SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh :
EKO SETYO BUDI
NPM : 0924010025
Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”
JAWA TIMUR
SIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Program Studi Agribisnis
Oleh :
EKO SETYO BUDI
NPM : 0924010025
Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”
JAWA TIMUR
DI DESA KEBONSARI KECAMATAN CANDI SIDOARJO
Disusun oleh : EKO SETYO BUDI NPM : 0924010025
Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Study Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada Tanggal : 22 Agustus 2014
Menyetujui,
Pembimbing :
1. Pembimbing Utama Tim Dosen Penguji, 1. Ketua
Dr. Ir. Endang Yektiningsih,MP Dr. Ir. Endang Yektiningsih, MP
2. Pembimbing Pendamping 2. Sekertaris
Ir. Eko Priyanto, MP Ir. Eko Priyanto, MP
3. Anggota
Dr. Ir. Eko Nurhadi, MS
4. Anggota
Ir. Setyo Parsudi, MP
Mengetahui,
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo, dan merumuskan upaya-upaya untuk meningkatkan rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif dan menggunakan metode analisis rentabilitas. Pengumpulan data melalui data primer dan data sekunder. Untuk mencapai tujuan pertama yaitu digunakan metode analisis rentabilitas, dan untuk tujuan kedua yaitu menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan perhitungan menggunakan metode analisis rentabilitas, Nilai rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo sebesar 23,83%. Artinya, kemampuan perusahaan atau peternak untuk menghasilkan laba dalam usaha ternak itik petelur yaitu sebesar 23,83% dalam kurun waktu 1 tahun. Hasil nilai rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo dapat dikatakan untung namun tidak layak untuk di usahakan. Sehingga hipotesis ditolak karena menurut kriteria nilai rentabilitas tersebut tergolong kategori tidak layak, karena masih berada dibawah batas kriteria rendah yaitu sebesar 25,5 %.
The purpose of this study is to analyze the profitability of businesses in the village laying duck Kebonsari Temple District of Sidoarjo, and formulate measures to improve business profitability laying duck in the village temple Kebonsari District of Sidoarjo. The method used in this research is descriptive qualitative method of analysis and profitability analysis method. Data collection through primary data and secondary data. To achieve the first objective is profitability analysis method, and for the purpose of both the qualitative descriptive analysis method. Based on calculations using the method of profitability analysis, business profitability value laying duck in the village of Candi Sidoarjo District of Kebonsari by 23.83%. That is, the ability of the company or farmer to make a profit in the laying duck effort that is equal to 23.83% within 1 year. Business profitability, results in the laying duck Kebonsari village subdistrict of Sidoarjo temple can be said for a decent profit, but not at try. So the hypothesis is rejected because, according to the criteria of profitability is classified category value is not feasible, because the threshold criteria is below low at 25.5%.
Salah satu usaha perunggasan yang cukup berkembang di Indonesia adalah usaha ternak itik, ternak itik mempunyai kelebihan diantaranya adalah memiliki daya tahan terhadap penyakit. Oleh karena itu usaha ternak itik memiliki resiko yang relatif lebih kecil. Beberapa daerah di pantai utara Jawa Timur yaitu Mojokerto, Lamongan, Blitar dan Sidoarjo memiliki potensi peternakan itik. Peternakan itik petelur di desa Kebonsari kecamatan Candi kabupaten Sidoarjo telah berdiri sejak 2 Mei 1992 dengan jumlah peternak 50 orang namun seiring berjalannya usaha peternakan ini peternak semakin lama berkurang hingga berjumlah 20 orang. sehingga berakibat pada jumlah telur yang semakin menurun hingga 30-40%.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo, dan merumuskan upaya-upaya untuk meningkatkan rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo, pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (Purposive). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif dan menggunakan metode analisis rentabilitas. Untuk mencapai tujuan pertama yaitu digunakan metode analisis rentabilitas, dan untuk tujuan kedua yaitu menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.
Total biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan oleh kelompok peternak untuk satu tahun produksi adalah sebesar Rp 373.322.979,00 dengan rata-rata laba produksi yang diterima untuk satu tahun produksi adalah sebesar Rp 88.966.676,00 untuk rata-rata 1.466 ekor itik. Nilai rentabilitas usaha ternak itik petelur rata-rata sebesar 23,83%, Artinya, kemampuan perusahaan atau peternak untuk menghasilkan laba dalam usaha ternak itik petelur yaitu sebesar 23,83% dalam kurun waktu 1 tahun. Hasil nilai rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo dapat dikatakan untung. Akan tetapi, menurut kriteria nilai rentabilitas tersebut tergolong kategori tidak layak, karena masih berada dibawah batas kriteria rendah yaitu 25,5 %.Upaya-upaya untuk meningkatkan rentabilitas ternak itik petelur meliputi menambah jumlah modal, memperluas lahan dan kandang itik, penambahan bibit itik siap telur, pakan itik, pengobatan itik, transportasi Peternakan Itik, efisiensi tenaga kerja, meningkatkan Kualitas Produksi Telur Itik, dan memenuhi Permintaan Pasar. Upaya-upaya peningkatan sangat berpengaruh tehadap besar kecilnya rentabilitas suatu usaha yang sedang berjalan termasuk terhadap dalam usaha budidaya ternak itik petelur.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia- Nya sehingga terselesaikannya Hasil Skripsi dengan judul “ ANALISIS
RENTABILITAS USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI DESA KEBONSARI
KECAMATAN CANDI SIDOARJO” Penyusunan Hasil Skripsi ini bertujuan untuk
menyelesaikan Skripsi.
Penulis menyadari bahwa segala keberhasilan dan kesuksesan tidak
terlepas dari sang khaliq dan juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Dr. Ir. Endang Yektiningsih,MP selaku Dosen Pembimbing Utama dan Ir. Eko
Priyanto,MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah banyak
memberikan banyak pengarahan, motivasi, masukan serta meluangkan waktu
dan tenaganya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk membimbing
penulis.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang
telah membantu dalam proses penulisan laporan ini baik secara langsung
maupun tidak langsung, kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto. MP selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian – Universitas
Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
3. Dr.Ir. Eko Nurhadi, MS selaku ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas
Pertanian-Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Nur Hidayat selaku Ketua Pengurus Kelompok Ternak Itik Petelur
5. Kedua orang tuaku dan adikku yang telah banyak memberikan dukungan
semangat dan do’a.
6. Sahabat-sahabatku serta teman-teman angkatan 2009 Jurusan Agribisnis.
Terimakasih atas motivasi dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan laporan Hasil Skripsi ini. Akhir kata, Penulis berharap semoga
tulisan ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang
memerlukannya.
Surabaya, Agustus 2014
Halaman
ABSTRAK
RINGKASAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL………. ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
II.TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu... 7
2.2 Deskripsi Itik di Indonesia ... 10
2.2.1 Tinjauan Tentang Peternakan Itik ... 11
2.2.2 Usaha Peternakan Itik ... 12
2.2.3 Cara Budidaya Itik ... 14
2.2.4 Itik Sebagai Penghasil Telur ... 21
2.2.5 Pertumbuhan Bibit Itik ... 22
2.3 Analisis Ekonomi ... 24
2.3.1 Analisis Finansial ……… ... 25
2.4.2 Hipotesis ... 35
III. METODE PENELITIAN ... 36
3.1 Penentuan Lokasi ... 36
3.2 Penentuan Responden... 36
3.3 Macam Pengumpulan Data ... 36
3.4 Definisi Oprasional dan Pengukuran Variabel ... 38
3.4.1 Definisi Oprasional ... 38
3.4.2 Pengukuran Variabel ... 39
3.5 Metode Analisis Data ... 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1 Keadaan Umum Peternakan Itik Petelur Sidoarjo ... 43
4.1.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah... 43
4.1.2 Keadaan Umum Lapangan ... 43
4.1.3 Struktur Kepengurusan Peternakan... 44
4.2 Teknik Usaha Ternak Itik Petelur ... 47
4.3 Analisis Rentabilitas Usaha Ternak Itik Petelur... 49
4.3.1 Biaya Tetap ... 49
4.3.2 Biaya Variabel ... 51
4.3.3 Total Biaya Ternak Itik Petelur... 53
4.3.4 Penerimaan ... 54
4.3.5 Laba ... 55
4.3.6 Rentabilitas ... 55
4.4 Upaya-Upaya Meningkatkan Rentabilitas Ternak Itik Petelur ... 58
4.4.5 Pengobatan Itik ... 61
4.4.6 Transportasi ... 62
4.4.7 Memaksimalkan Tenaga Kerja ... 63
4.4.8 Meningkatkan Kualitas Telur ... 63
4.4.9 Memenuhi Permintaan Pasar ... 64
V. Kesimpulan dan Saran ... 66
5.1 Kesimpulan ... 66
5.2 Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
1.1 Latar Belakang
Usaha perunggasan yang cukup berkembang di Indonesia adalah usaha
ternak itik. Meskipun tidak sepopuler ternak ayam, itik mempunyai potensi yang
cukup besar sebagai penghasil telur dan daging. Jika dibandingkan dengan ternak
unggas yang lain, ternak itik mempunyai kelebihan diantaranya adalah memiliki daya
tahan terhadap penyakit. Oleh karena itu usaha ternak itik memiliki resiko yang
relatif lebih kecil, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan
peternakan diarahkan untuk mewujudkan kondisi peternakan yang maju, efisien dan
tangguh yang dicirikan oleh kemampuannya menyesuaikan pola dan struktur
produksi dengan permintaan pasar serta kemampuannya terhadap pembangunan
wilayah, kesempatan kerja, pendapatan, perbaikan taraf hidup, perbaikan
lingkungan hidup serta berperan dalam pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan usaha peternakan unggas di Indonesia relatif lebih maju
dibandingkan usaha ternak yang lain. Hal ini tercermin dari kontribusinya yang cukup
luas dalam memperluas lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan
terutama sekali dalam pemenuhan kebutuhan makanan bernilai gizi tinggi. Menurut
hasil Pengembangan Peternakan Itik di Jawa Timur, itik merupakan salah satu aset
nasional dan sekaligus komoditas yang bisa diandalkan sebagai sumber gizi dan
sumber pendapatan masyarakat. Beberapa daerah di pantai utara Jawa Timur yaitu
Mojokerto, Lamongan dan Sidoarjo memiliki potensi peternakan itik. Dengan potensi
ini diharapkan usaha ternak itik tidak saja mampu menjadi usaha sampingan, namun
Kajian yang mendalam mengenai usaha ternak itik, terutama mengenai
profitabilitas usaha ternak itik perlu dilakukan. Besarnya pendapatan dari usaha
ternak itik merupakan salah satu pengukur yang penting untuk mengetahui seberapa
jauh usaha peternakan itik mencapai keberhasilan. Pendapatan adalah hasil
keuntungan bersih yang diterima peternak yang merupakan selisih antara
penerimaan dan biaya produksi. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba.
Beberapa tahun terakhir, usaha peternakan itik petelur semakin banyak di
minati sebagai salah satu alternative usaha peternakan unggas yang
menguntungkan. Semakin banyak masyarakat yang memilih beternak itik petelur
sebagai sarana investasi dan sarana pendapatan, baik sebagai usaha sampingan
maupun pendapatan utama. Besarnya peluang beternak unggas ini tentu menjadi
alasan utama karena prospek yang semakin terbuka lebar dengan semakin
meningkatnya permintaan komoditas telur itik. Awalnya, beternak itik hanya
dilakukan oleh masyarakat pedesaan sebagai sumber pendapatan sampingan.
Namun, saat ini banyak masyarakat di perkotaan yang juga mulai melirik bisnis ititk
petelur sabagai salah satu sumber pedapatan. Salah satu caranya adalah bermitra
dengan masyarakat pedesaan sebagai penanam modal dengan sistem bagi hasil
yang menguntungkan kedua belah pihak. Ada juga masyarakat di perkotaan yang
beternak itik dengan cara membeli atau menyewa lahan di daerah pinggiran kota
yang layak dijadikan peternakan itik. Kemudian, mereka menggaji karyawan untuk
menjalankan usaha peternakan itik miliknya. (Rohani S.T., 2011)
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah
bermacam - macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang
akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Analisis rentabilitas ekonomi merupakan
cara yang tepat untuk mengetahui tentang efesien tidaknya perusahaan dalam
menggunakan modal yang ada. Oleh karena pengertian rentabilitas sering
dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam suatu
perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai
kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya
untuk menghasilkan laba (Widianto E. A., 2011).
Kondisi peternakan itik di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo saat ini
sangat memprihatinkan, ketika ada pesanan besar dipasar peternakan ini belum
bisa memenuhi permintaan pasar dengan kuota yang besar di karenakan produksi
telur itik menurun, Namun, di daerah ini memiliki keunggulan yaitu daerah yang
berdekatan dengan pabrik-pabrik yang menghasilkan limbah untuk pakan alami itik,
peternak itik di desa Kebonsari ini juga sudah ahli dalam menangani penyakit pada
itik jadi mereka tidak perlu menunggu dinas pertanian datang jika itik sedang
terserang penyakit dan peternakan ini mempunyai kualitas yang bagus sehingga
mampu menjual telur dengan harga tinggi. Dalam peternakan ini hanya menjual telur
itik mentah, karena dapat mengurangi resiko, harga jual telur itik mentah yaitu
berkisar Rp 1.750,- per butirnya jika kondisi telur dalam keadaan baik, telur yang
Tabel 1. Peternakan Itik di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo
Sumber : Ketua kelompok peternakan itik di Desa Kebonsari
Peternakan itik petelur di desa Kebonsari kecamatan Candi kabupaten
Sidoarjo telah berdiri sejak 2 Mei 1992 dengan jumlah peternak 50 orang namun
seiring berjalannya usaha peternakan ini peternak semakin lama berkurang hingga
berjumlah 20 orang. Dahulu perternakan ini dapat menghasilkan telur sebanyak
67.500 butir dihitung dari total 50 orang peternak perhari. Namun saat ini produksi
telur berkurang akibat jumlah peternak yang mulai berkurang, saat ini hanya ada
rata-rata 1.466 ekor itik dari masing-masing peternak dan produksi telur itik saat ini
berjumlah 700 telur per harinya. Hal ini disebabkan karena beberapa kendala,
contohnya semakin terbatasnya lahan akibat pertumbuhan penduduk yang semakin
cepat sehingga banyak lahan didaerah ini dialih fungsikan menjadi perumahan
Selain itu itik mulai rawan terserang penyakit yang diakibatkan oleh cuaca yang
berubah – ubah, sehingga berakibat pada jumlah telur yang semakin menurun
hingga 30-40%. Ketidakstabilan harga telur itik juga berpengaruh besar terhadap
menurunnya jumlah peternak, karena dari harga inilah peternak akan mendapatkan
1.2 Rumusan Masalah
Usaha peternakan itik petelur semakin banyak di minati sebagai salah satu
alternatif usaha peternakan unggas yang menguntungkan. Namun, Peternakan itik di
desa Kebonsari kecamatan Candi Sidoarjo semakin menurun mulai dari jumlah
peternak, jumlah itik bahkan sampai produksi telur seperti halnya pada tabel 1. Hal
itu dikarenakan kendala-kendala yang terjadi pada peternakan yaitu yang terutama
adalah peternakan ini belum bisa memenuhi permintaan pasar karena keterbatasan
tempat untuk beternak yang dulunya kandang itik sekarang menjadi perumahan
warga, hal ini terjadi karena membeludaknya pertumbuhan penduduk. Penyakit itik
bisa terjadi karena adanya pergantian itik yang sudah afkir dengan itik baru, Kondisi
cuaca juga berpengaruh pada produksi telur itik, karena cuaca yang tidak tentu
produksi telur bisa menurun hingga 30-40%. Sehingga dapat menyebabkan
keuntungan yang di peroleh peternak akan menurun. Namun, meskipun begitu
peternak tetap untung karena pakan alami itik berasal dari limbah pabrik-pabrik di
sekitar peternakan karena pakan limbah cenderung lebih bagus daripada pakan
konsentrat sehingga kualitas produksi telur itik di desa kebonsari ini sangat bagus
dan paling di utamakan menjadi yang terbaik sehingga membuat harga telur menjadi
lebih tinggi dari peternakan-peternakan lainnya. Pada umumnya masalah rentabilitas
adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah
merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien.
Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu
dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata
Berdasarkan data yang ada di lapangan dapat di rumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana Rentabilitas Usaha Ternak Itik petelur di Desa Kebonsari
Kecamatan Candi Sidoarjo?
2. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh peternak untuk meningkatkan
Rentabilitas Usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan
Candi Sidoarjo?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis Rentabilitas Usaha Ternak Itik petelur di Desa Kebonsari
Kecamatan Candi Sidoarjo.
2. Merumuskan upaya-upaya untuk meningkatkan Rentabilitas usaha ternak itik
petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Diharapkan dapat dijadikan perbendaharaan ilmu dan pengetahuan
terutama tulisan yang bersifat ilmiah yang dapat didokumentasikan
didalam perpustakaan perguruan tinggi atau instasi terkait.
2. Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan atau informasi
berupa konsep-konsep perbaikan dalam pengambilan kebijakan –
kebijakan berikutnya bagi instansi terkait
3. Diharapkan mampu memberi informasi atau ide untuk penelitian
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Topik yang di bahas pada penelitian ini, sebelumnya pernah di bahas dan di
teliti oleh penelitian lain yaitu penelitian tentang Pengendalian Mutu dengan obyek
yang berbeda beda, antara lain:
1. Wibowo B., E. Juarini, dan Sumanto. (2007), berjudul Karakteristik Pola
Pembibitan Itik Petelur di Daerah Sentra Produksi. Penetasan telur di Cirebon
dan Kalsel mampu menghasilkan masing-masing 70% dan 67%. Identifikasi telur
tetas berdasarkan bentuk fisik dan warna telur. Telur yang ditetaskan berasal dari
pedagang telur. Kegiatan pembesaran itik di Cirebon dan Kalsel dilakukan
dengan 2 cara yaitu; cara intensif pada umur kurang dari 2 bulan dan cara intensif
pada umur 2 buylan hingga 4,5 bulan. Tingkat mortalitas hingga umur dewasa
masing-masing daerah mencapai 11%. Produktivitas telur itik di Cirebon dan
Kalsel masing-masing mencapai 65% dan 67%. Peternak itik produksi di Cirebon
dan Kalsel mengawali kegiatannya dari pembelian itik dara (bayah) dengan
alasan efisiensi waktu dan modal.
2. Sri M., Sumiati, dan Anita S. Tjakradidjaja. (2010), berjudul Intensifikasi Usaha
Peternakan Itik Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Pinggir
Kota. Karakteristik anggota KT (Kelompok Tani) Setia Wargi dilihat berdasarkan
umur, pendidikan formal dan lama beternak itik (pengalaman). Peserta kegiatan
berasal dari anggota KT Setia Wargi sebanyak 15 orang. Peternak yang
didampingi merupakan peternak yang mengikuti kegiatan pelatihan.
ransum (Feeding Trial) di peternakan yang dapat ditinjau dan diamati oleh
peternak. Uji coba dilakukan pada tiga orang anggota kelompok terhadap10 ekor
betina dan satu ekor jantan pada masing-masing peternak. Dari hasil uji coba
lapang ini maka dapat disimpulkan bahwa pemberian ransum komplit dapat
meningkatkan produksi telur sekitar 20 sampai 30 persen. Analisis keuntungan
dilakukan dalam dua kategori, yaitu pemeliharaan mulai dari DOD (kategori I) dan
pemeliharaan mulai dari itik dara (kategori II). Selama periode usaha 10 tahun
dan dengan biaya investasi sebesar Rp. 11.550.000,- (kategori I), Rp.
47.050.000,- (kategori II), Net Present Value yang diperoleh sebesar Rp.
19.695.093 (kategori I), dan Rp. 179.405.378,- (kategori II), dengan Net B/C,
kategori I, 1,42, dan kategori II, 5,94 . Nilai Internal Rate of Return pada periode
usaha yang sama (kategori I) adalah 34,76%, dan pada kategori II, sebesar
159%. Sedangkan PBP, pada kategori I, 2 tahun 7 bulan, dan pada kategori II, 8
bulan. Secara umum usaha peternakan itik Alabio “Bina Karya Ternak” layak
untuk dilaksanakan karena nilai Net Present Value positif dan nilai Internal Rate
of Return lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.
3. Budiraharjo K., D. Sumarjono, M. Handayani dan S. Gayatri. (2009), berjudul
Studi Potensi Ekonomi Pengembangan Usaha Ternak Itik di Kabupaten Tegal.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa,
Usaha ternak itik di Kabupaten Tegal mampu menghasilkan laba. Adapun
besarnya laba yang diperoleh adalah Rp. 2.359.457,51,- /bulan. Usaha ternak itik
di Kabupaten Tegal mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan
laba (profitabel) yang ditandai oleh nilai GPM sebesar 47%, nilai ROI sebesar
218% dan Rasio Laba- Biaya sebesar 112%. (nilai ROI dan rasio Laba-Biaya
produksi telur dan jumlah biaya pakan berpengaruh terhadap pendapatan yang
diperoleh dari usaha ternak itik di Kabupaten Tegal. Usaha ternak itik di
Kabupaten Tegal secara finansial layak dijalankan, ditandai oleh nilai payback
period sebesar 0,51 dan nilai benefit cost ratio sebesar 1,94.
4. Eni Siti R., A. Hamdan, dan A. Darmawan. (2009), berjudul Perbaikan Teknologi
Usaha Pemeliharaan Itik Sebagai Salah Satu Sumber Pendapatan Keluarga
(Studi Kasus di Desa Bumi Berkat Kec. Sungai Raya, Kab. Hulu Sungai Selatan).
Berdasarkan hasil kegiatan ini diketahui beberapa masukan penting yaitu: Bila
pemeliharaan itik akan dilakukan secara intensif maka bahan pakan yang
digunakan selain bahan lokal juga perlu ditambahkan bahan pakan lain seperti
konsentrat agar kualitas pakan dapat optimal Skala usaha yang dapat dlakukan
dan menguntungkan untuk ternak itik minimal 200 ekor. Kesimpulan dari makalah
ini yaitu dengan perbaikan teknologi dalam hal perkandangan, pakan dan cara
pemeliharaan memberikan keuntungan yaitu skala pemeliharaan ternak dapat
lebih banyak dan bila dibandingkan dengan teknologi petani, cara ini memberikan
prospek yang cukup baik dan menguntungkan. Hal ini ditunjukkan dengan skala
pemeliharaan itik sebanyak 100 ekor secara terkurung dapat diperoleh
pendapatan sebesar Rp. 402.250,- / bulan dengan nilai R/C 1,23 dan MBCR 1,33
secara ekonomi layak untuk diusahakan.
5. Budiraharjo, K. (2004), berjudul Analisis Profitabilitas / Rentabilitas
Pengembangan Usaha Ternak Itik di Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa : Usaha ternak itik
di Kecamatan Pagerbarang mampu menghasilkan laba. sebesar Rp 1.744.384,78
/ bulan, dengan demikian setiap ekor itik yang dipelihara mampu menghasilkan
mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba (profitabel) yang
ditandai oleh nilai GPM sebesar 49,6%, nilai ROI sebesar 226,3% dan Rasio
Laba-Biaya sebesar 100,8%. (nilai ROI dan rasio Laba-Biaya lebih tinggi dari
tingkat suku bunga berlaku). Usaha ternak itik di Kecamatan Pagerbarang sangat
prospektif, oleh karena itu layak untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai
alternatif untuk menopang pendapatan keluarga.
2.2 Deskripsi Itik di Indonesia
Pemeliharaan atau keberadaan itik di Indonesia sudah ribuan tahun. Hal ini
ditunjukan ditemukannya fosil (carving depicting duck) disitus candi Hindu di Jawa
Tengah yang dibangun lebih dari 2000 tahun yang lalu. Berdasarkan catatan
Robinson, itik Indonesia kemungkinan terbentuk dari asal bangsa yang sekarang
menghasilkan bangsa yang berproduksi tinggi di Eropa seperti Indian Runner dan
Khaki Campbell.
Itik yang kita kenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas mallard).
Dalam habitatnya itik liar lebih suka atau sering hidup berpasangan, tetapi setelah
jinak sifatnya berubah menjadi suka berganti pasangan. Sifat-sifat itik adalah bersifat
aquatik. Selain itu dalam hal makanan, itik bersifat omnivorus (pemakan segala). Itik
dapat menyebar ke kawasan yang luas karena dibanding dengan unggas jenis
lainnya, itik mempunyai keunggulan sebagai berikut :
1. Mampu mempertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan dengan
ayam.
2. Bila dipelihara dengan sistem pengelolaan yang sederhana sekalipun, itik
3. Tingkat kematian (mortalitas) itik umumnya kecil, dan itik dianggap lebih
tahan terhadap penyakit.
4. Itik selalu bertelur dipagi hari. Dengan demikian kegiatan pengambilan telur
hanya dilakukan sekali sehari sehingga peternak dapat melakukan kegiatan
lainnya.
5. Dengan pakan berkualitas rendah itik masih dapat berproduksi.
Secara anatomis kaki itik relatif pendek dibanding tubuhnya,sedang jari-jari
kaki antara satu dengan lainnya dihubungkan dengan selaput renang. Maka
meskipun sudah dijinakkan, itik cenderung lebih senang hidup dekat dengan air
karena sifatnya yang akuatik. Selain itu itik tergolong pemakan biji-bijian,
umbi-umbian, serangga dan binatang kecil. Paruhnya yang lebar tertutup selaput yang
peka, dengan pinggiran paruh yang merupakan plat bertanduk membuat itik mudah
mencari makan di lingkungan tanah sawah, rawa, dan sungai. Bulu itik berbentuk
konkaf dan tebal menghadap ke tubuh. Bulu itu berminyak sehingga bila itik sedang
berada di air, bulu itu berminyak sehingga bila itik sedang berada di air, bulu itu akan
berdaya guna menghalangi masuknya air dan menghambat rasa dingin (Rohaeni,
Eni Siti dan Yanti R., 2007).
2.2.1 Tinjauan Tentang Peternakan Itik
Itik merupakan hewan ternak yang diperkirakan sudah dipelihara sejak
ratusan tahun lalu. Jauh sebelum berbagai jenis unggas lainnya diusahakan sebagai
hewan ternak. Itik yang banyak di ternakkan di Indonesia adalah itik spesies Anas
domesticus. Spesies ini berasal dari jenis itik liar, yaitu Anas sp. Di masyarakat
dalam ordo Anseriformes dan family Anatidae. Beberapa jenis unggas yang
termasuk dalam ordo ini adalah angsa, belibis dan entok.
Berdasarkan karakteristik dan tujuan beternak, itik dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu jenis itik petelur dan jenis itik pedaging. Itik petelur adalah jenis itik
yang diternakkan dengan tujuan utama menghasilkan telur. Sementara, itik pedaging
adalah jenis itik yang diternakkan dengan tujuan utama menghasilkan daging (itik
potong). Namun adan beberapa jenis itik yang berpotensi diternakkan sebagai itik
pedaging sekaligus sebagai itik petelur. Hal ini disebabkan, produktifitas bertelurnya
cukup tinggi dan pertumbuhan bobotnya cukup ideal sebagai pedaging. Saat ini
sudah banyak jenis itik petelur maupun pedaging dengan produktivitas cukup tinggi.
Calon peternak tinggal memilih jenis itik yang akan diternakkan, tergatung tujuan
atau hasil yang diharapkan ( Wakhid A., 2010).
2.2.2 Usaha Peternakan Itik
Usaha peternakan adalah suatu usaha produksi yang di dasarkan pada
proses biologis dari pertumbuhan ternak. Dalam rangka memenuhi kebutuhan
manusia, maka manusia melakukan campur tangan langsung untuk mengendalikan
dan menguasai pertumbuhan hewan ternak.
Berdasarkan pola pemeliharaan usaha ternak di Indonesia.
mengklasifikasikannya menjadi 3 kelompok yaitu: (1) peternakan rakyat dengan cara
pemeliharaan yang tradisional. Pemeliharaan cara ini dilakukan setiap hari oleh
anggota keluarga peternak diminta keterampilan peternak masih sederhana dan
menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan mutu yang relatif terbatas. Tujuan utama
pemeliharaan sebagai heawan kerja dalam membajak sawah atau tegalan, (2)
yang dimiliki peternak dapat dikatakan lumayan. Penggunaan bibit unggul,
obat-obatan dan makanan penguat cenderung meningkat. Jumlah ternak yang dimiliki 2-5
ekor ternak besar dan 5-100 ekor ternak kecil terutama ayam. Tujuan utama
pemeliharaan untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri. (3)
Peternak komersil, usaha ini dijalankan oleh golongan ekonomi yang mempunyai
kemampuan dalam segi modal, sarana produksi dengan teknologi yang agak
modern. Semua tenaga kerja dibayar dan makanan ternak terutama dibeli dari luar
dalam jumlah yang besar (S. Mulatsih, Sumiati dan Anita S. Tjakradidjaja 2010).
Tabel 2. Perbandingan Kandungan Gizi Telur Berbagai Unggas
Gizi Itik Ayam Puyuh Angsa
Air (%) 70,85 74,57 74,35 70,43
Protein (%) 12,81 12,14 13,35 13,87
Lemak (%) 13,77 11,15 11,09 13,27
Abu (%) 1,14 0,94 1,1 1,08
Sumber : Ketaren Pius (2007)
Telur itik mengandung semua gizi yang dibutuhkan manusia bahkan
kandungan proteinnya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam, yaitu
masing-masing 12,81 dan 12,14% akan tetapi lebih rendah dibandingkan dengan
kandungan protein telur puyuh dan angsa yaitu masingmasing 13,35% dan 13,87%
(Tabel 3). Kandungan lemak dalam telur itik (13,77%) lebih tinggi dibandingkan
dengan telur ayam, puyuh dan angsa yaitu masing-masing 11,15; 11,09 dan 13,27%
sehingga bila diasinkan, bagian kuning telur itik tampak lebih berminyak
2.2.3 Cara Budidaya Itik
Pedoman nutrisi pakan itik yang baku di Indonesia sampai sekarang memang
belum ada, akan tetapi para peternak sendiri yang meramunya secara
mencoba-coba. Para peternak biasanya menyusun pakan ternak itiknya berpedoman kepada
formula dari luar negeri, kemudian disesuaikan dengan bahan pakan yang ada di
Indonesia.
Syarat pakan yang baik untuk ternak itik adalah sebagai berikut :
1. Ransum disusun dari bahan-bahan makanan yang mengandung gizi lengkap
seperti protein, lemak, serat kasar, vitamin dan mineral. Susunlah dari
beberapa jenis bahan makanan, semakin banyak ragamnya semakin baik,
terutama dari sumber protein hewani.
2. Setiap bahan makanan digiling halus, kemudian dipadatkan dalam bentuk pil
tau butiran, agar jangan banyak tercecer waktu itik memakannya. Bahan yang
biasa digunakan untuk pakan itik adalah; dedak, jagung, bungkil kedele,
bungkil kelapa, lamtoro, ikan, bekicot, remis, sisa dapur, tepung tulang,
kepala/kulit udang dan lain-lain.
3. Jumlah pemberian dan kadar protein di sesuaikan dengan umur pertumbuhan
dan produksi telur.
4. Tempat makanan harus dicegah jangan sampai tercemar jamur ataupun
bakteri. Jadi harus selalu dalam keadaan bersih dan kering.
5. Sesuaikan jumlah tempat makanan dan minuman dengan jumlah itik, agar
jangan saling berebutan pada waktu makan.
6. Kemampuan mengola pakan yang sering disebut angka konversi pakan harus
Tabel 3. Formula Ransum Itik yang Memenuhi Syarat
Sumber : Eniza S. (2004)
Tabel 4. Jumlah Kebutuhan Ransum (Pakan) per Ekor per Hari per ekor per hari, tergantung produksi telur. Sumber : Eniza S., (2004).
Kandang yang digunakan para peternak dalam memelihara ternak itik
umumnya adalah sistem litter (hamparan). Bahkan kandang yang digunakan juga
tampak seadanya tanpa mempertimbangkan lebih jauh tentang rasa aman,
kebersihan kandang agar terbebas dari penyakit. Pemberian alas berupa sisa-sisa
penggergajian kayu yang halus, sekam padi dan penambahan sedikit kapur
merupakan hal yang sesuai untuk kandang litter. Penggunaan kapur yang
dari kotoran itik dan kapur tersebut juga dapat membunuh bibit penyakit yang
berasal dari kotoran yang bercampur dengan urine.
Sama halnya seperti ternak ayam, maka ternak itik juga memerlukan kandang
terutama pada malam hari. Oleh karena itu kandang itik harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Mempunyai luas yang cukup untuk jumlah itik yang di pelihara, maupun untuk
rencana perluasan usaha.
2. Terpisah dari tempat pemukiman/rumah
3. Mempunyai ventilasi udara yang cukup.
4. Cukup masuk sinar matahari, kandang sebaiknya menghadap ke timur.
5. Mudah dibersihkan, lantai kandang harus lebih tinggi dari tanah sekelilingnya dan
harus padat lantainya. Tinggi kandangnya harus cukup bagi peternak untuk
bekerja didalamnya.
6. Di dalam kandang tersedia alat perlengkapan pokok (tempat makan, tempat
minum, alat pemanas buatan, tempat bertelur) bagi kepentingan hidup itik yang
bersangkutan.
7. Terletak di daerah yang tenang, aman dan mempunyai sumber air yang cukup
dan bersih.
8. Di sekeliling kandang dibuat parit pembuang air dan jarak antar kandang cukup
Ada 3 tipe kandang yang dianjurkan yaitu :
1. Tipe Lantai (litter) adalah alternatif kandang yang digunakan didaerah yang
mempunyai kondisi tanah berpasir atau kering (daerah pesisir) atau daerah yang
memiliki tanah yang berdaya serap tinggi.
2. Tipe Panggung (slat) adalah alternatif kandang yang secara modren digunakan
untung mengatasi masalah basahnya lantai. Kandang seperti ini memiliki nilai
kesehatan tinggi sehingga sangat cocok digunakan didaerah yang mempunyai
kondisi tanah basah dan kelembaban tinggi.
3. Kombinasi Tipe Lantai dan Panggung (litter dan slat) adalah sistem kandang yang
secara modren memberi dua alternatif. Kandang panggung digunakan untuk
tidur dan bertelur (sarang bertelur), sedangkan kandang lantai untuk bermain di
siang hari.
Kunci keberhasilan usaha produksi ternak itik terletak pada pelaksanaan
program tata laksana pemeliharaan itik sampai umur 22 minggu. Kesalahan nutrisi
pada masa pertumbuhan ini bisa menyebabkan itik terlambat mencapai kedewasaan
kelamin sehingga itik tidak bisa berproduksi pada umur yang diharapkan.
Dalam usaha ternak itik secara intensif, ada tiga evaluasi pokok yang memiliki andil
keberhasilan yakni :
1. Bibit itik; karakteristik ekonominya dalam menunjang keberhasilan usaha adalah
20%.
2. Makanan itik; dalam menunjang keberhasilan usaha mempunyai andil sebesar
30%.
3. Tata laksana pemeliharaan, termasuk kandang, cara pemeliharaan dan
Cara pemeliharaan itik dikategorikan kedalam tiga macam yaitu secara
ekstensif/ tradisional, semi intensif, dan intensif. Pada pemeliharaan ekstensif,
tempat pemeliharaan kelompok itik berpindah-pindah untuk mencari tempat
penggembalaan yang banyak tersedia pakannya. Pemeliharaan semi intensif adalah
pemeliharaan dengan cara mengurung itik pada saat-saat tertentu, biasanya pada
malam hari sampai pagi hari. Setelah itu dilepas disekitar halaman kandang atau
Tabel 5. Kelebihan dan kekurangan dari Cara Pemeliharaan Itik dengan Sistem Ekstensif, Semi Intensif dan Intensif
Pertimbangan
Cara Pemeliharaan Itik
Ekstensif Semi Intensif Intensif
1. Pengadaan
kandang Tidak perlu Perlu Perlu 3. Pengawasan
terhadap ternak Sulit Cukup mudah Mudah 4. Penggunaan
energi pakan Tidak efisien Kurang efisien Efisien 5. Produksi telur Rendah Cukup tinggi Tinggi
6. Penyeleksian
Sulit Cukup mudah Mudah 7. teknologi yang
dipakai Mudah Cukup sulit Sulit 8. penanggulangan
penyakit Sulit Cukup mudah Mudah 9. pengembangan
usaha Sulit Cukup mudah Mudah 10. efisien lahan
Rendah Cukup tinggi Tinggi 11. investasi yang
ditanam Rendah Cukup tinggi Tinggi Sumber : Hardjosworo dan Rukmiasih (2003).
Sistem Pemeliharaan Intensif. Pemeliharaan intensif adalah pemeliharaan
secara mendalam dan bersungguh-sungguh. Peternak menggunakan prinsip
mendapatkan keuntungan yang sebesar mungkin, dengan biaya dan resiko yang
sekecil mungkin. Memelihara itik secara intensif dengan dikandangkan ialah
beternak tanpa air (pemeliharaan itik sistem kering), seratus persen dikurung dan
Keuntungan cara pemeliharaan intensif ini adalah lahan yang diperlukan
relative kecil, dapat memelihara dalam jumlah yang banyak, penanganan dan
pengawasan dapat lebih mudah, tidak tergantung pada musim, produksi maksimal
dapat mencapai 85 %, kotorannya dapat dimanfaatkan dan memungkinkan peternak
memilih lokasi yang lebih dekat dengan daerah pemasaran. Walaupun biaya pakan
cukup tinggi tetapi karena jumlah pemeliharaan dan produksinya cukup tinggi pula
maka peternak masih dapat menikmati keuntungan.
Pemeliharaan Semi Intensif. Pemeliharaan semi intensif bisa juga disebut
pemeliharaan semi tradisional, tapi prinsip–prinsip modern juga sudah mulai dipakai.
Dalam pemeliharaan semi intensif, peternak sudah memakai perhitungan cermat
untuk mendapatkan hasil telur yang semaksimal mungkin. Prinsip peternakan
moderen mulai digunakan antara lain jenis itik yang dipelihara mulai diseleksi (warna
bulu, bentuk badan serta fisik lain). Makanan diberikan sesuai dengan kebutuhan
dan variasi usia perkelompok sudah dilakukan, tetapi prinsip tradisional seperti
lokasi dan tempat (lanting, dirawa atau didanau), bahan makanan dan cara
pemeliharaan yang dilepas masih tetap dipertahankan pada pemeliharaan semi
intensif, dengan system pemeliharaan semi intensif ini produksi telur dapat
mencapai 200 butir per ekor /tahun. Disamping itu angka kematian itik bisa ditekan
dan kontinuitas produksi bisa terjamin serta kualitas telur bisa diperbaiki.
Pemeliharaan ekstensif atau tradisional. Itik yang dipelihara umumnya tidak
banyak, rasio jantan dan betina tidak diperhitungkan, juga perkandangan. Itik bebas
mencari makan sendiri. Makanan hanya diberikan kalau benar-benar keadaan
memungkinkan, misalnya ada limbah dapur atau sisa bahan lain. Peternak tidak
pernah mau ikut campur dalam kegiatan itik, kecuali telur yang dihasilkan dan
akan memberikan keuntungan yang berarti dan peternak tidak pernah merasa rugi.
Untuk menjaga kelestariannya peternak menetaskan beberapa telur itik pada induk
ayam atau itik Manila (Entok).
Umumnya peternak memelihara itik setelah musim panen padi, dengan
memanfaatkan sisa-sisa hasil panen. Sistem ini akan diterapkan kembali seiring
dengan musim tanam berikutnya. Walaupun masa pemeliharaan sangat pendek dan
produksinya rendah, rata-rata 50% dari total produksi, tetapi keuntungan yang
diperoleh peternak cukup tinggi. Sistem ini sangat tergantung pada musim (panen),
jumlah pemeliharaan terbatas dan produksinya rendah.
2.2.4 Itik Sebagai Penghasil Telur
Tujuan pemeliharaan itik dewasa petelur harus sudah mulai ditetapkan
sebelumnya. Apakah sebagai penghasil telur konsumsi atau sebagai penghasil telur
tetas atau anak itik. Bila tujuan pemeliharaan itik petelur hanya untuk memperoleh
telur konsumsi saja, tidaklah perlu untuk mencampurkan itik pejantan pada
kelompok itik petelur. Namun, penerapan yang dilakukan oleh para peternak itik
yang masih menggunakan sistem pemeliharaan ekstensif tradisional biasanya masih
tercampur dengan itik jantan yang berfungsi untuk pemimpin dalam penggembalaan.
Produksi telur dipengaruhi oleh 2 faktor penting, yaitu genetik dan lingkungan. Selain
itu, umur dari itik juga menentukan jumlah produksi telur. Pada saat mencapai
dewasa kelamin dan selanjutnya, jumlah telur akan naik (Wibowo B., Juarini E., dan
2.2.5 Pertumbuhan Bibit Itik
Itik jenis pedaging atau petelur dan pejantan bibit, harus mempunyai
sifat-sifat :
1. Pertumbuhan badannya cepat tetapi besar badan seragam, tidak mempunyai
cacat tubuh. Berat itik pejantan muda pada umur 20 minggu adalah 1,6 kg, pada
umur 40 minggu adalah 1,8 kg. Berat itik betina muda pada umur 20 minggu
adalah 1,4 kg, pada umur 40 minggu beratnya 1,6 kg.
2. Pertumbuhan bulunya cepat dan warna bulu seragam. Bulu sudah harus lengkap
pada umur 14 hari.
3. Cepat mencapai dewasa kelamin atau umur mulai bertelur adalah 5 –6 bulan.
4. Mempunyai daya hidup yang tinggi, hal ini dapat diukur dari angka kematian yang
rendah. Angka kematian pada priode pemeliharaan anak (D.O.D) s/d mencapai
umur mulai bertelur adalah sebesar 3%, dari awal bertelur s/d diafkir adalah
sebesar 2%.
5. Telur yang diperoduksi sebesar 200–300 butir atau lebih pertahun sampai diafkir.
Ternak itik sebaiknya diafkir setelah umurnya 1,5 tahun.
Untuk memperoleh bibit seperti di atas, peternak dapat melakukan :
1. Membeli bibit itik dari poultry shop yang memiliki breeding farm. Dengan demikian
akan diperoleh jaminan :
a Kemurnian darah ras itik
b Keseragaman umur anak itik (DOD) dan beratnya juga seragam
c Keseragaman jenis kelamin
d Ketahanan terhadap penyakit sama, dan
2. Melakukan pembibitan sendiri. Tahapan pekerjaan yang harus dilakukan adalah :
a. Pilih calon pejantan dan betina yang akan dijadikan sumber anak itik dengan
syarat-syarat berikut :
(1) sehat dan tidak cacat.
(2) bentuk fisik yang disenangi.
(3) dihasilkan dari perkawinan itik yang sehat dan produksi telurnya banyak.
(4) umur diatas 8 bulan.
b. Pemelihara secara khusus, bedakan dengan ternak itik yang dipelihara hanya
untuk tujuan pengutipan telur. Hal-hal yang harus dilakukan :
(1) pakan diusahakan lebih tinggi kadar gizinya.
(2) pengutipan telur lebih awal agar jangan tercemar.
(3) 1 ekor pajantan untuk 6 – 8 ekor betina.
(4) cegah terhadap penyakit Pullorum, karena penyakit ini disebarkan melalui
telur.
c. Pilih telur dengan kriteria sebagai berikut :
(1) berat + 60 gram.
(2) bentuknya oval bulat lonjong, karena diduga yang lonjong adalah calon
jantan.
(3) beri tanggal pada telur agar jelas umur telur, dieramkan sebaiknya umur
telur jangan lebih 7 hari.
(4) simpan di ruangan yang bersih, segar tetapi tertutup.
d. Penetasan telur Untuk penetasan telur itik dapat dipakai induk ayam, entok
atau mesin tetas. Untuk 1 ekor ayam atau entok mampu mengerami 10 butir
2.3 Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi adalah analisis usahatani yang melihat dari sudut
perekonomian secara keseluruhan. Dalam analisis ekonomi yang diperhatikan
ialah hasil total, atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua
sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian
sebagai keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber
tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut.
Hasil itu disebut “the social returns” atau “the economic returns” dari usahatani
(Soetriono, 2010).
Analisis Ekonomi memiliki langkah, berikut ini adalah
langkah-langkah yang digunakan :
a. Langkah pertama yang harys dilakukan yaitu menentukan :
- Rencana/target penjualan
- Hasil-hasil/pendapatan setiap tahun
- Biaya-biaya :
1). Biaya operasional
2). Penyusutan
3). Pembayaran utang/kredit
4). Pajak
b. Langkah kedua, berdasarkan data analisa pasar dan analisa teknis serta
data dalam langkah pertama tadi, tentukan “Total project cost“
Analisis Ekonomi, didasarkan pada :
a. Net Present Value ( NPV )
b. Benefit Cost Ratio ( B/C )
c. Internal Rate of Return ( IRR )
Konsep NPV, B/C, IRR
§ Net Present Value / Nilai Sekarang Bersih :
Metode ini dapat diterapkan dengan mencari nilai sekarang arus kas
bersih yang diharapkan dari suatu investasi pada biaya modalnya,
kemudian dikurangi dengan pengeluaran investasi mula-mula.
§ Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan tingkat bunga yang menyamakan arus kas masuk
dan arus kas keluar ; atau tingkat bunga yang membuat atau
menyebabkan NPV sama dengan nol pada tingkat bunga berapa akan
dihasilkan NPV = nol (Gilang B. A.,2010).
2.3.1 Analisis Finansial
Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut
pandang petani sebagai pemilik. Analisis finansial diperhatikan didalamnya
adalah dari segi cash-flow yaitu perbandingan antara hasil penerimaan atau
penjualan kotor (gross-sales) dengan jumlah biaya-biaya (total cost) yang
dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria kelayakan atau
keuntungan suatu proyek. Hasil finansial sering juga disebut “private returns”.
Beberapa hal lain yang harus diperhatikan dalam analisis finansial ialah
waktu didapatkannya returns sebelum pihak-pihak yang berkepentingan
a. Net Presen Value (NPV) suatu proyek adalah selisih Present Value (PV) arus
benefit (manfaat) dengan PV arus cost (biaya). Bila nilai NPV > 0 maka
proyek dinyatakan layak, bila NPV = 0 maka proyek tersebut mengembalikan
persis sebesar Sosial Opportunity Cost Of Capital.
b. Internal Rate Of Return (IRR) adalah rate of return atau tingkat rendemen
atau investasi netto. Bila IRR ≥ tingkat suku bunga berlaku maka usaha
tersebut layak untuk dilaksanakan, bila IRR < tingkat suku bunga berlaku
maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
c. (B/C) yaitu rasio perbandingan antara besarnya manfaat dengan biaya. Bila
(B/C) ≥ 1 proyek dikatakan layak, bila (B/C) < 1 proyek dikatakan tidak layak
(Heriyanto, 2007).
2.3.2 Analisis Pendapatan
Pendapatan dalam pengertian teknisnya dikatakan sebagai selisih
antara penerimaan dengan pengeluaran dalam produksi yang dihitung dalam
jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini pendapatan yang akan dihitung
adalah pada masa produksi terakhir. Total penerimaan dalam usaha
diperoleh dari jumlah produksi dikali dengan harga jual tersebut. Sedangkan
untuk total biaya dihitung dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
usaha.Untuk mengetahui tingkat efisiensi dalam usahatani, dilanjutkan
dengan menghitung Return Cost Ratio (R/C). Analisis Return Cost Ratio
adalah mengetahui tingkat keberhasilan usahatani dilihat dari ukuran
perbandingan antara penerimaan (Return) dan biaya (cost) (L. Pangemanan,
2.3.3 Analisis Rentabilitas
Pengertian rentabilitas yaitu: kemampuan perusahaan mendapatkan laba
melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,
kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dan disebut juga
Operating Ratio (Yaumil N., 2008).
Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam - macam
dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan
diperbandingkan satu dengan lainnya. Apakah yang akan diperbandingkan itu
laba yang berasal dari operasi atau usaha, atau laba neto sesudah pajak dengan
aktiva operasi, atau laba neto sesudah pajak diperbandingkan dengan
keseluruhan aktiva ”tangible”, ataukah yang akan diperbandingkan itu laba neto
sesudah pajak dengan jumlah modal sendiri. Dengan adanya bermacam-macam
cara dalam penilaian rentabilitas suatu perusahaan, maka tidak mengherankan
jika ada beberapa perusahaan yang berbeda-beda dalam cara menghitung
rentabilitasnya. Yang penting ialah rentabilitas mana yang akan digunakan
sebagai alat pengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan yang
bersangkutan.
Terdapat dua jenis penilaian rentabilitas yaitu rentabilitas ekonomi dan
rentabilitas modal sendiri, disini penulis hanya membahas rentabilitas ekonomi
sesuai dengan judul dan masalah yang dibahas dalam penelitian (Yaumil N.,
2008).
Rumus rentabilitas :
Laba
Penilaian terhadap Rentabilitas dengan rumus tersebut akan dikatakan
menguntungkan jika hasil dari rumus tersebut menunjukkan nilai yang positif
atau persentase keuntungannya tidak minus, jadi pada dasarnya nilai laba harus
lebih besar dari nilai modal. Maka secara otomatis nilai laba oprasi harus lebih
besar dari pada nilai total aktiva sehingga dapat meningkatkan perekonomian
baik bagi perusahaan maupun bagi pengusaha di bidang apapun. Rentabilitas
terdiri dari dua macam, yaitu Rentabilitas Ekonomi dan Rentabilitas Modal
Sendiri :
1. Analisis Rentabilitas Ekonomi
Definisi Rentabilitas Ekonomi menurut beberapa ahli : Pengertian
Rentabilitas Ekonomi adalah : “Rasio yang mengukur kemampuan aktiva
perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Karena hasil operasi
yang ingin diukur, maka dipergunakan laba sebelum bunga dan pajak”
(Widianto E. A., 2011).
Analisis rentabilitas ekonomi merupakan cara yang tepat untuk mengetahui
tentang efesien tidaknya perusahaan dalam menggunakan modal yang ada.
Oleh karena pengertian rentabilitas sering dipergunakan untuk mengukur
efisiensi penggunaan modal di dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas
ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan
dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba.
Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah
modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital/assets). Dengan
yang ditanamkan dalam efek (kecuali perusahaan-perusahaan kredit) tidak
diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.
Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah
laba yang berasal dari operasinya perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha.
Dengan demikian maka yang diperoleh dari usaha-usaha di luar perusahaan
atau dari efek (misalnya dividen, coupon dan lain-lain) tidak diperhitungkan
dalam menghitung rentabilitas ekonomi.
Perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting
daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan
ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi
baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan
kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain
ialah menghitung rentabilitasnya (Widianto E. A., 2011).
2. Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba
dengan modal sendiri di pihak lain. Atau dengan kata lain bahwa rentabilitas
modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri
yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Perhitungan laba
di sini ada perbedaan dengan rentabilitas ekonomis laba yang diperhitungkan
adalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, sedangkan laba yang
diperhitungkan dalam rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah
dikurangi dengan bunga modal asing atau bunga pinjaman dan pajak
perseroan (Cynthia E., 2012).
Tingkat rentabilitas mencerminkan kemampuan modal perusahaan
yang tinggi dapat merupakan pencerminan efisiensi yang tinggi pula.
Mengukur efisiensi perusahaan dengan mendasarkan pada jumlah
keuntungan semata-mata kuranglah tepat sebab keuntungan yang tinggi
tersebut belum mesti disertai tingkat rentabilitas yang tinggi pula. Tinggi dan
rendahnya rentabilitas perusahaan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
rentabilitas ekonomis atau return on investment (ROI).
“Return on investmen adalah salah satu bentuk dari profitabilitas yang
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan
dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan” (Amri H., 2004).
Terdapat kriteria pengukuran nilai rentabilitas untuk mencapai
keuntungan pada peternak (pudjosumarto, 2004) yaitu :
- Rentabilitas 1 – 25,5 % kategori tidak layak
- Rentabilitas 26 – 50 % kategori rendah
- Rentabilitas 51 – 75 % kategori cukup
- Rentabilitas 76 – 100 % kategori baik
2.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
2.4.1 Kerangka pemikiran
Itik merupakan hewan ternak yang diperkirakan sudah dipelihara sejak
ratusan tahun lalu. Jauh sebelum berbagai jenis unggas lainnya diusahakan sebagai
hewan ternak. Itik yang banyak di ternakkan di Indonesia adalah itik spesies Anas
domesticus. Spesies ini berasal dari jenis itik liar, yaitu Anas sp. Di masyarakat
Indonesia itik lebih dikenal dengan sebutan bebek. Itik termasuk hewan yang masuk
dalam ordo Anseriformes dan family Anatidae. Berdasarkan karakteristik dan tujuan
beternak, itik dibedakan menjadi dua golongan, yaitu jenis itik petelur dan jenis itik
pedaging. Itik petelur adalah jenis itik yang diternakkan dengan tujuan utama
menghasilkan telur. Sementara, itik pedaging adalah jenis itik yang diternakkan
dengan tujuan utama menghasilkan daging (itik potong). Namun adan beberapa
jenis itik yang berpotensi diternakkan sebagai itik pedaging sekaligus sebagai itik
petelur. Hal ini disebabkan, produktifitas bertelurnya cukup tinggi dan pertumbuhan
bobotnya cukup ideal sebagai pedaging. Saat ini sudah banyak jenis itik petelur
maupun pedaging dengan produktivitas cukup tinggi. Calon peternak tinggal memilih
jenis itik yang akan diternakkan, tergatung tujuan atau hasil yang diharapkan. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam beternak itik, yang utamanya adalah
faktor cuaca, lingkungan, dan kestabilan harga di pasar. Para peternak umumnya
mengalami penurunan produksi pada saat musim penghujan, meskipun itik
merupakan hewan yang berselaput namun itik mempunyai sikap tidak terlalu suka
dengan air, jika cuaca hujan itik akan stress dan mudah terserang penyakit sehingga
membuat produksi telur menurun. Faktor lingkungan berpengaruh karena itik lebih
yang berubah fungsi menjadi perumahan warga dan membuat kandang itik semakin
sempit, keberadaan perusahaan disekitar peternakan juga berpengaruh jika
perusahaan tersebut penghasil makanan maka peternak akan untung karena
peternak dapat sisa-sisa limbah pabrik yang terbuang sebagai pakan itik, namun jika
perusahaan tersebut tidak bergerak dibidang makanan maka limbah yang dihasilkan
akan memperburuk lahan peternakan dan itik mudah sakit. Kestabilan harga juga
berpengaruh atas pendapatan para peternak, jika harga turun dan permintaan turun
peternak akan merugi namun jika harga tinggi dan permintaan meningkat peternak
akan makmur ( Abdul W., 2010 ).
Rasio Rentabilitas atau disebut juga Profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah
cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dan disebut juga Operating Ratio. Yang penting ialah rentabilitas
mana yang akan digunakan sebagai alat pengukur efisiensi penggunaan modal
dalam perusahaan yang bersangkutan. Terdapat dua jenis penilaian rentabilitas
yaitu rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri, disini penulis hanya
membahas rentabilitas ekonomi sesuai dengan judul dan masalah yang dibahas
dalam penelitian.
Rentabilitas Ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal
sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan
dinyatakan dalam persentase. Analisis rentabilitas ekonomi merupakan cara yang
tepat untuk mengetahui tentang efesien tidaknya perusahaan dalam menggunakan
modal yang ada. Oleh karena pengertian rentabilitas sering dipergunakan untuk
rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu
perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan
laba. Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting
daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran
bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat
diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan atau
modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain ialah menghitung
rentabilitasnya.
Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba dengan
modal sendiri di pihak lain. Atau dengan kata lain bahwa rentabilitas modal sendiri
adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di
dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Namun di dalam perhitungan laba di sini
ada perbedaan dengan rentabilitas ekonomis laba yang diperhitungkan adalah laba
yang berasal dari operasi perusahaan, sedangkan laba yang diperhitungkan dalam
rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal
asing atau bunga pinjaman dan pajak perseroan. Dengan demikian maka jelaslah
perbedaan antara rentabilitas ekonomis dengan rentabilitas modal sendiri baik dari
segi modal yang diperhitungkan ataupun dari laba yang dipergunakan untuk
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Penelitian
Pertambahan Penduduk
1. Meningkatnya konsumsi protein hewani.
2. Berkurangnya lahan peternakan. 3. Itik mudah terserang penyakit.
4. Konsumsi meningkat namun belum bisa memenuhi permintaan.
5. Berkurangnya jumlah tenaga kerja.
2.4.2 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara dari suatu masalah yang perlu
dibuktikan kebenarannya secara empirik. Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:
Rentabilitas usaha peternakan itik di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo
saat ini dapat dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan atau
3.1 Penentuan Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Kabupaten
Sidoarjo. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive).
Penentuan lokasi penelitian dipilih karena di Desa Kebonsari Kecamatan Candi
Kabupaten Sidoarjo terdapat sentra peternakan itik petelur yang mempunyai
prospek bagus ke depan dan produk yang di hasilkan sudah banyak dikenal oleh
masyarakat.
3.2 Penentuan Responden
Penentuan responden dilakukan dengan metode sensus. Metode sensus
adalah pengambilan data semua populasi untuk dijadikan sebagai sampel. Metode
ini dilakukan karena tidak semua warga di Desa Kebonsari Kecamatan Candi
Kabupaten Sidoarjo membudidayakan itik, baik sebagai pendapatan utama maupun
pendapatan sampingan. Dari metode sensus ini dapat diperoleh jumlah peternak
sebanyak 20 orang, yang diambil secara keseluruhan sebagai responden.
3.3 Macam Pengumpulan Data
Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi
pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data, disamping jenis data
yang telah dibahas dimuka. Sumber data dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau
yang memberikan informasi yang diambil dengan metode wawancara dan
observasi.
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan jalan
mengadakan wawancara secara langsung kepada pihak yang
berkepentingan sesuai dengan bidangnya, wawancara penelitian ini
dilakukan secara langsung pada pihak – pihak yang berkepentingan.
b. Observasi (Pengamatan)
Adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan
pengamatan secara cermat terhadap obyek – obyek yang kajian diteliti
serta mencatatnya secara sistematis sesuai dengan data yang
dibutuhkan dalam penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
melalui ilmu – ilmu maupun literatur yang ada hubungannya dalam penelitian
ini dan juga pedoman data – data dokumenter yang sifatnya melengkapi atau
mendukung data primer yang diambil secara mendokumentasikannya.
a. Data Internal
Dokumen-dokumen akuntansi dan operasi yang dikumpulkan, dicatat
dan disimpan dalam suatu organisasi merupakan tipe data internal.
Penelitian yang bukan dari organisasi tersebut umumnya sulit untuk
memperoleh data internal.
b. Data Eksternal
Data sekunder eksternal umumnya disusun oleh suatu entitas selain
macam bentuk terbitan secara periodik yang diterbitkan oleh organisasi
atau instansi tertentu baik dari instansi pemerintah maupun dari media
masa atau perusahaan penerbit.
3.4 Definisi Oprasional dan Pengukuran Variabel
3.4.1 Definisi Oprasional
1. Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tesebut. Dengan kata lain
rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu.
2. Usaha adalah suatu kegiatan yang berpotensi untuk menghasilkan
keuntungan bagi pelaku usaha itu sendiri.
3. Peternakan adalah suatu usaha produksi yang di dasarkan pada proses
biologis dari pertumbuhan ternak. Dalam rangka memenuhi kebutuhan
manusia, maka manusia melakukan campur tangan langsung untuk
mengendalikan dan menguasai pertumbuhan hewan ternak
4. Usaha peternakan merupakan kegiatan yang berpotensi untuk menghasilkan
keuntungan di bidang pengelolaan ternak secara terpadu dan menyeluruh.
5. Itik merupakan hewan ternak yang diperkirakan sudah dipelihara sejak
ratusan tahun lalu. Jauh sebelum berbagai jenis unggas lainnya diusahakan
sebagai hewan ternak. Itik yang banyak di ternakkan di Indonesia adalah itik
spesies Anas domesticus.
6. Peternakan itik adalah suatu usaha produksi yang di dasarkan pada proses
budidaya dan perkembang biakan itik untuk memenuhi kebutuhan hidup
7. Petelur adalah suatu sifat makluk hidup untuk menghasilkan keturunan
melalui sistem perkembangbiakkan, hasil dari proses tersebut berbentuk telur
(bulat) yang bisa di konsumsi manusia maupun di tetaskan buat di ambil
keturunannya.
8. Itik petelur adalah hewan ternak yang dipelihara untuk dimafaatkan telur dan
dagingnya sebagai sumber mata pencaharian manusia untuk menghasilkan
keuntungan.
9. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan pengeluaran dalam
produksi yang dihitung dalam jangka waktu tertentu.
3.4.2 Pengukuran Variabel
1. Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara
pendapatan dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tesebut.
Rentabilitas dapat diukur dengan persen (%).
2. Modal adalah suatu biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha untuk memulai
usahanya, dapat diukur dengan rupiah (Rp).
3. Biaya produksi adalah dana atau uang yang di keluarkan oleh para
pengusaha dalam bidang apapun untuk mendapatkan hasil yang lebih besar,
biaya produksi dapat diukur dengan rupiah (Rp).
4. Kandang adalah suatu tempat yang disediakan peternak untuk membudidaya
suatu hewan, luas lahan dapat diukur dengan m².
5. Bibit adalah suatu peranakan dari hewan yang akan di budidayakan untuk