggota keluarga, istri, dan juga
seorang ibu.
1). Peran wanita sebagai anggota keluarga adalah memberikan
inspirasi tentang arti hidup.
2). Peran wanita sebagai istri adalah untuk membantu suami dalam
menentukan tujuan hidup, menjadi kekasih suami, menjadi
pengabdi dalam meringankan beban suami, dan menjadi
pendamping suami.
3). Peran wanita sebagai ibu adalah merawat, membesarkan, dan
mendidik anak.
C. Wanita Lajang
1. Pengertian Wanita Lajang
Banyak para ahli mengatakan bahwa wanita lajang adalah wanita
yang secara sadar memutuskan untuk hidup sendiri tanpa ada ikatan
perkawinan (Meiyuntarini, Tatik, Dwi Sarwendah & Pudji Astutiek.
Hal ini bisa diasumsikan bahwa perawan tua merupakan bagian atau
memiliki definisi yang sama dengan wanita lajang.
Berbeda dengan di Amerika, mereka menyebut wanita lajang
sebagai single woman. Salah satu literatur Amerika yang ditulis oleh
Metthew Melko (2002) mendefinisikan single woman ini sebagai wanita
yang belum pernah menikah, pernah menikah kemudian bercerai, dan
pernah menikah kemudian ditinggal mati oleh suaminya.
Adapula yang mengartikan bahwa wanita lajang merupakan status
dari wanita yang belum menikah atau tidak pernah menikah dalam ikatan
lembaga perkawinan apapun, juga bukan status janda, baik janda cerai
ataupun ditinggal mati suaminya (Barkas, 2001). Dan ada juga yang
berpendapat bahwa wanita lajang adalah wanita yang tidak memiliki date,
tidak memiliki pacar, lesbian, mereka yang belum menikah, mereka yang
pernah menikah lalu bercerai, atau mereka yang tidak akan menikah
(Margareth, 1997).
Sebenarnya konsep dari lajang itu sendiri adalah sendirian atau
belum menikah (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989). Jadi secara garis
besar bisa dikatakan bahwa wanita lajang yang dimaksudkan adalah
mereka yang memutuskan untuk hidup tidak menikah, memutuskan untuk
belum menikah, pernah menikah tetapi bercerai atau ditinggal mati oleh
suaminya. Mereka yang kini hidup sendiri tanpa ada ikatan perkawinan
2. Alasan Wanita Melajang
Hurlock (dalam Meiyuntarini, Tatik dkk. 2001) mengatakan bahwa
ada beberapa alasan kenapa wanita dewasa dini memutuskan untuk tidak
menikah atau hidup melajang.
Alasan-alasan tersebut, yaitu :
a. Penampilan sex yang tidak tepat atau menarik.
b. Cacat fisik atau penyakit lama.
c. Sering gagal dalam mencari pasangan.
d. Tidak mau memikul tanggung jawab pernikahan dan menyandang
statusnya sebagai orang tua.
e. Keinginan untuk meniti karier yang menuntut jam kerja yang lama
dan tanpa batas.
f. Tidak seimbangnya jumlah anggota masyarakat wanita dan pria di
masyarakat dimana dia tinggal.
g. Jarang mempunyai kesempatan untuk berjumpa dan berkumpul
dengan lawan jenisnya yang cocok.
h. Mempunyai tanggung jawab keuangan dan waktu untuk orang tua
dan saudara.
i. Kekecewaan yang pernah dialami karena kehidupan keluarga yang
tidak bahagia pada masa lalu.
j. Mudah fasilitas untuk melakukan hubungan sex tanpa menikah.
m. Kebebasan untuk mengubah dan melakukan percobaan dalam
pekerjaan dan gaya hidup.
n. Mempunyai keyakinan bahwa mobilitas sosial akan lebih mudah
diperoleh bila lajang.
o. Lesbian
Bird dan Melville (1994) juga mengemukakan beberapa alasan
seseorang untuk melajang. Alasan-alasan tersebut akibat dari perubahan
nilai dan munculnya alternatif-alternatif praktis yang semakin
berkembang. Perubahan nilai yang dimaksud misalnya keyakinan
mengenai hambatan-hambatan yang muncul setelah pernikahan,
sedangkan munculnya alternatif bisa berupa kesempatan untuk
mendapatkan jenjang karier yang lebih tinggi. Bird dan Melville juga
mengemukakan beberapa hal yang mendorong seseorang untuk
melajang, hal-hal tersebut yaitu :
a. Kesempatan untuk berkarier.
b. Pengalaman hidup yang lebih beragam.
c. Kecukupan diri.
d. Kebebasan seksual.
e. Gaya hidup yang menggairahkan.
f. Kebebasan untuk berubah dan bereksperimen.
i. Adanya kelompok pendukung.
j. Pelayanan khusus untuk yang melajang, seperti ”single party”.
Berbeda dengan Paludi (1998) yang mengemukakan bahwa alasan
seseorang melajang diakibatkan karena dua faktor, yaitu faktor dari luar
individu dan dari dalam individu. Faktor yang berasal dari luar adalah
kondisi sosial, kondisi dimana jumlah pria lebih banyak dari pada wanita.
Tak hanya itu, latar belakang juga menjadi alasan kenapa seseorang
melajang. Paludi mengatakan bahwa terkadang seseorang mempunyai
kewajiban untuk menafkai keluarga atau harus merawat orang tua atau
saudara yang sakit, sehingga mereka tidak mempunyai waktu untuk
kencan atau menjalin relasi yang lebih dalam dengan lawan jenisnya.
Sedangkan faktor dari dalam adalah memiliki tujuan untuk berkarier,
trauma terhadap masa lalu, faktor fisik, dan pilihan gaya hidup.
Begitu pula yang dikatakan oleh Barkas (2001), bahwa alasan dari
wanita yang memutuskan untuk hidup melajang adalah karena komitmen
karier. Hal ini berarti mendedikasikan hidupnya untuk sebuah pekerjaan
yang telah dijalaninya, dengan begitu bisa bebas mengaktualisasikan
dirinya terhadap pekerjaan tanpa harus diganggu oleh kewajibannya
sebagai istri atau ibu rumah tangga. Kemandirian yang ingin dicapai
seorang wanita juga merupakan alasan mereka melajang, selain itu ada
Margareth (1997), bahwa karier biasanya dijadikan alasan utama mereka
melajang, karena mereka berpendapat bahwa pernikahan dan karier tidak
akan bisa berjalan bersama secara seimbang proporsinya. Mereka juga
merasa malas jika harus berkompromi terlebih dahulu dengan
pasangannya saat harus memutuskan sesuatu, terlebih yang berhubungan
dengan kariernya. Ketidakpercayaan akan pasangan dan ketidaktertarikan
dengan kehidupan setelah pernikahan juga merupakan alasan yang cukup
kuat untuk wanita melajang.
Sedangkan menurut Psikolog Amy Budiman (2001) perubahan
zaman merupakan alasan dari wanita melajang. Perubahan disini
mencakup kesetaraan pendidikan, kesempatan kerja, penghasilan yang
bagus, perkembangan wawasan, dan cara berpikir yang global. Jadi
dengan perubahan disini, wanita menjadi sadar bahwa kebahagiaan dari
seorang wanita tidak hanya bisa dicapai dengan cara menikah kemudian
memiliki anak saja. Karena dengan memiliki pendidikan yang tinggi,
karier yang sukses, penghasilan yang tinggi pun bisa membuat seorang
wanita memiliki kebahagiaan yang tidak kalah nilainya dengan
kebahagiaan yang dimiliki oleh seorang wanita yang menikah.
Kesalahpahaman juga merupakan salah satu dari alasan mereka ini
melajang. Mereka menganggap bahwa dirinya ada yang tidak beres secara
fisik atau psikisnya, dan merasa dirinya akan selalu dicampakkan oleh
hubungan seks; dan melajang bukan sesuatu yang melanggar norma, bisa
dijadikan alasan kenapa wanita ini memutuskan untuk melajang (Hardway,
2002).
Hardway (2002) juga mengatakan bahwa wanita lajang ini
memutuskan melajang karena standart yang terlalu tinggi untuk seseorang
yang akan menjadi pasangannya, terlalu pemilih, kurang berusaha
mempertahankan pernikahannya sehingga harus bercerai, dan tidak
sungguh-sungguh ingin menikah.
3. Tipe-tipe Wanita Lajang
Keputusan untuk menjadi wanita lajang adalah sebuah pilihan dari
wanita itu sendiri, alasan-alasan dari mereka pun berbeda satu sama lain.
Kemudian oleh Shostak (dalam Nurmala, 2006) individu yang melajang
itu dibagi dalam beberapa tipe, adapun tipe-tipe tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Ambivalent
Tipe ambivalent merupakan tipe untuk individu yang secara
sukarela melajang dan menganggap kesendiriannya hanyalah
sementara. Mereka tidak mencari pasangan untuk menikah, tetapi tetap
terbuka dengan rencana-rencana untuk menikah. Biasanya mereka
merupakan individu yang selalu mengejar pendidikan, karier, dan
bersama tanpa ada hubungan pernikahan atau biasa disebut kumpul
kebo termasuk ke dalam tipe ini.
b. Wishhful
Individu yang masuk ke dalam tipe ini adalah individu yang aktif
mencari pasangan tetapi belum berhasil. Mereka masih mempunyai
kesadaran untuk menikah.
c. Resolved
Tipe ini adalah tipe untuk individu yang melajang karena pilihan
hidupnya. Sebagian besar adalah pastur atau romo, biarawan/biarawati.
d. Regretful
Merupakan tipe individu yang sebenarnya memilih untuk menikah,
tetapi karena menyerah pada nasib mereka tidak bisa menikah.
Menyerah bisa diakibatkan karena jumlah wanita dan laki-laki tidak
seimbang, penampilan sex tidak menarik, cacat secara fisik atau psikis,
kaum lesbian bisa masuk ke dalam tipe ini. Atau karena mereka
menemukan kekurangan dalam lembaga pernikahan.
D. Sikap Wanita Dewasa Dini Menikah Terhadap Wanita Lajang
Fenomena wanita lajang memang sedang populer saat ini, sering
dibicarakan dalam obrolan-obrolan di masyarakat maupun di dalam media
massa. Dikatakan pula bahwa wanita yang melajang ini ternyata semakin pesat
2002). Wanita yang belum menikah atau tidak menikah, atau tidak memiliki
status pernikahanlah yang akan disebut sebagai wanita lajang (Barkas, 2002).
Alasan mereka untuk melajang pun beragam, ada yang karena belum dapat
pasangan yang cocok, homoseksual, trauma masa lalu, atau karena masih
ingin mengejar jenjang karier setinggi-tingginya (Santrock, 1995).
Seorang wanita pada masa dewasa dini memang cenderung dituntut
untuk mencari pasangan hidup, menikah, berkeluarga, dan memiliki anak. Hal
tersebut memang tidak boleh dipungkiri karena merupakan suatu tugas
perkembangan pada masa dewasa dini. Masa dimana menurut Havinghurts
(dalam Mappiare, 1997) seorang dewasa dini ditugaskan untuk mencari dan
menemukan pasangan hidup, membina kehidupan rumah tangga, meniti karier
dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga, dan menjadi
warga negara yang bertanggung jawab.
Tak hanya tugas perkembangan saja yang menuntut seorang wanita
dewasa dini untuk memilih pasangan hidup kemudian menikah, budaya
tradisional di Indonesia pun juga menuntut demikian. Budaya tradisional yang
menganggap pernikahan adalah suatu yang sangat penting dalam masyarakat
tentu akan menuntut wanita untuk menikah. Di saat ada seorang wanita yang
tidak menikah maka akan menimbulkan berbagai macam kritikan dari
masyarakat. Terkadang kita akan melihat ketimpangan gender disini, dimana
seorang wanita lajang akan lebih disorot dibandingkan pria lajang (Prisanti,
dibandingkan dengan kaum laki-laki, karena pada paham ini dikenal sebagai
paham yang menganggap seorang laki-laki yang memegang kuasa atas
peran-peran penting dalam sebagian besar kehidupan manusia (Tukiran, 2001).
Jadi disaat seorang dewasa dini, khususnya wanita yang berusia 28-33
tahun belum atau tidak menikah, maka akan timbul opini-opini yang positif
maupun yang negatif. Menurut Levinson (dalam Monks, 2002), usia 28-33
tahun ini merupakan usia dimana seseorang akan membentuk kehidupan
berkeluarga. Kehidupan yang diawali dengan pernikahan, yaitu peristiwa
dimana sepasang mempelai atau calon suami-istri dipertemukan secara formal
di hadapan pemuka agama, para saksi, dan sejumlah hadirin, kemudian
disyahkan secara resmi sebagai suami-istri dengan upacara keagamaan dan
ritual-ritual tertentu, lalu hidup sebagai keluarga kecil yang kemudian
dilengkapi oleh lahirnya seorang anak (Kartono, 1992).
Sedangkan wanita yang sudah menikah akan sedikit merasa lega
karena sudah tidak ada lagi tuntutan untuk menikah. Dan apakah mereka yang
sudah menikah ini akan memberikan sikap yang positif terhadap teman
sesama jenisnya yang memilih atau memutuskan untuk melajang, atau malah
sebaliknya. Melihat beberapa opini-opini yang beragam muncul di situs-situs
internet mengenai wanita lajang, kemungkinan sikap yang muncul pun akan
beragam pula, ada yang mendukung wanita lajang dan ada yang tidak
E. Kerangka Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan penelitian
deskriptif kuantitatif, penelitian deskriptif yang menggunakan data yang
berupa angka. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan atau
memberikan gambaran yang sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 1998).
Penelitian ini hanya menggambarkan variabel yang akan diteliti melalui
pengisian skala tanpa perlu mencari, menerangkan saling berhubungan,
menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi
(Suryabrata, 1998). Dengan demikian jenis penelitian yang dilaksanakan oleh
peneliti ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang menggambarkan
secara umum mengenai sikap wanita dewasa dini yang menikah terhadap
wanita lajang berdasarkan skor item pada skala sikap yang disusun oleh
peneliti.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Bentuk dari penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, oleh karena
itu tidak ada kontrol terhadap variabel, sehingga variabel dilihat sebagaimana
variabel dalam penelitian ini adalah sikap wanita dewasa dini yang menikah
terhadap wanita lajang.
C. Definisi Operasional
Berhubung variabel dari penelitian ini adalah sikap wanita dewasa
dini yang menikah terhadap wanita lajang, maka berikut adalah penjelasan
mengenai definisi operasional penelitian ini. Sikap merupakan sebuah bentuk
dari kesadaran dari setiap individu untuk merespons sebuah objek psikologis
secara konsisten. Respon yang diberikan bisa bersifat positif dan negatif,
tergantung bagaimana individu itu melihat objek psikologinya. Jadi sikap
wanita dewasa dini menikah terhadap wanita lajang adalah bagaimana seorang
wanita yang masuk dalam masa dewasa dini dengan status sudah menikah,
memberikan sikap terhadap wanita yang belum atau tidak menikah, atau
ditinggal cerai atau mati oleh suaminya yang disebut sebagai wanita lajang.
Wanita yang masih atau memilih atau memutuskan untuk melajang
ini memiliki alasan yang sangat bervariasi, kemudian oleh Shostak (dalam
Nurmala, 2006) individu yang melajang itu dibagi dalam beberapa tipe.
Berikut ini adalah tipe-tipe dari wanita lajang, yaitu :
a. Ambivalent
Tipe ambivalent merupakan tipe untuk individu yang secara
sukarela melajang dan menganggap kesendiriannya hanyalah
merupakan individu yang selalu mengejar pendidikan, karier, dan
kesenangan. Individu yang memilih untuk seks bebas, seperti hidup
bersama tanpa ada hubungan pernikahan atau biasa disebut kumpul
kebo termasuk ke dalam tipe ini.
b. Wishhful
Individu yang masuk ke dalam tipe ini adalah individu yang aktif
mencari pasangan tetapi belum berhasil. Mereka masih mempunyai
kesadaran untuk menikah.
c. Resolved
Tipe ini adalah tipe untuk individu yang melajang karena pilihan
hidupnya. Sebagian besar adalah pastur atau romo, biarawan/biarawati.
d. Regretful
Merupakan tipe individu yang sebenarnya memilih untuk menikah,
tetapi karena menyerah pada nasib mereka tidak bisa menikah.
Menyerah bisa diakibatkan karena jumlah wanita dan laki-laki tidak
seimbang, penampilan sex tidak menarik, cacat secara fisik atau psikis,
kaum lesbian bisa masuk ke dalam tipe ini. Atau karena mereka
menemukan kekurangan dalam lembaga pernikahan.
D. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah wanita dewasa
dikatakan sebagai struktur kehidupan individu menjadi lebih stabil dan tetap,
dibandingkan pada masa awal-awal memasuki masa dewasa (Levinson, 1978
dalam Monks, 2002). Oleh karena itu biasanya pada masa ini individu akan
muncul tuntutan untuk membentuk kehidupan keluarga.
E. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner
berskala yang dibuat oleh peneliti berdasarkan komponen-komponen dari
sikap, adapun komponen sikap itu sendiri adalah kognitif, afektif, dan konatif.
Komponen ini kemudian dipadukan dengan tipe-tipe wanita lajang, yaitu
ambivalent, wishful, resolved, dan regretful.
Sebelum pembuatan skala, peneliti terlebih dahulu membuat
blueprint dengan tujuan untuk mempermudah dalam pembuatan skala.
Blueprint dari skala sikap ini disusun berdasarkan indikator yang terdiri dari
item-item yang favorable dan unfavorable. Item favorable merupakan item
yang memihak pada objek yang diukur, sedangkan item yang unfavorable
merupakan item yang tidak memihak pada objek yang diukur, atau bisa juga
dikatakan bahwa item unfavorable adalah item yang mengidikasikan
rendahnya atribut yang diukur begitu pula sebaliknya dengan item favorable.
Item-item yang dirumuskan dengan kalimat yang jelas dan mudah untuk
dimengerti ini sudah disusun berdasarkan blueprint.
yang harus diisi oleh subjek penelitian. Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah skala sikap. Skala ini disusun dengan menggunakan metode rating
yang dijumlahkan (Method of Summated Rating) yaitu metode penskalaan
yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya.
Skala disusun sendiri oleh peneliti dengan menggunakan skala Likert yang
telah dimodifikasi dengan variabel yang akan diukur.
Skala penelitian ini setiap butir itemnya memuat empat kategori
alternatif jawaban yaitu “sangat setuju” (SS), “setuju”(S), “tidak setuju”(TS),
dan “sangat tidak setuju”(STS). Penskoran dalam kuesioner ini adalah:
1. Pada pernyataan favorable, jawaban “SS” memperoleh skor 4, “S”
memperoleh skor 3, “TS” memperoleh skor 2, dan “STS”
memperoleh skor 1.
2. Pada pernyataan unfavorable, jawaban “SS” memperoleh skor 1, “S”
memperoleh skor 2, “TS” memperoleh skor 3, dan “STS”
memperoleh skor 4.
Skor pada setiap item kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh skor total.
Semakin tinggi skor total, maka menunjukkan bahwa semakin positif sikap
wanita tersebut terhadap wanita lajang. Dan jika semakin rendah skor total,
maka menunjukkan bahwa semakin negatif sikap wanita tersebut terhadap
wanita lajang.
Secara keseluruhan item skala ini terdiri dari 72 item yang teriri
Tabel. 1
Distribusi Item Untuk Uji Coba Penelitian
Komponen Sikap
Kognisi Afeksi Konasi No Tipe Wanita
F. Validitas dan Reliablitas
1. Validitas Isi
Validitas bisa didefinisikan sebagai seberapa jauh ketepatan dan
kecermatan alat ukur suatu tes dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar,
2002). Sebelum uji coba dilakukan, skala sikapnya diuji validitas isinya
terlebih dahulu. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat
pengujian terhadap isi dengan analisis rasional atau lewat professional
judgment, untuk melihat sejauh mana item dalam tes mencakup
2. Seleksi Item
Seleksi item merupakan proses untuk memilih item-item yang
sahih, yaitu item-item yang memiliki daya beda tinggi. Daya beda tinggi
item adalah sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau
kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang
diukur (Azwar, 2002).
Pengujian daya beda item dilakukan dengan komputasi koefisien
korelasi antara skor item dengan distribusi skor skala yang akan
menghasilkan korelasi item total. Kemudian dianalisis dengan koefisien
korelasi Product Moment dari Pearson. Sebagai kriteria digunakan
batasan 0,30 dengan taraf signifikan 0,05. Item yang memiliki koefisien
korelasi sebesar 0,30 keatas (>0,30) dianggap memenuhi kriteria sebagai
item yang sahih. Sedangkan item yang memiliki koefisien korelasi
kurang dari 0,30 (<0,30) digugurkan.
3. Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu pengukuran yang dapat dipercaya
(Azwar, 2002). Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam
beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang
sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam
diri subjek memang belum berubah. Menurut prosedur yang dilakukan
dan sifat yang dihasilkan terdapat tiga macam pendekatan untuk
Penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal. Pengujian
reliabilitas ini dilakukan dengan hanya mencobakan instrument sekali
saja pada sekelompok subjek (Azwar, 1999). Tehnik estimasi yang
digunakan adalah koefisien alpha. Alat tes dinyatakan reliabel apabila
nilai r yang diperoleh paling tidak mendekati 0,90
G. Metode dan Analisis Data
Menurut Azwar (1995) hasil dari analisi deskriptif biasanya berupa
frekuensi dan presentase, tabulasi silang, serta berbagai bentuk grafik dan
chart pada data yang bersifat kategorikal, serta berupa statistik-statistik
kelompok (antara lain mean dan varians) pada data yang bukan kategorial.
Pada penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah metode statistik
deskriptif. Metode ini meliputi penyajian data melalui tabel, penghitungan
modus, median, mean, dan standart deviasi serta perhitungan prosentase.
Modus adalah tehnik penjelasan suatu kelompok yang didasarkan
atas nilai yang sering muncul dalam kelompok tersebut. Median adalah
tehnik penjelasan suatu kelompok yang didasarkan atas nilai tengah dari
kelompok data yang telah disusun urutannya. Mean adalah jumlah dari
semua data kemudian dibagi dengan banyaknya data, mean biasa disebut
sebagai rata-rata.
Keadaan kelompok akan dijelaskan berdasarkan modus, median,
standard deviasi atau simpangan baku dari kelompok data. Penentuan
kategori sikap wanita dewasa dini yang sudah menikah ini akan dilakukan
dengan kategorisasi jenjang berdasarkan standart deviasi dan mean teoretik
(Azwar, 2002) sebagai berikut :
X minimum teoritik : Skor paling rendah yang mungkin
diperoleh subjek pada skala, yaitu = 1
X maksimum teoritik : Skor paling tinggi yang mungkin
diperoleh subjek pada skala, yaitu = 4
Range : Luas jarak sebaran antara nilai maksimal
dan nilai minimal
Standart Deviasi (σ) : Luas jarak sebaran yang dibagi ke dalam
6 satuan deviasi Standart
Penggolongan akan dibagi menjadi lima kategori, yaitu sangat
tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Luas interval yang
mencangkup setiap kategori ditetapkan sebagai berikut :
(µt + 1,5σ) < X : Sangat Tinggi
(µt + 0,5σ) < X ≤ (µt + 1,5σ) : Tinggi
(µt - 0,5σ) < X ≤ (µt + 0,5σ) : Sedang
(µt – 1,5σ) < X ≤ (µt – 0,5σ) : Rendah
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perumahan Minomartani yang terletak
di Depok, Sleman, Yogyakarta. Perumahan ini dihuni oleh sebagian
besar orang-orang yang sudah berkeluarga, dan mayoritas berasal dari
Yogyakarta. Seringkali terlihat ibu-ibu melakukan aktivitas di luar
rumah, ada yang mengasuh anaknya, membersihkan pekarangan, atau
mengobrol dengan tetangga sehabis pulang kerja, atau melakukan
kegiatan RT seperti arisan atau PKK.
2. Uji Coba Alat Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba skala
penelitian terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk melihat dan
menentukan apakah item-item yang dibuat dapat dinggap baik dan
layak digunakan dalam penelitian. Uji coba alat penelitian skala sikap
wanita dewasa sini menikah terhadap wanita lajang ini dilaksanakan di
Perumahan Jetis Magowoharjo Sleman dan Perumahan Candi Gebang.
Subjek yang digunakan dalam uji coba penelitian adalah subjek yang
memiliki karakteristik sama dengan subjek penelitian, yaitu wanita