• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan tingkat asertif anak sulung dan bungsu remaja akhir dalam keluarga.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan tingkat asertif anak sulung dan bungsu remaja akhir dalam keluarga."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Perbedaan Tingkat Asertivitas Anak Sulung Dan Bungsu Remaja Akhir Dalam Keluarga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat asertivitas antara anak sulung dan bungsu remaja akhir dalam keluarga. Asertivitas merupakan perilaku yang mengembangkan kesetaraan dalam hubungan manusia, memungkinkan kita bertindak berdasarkan minat terbaik diri kita, terlepas dari rasa cemas, mampu mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman, dan mengutarakan hak pribadi tanpa menyangkal hak orang lain. Asertivitas dipengaruhi oleh faktor pola asuh, kebudayaan, usia, jenis kelamin dan strategi coping.

Subjek penelitian ini ada 80 orang remaja berusia 16-18 tahun dan memiliki urutan kelahiran sulung dan bungsu. Subjek yang telah terpilih merupakan subjek yang tinggal bersama keluarga. Subjek dipilih dengan metode purposive sampling di SMK Sanjaya Pakem. Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif, yaitu membandingkan tingkat asertivitas dilihat dari urutan kelahiran. Pengambilan data dilakukan dengan skala asertivitas. Reliabilitas skala penelitian menghasilkan koefisien reliabilitas 0,813.

Data penelitian dianalisis menggunakan teknik Independent Sample t-Test. Hasil uji hipotesis adalah 1,244 dengan probabilitas 0,217 (p>0,05). Ini berarti tidak ada perbedaan tingkat asertivitas antara anak sulung dan bungsu remaja akhir dalam keluarga. Dari hasil kategorisasi, kebanyakan subjek baik sulung maupun bungsu sama-sama memiliki asertivitas sedang dan rendah. Hasil pembahasan menyimpulkan bahwa urutan kelahiran tidak mempengaruhi asertivitas.

(2)

ABSTRACT

Differences Of Asertivity Step Between Eldest And Youngest Last Adolescense On Family

The objective of this research is determine the defferences in asertivity step between eldest and youngest last adolescense deep on family. Asertivity is defined behavior to extend equality of human relationship to make possible for as to do best on the interest ourself, free from anxious, able to feeling expression as honest and comfortable and to explain personal autority without resist other autority. Asertivity is influenced by parents educated factor, culture, ae, sex and coping strategy.

The subjects of this research were 80 people who stay at the family. The ages of subject is about 16 to 18 years old. They were choosen by purposive sampling in SMK Sanjaya Pakem. This is comparative research, which has an aim to determine defferences of asertivity among of birth order. The method of data gathering used asertivity scaled. Reliability of research scale produced a coeficient reliability score 0,813.

(3)

PERBEDAAN TINGKAT ASERTIVITAS ANAK

BUNGSU DAN SULUNG REMAJA AKHIR DALAM

KELUARGA

SKRIPSI

DISUSUN SEBAGAI SYARAT

UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA PSIKOLOGI

Disusun Oleh: AJENG CHRISTYA I.

009114133

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

(7)

ABSTRAK

Perbedaan Tingkat Asertivitas Anak Sulung Dan Bungsu Remaja Akhir Dalam Keluarga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat asertivitas antara anak sulung dan bungsu remaja akhir dalam keluarga. Asertivitas merupakan perilaku yang mengembangkan kesetaraan dalam hubungan manusia, memungkinkan kita bertindak berdasarkan minat terbaik diri kita, terlepas dari rasa cemas, mampu mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman, dan mengutarakan hak pribadi tanpa menyangkal hak orang lain. Asertivitas dipengaruhi oleh faktor pola asuh, kebudayaan, usia, jenis kelamin dan strategi coping.

Subjek penelitian ini ada 80 orang remaja berusia 16-18 tahun dan memiliki urutan kelahiran sulung dan bungsu. Subjek yang telah terpilih merupakan subjek yang tinggal bersama keluarga. Subjek dipilih dengan metode purposive sampling di SMK Sanjaya Pakem. Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif, yaitu membandingkan tingkat asertivitas dilihat dari urutan kelahiran. Pengambilan data dilakukan dengan skala asertivitas. Reliabilitas skala penelitian menghasilkan koefisien reliabilitas 0,813.

Data penelitian dianalisis menggunakan teknik Independent Sample t-Test. Hasil uji hipotesis adalah 1,244 dengan probabilitas 0,217 (p>0,05). Ini berarti tidak ada perbedaan tingkat asertivitas antara anak sulung dan bungsu remaja akhir dalam keluarga. Dari hasil kategorisasi, kebanyakan subjek baik sulung maupun bungsu sama-sama memiliki asertivitas sedang dan rendah. Hasil pembahasan menyimpulkan bahwa urutan kelahiran tidak mempengaruhi asertivitas.

(8)

ABSTRACT

Differences Of Asertivity Step Between Eldest And Youngest Last Adolescense On Family

The objective of this research is determine the defferences in asertivity step between eldest and youngest last adolescense deep on family. Asertivity is defined behavior to extend equality of human relationship to make possible for as to do best on the interest ourself, free from anxious, able to feeling expression as honest and comfortable and to explain personal autority without resist other autority. Asertivity is influenced by parents educated factor, culture, ae, sex and coping strategy.

The subjects of this research were 80 people who stay at the family. The ages of subject is about 16 to 18 years old. They were choosen by purposive sampling in SMK Sanjaya Pakem. This is comparative research, which has an aim to determine defferences of asertivity among of birth order. The method of data gathering used asertivity scaled. Reliability of research scale produced a coeficient reliability score 0,813.

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbedaan anak sulung dan bungsu………17

Tabel 2 Blue Print Skala Asertivitas sebelum uji coba………...…25

Tabel 3 Blue Print Skala Asertivitas setelah uji coba……….27

Tabel 4 Blue Print Skala Asertivitas untuk penelitian………...….28

Tabel 5 Hasil Uji Normalitas ………32

Tabel 6 Hasil Uji Homogenitas………...………33

Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis………...………..33

Tabel 8 Norma Kategori Skor…..………...35

Tabel 9 Kategorisasi Asertivitas Anak Sulung Remaja Akhir dalam Keluarga ………36

Tabel 10 Kategorisasi Asertivitas Anak Bungsu Remaja Akhir dalam Keluarga ………36

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A:

Skala Asertivitas Try Out ………. 67 Out Put Data Try Out ……… 71 Hasil Olah Data Try Out ……….. 86 Lampiran B:

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan kasihnya sehingga skripsi ini dapat selesai. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak P.Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penelitian untuk skripsi ini.

2. Bapak Dr. T. Priyo W. M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, menyediakan waktu dan membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu banyak membantu selama proses perkuliahan.

4. Bapak Agung Santoso, S.Psi, ibu Henrietta PDADS, S.Psi yang telah bersedia untuk meluangkan waktu dan membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan saya.

5. Seluruh dosen fakultas psikologi, mbak Nanik, mas Gandung, Pak Gi’, mas Doni yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

(12)

mberikan ijin penelitian.

7. Ibu Nanik, bapak Mujono, dan keluarga besar SMK Sanjaya Pakem yang telah membantu kelancaran penelitian untuk skripsi ini.

8. Papa, Mama, terima kasih atas pengertian dan doa yang tiadak pernah putus dari kalian. Aku akan berusaha mewujudkan impian kalian dan berusaha tidak membuat kalian bersedih lagi. Mas Andi, thank’s atas supportnya, kamu kakakku yang paling baik.

9. Suamiku, & Tegar kecilku, terimakasih atas dukungannya, kalian adalah kekuatan dan cintaku.

10. Bapak, ibuk Surirejo, mas He’, terimakasih untuk semua yang sudah kalian berikan buat Ajeng.

11. My best friend Emi, temanku dalam suka dan duka, makasih atas semua bantuannya ya,… lagi sibuk nyiapin pernikahan ya?.

12. Om-om, tante, dan semua keluarga yang selalu memberikan dukungan dan mendoakan Ajeng sehingga semua bisa terselesaikan.

(13)

TUHAN TERIMA KASIH

KAU SUNGGUH BAIK

“ Ia Membuat Segala Sesuatu Indah Pada Waktunya”

Karya ini kupersembahkan untuk orang-orang yang kukasihi:

My Jesus Christ’

(kasih abadiku yang senantiasa mengerti dan mengasihiku bahkan ketika kujatuh) Papa

Mama Suamiku tersayang

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. v

ABSTRAK ………... vi

ABSTRACT ………..… vii

KATA PENGANTAR ……….…. viii

DAFTAR ISI ………..… x

DAFTAR TABEL ……….… xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiv

BAB I (PENDAHULUAN) ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ……… 4

C. Tujuan Penelitian ……… 4

D. Manfaat Penelitian ………... 4

BAB II (LANDASAN TEORI) ………. … 6

A. Asertivitas ……… 6

(15)

2. Ciri-ciri Asertivitas ………... 8

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asertivitas ………… 9

4. Tujuan dan Manfaat Asertivitas ……….. 10

B. Anak Sulung Dan Bungsu Dalam Keluarga ……… 12

1. Pengertian Keluarga ………. 12

2. Pengertian Sulung Dan Bungsu ………... 13

C. Dinamika Asertivitas Anak Sulung Dan Bungsu Dalam Keluarga 17

D. Hipotesis ……… 18

BAB III (METODE PENELITIAN) ……… 19

A. Jenis Penelitian ……… 19

B. Identifikasi Variabel Penelitian ……….. 20

C. Definisi Operasional ………... 21

D. Subjek Penelitian ………... 22

E. Pengumpulan Data ………. 24

F. Pertanggungjawaban Mutu ……… 24

1. Validitas Alat Ukur ……… 24

2. Seleksi Item ……… 24

3. Reliabilitas ………. 28

G. Metode Analisis Data ………. 29

1. Uji Asumsi ……….. 29

2. Uji Hipotesis ………... 30

(16)

A. Pelaksanaan Penelitian ……… 31

B. Hasil Penelitian ……… 31

1. Uji Asumsi ……… 31

2. Uji Hipotesis Penelitian ……… 33

3. Kategorisasi ………. 35

C. Pembahasan ……….. 37

BAB V (KESIMPULAN DAN SARAN) ………. 43

A. Kesimpulan ………. 43

B. Saran ………. 44

DAFTAR PUSTAKA ……… 45

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbedaan anak sulung dan bungsu………17

Tabel 2 Blue Print Skala Asertivitas sebelum uji coba………...…25

Tabel 3 Blue Print Skala Asertivitas setelah uji coba……….27

Tabel 4 Blue Print Skala Asertivitas untuk penelitian………...….28

Tabel 5 Hasil Uji Normalitas ………32

Tabel 6 Hasil Uji Homogenitas………...………33

Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis………...………..33

Tabel 8 Norma Kategori Skor…..………...35

Tabel 9 Kategorisasi Asertivitas Anak Sulung Remaja Akhir dalam Keluarga ………36

Tabel 10 Kategorisasi Asertivitas Anak Bungsu Remaja Akhir dalam Keluarga ………36

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A:

Skala Asertivitas Try Out ………. 67 Out Put Data Try Out ……… 71 Hasil Olah Data Try Out ……….. 86 Lampiran B:

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Setiap anak punya posisi unik dalam keluarga”, ini diungkapkan oleh Irene Schumo Seipt (www.pikiranrakyat.com) . setiap anak menduduki posisi khusus, ada anak sulung, anak tengah, anak bungsu ataupun anak tunggal, yang secara psikologis terdapat perbedaan personalitas antara mereka. Anak pertama adalah anak yang beruntung karena ia adalah anak yang memang diharapkan. Asosiasi kita terhadap anak sulung adalah anak yang cepat dewasa dan berwibawa, berbeda dengan anak bungsu yang manja dan tidak tegas. Menurut Alva Handayani (www.pikiranrakyat.com). setiap anak memiliki posisi sendiri-sendiri dalam keluarga, dan setiap kedudukan menyebabkan tanggung jawab dan konsekuensi yang berbeda. Perbedaan-perbedaan ini disebabkan oleh kebudayaan maupun sikap orang tua yang berbeda.

(20)

mor, selalu merasa diri tidak aman, cemas akan dikesampingkan serta, mencari kedudukan pemimpin dan bila menikah mencari partner yang dapat dikuasainya. Sifat anak sulung berbeda dengan anak bungsu yang cenderung lebih dimanja dan dianggap bayi terus. Pemanjaan yang diterima si bungsu berasal dari orang tua juga dari kakak-kakaknya dan coraknya beragam sehingga mengakibatkan ketidaktegasan. Anak bungsu sering menunjukkan sifat khas: kegelisahan, merasa diri kurang dari anak-anak lain tetapi ingin dipuji, kurang mendapat kesempatan untuk belajar bertanggung jawab, optimistis karena merasa semua akan berjalan dengan mudah dan baik, semua akan dibereskan, dibantu oleh orang lain (kakak-kakaknya), serta akan memilih pasangan yang ada persamaan dengan sikap orangtuanya.

(21)

yang berbeda terhadap anak mereka. Hal ini membuat anak tumbuh dengan sifat yang berbeda-beda walaupun tinggal dalam rumah yang sama dan diasuh oleh orang tua yang sama pula, termasuk dalam bersikap asertif.

Dalam bersikap asertif seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengkomunikasikan pendapat dan kebutuhan secara proposional, mengekspresikan perasaan, tanpa ada maksud utnuk memanipulasi, memanfaatkan ataupun merugikan pihak lain. Tujuan perilaku asertif adalah: (a) membuat proses komunikasi berjalan dengan efektif, dan (b) membangun hubungan yang setara, saling menghormati (www.cyberwoman.cbn.net.id).

(22)

anak akan semakin menutup diri terhadap orang tua dan orangtua menganggap anaknya nakal.

Keterbatasan penelitian ini adalah terdapat banyak hal yang mempengaruhi sikap asertif pada remaja, seperti kebudayaan, pola asuh, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Penulis melakukan kontrol terhadap urutan kelahiran dan usia subjek, yaitu usia remaja akhir (16 s/d 18 tahun), sehingga penelitian ini memiliki batasan jelas, hanya untuk remaja dengan urutan kelahiran sulung dan bungsu, bukan anak tunggal ataupun tengah.

B. Rumusan Masalah

Adakah perbedaan tingkat asertivitas antara anak sulung dan anak bungsu usia remaja akhir dalam keluarga?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat asertivitas antara anak sulung dan anak bungsu usia remaja dalam keluarga.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

(23)

2. Manfaat Praktis

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Asertivitas

1. Pengertian Asertivitas

Asertivitas didefinisikan sebagai perilaku yang mengembangkan kesetaraan dalam hubungan manusia, memungkinkan kita bertindak berdasarkan minat terbaik diri kita, terlepas dari rasa cemas, mampu mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman, dan mengutarakan hak pribadi tanpa menyangkal hak orang lain (Alberti dan Emmons, 1987). Bersikap asertif membutuhkan keterbukaan terhadap diri sendiri secara jujur. Menurut Lange & Jakubowski (1976), asertivitas adalah kemampuan menyataan hak pribadi secara tegas, meliputi pengekspresian pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung, jujur dengan cara yang tepat tanpa melanggar hak orang lain.

(25)

Wolpe (1982) mengemukakan bahwa asertivitas adalah pengekspresian perasaan secara tepat terhadap orang lain. Pendapat yang lain diungkapkan oleh Santoso (1999), asertivitas berasal dari kata assert menegaskan, mengandung satu atau lebih hal seperti hak asasi manusia, kejujuran dan ekspresi emosi yang tepat. Townend (Prabowo, 1997) mengemukakan bahwa asertivitas akan muncul pada saat orang melakukan hubungan interpersonal dengan orang lain. Pada hubungan tersebut pihak yang satu merasa nyaman dan pihak yang lain juga merasakan hal yang sama.

(26)

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa asertivitas adalah kemampuan mengkomunikasikan pikiran, pendapat, kebutuhan perasaan positif maupun negatif secara jujur, terbuka, wajar dan proposional, bertindak sesuai minat dan mempertahankan hak-hak pribadi tanpa merasa cemas dengan menggunakan cara-cara yang tidak melanggar hak orang lain dalam hubungan interpersonal.

Karya tulis ini ingin mengungkap mengenai asertivitas, maka lebih jauh tentang asertivitas akan dibahas selanjutnya.

2. Ciri-ciri Asertivitas

Menurut Lazarus (Santosa, 1999), seorang remaja dikatakan asertif bila mempunyai kemampuan untuk: (a) berkata “tidak”, (b) meminta pertolongan, (c) mengekspresikan perasaan positif maupun negatif secara wajar, (d) berkomunikasi tentang hal-hal yang bersifat umum.

(27)

3. Tujuan dan Manfaat Asertivitas

Tujuan dari bersikap asertif adalah : (a) membuat proses komunikasi berjalan efektif, dan (b) membangun hubungan yang setara, saling menghormati (www.cyberwoman.cbn.net.id). Manfaat dari bersikap asertif yaitu: (a) membantu dalam pengenalan diri, (b) lebih jujur dalam membina hubungan, (c) dapat belajar untuk lebih menghargai diri sendiri dan orang lain, (d) mengembangkan kemampuan utnuk mengekspresikan perasaan positif dan negatif serta lebih percaya diri, (e) mengembangkan kontrol diri dan mengembangkan kemampuan untuk menolak tanpa merasa bersalah (www. Kompas.com).

Manfaat lain jika seseorang bersikap asertif adalah: (a) keinginan, kebutuhan, dan perasaan kita dapat dimengerti oleh orang lain, sehingga tidak ada pihak yang sakit hati karena semuanya merasa didengar dan dihargai. (b) sikap asertif membuat posisi menjadi terbuka, membuat orang lain akan merasa nyaman berdekatan atau berhubungan dengan kita, (c) sikap asertif membuat sebuat keputusan dapat diambil dalam waktu cepat karena prasangka dan perdebatan yang bertele-tele tidak akan terjadi.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asertivitas

(28)

a. Pola Asuh

Terdapat tiga jenis pola asuh orang tua, pertama: otoriter, disini orang tua mendidik anak secara keras, penuh dengan disiplin yang tidak dapat diterima anak tetapi dipaksakan, penuh dengan larangan yang membatasi ruang kehidupan anak. Anak yang diasuh dengan pola otoriter akan tumbuh menjadi anak yang merasa dirinya rendah (inferior). Kedua: pola asuh demokratis, pada pola ini orang tua mengasuh anak mereka dengan penuh kasih sayang tetapi tidak memanjakan, sehingga anak tumbuh menjadi individu yang penuh percaya diri, mempunyai pengertian yang benar tentang hak mereka, dapat mengkomunkasikan segala keinginan dengan wajar, dan tidak memaksakan kehendak dengan cara menindas hak orang lain. Ketiga: pola asuh permisif, orang tua mendidik anak tanpa adanya batasan/ aturan yang bersifat mengikat, bahkan terkesan bebas. Anak-anak dengan pola asuh permisif akan tumbuh menjadi remaja yang mudah kecewa dan mudah marah karena ia terbiasa mendapatkan segala sesuatu dengan cepat dan mudah. Kurangnya pengawasan dari orang tua akan membuat perilaku anak menjadi sulit untuk dikendalikan. b. Kebudayaan

(29)

c. Usia

Buhrnmester (Santosa, 1999) berpendapat bahwa usia merupakan salah satu faktor yang turut menentukan munculnya perilaku asertif. Pada anak kecil perilaku asertif belum terbentuk, pada masa remaja dan dewasa perilaku asertif berkembang, sedangkan pada usia tua tidak begitu jelas perkembangan atau penurunannya.

d. Jenis Kelamin

Jenis kelamin pria dan wanita berpengaruh terhadap perilaku asertif seseorang. Umumnya kaum pria cenderung lebih asertif daripada wanita karena tuntutan masyarakat.

e. Strategi Coping

Strategi coping adalah bentuk penyesuaian diri yang melibatkan unsur-unsur kognisi dan afeksi dari seseorang guna mengatasi permasalahan yang datang pada dirinya. Strategi coping yang digunakan oleh remaja juga mempengaruhi tingginya tingkat keasertifan mereka (Massong et al dalam Santosa, 1999).

(30)

menghormati dan tidak meniadakan hak orang lain, (d) mampu mengembangkan kesetaraan dalam hubungan interpersonal.

B. Anak Sulung dan Bungsu dalam Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Menurut Kamus Kontemporer, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Linda & Richard (1995) mengatakan bahwa keluarga merupakan sebuah lembaga yang paling mendasar dalam masyarakat. Keluarga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan saja, tetapi juga sebagai sumber pendidi kan utama, dan merupakan lingkungan pertama yang mula-mula memberikan pengaruh mendalam pada anak-anak. ( Gunarsa, 1990).

2. Pengertian Sulung dan Bungsu

(31)

terhadap pembentukan kepribadian seseorang. Gunarsa membagi urutan kelahiran dalam 4 kelompok, yaitu anak tunggal, anak sulung, anak tengah dan anak bungsu.

Dari pembagian kelompok urutan kelahiran yang ada, penulis hanya akan membahas urutan kelahiran sulung dan bungsu.

a. Anak Sulung

Anak sulung adalah anak tunggal yang beralih posisi setelah munculnya anak kedua.

b. Anak bungsu

Anak kedua, anak ketiga, dan seterusnya yang tidak mempunyai adik lagi dikatakan sebagai anak bungsu.

(32)

tidak bisa percaya orang lain mampu melaksanakannya dengan baik seperti apa yang ia sendiri mampu kerjakan.

Berbeda dengan anak sulung, anak bungsu umumnya periang. Mereka pandai bergaul, pendengar yang baik, senang menjadi teman bicara, dan mudah akrab dengan orang yang baru dikenal. Pada dasarnya anak bungsu tergolong tipe ekstovert yang menjadi lebih bersemangat dengan kehadiran banyak orang disekitarnya. Mereka tidak takut berbuat salah dan berani mengambil resiko. Sisi lain dari seorang anak bungsu adalah cepat menjadi bosan. Mereka sangat takut tidak diterima dalam suatu lingkungan dan memiliki rentang perhatian yang singkat. Anak bung su cenderung menginginkan semua perhatian tertuju pada dirinya. Kadang-kadang, hubungan menjadi terputus karena mereka terlalu mengharapkan suasana hubungan yang penuh kesenangan, yang dalam kenyataan hidup tidak dapat berlangsung terus-menerus.

(33)

dan bila menikah mencari partner yang dapat dikuasai. Mereka juga cenderung merasa tidak aman dan cemas akan dikesampingkan lagi.

Berlainan dengan anak sulung yang matang, anak bungsu cenderung manja dan hal ini mengakibatkan ketidaktegasan pada diri si bungsu. Anak bungsu seringkali merasa diri kurang dari anak-anak yang lain, ia ingin dipuji. Posisinya sebagai anak paling akhir yang memiliki kakak membuat dia kurang mendapat kesempatan untuk belajar bertanggungjawab. Anak bungsu adalah orang yang optimis, merasa semua akan berjalan dengan mudah dan baik, semua akan dibereskan dibantu oleh orang lain. Pendapat yang lain dikemukakan oleh Alva Handayani, ia berpendapat bahwa anak sulung adalah pribadi yang merasa dirinya pemimpin, penuh tanggung jawab dan lebih superior, berbeda dengan anak bungsu yang manja, kekanak-kanakan, mudah putus asa dan cepat emosi.

(34)

cukup. Anak bungsu biasanya sangat menawan tapi bisa menjadi manipulatif dan manja (www.tabloidnova.com).

Dari beberapa pendapat tentang sifat-sifat dan karakter anak sulung dan anak bungsu yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis mencoba mengelompokkan karakter masing-masing dalam tabel berikut:

Tabel 1

Perbedaan Anak Sulung dan Bungsu

Anak sulung Anak bungsu

- Pribadi yang berkompromi dan melayani, cenderung menyembunyikan perasaan sendiri dan selalu berusaha menyenangkan orang lain.

- Ekspresi emosi datar, tidak banyak ekkspresi

- Berjiwa pemimpin, merasa superior, bertanggungjawab dan cakap dalam bidang yang ditekuninya, perfeksionis, sangat mendetail dan ingin melakukan semua dengan benar.

- Lebih matang, berpikir mendalam.

- Ekstrovert, ramah, periang, menyenangkan, mudah bergaul dan akrab dengan orang lain

- Ekspresi emosi berupa amarah dan empati

- Optimis, tidak takut berbuat salah, berani ambil resiko, merasa semua akan berjalan dengan mudah dan baik, semua akan dibereskan dan orang lain akan membantu.

- Manja, selalu ingin diperhatikan.

C. Dinamika Asertivitas Anak Sulung dan Anak Bungsu dalam Keluarga

(35)

Anak pertama atau anak sulung dituntut menjadi contoh dan pengayom bagi adik-adiknya, mereka mendapat banyak tekanan-tekanan dari orang tua untuk menjadi anak seperti yang diharapkan oleh keluarga. Tekanan-tekanan yang diperoleh dari orang tua terhadap anak sulung membuat mereka lebih mudah untuk berkompromi dan mau melayani. Mere ka cenderung menyembunyikan perasaan sendiri dan selalu berusaha untuk menyenangkan orang lain. Hal ini membuat anak sulung menjadi tidak tegas dalam bertindak dan dalam mengambil keputusan.

Anak bungsu yang sering dijuluki sebagai si anak bontot cenderung lebih dimanja. Mereka adalah sosok yang optimis, tidak takut berbuat salah, berani ambil resiko, merasa semua akan berjalan dengan mudah dan baik, semua akan dibereskan dan orang lain akan membantu. Sifat yang menonjol dari anak bungsu, mereka mudah menarik perhatian dan cenderung ramah, merupakan pribadi yang ekstrovert, menyenangkan dan mudah bergaul tetapi cenderung tidak dapat mengambil inisiatif dalam pertemanan. Terkadang me reka cepat marah walaupun memiliki empati yang besar.

(36)

D. Hipotesis

“Ada perbedaan tingkat asertivitas antara anak sulung dan anak bungsu usia remaja akhir dalam keluarga”

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian komparatif. Jenis penelitian komparatif adalah jenis penelitian yang berbentuk perbandingan dari dua sampel atau lebih. Penelitian ini disebut penelitian komparatif karena penelitian ini dilakukan untuk melihat perbeaan tingkat asertivitas antara 2 kelompok subjek berdasarkan urutan kelahiran mereaka dalam keluarga yaitu anak sulung dan anak bungsu.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Menurut sugiyono (1999), variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Variabel sebagai atribut dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai variasi antara yang satu dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut.

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi: 1. Variabel bebas

Merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel tergantung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah urutan kelahiran anak dalam keluarga yaitu anak sulung dan anak bungsu.

2. Variabel tergantung

(38)

nya variabel bebas. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah asertivitas.

C. Definisi Operasional

Batasan operasional dari variabel penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Anak Sulung dan Anak Bungsu

Merupakan posisi hirarkis anak berdasarkan urutan kelahirannya dalam keluarga, diketahui dari data identitas diri yang diisi subjek dalam angket penelitian.

a. Anak sulung

Adalah anak tunggal yang beralih posisi setelah lahirnya anak kedua. b. Anak bungsu

Adalah anak kedua, ketiga, dan seterusnya yang tidak mempunyai adik lagi.

2. Asertivitas

(39)

perasaan secara jujur dan terbuka, serta menggunakan hak-hak pribadi tanpa mengingkari hak orang lain.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling yaitu suatu teknik penentuan sampel yang dilakukan terhadap kelompok yang telah ditentukan dengan memperhatikan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya (Hadi, 1996).

Populasi subjek penelitian ini adalah anak sulung dan anak bungsu yang mempunyai kriteria sesuai dengan batasan penelitian. Adapun batasan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Usia antara 16-18 tahun

Hal ini dilakukan atas dasar usia remaja akhir adalah 16-18 tahun (Hurlock, 1996).

2. Jumlah anak kandung minimal 2 orang

Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan untuk memenuhi kriteria urutan kelahiran sesuai dengan kebutuhan penelitian yaitu adanya anak sulung dan anak bungsu.

3. Tinggal dalam suatu keluarga

(40)

anak) maupun dengan keluarga bukan inti (kakek, nenek, sepupu, paman, bibi) yag tinggal dalam satu rumah. Jadi anak sulung atau bungsu yang tinggal ditempat kost tidak dapat masuk dalam kriteria sampel penelitian ini.

E. Pengumpulan Data

Alat pengumpul data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner berskala (Scaled Questionare) yaitu kuesioner kemampuan perilaku asertif yang disusun dan dikembangkan oleh peneliti sendiri dalam bentuk skala bertingkat yang memuat pernyataan-pernyataan sejauh mana anak sulung dan anak bungsu usia remaja akhir menunjukkan perilaku asertifnya dalam keluarga. Dasar pembuatan skala adalah unsur-unsur asertivitas yang dikemukakan oleh Alberti dan Emmons (1987), yaitu:

a) Mengembangkan kesetaraan dalam hubungan interpersonal b) Bertindak sesuai minat

c) Mempertahankan hak-hak pribadi tanpa merasa cemas d) Mengekspresikan perasaan secara jujur dan terbuka

(41)

untuk jawaban SL= 5; SR= 4; KK= 3; JR= 2; TP= 1. Sebaliknya untuk pernyataan unfavorabel skor jawaban SL= 1; SR= 2; KK= 3; JR= 4; TP= 5. Total skor diperoleh dengan cara menjumlahkan skornya pada setiap item atau pernyataan.

Kuesioner asertivitas ini disusun berdasarkan prinsip method of summated rating atau metode rating yang dijumlahkan dengan menggunakan Skala Likert (Gregory, 1998). Subjek diminta memilih satu dari lima respon pernyataan yang dimaksud untuk mengukur kemampuan asertif. Mengingat bahwa kemampuan asertif individu berkembang seiring dengan perkembangan pribadinya yang terjadi sepanjang waktu, baik terjadi di waktu lalu atau masih berlangsung sampai sekarang, maka peneliti menyajikan item-item yag memungkinkan subjek menentukan jawaban terhadap respon dalam kontinum Selalu (S); Sering (SR); Kadang-kadang (KK); Jarang (JR); Tidak pernah (TP).

F. Pertanggungjawaban Mutu

1. Validitas Alat Ukur

(42)

atau rational judgement dalam proses telaah soal, yaitu dengan mengadakan evaluasi, guna memeriksa kualitas item sebagai dasar untuk seleksi yang berarti dengan menggunakan spesifikasi pernyataan yang telah ada, menetapkan apakah pernyataan yang telah ada memang mengukur apa yang akan diukur atau kesejalanan fungsi masing-masing item dengan fungsi skala secara keseluruhan dan melihat distribusi item pada masing-masing aspek yang hendak diukur (Azwar, 1999).

2. Seleksi Item

Hal pertama yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui kesahihan alat tes adalah membuat spesifikasi jumlah item berdasarkan definisi operasional dari asertivitas, kemudian membuat blue print. Skala asertivitas yang telah dibuat kemudian dikonsultasikan pada dosen pembimbing sebagai orang yang dianggap ahli untuk kemudian diuji cobakan.

Berikut ini adalah Blue-Print yang memuat komponen disertai nomor-nomor item rancangan Skala Asertif untuk pelaksanaan uji coba:

Tabel 2

Blue Print Skala Asertivitas (sebelum uji coba)

Favorabel Unfavorabel Prosentase Aspek Asertivitas

(43)

an perasaan

Skala yang telah dibuat akan disebar kepada subjek yang sesuaidengan kriteria yang telah ditentukan. Data dari perolehan hasil uji coba digunakan untik menguji kualitas item. Pengujian item menggunakan koefisen korelasi item total, yang akan menghasilkan indeks daya beda item, yaitu kemampuan dari item dalam membedakan antara subjek yang memiliki atribut dan tidak memiliki atribut yang ingin diukur. Daya beda item dihitung dengan mengko mengkorelasikan antara skor subjek pada item yang bersangkutan dengan skor total tes. Semakin tinggi korelasinya maka semakin tinggi data beda itemnya (Azwar, 1999). Item yang memiliki daya beda tidak bagus dan tidak dapat digunakan adalah item yang memiliki koefisien korelasi rendah atau mendekati nol dan item yang berkorelasi negatif. Penentuan koefisien daya beda pada penelitian ini memakai koefisien korelasi Product Moment Pearson. Kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total

(44)

perhitungan daya beda item dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows 11.0 Release .

Pelaksanaan try out dilakukan satu kali untuk menghindari perubahan pada diri individu karena kefamiliaran serta proses pembelajaran terhadap alat tes. Uji coba dilaksanakan pada tanggal 13 februari 2007 sampai dengan tanggal 16 februari 2007. Skala diberikan pada 120 orang yang berusia 16 s/d 18 tahun, berstatus anak sulung atau bungsu dan tinggal bersama keluarga. Peneliti menyebar skala di sejumlah sekolah di kabupaten Sleman antara lain SMU N I Pakem, SMU N Ngaglik I, SMU N Ngaglik 2, dan SMU N I Cangkringan.

Hasil uji coba menghasilkan daya beda item antara -0,302 sampai dengan 0,593. Dari 60 item yang diuji cobakan terdapat 40 item yang lolos seleksi dan 20 item yang gugur. Item yang gugur yaitu,: ityem nomor 1, 4, 5, 6, 13, 16, 17, 19, 23, 24, 27, 29, 30, 32, 33, 34, 39, 40, 45, dan 55. Sebaran item setelah proses seleksi dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3

Blue Print Skala Asertivitas (setelah uji coba)

Favorabel Unfavorabel Prosentase Aspek Asertivitas

(45)

terbuka

Dengan memperhatikan komposisi tiap aspek dan komponen yang ada, penulis melakukan pemangkasan item dengan cara membuang item yang memiliki korelasi item terkecil dan sedikit sedikit penambahan item yang kurang bagus pada beberapa komponen, yang memiliki korelasi item total mendekati rix = 0,20,

sehingga diperoleh 40 item yang akan digunakan sebagai skala penelitian. Berikut ini komposisi item yang akan digunakan untuk penelitian yang sebenarnya:

Tabel 4

Blue Print Skala Asertivitas (Penelitian)

Favorabel Unfavorabel Prosentase Aspek

(46)

mengingkari hak orang lain

20 20 40 (100 %)

3. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada keandalan suatu instrumen penelitian. Untuk itu instrumen penelitian harus memiliki kemantapan, keajegan, atau stabilitas hasil pengamatan dengan pengukuran (Hadi, 1995). Reliabilitas dalam penelitian ini akan diketahui apabila hasil pengukuran terhadap kelompok subjek yang memiliki kepentingan yang sama, diperoleh hasil yang relatif sama. Tingginya tingkat reliabilitas juga harus memperlihatkan nilai koefisien reliabilitas yang menekati 1 (satu). Pengukuran reliabilitas ini menggunakan perhitungan reliabilitas koefisien alpha cronbach yaitu dengan cara membelah item menjadi bagian-bagian sebanyak jumlah item sehingga tiap belahan berisi satu item saja. Dari hasil uji coba skala menghasilkan skor alpha 0.813.

G. Metode Analisis Data

(47)

1. Uji Asumsi

Untuk memperoleh kesimpulan yang tidak menyimpang dari tujuan penelitian, terlebih dahulu akan dilakukan uji asumsi. uJi asumsi tersebut merupakan syarat untuk melakukan uji analisis komparatif. Uji asumsi tersebut terdiri dari dua hal, yaitu:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel yang akan dianalisis tersebut berdistribusi normal ataukah tidak (Sudarmanta, 2002). Jika p<0,05 maka sebaran skor dinyatakan tidak normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan One-sample Kolmogorov-Smirnov dalam program

SPSS for MS Windows 11.0 Release.

b. Uji Homogenitas

(48)

Equality of Error Variances dalam program SPSS for MS Windows 11.0 Release 11.0.

2. Uji Hipotesis

Agar dapat menguji hipotesis yang sebelumnya telah dibuat maka digunakan uji-t. penelitian dilakukan dengan menghitung angka perbedaan mean dari kedua sampel dan standar perbedaan mean dengan bantuan program SPSS for MS Windows 11.0 Release.

(49)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data untuk penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2007. Skala asertivitas dibagikan kepada 105 siswa kelas dua SMK Sanjaya Pakem. Dari 105 skala yang dibagikan, diperoleh 83 subjek yang memenuhi syarat untuk dianalisa, 14 subjek anak tengah, 2 subjek anak tunggal, 3 subjek anak kost, 2 subjek tinggal di asrama dan 1 subjek tidak mengisi skala dengan lengkap.

Penelitian ini ingin mengetahui perbedaan tingkat asertivitas antara remaja sulung dan bungsu, sehingga junlah subjek sulung dan bungsu harus seimbang. Dari 83 skala yang memenuhi syarat untuk dianalisia, terdapat 40 subjek anak sulung dan 43 subjek anak bungsu. Untuk menyeimbangkan jumlah subjek, peneliti mengambil 40 subjek anak sulung dan 40 subjek anak bungsu, sehingga keseluruhan yang diteliti tersisa 80 orang subjek.

B. Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji asumsi tersebut dilakukan sebagai syarat untuk melakukan uji analisis komparatif

(50)

a. Uji Normalitas Sebaran

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran atau distribusi skor mengikuti distribusi normal atau tidak. Jika p>0,05 maka sebaran dinyatakan normal, sebaliknya jika p<0,05 maka sebaran skor tidak normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan One-sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program SPSS for

MS Windows 12.0 Release. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 5 Hasil Uji Normalitas

Sulung Bungsu

Kolmogorov-Smirnov 0.507 0.754

Assymp. Sig (Two tailed) 0.959 0.621

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa probabilitas (p) untuk asertifitas anak sulung sebesar 0.959 dan probabilitas anak bungsu untuk asertifitas sebesar 0.621. hal tersebut berarti bahwa p>0,05, maka distribusi skor asertifitas untuk kedua kelompok subjek penelitian memiliki distribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah varians dari sampel yang akan diukur sama atau tidak. Jika nilai probabilitas lebih

(51)

Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan Leven’s

Test of Equality of Error Variances dalam Program SPSS for

Windows 12.0 Release. Berikut ini adalah tabel hasil uji homogenitas:

Tabel 6

Hasil Uji Homogenitas

F df1 df2 Significances

0.450 1 78 0.505

Hasil penelitian menunjukkan F hitung sebesar 0.450 dengan probabilitas 0.505 maka p> 0.05 sehingga sampel dalam penelitian ini mempunyai varians yang sama.

2. Uji Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah “ Ada perbedaan asertifitas antara anak sulung dan anak bungsu usia remaja akhir dalam keluarga”. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan Independent sample T- Test dengan bantuan program SPSS for Windows 12.0 Release. Hasil uji hipotesis penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

(52)

MD: perbedaan mean/ rata-rata hitung Hipotesis untuk penelitian ini adalah:

Ho: kedua mean adalah identik (tidak ada perbedaan tingkat asertivitas)

Hi: kedua mean adalah tidak identik (ada perbedaan tingkat asertivitas)

Dasar pengambilan keputusan:

Jika p>0,05 maka Ho diterima Jika p<0,05 maka Ho ditolak

Berdasarkan hasil perhitungan analisis uji-t dapat diketahui bahwa harga t yang diperoleh 1,244 dengan probabilitas 0,217 (p>0,05) sehingga Ho diterima. Ini berarti hipotesis yang berbunyi ada perbedaan asertifitas antara anak sulung dan anak bungsu remaja akhir dalam keluarga ditolak. 3. Kategorisasi

Kesimpulan dan hasil perbandingan antara mean empirik dan mean teoritik juga didukung oleh hasil kategorisasi. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan subjek kedalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut kontinum berdasarkan atribut yang diukur.ckategorisasi ini dihitung berdasarkan standar deviasi dan mean teoritik. Kontinum jenjang yang digunakan terdiri dari lima kategori, yaitu: Sangat Rendah, Rendah, Sedang, Tinggi, Sangat Tinggi (Azwar, 2000). Kategorisasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 8

(53)

Skor Kategorisasi

Skala asertivitas terdiri dari 40 item yang diberi skor mulai dari 1, 2, 3, 4, dan 5 sehingga rentang minimum menjadi 1 x 40 = 40 dan rentang

maksimum adalah 5 x 40 = 200. Standar deviasi (σ ) diperoleh dari rentang maksimum dikurangi rentang minimum, kemudian dibagi 6 dan hasilnya adalah 26, 67, sedangkan mean diperoleh dari jumlah rentang maksimum dan rentang minimum kemudian dibagi 2 adalah (200 + 40) / 2 = 116. Hasil perhitungan menurut norma kategorisasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9

Kategorisasi Asertivitas Anak Sulung Remaja Akhir dalam Keluarga

Skor Kategorisasi Frekuensi Prosentase 156,31< X Sangat Tinggi 2 5 %

129,33 < X ≤ 156,31 Tinggi 7 17,5 % 102,67< X ≤ 56,31 Sedang 18 45 %

75,69< X ≤56,31 Rendah 11 27,5 % X ≤56,31 Sangat Rendah 2 5 %

Tabel tersebut menunjukkan bahwa subjek anak sulung remaja akhir yang memiliki asertivitas kategori “Sangat Rendah” dalam keluarga ada 2 orang (5%), kategori “Rendah” ada 11 orang (27,5%), kategori “Sedang” ada 18 orang (45%), kategori “Tinggi” ada 7 orang (17,5%), dan terdapat 2 orang (5%) untuk kategori “Sangat Tinggi”.

(54)

Kategorisasi Asertivitas Anak Bungsu Remaja Akhir dalam Keluarga

Skor Kategorisasi Frekuensi Prosentase 156,31< X Sangat Tinggi 0 0 %

129,33 < X ≤ 156,31 Tinggi 5 12,5 % 102,67< X ≤ 56,31 Sedang 19 47,5 %

75,69< X ≤56,31 Rendah 10 25 % X ≤56,31 Sangat Rendah 6 15 %

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa subjek anak bungsu remaja akhir yang meiliki asertivitas kategori “Sangat Rendah” ada 6 orang (15%), kategori “Rendah” ada 10 orang (25%), kategori “Sedang” ada 19 orang (47,5%), kategori “Tinggi” terdapat 5 orang (12,5%) dan tidak ada subjek yang masuk dalam kategori “Sangat Tinggi”.

Tabel 11

Kategorisasi Tingkat Asertivitas Anak Sulung dan Anak Bungsu Remaja Akhir Dalam Keluarga

Kategorisasi Sulung Bungsu Jumlah Prosentase

Sangat Tinggi 2 0 2 2,5 %

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa keseluruhan subjek sulung dan bungsu remaja akhir yang memiliki tingkat asertivitas kategori “ Sangat Rendah” ada 8 orang (10%), kategori “Rendah” ada 21 orang (26,25%), kategori “Sedang” ada 37 orang (46,25%), untuk kategori “Tinggi terdapat 12 orang (15%), dan untuk kategori “Sangat Tinggi” ada 2 orang (2,5%).

(55)

Hasil analisa berbeda dengan hipotesa penelitian yang mengatakan tentang adanya perbedaan tingkat asertivitas antara anak sulung dan anak bungsu usia remaja akhir dalam keluarga. urutan kelahiran tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap tingkat asertivitas antara anak sulung dan bungsu.

Seperti pendapat Richard C. Woolson (2004), seorang anak tidak pasti memiliki sifat yang terkait dengan kedudukannya dalam keluarga. Sebagian sifat anak tergantung pada cara orang lain memperlakukannya dan

pada pengalaman pribadinya di dalam keluarga. setiap anak merupakan pribadi yang unik dan berbeda. Walaupun anak tinggal dalam suatu keluarga yang sama, dibesarkan oleh orang yang sama dan dengan cara yang sama belum tentu anak akan tumbuh dengan karakter yang sama. Masing-masing anak akan tumbuh dengan kekhasannya masing-masing, sesuai dengan kepribadian, si anak, usia, tahap perkembangannya serta hasil interaksi dan adaptasi si anak dengan lingkungannya.

(56)

seorang individu. Sebelum masuk sekolah, bertemu dengan teman sebaya, sampai akhirnya terjun dalam masyarakat, anak mengenal adanya aturan-aturan, norma-norma, batasan-batasan dan maupun pengalaman yang menyenangkan dalam lingkup suatu keluarga. jadi anak tumbuh dengan sifat dan karakter tertentu bukan semata karena urutan kelahiran melainkan lebih karena faktor keluarga dan lingkungan.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Adler (1946) yang berpendapat bahwa urutan kelahiran anak yang berbeda dalam keluarga akan menimbulkan perlakuan yang berbeda dari orang tua terhadap anaknya dan hal ini akan mempengaruhi pribadi dan tingkah laku anak. Label dan tuntutan dari keluarga dan lingkungan terhadap seorang anak karena urutan kelahirannya akan membentuk dampak terhadap pembentukan sifat dan karakter anak, termasuk dalam bersikap asertif.

(57)

bertindak sesuai minat dan kurang dapat mempertahankan hak-hak pribadi tanpa merasa cemas. Mereka adalah orang yang kurang dapat mengekspresikan perasaan secara jujur dan terbuka serta tidak dapat menggunakan hak-hak pribadi tanpa mengingkari hak orang lain.

Subjek yang memiliki tingkat asertivitas sedang ada 18 orang. Ini berarti mereka cukup dapat mengembangkan kesetaraan dalam hubungan interpersonal,seperti berkomunikasi dan menjalin relasi dengan orang lain. Subjek dengan kategori sedang cukup mampu untuk bertindak sesuai minat dan mempertahankan hak-hak pribadi tanpa merasa cemas akan membuat orang lain merasa kecewa, mereka juga cukup mampu untuk mengekspresikan perasaan secara jujur dan terbuka dan cukup mampu pula untuk menggunakan

hak-hak pribadi tanpa mengingkari hak orang lain. Berdasarkan hasil kategorisasi, terdapat 7 orang subjek yang memiliki asertivitas tinggi. Subjek dengan asertivitas tinggi dapat mengembangkan kesetaraan dalam hubungan interpersonal dengan baik dan dapat bertindak sesuai minat mereka. Subjek dapat mempertahankan hak-hak pribadi tanpa merasa cemas dan dapat mengekspresikan dengan baik perasaan mereka secara jujur dan terbuka, serta dapat dengan baik menggunakan hak-hak pribadi tanpa mengingkari hak orang lain.

(58)

terbuka, serta mengembangkan hak-hak pribadi tanpa mengingkari hak orang lain. Tingkat asertivitas anak bungsu berdasarkan kategorisasi pada tabel 8, ada 6 orang yang masuk dalam kategori sangat rendah. Ini berarti mereka tidak dapat mengembangkan kesetaraan dalam hubungan interpersonal seperti menjalin relasi yang sehat dengan anggota keluarga yang lain. Subjek tidak dapat bertindak sesuai minat, tidak dapat mempertahankan hak-hak pribadi tanpa merasa cemas, mengalami hambatan dalam pengekspresian perasaan sehingga tidak dapat mengekspresikan perasaan secara jujur dan terbuka, dan tidak dapat menggunakan hak-hak mereka tanpa mengingkari hak orang lain.

Subjek yang masuk dalam kategori tingkat asertivitas rendah ada 10 orang, ini berarti mereka kurang dapat mengembangkan kesetaraan dalam hubungan interpersonal, kurang dapat bertindak sesuai minat dan kurang dapat mempertahankan hak-hak pribadi tanpa merasa cemas. Mereka adalah orang yang kurang dapat mengekspresikan perasaan secara jujur dan terbuka serta tidak dapat menggunakan hak-hak pribadi tanpa mengingkari hak orang lain.

(59)

hak-hak pribadi tanpa mengingkari hak orang lain. Berdasarkan hasil kategorisasi, terdapat 5 orang subjek yang memiliki asertivitas tinggi.

Subjek dengan asertivitas tinggi dapat mengembangkan kesetaraan dalam hubungan interpersonal dengan baik dan dapat bertindak sesuai minat mereka. Subjek dapat mempertahankan hak-hak pribadi tanpa merasa cemas dan dapt mengekspresikan dengan baik perasaan mereka secara jujur dan terbuka, serta dapat dengan baik menggunakan hak-hak pribadi tanpa mengingkari hak orang lain.

Hasil analisa berbeda dengan hipotesa penelitian yang mengatakan ten tang adanya perbedaan tingkat asertivitas antara anak sulung dan anak bungsu usia remaja akhir dalam keluarga. Urutan kelahiran tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap tingkat tingkat asertivitas anak remaja akhir.

BAB V

(60)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisis data skala tingkat asertivitas anak sulung dan bungsu dalam keluarga menghasilkan t 1,244 dengan probabilitas 0,217 > 0,05 atau dengan kata lain Ho ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat asertivitas yang signifikan antara anak sulung dan bungsu remaja akhir dalam keluarga.

2. Rata-rata subjek, baik sulung dan bungsu yang memiliki tingkat asertivitas sedang (sulung 45%, bungsu 47,5%), termasuk dalam kategori rendah (sulung 27,5%, bungsu 25%), kategori sangat rendah (sulung 5%, bungsu 15%). Sedangkan subjek yang memiliki kategori tinggi (sulung 17,5%, bungsu 12%) dan sisanya termasuk dalam kategori tinggi (sulung 5%, bungsu 0%). Dari data diatas, walaupun angka antara subjek sulung dan bungsu tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, tampak bahwa kebanyakan subjek termasuk dalam kategori sedang (46,25%) dan rendah (26,25%), subjek yang memiliki asertivitas tinggi dan sangat tinggi hanya 18,5%.

B. Saran

(61)

Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan tingkat asertivitas antara anak sulung dan bungsu. Ada faktor lain yang lebih dapat berpengaruh, yaitu: pola asuh orang tua, kebudayaan, usia, jenis kelamin, dan strategi coping. Kebanyakan subjek baik sulung dan bungsu memiliki tingkat asertivitas sedang dan rendah, hanya sedikit yang memiliki asertivitas tinggi, untuk itu subjek hendaknya melatih diri untuk menjadi lebih asertif sehingga komunikasi dalam keluarga dapat berjalan lebih baik.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Faktor urutan kelahiran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat asertivitas anak sulung dan bungsu dalam keluarga, untuk penelitian selanjutnya hendaknya lebih memperhitungkan faktor-fakrot yang lain seperti pola asuh orang tua, usia, kebudayaan, jenis kelamin dan strategi coping yang dilakukan oleh subjek remaja. Selain itu, dari penelitian ini tampak bahwa masih banyak subjek yang memiliki tingkat asertivitas tergolong rendah, hal ini mungkin dapat digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

(62)

Andang. E.: Asertivitas dalam Perkawinan pada Wanita dengan Tingkat Pendidikan Sarjana S1 Setara Suami Di Yogyakarta, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma (tidak diterbitkan)

Azwar, S.: Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999

Azwar, S.: Reliabilitas dan Validitas, Edisi ke 3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Azwar, S.: Dasar-dasar Psikometri, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001

Aswar, S.: Sikap Manusia, Teori, dan Pengukuran, Edisi ke 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003

Barnette, V.: Assertive Communication. www.uiowa.edu/mvcs/asertiveness.html., 2000

Calvin, S. Hall & Lindzey, G.: Teori-teori Psikodinamik, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1993.

Gunarsa, S.: Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981.

Gunarsa, S.: Psikologi Remaja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981.

Gunarsa, S.: Psikologi Untuk Membimbing, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985 Gunarsa,S. Ny: Psikologi Untuk Keluarga, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990. Handayani, A.: Hubungan Urutan Lahir dan Tabiat, www.pikiranrakyat.com,

2005

Hurlock, E.: Perkembangan Anak. Edisi Kelima, Jakarta: Penerbit Erlangga Schumo Seipt,I.: Hubungan Urutan Lahir dan Tabiat, www.pikiranrakyat.com,

(63)

Supratiknya,A.: Komunikasi Antar Pribadi, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1995. Kristianingrum. N.: Perbedaan Tingkat Stres Antara Siswa Program Akselerasi

dan Siswa Program Reguler, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. (tidak diterbitkan)

Lange, A.J & Jakubowski, P.: Responsible Assertive Behavior, Champaign, IL, Research Press, 1976.

Linda & Richard Fyre: Mewujudkan Keluarga Harmonis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995

Lovely Christi Zega: Asertif, www.kompas.com, 2006

Prabowo, S.: Membangun Perilaku Assertive Pada Komunikasi Antara Perawat dan Pasien, Psikodimensia, Volume 1 No.1, 2000

Richard, C. Woolfson: Persaingan Saudara Kandung, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003.

Rini, J.: Asertivitas, www.e-psikologi.com, 2001

Santosa, J. Peran Orang Tua dalam Mengajarkan Asertivitas Remaja, Anima, Indonesian Psychologocal Journal volume 15 no.1, 1999.

Sutrisno Hadi.: Statistik Jilid 2, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2000

Suryabrata,S.: Pengembangan Alat Ukur Psikologis, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999. Vitamind: Misteri Perilaku Anank Sulung, Tengah, Bungsu dan Tunggal, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2002.

(64)
(65)
(66)
(67)

LAMPIRAN b

-

SKALA ASERTIVITAS UNTUK

PENELITIAN

-

OUT PUT DATA PENELITIAN

(68)

1. Saya menceritakan kesulitan-kesulitan yang saya alami pada kedua orang tua saya.

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

2. Apabila saya butuh bantuan, saya tidak segan untuk minta tolong pada kakak atau adik tanpa memaksa mereka

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

3. Saya mendapat kesempatan untuk menyalurkan semua hobi saya

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

4. Saya sadar bahwa semua anggota keluarga mempunyai hak dan kewajiban yang harus dihormati.

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

5. Saya merasa orang tua saya lebih mendahulukan kepentingan kakak atau adik daripada kepentingan saya

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

6. Saya menyelesaikan pekerjaan di rumah bersama-sama dengan anggota keluarga yang lain

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

7. Saya ragu-ragu mengambil inisiatif karena kuatir disangka mendominasi

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

8. Saya berani bertindak demi kebenaran

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

9. Apabila saya marah, jengkel, dan kecewa, saya dapat mengungkapkannya tanpa menyalahkan orang lain.

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

10. Menurut saya, anggota keluarga yang lain pasti juga mempunyai urusan penting dalam hidup mereka, sama seperti saya.

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

11. Apa yang saya lakukan merupakan inisiatif dari orang tua saya.

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

12. Saya merasa orang tua saya terlalu ingin tahu urusan saya, tetapi saya diam saja.

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

13. Saya tidak malu untuk meminta maaf bila melakukan suatu kesalahan

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

14. Saya mengikuti beberapa kegiatan pilihan orang tua, walaupun saya tidak terlalu menyukai kegiatan tersebut.

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

15. Saya cenderung mengabaikan perasaan-perasaan saya

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

16. Saya tetap melakukan sesuatu yang sudah saya rencanakan dan saya anggap benar walaupun orangtua saya menentangnya

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

(69)

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP) 77

18. Apabila bapak, ibu atau saudara saya meminta saya untuk membantu mereka, saya akan berusaha menolong supaya pekerjaan tersebut

cepat selesai

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

19. Saya mengungkapkan dukungan terhadap pendapat anggota keluarga yang sesuai dengan diri saya

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

20. Saya sulit menerima perbedaan pendapat dengan kakak atau adik saya

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

21. Saya menuntut agar pendapat atau kebutuhan saya didahulukan

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

22. Saya merasa nyaman berbicara ditengah-tengah keluarga saya

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

23. Saya terlalu sibuk mengikuti keinginan orang tua, sehingga tidak sempat melakukan hal yang saya senangi

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

24. Memaafkan orang lain yang telah menyakiti hati saya adalah suatu hal yang sulit

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

25. Apabila dirumah saya sedang berlangsung suatu acara, saya merasa orang tua tidak membutuhkan bantuan saya.

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

26. Hobi saya berbeda dengan keluarga, tetapi saya tidak malu dengan hobi tersebut

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

27. Saya ragu-ragu menyampaikan ide dalam keluarga

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

28. Saya menghargai pendapat anggota keluarga yang lain walaupun berbeda dengan pendapat saya.

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

29. Saya menuntut saudara-saudara saya agar selalu mengalah demi kepentingan saya

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

30. Saya takut mengungkapkan pendapat karena kuatir orang lain akan marah

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

31. Saya berusaha menyamakan pendapat dengan orang tua supaya tidak dianggap kurang ajar

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

32. Ketika dimarahi karena kesalahan orang lain, saya berusaha menjelaskan permasalahan yang sebenarnya pada orang tua.

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

33. Saya tidak punya waktu untuk menyelesaikan pekerjaan membereskan rumah bersama-sama keluarga

(70)

78

34. Saya merasa kesulitan apabila harus memberi pujian pada orang lain.

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

35. Saya bisa menyampaikan kritik pada saudara-saudara saya dengan mudah

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

36. Apabila terjadi salah paham dengan orang tua atau saudara, saya berusaha mencari penyelesaian yang menguntungkan semua

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

37. Walaupun keputusan orang tua untuk anak-anaknya kurang menguntungkan bagi saya, saya tetap menghormati keputusan tersebut

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

38. Saya merasa bahwa urusan saya paling penting dibanding anggota keluarga yang lain

(SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

39. Saya memaksa supaya permintaan saya didahulukan walaupun kakak atau adik sedang membutuhkan sesuatu yang lebih penting.

( SL) (SR) (KK) (JR) (TP)

40. Kakak atau adik tidak boleh lebih baik dari diri saya

(71)

79

No item_1 item_2 item_3 item_4 item_5 item_6 item_7 item_8 item_9 item_10

(72)
(73)

81

item_11 item_12 item_13 item_14 item_15 item_16 item_17 item_18 item_19 item_20

(74)
(75)

83

item_21 item_22 item_23 item_24 item_25 item_26 item_27 item_28 item_29 item_30

(76)
(77)
(78)
(79)

87

jumlah no.lhr age jml.sdr

(80)
(81)

Gambar

Tabel 1 Perbedaan Anak Sulung dan Bungsu
Tabel 2 Blue Print Skala Asertivitas (sebelum uji coba)
Tabel 4 Blue Print Skala Asertivitas (Penelitian)
tabel berikut ini:
+5

Referensi

Dokumen terkait

perilaku prososial anak usi 4-5 tahun, (2) menghasilkan buku panduan yang layak menurut ahli materi dan ahli media mengenai penerapan model cooperative learning untuk

dilakukan kita dapat mengetahui gambaran data yang digunakan dalam

1. Pembelajaran Fisika dalam penelitian menggunakan pendekatan konstruktivisme melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi. Faktor internal adalah faktor yang ada

Arsitektur SIA merupakan kerangka model umum yang menggambarkan semua sistem yang digunakan dalam pembelajaran SIA dari mulai sumber data, proses pengumpulan,

Jumlah dosen (dalam persen) yang telah mengumpulkan soal sesuai jadwal.. Jumlah ruang yang digunakan

Berdasarkan wawancara singkat yang penulis lakukan dengan HR Manager PT Linde Indonesia, penulis mendapatkan informasi 2 tahun terakhir terjadi talent war sejak

Metode penumpukan barang (beban).. Metode penumpukan barang pada awal, akhir dan pada saat pemuatan kendaraan pengangkut dapat menjadi dasar pemilihan type mesin pemindah

“Derajat Depresi Ibu Hamil “ Tanpa Masalah dalam Perkawinannya” Primigravida, Trimester III , di Puskesmas Jagir Surabaya Selama Bulan Agustus 2014” Skripsi Sarjana Strata