FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DI INDONESIA
PERIODE 2010-2014
ANDI NOVA RAHMIATY 10571 01860 11
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2015
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DI INDONESIA
PERIODE 2010-2014
ANDI NOVA RAHMIATY 10571 01860 11
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis UNISMUH Makassar
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2015
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Penelitian : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DI INDONESIA PERIODE 2010-2014
Nama Mahasiswa : ANDI NOVA RAHMIATY No. Stambuk : 10571 01860 11
Fakultas : EKONOMI DAN BISNIS
Jurusan : ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
Perguruan Tinggi : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Makassar, Agustus 2015 Meyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ek. H.M. IkramIdrus, M.Si H.M. Rusdi, SE, M.Si
Mengetahui :
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan IESP
Dr.H.Mahmud Nuhung, SE.MA Hj. Naidah, SE. M.Si KTM : 497 794 NBM : 602 417
ABSTRAK
ANDI NOVA RAHMIATY, 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah di Indonesia Periode 2010-2014. Di bimbing oleh Bapak Drs.
Ek. H.M. Ikram Idrus, M.Si dan Bapak H.M. Rusdi, SE, M.Si, selaku Pembimbing I dan Pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah di Indonesia periode 2010-2014. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, data yang menyangkut tentang nilai tukar dan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah di Indonesia dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dari instansi maupun penertiban lembaga nasional berupa data yang bersifat runtun waktu (time series). Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di Indonesia terkait faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah.
Hasil dari penelitian ini adalah Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh relasi penawaran-permintaan (supply-demand) atas mata uang tersebut. Jika permintaan atas sebuah mata uang meningkat, sementara penawarannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang tersebut akan naik. Kalau penawaran sebuah mata uang meningkat, sementara permintaannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan melemah. Dengan demikian, Rupiah melemah karena penawaran atasnya tinggi, sementara permintaan atasnya rendah.
Fluktuasi nilai tukar rupiah di Indonesia terjadi karena adanya perbedaan tingkat inflasi, suku bunga, neraca perdagangan, hutang publik, dan harga ekspor- impor antara dua negara.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subahanahu Wataala, berkat rahmat dan hidayat-Nyalah sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Skripsi ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah di Indonesia Periode 2010-2014”, dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan studi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan petunjuk dari Dosen Pembimbing, maka selayaknya pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dosen Pembimbing yaitu Bapak Drs. Ek. H.M.
IkramIdrus, M.Si dan Bapak H.M. Rusdi, SE, M.Si masing-masing sebagai Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dalam mengarahkan dan membimbing untuk menyatuhkan wahana sehingga terwujudnya Skripsi ini.
Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, SE, MA. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
v
3. Ibu Hj. Naidah, SE, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Drs. Ek. H.M. IkramIdrus, M.Si Selaku dosen pembimbing I yang telah banyak membantu dan membimbing dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
5. Bapak H.M. Rusdi, SE, M.Si Selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membantu dan membimbing dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Para Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.
7. Kepala Badan Pusat Statistik dan Pimpinan Bank Indonesia beserta staf/karyawan yang telah bersedia menerima dan memberikan data/informasi yang dibutuhkan sehubungan dengan pembahasan skripsi ini.
8. Kedua Orang Tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
9. Buat sahabatku yang selalu memberikan dorongan serta masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis. Olehnya, penulis mohon maaf yang sebesa-besarnya bila dalam penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Makassar, April 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR GRAFIK ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
A. Teori Nilai Tukar ... 6
B. Sistem Nilai Tukar ... 7
C. Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar... 14
D. Faktor Yang Mempengaruhi Fluktuasi Mata Uang ... 15
E. Fluktuasi Nilai Tukar ... 16
F. Cara Mencegah Terjadinya Fluktuasi Nilai Tukar ... 17
G. Kerangka Pikir ... 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 19
A. Objek dan Waktu Penelitian ... 19
B. Jenis dan Sumber Data ... 19
C. Teknik Pengumpulan Data ... 19
D. Definisi Operasional ... 20
E. Metode Analisis Data ... 23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 24
1. Sejarah Rupiah di Indonesia ... 24
2. Oeang Republik Indonesia dan Sejarah Nilai Tukar ... 25
3. Sejarah Rupiah Setelah Kelahiran Bank Indonesia... 25
4. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah di Indonesia ... 27
B. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah di Indonesia ... 30
1. Tingkat Inflasi ... 30
2. Tingkat Suku Bunga ... 31
3. Neraca perdagangan ... 33
4. Hutang Publik ... 34
5. Harga Ekspor dan Impor ... 35
C. Uraian Tentang Faktor Dominan Yang Berpengaruh Terhadap Nilai Tukar Rupiah Selama Tahun 2010-2014……….. 37
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 37
A. Simpulan ... 38 B. Saran ... 38 DAFTAR PUSTAKA ... 40
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 1 Grafik Perkembangan nilai Tukar Rupiah Terhadap
Dollar AS Periode 2008-2012 ... 3
2 Kerangka Pikir ... 18
DAFTAR GRAFIK
Nomor Halaman
1 Grafik Sistem Kurs Tetap ... 9
2 Grafik Sistem Kurs Mengambang Bebas... 13
3 Grafik Nilai Tukar Rupiah Indonesia Periode 2010-2014 ... 29
4 Grafik Tingkat Inflasi Periode Tahun 2010-2014... 31
5 Grafik Tingkat Suku Bunga Periode 2010-2014 ... 32
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
6 Nilai Tukar Rupiah Indonesia Periode 2010-2013 ... 28
7 Nilai Tukar Rupiah Bulanan di Indonesia Periode 2010-2013 ... 29
8 Tingkat Inflasi Periode 2010-2014 ... 30
9 Tingkat Suku Bunga Periode 2010-2014 ... 32
10 Neraca Perdagangan Indonesia Periode 2010-2014 ... 33
11 Posisi Utang Luar Negeri Pemerintah dan Bank Sentral ... 35
12 Nilai Ekspor dan Impor... 36
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi perdagangan dunia saat ini menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara, yaitu membuka diri terhadap sistem perdagangan internasional. Perekonomian terbuka inilah yang membawa suatu dampak ekonomi yaitu terjadinya perdagangan internasional antar negara-negara di dunia. Di dalam konteks perekonomian terbuka, perdagangan internasional berupa kegiatan ekspor dan impor. Perdagangan internasional menjadi penghubung antara perekonomian dalam negeri dengan perekonomian luar negeri. Hubungan perdagangan muncul dari kenyataan bahwa setiap negara saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Hasil produksi suatu negara diekspor ke negara lain, sedangkan beberapa barang yang dikonsumsi di dalam negeri diproduksi dan diimpor dari negara lain. Hubungan tersebut menyebabkan adanya hubungan saling ketergantungan antara kedua negara dalam berbagai perekonomian. Perdagangan dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan. Jika aktifitas perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor pergerak bagi pertumbuhan ekonomi.
Perdagangan internasional ini akan menimbulkan perbedaan mata uang yang digunakan oleh negara-negara yang bersangkutan. Akibat adanya perbedaan mata uang yang digunakan di negara yang mengekspor maupun mengimpor menimbulkan suatu perbedaan nilai tukar mata uang (kurs), oleh karena itu
2
diperlukan pertukaran mata uang antar negara. Perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang tersebut yang terjadi di pasar.
Penentuan sistem nilai tukar merupakan suatu hal penting bagi perekonomian suatu negara karena hal tersebut merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mendorong perekonomian di suatu negara dari gejolak perekonomian global. Penentuan sistem nilai tukar didasarkan atas beberapa pertimbangan yakni keterbukaan perekonomian suatu negara terhadap perekonomian internasional, tingkat kemandirian suatu negara dalam mengatur kebijakan ekonomi nasionalnya dan aktifitas perekonomian suatu negara. Selain itu nilai tukar (kurs) memegang peranan dalam memperlancar transaksi ekonomi antarnegara. Sejalan dengan fungsinya tersebut, kebijakan nilai tukar juga digunakan oleh suatu negara sebagai salah satu kebijakan ekonominya.
Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil (Salvatore, 1997:10)
Perkembangan nilai tukar di Indonesia mengalami fluktuasi. Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar AS selalu mengalami fluktuasi. Fluktuasi nilai tukar akan berdampak pada perekonomian suatu negara.
Pengaruh fluktuasi nilai tukar akan semakin besar jika suatu negara menganut sistem perekonomian terbuka termasuk Indonesia, dimana perdagangan bebas yaitu aktifitas ekspor impor akan sering terjadi. Bank Indonesia selaku otoritas moneter mempunyai tugas untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang tugas Bank Indonesia untuk
menjaga dan memelihara kestabilan nilai tukar rupiah. Secara teoritis, stabilitas nilai rupiah mempunyai makna ganda, yaitu stabilitas nilai rupiah terhadap harga barang dan jasa (inflasi) dan stabilitas nilai rupiah terhadap mata uang negara lain (nilai tukar atau kurs rupiah).
Gambar 1
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS Periode 2008-2012
Pengalaman beberapa Negara-negara Asia, termasuk Indonesia, pada tahun 1997-1998 menunjukkan bahwa krisis nilai tukar mengakibatkan kontraksi ekonomi yang parah di negara-negara yang mengalami krisis. Belajar dari pengalaman tersebut, pengendalian stabilitas nilai tukar bersama-sama dengan menjaga stabilitas ekonomi makro merupakan faktor penting dalam menjaga kesinambunhan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Nilai tukar berpengaruh terhadap besaran pertumbuhan ekonomi.
Pengaruhnya terjadi antara lain melalui perdagangan internasional (ekspor-impor) Sumber: Bank Indonesia
4
dan investasi. Pertumbuhan ekonomi pada umumnya diukur dengan presentase dari pertambahan real Gross Domestic Product (GDP). Berbagai faktor pendorong pertumbuhan ekonomi antara lain: liberalisasi perdagangan, aliran modal, investasi, inovasi teknologi dan peran human capital. Dalam perekonomian terbuka, tingkat pertumbuhan juga akan dipengaruhi oleh nilai tukar. Pengaruh nilai tukar terhadap tingkat pertumbuhan dapat dilihat baik melalui jalur aggregate supply (AS), yakni melalui pembentukan capital dan knowledge, maupun melalui aggregate demand (AD), yakni melalui transaksi perdagangan internasional (ekspor-impor) dan investasi (Santoso 2007).
Investasi di dalam suatu negara akan mengindikasikan tingkat pertumbuhan ekonomi Negara yang bersangkutan. Sementara itu Samuelson dan Nordhous,(1995:173) menyatakan bahwa pertumbuhan investasi sangat memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan investasi merupakan komponen pengeluaran yang cukup besar dan berubah-ubah, dengan demikian perubahan yang besar dalam investasi akan sangat mempengaruhi agregat komponen yang dilalui nilai tukar dalam mempengaruhi investasi, yakni melalui pengaruhnya terhadap profitabilitas marginal dari penjualan domestic dan ekspor, disamping itu juga dipengaruhi oleh naik atau turunnya harga faktor produksi impor dan besarnya rasio penggunaan kapital dalam proses produksi dan rendahnya rasio capital terhadap revenue.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar. Maka dalam hal ini akan dicermati faktor apa
saja yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah khususnya periode 2010- 2014.
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar di Indonesia periode 2010-2014
2. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain:
a. Bagi penulis
Menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan dan diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang hal-hal yang mempengaruhi profotabilitas sehingga dapat membandingkan antara kenyataan dalam praktik dengan teori-teori selama ini dipelajari.
b. Bagi perusahaan
Dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan tingkat operasional perusahaan dalam pengembangan perusahaan sehingga dapat lebih ditingkatkan lagi kinerja perusahaanya agar dapat memaksimalkan laba yang diperoleh. Dan dapat memberikan informasi mengenai kurs terhadap profit sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
c. Bagi universitas
Penelitian ini diharapkan dapat menambah daftar kajian pustaka dan referensi khususnya bagi mahasiswa / mahasiswi yang ingin melakukan penelitian dengan pembahasan serupa.
6 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Nilai Tukar (kurs)
Menurut Faisal (2001) nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestic atau dapat juga dikatakan harga mata uang domestic terhadap mata uang asing.
Nilai tukar mata uang merupakan perbandingan nilai dua mata uang yang berbeda dan ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan pasar dari mata uang asing tersebut. Nilai tukar yang kita kenakan dalam pengertian sehari-hari adalah pengertian nominal (nilai tukar nominal). Dalam menganalisis nilai tukar kita juga mengenal apa yang disebut sebagai nilai tukar rill. Nilai tukar rill adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatife, yaitu harga-harga di dalam negeri dibanding dengan harga-harga diluar negeri.
Nilai tukar rill dirasakan lebih memperlihatkan daya saing suatu produk dalam perdagangan internasional sebab nilai tukar rill juga memperhitungkan nilai tukar nominal serta tingkat harga domestic dan tingkat harga luar negeri dari suatu produk tersebut.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan valuta asing.
Pertama, faktor pembayaran impor. Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung melemah. Kedua, faktor aliran modal keluar (capital outflow). Semakin besar aliran modal keluar, maka semakin besar permintaan valuta asing pada
kelanjutannya akan memperlemah nilai tukar. Ketiga, kegiatan spekulasi. Semakin kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan oleh spekulan, maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga memperlemah nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing.
Sementara itu, penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama.
Pertama, faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan jasa, maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara pada lanjutannya nilai tukar terhadap mata uang asing cenderung menguat atau apresiasi. Kedua, faktor aliran modal masuk (capital inflow). Semakin besar aliran modal masuk, maka nilai tukar akan cenderung semakin menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa penerimaan hutang luar negeri, penempatan dana jangka pendek oleh pihak asing (portofolio investment) dan investasi langsung pihak asing (foreign direct investment) (Simorangkir dan Suseno, 2004: 6).
B. Sistem Nilai Tukar
Sistem nilai tukar adalah sistem yang digunakan untuk pembentukan harga mata uang rupiah terhadap mata uang asing, sistem ini diberlakukan mulai periode tahun 1970, dalam hal ini yang memberi kewenangan ialah pemerintah dan didukung oleh Bank Indonesia, Negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu:
1. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate)
Sistem nilai tukar tetap, lembaga otoritas moneter menetapkan tingkat nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang Negara lain pada tingkat tertentu,
8
tanpa memperhatikan penawaran ataupun permintaan terhadap valuta asing yang terjadi. Bila terjadi kekurangan atau kelebihan penawaran atau permintaan lebih tinggi dari yang ditetapkan pemerintah, maka dalam hal ini akan mengambil tindakan untuk membawa tingkat nilai tukar ke arah yang telah ditetapkan.
Tindakan yang diambil oleh otoritas moneter bisa berupa pembelian ataupun penjualan valuta asing, bila tindakan ini tidak mampu mengatasi maka akan dilakukan penjatahan valuta asing. Sistem nilai tukar tetap berlaku di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap resmi, sementara nilai tukar rupiah terhadap mata uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap US$ di bursa valuta asing Jakarta dan di pasar internasional.
Dalam melakukan jual beli mata uang asing lembaga-lembaga keuangan terutama bank, perdagangan akan menggunakan kurs yang ditetapkan. Namun sistem kurs tetap tidak dapat menjamin agar keseimbangan permintaan dan penawaran mata uang asing dicapai pada kurs yang ditetapkan. Pada umumnya keseimbangan dipasaran bebas dicapai pada kurs yang berbeda. Dengan demikian pada kurs yang ditetapkan biasanya permintaan dan penawaran tidak seimbang.
Para eksportir diwajibkan menjual hasil devisanya kepada Bank Indonesia.
Dalam rezim ini tidak ada pembatasan dalam hal pemikiran, penjualan maupun pembelian valuta asing. Sebagai konsekuensi kewajiban penjualan devisa tersebut, maka Bank Indonesia harus dapat memenuhi semua kebutuhan valuta asing oleh importir maupun masyarakat. Bedasarkan nilai tukar ini, Bank Indonesia memiliki kewenangan penuh dalam mengawasi transaksi devisa. Sementara untuk menjaga
kestabilan nilai tukar pada tingkat yang telah ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing.
Pemerintah Indonesia telah melakukan devaluasi sebanyak tiga kali yaitu pertama kali dilakukan pada tanggal 17 April 1970 nilai tukar rupiah ditetapkan kembali menjadi Rp.378/US$. Devasluasi yang kedua dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 1971 menjadi Rp.415/US$ dan yang ketiga pada tanggal 15 November 1987 dengan nilai tukar sebesar Rp.625/US$. Kebijakan devaluasi tersebut dilakukan karena nilai tukar rupiah mengalami over valued sehingga dapat mengurangi daya saing produk-produk ekspor di pasar internasional.
Pada sistem nilai tukar tetap ini, mata uang suatu Negara ditetapkan secara tetap dengan mata uang asing tertentu. Misalnya, mata uang rupiah ditetapkan secara tetap dengan mata uang asing tertentu. Misalnya, mata uang rupiah ditetapkan secara tetap terhadap dollar Amerika Serikat (USD). Penetapan nilai tukar secara tetap, terdapat kemungkinan nilai tukar yang ditetapkan terlalu tinggi (over valued) atau terlalu rendah (under valued) dari nilai sebenarnya.
Jika terjadi kelebihan permintaan, pemerintah akan menjual persediaan mata uang untuk memenuhi kelebihan permintaan tersebut. Bila terjadi kelebihan penawaran, pemerintah akan membeli penawaran tersebut. Dapat dilihat pada grafik 1
Sumber: Bank Indonesia
10
Pada awalnya, pemerintah menetapkan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika adalah US $ 1 = Rp 8.000,-. Karena impor barang dari Amerika meningkat maka permintaan terhadap dolar Amerika juga meningkat, dari Q0 menjadi Q1 yang akhirnya membuat kurva permintaan bergeser dari D0 ke D1. Apabila pemerintah tidak campur tangan maka akan terbentuk tingkat kurs yang baru sebesar E1. Oleh karena itu, agar tingkat kurs tetap pada US $ 1 = Rp 8.000,- maka pemerintah (melalui Bank Sentral) akan menjual cadangan dolar Amerika sehingga kurva penawaran dolar Amerika akan bergeser ke kanan dari E1. dan terbentuklah tingkat kurs yang besarnya sama dengan tingkat semula yakni US $ 1 = Rp 8.000,-.
Sistem nilai tukar tetap memiliki kelebihan dan kelemahan. Sistem nilai tukar ini memiliki kelebihan karena adanya ketidak pastian nilai tukar bagi pasar.
Sedangkan kelemahannya, yaitu membutuhkan cadangan devisa yang besar untuk mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan.
Banyak Negara meninggalkan sistem nilai tukar tetap, sehingga sebagian kecil Negara yang menerapkan sistem nilai tukar ini. Penyebab suatu Negara meninggalkan sistem nilai tukar tetap adalah:
1. Dapat mengganggu neraca perdagangan. Menerapkan sistem nilai tukar tetap, maka nilai tukar uang domestic akan lebih mahal dibandingkan dengan nilai sebenarnya. Kondisi ini dapat mengakibatkan barang-barang ekspor suatu Negara lebih mahal di luar negeri dan akan mengurangi daya kompetisi dan selanjutnya akan menurunkan volume ekspor. Di sisi impor, nilai tukar yang over valued mengakibatkan harga barang impor menjadi lebih murah dan
impor dapat meningkat. Secara keseluruhan nilai tukar yang over valued akan memperburuk neraca perdagangan suatu Negara.
2. Ketidak cukupan cadangan devisa untuk mempertahankan sistem ini. Negara- negara yang mempunyai devisa sedikit akan rentan terhadap serangan nilai tukar karena Negara tidak mempunyai cadangan devisa yang cukup untuk intervensi ke pasar valas dalam mempertahankan nilai tukar.
Sementara itu, masih terdapat beberapa Negara yang menggunakan sistem nilai tukar tetap disebabkan sistem nilai tukar ini dapat digunakan sebagai jangkar nominal (nominal anchor). Jangkar nominal yang dimaksud dalam pengertian disini adalah nilai tukar tetap dapat digunakan sebagai alat pengendali inflasi.
Dengan dipatoknya nilai tukar, maka harga barang impor juga relative tetap sehingga inflasi yang berasal dari barang impor dapat dikendalikan. Dalam rangka menjamin kesuksesan kebijakan nilai tukar tetap, kebijakan ini umumnya diimbangi dengan sistem devisa terkontrol. Melalui kontrol devisa, maka ruang gerak pelaku pasar untuk menyerang nilai tukar dapat dibatasi.
2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate)
Menurut Triyono (2008) sistem nilai tukar mengambang terkendali, dimana pemerintah mempengaruhi tingkat nilai tukar melalui permintaan dan penawaran valuta asing, biasanya sistem ini diterapkan untuk menjaga stabilitas moneter dan neraca pembayaran. Sistem nilai tukar mengambang terkendali di Indonesia ditetapkan bersamaan dengan kebijakan devaluasi rupiah pada tahun 1978 sebesar 33%. Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem basket
12
of currencies Negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Dengan sistem ini, Bank Indonesia menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, maka Bank Indonesia melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau batas bawah spread.
Pada saat sistem nilai tukar mengambang terkendali diterapkan di Indonesia, nilai tukar rupiah dari tahun ke tahunnya terus mengalami depresiasi terhadap US dollar. Nilai tukar rupiah berubah-ubah antara Rp. 644/US$ sampai Rp. 2.383/US$. Dengan kata lain, nilai tukar rupiah terhadap US dollar cenderung tidak pasti.
Suatu Negara menerapkan sistem nilai tukar terkendali apabila bank sentral melakukan intervensi di pasar valuta asing tetapi tidak ada komitmen untuk mempertahankan nilai tukar pada tingkat tertentu atau pada suatu batasan target (target zone) tertentu. Intervensi dipasar valuta asing merupakan sejenis batasan target yang tidak resmi (unannounced target zone). Perbedaan mendasar sistem ini dengan standart announced target zone adalah tidak ada komitmen pada tingkat nilai tukar tertentu. Dengan demikian, dalam sistem ini tidak ada usaha untuk mempengaruhi ekspektasi masyarakat terhadap pergerakan nilai tukar atau permasalahan kredibilitas.
3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Free Floating Exchange Rate) Sistem nilai tukar mengambang bebas, dimana pemerintah tidak mencampuri tingkat nilai tukar sama sekali sehingga nilai tukar diserahkan pada permintaan dan penawaran valuta asing. Penerapan sistem nilai tukar ini
dimaksudkan untuk mencapai penyesuaian yang lebih berkesinambungan pada posisi keseimbangan eksternal (external equilibrium position), tetapi kemudian timbul indikasi bahwa beberapa persoalan akibat dari kurs yang fluktuatif akan timbul, terutama karena karakteristik ekonomi dan struktur kelembagaan pada Negara berkembang masih sederhana. Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas ini diperlukan sistem perekonomian yang sudah mapan.
Sistem kurs bebas disebut juga dengan istilah “Sistem Kurs Mengambang”. Selanjutnya, perhatikan grafik 2 berikut.
Pada awalnya, tingkat kurs yang terjadi adalah di titik E0 sebagai titik keseimbangan. Bila impor terhadap barang-barang Amerika meningkat, maka permintaan terhadap dolar Amerika untuk membayar impor juga meningkat, sehingga kurva permintaan dari D0 akan bergeser ke D1. Hal itu mengakibatkan kurs keseimbangan bergeser ke E1. Pada titik E1, nilai tukar rupiah adalah Rp 7.000,- per dolar AS atau US $ 1 = Rp 7.000,-. Maka, dikatakan bahwa nilai dolar Amerika telah mengalami peningkatan (apresiasi) terhadap rupiah, karena sebelumnya 1 dolar Amerika hanya senilai Rp 6.000,- (titik E0).
Sebaliknya, bila impor terhadap barang-barang Amerika menurun maka permintaan terhadap dolar Amerika juga menurun yang pada akhirnya akan
14
menggeser kurva permintaan dari D0 menjadi D2. Akibatnya, tingkat kurs keseimbangan bergeser ke titik E2 yaitu US $ 1 = Rp 5.000,-. Ini berarti nilai dolar Amerika mengalami penurunan (depresiasi) terhadap rupiah. Yang perlu diingat dalam sistem kurs bebas adalah bahwa berapa pun harga keseimbangan (baik pada E0, E1, atau E2), maka jumlah devisa yang diperjualbelikan merupakan jumlah keseimbangan, yakni jumlah yang diminta = jumlah yang ditawarkan.
C. Faktor yang mempengaruhi nilai tukar
Aliran valuta asing yang besar dan cepat untuk memenuhi tuntutan perdagangan, investasi, dan spekulasi dari suatu tempat surplus ke tempat defisit dapat terjadi karena adanya faktor-faktor atau kondisi yang berbeda sehingga berpengaruh dan menimbulkan perbedaan kurs valuta asing di masing-masing tempat. Menurut Hamdy Hady (2009:109) faktor yang menyebabkan mengapa kurs berubah:
a. Supply dan demand foreign currency b. Posisi balance of payment (BOP) c. Tingkat income
d. Pengawasan pemerintah
e. Ekspektasi, spekulasi, dan rumor
D. Faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar mata uang a. Perbedaan tingkat inflasi
Suatu Negara yang tingkat inflasinya konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan Negara yang inflasinya lebih tinggi.
Daya beli (purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari
Negara lain. Nilai tukar mata uang Negara-negara yang inflasinya lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan Negara partner dagangnya.
b. Perbedaan tingkat suku bunga
Suku bunga, inflasi dan nilai tukar sangat berhubungan erat. Dengan merubah tingkat suku bunga, bank sentral suatu Negara bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang tersebut meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return yang lebih besar. Namun jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga bank sentral menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang Negara tersebut.
c. Neraca perdagangan
Neraca perdagangan antara 2 negara berisi semua pembayaran dari hasil jual beli barang dan jasa. Neraca perdagangan suatu Negara disebut defisit bila Negara tersebut membayar lebih banyak ke Negara partner dagangnya dibandingkan dengan pembayaran yang diperoleh dari Negara partner dagang.
Dalam hal ini Negara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang Negara partner dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata uang Negara tersebut terhadap Negara partnernya melemah. Keadaan sebaliknya disebut surplus, dimana nilai tukar mata uang Negara tersebut menguat terhadap Negara partner dagang.
16
d. Hutang publik (Public debt)
Neraca anggaran domestik suatu Negara digunakan juga untuk membiayai proyek-proyek untuk kepentingan publik dan pemerintahan. Jika anggaran defisit maka public debt membengkak. Public debt yang tinggi akan menyebabkan inflasi. Defisit anggaran bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau mencetak uang. Keadaan bisa memburuk bila hutang yang besar menyebabkan Negara tersebut default (gagal bayar) sehingga peringkat hutangnya turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang Negara tersebut.
e. Ratio harga ekspor dan harga impor
Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor maka nilai tukar mata uang Negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan barang dan jasa dari Negara tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga meningkat. Keadaan sebaliknya untuk harga impor yang naik lebih cepat dari harga ekspor.
E. Fluktuasi nilai tukar
Fluktuasi nilai tukar merupakan gejolak naik turunnya nilai kurs suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Yang diman gejolak tersebut akan mempengaruhi dan memberikan efek bagi perusahaan melalui selisih kurs.
Menurut Mann (dalam Wang 2002:2) yaitu dikatakan bahwa “perubahan nilai tukar akan terserap atau masuk kedalam profit, dimana pada akhirnya akan mempengaruhi kondisi sebuah perusahaan”. Kondisi fluktuasi kurs bukan hanya mempengaruhi pada bidang perdagangan namun juga pada nantinya akan
mempengaruhi keadaan laba. Semua ini termasuk dalam kegiatan perusahaan, yang bisa dikatakan bahwa fluktuasi kurs juga mempengaruhi perusahaan itu sendiri khususnya dalam hal keuangan. Sehingga faktor nilai tukar patut untuk diperhatikan dalam ruang lingkup perusahaan, sebagai salah satu faktor yang harus dipertimbangkan untuk melakukan operasi perusahaan.
F. Cara mencegah terjadinya fluktuasi nilai tukar a. Minimalkan transaksi beda mata uang
Upayakan hanya bertransakasi dengan menggunakan mata uang yang sama. Maksudnya, gunakan mata uang yang sama antara transaksi yang menimbulkan liabilitas (=utang) dengan transaksi yang menimbulkan asset (=piutang). Namun saat impor barang, kecil kemungkinannya penjual di luar negeri mau menerima pembayaran dalam mata uang Rupiah.
b. Melakukan Hedging
Hedging sangat bermanfaat bagi perusahaan yang memiliki usaha dan kerap bertransaksi yang berkaitan dengan suku bunga atau nilai tukar. Jika perusahaan mempunyai hutang dalam valuta asing dan suku bunga mengambang, mereka pasti akan terpengaruh. Menghadapi suku bunga yang cenderung naik dan nilai tukar berfluktuatif,kebutuhan hedging juga dirasakan semakin besar khususnya oleh perusahaan-perusahaan umum yang kerap melakukan ekspor dan impor.
G. Kerangka Pikir
Nilai tukar yang berdasarkan pada kekuatan pasar akan selalu berubah disetiap kali nilai-nilai salah satu dari dua komponen mata uang berubah. Sebuah
18
mata uang akan cenderung menjadi lebih berharga bila permintaan menjadi lebih besar dari pasokan yang tersedia. nilai akan menjadi berkurang bila permintaan kurang dari suplai yang tersedia. Ketidakstabilan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar dari waktu ke waktu menyebabkan ketidakstabilan harga saham. Kondisi ini cenderung menimbulkan keragu-raguan bagi investor, sehingga kinerja bursa efek menjadi menurun.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan, maka variable yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar Kerangka Pikir
FLUKTUASI NILAI TUKAR
HARGA EKSPOR DAN IMPOR
NERACA PERDAGAN
GAN SUKU BUNGA INFLASI
HUTANG PUBLIK
19
METODE PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian
Karena penelitian ini menyangkut fluktuasi nilai tukar Rupiah di Indonesia maka yang menjadi objek penelitian memerlukan data Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS) melalui pengumpulan data selama 2 bulan yaitu dari bulan maret hingga april 2015.
B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam dalam penelitian ini yaitu, data yang menyangkut tentang nilai tukar dan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah di Indonesia yang diperoleh dari BPS dan Bank Indonesia.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dari instansi maupun penertiban dari lembaga nasional berupa data yang bersifat runtun waktu (time series). Data tersebut diperoleh dari beberapa sumber yaitu Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS) dan data internet service.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
1. Studi kepustakaan berupa kunjungan studi ke perpustakaan Universitas Muhammadiyah Makassar, mencari dan mengumpulkan data dari buku-buku pustaka, dan bahan-bahan yang berhubungan dengan perumusan masalah yang
20
berfungsi sebagai bahan referensi, yaitu berupa data yang menyangkut tentang nilai tukar dan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah di Indonesia
2. Mencari dan mengumpulkan data-data yang akan dianalisis melalui laporan- laporan yang diperoleh dari instansi terkait, yaitu Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS), dan sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan sebagai bahan masukan terutama untuk analisis pembahasan.
3. Data dari internet service, yang telah diolah kembali oleh penulis.
D. Definisi Operasional
Guna menghindari adanya kesalahan makna dari variabel-variabel yang digunakan dalam model analisis, maka berikut ini diberikan definisi operasional yang merupakan penjelasan dari variabel-variabel yang digunskan sebagai berikut:
1. Variabel Independent
Variabel Independent adalah variabel bebas yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya (terpengaruhnya) variabel dependent (variabel tak bebas). Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga, Neraca Perdagangan, Hutang Publik, dan harga ekspor dan impor.
a. Nilai tukar mata uang dan tingkat inflasi
Negara-negara dengan tingkat kemakmuran ekonomi yang tinggi cenderung akan konsisten rendah tingkat inflasinya sehingga nilai mata uangnya menjadi lebih kuat dibandingkan dengan negara lain yang tingkat
inflasinya tinggi. Hal itu akan menyebabkan purchasing power atau daya beli negara-negara maju tersebut lebih tinggi daripada negara lain.
b. Nilai tukar mata uang dan tingkat suku bunga
Nilai tukar uang, inflasi, dan suku bunga mempunyai korelasi yang kuat.
Bank Indonesia misalnya, dapat turun tangan untuk mengatasi inflasi dan mempengaruhi nilai tukar mata uang dengan mengubah tingkat suku bunga. Jika suku bunga Indonesia tinggi maka permintaan mata uang rupiah akan bertambah dan investor baik lokal maupun mancanegaraakan tertarik berinvestasi demi keuntungan yang lebih besar. Tetapi jika inflasi semakin meningkat investor akan keluar untuk menghindari kerugian sampai bank pusat kembali menaikkan suku bunga. Sebaliknya, jika bank Indonesia menurunkan suku bunga, maka nilai tukar uang akan semakin lemah.
c. Nilai tukar mata uang dan neraca perdagangan
Pengertian neraca perdagangan adalah semua pembayaran dari hasil ekspor dan impor barang ataupun jasa dari dua negara partner dagang. Bila suatu negara mengeluarkan uang lebih banyak untuk membayar negara partner dagangnya daripada jumlah yang diterima sebagai pembayaran atas produk ekspornya, maka dikatakan negara tersebut mengalami defisit.
Selanjutnya negara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang negara partner dagangnya yang berakibat pada melemahnya nilai tukar uang negara tersebut terhadap mata uang negara partner dagang.
22
d. Nilai tukar mata uang dan hutang publik
Anggaran yang defisit akan menyebabkan meningkatnya hutang publik atau public debt dan hal ini akan berakibat pada tingginya nilai inflasi.
Defisit anggaran dapat diatasi dengan menjual aset pemerintah atau mencetak lebih banyak uang. Jika keadaan terus memburuk, pemerintah bisa saja mengalami gagal bayar atau default sehingga peringkat hutangnya turun. Salah satu faktor yang dapat melemahkan nilai tukar uang suatu negara adalah hutang publik yang tinggi.
e. Nilai rukar mata uang dan Ekspor-Impor
Jika jumlah ekspor barang ataupun jasa suatu negara meningkat daripada nilai ekspornya, dapat dipastikan nilai tukar mata uang negara tersebut akan menguat. Dengan peningkatan komoditas ekspor baik barang atau jasa berarti permintaan mata uang akan meningkat. Sebaliknya, bila nilai impor lebih tinggi daripada jumlah ekspor, bisa saja negara mengalami defisit sehingga nilai tukar melemah.
2. Variabel Dependent
Variabel Dependent adalah variabel tak bebas yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independent. Variabel Dependent dalam penelitian ini adalah Fluktuasi Nilai Tukar. Fluktuasi nilai tukar merupakan gejolak naik turunnya nilai kurs suatu mata uang terhadap mata uang lainnya.
E. Metode Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu menjelaskan fenomena yang terjadi di Indonesia terkait faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah.
24 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Rupiah di Indonesia
Mata Uang Rupiah bukanlah satu-satunya mata uang yang pernah berlaku di Indonesia. Kerajaan-kerajaan Mataram lama, Sriwijaya, dan Majapahit telah mengenal dan menggunakan berbagai tipe “uang” yang umumnya berupa logam.
Setelah kedatangan penjajah di Indonesia pun, Indonesia telah mengenal berbagai macam mata uang, termasuk Sen dan Gulden yang diterbitkan oleh De Javasche Bank khusus untuk dipergunakan di Hindia Belanda (Indonesia saat itu).
Setelah tentara Jepang mengambil alih menduduki Indonesia tahun 1942, pemerintah Jepang di Indonesia berusaha menarik mata uang terbitan Belanda tersebut dari peredaran dan menyusun bank Nanpo Kaihatsu Ginko yang mencetak uang mereka sendiri, walaupun masih dalam bahasa Belanda, yang disebut “Gulden Hindia Belanda”.
Menjelang akhir pendudukan Jepang, sebagai bagian dari upaya menarik hati masyarakat Indonesia, Jepang mencetak lagi uang baru berbahasa Indonesia yang dinamakan “Rupiah Hindia Belanda”. Namun karena situasi ekonomi dan politik saat itu yang kacau, maka baik uang Gulden terbitan Hindia Belanda, Gulden terbitan Jepang, maupun Rupiah Hindia Belanda, semuanya masih digunakan oleh masyarakat setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kondisi semakin parah setelah tentara sekutu mendarat di Indonesia dan berusaha menduduki Indonesia kembali. Tentara sekutu yang juga dikenal sebagai
Netherlands Indies Civil Administration (NICA) menarik Gulden Hindia Belanda yang dicetak sebelum pendudukan Jepang dan mulai menerbitkan uangnya sendiri di Indonesia Timur yang banyak disebut sebagai “Gulden NICA” atau uang NICA. Akibat uang NICA tersebut , pemerintah Indonesia yang baru lahir berkat proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 mulai mengambil langkah-langkah untuk menerbitkan uang sendiri. Masalahnya sumber daya yang dibutuhkan untuk mencetak uang tidaklah kecil. Selain itu, tentara sekutu berusaha menyerang pabrik percetakannya guna mencegah penerbitan uang tersebut.
2. Oeang Republik Indonesia dan Sejarah Nilai Tukar
Setelah melampaui perjuangan berat, pemerintah Indonesia akhirnya berhasil merilis uang pertamanya pada 3 Oktober 1946, dikenal juga sebagai
“Oeang Republik Indonesia” atau ORI. Saat itu dideklarasikan bahwa semua uang terbutan Jepang harus ditukar dengan ORI hingga tanggal 30 Oktober di tahun yang sama. Standar nilai tukarnya ditetapkan dengan patokan 50 Rupiah Hindia Belanda = 1 ORI. Pemerintah juga menyatakan bahwa satu ORI memiliki nilai setara dengan 0.5 gram emas. Rupiah Hindia Belanda yang masih beredar setelah bulan oktober dinyatakan tidak berlaku lagi.
3. Sejarah Rupiah Setelah Kelahiran Bank Indonesia
Setelah kelahiran NKRI, pemerintah berupaya untuk menghapuskan pengaruh Belanda dalam sistem keuangan Indonesia. Upaya pertama yang dilakukan adalah dengan menggantikan mata uang terbitan Belanda berdeniminasi rendah dengan koin Rupiah pecahan 1, 5, 10, 25 dan 50 sen, serta penerbitan uang kertas 1 dan 2 ½ Rupiah.
26
Selanjutnya, pemerintah menasionalisasi De Javasche Bank yang merupakan bank sentral RIS menjadi Bank Indonesia. Di tahun 1952-1953, Bank Indonesia mulai merilis uang kertas baru, mulai dari 1 Rupiah hingga 100 Rupiah.
Ini menandai periode baru dalam sejarah Rupiah, dimana penerbitan dan peredaran uang kertas Rupiah kini menjadi tugas Bank Indonesia, sedangkan uang koin masih ditangani oleh pemerintah secara terpisah.
Sayangnya, perilisan uang baru Bank Indonesia tidak mampu menyelesaikan keruwetan perekonomian Indonesia. Inflasi terus membubung tinggi dan nilai tukar rupiah pun merosot dengan cepat. Pada maret 1950, nilai tukar Rupiah adalah 1.60 per Dollar AS, namun dalam waktu kurang dari sepuluh tahun sudah naik ribuan persen menjadi 90 per Dollar AS pada desember 1958.
Kondisi ekonomi tersebut mendorong pemerintah Indonesia untuk mendevaluasi Rupiah pada tahun 1959. Upaya tersebut lagi-lagi gagal, dan Rupiah kembali didevaluasi beberapa tahun kemudian. Namun Rupiah masih tak terkendali, hingga pemerintahan Orde Baru dibawah Presiden Suharto berhasil menstabilkan nilainya.
Mulai masa Orde Baru, Bank Indonesia diberi kewenangan untuk mencetak dan menerbitkan uang, baik dalam bentuk koin maupun kertas, serta mengatur peredarannya di Indonesia. Hal ini terus berlanjut hingga pemberlakuan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2011 Tentang Mata Uang yang mendorong penerbitan uang NKRI pada tanggal 17 Agustus lalu. Sementara itu, uang-uang lama yang pernah beredar lainnya saat ini umumnya diperjual belikan secara eksklusif diantara kolektor uang lama. Lembaran 10.000 Rupiah bergambar relief
Candi Borobudur misalnya, bisa diperdagangkan dengan harga sangat mahal ditangan kolektor karena nilai sejarahnya serta keunilak gambarnya.
Uang NKRI dengan denominasi 100.000 Rupiah emisi tahun 2014 telah sukses diterbitkan pada 17 Agustus 2014, menandai periode baru dalam sejarah mata uang Rupiah. Sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 7 tahun 2011 Tentang Mata Uang. Rupiah kini dikelola bersama antara Bank Indonesia dengan Kementrian Keuangan sebagai representasi Pemerintah.
4. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah di Indonesia
Nilai Tukar (Kurs) merupakan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar valuta asing yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan. Cara penilaian harga mata uang dengan menyatakan sekian unit mata uang asing dinamakan direct quotation.
Dalam hal memahami kurs mata uang, terjadinya naik turun nilai tukar menjadi sesuatu yang biasa terjadi. Ini disebabkan karena pada dasarnya, kurs mata uang yang mengedepankan atau berdasarkan pada kondisi kekuatan pasar, biasanya memang selalu berubah setiap saat pada setiap kali terjadi perubahan kurs mata uang yang ada pada salah satu Negara yang berubah juga.
Dalam hal ini, kondisi kurs mata uang menjadi sangat berharga jika kemudian permintaan lebih besar dibanding dengan pasokan yang ada. Pada kondisi lain, nilai kurs mata uang kemudian bias menjadi menurun atau berkurang jika permintaan pun mengalami kekurangan dari supply yang ada saat itu.
28
Dari sini kemudian bisa dipahami bahwa, jika memang terjadi kenaikan permintaan terhadap mata uang itu adalah hal yang baik. Pasalnya itu menandakan terjadinya peningkatan permintaan untuk transaksi uang. Paling tidak, mungkin terjadinya peningkatan permintaan uang yang bersifat spekulatif dilihat dari kondisi yang ada.
Perkembangan nilai tukar rupiah di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.
Nilai tukar rupiah selama periode 2010 sampai 2014 mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami depresiasi dari tahun ke tahunnya. Fluktuasi ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor fundamental yaitu penawaran dan permintaan valas maupun faktor non-fundamental yaitu kondisi perkembangan politik dan keamanan dalam negeri, tergantung pada kebijakan yang ditempuh pemerintah saat itu.
Data nilai tukar yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar mata uang Indonesia (Rupiah) terhadap mata uang Amerika (Dollar). Data perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1 : Nilai Tukar Rupiah Indonesia Periode 2010-2014 Tahun Nilai Tukar (Rupiah/US$) Presentase
2010 8.991 -4,55
2011 9.068 0,85
2012 9.400 3,53
2013 12.189 22,88
2014 12.200 0,66
Sumber : Bank Indonesia, 2014
Dari grafik 3 memperlihatkan perkembangan nilai tukar rupiah di Indonesia selama tahun 2010-2014 cukup berfluktuatif. Nilai tukar rupiah terendah terjadi pada tahun 2010 dengan presentase perubahan sebesar -4,55%
dan tertinggi pada tahun 2013 dengan presentase sebesar 22,88%. Penguatan Rupiah pada tahun 2010 disebabkan meredahnya permintaan valuta asing yang sejalan dengan terkendalinya jumlah uang beredar dan turunnya ekspektasi inflasi.
Dan pelemahan Rupiah pada tahun 2014 sebesar 0,66% terjadi karena meningkatnya subsidi bahan bakar minyak, banyaknya utang luar negeri swasta yang jatuh tempo.
Tabel 2 : Nilai Tukar Rupiah Bulanan di Indonesia Periode 2010-2013 Bulan 2010 2011 2012 2013
Januari 9365 9057 9000 9698
Februari 9335 8823 9085 9667
Maret 9115 8709 9180 9719
April 9012 8574 9190 9722
Mei 9180 8537 9565 9802
Juni 9083 8597 9480 9929
Juli 8952 8508 9485 10278
Agustus 9041 8578 9560 10924
September 8924 8823 9588 11613
Oktober 8928 8835 9615 11234
November 9013 9170 9605 11977
Desember 8991 9068 9400 12189
Sumber : Bank Indonesia, 2014
8,991 9,068 9,400
12,189 12,200
-4.55 0.85 3.53 22.88 0.66
-5,000 0 5,000 10,000 15,000
2010 2011 2012 2013 2014
Grafik 3 Nilai Tukar Rupiah Indonesia Periode 2010-2014
nilai tukar persentase
30
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah di Indonesia
1. Tingkat Inflasi
Tingkat Inflasi adalah perubahan tingkat inflasi dari tahun ke tahun.
Berikut data tingkat inflasi periode Tahun 2010-2014. Tingkat inflasi yang terjadi disuatu negara dapat berpengaruh positif terhadap perkembangan perekonomian suatu negara tergantung dari tingkat inflasi yang terjadi masuk dalam kategori rendah atau tinggi. Suatu negara yang tingkat inflasinya kongsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Nilai tukar mata uang negara-negara yang inflasinya lebih tinggi akan mengalami galausiasi dibandingkan Negara partner dagangnya.
Berikut data tingkat inflasi di Indonesia yang terjadi periode 2010-2014:
Tabel 3 Tingkat Inflasi Periode Tahun 2010-2014 Tahun Laju Inflasi
(%)
Perkembangan (%) 2010
2011 2012 2013 2014
0,92 0,57 0,54 1,12 0,47
19,42 8,30 4,30 4,70 2,46 Sumber: Badan Pusat Statistik
Dari data grafik 4 diatas dapat dilihat bahwa tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 19,42%, laju inflasi sebesar 0,92%. Inflasi ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga pada sebuah kelompok pengeluaran, kecuali kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi 0,12%. Kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 1,58%, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,73% dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,52%. Sementara pada kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi 0,23%-0,36%. Sedangkan inflasi terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 2,46% dengan laju inflasi sebesar 0,47%.
2. Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh pemilik modal dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan atas penggunaan dana dari pemilik modal. Dengan merubah tingkat suku bunga, bank sentral suatu Negara bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang tersebut meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan
0.29 0.57 0.54 1.12 0.47
19.42
8.3
4.3 4.7
2.46 0
5 10 15 20 25
2010 2011 2012 2013 2014
Grafik 4 Tingkat Inflasi Periode Tahun 2010-2014
laju inflasi perkembangan
32
tertarik dengan return yang lebih besar. Namun jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga bank sentral menaikkan suku bunganya lagi.
Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang Negara tersebut.
Berikut data tingkat suku bunga periode tahun 2010-2014:
Tabel 4 Tingkat Suku Bunga Periode 2010-2014 Tahun Suku Bunga Bank
Umum (%)
Perkembangan (%) 2010
2011 2012 2013 2014
12,56 12,10 11,08 12,12 12,54
(1,24) (0,46) (1,02) (0,30) (0,37)
Sumber data: Kantor Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik Kota Makassar, 2014
Dari grafik 5 dapat dilihat bahwa tingkat suku bunga mengalami fluktuasi mulai pada tahun 2010-2014, namun tingkat suku bunga tertinggi terjadi pada tahun 2010 yakni sebesar 12,56% sedangkan untuk tingkat suku bunga terendah terjadi pada tahun 2012 yakni sebesar 11,08%. Hal ini sejalan dengan tingkat
12.56 12.1
11.08 12.12 12.54
1.24 0.46 1.02 0.3
0 5 10 15
2010 2011 2012 2013 2014
Grafik 5 Tingkat Suku Bunga Periode 2010-2014
suku bunga perkembangan
inflasi yang pada tahun 2011 dan 2012 yang jiga cenderung turun. Adapun perkembangan untuk suku bunga dari tahun ke tahun tidak terlalu mengalami lonjakan yang begitu signifikan, hal ini dapat dilihat bahwa perubahan laju suku bunga dari tahun ke tahun hanya mengalami peningkatan berkisar 1%.
3. Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan atau neraca ekspor-impor adalah perbedaan antara nilai ekspor dan impor suatu negara pada periode tertentu, diukur dengan menggunakan mata uang yang berlaku. Neraca perdagangan suatu Negara disebut defisit bila Negara tersebut membayar lebih banyak ke Negara partner dagangnya dibandingkan dengan pembayaran yang diperoleh dari Negara partner dagang.
Dalam hal ini Negara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang Negara partner dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata uang Negara tersebut terhadap Negara partnernya melemah. Keadaan sebaliknya disebut surplus, dimana nilai tukar mata uang Negara tersebut menguat terhadap Negara partner dagang. Neraca positif artinya terjadi surplus perdagangan jika nilai ekspor lebih tinggi dari impor, dan sebaliknya untuk neraca negatif. Berikut data neraca perdagangan di Indonesia periode tahun 2010-2014:
Tabel 5 Neraca Perdagangan Indonesia Periode 2010-2014
Tahun Ekspor Impor Neraca
Perdagangan 2010
2011 2012 2013 2014
157.779 203.497 190.020 182.552 176.230
135.663 177.436 191.690 186.629 178.179
22.116 26.061 -1.669 -4.077 -1.886 Sumber: Badan Pusat Statistik: 2014
34
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan neraca perdagangan di Indonesia pada grafik 5 disajikan perkembangan neraca perdagangan di Indonesia selama kurun waktu 2010-2014. Tampak bahwa situasi neraca perdagangan mengalami surplus pada tahun 2011 sebesar 26.061, sedangkan pada tahun 2012 mengalami defisit sebesar -1.669.
4. Hutang Publik
Hutang Publik (Public debt) adalah pinjaman yang dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Surat Utang Negara yang kita kenal saat ini berawal dari adanya dampak krisis ekonomi dan moneter yang pernah melanda Indonesia. Sejak saat itulah secara konsisten Pemerintah menerbitkan Surat Utang Negara sampai dengan saat ini. Jika anggaran defisit maka public debt membengkak. Public debt yang tinggi akan menyebabkan inflasi. Dalam perkembangan selanjutnya, Surat Utang Negara merupakan salah satu instrumen sumber pembiayaan anggaran manakala terjadi defisit pada APBN. APBN sampai saat ini masih mengalami defisit yang menggambarkan bahwa pengeluaran Negara masih lebih besar disbanding dengan pendapatannya. Kebutuhan pembiayaan anggaran untuk menutup defisit tersebut, baik secara nominal maupun rasionalnya mengalami kenaikan dari tahun ke tahunnya. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
Berikut data mengenai posisi utang luar negeri pemerintah dan bank sentral menurut jenis utang (juta US$) periode 2010-2013:
Tabel 6 Posisi Utang Luar Negeri Pemerintah dan Bank Sentral
Uraian 2010 2011 2012 2013
Pemerintah Bilateral Multilateral
Fasilitas Kredit Ekspor Komersial
Leasing Obligasi
Surat Berharga Negara Domestik Yang Dimiliki Bukan Penduduk
106.860 35.641 23.129 8.775 581 - 16.989 21.772
112.427 35.772 23.363 8.098 639 - 20.028 24.576
116.187 32.007 23.752 6.989 594 - 24.869 27.975
114.294 27.134 23.598 6.023 1.517 - 29.453 26.567
Bank Sentral Bilateral Multilateral Komersial Obligasi
Surat Berharga Negara Domestik Yang Dimiliki Bukan Penduduk
Kas Dan Simpanan Kewajiban Lain
11.764 4 3.050 576 - 6.109
4 2.021
6.215 3 3.031 490 - 860
28 1.803
9.932 - 3.053 354 - 42
6 6.477
9.255 - 3.050 244 - 307
26 5.628
Total 118.624 118.642 126.119 123.450
Sumber: Badan Pusat Statistik 5. Harga Ekspor dan Impor
Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan jasa, maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu Negara pada lanjutannya nilai tukar terhadap mata uang asing cenderung menguat atau apresiasi. Kemudian semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin besar permintaan terhadap
36
valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung melemah. Berikut data mengenai perkembangan nilai ekspor dan impor periode tahun 2010-2014:
Tabel 7 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor
Tahun
Migas Nonmigas Perkrmbangan
X M X M Migas Nonmigas 2010
2011 2012 2013 2014
15,63 17,24 16,32 16,89 14,48
13,01 15,39 16,94 15,37 14,79
12,82 13,71 13,60 9,20 11,88
10,06 11,49 12,86 13,05 11,39
2,63 1,84 0,62 0,56 0,31
2,76 1,77 0,74 0,47 0,49 Sumber: Badan Pusat Statistik
Data dari tabel 7 menunjukkan bahwa perkembangan ekspor dan impor di Indonesia yang tertinggi terjadi pada tahun 2010. Ekspor termasuk migas dan tanpa migas tahun 2010 masing-masing bernilai 15,63 miliar US dollar dan 12,82 miliar US dollar, sedangkan impor masing-masing bernilai 13,01 miliar dan 10,06 miliar US dollar. Dengan demikian neraca perdagangan luar negeri tahun 2010 termasuk migas mengalami surplus 2,63 miliar US dollar sedangkan yang tanpa migas surplus 2,76 miliar US dollar. Sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2014 y aitu, Ekspor termasuk migas dan tanpa migas masing-masing bernilai14,48 miliar US dollar dan 11,88 miliar US dollar, sedangkan impor masing-masing bernilai 14,79 miliar US dollar dan 11,39 miliar US dollar. Dengan demikian neraca perdagangan luar negeri termasuk migas mengalami defisit 0,31 miliar US dollar , dan tanpa migas mengalami surplus 0,49 miliar US dollar.
C. Uraian Tentang Faktor Dominan Yang Berpengaruh Terhadap Nilai Tukar Rupiah Selama Tahun 2010-2014.
Faktor yang paling berpengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah adalah tingkat inflasi pada tahun 2010 dimana perkembangan tingkat inflasi sebesar 19,42%. Hal ini telah menunjukkan bahwa, pengaruh positif terhadap perkembangan perekonomian suatu negara terletak dari tingkat inflasi yang terjadi. Kemudian ditahun 2011 faktor yang paling berpengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar adalah neraca perdagangan sabesar 26.061, dimana perkembangan neraca perdagangan mengalami surplus. Kemudian pada tahun 2012 telah membuktikan bahwa fluktuasi nilai tukar dipengaruhi oleh perkembangan hutang publik sebesar 126.119 Triliun. Kemudian pada tahun 2013 laju inflasi telah berpengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar sebesar 1,12%. Kemudian ditahun 2014 rendahnya suku bunga sebesar 0,32%, pengaruh ini menguntungkan bagi pengguna dana karena sedikitnya tingkat suku bunga yang di bebankan kepada konsumen, sehingga suku bunga mempengaruhi fluktuasi nilai tukar.
38 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Perdagangan internasional akan menimbulkan perbedaan mata uang yang digunakan oleh negara-negara yang bersangkutan. Akibat adanya perbedaan mata uang yang digunakan di negara yang mengekspor maupun mengimpor menimbulkan suatu perbedaan nilai tukar mata uang (kurs), oleh karena itu diperlukan pertukaran mata uang antar negara.
2. Perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang yang terjadi di pasar valuta asing.
3. Nilai tukar berpengaruh terhadap besaran pertumbuhan ekonomi. Pengaruhnya terjadi antara lain melalui perdagangan internasional (ekspor-impor).
B. SARAN
Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang dibuat, maka dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Perlunya menggunakan kebijakan nilai tukar rupiah dalam upaya mendorong output untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun harus tetap berhati- hati karena meskipun depresiasi akan meningkatkan daya saing barang domestic di luar negeri, namun juga akan menyebabkan peningkatan harga di dalam negeri yang selanjutnya berdampak kontraktif terhadap perekonomian
2. Perlunya pemerintah untuk memperhatikan deregulasi-deregulasi perdagangan, ketersediaan infrastruktur yang baik, rendahnya transaction cost serta kondisi ekonomi-politik di dalam negeri yang bertujuan untuk mempermudah aktivitas perdagangan terutama ekspor barang domestic sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
3. Untuk meningkatkan efektifitas dari kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, maka diperlukan adanya koordinasi diantara kebijakan moneter, nilai tukar, dan perdagangan internasional.
40
DAFTAR PUSTAKA
Hady, Hamdy. 2009. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Keuangan Internasional. Buku Kedua. Bogor: Ghalia Indonesia.
Faisal M (2001). Teori Nilai Tukar rill. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Santoso, Eko Budi. 2007. Analisis Fluktuasi Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 2003:01-2005:12. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Salvotre, Domonic. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi ke-5 Terjemahan. Jakarta:
Erlangga.
Samuelson, Paul A dan William D. Nordhaus. 1995. Ilmu Makroekonomi. Edisi Tujuh Belas. Terjemahan. Jakarta: PT Global Edukasi.
Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Simorangkir, Iskandar dan Suseno. 2004. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar. Seri Kebanksentralan No.12. Jakarta: PPSK Bank Indonesia
Triyono. 2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika.
Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol 9, No 2, Desember. Surakarta : FE UMS.
Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang tugas Bank Indonesia untuk menjaga dan memelihara kestabilan Nilai Tukar Rupiah.
Undang-Undang Nomor 32, tahun 1964 sistem nilai tukar tetap.
Nilai Tukar Rupiah Indonesia Periode 2010-2013
Tahun Nilai Tukar (Rupiah/US$) Presentase
2010 8.991 -4,55
2011 9.068 0,85
2012 9.400 3,53
2013 12.189 22,88
2014 12.200 0,66
Tingkat Inflasi Periode Tahun 2010-2014 Tahun Laju Inflasi
(%)
Perkembangan (%) 2010
2011 2012 2013 2014
0,92 0,57 0,54 1,12 0,47
19,42 8,30 4,30 4,70 2,46