• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RENTABILITAS USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI DESA KEBONSARI KECAMATAN CANDI SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS RENTABILITAS USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI DESA KEBONSARI KECAMATAN CANDI SIDOARJO."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

EKO SETYO BUDI

NPM : 0924010025

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Program Studi Agribisnis

Oleh :

EKO SETYO BUDI

NPM : 0924010025

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”

JAWA TIMUR

(3)

DI DESA KEBONSARI KECAMATAN CANDI SIDOARJO

Disusun oleh : EKO SETYO BUDI NPM : 0924010025

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Study Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

pada Tanggal : 22 Agustus 2014

Menyetujui,

Pembimbing :

1. Pembimbing Utama Tim Dosen Penguji, 1. Ketua

Dr. Ir. Endang Yektiningsih,MP Dr. Ir. Endang Yektiningsih, MP

2. Pembimbing Pendamping 2. Sekertaris

Ir. Eko Priyanto, MP Ir. Eko Priyanto, MP

3. Anggota

Dr. Ir. Eko Nurhadi, MS

4. Anggota

Ir. Setyo Parsudi, MP

Mengetahui,

(4)

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo, dan merumuskan upaya-upaya untuk meningkatkan rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif dan menggunakan metode analisis rentabilitas. Pengumpulan data melalui data primer dan data sekunder. Untuk mencapai tujuan pertama yaitu digunakan metode analisis rentabilitas, dan untuk tujuan kedua yaitu menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan perhitungan menggunakan metode analisis rentabilitas, Nilai rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo sebesar 23,83%. Artinya, kemampuan perusahaan atau peternak untuk menghasilkan laba dalam usaha ternak itik petelur yaitu sebesar 23,83% dalam kurun waktu 1 tahun. Hasil nilai rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo dapat dikatakan untung namun tidak layak untuk di usahakan. Sehingga hipotesis ditolak karena menurut kriteria nilai rentabilitas tersebut tergolong kategori tidak layak, karena masih berada dibawah batas kriteria rendah yaitu sebesar 25,5 %.

(5)

The purpose of this study is to analyze the profitability of businesses in the village laying duck Kebonsari Temple District of Sidoarjo, and formulate measures to improve business profitability laying duck in the village temple Kebonsari District of Sidoarjo. The method used in this research is descriptive qualitative method of analysis and profitability analysis method. Data collection through primary data and secondary data. To achieve the first objective is profitability analysis method, and for the purpose of both the qualitative descriptive analysis method. Based on calculations using the method of profitability analysis, business profitability value laying duck in the village of Candi Sidoarjo District of Kebonsari by 23.83%. That is, the ability of the company or farmer to make a profit in the laying duck effort that is equal to 23.83% within 1 year. Business profitability, results in the laying duck Kebonsari village subdistrict of Sidoarjo temple can be said for a decent profit, but not at try. So the hypothesis is rejected because, according to the criteria of profitability is classified category value is not feasible, because the threshold criteria is below low at 25.5%.

(6)

Salah satu usaha perunggasan yang cukup berkembang di Indonesia adalah usaha ternak itik, ternak itik mempunyai kelebihan diantaranya adalah memiliki daya tahan terhadap penyakit. Oleh karena itu usaha ternak itik memiliki resiko yang relatif lebih kecil. Beberapa daerah di pantai utara Jawa Timur yaitu Mojokerto, Lamongan, Blitar dan Sidoarjo memiliki potensi peternakan itik. Peternakan itik petelur di desa Kebonsari kecamatan Candi kabupaten Sidoarjo telah berdiri sejak 2 Mei 1992 dengan jumlah peternak 50 orang namun seiring berjalannya usaha peternakan ini peternak semakin lama berkurang hingga berjumlah 20 orang. sehingga berakibat pada jumlah telur yang semakin menurun hingga 30-40%.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo, dan merumuskan upaya-upaya untuk meningkatkan rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo, pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (Purposive). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif dan menggunakan metode analisis rentabilitas. Untuk mencapai tujuan pertama yaitu digunakan metode analisis rentabilitas, dan untuk tujuan kedua yaitu menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.

Total biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan oleh kelompok peternak untuk satu tahun produksi adalah sebesar Rp 373.322.979,00 dengan rata-rata laba produksi yang diterima untuk satu tahun produksi adalah sebesar Rp 88.966.676,00 untuk rata-rata 1.466 ekor itik. Nilai rentabilitas usaha ternak itik petelur rata-rata sebesar 23,83%, Artinya, kemampuan perusahaan atau peternak untuk menghasilkan laba dalam usaha ternak itik petelur yaitu sebesar 23,83% dalam kurun waktu 1 tahun. Hasil nilai rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo dapat dikatakan untung. Akan tetapi, menurut kriteria nilai rentabilitas tersebut tergolong kategori tidak layak, karena masih berada dibawah batas kriteria rendah yaitu 25,5 %.Upaya-upaya untuk meningkatkan rentabilitas ternak itik petelur meliputi menambah jumlah modal, memperluas lahan dan kandang itik, penambahan bibit itik siap telur, pakan itik, pengobatan itik, transportasi Peternakan Itik, efisiensi tenaga kerja, meningkatkan Kualitas Produksi Telur Itik, dan memenuhi Permintaan Pasar. Upaya-upaya peningkatan sangat berpengaruh tehadap besar kecilnya rentabilitas suatu usaha yang sedang berjalan termasuk terhadap dalam usaha budidaya ternak itik petelur.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

karunia- Nya sehingga terselesaikannya Hasil Skripsi dengan judul “ ANALISIS

RENTABILITAS USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI DESA KEBONSARI

KECAMATAN CANDI SIDOARJO” Penyusunan Hasil Skripsi ini bertujuan untuk

menyelesaikan Skripsi.

Penulis menyadari bahwa segala keberhasilan dan kesuksesan tidak

terlepas dari sang khaliq dan juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Dr. Ir. Endang Yektiningsih,MP selaku Dosen Pembimbing Utama dan Ir. Eko

Priyanto,MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah banyak

memberikan banyak pengarahan, motivasi, masukan serta meluangkan waktu

dan tenaganya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk membimbing

penulis.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang

telah membantu dalam proses penulisan laporan ini baik secara langsung

maupun tidak langsung, kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto. MP selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian – Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Dr.Ir. Eko Nurhadi, MS selaku ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas

Pertanian-Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Nur Hidayat selaku Ketua Pengurus Kelompok Ternak Itik Petelur

(8)

5. Kedua orang tuaku dan adikku yang telah banyak memberikan dukungan

semangat dan do’a.

6. Sahabat-sahabatku serta teman-teman angkatan 2009 Jurusan Agribisnis.

Terimakasih atas motivasi dan bantuannya.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk

kesempurnaan laporan Hasil Skripsi ini. Akhir kata, Penulis berharap semoga

tulisan ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang

memerlukannya.

Surabaya, Agustus 2014

(9)

Halaman

ABSTRAK

RINGKASAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL………. ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu... 7

2.2 Deskripsi Itik di Indonesia ... 10

2.2.1 Tinjauan Tentang Peternakan Itik ... 11

2.2.2 Usaha Peternakan Itik ... 12

2.2.3 Cara Budidaya Itik ... 14

2.2.4 Itik Sebagai Penghasil Telur ... 21

2.2.5 Pertumbuhan Bibit Itik ... 22

2.3 Analisis Ekonomi ... 24

2.3.1 Analisis Finansial ……… ... 25

(10)

2.4.2 Hipotesis ... 35

III. METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Penentuan Lokasi ... 36

3.2 Penentuan Responden... 36

3.3 Macam Pengumpulan Data ... 36

3.4 Definisi Oprasional dan Pengukuran Variabel ... 38

3.4.1 Definisi Oprasional ... 38

3.4.2 Pengukuran Variabel ... 39

3.5 Metode Analisis Data ... 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1 Keadaan Umum Peternakan Itik Petelur Sidoarjo ... 43

4.1.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah... 43

4.1.2 Keadaan Umum Lapangan ... 43

4.1.3 Struktur Kepengurusan Peternakan... 44

4.2 Teknik Usaha Ternak Itik Petelur ... 47

4.3 Analisis Rentabilitas Usaha Ternak Itik Petelur... 49

4.3.1 Biaya Tetap ... 49

4.3.2 Biaya Variabel ... 51

4.3.3 Total Biaya Ternak Itik Petelur... 53

4.3.4 Penerimaan ... 54

4.3.5 Laba ... 55

4.3.6 Rentabilitas ... 55

4.4 Upaya-Upaya Meningkatkan Rentabilitas Ternak Itik Petelur ... 58

(11)

4.4.5 Pengobatan Itik ... 61

4.4.6 Transportasi ... 62

4.4.7 Memaksimalkan Tenaga Kerja ... 63

4.4.8 Meningkatkan Kualitas Telur ... 63

4.4.9 Memenuhi Permintaan Pasar ... 64

V. Kesimpulan dan Saran ... 66

5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(12)

1.1 Latar Belakang

Usaha perunggasan yang cukup berkembang di Indonesia adalah usaha

ternak itik. Meskipun tidak sepopuler ternak ayam, itik mempunyai potensi yang

cukup besar sebagai penghasil telur dan daging. Jika dibandingkan dengan ternak

unggas yang lain, ternak itik mempunyai kelebihan diantaranya adalah memiliki daya

tahan terhadap penyakit. Oleh karena itu usaha ternak itik memiliki resiko yang

relatif lebih kecil, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan

peternakan diarahkan untuk mewujudkan kondisi peternakan yang maju, efisien dan

tangguh yang dicirikan oleh kemampuannya menyesuaikan pola dan struktur

produksi dengan permintaan pasar serta kemampuannya terhadap pembangunan

wilayah, kesempatan kerja, pendapatan, perbaikan taraf hidup, perbaikan

lingkungan hidup serta berperan dalam pertumbuhan ekonomi.

Perkembangan usaha peternakan unggas di Indonesia relatif lebih maju

dibandingkan usaha ternak yang lain. Hal ini tercermin dari kontribusinya yang cukup

luas dalam memperluas lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan

terutama sekali dalam pemenuhan kebutuhan makanan bernilai gizi tinggi. Menurut

hasil Pengembangan Peternakan Itik di Jawa Timur, itik merupakan salah satu aset

nasional dan sekaligus komoditas yang bisa diandalkan sebagai sumber gizi dan

sumber pendapatan masyarakat. Beberapa daerah di pantai utara Jawa Timur yaitu

Mojokerto, Lamongan dan Sidoarjo memiliki potensi peternakan itik. Dengan potensi

ini diharapkan usaha ternak itik tidak saja mampu menjadi usaha sampingan, namun

(13)

Kajian yang mendalam mengenai usaha ternak itik, terutama mengenai

profitabilitas usaha ternak itik perlu dilakukan. Besarnya pendapatan dari usaha

ternak itik merupakan salah satu pengukur yang penting untuk mengetahui seberapa

jauh usaha peternakan itik mencapai keberhasilan. Pendapatan adalah hasil

keuntungan bersih yang diterima peternak yang merupakan selisih antara

penerimaan dan biaya produksi. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba.

Beberapa tahun terakhir, usaha peternakan itik petelur semakin banyak di

minati sebagai salah satu alternative usaha peternakan unggas yang

menguntungkan. Semakin banyak masyarakat yang memilih beternak itik petelur

sebagai sarana investasi dan sarana pendapatan, baik sebagai usaha sampingan

maupun pendapatan utama. Besarnya peluang beternak unggas ini tentu menjadi

alasan utama karena prospek yang semakin terbuka lebar dengan semakin

meningkatnya permintaan komoditas telur itik. Awalnya, beternak itik hanya

dilakukan oleh masyarakat pedesaan sebagai sumber pendapatan sampingan.

Namun, saat ini banyak masyarakat di perkotaan yang juga mulai melirik bisnis ititk

petelur sabagai salah satu sumber pedapatan. Salah satu caranya adalah bermitra

dengan masyarakat pedesaan sebagai penanam modal dengan sistem bagi hasil

yang menguntungkan kedua belah pihak. Ada juga masyarakat di perkotaan yang

beternak itik dengan cara membeli atau menyewa lahan di daerah pinggiran kota

yang layak dijadikan peternakan itik. Kemudian, mereka menggaji karyawan untuk

menjalankan usaha peternakan itik miliknya. (Rohani S.T., 2011)

kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan

sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah

(14)

bermacam - macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang

akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Analisis rentabilitas ekonomi merupakan

cara yang tepat untuk mengetahui tentang efesien tidaknya perusahaan dalam

menggunakan modal yang ada. Oleh karena pengertian rentabilitas sering

dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam suatu

perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai

kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya

untuk menghasilkan laba (Widianto E. A., 2011).

Kondisi peternakan itik di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo saat ini

sangat memprihatinkan, ketika ada pesanan besar dipasar peternakan ini belum

bisa memenuhi permintaan pasar dengan kuota yang besar di karenakan produksi

telur itik menurun, Namun, di daerah ini memiliki keunggulan yaitu daerah yang

berdekatan dengan pabrik-pabrik yang menghasilkan limbah untuk pakan alami itik,

peternak itik di desa Kebonsari ini juga sudah ahli dalam menangani penyakit pada

itik jadi mereka tidak perlu menunggu dinas pertanian datang jika itik sedang

terserang penyakit dan peternakan ini mempunyai kualitas yang bagus sehingga

mampu menjual telur dengan harga tinggi. Dalam peternakan ini hanya menjual telur

itik mentah, karena dapat mengurangi resiko, harga jual telur itik mentah yaitu

berkisar Rp 1.750,- per butirnya jika kondisi telur dalam keadaan baik, telur yang

(15)

Tabel 1. Peternakan Itik di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo

Sumber : Ketua kelompok peternakan itik di Desa Kebonsari

Peternakan itik petelur di desa Kebonsari kecamatan Candi kabupaten

Sidoarjo telah berdiri sejak 2 Mei 1992 dengan jumlah peternak 50 orang namun

seiring berjalannya usaha peternakan ini peternak semakin lama berkurang hingga

berjumlah 20 orang. Dahulu perternakan ini dapat menghasilkan telur sebanyak

67.500 butir dihitung dari total 50 orang peternak perhari. Namun saat ini produksi

telur berkurang akibat jumlah peternak yang mulai berkurang, saat ini hanya ada

rata-rata 1.466 ekor itik dari masing-masing peternak dan produksi telur itik saat ini

berjumlah 700 telur per harinya. Hal ini disebabkan karena beberapa kendala,

contohnya semakin terbatasnya lahan akibat pertumbuhan penduduk yang semakin

cepat sehingga banyak lahan didaerah ini dialih fungsikan menjadi perumahan

Selain itu itik mulai rawan terserang penyakit yang diakibatkan oleh cuaca yang

berubah – ubah, sehingga berakibat pada jumlah telur yang semakin menurun

hingga 30-40%. Ketidakstabilan harga telur itik juga berpengaruh besar terhadap

menurunnya jumlah peternak, karena dari harga inilah peternak akan mendapatkan

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Usaha peternakan itik petelur semakin banyak di minati sebagai salah satu

alternatif usaha peternakan unggas yang menguntungkan. Namun, Peternakan itik di

desa Kebonsari kecamatan Candi Sidoarjo semakin menurun mulai dari jumlah

peternak, jumlah itik bahkan sampai produksi telur seperti halnya pada tabel 1. Hal

itu dikarenakan kendala-kendala yang terjadi pada peternakan yaitu yang terutama

adalah peternakan ini belum bisa memenuhi permintaan pasar karena keterbatasan

tempat untuk beternak yang dulunya kandang itik sekarang menjadi perumahan

warga, hal ini terjadi karena membeludaknya pertumbuhan penduduk. Penyakit itik

bisa terjadi karena adanya pergantian itik yang sudah afkir dengan itik baru, Kondisi

cuaca juga berpengaruh pada produksi telur itik, karena cuaca yang tidak tentu

produksi telur bisa menurun hingga 30-40%. Sehingga dapat menyebabkan

keuntungan yang di peroleh peternak akan menurun. Namun, meskipun begitu

peternak tetap untung karena pakan alami itik berasal dari limbah pabrik-pabrik di

sekitar peternakan karena pakan limbah cenderung lebih bagus daripada pakan

konsentrat sehingga kualitas produksi telur itik di desa kebonsari ini sangat bagus

dan paling di utamakan menjadi yang terbaik sehingga membuat harga telur menjadi

lebih tinggi dari peternakan-peternakan lainnya. Pada umumnya masalah rentabilitas

adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah

merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien.

Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu

dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata

(17)

Berdasarkan data yang ada di lapangan dapat di rumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana Rentabilitas Usaha Ternak Itik petelur di Desa Kebonsari

Kecamatan Candi Sidoarjo?

2. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh peternak untuk meningkatkan

Rentabilitas Usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan

Candi Sidoarjo?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis Rentabilitas Usaha Ternak Itik petelur di Desa Kebonsari

Kecamatan Candi Sidoarjo.

2. Merumuskan upaya-upaya untuk meningkatkan Rentabilitas usaha ternak itik

petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Diharapkan dapat dijadikan perbendaharaan ilmu dan pengetahuan

terutama tulisan yang bersifat ilmiah yang dapat didokumentasikan

didalam perpustakaan perguruan tinggi atau instasi terkait.

2. Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan atau informasi

berupa konsep-konsep perbaikan dalam pengambilan kebijakan –

kebijakan berikutnya bagi instansi terkait

3. Diharapkan mampu memberi informasi atau ide untuk penelitian

(18)

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Topik yang di bahas pada penelitian ini, sebelumnya pernah di bahas dan di

teliti oleh penelitian lain yaitu penelitian tentang Pengendalian Mutu dengan obyek

yang berbeda beda, antara lain:

1. Wibowo B., E. Juarini, dan Sumanto. (2007), berjudul Karakteristik Pola

Pembibitan Itik Petelur di Daerah Sentra Produksi. Penetasan telur di Cirebon

dan Kalsel mampu menghasilkan masing-masing 70% dan 67%. Identifikasi telur

tetas berdasarkan bentuk fisik dan warna telur. Telur yang ditetaskan berasal dari

pedagang telur. Kegiatan pembesaran itik di Cirebon dan Kalsel dilakukan

dengan 2 cara yaitu; cara intensif pada umur kurang dari 2 bulan dan cara intensif

pada umur 2 buylan hingga 4,5 bulan. Tingkat mortalitas hingga umur dewasa

masing-masing daerah mencapai 11%. Produktivitas telur itik di Cirebon dan

Kalsel masing-masing mencapai 65% dan 67%. Peternak itik produksi di Cirebon

dan Kalsel mengawali kegiatannya dari pembelian itik dara (bayah) dengan

alasan efisiensi waktu dan modal.

2. Sri M., Sumiati, dan Anita S. Tjakradidjaja. (2010), berjudul Intensifikasi Usaha

Peternakan Itik Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Pinggir

Kota. Karakteristik anggota KT (Kelompok Tani) Setia Wargi dilihat berdasarkan

umur, pendidikan formal dan lama beternak itik (pengalaman). Peserta kegiatan

berasal dari anggota KT Setia Wargi sebanyak 15 orang. Peternak yang

didampingi merupakan peternak yang mengikuti kegiatan pelatihan.

(19)

ransum (Feeding Trial) di peternakan yang dapat ditinjau dan diamati oleh

peternak. Uji coba dilakukan pada tiga orang anggota kelompok terhadap10 ekor

betina dan satu ekor jantan pada masing-masing peternak. Dari hasil uji coba

lapang ini maka dapat disimpulkan bahwa pemberian ransum komplit dapat

meningkatkan produksi telur sekitar 20 sampai 30 persen. Analisis keuntungan

dilakukan dalam dua kategori, yaitu pemeliharaan mulai dari DOD (kategori I) dan

pemeliharaan mulai dari itik dara (kategori II). Selama periode usaha 10 tahun

dan dengan biaya investasi sebesar Rp. 11.550.000,- (kategori I), Rp.

47.050.000,- (kategori II), Net Present Value yang diperoleh sebesar Rp.

19.695.093 (kategori I), dan Rp. 179.405.378,- (kategori II), dengan Net B/C,

kategori I, 1,42, dan kategori II, 5,94 . Nilai Internal Rate of Return pada periode

usaha yang sama (kategori I) adalah 34,76%, dan pada kategori II, sebesar

159%. Sedangkan PBP, pada kategori I, 2 tahun 7 bulan, dan pada kategori II, 8

bulan. Secara umum usaha peternakan itik Alabio “Bina Karya Ternak” layak

untuk dilaksanakan karena nilai Net Present Value positif dan nilai Internal Rate

of Return lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.

3. Budiraharjo K., D. Sumarjono, M. Handayani dan S. Gayatri. (2009), berjudul

Studi Potensi Ekonomi Pengembangan Usaha Ternak Itik di Kabupaten Tegal.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa,

Usaha ternak itik di Kabupaten Tegal mampu menghasilkan laba. Adapun

besarnya laba yang diperoleh adalah Rp. 2.359.457,51,- /bulan. Usaha ternak itik

di Kabupaten Tegal mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan

laba (profitabel) yang ditandai oleh nilai GPM sebesar 47%, nilai ROI sebesar

218% dan Rasio Laba- Biaya sebesar 112%. (nilai ROI dan rasio Laba-Biaya

(20)

produksi telur dan jumlah biaya pakan berpengaruh terhadap pendapatan yang

diperoleh dari usaha ternak itik di Kabupaten Tegal. Usaha ternak itik di

Kabupaten Tegal secara finansial layak dijalankan, ditandai oleh nilai payback

period sebesar 0,51 dan nilai benefit cost ratio sebesar 1,94.

4. Eni Siti R., A. Hamdan, dan A. Darmawan. (2009), berjudul Perbaikan Teknologi

Usaha Pemeliharaan Itik Sebagai Salah Satu Sumber Pendapatan Keluarga

(Studi Kasus di Desa Bumi Berkat Kec. Sungai Raya, Kab. Hulu Sungai Selatan).

Berdasarkan hasil kegiatan ini diketahui beberapa masukan penting yaitu: Bila

pemeliharaan itik akan dilakukan secara intensif maka bahan pakan yang

digunakan selain bahan lokal juga perlu ditambahkan bahan pakan lain seperti

konsentrat agar kualitas pakan dapat optimal Skala usaha yang dapat dlakukan

dan menguntungkan untuk ternak itik minimal 200 ekor. Kesimpulan dari makalah

ini yaitu dengan perbaikan teknologi dalam hal perkandangan, pakan dan cara

pemeliharaan memberikan keuntungan yaitu skala pemeliharaan ternak dapat

lebih banyak dan bila dibandingkan dengan teknologi petani, cara ini memberikan

prospek yang cukup baik dan menguntungkan. Hal ini ditunjukkan dengan skala

pemeliharaan itik sebanyak 100 ekor secara terkurung dapat diperoleh

pendapatan sebesar Rp. 402.250,- / bulan dengan nilai R/C 1,23 dan MBCR 1,33

secara ekonomi layak untuk diusahakan.

5. Budiraharjo, K. (2004), berjudul Analisis Profitabilitas / Rentabilitas

Pengembangan Usaha Ternak Itik di Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa : Usaha ternak itik

di Kecamatan Pagerbarang mampu menghasilkan laba. sebesar Rp 1.744.384,78

/ bulan, dengan demikian setiap ekor itik yang dipelihara mampu menghasilkan

(21)

mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba (profitabel) yang

ditandai oleh nilai GPM sebesar 49,6%, nilai ROI sebesar 226,3% dan Rasio

Laba-Biaya sebesar 100,8%. (nilai ROI dan rasio Laba-Biaya lebih tinggi dari

tingkat suku bunga berlaku). Usaha ternak itik di Kecamatan Pagerbarang sangat

prospektif, oleh karena itu layak untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai

alternatif untuk menopang pendapatan keluarga.

2.2 Deskripsi Itik di Indonesia

Pemeliharaan atau keberadaan itik di Indonesia sudah ribuan tahun. Hal ini

ditunjukan ditemukannya fosil (carving depicting duck) disitus candi Hindu di Jawa

Tengah yang dibangun lebih dari 2000 tahun yang lalu. Berdasarkan catatan

Robinson, itik Indonesia kemungkinan terbentuk dari asal bangsa yang sekarang

menghasilkan bangsa yang berproduksi tinggi di Eropa seperti Indian Runner dan

Khaki Campbell.

Itik yang kita kenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas mallard).

Dalam habitatnya itik liar lebih suka atau sering hidup berpasangan, tetapi setelah

jinak sifatnya berubah menjadi suka berganti pasangan. Sifat-sifat itik adalah bersifat

aquatik. Selain itu dalam hal makanan, itik bersifat omnivorus (pemakan segala). Itik

dapat menyebar ke kawasan yang luas karena dibanding dengan unggas jenis

lainnya, itik mempunyai keunggulan sebagai berikut :

1. Mampu mempertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan dengan

ayam.

2. Bila dipelihara dengan sistem pengelolaan yang sederhana sekalipun, itik

(22)

3. Tingkat kematian (mortalitas) itik umumnya kecil, dan itik dianggap lebih

tahan terhadap penyakit.

4. Itik selalu bertelur dipagi hari. Dengan demikian kegiatan pengambilan telur

hanya dilakukan sekali sehari sehingga peternak dapat melakukan kegiatan

lainnya.

5. Dengan pakan berkualitas rendah itik masih dapat berproduksi.

Secara anatomis kaki itik relatif pendek dibanding tubuhnya,sedang jari-jari

kaki antara satu dengan lainnya dihubungkan dengan selaput renang. Maka

meskipun sudah dijinakkan, itik cenderung lebih senang hidup dekat dengan air

karena sifatnya yang akuatik. Selain itu itik tergolong pemakan biji-bijian,

umbi-umbian, serangga dan binatang kecil. Paruhnya yang lebar tertutup selaput yang

peka, dengan pinggiran paruh yang merupakan plat bertanduk membuat itik mudah

mencari makan di lingkungan tanah sawah, rawa, dan sungai. Bulu itik berbentuk

konkaf dan tebal menghadap ke tubuh. Bulu itu berminyak sehingga bila itik sedang

berada di air, bulu itu berminyak sehingga bila itik sedang berada di air, bulu itu akan

berdaya guna menghalangi masuknya air dan menghambat rasa dingin (Rohaeni,

Eni Siti dan Yanti R., 2007).

2.2.1 Tinjauan Tentang Peternakan Itik

Itik merupakan hewan ternak yang diperkirakan sudah dipelihara sejak

ratusan tahun lalu. Jauh sebelum berbagai jenis unggas lainnya diusahakan sebagai

hewan ternak. Itik yang banyak di ternakkan di Indonesia adalah itik spesies Anas

domesticus. Spesies ini berasal dari jenis itik liar, yaitu Anas sp. Di masyarakat

(23)

dalam ordo Anseriformes dan family Anatidae. Beberapa jenis unggas yang

termasuk dalam ordo ini adalah angsa, belibis dan entok.

Berdasarkan karakteristik dan tujuan beternak, itik dibedakan menjadi dua

golongan, yaitu jenis itik petelur dan jenis itik pedaging. Itik petelur adalah jenis itik

yang diternakkan dengan tujuan utama menghasilkan telur. Sementara, itik pedaging

adalah jenis itik yang diternakkan dengan tujuan utama menghasilkan daging (itik

potong). Namun adan beberapa jenis itik yang berpotensi diternakkan sebagai itik

pedaging sekaligus sebagai itik petelur. Hal ini disebabkan, produktifitas bertelurnya

cukup tinggi dan pertumbuhan bobotnya cukup ideal sebagai pedaging. Saat ini

sudah banyak jenis itik petelur maupun pedaging dengan produktivitas cukup tinggi.

Calon peternak tinggal memilih jenis itik yang akan diternakkan, tergatung tujuan

atau hasil yang diharapkan ( Wakhid A., 2010).

2.2.2 Usaha Peternakan Itik

Usaha peternakan adalah suatu usaha produksi yang di dasarkan pada

proses biologis dari pertumbuhan ternak. Dalam rangka memenuhi kebutuhan

manusia, maka manusia melakukan campur tangan langsung untuk mengendalikan

dan menguasai pertumbuhan hewan ternak.

Berdasarkan pola pemeliharaan usaha ternak di Indonesia.

mengklasifikasikannya menjadi 3 kelompok yaitu: (1) peternakan rakyat dengan cara

pemeliharaan yang tradisional. Pemeliharaan cara ini dilakukan setiap hari oleh

anggota keluarga peternak diminta keterampilan peternak masih sederhana dan

menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan mutu yang relatif terbatas. Tujuan utama

pemeliharaan sebagai heawan kerja dalam membajak sawah atau tegalan, (2)

(24)

yang dimiliki peternak dapat dikatakan lumayan. Penggunaan bibit unggul,

obat-obatan dan makanan penguat cenderung meningkat. Jumlah ternak yang dimiliki 2-5

ekor ternak besar dan 5-100 ekor ternak kecil terutama ayam. Tujuan utama

pemeliharaan untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri. (3)

Peternak komersil, usaha ini dijalankan oleh golongan ekonomi yang mempunyai

kemampuan dalam segi modal, sarana produksi dengan teknologi yang agak

modern. Semua tenaga kerja dibayar dan makanan ternak terutama dibeli dari luar

dalam jumlah yang besar (S. Mulatsih, Sumiati dan Anita S. Tjakradidjaja 2010).

Tabel 2. Perbandingan Kandungan Gizi Telur Berbagai Unggas

Gizi Itik Ayam Puyuh Angsa

Air (%) 70,85 74,57 74,35 70,43

Protein (%) 12,81 12,14 13,35 13,87

Lemak (%) 13,77 11,15 11,09 13,27

Abu (%) 1,14 0,94 1,1 1,08

Sumber : Ketaren Pius (2007)

Telur itik mengandung semua gizi yang dibutuhkan manusia bahkan

kandungan proteinnya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam, yaitu

masing-masing 12,81 dan 12,14% akan tetapi lebih rendah dibandingkan dengan

kandungan protein telur puyuh dan angsa yaitu masingmasing 13,35% dan 13,87%

(Tabel 3). Kandungan lemak dalam telur itik (13,77%) lebih tinggi dibandingkan

dengan telur ayam, puyuh dan angsa yaitu masing-masing 11,15; 11,09 dan 13,27%

sehingga bila diasinkan, bagian kuning telur itik tampak lebih berminyak

(25)

2.2.3 Cara Budidaya Itik

Pedoman nutrisi pakan itik yang baku di Indonesia sampai sekarang memang

belum ada, akan tetapi para peternak sendiri yang meramunya secara

mencoba-coba. Para peternak biasanya menyusun pakan ternak itiknya berpedoman kepada

formula dari luar negeri, kemudian disesuaikan dengan bahan pakan yang ada di

Indonesia.

Syarat pakan yang baik untuk ternak itik adalah sebagai berikut :

1. Ransum disusun dari bahan-bahan makanan yang mengandung gizi lengkap

seperti protein, lemak, serat kasar, vitamin dan mineral. Susunlah dari

beberapa jenis bahan makanan, semakin banyak ragamnya semakin baik,

terutama dari sumber protein hewani.

2. Setiap bahan makanan digiling halus, kemudian dipadatkan dalam bentuk pil

tau butiran, agar jangan banyak tercecer waktu itik memakannya. Bahan yang

biasa digunakan untuk pakan itik adalah; dedak, jagung, bungkil kedele,

bungkil kelapa, lamtoro, ikan, bekicot, remis, sisa dapur, tepung tulang,

kepala/kulit udang dan lain-lain.

3. Jumlah pemberian dan kadar protein di sesuaikan dengan umur pertumbuhan

dan produksi telur.

4. Tempat makanan harus dicegah jangan sampai tercemar jamur ataupun

bakteri. Jadi harus selalu dalam keadaan bersih dan kering.

5. Sesuaikan jumlah tempat makanan dan minuman dengan jumlah itik, agar

jangan saling berebutan pada waktu makan.

6. Kemampuan mengola pakan yang sering disebut angka konversi pakan harus

(26)

Tabel 3. Formula Ransum Itik yang Memenuhi Syarat

Sumber : Eniza S. (2004)

Tabel 4. Jumlah Kebutuhan Ransum (Pakan) per Ekor per Hari per ekor per hari, tergantung produksi telur. Sumber : Eniza S., (2004).

Kandang yang digunakan para peternak dalam memelihara ternak itik

umumnya adalah sistem litter (hamparan). Bahkan kandang yang digunakan juga

tampak seadanya tanpa mempertimbangkan lebih jauh tentang rasa aman,

kebersihan kandang agar terbebas dari penyakit. Pemberian alas berupa sisa-sisa

penggergajian kayu yang halus, sekam padi dan penambahan sedikit kapur

merupakan hal yang sesuai untuk kandang litter. Penggunaan kapur yang

(27)

dari kotoran itik dan kapur tersebut juga dapat membunuh bibit penyakit yang

berasal dari kotoran yang bercampur dengan urine.

Sama halnya seperti ternak ayam, maka ternak itik juga memerlukan kandang

terutama pada malam hari. Oleh karena itu kandang itik harus memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut :

1. Mempunyai luas yang cukup untuk jumlah itik yang di pelihara, maupun untuk

rencana perluasan usaha.

2. Terpisah dari tempat pemukiman/rumah

3. Mempunyai ventilasi udara yang cukup.

4. Cukup masuk sinar matahari, kandang sebaiknya menghadap ke timur.

5. Mudah dibersihkan, lantai kandang harus lebih tinggi dari tanah sekelilingnya dan

harus padat lantainya. Tinggi kandangnya harus cukup bagi peternak untuk

bekerja didalamnya.

6. Di dalam kandang tersedia alat perlengkapan pokok (tempat makan, tempat

minum, alat pemanas buatan, tempat bertelur) bagi kepentingan hidup itik yang

bersangkutan.

7. Terletak di daerah yang tenang, aman dan mempunyai sumber air yang cukup

dan bersih.

8. Di sekeliling kandang dibuat parit pembuang air dan jarak antar kandang cukup

(28)

Ada 3 tipe kandang yang dianjurkan yaitu :

1. Tipe Lantai (litter) adalah alternatif kandang yang digunakan didaerah yang

mempunyai kondisi tanah berpasir atau kering (daerah pesisir) atau daerah yang

memiliki tanah yang berdaya serap tinggi.

2. Tipe Panggung (slat) adalah alternatif kandang yang secara modren digunakan

untung mengatasi masalah basahnya lantai. Kandang seperti ini memiliki nilai

kesehatan tinggi sehingga sangat cocok digunakan didaerah yang mempunyai

kondisi tanah basah dan kelembaban tinggi.

3. Kombinasi Tipe Lantai dan Panggung (litter dan slat) adalah sistem kandang yang

secara modren memberi dua alternatif. Kandang panggung digunakan untuk

tidur dan bertelur (sarang bertelur), sedangkan kandang lantai untuk bermain di

siang hari.

Kunci keberhasilan usaha produksi ternak itik terletak pada pelaksanaan

program tata laksana pemeliharaan itik sampai umur 22 minggu. Kesalahan nutrisi

pada masa pertumbuhan ini bisa menyebabkan itik terlambat mencapai kedewasaan

kelamin sehingga itik tidak bisa berproduksi pada umur yang diharapkan.

Dalam usaha ternak itik secara intensif, ada tiga evaluasi pokok yang memiliki andil

keberhasilan yakni :

1. Bibit itik; karakteristik ekonominya dalam menunjang keberhasilan usaha adalah

20%.

2. Makanan itik; dalam menunjang keberhasilan usaha mempunyai andil sebesar

30%.

3. Tata laksana pemeliharaan, termasuk kandang, cara pemeliharaan dan

(29)

Cara pemeliharaan itik dikategorikan kedalam tiga macam yaitu secara

ekstensif/ tradisional, semi intensif, dan intensif. Pada pemeliharaan ekstensif,

tempat pemeliharaan kelompok itik berpindah-pindah untuk mencari tempat

penggembalaan yang banyak tersedia pakannya. Pemeliharaan semi intensif adalah

pemeliharaan dengan cara mengurung itik pada saat-saat tertentu, biasanya pada

malam hari sampai pagi hari. Setelah itu dilepas disekitar halaman kandang atau

(30)

Tabel 5. Kelebihan dan kekurangan dari Cara Pemeliharaan Itik dengan Sistem Ekstensif, Semi Intensif dan Intensif

Pertimbangan

Cara Pemeliharaan Itik

Ekstensif Semi Intensif Intensif

1. Pengadaan

kandang Tidak perlu Perlu Perlu 3. Pengawasan

terhadap ternak Sulit Cukup mudah Mudah 4. Penggunaan

energi pakan Tidak efisien Kurang efisien Efisien 5. Produksi telur Rendah Cukup tinggi Tinggi

6. Penyeleksian

Sulit Cukup mudah Mudah 7. teknologi yang

dipakai Mudah Cukup sulit Sulit 8. penanggulangan

penyakit Sulit Cukup mudah Mudah 9. pengembangan

usaha Sulit Cukup mudah Mudah 10. efisien lahan

Rendah Cukup tinggi Tinggi 11. investasi yang

ditanam Rendah Cukup tinggi Tinggi Sumber : Hardjosworo dan Rukmiasih (2003).

Sistem Pemeliharaan Intensif. Pemeliharaan intensif adalah pemeliharaan

secara mendalam dan bersungguh-sungguh. Peternak menggunakan prinsip

mendapatkan keuntungan yang sebesar mungkin, dengan biaya dan resiko yang

sekecil mungkin. Memelihara itik secara intensif dengan dikandangkan ialah

beternak tanpa air (pemeliharaan itik sistem kering), seratus persen dikurung dan

(31)

Keuntungan cara pemeliharaan intensif ini adalah lahan yang diperlukan

relative kecil, dapat memelihara dalam jumlah yang banyak, penanganan dan

pengawasan dapat lebih mudah, tidak tergantung pada musim, produksi maksimal

dapat mencapai 85 %, kotorannya dapat dimanfaatkan dan memungkinkan peternak

memilih lokasi yang lebih dekat dengan daerah pemasaran. Walaupun biaya pakan

cukup tinggi tetapi karena jumlah pemeliharaan dan produksinya cukup tinggi pula

maka peternak masih dapat menikmati keuntungan.

Pemeliharaan Semi Intensif. Pemeliharaan semi intensif bisa juga disebut

pemeliharaan semi tradisional, tapi prinsip–prinsip modern juga sudah mulai dipakai.

Dalam pemeliharaan semi intensif, peternak sudah memakai perhitungan cermat

untuk mendapatkan hasil telur yang semaksimal mungkin. Prinsip peternakan

moderen mulai digunakan antara lain jenis itik yang dipelihara mulai diseleksi (warna

bulu, bentuk badan serta fisik lain). Makanan diberikan sesuai dengan kebutuhan

dan variasi usia perkelompok sudah dilakukan, tetapi prinsip tradisional seperti

lokasi dan tempat (lanting, dirawa atau didanau), bahan makanan dan cara

pemeliharaan yang dilepas masih tetap dipertahankan pada pemeliharaan semi

intensif, dengan system pemeliharaan semi intensif ini produksi telur dapat

mencapai 200 butir per ekor /tahun. Disamping itu angka kematian itik bisa ditekan

dan kontinuitas produksi bisa terjamin serta kualitas telur bisa diperbaiki.

Pemeliharaan ekstensif atau tradisional. Itik yang dipelihara umumnya tidak

banyak, rasio jantan dan betina tidak diperhitungkan, juga perkandangan. Itik bebas

mencari makan sendiri. Makanan hanya diberikan kalau benar-benar keadaan

memungkinkan, misalnya ada limbah dapur atau sisa bahan lain. Peternak tidak

pernah mau ikut campur dalam kegiatan itik, kecuali telur yang dihasilkan dan

(32)

akan memberikan keuntungan yang berarti dan peternak tidak pernah merasa rugi.

Untuk menjaga kelestariannya peternak menetaskan beberapa telur itik pada induk

ayam atau itik Manila (Entok).

Umumnya peternak memelihara itik setelah musim panen padi, dengan

memanfaatkan sisa-sisa hasil panen. Sistem ini akan diterapkan kembali seiring

dengan musim tanam berikutnya. Walaupun masa pemeliharaan sangat pendek dan

produksinya rendah, rata-rata 50% dari total produksi, tetapi keuntungan yang

diperoleh peternak cukup tinggi. Sistem ini sangat tergantung pada musim (panen),

jumlah pemeliharaan terbatas dan produksinya rendah.

2.2.4 Itik Sebagai Penghasil Telur

Tujuan pemeliharaan itik dewasa petelur harus sudah mulai ditetapkan

sebelumnya. Apakah sebagai penghasil telur konsumsi atau sebagai penghasil telur

tetas atau anak itik. Bila tujuan pemeliharaan itik petelur hanya untuk memperoleh

telur konsumsi saja, tidaklah perlu untuk mencampurkan itik pejantan pada

kelompok itik petelur. Namun, penerapan yang dilakukan oleh para peternak itik

yang masih menggunakan sistem pemeliharaan ekstensif tradisional biasanya masih

tercampur dengan itik jantan yang berfungsi untuk pemimpin dalam penggembalaan.

Produksi telur dipengaruhi oleh 2 faktor penting, yaitu genetik dan lingkungan. Selain

itu, umur dari itik juga menentukan jumlah produksi telur. Pada saat mencapai

dewasa kelamin dan selanjutnya, jumlah telur akan naik (Wibowo B., Juarini E., dan

(33)

2.2.5 Pertumbuhan Bibit Itik

Itik jenis pedaging atau petelur dan pejantan bibit, harus mempunyai

sifat-sifat :

1. Pertumbuhan badannya cepat tetapi besar badan seragam, tidak mempunyai

cacat tubuh. Berat itik pejantan muda pada umur 20 minggu adalah 1,6 kg, pada

umur 40 minggu adalah 1,8 kg. Berat itik betina muda pada umur 20 minggu

adalah 1,4 kg, pada umur 40 minggu beratnya 1,6 kg.

2. Pertumbuhan bulunya cepat dan warna bulu seragam. Bulu sudah harus lengkap

pada umur 14 hari.

3. Cepat mencapai dewasa kelamin atau umur mulai bertelur adalah 5 –6 bulan.

4. Mempunyai daya hidup yang tinggi, hal ini dapat diukur dari angka kematian yang

rendah. Angka kematian pada priode pemeliharaan anak (D.O.D) s/d mencapai

umur mulai bertelur adalah sebesar 3%, dari awal bertelur s/d diafkir adalah

sebesar 2%.

5. Telur yang diperoduksi sebesar 200–300 butir atau lebih pertahun sampai diafkir.

Ternak itik sebaiknya diafkir setelah umurnya 1,5 tahun.

Untuk memperoleh bibit seperti di atas, peternak dapat melakukan :

1. Membeli bibit itik dari poultry shop yang memiliki breeding farm. Dengan demikian

akan diperoleh jaminan :

a Kemurnian darah ras itik

b Keseragaman umur anak itik (DOD) dan beratnya juga seragam

c Keseragaman jenis kelamin

d Ketahanan terhadap penyakit sama, dan

(34)

2. Melakukan pembibitan sendiri. Tahapan pekerjaan yang harus dilakukan adalah :

a. Pilih calon pejantan dan betina yang akan dijadikan sumber anak itik dengan

syarat-syarat berikut :

(1) sehat dan tidak cacat.

(2) bentuk fisik yang disenangi.

(3) dihasilkan dari perkawinan itik yang sehat dan produksi telurnya banyak.

(4) umur diatas 8 bulan.

b. Pemelihara secara khusus, bedakan dengan ternak itik yang dipelihara hanya

untuk tujuan pengutipan telur. Hal-hal yang harus dilakukan :

(1) pakan diusahakan lebih tinggi kadar gizinya.

(2) pengutipan telur lebih awal agar jangan tercemar.

(3) 1 ekor pajantan untuk 6 – 8 ekor betina.

(4) cegah terhadap penyakit Pullorum, karena penyakit ini disebarkan melalui

telur.

c. Pilih telur dengan kriteria sebagai berikut :

(1) berat + 60 gram.

(2) bentuknya oval bulat lonjong, karena diduga yang lonjong adalah calon

jantan.

(3) beri tanggal pada telur agar jelas umur telur, dieramkan sebaiknya umur

telur jangan lebih 7 hari.

(4) simpan di ruangan yang bersih, segar tetapi tertutup.

d. Penetasan telur Untuk penetasan telur itik dapat dipakai induk ayam, entok

atau mesin tetas. Untuk 1 ekor ayam atau entok mampu mengerami 10 butir

(35)

2.3 Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi adalah analisis usahatani yang melihat dari sudut

perekonomian secara keseluruhan. Dalam analisis ekonomi yang diperhatikan

ialah hasil total, atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua

sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian

sebagai keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber

tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut.

Hasil itu disebut “the social returns” atau “the economic returns” dari usahatani

(Soetriono, 2010).

Analisis Ekonomi memiliki langkah, berikut ini adalah

langkah-langkah yang digunakan :

a. Langkah pertama yang harys dilakukan yaitu menentukan :

- Rencana/target penjualan

- Hasil-hasil/pendapatan setiap tahun

- Biaya-biaya :

1). Biaya operasional

2). Penyusutan

3). Pembayaran utang/kredit

4). Pajak

b. Langkah kedua, berdasarkan data analisa pasar dan analisa teknis serta

data dalam langkah pertama tadi, tentukan “Total project cost“

(36)

Analisis Ekonomi, didasarkan pada :

a. Net Present Value ( NPV )

b. Benefit Cost Ratio ( B/C )

c. Internal Rate of Return ( IRR )

Konsep NPV, B/C, IRR

§ Net Present Value / Nilai Sekarang Bersih :

Metode ini dapat diterapkan dengan mencari nilai sekarang arus kas

bersih yang diharapkan dari suatu investasi pada biaya modalnya,

kemudian dikurangi dengan pengeluaran investasi mula-mula.

§ Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan tingkat bunga yang menyamakan arus kas masuk

dan arus kas keluar ; atau tingkat bunga yang membuat atau

menyebabkan NPV sama dengan nol pada tingkat bunga berapa akan

dihasilkan NPV = nol (Gilang B. A.,2010).

2.3.1 Analisis Finansial

Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut

pandang petani sebagai pemilik. Analisis finansial diperhatikan didalamnya

adalah dari segi cash-flow yaitu perbandingan antara hasil penerimaan atau

penjualan kotor (gross-sales) dengan jumlah biaya-biaya (total cost) yang

dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria kelayakan atau

keuntungan suatu proyek. Hasil finansial sering juga disebut “private returns”.

Beberapa hal lain yang harus diperhatikan dalam analisis finansial ialah

waktu didapatkannya returns sebelum pihak-pihak yang berkepentingan

(37)

a. Net Presen Value (NPV) suatu proyek adalah selisih Present Value (PV) arus

benefit (manfaat) dengan PV arus cost (biaya). Bila nilai NPV > 0 maka

proyek dinyatakan layak, bila NPV = 0 maka proyek tersebut mengembalikan

persis sebesar Sosial Opportunity Cost Of Capital.

b. Internal Rate Of Return (IRR) adalah rate of return atau tingkat rendemen

atau investasi netto. Bila IRR ≥ tingkat suku bunga berlaku maka usaha

tersebut layak untuk dilaksanakan, bila IRR < tingkat suku bunga berlaku

maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

c. (B/C) yaitu rasio perbandingan antara besarnya manfaat dengan biaya. Bila

(B/C) ≥ 1 proyek dikatakan layak, bila (B/C) < 1 proyek dikatakan tidak layak

(Heriyanto, 2007).

2.3.2 Analisis Pendapatan

Pendapatan dalam pengertian teknisnya dikatakan sebagai selisih

antara penerimaan dengan pengeluaran dalam produksi yang dihitung dalam

jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini pendapatan yang akan dihitung

adalah pada masa produksi terakhir. Total penerimaan dalam usaha

diperoleh dari jumlah produksi dikali dengan harga jual tersebut. Sedangkan

untuk total biaya dihitung dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk

usaha.Untuk mengetahui tingkat efisiensi dalam usahatani, dilanjutkan

dengan menghitung Return Cost Ratio (R/C). Analisis Return Cost Ratio

adalah mengetahui tingkat keberhasilan usahatani dilihat dari ukuran

perbandingan antara penerimaan (Return) dan biaya (cost) (L. Pangemanan,

(38)

2.3.3 Analisis Rentabilitas

Pengertian rentabilitas yaitu: kemampuan perusahaan mendapatkan laba

melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,

kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dan disebut juga

Operating Ratio (Yaumil N., 2008).

Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam - macam

dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan

diperbandingkan satu dengan lainnya. Apakah yang akan diperbandingkan itu

laba yang berasal dari operasi atau usaha, atau laba neto sesudah pajak dengan

aktiva operasi, atau laba neto sesudah pajak diperbandingkan dengan

keseluruhan aktiva ”tangible”, ataukah yang akan diperbandingkan itu laba neto

sesudah pajak dengan jumlah modal sendiri. Dengan adanya bermacam-macam

cara dalam penilaian rentabilitas suatu perusahaan, maka tidak mengherankan

jika ada beberapa perusahaan yang berbeda-beda dalam cara menghitung

rentabilitasnya. Yang penting ialah rentabilitas mana yang akan digunakan

sebagai alat pengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan yang

bersangkutan.

Terdapat dua jenis penilaian rentabilitas yaitu rentabilitas ekonomi dan

rentabilitas modal sendiri, disini penulis hanya membahas rentabilitas ekonomi

sesuai dengan judul dan masalah yang dibahas dalam penelitian (Yaumil N.,

2008).

Rumus rentabilitas :

Laba

(39)

Penilaian terhadap Rentabilitas dengan rumus tersebut akan dikatakan

menguntungkan jika hasil dari rumus tersebut menunjukkan nilai yang positif

atau persentase keuntungannya tidak minus, jadi pada dasarnya nilai laba harus

lebih besar dari nilai modal. Maka secara otomatis nilai laba oprasi harus lebih

besar dari pada nilai total aktiva sehingga dapat meningkatkan perekonomian

baik bagi perusahaan maupun bagi pengusaha di bidang apapun. Rentabilitas

terdiri dari dua macam, yaitu Rentabilitas Ekonomi dan Rentabilitas Modal

Sendiri :

1. Analisis Rentabilitas Ekonomi

Definisi Rentabilitas Ekonomi menurut beberapa ahli : Pengertian

Rentabilitas Ekonomi adalah : “Rasio yang mengukur kemampuan aktiva

perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Karena hasil operasi

yang ingin diukur, maka dipergunakan laba sebelum bunga dan pajak”

(Widianto E. A., 2011).

Analisis rentabilitas ekonomi merupakan cara yang tepat untuk mengetahui

tentang efesien tidaknya perusahaan dalam menggunakan modal yang ada.

Oleh karena pengertian rentabilitas sering dipergunakan untuk mengukur

efisiensi penggunaan modal di dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas

ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan

dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba.

Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah

modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital/assets). Dengan

(40)

yang ditanamkan dalam efek (kecuali perusahaan-perusahaan kredit) tidak

diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.

Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah

laba yang berasal dari operasinya perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha.

Dengan demikian maka yang diperoleh dari usaha-usaha di luar perusahaan

atau dari efek (misalnya dividen, coupon dan lain-lain) tidak diperhitungkan

dalam menghitung rentabilitas ekonomi.

Perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting

daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan

ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi

baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan

kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain

ialah menghitung rentabilitasnya (Widianto E. A., 2011).

2. Rentabilitas Modal Sendiri

Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba

dengan modal sendiri di pihak lain. Atau dengan kata lain bahwa rentabilitas

modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri

yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Perhitungan laba

di sini ada perbedaan dengan rentabilitas ekonomis laba yang diperhitungkan

adalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, sedangkan laba yang

diperhitungkan dalam rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah

dikurangi dengan bunga modal asing atau bunga pinjaman dan pajak

perseroan (Cynthia E., 2012).

Tingkat rentabilitas mencerminkan kemampuan modal perusahaan

(41)

yang tinggi dapat merupakan pencerminan efisiensi yang tinggi pula.

Mengukur efisiensi perusahaan dengan mendasarkan pada jumlah

keuntungan semata-mata kuranglah tepat sebab keuntungan yang tinggi

tersebut belum mesti disertai tingkat rentabilitas yang tinggi pula. Tinggi dan

rendahnya rentabilitas perusahaan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya

rentabilitas ekonomis atau return on investment (ROI).

“Return on investmen adalah salah satu bentuk dari profitabilitas yang

dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan

dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan” (Amri H., 2004).

Terdapat kriteria pengukuran nilai rentabilitas untuk mencapai

keuntungan pada peternak (pudjosumarto, 2004) yaitu :

- Rentabilitas 1 – 25,5 % kategori tidak layak

- Rentabilitas 26 – 50 % kategori rendah

- Rentabilitas 51 – 75 % kategori cukup

- Rentabilitas 76 – 100 % kategori baik

(42)

2.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

2.4.1 Kerangka pemikiran

Itik merupakan hewan ternak yang diperkirakan sudah dipelihara sejak

ratusan tahun lalu. Jauh sebelum berbagai jenis unggas lainnya diusahakan sebagai

hewan ternak. Itik yang banyak di ternakkan di Indonesia adalah itik spesies Anas

domesticus. Spesies ini berasal dari jenis itik liar, yaitu Anas sp. Di masyarakat

Indonesia itik lebih dikenal dengan sebutan bebek. Itik termasuk hewan yang masuk

dalam ordo Anseriformes dan family Anatidae. Berdasarkan karakteristik dan tujuan

beternak, itik dibedakan menjadi dua golongan, yaitu jenis itik petelur dan jenis itik

pedaging. Itik petelur adalah jenis itik yang diternakkan dengan tujuan utama

menghasilkan telur. Sementara, itik pedaging adalah jenis itik yang diternakkan

dengan tujuan utama menghasilkan daging (itik potong). Namun adan beberapa

jenis itik yang berpotensi diternakkan sebagai itik pedaging sekaligus sebagai itik

petelur. Hal ini disebabkan, produktifitas bertelurnya cukup tinggi dan pertumbuhan

bobotnya cukup ideal sebagai pedaging. Saat ini sudah banyak jenis itik petelur

maupun pedaging dengan produktivitas cukup tinggi. Calon peternak tinggal memilih

jenis itik yang akan diternakkan, tergatung tujuan atau hasil yang diharapkan. Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam beternak itik, yang utamanya adalah

faktor cuaca, lingkungan, dan kestabilan harga di pasar. Para peternak umumnya

mengalami penurunan produksi pada saat musim penghujan, meskipun itik

merupakan hewan yang berselaput namun itik mempunyai sikap tidak terlalu suka

dengan air, jika cuaca hujan itik akan stress dan mudah terserang penyakit sehingga

membuat produksi telur menurun. Faktor lingkungan berpengaruh karena itik lebih

(43)

yang berubah fungsi menjadi perumahan warga dan membuat kandang itik semakin

sempit, keberadaan perusahaan disekitar peternakan juga berpengaruh jika

perusahaan tersebut penghasil makanan maka peternak akan untung karena

peternak dapat sisa-sisa limbah pabrik yang terbuang sebagai pakan itik, namun jika

perusahaan tersebut tidak bergerak dibidang makanan maka limbah yang dihasilkan

akan memperburuk lahan peternakan dan itik mudah sakit. Kestabilan harga juga

berpengaruh atas pendapatan para peternak, jika harga turun dan permintaan turun

peternak akan merugi namun jika harga tinggi dan permintaan meningkat peternak

akan makmur ( Abdul W., 2010 ).

Rasio Rentabilitas atau disebut juga Profitabilitas menggambarkan

kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan

sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah

cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan

menghasilkan laba dan disebut juga Operating Ratio. Yang penting ialah rentabilitas

mana yang akan digunakan sebagai alat pengukur efisiensi penggunaan modal

dalam perusahaan yang bersangkutan. Terdapat dua jenis penilaian rentabilitas

yaitu rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri, disini penulis hanya

membahas rentabilitas ekonomi sesuai dengan judul dan masalah yang dibahas

dalam penelitian.

Rentabilitas Ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal

sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan

dinyatakan dalam persentase. Analisis rentabilitas ekonomi merupakan cara yang

tepat untuk mengetahui tentang efesien tidaknya perusahaan dalam menggunakan

modal yang ada. Oleh karena pengertian rentabilitas sering dipergunakan untuk

(44)

rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu

perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan

laba. Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting

daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran

bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat

diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan atau

modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain ialah menghitung

rentabilitasnya.

Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba dengan

modal sendiri di pihak lain. Atau dengan kata lain bahwa rentabilitas modal sendiri

adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di

dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Namun di dalam perhitungan laba di sini

ada perbedaan dengan rentabilitas ekonomis laba yang diperhitungkan adalah laba

yang berasal dari operasi perusahaan, sedangkan laba yang diperhitungkan dalam

rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal

asing atau bunga pinjaman dan pajak perseroan. Dengan demikian maka jelaslah

perbedaan antara rentabilitas ekonomis dengan rentabilitas modal sendiri baik dari

segi modal yang diperhitungkan ataupun dari laba yang dipergunakan untuk

(45)

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Penelitian

Pertambahan Penduduk

1. Meningkatnya konsumsi protein hewani.

2. Berkurangnya lahan peternakan. 3. Itik mudah terserang penyakit.

4. Konsumsi meningkat namun belum bisa memenuhi permintaan.

5. Berkurangnya jumlah tenaga kerja.

(46)

2.4.2 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara dari suatu masalah yang perlu

dibuktikan kebenarannya secara empirik. Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:

Rentabilitas usaha peternakan itik di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo

saat ini dapat dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan atau

(47)

3.1 Penentuan Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Kabupaten

Sidoarjo. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive).

Penentuan lokasi penelitian dipilih karena di Desa Kebonsari Kecamatan Candi

Kabupaten Sidoarjo terdapat sentra peternakan itik petelur yang mempunyai

prospek bagus ke depan dan produk yang di hasilkan sudah banyak dikenal oleh

masyarakat.

3.2 Penentuan Responden

Penentuan responden dilakukan dengan metode sensus. Metode sensus

adalah pengambilan data semua populasi untuk dijadikan sebagai sampel. Metode

ini dilakukan karena tidak semua warga di Desa Kebonsari Kecamatan Candi

Kabupaten Sidoarjo membudidayakan itik, baik sebagai pendapatan utama maupun

pendapatan sampingan. Dari metode sensus ini dapat diperoleh jumlah peternak

sebanyak 20 orang, yang diambil secara keseluruhan sebagai responden.

3.3 Macam Pengumpulan Data

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi

pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data, disamping jenis data

yang telah dibahas dimuka. Sumber data dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau

(48)

yang memberikan informasi yang diambil dengan metode wawancara dan

observasi.

a. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan jalan

mengadakan wawancara secara langsung kepada pihak yang

berkepentingan sesuai dengan bidangnya, wawancara penelitian ini

dilakukan secara langsung pada pihak – pihak yang berkepentingan.

b. Observasi (Pengamatan)

Adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan

pengamatan secara cermat terhadap obyek – obyek yang kajian diteliti

serta mencatatnya secara sistematis sesuai dengan data yang

dibutuhkan dalam penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

melalui ilmu – ilmu maupun literatur yang ada hubungannya dalam penelitian

ini dan juga pedoman data – data dokumenter yang sifatnya melengkapi atau

mendukung data primer yang diambil secara mendokumentasikannya.

a. Data Internal

Dokumen-dokumen akuntansi dan operasi yang dikumpulkan, dicatat

dan disimpan dalam suatu organisasi merupakan tipe data internal.

Penelitian yang bukan dari organisasi tersebut umumnya sulit untuk

memperoleh data internal.

b. Data Eksternal

Data sekunder eksternal umumnya disusun oleh suatu entitas selain

(49)

macam bentuk terbitan secara periodik yang diterbitkan oleh organisasi

atau instansi tertentu baik dari instansi pemerintah maupun dari media

masa atau perusahaan penerbit.

3.4 Definisi Oprasional dan Pengukuran Variabel

3.4.1 Definisi Oprasional

1. Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba

dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tesebut. Dengan kata lain

rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba

selama periode tertentu.

2. Usaha adalah suatu kegiatan yang berpotensi untuk menghasilkan

keuntungan bagi pelaku usaha itu sendiri.

3. Peternakan adalah suatu usaha produksi yang di dasarkan pada proses

biologis dari pertumbuhan ternak. Dalam rangka memenuhi kebutuhan

manusia, maka manusia melakukan campur tangan langsung untuk

mengendalikan dan menguasai pertumbuhan hewan ternak

4. Usaha peternakan merupakan kegiatan yang berpotensi untuk menghasilkan

keuntungan di bidang pengelolaan ternak secara terpadu dan menyeluruh.

5. Itik merupakan hewan ternak yang diperkirakan sudah dipelihara sejak

ratusan tahun lalu. Jauh sebelum berbagai jenis unggas lainnya diusahakan

sebagai hewan ternak. Itik yang banyak di ternakkan di Indonesia adalah itik

spesies Anas domesticus.

6. Peternakan itik adalah suatu usaha produksi yang di dasarkan pada proses

budidaya dan perkembang biakan itik untuk memenuhi kebutuhan hidup

(50)

7. Petelur adalah suatu sifat makluk hidup untuk menghasilkan keturunan

melalui sistem perkembangbiakkan, hasil dari proses tersebut berbentuk telur

(bulat) yang bisa di konsumsi manusia maupun di tetaskan buat di ambil

keturunannya.

8. Itik petelur adalah hewan ternak yang dipelihara untuk dimafaatkan telur dan

dagingnya sebagai sumber mata pencaharian manusia untuk menghasilkan

keuntungan.

9. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan pengeluaran dalam

produksi yang dihitung dalam jangka waktu tertentu.

3.4.2 Pengukuran Variabel

1. Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara

pendapatan dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tesebut.

Rentabilitas dapat diukur dengan persen (%).

2. Modal adalah suatu biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha untuk memulai

usahanya, dapat diukur dengan rupiah (Rp).

3. Biaya produksi adalah dana atau uang yang di keluarkan oleh para

pengusaha dalam bidang apapun untuk mendapatkan hasil yang lebih besar,

biaya produksi dapat diukur dengan rupiah (Rp).

4. Kandang adalah suatu tempat yang disediakan peternak untuk membudidaya

suatu hewan, luas lahan dapat diukur dengan m².

5. Bibit adalah suatu peranakan dari hewan yang akan di budidayakan untuk

Gambar

Tabel 1. Peternakan Itik di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo
Tabel 2. Perbandingan Kandungan Gizi Telur Berbagai Unggas
Tabel 3. Formula Ransum Itik yang Memenuhi Syarat
Tabel 5. Kelebihan dan kekurangan dari Cara Pemeliharaan Itik dengan Sistem
+5

Referensi

Dokumen terkait

Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih bersifat memerintah daripada berkomunikasi, memberi wejangan dari pada mendengarkan umpan balik orang lain. Pemegang

Sistem pengolahan sampah yang akan diajukan pada karya ini adalah inovasi gedung dan truk baja yang tertutup dan ramah lingkungan, pengelolaan sampah yang menhasilkan kompos,

Untuk mendapatkan hasil analisis mengenai seberapa besar pengaruh tentang Faktor Internal mahasiswa dan Citra unit kegiatan mahasiswa Bandung Santo Club terhadap Minat yang

pengembangan kawasan. 3) Pengembangan sknario, adalah merupakan tahap perumusan hasil analisis dan menjelaskan langkah-langkah utama yang perlu dikembangkan untuk

Kepangkatan penasihat hukum yang lebih tinggi dari majelis hakim tidak berpengaruh terhadap independensi hakim dalam memeriksa dan memutus perkara di

Data yang dimasukkan sesuai dengan format laporan awal maupun perkembangan dari BPBD DIY, meliputi: jenis bencana, lokasi bencana, penyebab bencana, jumlah korban,

Melalui pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian terhadap aspek isi, penyajian, dan kebahasaan LKS berorientasi pengamatan burung ( birdwatching) yang

Pulau Sempu adalah kawasan cagar alam yang terletak di sebelah selatan Kabupaten Malang. Selain fungsinya sebagai kawasan konservasi ekosistem alami, Pulau Sempu juga menjadi