ABSTRAK
ANALISIS KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI
Agustina Susanti
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia, (2) perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari pengalaman kerja, (3) perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari status sosial ekonomi.
Populasi penelitian ini adalah guru-guru SMA se Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan sampelnya sebanyak 359 guru yang diambil secara
proportionate stratified random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang berisi angket pertanyaan tertutup. Teknik analisis datanya dengan menggunakanChi-Squaredengan taraf signifikansi 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia, (Chi-Square hitung = 7,721 lebih kecil daripada
Chi-Square tabel = 12,6). (2) tidak terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari pengalaman kerja, (Chi-Square hitung = 9,22 lebih kecil daripada
Chi-Square tabel = 12,6). (3) tidak terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari status sosial ekonomi (Chi-Square hitung = 4,676 lebih kecil daripada
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF TEACHERS’ PERSONALITY COMPETENCY PERCEIVED FROM THE AGE, WORKING EXPERIENCE, AND
SOCIO-ECONOMICAL STATUS
Agustina Susanti
SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA
2008
This research purposes to know: (1) the difference of teachers’ personality competency perceived from the age, (2) the difference of teachers’ personality competency perceived from the working experience, (3) the difference of teachers’ personality competency perceived from the socio-economical status.
The population of this research are Senior High School teachers in Yogyakarta Special Region. There were 359 samples of the theachers taken by
proportionate stratified random sampling. The data gathering method was questionnaire that contains closed questions. The data analysis method was Chi-Squarewith 5% significance.
ANALISIS KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DITINJAU DARI USIA,
PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI
Studi Empiris pada Guru SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Agustina Susanti
041334065
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Motto
Untuk segala sesuatu ada masanya,
Untuk apapun di bawah langit ada waktunya;
Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal,
Ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang
ditanam;
Ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan;
Ada waktu untuk merrombak, ada waktu membangun;
Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa;
Ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari;
Ada watu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu;
Ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari
memeluk;
Ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi;
Ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang;
Ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit;
Ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;
Ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci;
Ada waktu untuk perang, ada waktu untuk perang; ada waktu
untuk damai...
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan ia
memberikan kekekalan dalam hati mereka.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesunguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 November 2008
Penulis
Kata Pengantar
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul: ” Analisis Kompetensi Guru Ditinjau dari Usia, Pengalaman
Kerja, dan Status Sosial Ekonomi”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
memeperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis
banyak memperoleh bimbingan, bantuan, dorongan oleh berbagai pihak. Oleh karena
itu di kesempatan ini sudah selayaknyabagi penulis untuk menghaturkan terima kasih
yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta beserta stafnya, yang telah
memberikan berbagai fasilitas serta kemudahan selama penulis mengikuti
pendidikan.
2. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si., selaku ketua jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
4. Bapak L. Saptono, S. Pd., M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
5. Bapak Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si selaku Dosen
memberikan bimbingan, dukungan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan
skripsi ini.
6. Orang tuaku tercinta Bapak Mikael Suprapto dan Ibu Margaretha Indarwati,
kakakku Emilintiana Retnoningtyas dan Agus Hariyanto, adikku Riki
Hakrisnowo, dan ponakanku Bimandaru yang telah memberikan doa,
semangat, dan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Leonardus Bayu Ari Primantoro terima kasih untuk segala doa dan
dukungannya.
8. Alfonsa Ika Andriani dan Putri Kurnia Jati terima kasih untuk kerja samanya,
akhirnya kita berhasil...he3x...
9. Terima kasih untuk Agung dan Mas Regar serta semua pihak yang telah
membantu dalam penelitian.
10. Teman-teman mitra perpustakaan Mrican terima kasih selalu memberiku
semangat dan hiburan.
11. Teman-teman kos Trembuku 1, jangan malas semangat....cayoo...!!!
12. Teman-teman PAK’04, buruan nyusul ya jangan males, semangat...!!!!!
13. Teman-temanku serta pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Yogyakarta, November 2008
Penulis
ABSTRAK
ANALISIS KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI
Agustina Susanti
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia, (2) perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari pengalaman kerja, (3) perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari status sosial ekonomi.
Populasi penelitian ini adalah guru-guru SMA se Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan sampelnya sebanyak 359 guru yang diambil secara
proportionate stratified random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang berisi angket pertanyaan tertutup. Teknik analisis datanya dengan menggunakanChi-Squaredengan taraf signifikansi 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia, (Chi-Square hitung = 7,721 lebih kecil daripada
Chi-Square tabel = 12,6). (2) tidak terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari pengalaman kerja, (Chi-Square hitung = 9,22 lebih kecil daripada
Chi-Square tabel = 12,6). (3) tidak terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari status sosial ekonomi (Chi-Square hitung = 4,676 lebih kecil daripada
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF TEACHERS’ PERSONALITY COMPETENCY PERCEIVED FROM THE AGE, WORKING EXPERIENCE, AND
SOCIO-ECONOMICAL STATUS
Agustina Susanti
SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA
2008
This research purposes to know: (1) the difference of teachers’ personality competency perceived from the age, (2) the difference of teachers’ personality competency perceived from the working experience, (3) the difference of teachers’ personality competency perceived from the socio-economical status.
The population of this research are Senior High School teachers in Yogyakarta Special Region. There were 359 samples of the theachers taken by
proportionate stratified random sampling. The data gathering method was questionnaire that contains closed questions. The data analysis method was Chi-Squarewith 5% significance.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iii
MOTTO... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
KATA PENGANTAR... .... vi
ABSTRAK... viii
ABSTRACT... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Batasan Masalah... 4
C. Rumusan Masalah... 5
D. Tujuan penelitian... 5
E. Manfaat Penelitian... 6
BAB II KAJIAN TEORETIK A. Landasan Teori... 7
B. Kerangka Berpikir... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 23
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 23
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... 24
E. Operasionalisasi Varisbel... 26
F. Teknik Pengumpulan Data... 37
G. Teknik Pengujian Instrumen... 38
H. Teknik Analisis Data... 40
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 47
B. Analisis Data... 51
C. Pembahasan... 60
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan... 68
B. Saran... 68
C. Keterbatasan... 69
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Kompetensi Kepribadian... 9
Tabel 3.1. Jumlah sampel... 26
Tabel 3.2. Variabel kompetensi kepribadian... 27
Tabel 3.3. Variabel usia... 28
Tabel 3.4. Variabel pengalaman kerja... 28
Tabel 3.5. Variabel status sosial ekonomi... 29
Tabel 3.6. Kriteria Kompetensi Kepribadian... 29
Tabel 3.7. Penilaian Acuan Normal tipe II... 30
Tabel 3.8. Kriteria Usia... 30
Tabel 3.9. Kriteria masa kerja... 31
Tabel 3.10. Pendapatan keluarga per bulan... 32
Tabel 3.11. Jumlah Anggota Keluarga... 32
Tabel 3.12. Jumlah Tanggungan Keluarga...32
Tabel 3.13. Kriteria Rumah Tinggal...32
Tabel 3.14. Fasilitas Khusus Barang Yang Dimiliki... 33
Tabel 3.15. Sumber Air Yang Digunakan... 33
Tabel 3.16. Jumlah Kamar Mandi... 33
Tabel 3.17. Sawah Yang Dimiliki... 34
Tabel 3.18. Kebun Yang Dimiliki... 34
Tabel 3.19. Pangkat Guru... 34
Tabel 3.21. Jabatan Dalam Keorganisasian... 35
Tabel 3.22. Keaktifan Dalam Kegiatan Keagamaan... 35
Tabel 3.23. Keaktifan Dalam kegiatan Pertemuan Kemasyarakatan... 36
Tabel 3.24. Pendidikan Terakhir Guru... 36
Tabel 3.25. Penilaian Acuan Norma tipe II... 37
Tabel 3.26. Item-Total Statistics... 38
Tabel 3.27. Hasil pengujian validitas... 39
Tabel 3.28. Reliability Statistics... 40
Tabel 4.1. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia... 48
Tabel 4.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja... 49
Tabel 4.3. Deskripsi Responden Berdasarkan Status Sosial Ekonomi... 49
Tabel 4.4. Deskripsi Kompetensi Kepribadian Guru... 50
Tabel 4.5. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 51
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Homogenitas... 52
Tabel 4.7. Kompetensi kepribadian dan usia... 53
Tabel 4.8. Chi-SquareUsia... 54
Tabel 4.9. Kompetensi kepribadian dan pengalaman kerja... 56
Tabel 4.10. Chi-SquarePengalaman Kerja... 56
Tabel 4.11. Kompetensi kepribadian dan status sosial ekonomi... 58
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner... 70
Lampiran 2. Uji validitas dan reliabilitas... 71
Lampiran 3. Uji normalitas dan homogenitas... 72
Lampiran 4. Uji hipotesis... 73
Lampiran 5. Daftar nama-nama sekolah ... 74
Lampiran 6. Surat ijin penelitian... 75
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional banyak cara yang
dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan itu. Cara yang dilakukan oleh
pemerintah tersebut yang digalakkan pada saat ini adalah program sertifikasi guru
dan tunjangan profesi. Program tersebut menjadi prioritas tahun 2008 oleh Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK).
Dalam program sertifikasi ini guru diwajibkan untuk menjadi seorang yang
profesional dimana untuk menentukan guru yang profesional tersebut adalah dengan
uji sertifikasi. Uji sertifikasi ini meliputi proses penyusunan portofolio, penyusunan
portofolio tersebut bertujuan agar guru mendapatkan point, jika point sudah
mencukupi maka dapat dikatakan bahwa guru tersebut lulus uji sertifikasi dan berhak
mendapat tunjangan profesi.
Program pemerintah tersebut tentu sangat bagus dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan nasional, akan tetapi dalam kenyataan yang terjadi untuk kuota
program sertifikasi guru tahun 2006/2007 menunjukkan bahwa dari 20.000 guru
yang mengikuti uji sertifikasi ternyata hanya 8.839 guru saja yang lulus uji atau
separuh lebih peserta tidak lulus uji sertifikasi (kedaulatan Rakyat, 01/09/2007).
Melihat kenyataan di atas tentu kita dapat menilai bagaimana mutu
pendidikan nasional sekaligus mutu guru di Indonesia, sehingga wajar jika sebuah
pertanyaan guru seperti apa yang bermutu tersebut. Jika kita tengok kembali
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik. Guru yang profesional adalah guru yang mengenal
dirinya yaitu bahwa dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi
peserta didik dalam belajar. Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen No 14
Tahun 2005 pasal 28 Peraturan Pemerintah tahun 2005, tentang Standar Nasional
Pendidikan dikatakan bahwa guru profesional adalah guru yang memiliki empat jenis
kompetensi yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional.
Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi guru dalam mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dari pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah karakteristik pribadi yang harus dimiliki
oleh guru sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah
kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang memungkinkan mereka membimbing peserta didik dalam menguasai materi
yang diajarkan. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua atau
wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Tanpa bermaksud mengabaikan salah satu kompetensi yang harus dimiliki
kepribadian. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir
b, dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian guru
yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, dapat menjadi teladan bagi peserta
didik dan berakhlak mulia. Kompetensi ini berkaitan dengan idealisme dan
kemampuan seorang guru untuk dapat memahami dirinya sendiri dalam kapasitas
sebagai pendidik. Setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang
memadai karena kompetensi ini akan melandasi atau menjadi landasan bagi
kompetensi-kompetensi lainnya. Dalam hal ini, guru tidak hanya dituntut untuk
mampu memaknai pembelajaran saja, akan tetapi yang paling penting adalah
bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan
perbaikan kualitas pribadi peserta didik.
Mulyasa (2007, 117) mengatakan bawa pribadi seorang guru memiliki andil
yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan khususnya dalam kegiatan
pembelajaran, karena guru berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini
dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh,
termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Tak heran
ketika orang tua hendak mendaftarkan anaknya ke suatu sekolah, orang tua
cenderung mencari tau terlebih dahulu siapa guru-guru yang akan membimbing
anaknya. Berkaitan dengan kepribadian, masyarakat sering melihat berbagai faktor
dalam memandang seorang guru misalnya; usia, pengalaman kerja, status sosial
Masyarakat sering menduga bahwa guru yang usianya lebih tua cenderung mempunyai kepribadian yang lebih baik dari pada guru yang berusia lebih muda hal tersebut disebabkan karena di usia tua emosi seseorang cenderung lebih stabil dibandingkan di usia muda yang merupakan masa pencarian jati diri. Begitu juga dengan faktor pengalaman kerja, masyarakat sering menilai bahwa guru yang sudah lama bekerja cenderung lebih berkompeten dari pada guru baru karena dengan semakin lama guru bekerja maka ia sudah mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dalam bekerja termasuk dalam menangani permasalahan-permasalahan siswa. Selain kedua faktor di atas, masyarakat juga sering menduga bahwa guru yang mempunyai latar belakang status sosial ekonomi tinggi di masyarakat, juga mempunyai kompetensi kepribadian yang baik dibandingkan dengan guru yang berasal dari status sosial ekonomi rendah karena seseorang dengan status sosial ekonomi yang tinggi cenderung mempunyai reaksi mental yang lebih baik dalam memandang hidup yaitu dengan adanya bekal kekayaan, ilmu pengetahuan, dan kehormatan dalam diri mereka.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian “Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Ditinjau dari Usia, Pengalaman Kerja, dan Status Sosial Ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Guru yang profesional adalah guru yang mempunyai empat kompetensi yaitu
kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, dan kompetensi
kompetensi kepribadian guru. Analisis kompetensi kepribadian guru tersebut dapat
ditinjau dari berbagai faktor, akan tetapi dalam penelitian ini peneliti membatasi pada
faktor usia, pengalaman kerja, dan status sosial ekonomi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia?
2. Apakah ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari pengalaman
kerja?
3. Apakah ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari status sosial
ekonomi?
D. Tujuan Penelitian
Dengan melihat rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia.
2. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari
pengalaman kerja.
3. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari
E. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Dinas Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi dinas
pendidikan khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka
meningkatkan profesionalisme guru yaitu mengenai kompetensi kepribadian.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Universitas
Sanata Dharma untuk membantu memajukan fakultas keguruannya sehingga
Universitas Sanata Dharma mampu mencetak calon guru yang profesional.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini bermanfaat bagi penulis sebagai sarana berlatih dalam
penelitian maupun dalam penerapan teori-teori dengan kenyataan yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Kompetensi
Undang-Undang guru dan dosen no 14 tahun 2005 pasal 8
menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikasi pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Mengacu substansi pasal 8
tersebut, jelas bahwa kepemilikan kompetensi itu hukumnya wajib, artinya
bagi guru yang tidak mampu memiliki kompetensi akan gugur keguruannya.
Pada dasarnya kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang.
Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen no 14 tahun 2005 pasal 1,
kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya.
Menurut Ellis (1984) secara garis besar kompetensi terdiri dari tiga
hal sebagai berikut.
a. Standar atau kriteria yang harus dimiliki oleh seorang guru, sehingga ia
dapat mengajar dengan memuaskan.
b. Keterampilan yang diperlukan oleh seorang guru.
Pasal 10 Undang-Undang Guru dan Dosen no 14 tahun 2005 menyebutkan bahwa kompetensi guru sebagaimana di maksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi para guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dari pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh guru sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan mereka membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang diajarkan. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah suatu kompetensi yang
mencerminkan kepribadian seseorang terkait dengan profesinya. Dalam
Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,
kemampuan kepribadian guru yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, dapat menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru menyebutkan bahwa kompetensi kepribadian seorang guru
meliputi:
Tabel 2.1 Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bertindak sesuai dengan norma
agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
- Menghargai peserta didik tanpa membedaan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender. - Bersikap sesuai dengan norma agama yang
dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
- Berperilaku jujur, tegas, dan manusia. - Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan
dan akhlak mulia.
- Berperilaku yang dapat diteladan oleh masyarakat disekitarnya.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
- Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantab dan stabil.
- Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
- Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinngi.
- Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.
- Bekerja mandiri secara profesional. Menjujung tinggi kode etik
profesi guru.
- Memahami kode etik profesi guru. - Menerapkan kode etik profesi guru.
Analisis kompetensi kepribadian guru tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut,
suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.
Dalam kompetensi ini, seorang guru dituntut untuk bisa menjadi
seorang pribadi yang berdasarkan prinsip Bhineka Tunggal Ika
(berbeda-beda tetapi tetap satu jua), yaitu menghargai setiap per(berbeda-bedaan yang ada.
b. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia.
1) Bertindak sesuai norma agama
Norma agama disebut juga dengan norma religi atau
kepercayaan yang ditujukan kepada kehidupan beriman dan
kewajiban manusia kepada Tuhan (Dwi Winarno, 2006). Contoh
perilaku yang bertindak sesuai norma agama adalah; percaya kepada
Tuhan, menghargai ajaran agama, menerapkan ajaran agama,
menghargai peserta didik yang beragama lain.
2) Bertindak sesuai norma hukum
Norma ini dimaksudkan agar guru senantiasa sadar akan
ketertiban, ketenangan, dan keteraturan hidup bersama yang dapat
diperoleh dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan
yang ada menuju kepada pemenuhan rasa keadilan yang hidup dan
norma hukum adalah, mentaati peraturan perundang-undangan,
menunjukkan perilaku disiplin, dll.
3) Bertindak sesuai norma sosial
Norma ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam
terhadap sesama, misalnya dengan bertutur kata secara santun,
berpenampilan sopan, berperilaku santun, menampilkan saling peduli,
saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan
tolong-menolong di antara sesama manusia dan anak bangsa.
4) Bertindak sesuai norma kebudayaan nasional Indonesia
Norma ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan
mengembangkan kembali kehidupan berbangsa yang berbudaya tinggi
dengan menggugah, menghargai, mengembangkan budaya lokal dan
nasional serta menyiapkan budaya yang dimaksud untuk
melakukan adaptasi dan tindakan proaksi sejalan dengan tuntutan
globalisasi. Sehingga sasaran utama tugas guru dalam pengembangan
kebudayaan nasional itu adalah:
a.) Memelihara dan meningkatkan persatuan dan kesatuan nasional
dalam masyarakat Indonesia yang beraneka ragam dalam suku
bangsa, agama, dan kepercayaan.
b.) Membina integritas nasional.
c.) Membina masyarakat yang bersifat terbuka dan demokratis
c. Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi
Jujur dapat diartikan sebagai kelurusan atau ketulusan hati, jadi
seorang guru dituntut utuk selalu berperilaku sesuai dengan ketulusan
hati.
d. Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia
Ketakwaan dan akhlak mulia adalah suatu sikap yang didasari
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang disertai dengan
menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Oleh sebab itu
seorang guru dituntut untuk selalu berperilaku takwa dan berakhlak mulia
karena guru dapat berperan sebagai orang kepercayaan atau penasihat
yang harus memiliki kepercayaan diri yang istiqomah dan tidak
tergoyahkan. Guru yang berakhlak mulia akan menjadi panutan bagi
peserta didik dalam menghadapi persoalan-persoalannya. Selain itu untuk
menjadi guru juga harus dilandasi oleh niat dan keinginan yang
kuat. Jika niat untuk menjadi guru adalah niat untuk beribadah, maka
dalam menghadapi permasalahan yang bagaimanapun guru tidak cepat
termakan amarah dan tidak dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
politik praktis seperti demo. Dalam hal ini guru harus meluruskan niatnya
bahwa menjadi guru bukan semata-mata untuk kepentingan duniawi,
melainkan untuk beribadah yaitu dengan memperbaiki ikhtiar terutama
berkaitan dengan kompetensi kepribadiannya dengan tetap bertawakal
e. Pribadi yang dapat menjadi teladan
Guru merupakan teladan bagi peserta didik dan semua orang yang
menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk
menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang. Menjadi
teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika seorang
guru tidak mau menerima ataupun menggunakannya secara konstruktif
maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran. Peran dan fungsi ini
patut dipahami dan tidak perlu menjadi beban yang memberatkan.
Teladan seorang guru misalnya tercermin dalam; sikap dasar, gaya bicara,
kebiasaan bekerja, sikap terhadap adanya kesalahan dan pengalaman,
cara berpakaian, hubungan kemanusiaan, proses berpikir, dll. Contoh
perilaku guru yang dapat diteladani peserta didik adalah; bertutur
kata sopan, berperilaku terpuji, disiplin, tepat waktu, dll.
f. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil
Pribadi yang mantap dan stabil dalam hal ini berkaitan dengan
kemampuan guru dalam menjaga kestabilan emosinya. Kestabilan emosi
guru tersebut misalnya kemampuan guru dalam menahan marah (marah
yang berlebihan). Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik
takut, dan ketakutan mengakibatkan minat dan konsentrasi belajar siswa
berkurang.
g. Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa
Dalam kompetensi ini seorang guru dituntut untuk selalu
yang dewasa, arif, dan berwibawa misalnya menyelesaikan masalah
dengan kepala dingin, disiplin, bekerja secara profesional, dll.
h. Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi
Tanggung jawab dapat diartikan sebagai kondisi yang mewajibkan
seseorang harus menanggung sesuatu. Contoh guru yang menunjukkan
etos kerja dan tanggung yang tinggi adalah bekerja secara profesional,
menggunakan waktu mengajar dengan sebaik mungkin, tepat waktu,
menyampaikan materi yang benar dan tidak menyesatkan peserta didik.
i. Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri
Bangga menjadi guru dapat diartikan sebagai sikap mensyukuri
pekerjaan sebagai guru misalnya dengan bekerja sebaik mungkin,
berusaha menjaga agar tetap menjadi guru yang profesional.
j. Bekerja mandiri secara profesional
Mandiri dapat diartikan sebagai sikap yang tidak tergantung pada
yang lain. Seorang guru harus berperilaku secara mandiri. Contoh
perilaku guru yang bekerja secara mandiri misalnya;mencari bahan ajar
sendiri tanpa tergantung dari pihak sekolah atau pemerintah, bekerja
dengan baik meskipun tidak ada penilaian dari kepala sekolah, dll.
k. Memahami kode etik profesi guru
Seorang guru yang memahami kode etik profesi guru berarti guru
yang mampu memahami apa yang boleh dan tidak boleh atau pantas dan
pantas dilakukan oleh guru tersebut tertulis dalam rumusan Kode Etik
Guru Indonesia , yang berbunyi:
“Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari bahwa pendidikan
merupakan suatu bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
bangsa dan tanah air serta kemanusiaan pada umumnya dan guru
Indonesia yang berjiwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
merasa turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya
sebagai Guru dengan mempedomani dasar-dasar sebagai berikut:
1) Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
2) Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum
sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
3) Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi
tentang anak didik, tetapi menghindari diri dari segala bentuk
penyalahgunaan.
4) Guru menciptakan suasana sekolah dan memelihara hubungan dengan
orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5) Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat yang lebih luas
untuk kepentingan pendidikan.
6) Guru secara sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama mengembangkan
7) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun didalam hubungan
keseluruhan.
8) Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan
mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
9) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.”
l. Menerapkan kode etik profesi guru
Guru yang mampu menerapkan kode etik profesi guru adalah guru
yang berperilaku dengan mendasarkan diri pada kode etik profesi guru
yaitu dengan berperilaku apa yang boleh dan tidak boleh atau yang pantas
dan tidak pantas dilakukan oleh guru. Contoh perilaku guru yang dapat
menerapkan kode etik profesi adalah; mentaati peraturan sekolah dan
pemerintah, disiplin, menyampaikan materi sesuai kurikulum, dll.
m. Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi
Perilaku yang sesuai dengan kode etik guru adalah perilaku yang
sesuai atau pantas yang dilakukan oleh seorang guru. Contoh perilaku
guru yang sesuai dengan kode etik profesi guru adalah bekerja keras,
melaksanakan tugas secara bertanggung jawab, mengembangkan diri
secara terus menerus sebagai pendidik.
3. Usia
Menurut Ensiklopedi Nasional usia adalah lamanya hidup semenjak
waktu keberadaan suatu benda/ makhluk, baik yang hidup maupun yang mati
misalnya umur manusia.
4. Pengalaman Kerja
Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, kerja adalah perbuatan
melakukan sesuatu yang dilakukan (diperbuat). Pengalaman dapat diartikan
sebagai barang apa yang telah dirasai (diketahui, dikerjakan, dst.), sehingga
pengalaman kerja adalah suatu kegiatan yang pernah dilakukan seseorang.
Pengalaman kerja dalam penelitian ini lebih berkaitan dengan lama bekerja
seseorang atau lamanya waktu seseorang bekerja.
5. Status Sosial Ekonomi
Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok.
Status sosial ekonomi merupakan kombinasi dari status sosial dan ekonomi
yang dimiliki seseorang dalam suatu kelompok. Status sosial ekonomi adalah
perbandingan peranan dalam masyarakat, status tersebut merupakan
pencerminan hak dan kewajiban dalam tingkah manusia (Astrid Susanto,
1977: 99).
Menurut Soerjono Soekamto (1990) status sosial ekonomi adalah
tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang
lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasi, hak-hak serta kewajibannya.
Adapun kriteria-kriteria untuk menggolongkan status sosial ekonomi
masyarakat yang satu dengan yang lain, yaitu:
Ukuran kekayaan dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain
pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, harta benda yang dimiliki, serta
fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Ukuran Kekuasaan
Barang siapa memiliki kekuasaan atau mempunyai wewenang dalam
masyarakat, maka ia menempati lapisan tertinggi dalam masyarakat.
3) Ukuran Kehormatan
Orang yang paling disegani dan paling dihormati dalam masyarakat
mendapat tempat teratas statusnya.
4) Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan dipakai pada masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan. Masyarakat sering menggunakan tingkatan pendidikan
sebagai indikator penggolongan status sosial ekonomi, semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, maka ia mempunyai status sosial ekonomi
yang tinggi dalam masyarakat.
6. Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang
pekerjaannya mengajar. Sedangkan menurut Undang-Undang Guru dan
Dosen no 14 tahun 2005, guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam perspektif
seseorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar dalam arti
mengubah seluruh dimensi perilaku.
B. Kerangka Berpikir
1. Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Ditinjau dari Usia
Usia merupakan faktor penting dalam kehidupan seseorang karena
usia tersebut selain menunjukkan waktu hidup seseorang, juga digunakan
sebagai indikator kedewasaan seseorang. Sering dikatakan bahwa orang yang
berumur lebih matang lebih baik kepribadiaannya dari pada orang yang
usianya lebih muda. Pada usia muda keadaan emosional seseorang cenderung
belum stabil hal tersebut dikarenakan usia muda merupakan tahap pencarian
jati diri sehingga perkembangan pribadinya belum mantap. Mappiare (1982,
25) mengatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa ketegangan emosi,
banyak di antara dewasa muda mengalami ketegangan emosi yang
berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti jabatan,
perkawinan, keuangan dsb. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu
kedewasaan seseorang akan bertumbuh dan diantara dewasa muda ini akan
memperoleh ketenangan atau kepuasan. Karena pada usia yang lebih matang,
keadaan emosional seseorang sudah lebih stabil yang ditandai dengan
kemampuannya mengendalikan emosi, serta kemantapan dalam hal
kepercayaan, sikap, dan perilaku religius dikalangan orang dewasa
Berdasarkan pendapat di atas maka dalam penelitian ini diduga bahwa
tinggi dari pada guru yang berusia lebih muda hal tersebut disebabkan karena
di usia yang lebih matang keadaan emosi guru sudah lebih stabil sehingga
kemampuan guru dalam mengendalikan emosi, memecahkan masalah, dan
sikap dalam menghadapi permasalahan sudah lebih dewasa seiring dengan
perkembangan usianya.
Berdasarkan kerangka di atas, maka peneliti menurunkan hipotesis
sebagai berikut:
Ha1 = Ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia
2. Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Ditinjau dari Pengalaman Kerja
Banyak orang meyakini bahwa kinerja masa lalu di pekerjaan yang
serupa dapat dijadikan indikator terbaik dari kinerja di masa yang akan
datang, selain itu orang sering menganggap pengalaman sebagai indikator
yang tepat dari kemampuan dan sikap yang berhubungan dengan pekerjaan.
Alasannya adalah semakin lama orang bekerja tentulah ia menggemari
pekerjaannya tersebut dan mampu bekerja dengan baik karena lebih
kompeten di pekerjaannya ( Henry Simamora, 2003:206).
Mulyasa ( 2007, 122) mengatakan bahwa stabilitas dan kematangan
emosi seorang pekerja berkembang sejalan dengan pengalaman selama dia
mau memanfaatkan pengalamannya dalam bekerja. Oleh sebab itu
berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dalam penelitian ini diduga bahwa
tinggi dari pada guru baru. Berdasarkan kerangka di atas, maka peneliti
menurunkan hipotesis sebagai berikut:
Ha2 = Ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari pengalaman
kerja
3. Analisis kompetensi kepribadian guru ditinjau dari status sosial ekonomi
Manusia dilahirkan dari lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat yang mempunyai struktur dan tata nilai tertentu. Dengan adanya
struktur inilah dalam masyarakat terbentuk suatu status sosial ekonomi.
Status sosial ekonomi merupakan kombinasi antara status sosial dengan staus
ekonomi, jadi antara status sosial dengan status ekonomi akan terus berkaitan.
Ukuran status sosial ekonomi tersebut terlihat dari kekayaan, kekuasaan,
kehormatan, dan tingkat pendidikan. Masyarakat sering menggolongkan
status sosial ekonomi seseorang kedalam beberapa golongan misalnya status
sosial ekonomi tinggi, status sosial ekonomi menengah, dan status sosial
ekonomi rendah. Antara status tersebut biasanya terdapat perbedaan yaitu
dalam hal penampilan, reaksi mental, dan sikap sosial yang pada akhirnya
mempengaruhi kepribadian seorang individu.
Muhamad Nurdin (2004, 167) mengatakan bahwa letak status seorang
guru baik itu letak sosialnya dalam masyarakat maupun kondisi ekonominya
dapat mempengaruhi guru untuk tampil sebagai seorang yang profesional
dalam pekerjaannya karena dengan terpenuhinya kesejahteraan baik
meningkatkan profesionalismenya sehingga proses belajar mengajar
terlaksana dengan baik.
Berdasarkan kerangka di atas, maka peneliti menurunkan hipotesis
sebagai berikut:
Ha3 = Ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif komparatif. Penelitian
deskriptif komparatif merupakan suatu penelitian yang dimaksudkan untuk
mendeskripsikan dan membandingkan perbedaan-perbedaan dalam variabel.
Jadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan membandingkan
kompetensi kepribadian guru di Daerah Istimewa Yogyakarta ditinjau dari usia,
pengalaman kerja, dan status sosial ekonomi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Waktu penelitian adalah dari bulan Juli sampai dengan Agustus
2008.
C. Subjek dan objek penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Menengah Atas di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Objek penelitiannya adalah kompetensi
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil
menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas
(Maman Rachman, 1993: 57).
Populasi dalam penelitian ini adalah para guru Sekolah Menengah
Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut perhitungan Badan Pusat
Statistis 2007 jumlah guru sekolah menengah atas di Daerah Istimewa
Yogyakarta berjumlah 5.618 guru yang terdiri dari kabupaten Sleman
sebanyak 1.476 guru, Kulon Progo sebanyak 382 guru, Gunung Kidul
sebanyak 783 guru, Bantul sebanyak 1.280 guru, dan kotamadya
Yogyakarta sebanyak guru 1697. Sehingga jumlah populasi dalam penelitian
ini sebanyak 5.618 guru.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang diteliti (Sugiono, 1999). Untuk menentukan besarnya sampel
dari populasi tersebut, peneliti menggunakan rumus Slovin (1960), yaitu
sebagai berikut:
2 Ne 1
N n
Keterangan:
n = Ukuran sampel
e = Nilai kritis yang diinginkan
Dalam penelitian ini, ditentukan nilai kritis sebesar 5%.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan sebuah propinsi yang
mempunyai 4 kabupaten (yaitu; Bantul, Sleman, Kulon Progo, dan Gunung
Kidul) dan 1 kota madya (yaitu Kota Jogja). Oleh sebab itu penarikan
sampel dilakukan dengan berdasarkan pada proporsi jumlah guru untuk
setiap kabupaten dan kotamadya. Perhitungan jumlah sampel tersebut adalah
sebagai berikut:
N = 5.618 guru
e = 5 %
n = 2
1e
=
205 , 0 618 . 5 1 618 . 5 =
0025 , 0 618 . 5 1 618 . 5 = 045 , 14 1 618 . 5 = 045 . 15 618 . 5= 373,41dibulatkan menjadi 373
Berdasarkan perhitungan diatas maka jumlah sampel dalam penelitian
ini sebanyak 373 guru Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan rincian pengambilan sampel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jumlah sampel Keterangan Jumlah
sekolah
Jumlah guru
Sleman 8 89
Bantul 9 85
Kulon Progo 6 25
Gunung Kidul 8 49
Kotamadya Yogyakarta
10 125
Jumlah 373
3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
proportionate stratified random sampling, dimana populasi mempunyai
anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
Oleh sebab itu dalam penelitian ini jumlah guru yang diambil sebagai
sampel dihitung berdasarkan proporsi untuk setiap kabupaten/ kotamadya.
E. Operasionalisasi Variabel 1. Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek pengamatan
atau faktor yang berperan dalam gejala yang akan diteliti. Sugiono (1999)
mengatakan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
a. Variabel kompetensi kepribadian guru
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian guru yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, dapat menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia.
b. Variabel usia
Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu seseorang (guru)
dalam menjalani hidupnya.
c. Variabel pengalaman Kerja
Pengalaman kerja disini berkaitan dengan masa kerja seorang guru
berkaitan dengan kegiatan mengajarnya.
d. Variabel status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi adalah tempat atau posisi guru baik dalam
lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah.
2. Indikator Penelitian
a. Variabel kompetensi kepribadian guru
Tabel 3.2
Variabel kompetensi kepribadian Kompetensi kepribadian Indikator No. Butir Jumlah Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia
1.menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.
2.Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan social yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
1, 3, 9,10
jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
2. Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia.
3. Berperilaku yang dapat diteladan oleh peserta didik dan anggota masyarakat disekitarnya.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabill
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
3, 10 2
Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
1. Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.
2. Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.
3. Bekerja mandiri secara profesional.
4, 5, 6, 7, 8
5
Menjujung tinggi kode etik profesi guru.
1. Memahami kode etik profesi guru.
2. Menerapkan kode etik profesi guru.
3. Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru. 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10 6
b. Variabel usia
Tabel 3.3 Variabel usia
Variabel Indikator
Usia - Sangat muda
- Muda - Tua - Lanjut
c. Variabel pengalaman kerja
Tabel 3.4
Variabel pengalaman kerja
Variabel Indikator
d. Variabel status sosial ekonomi
Tabel 3.5
Variabel status sosial ekonomi
Variabel Indikator
Status Sosial Ekonomi - Rendah - Menengah - Tinggi
3. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian seorang guru meliputi kepribadian yang
mantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, memiliki akhlak mulia dan
dapat menjadi teladan. Untuk mengukur kompetensi kepribadian
tersebut digunakan skala Likert.
Tabel 3.6
Kriteria Kompetensi Kepribadian
No Frekuensi Skor
1 2 3
Selalu Kadang-kadang
Tidak pernah
3 2 1
Kompetensi kepribadian tersebut diukur ke dalam tiga kriteria yang
kemudian diubah ke dalam lima kriteria untuk memudahkan pembedaan
tingkat kompetensi yang dimiliki guru. Penilaian kompetensi
kepribadian guru dilakukan dengan Penilaian Acuan Normal Tipe II,
Tabel 3.7
Penilaian Acuan Norma tipe II
Skor Frekuensi Nilai
> M + 2S Sangat Tinggi 5 M+1S dan M+2S Tinggi 4 M – 1S dan M + 1S Cukup 3 M-2S dan M-1S Rendah 2 < M – 1S Sangat Rendah 1
Rumus Mean (M) dan Standar deviasi sebagai berikut (Masidjo 1995 :
164) : N X
1 2 2
N N
Keterangan : X = jumlah skor dari kompetensi kepribadian
N = jumlah responden
= standar deviasi
Dalam hal ini perhitungan mean dan standar deviasi akan
dilaksanakan dengan bantuan program SPSS versi 12.
b. Usia
Untuk mengukur variabel usia peneliti menggunakan skala Likert,
yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.8 kriteria usia
Kriteria Jawaban Skor Keterangan < 20 th
c. Pengalaman Kerja
Variabel pengalaman kerja dalam penelitian ini berkaitan dengan
masa kerja seorang guru. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala
Likert.
Tabel 3.9 Kriteria masa kerja
Kriteria Jawaban Skor Keterangan <5 th
5-14 th 15-24 th >24 th
1 2 3 4
Baru Cukup Lama Sangat lama
d. Status Sosial Ekonomi
Pengukuran status sosial ekonomi dalam penelitian ini berdasarkan
pada pendapat Soerjono Soekamto (1990), dimana status sosial ekonomi
diukur berdasarkan ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran
kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan. Untuk mempermudah
pengukurannya maka digunakan rating scale dimana data yang
diperoleh berupa angka ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
1) Ukuran Kekayaan
Ukuran kekayaan dapat diukur melalui beberapa indikator
antara lain pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, harta benda
yang dimiliki, serta fasilitas yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Berikut ini adalah indikator pengukuran kekayaan
a) Pendapatan keluarga
Tabel 3.10
Pendapatan keluarga per bulan
No Pendapatan Skor
1. 2. 3. 4.
<Rp 2.000.000
Rp 2.000.000– Rp. 2. 600.000 Rp 2.700.000 – Rp. 3. 400.000 >Rp 3. 400.000
1 2 3 4 b) Jumlah anggota keluarga
Tabel 3.11
Jumlah Anggota Keluarga
No Jumlah Skor
1. 2. 3. 4. 3 orang 4 orang 5 orang
Lebih dari 5 orang
4 3 2 1 c) Jumlah tanggungan keluarga
Tabel 3.12
Jumlah Tanggungan Keluarga No Jumlah tanggungan Skor 1.
2. 3.
1-2 3-4
Lebih dari 4
3 2 1
d) Rumah
Tabel 3.13 Kriteria Rumah Tinggal
No Rumah Skor
1. 2. 3. 4. Rumah sendiri Rumah sewa Rumah dinas
e) Fasilitas khusus barang yang dimiliki
Tabel 3.14
Fasilitas Khusus Barang Yang Dimiliki
No Fasilitas Skor
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Mobil Motor Video TV berwarna TV hitam putih Tape recorder Radio Kulkas Mesin cuci Pesawat telepon Telepon genggam Pager Komputer Laptop
Langganan surat kabar Langganan majalah 5 4 2 3 1 1 1 4 4 2 3 1 4 5 3 3 f) Sumber air
Tabel 3.15
Sumber Air Yang Digunakan
No Jenis sumber Skor
1. 2. 3. 4. 5. Sungai/mata air Sumur umum
Sumur timba milik sendiri Sumur pompa PAM 1 2 3 4 5 g) Kamar mandi
Tabel 3.16 Jumlah Kamar Mandi
No Jumlah Skor
1. 2. 3.
1 kamar mandi 2 kamar mandi
Lebih dari 2 kamar mandi
h) Sawah
Tabel 3.17 Sawah Yang Dimiliki
No Jumlah Skor
1. 2. 3. 4. 5. Tidak mempunyai kurang dari ¼ ha. Antara ¼ ha – ½ ha Lebih dari ½ ha – 1 ha Lebih dari 1 ha
0 1 2 3 4 i) Kebun Tabel 3.18 Kebun Yang Dimiliki
No Jumlah tanggungan Skor 1. 2. 3. 4. 5. Tidak mempunyai Kurang dari ¼ ha. Antara ¼ ha – ½ ha
Lebih dari ½ ha – 1 ha Lebih dari 1 ha
0 1 2 3 4
2) Ukuran Kekuasaan
Seseorang yang memiliki kekuasaan atau mempunyai
wewenang dalam masyarakat, maka ia menempati lapisan tertinggi
statusnya dalam masyarakat.
a) Pangkat guru
Tabel 3.19 Pangkat Guru
No pangkat Skor
1. 2. 3. 4.
Penata Muda, Penata Muda Tingkat I Penata, Penata Tingkat I
Pembina, Pembina Tingkat I Pembina Utama Muda, Pembina Utama Madya, Pembina Utama
b) Ruang golongan guru
Tabel 3.20 Ruang Golongan Guru
No Golongan Skor
1. 2. 3. 4. III/a, III/b III/c, III/d IV/a, IV/b IV/c, IV/d, IV/e
1 2 3 4
3) Ukuran Kehormatan
Orang yang disegani dan dihormati dalam masyarakat
merupakan orang yang mempunyai status sosial ekonomi tinggi
dalam masyarakat.
a) Jabatan dalam keorganisasian
Tabel 3.21
Jabatan Dalam Keorganisasian
No Jabatan Skor
1. 2. 3. 4. 5. Anggota Pengurus seksi Bendahara Sekretaris Ketua 1 2 3 4 5
b) Keaktifan dalam kegiatan keagamaan
Tabel 3.22
Keaktifan Dalam Kegiatan Keagamaan
No Keaktifan Skor
1. 2. 3. 4. Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif
Tidak Aktif sama sekali
c) Keaktifan dalam kegiatan pertemuan kemasyarakatan
Tabel 3.23
Keaktifan Dalam kegiatan Pertemuan Kemasyarakatan
No Keaktifan Skor
1. 2. 3. 4. Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif
Tidak Aktif sama sekali
4 3 2 1
4) Ukuran Ilmu Pengetahuan
Masyarakat sering menggunakan tingkatan pendidikan sebagai
indikator penggolongan status sosial ekonomi, semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, maka ia mempunyai status sosial
ekonomi yang tinggi dalam masyarakat. Dalam penelitian ini
indikator pendidikan terakhir guru yang berhubungan dengan
bidang kerja profesi guru dijadikan kriteria dalam mengukur status
sosial ekonomi.
Tabel 3.24
Pendidikan Terakhir Guru
No Pendidikan terakhir Skor 1. 2. 3. 4. Non keguruan < S1 S1 > S1 1 2 3 4
Status sosial ekonomi tersebut diukur ke dalam tiga kriteria dimana
cara pengukurannya dilakukan dengan menghitung jumlah skor total dari
masing-masing responden kemudian dirata-rata untuk setiap guru
Tabel 3.25
Penilaian Acuan Norma tipe II
Skor Nilai
> M + S Tinggi M-1S dan M+1S Menengah
<M-1S Rendah
Rumus Mean (M) dan Standar deviasi sebagai berikut (Masidjo 1995
: 164) :
N X
1 2 2
N N
Keterangan : X = jumlah skor dari kompetensi kepribadian
N = jumlah responden
= standar deviasi
Dalam hal ini perhitungan mean dan standar deviasi dilakukan dengan
bantuan program SPSS versi 12.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah
kuesioner (angket). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiono, 1999:135).
Kuesioner dalam penelitian ini ditujukan bagi guru guna mengumpulkan data
G. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian
ini untuk menguji validitas instrumen penelitian digunakan rumus Product
Moment, yaitu sebagai berikut:
)} y ( y N { )} x ( x N { ) y )( x ( xy N r 2 2 2 2 xy Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan
N = Jumlah responden
x = Jumlah kuadrat skor x
y = Jumlah skor x
x2= Jumlah kuadrat skor y
y2 = Jumlah kuadrat skor y
Untuk menguji interpretasi dari nilai r digunakan tabel r Product
Momentdengan taraf signifikansi 5%. Jika r hitung lebih besar dari r tabel
maka instrumen penelitian tersebut valid. Sedangkan jika r hitung lebih
kecil dari pada r tabel maka dapat dikatakan bahwa intrumen tersebut tidak
Tabel 3.26
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
1 25,37 10,585 ,950 . ,911
2 25,37 10,585 ,950 . ,911
3 25,53 10,395 ,590 . ,920
4 25,37 10,585 ,950 . ,911
5 25,50 9,155 ,828 . ,907
6 25,60 9,214 ,732 . ,915
7 25,37 10,585 ,950 . ,911
8 25,73 9,030 ,557 . ,941
9 25,43 9,082 ,941 . ,900
10 25,43 10,599 ,666 . ,917
Untuk mengintepretasikan validitas butir soal dilakukan dengan cara membandingkan r hitung dengan r tabel, r hitung diperoleh dengan cara melihat scor Corrected Item-Total Correlation. Sedangkan r tabel diperoleh dengan cara: df = n – 2, taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh r tabel 0,239. Berikut ini data kevalitan butir soal:
Tabel 3.27
Hasil pengujian validitas kompetensi kepribadian guru:
No Nilai Keterangan
1 0,950 Valid
2 0,950 Valid
3 0,590 Valid
4 0,950 Valid
5 0,828 Valid
6 0,732 Valid
7 0,950 Valid
8 0,557 Valid
9 0,941 Valid
10 0,666 Valid
2. Reliabilitas
instrumen tersebut sudah baik. Untuk menguji reliabilitas intrumen
penelitian digunakan rumusalpha, yaitu sebagai berikut:
r11 =
22 1 1 t b k k
Keterangan: r11 = reliabilitas instrumen
K = jumlah item
2 b
= jumlah variasi butir
2
t
= variasi total
Jika nilai alpha lebih dari 0,60 maka instrument penelitian dinyatakan
reliabel sebaliknya jika nilai alpha kurang dari 0,60 maka instrument
penelitian dinyatakan tidak reliabel Nunnaly (1978) dalam Iman Gozhali
(2001)
Tabel 3.28
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
,922 ,961 10
Berdasarkan tabel diatas nilai Alpha Cronbach sebesar 0,922 lebih
besar dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner reliabel.
Dalam hal ini untuk perhitungan validitas dan reliabilitas meskipun
dicantumkan rumus manual namun dalam perhitungan dilakukan dengan
H. Teknik Pengujian Hipotesis 1. Statistis Deskriptif
Statistis deskriptif adalah statistis yang digunakan untuk menganalisa
data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku umum (Sugiyono,1998:112). Deskripsi data penelitian ini
dilakukan dengan berdasarkan Pedoman Acuan Normal (PAN) tipe II dan
dilengkapi perhitungan mean, median, modus, dan standar deviasi.
2. Uji prasyarat analisis a. Uji normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang
terjaring dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Untuk
mengetahui hal tersebut dalam penelitian ini digunakan rumusone sample
Kolmogorov-Smirnovyang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
D = Maksimum [Fo (x)-Sn(x)] Keterangan:
D = deviasi atau penyimpangan
Fo (x) = distribusi frekuensi kumulatif teoritis
Sn(x) = distribusi frekuensi yang diobservasi
Apabila probabilitas (α) yang diperoleh melalui perhitungan relatif
kecil dari taraf signifikansi maka data signifikan, artinya ada beda antara
distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis, sehingga sebaran
probabilitas (α) yang diperoleh melalui perhitungan lebih besar dari taraf
signifikansi 5% maka data tidak signifikan, artinya tidak ada perbedaan
antara distribusi data yang dianalis dengan data teoritis sehingga sebaran
data variabel adalah normal pada taraf signifikansi 5%.
b. Uji homogenitas
Selain uji normalitas, penelitian ini juga membutuhkan uji
homogenitas, yaitu untuk menentukan apakah data tersebut homogen atau
tidak. Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah
varians sample yang akan dikomparasikan tersebut homogen atau tidak.
Varians adalah standar deviasi yang dikuadratkan. Uji homogenitas dalam
penelitian ini menggunakan uji F.
F = Varians terbesar/Varians terkecil
Harga F besar terhitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan
harga F tabel dengan dk pembilang na-1 dan dk penyebut nc-1. Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila harga F hitung lebih kecil atau = F tabel
(Fh≤Ff), maka dapat disimpulkan bahwa varians data yang akan dianalisis
homogen.
Dalam hal ini untuk perhitungan normalitas dan homogenitas
meskipun dicantumkan rumus manual namun dalam perhitungan
dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 12.
3. Teknik analisis data
Jika berdasarkan perhitungan di atas data bersifat normal dan
Daerah penolakan Ha
(0,05 , (k-1), (b-1) 0
perhitungan anova, karena hipotesis dalam penelitian ini merupakan
hipotesis komparatif lebih dari dua sampel maka pengujiannya dilakukan
dengan menggunakan analisis varian satu jalan (one way anova).
Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan Ho dan Ha
Ho:µ1= µ2= µ3
Tidak ada perbedaan kompetensi kepribadian guru
Ha:µ1≠ µ2≠ µ3
Ada perbedaan kompetensi kepribadian guru
b. Menentukan daerah penerimaan Ho dan penolakan Ha
Pengujian dengan anova menggunakan distribusi F, titik kritis
diperoleh dengan bantuan tabel F dimana titik kritis ditentukan
oleh :
1) Taraf nyata atau signifikan (α) = 5%
2) Derajat bebas ataudegree of freedom(df) yang terdiri dari :
Numerator = k – 1
Denominator = N – k
Daerah Penerimaan
Ha diterima apabilaχ2hitung >χ2tabel
Ha ditolak apabilaχ2hitung < χ2tabel
c. Menentukan uji statistis
Uji statistis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji F
ditentukan cara menghitung :
1) JKtotal =
N Xtot tot
X
2 2
2) JKantar =
N X
n X
n
X
tot
2 2 2 1 2 13) JKdalam= JKtotal-JKantar
4) MKantar=
dalam antar MK
MK
5) MKdalam=
m N JKdalam
6) Fhitung =
dalam antar MK MK
Keterangan:
N = Jumlah seluruh sampel
m = Jumlah kelompok
d. Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel yaitu :
Haditerima jika Fhitung > Ftabel
Daerah penolakan Ha
(0,05 , (k-1), (b-1) 0
Apabila distribusi data tidak normal dan tidak homogen maka
pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Perhitungan Chi
Square(χ2), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan Ho dan Ha
Ho:µ1= µ2= µ3
Tidak ada perbedaan kompetensi kepribadian guru
Ha:µ1≠ µ2≠ µ3
Ada perbedaan kompetensi kepribadian guru
b. Menentukan daerah penerimaan Ho dan penolakan Ha
Pengujian dengan analisis menggunakan distribusi harga chi kuadrat,
titik kritis diperoleh dengan bantuan tabel chi kuadrat dimana titik
kritis ditentukan oleh :
1) Taraf nyata atau signifikan (α) = 5%
2) Derajat bebas ataudegree of freedom(df) yang terdiri dari :
Numerator = k – 1
Denominator = N – k
Ha diterima apabilaχ2hitung >χ2tabel
Ha ditolak apabilaχ2hitung <χ2tabel Daerah
c. PerhitunganChi Square(χ2)
fh fh fo
2 2 keterangan: χ2 = Chi Square
Fo = frekuensi yang diobservasi (usia/ pengalaman
kerja/ status sosial ekonomi)
Fh = frekuensi yang diharapkan (kompetensi sosial)
Untuk memperoleh frekuensi yang diharapkan (fh) digunakan rumus;
Fh =
mdanbaris jumlahkolo s jumlahbari x m jumlahkolo fh
d. Untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel yang satu dengan
yang lainnya, digunakan koefisien kontingensi dengan rumus (I
Nyoman Susila, 1986:216) :
N C
2 2
Keterangan : C = koefisien kontigensi
2
= hargaChi-kuadratyang diperoleh N = jumlah total
Nilai C di atas disebut koefisien kemungkinan. Semakin besar nilai C,
semakin tinggi taraf hubungannya. Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruhnya, maka perlu membandingkan C dengan Cmaks. rumus pembanding tersebut adalah :
k
k Cmaks 1 /Cmaksmerupakan batasan taraf signifikan yang paling besar, semakin
dekat jumlah C mendekati Cmaks semakin besar tingkat pengaruh yang terjadi yang telah dihitung dengan Chi-kuadrat. Untuk
menginterpretasikan hubungan antara C dengan Cmaks dilakukan dengan dengan cara membagi antara C dengan Cmaks kemudian
diinterpretasikan dengan tabel berikut ini:
Tabel 3.26
Interpretasi Derajat Hubungan No Harga Nilai
koefisien
Tingkat Keterhandalan
1 C maks ≥0,80 Sangat tinggi
2 C maks 0,60 < 0,80 Tinggi 3 C maks 0,40 < 0,60 Sedang 4 C maks 0,20 < 0,40 Rendah 5 C maks < 0,20 Sangat rendah
e. Membandingkan nilai chi kuadrat hitung (H hitung) dengan chi
kuadrat tabel (H tabel) yaitu :
Haditerima jika H hitung > H tabel f. Membuat kesimpulan
1) Berdasarkan pada perbandingan Chi Square (χ2) hitung dengan
Chi Square(χ2) tabel:
a) Apabilaχ2hitung<χ2tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b) Apabilaχ2hitung>χ2tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 373 guru. Subjek
penelitian tersebar di 4 kabupaten dan 1 kotamadya di Propinsi Dearah
Istimewa Yogyakarta. Jumlah responden yang mengisi kuesioner penelitian
secara lengkap sebanyak 359 guru. (response rate = 96,25%). Berikut ini
disajikan deskripsi data penelitiannya.
1. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.1
Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi (guru)
Frekuensi Relatif (%)
kategori
< 20 th 2 0,6 Sangat muda
2 20-39 th 109 30,36 Muda
3 40-59 th 243 67,68 Tua
4 >59 5 1,4 Lanjut
Jumlah 359 100%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa guru yang mempunyai
kriteria usia sangat muda sebanyak 2 guru, muda sebanyak 109 guru, tua
2. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Tabel 4.2
Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
No Pengalaman Kerja Frekuensi (guru)
Frekuensi Relatif (%)
Kategori
1 <5 th 49 13,65 Baru
2 5-14 th 103 28,69 Cukup
3 15-24 th 148 41,23 Lama
4 >24 th 59 16,44 Sangat lama
JUMLAH 100%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa guru yang mempunyai
kriteria masa kerja baru adalah sebanyak 49 guru, cukup sebanyak 103
guru, masa kerja lama sebanyak 148 guru dan masa kerja sangat lama
sebanyak 59 guru.
3. Deskripsi Responden Berdasarkan Status sosial Ekonomi
Kriteria status sosial ekonomi dihitung dari skor kuesioner tiap-tiap
responden kemudian ditafsirkan dengan menggunakan perhitungan PAN
II. Dengan nilai mean = 32,64 dan standar deviasi 5,727, berikut ini hasil
perhitungan status sosial ekonomi:
Tabel 4.3
Deskripsi Responden Berdasarkan Status Sosial Ekonomi
Perhitungan Kelas Interval Frekuensi (guru) Frekuensi Relatif (%) Kategori
32,64 + 5,727 > 38 63 17,5 Tinggi 32,64 – 1(5,727) dan 32,64 +
5,727
27 – 38 239 66,6 Menengah
32,64 – 5,727 < 26 57 15,9 Rendah